Lampiran 5
DATA SPSS a. Umur
Statistics
Umur N
Valid 70
Missing Mean
12,26 Std. Error of Mean
,090 Median
12,00 Mode
12 Std. Deviation
,755 Variance
,571 Range
3 Minimum
11 Maximum
14
Umur
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
11 7
10,0 10,0
10,0 12
44 62,9
62,9 72,9
13 13
18,6 18,6
91,4 14
6 8,6
8,6 100,0
Total 70
100,0 100,0
b. Berat badan
Statistics
Berat Badan N
Valid 70
Missing Mean
48,644 Std. Error of Mean
1,1767 Median
46,500 Mode
45,0 Std. Deviation
9,8453 Variance
96,930
Range 52,4
Minimum 27,0
Maximum 79,4
Berat Badan
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
27-34 3
4,3 4,3
4,3 35-42
17 24,3
24,3 28,6
43-50 21
30,0 30,0
58,6 51-58
21 30,0
30,0 88,6
59-66 4
5,7 5,7
94,3 67-74
3 4,3
4,3 98,6
75-82 1
1,4 1,4
100,0 Total
70 100,0
100,0
c. Tinggi badan
Statistics
Tinggi Badan N
Valid 70
Missing Mean
149,256 Std. Error of Mean
,8078 Median
149,000 Mode
148,0 Std. Deviation
6,7583 Variance
45,675 Range
34,0 Minimum
130,0 Maximum
164,0
Tinggi Badan
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
130-134 2
2,9 2,9
2,9 135-139
5 7,1
7,1 10,0
140-144 6
8,6 8,6
18,6 145-149
26 37,1
37,1 55,7
150-154 15
21,4 21,4
77,1 155-159
12 17,1
17,1 94,3
160-164 4
5,7 5,7
100,0 Total
70 100,0
100,0
d. Indeks massa tubuh IMT
Statistics
Indeks Massa Tubuh N
Valid 70
Missing Mean
21,8071 Median
20,6700 Mode
17,83
a
Std. Deviation 3,99895
Variance 15,992
Range 17,30
Minimum 14,91
Maximum 32,21
Indeks Massa Tubuh
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
NORMAL 41
58,6 58,6
58,6 OBESITAS
29 41,4
41,4 100,0
Total 70
100,0 100,0
e. Usia awitan menstruasi
Statistics
Usia Awitan Menstruasi N
Valid 70
Missing Mean
11,30 Median
12,00 Mode
12 Std. Deviation
1,220 Variance
1,488 Range
6 Minimum
8 Maximum
14
Usia Awitan Menstruasi
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
8 2
2,9 2,9
2,9 9
5 7,1
7,1 10,0
10 9
12,9 12,9
22,9 11
15 21,4
21,4 44,3
12 33
47,1 47,1
91,4 13
5 7,1
7,1 98,6
14 1
1,4 1,4
100,0 Total
70 100,0
100,0
f. Kategorik usia awitan menstruasi
Usia Awitan Menstruasi
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
CEPAT 31
44,3 44,3
44,3 NORMAL
39 55,7
55,7 100,0
Total 70
100,0 100,0
g. Chi-square
Case Processing Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent
N Percent
N Percent
Indeks Massa Tubuh Usia Awitan Menstruasi
70 100,0
0,0 70
100,0
Indeks Massa Tubuh Usia Awitan Menstruasi Crosstabulation
Usia Awitan Menstruasi Total
CEPAT NORMAL
Indeks Massa Tubuh NORMAL
8 33
41 OBESITAS
23 6
29 Total
31 39
70
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2-sided
Exact Sig. 2- sided
Exact Sig. 1- sided
Pearson Chi-Square 24,617
a
1 ,000
Continuity Correction
b
22,253 1
,000 Likelihood Ratio
26,083 1
,000 Fishers Exact Test
,000 ,000
Linear-by-Linear Association
24,265 1
,000 N of Valid Cases
70
DAFTAR PUSTAKA
Alpers, Ann., 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph, Edisi 20,. Jakarta : EGC.
Ariella, A., 2009. Analisa Hubungan antara Obesitas dan Faktor Lain dengan Status Fertilitas pada Pasangan Usia Subur di Perumahan Citra
Garden City Jakarta Tahun 2009. Universitas Indonesia.
Basalim, H., 2009. Determinan Menarche Dini pada Siswi Sekolah Menengah Pertama SMP X di Jakarta Tahun 2009. Tesis. FKM UI. Depok.
Benson, P Pernoll., 2008. Buku saku Obsetry Gynecology William. Jakarta EGC
Bluher S, Mantzorous CS. ,2007. Leptin in Reproduction. Curr Opin Endocrinol Diabetes Obes 2007;14 : 458-64.
Brown, J.E., 2005. Nutrition through the life cycle 2 nd Ed. USA: Wadsworth. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. Riset Kesahatan Dasar 2010.
CDC., 2015,
Childhood Obesity
facts Available
on: http:www.cdc.govhealthyyouthobesityfacts.htm
[
accesed on 22 March 2015]
Dahliansyah, D., 2008. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan persentase lemak tubuh dengan usia menarche dan keteraturan siklus menstruasi pada
Siswi SMPN 1 Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan
Barat tahun 2007.
Delemarre-van de Waal HA., 2005. Secular trend of timing of puberty. Endocr Dev. 2005; 8: 1-14.
Depkes: Pedoman praktis memantau status gizi orang dewasa available on : http:gizi.depkes.go.idwp-contentuploads...ped-praktis-stat-gizi-
dewasa.doc
[
accesed on 10 April 2015]
Elvina.,2011. Hubungan Obesitas dengan Konsep Diri Remaja SMP Kartika 1-7 Padang Tahun 2009. Universitas Andalas.
Ganong, William F., 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Garcia-mayor RV., et. al., 1997. Serum Leptin Levelsin normal Children: Relationship to age, gender, body mass index, pituitary gonadal
hormones and puberal stage. J Clin Endovrinol Metab. 1997; 82: 2849-55.
Hendri D, Lasmini P, Yusrawari, Bachtiar H., 2012. Hubungan Kadar Leptin Serum, Indeks Massa Tubuh, Persentase Lemak Tubuh dan Rasio
Lingkar Pinggang Panggul dengan Usia Menars. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Indika, kinanti. 2010. Jurnal Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas. Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. 8 februari 2012.
Kaplowitz PB., et.al., 2001. Earlier onset of puberty in girls: relation to increased body mass index and race. Pediatrics. 2001; 108:347-53.
Liubov, Cikim S., Vakur A., Neze O., 2001. The relationship betwen neck circumference and body fat ratio in Turkish women. Department of
Endocrinology and Metabolism, Turkey.
Liubov, Sohar E., Laor A., 2001. Neck circumference as s simple screening measure for identifying overweight and obese Patients. The North
Association for The Study of Obesity. 470:477.
Marley, william., 1982. Health and Physical Fitness. Saunders College Publishing. Philadelphia.
Nelson WE, ed. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000 : 1: 561-3.
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Olivia, D., Deliana, M., Supriatmo, Hakimi, Lubis, S.M. 2012. Body mass index and age of menarche in young girls. Paediatrica Indonesiana,
309-311.
Paath, Erna Francin, et al., 2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Riset Kesehatan Dasar., 2007. Pedoman Pengukuran dan Periksaan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan, Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar., 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar., 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Rojas, A., Storch, E.A., 2010. Psychological Complications of Obesity. Pediatric Annals 39:3, 174-179.
Setyowati, E., 2006. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh IMT dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada siswi sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Purwodadi Kabupaten Grobogan. Setyowati, F.W., 2007. Hubungan Indeks Massa Tubuh ≥ 20 dengan usia
menarche pada siwi sekolah dasar di seluruh Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
Sherwood,Lauralee., 2011.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta :EGC
Siswianti, Y., 2012. Hubungan Berat badan, Persen Lemak Tubuh, Status Gizi IMTU, Umur Menarche Ibu dengan Umur Menarche pada Siswi di
SDN Cikaret 01 Cibinong Kabupaten Bogor Tahun 2012
Sjostrom, CD, Lassner., 2001. Relationship betwen changes in body composition and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention
Study: Sweedish obese subjects. Obes Res. 5:519535.
Sugondo, 2006. Obesitas Dalam buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FK UI; hal. 1922.
Syahrian, F., 2011. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh IMT terhadap usia Menarche pada pelajar wanita SD dan SMP Yayasan Pendidikan
Harapan 1 Medan. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
World Health Organization., 2015, Childhood overweight and obesity : Indonesia. Available on: http:www.who.intdietphysicalactivitychildhooden
[accesed on 21 March 2015]
World Health Organization., 2000. Obesity: preventing and managing global epidemic. Report of a WHO consultation. Geneva.
Widyaningtyas S., Kartini A. 2013. Hubungan Usia Menarche dengan Obesitas pada Remaja Putri di SMA Theresiana 1 Semarang. Universitas
Diponegoro.
Zimmet P., Alberti G., Shaw J., 2005. Mainsteaming the metabolic syndrome: a definite definition. Medical Journal of Australia. 183:175-176.
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3. 1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam
Gambar 3. 1. Kerangka Konsep Penelitian 3. 2. Definisi Operasional dan Variabel
3. 2. 1. Obesitas Definisi
:Kelebihan massa tubuh responden yang didapat berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh
Cara Ukur : Antropometri
Alat ukur : Timbangan dan meteran
Hasil ukur : Normal
: IMT 22.9 Obesitas
: IMT 23 Skala ukur
: Ordinal
3. 2. 2. Usia Awitan Menstruasi Definisi
: Usia responden siswi SMPN 1 Medan kelas VII-IX saat pertama kali mengalami menstruasi.
Asupan kalori berlebih
Hereditas Obesitas
Kurang aktivitas
Sosial ekonomi
Psikologis Usia awitan
mesntruasi
Cara ukur : Angket
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Usia awitan menstruasi cepat
: jika 12 tahun Usia awitan menstruasi normal
: jika 12 tahun Skala ukur
: Ordinal
3. 3. Hipotesis
Ada hubungan obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi SMPN 1 Medan.
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4. 1. Jenis Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan metode cross sectional studi potong lintang dimana peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai
secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua obyek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan
tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali
saja.
4. 2. Waktu dan Tempat Penelitian
4. 2.1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2015.
4.2.2. Tempat Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Medan.
4. 3. Populasi dan Sampel Penelitian
4. 3. 1. Populasi Populasi penelitian adalah siswi SMPN 1 Medan kelas VII- IX.
4. 3. 2. Sampel Sampel penelitian adalah siswi SMPN 1 Medan kelas VII- IX. Pada
penelitian ini pengambilan besar sampel ditentukan dengan total sampling. yang mana semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria dimasukkan dalam
penelitian.
Kriteria inklusi: 1. Siswi- siswi SMPN 1 Medan kelas VI-IX
2. Setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian
Kriteria eksklusi: 1. Mendapatkan steroid jangka panjang
2. Mendapat obat-obat hormonal growth hormone 3. Menderita penyakit kronis
4. Belum menstruasi
4 . 4. Teknik Pengumpulan Data
4.4.1. Teknik pengambilan data Data yang diambil merupakan data primer yang diperoleh melalui
penyebaran kuesioner kepada siswi-siswi serta pengukuran berat badan dan tinggi badan siswi-siswi yang dilakukan oleh peneliti.
4.4.2. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang dipakai pada penelitian ini adalah:
1. Meteran: alat ini digunakan untuk mengukur tinggi badan sampel. 2. Timbangan berat badan: untuk mengukur berat badan sampel.
3. Kuesioner: untuk menanyakan hari pertama menstruasi sampel.
4.4.3 Cara Kerja 4.4.3.1. Menentukan Indeks Massa Tubuh
Untuk mendapatkan nilai IMT maka sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya.
Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan nilai IMT: 1. Memosisikan sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap
ke depan, dan membelakangi alat. 2. Melihat berapa berat badan sampel yang ditunjukkan jarum timbangan dipakai
hitungan dalam kilogram.
3. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di puncak kepala sampel vertex.
4. Melihat tinggi badan sampel. 5.Kemudian hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:
Berat kg IMT =
Tinggi Badan m x Tinggi Badan m Klasifikasi Indeks Massa Tubuh IMT berdasarkan Kriteria Asia Pasifik
Klasifikasi IMT
Berat badan kurang 18,5
Kisaran normal
18,5 – 22,9
Berat bada lebih
23,0
Beresiko 23,0
– 24,9
Obesitas I 25,0
– 29,9
Obesitas II
30,0 Sumber: Sugondo, 2006
4.4.3.2.Menentukan usia awitan menstruasi Untuk mengetahui usia awitan menstruasi, sampel akan ditanyai melalui
kuesioner. Pada kuesioner itu pula dicantumkan beberapa pertanyaan untuk kriteria eksklusi sampel. Setelah sampel mengisi kuesioner, sampel akan diberi
souvenir oleh peneliti.
4 . 5 Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1 Pengelolaan data Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang masih harus diolah
sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik sehingga mudah untuk dianalisis. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan
menggunakan perangkat lunak komputer. Menurut Notoatmodjo 2010 terdapat beberapa tahapan dalam
pengolahan data:
1. Editing Hasil kuesioner dari lapangan harus dilakukan editing atau penyuntingan terlebih
dahulu. Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan dalam isian kuesioner.
2. Coding Setelah kuesioner diedit selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding. Coding
dalam arti yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Data Entry Data entry maksudnya yaitu memasukan data. Data atau jawaban-jawaban
responden yang sudah dalam bentuk kode dimasukkan dalam program komputer.
4. Cleaning Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,
dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan- kesalahan kode dan ketidaklengkapan data kemudian dilakukan pembentukan atau
korelasi. Proses ini disebut pembersihan data atau cleaning.
Setelah data diolah secara manual, maka data akan diproses dengan menggunakan SPSS.
4.5.2 Analisis Data Dengan menggunakan bantuan program SPSS akan didapatkan besarnya p
value untuk menentukan signifikansi hasil penelitian. Karena penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan α sebesar 5, maka nilai p 0,05 dinilai
bermakna atau dengan kata lain Ho ditolak.
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Medan yang terletak di Jalan Bunga Asoka no. 06 Medan, Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang,
Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, Kode Pos: 20113, no. Telp : 061822240. Sekolah ini pada peta dunia terdapat di lintang 3.597031, bujur
98.66683999999998, ketinggian 24. SMPN 1 Medan memiliki 31 kelas yang terdiri atas 8 kelas VII, 11 kelas VIII, dan 12 kelas IX.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan pada 120 orang responden dan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian berjumlah 70 orang yang merupakan siswi
di SMPN 1 Medan. Dari keseleruhan responden gambaran karakteristik responden yang dinilai meliputi umur, tinggi badan, berat badan, Indeks Massa Tubuh
IMT, dan usia awitan menstruasi dari responden. Dan hasil dari karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Karakteristik responden
Hasil Umur
11- 14 tahun
Tinggi Badan 130
– 164 cm
Berat Badan
27-79,4 kg
IMT 14,91- 32,21
Usia awitan menstruasi 8-14 tahun
a. Umur Berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh
responden terbanyak berada pada umur 12 tahun yaitu sebanyak 44 orang 62,9. Sedangkan kelompok responden paling sedikit berada pada umur 14
tahun, yaitu sejumlah 6 orang 8,6. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur
Frekuensi n Persen
11 7
10
12 44
62,9
13 13
18,6
14 6
8,6
Jumlah
70 100
Rata-rata umur responden adalah 12 tahun. Umur termuda adalah 11 tahun dan umur tertua 14 tahun. Dengan demikian, rentang usia responden adalah 3
tahun.
b. Berat Badan Karakteristik berdasarkan berat badan dibagi menjadi 7 kelompok interval.
Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval berat badan 43-50 kg dan 51-58 kg. Sedangkan
kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval berat badan 75-82 kg. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan kg Frekuensi n
Persen 100 27-34
35-42 43-50
51-58 59-66
67-74 75-82
3 17
21 21
4 3
1 4,3
24,3 30
30 5,7
4,3 1,4
Total 70
100
Rata-rata berat badan responden adalah 48,6 kg dengan nilai tengah 46,5 kg. Berat badan terendah adalah 27 kg dan berat badan tertinggi adalah 79,4 kg.
Hal ini menunjukkan rentang berat badan responden adalah 52,4 kg.
c. Tinggi Badan Karakteristik berdasarkan tinggi badan dibagi menjadi 7 kelompok
interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval 145-149 cm. Sedangkan kelompok responden paling
sedikit adalah pada kelompok dengan interval tinggi badan 130-134 cm. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan
Tinggi badan cm Frekuensi n
Persen 100 130-134
135-139 140-144
145-149 150-154
155-159 160-164
2 5
6
26 15
12
4 2,9
7,1 8,6
37,1 21,4
17,1
5,7 Total
70 100
Rata-rata tinggi badan responden adalah 149,2 cm dengan nilai tengah 149 cm. Tinggi badan responden dimulai dari titik minimal, yaitu 130 cm dan titik
maksimal, yaitu 164 cm. Hal ini menunjukkan rentang tinggi badan responden adalah 34 cm.
5.1.3 Indeks Massa Tubuh IMT
Kategori IMT pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kategorik. Dari 70 responden yang menjadi sampel penelitian, 58,6 atau 41 orang termasuk pada
kategori normal dan terdapat 41,4 atau 29 orang yang termasuk pada kategorik obesitas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT
Kategorik IMT Frekuensi n
Persen 100 Normal
Obesitas 41
29 58,6
41,4 Total
70 100
Rata-rata IMT responden adalah 21,80 dengan nilai tengah 20,67. IMT terendah adalah 14,91 dan IMT tertinggi adalah 32,21. Hal ini menunjukkan
rentang IMT responden adalah 17,3.
5.1.4 Usia Awitan Menstruasi
Dari 70 responden yang menjadi sampel penelitian, mayoritas 33 orang 47,1 mengalami usia awitan menstruasi pada usia 12 tahun. Sedangkan, jumlah
paling sedikit adalah responden yang mengalami usia awitan menstruasi pada usia 14 tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Gambaran Usia Awitan Menstruasi
Usia Awitan Menstruasi Frekuensi n
Persen 100 8
9 10
11 12
13 14
2 5
9
15 33
5 1
2,9 7,1
12,9 21,4
47,1
7,1 1,4
Total 70
100 Kategori usia awitan menstruasi pada penelitian ini dibagi menjadi 2
kategorik yaitu usia awitan menstruasi normal dan usia awitan menstruasi cepat. Dari 70 responden yang menjadi sampel penelitian, 55,7 atau 39 orang termasuk
pada kategori normal dan terdapat 44,3 atau 31 orang yang termasuk pada kategorik cepat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7. Gambaran Kategorik Usia Awitan Menstruasi
Kategorik Usia awitan menstruasi Frekuensi n
Persen 100 Normal
Cepat 39
31 55,7
44,3 Total
70 100
Rata-rata usia awitan menstruasi responden adalah 11,3 tahun. Usia awitan menstruasi terendah adalah 8 tahun dan usia awitan menstruasi tertinggi adalah 14
tahun. Hal ini menunjukkan rentang usia awitan menstruasi sampel adalah 6 tahun.
5.1.5. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi
Dari 70 orang responden yang memenuhi kriteria dan dimasukkan ke dalam penelitian diperoleh data yang telah dikumpulkan dan dianalisis melalui uji
hipotesis chi-square dan batas kepercayaan 95.
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Usia Awitan Menstruasi Berdasarkan Kategori IMT melalui uji chi-square
Kategori IMT
Usia Awitan Menstruasi jumlah
P-value Cepat
Normal F
F
Normal 8
25,8 33
84,6 41
29 70
0,00 Obesitas
23 74,2
6 15,4
Jumlah 31
100 39
100 Dari hasil uji statistik, p value yang didapat sebesar 0,00. Karena nilai p
0,05, maka hipotesis nol dalam penelitian ini ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan usia awitan menstruasi.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Gambaran Indeks Massa Tubuh pada siswi di SMPN 1 Medan dengan jumlah responden dengan kategori IMT normal paling banyak ditemui 37,1
dengan rata-rata nilai dari IMT pada penelitian ini adalah 21,79. Dari hasil penelitian juga didapati responden dengan kategori IMT obesitas sebanyak 29
orang 41,5.
Menurut hasil Riskesdas 2010, anak dengan status gizi normal di Indonesia berjumlah 87,4, status gizi gemuk 2,5, status gizi kurus 7,4 dan
status gizi sangat kurus 2,7. Jika dilihat dari perbandingan terhadap rata-rata nasional, siswi SMPN 1 Medan cenderung memiliki IMT lebih tinggi.
5.2.2. Usia Awitan Menstruasi
Usia awitan menstruasi dikatakan normal apabila terjadi pada usia 12-13 tahun, dikatakan cepat apabila terjadi pada usia 12 tahun.
Dari hasil penelitian didapati rata-rata usia awitan menstruasi pada siswi di SMPN 1 Medan adalah 11,3 tahun, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswi di
SMPN 1 Medan memiliki usia awitan menstruasi cenderung lebih cepat. Terdapat sejumlah responden dengan usia awitan menstruasi yang cepat yaitu 2 orang pada
usia 8 tahun, 5 orang pada usia 9 tahun, dan 9 orang pada usia 10 tahun. Menurut hasil Riskesdas 2010, rata-rata usia awitan menstruasi di
Indonesia adalah 12,4 tahun dengan jumlah terbanyak 13 tahun 20. Masih terdapat usia awitan menstruasi yang lebih lama dari 14 tahun di Indonesia, yaitu
15 tahun 15,2, 16 tahun 4,6, 17 tahun 3, 18 tahun 1, 19 tahun 0,2, 20 tahun 0,3. Usia awitan menstruasi yang cepat di Indonesia terjadi
pada 9 tahun 0,3 dan 10 tahun 1,2. Dari hasi uji T terhadap rata-rata nasional dapat disimpulkan bahwa perbedaan rata-rata usia awitan menstruasi
pada penelitian dengan rata-rata nasional terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05.
Gambaran usia awitan menstruasi di dunia dirangkum dan dilaporkan oleh Parent et al. 2003. Tren peningkatan usia awitan menstruasi terjadi mulai dari
tahun 1960, dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dunia secara umumnya. Euling et al. 2008 juga melaporkan peningkatan rata-rata usia awitan menstruasi
di Eropa dan Amerika Serikat sejak 1790 sampai 1980. Setyowati, 2006 melakukan penelitian pada siswi sekolah menengah atas
negeri 1 Purwodadi, Kabupaten Grobongan. Dari 75 orang sampel penelitian, didapatkan rata-rata usia menarche yaitu 12,71 tahun.
5.2.3. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi
Teori yang dikenal sejak tahun 1990-an ini menyatakan bahwa persentase tertentu lemak tubuh dibutuhkan untuk memicu awitan menstruasi, karena
jaringan lemak subkutan juga berfungsi sebagai kelenjar hormonal sekunder mempengaruhi sintesis dan pengeluaran estrogen, serta memicu awitan menstruasi
Delemarre, 2005. Indeks masa tubuh IMT merupakan indeks yang paling berguna yang
digunakan untuk skrining populasi remaja obesitas karena indeks ini berkorelasi secara bermakna dengan lemak subkutan maupun lemak tubuh total pada remaja,
terutama mereka yang dengan proporsi terbesar lemak tubuh Nelson, 2012 Pada anak obesitas, kadar lemak dalam tubuhnya cenderung lebih tinggi
dibanding anak yang tidak obesitas. Lemak tersebut akan menghasilkan leptin, semakin banyak lemak semakin banyak leptin yang terbentuk. Leptin tersebut
akan meregulasi GnRH, secara tidak langsung akan mempengaruhi estrogen. Semakin banyak estrogen yang terbentuk semakin cepat awitan menstruasi akan
terjadi. Oleh sebab itu leptin berperan sebagai pintu gerbang dimulainya onset pubertas dan awitan menstruasi Gueorquiev, 2000, dalam Hendri, 2012.
Pengaruh estrogen pada pemanjangan tulang dapat diidentikkan dengan tinggi badan seorang remaja putri, semakin tinggi remaja putri pada masa
preawitan menstruasi akan mempengaruhi percepatan datangnya awitan menstruasi Basalim, 2009
Akibat usia awitan menstruasi yang semakin cepat dapat mempengaruhi tinggi badan ini dikarenakan terjadinya peningkatan hormon estrogen yang dapat
mempengaruhi penutupan garis epifisi tulang lebih cepat. Sehingga anak yang mengalami usia awitan menstruasi akan cenderung lebih pendek Onland Moret,
et al, 2005 Selain obesitas banyak faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan usia
awitan menstruasi semakin cepat antara lain persen lemak tubuh, status gizi, status awitan menstruasi ibu genetik, status sosial ekonomi, faktor geografis, faktor
asupan nutrisi, faktor lingkungan, aktifitas fisik, dan stimulan eksternal. Sehingga
banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang anak mendapatkan awitan menstruasi yang cepat Siswianti, 2012.
Pada penelitian ini didapat hasil uji hipotesis chi-square menghasilkan nilai p 0,05 yang menunjukkan ada hubungan antara obesitas dengan usia
awitan menstruasi pada siswi SMPN 1 Medan. Penelitian yang dilakukan oleh Syahrian 2011 melaporkan hasil uji
korelasi hubungan IMT dan usia menarche pada remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan menunjukkan derajat korelasi tingkat r = 0,36.
Dahliansyah 2008 menyimpulkan semakin tinggi Indeks Massa Tubuh semakin awal usia menarche responden. Kuatnya hubungan ini diwakili oleh
koefisien korelasi sebesar 0,402. Ini menunjukkan hubungan tingkat sedang. Setyowati 2007 melaporkan terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh
IMT diatas 20 dengan usia menarche yaitu semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah usia menarche begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai IMT
maka semakin tinggi usia menarchenya. Dengan hasil uji regresi R = -0,997 yang berarti adanya hubungan yang terbalik antara IMT dengan usia menarche.
Terdapat perbedaan signifikan antara IMT dengan usia awitan menstruasi pada gadis remaja. Gadis remaja dengan IMT persentil 95 obesitas usia awitan
menstruasi 10-11 tahun, dibandingkan dengan IMT persentil 85 – 95
berat badan berlebih usia awitan menstruasi 11-12 tahun dan dengan IMT persentil 5
– 85 berat badan normal usia awitan menstruasi 11-12 tahun Olivia et al., 2012.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Anak-anak obesitas mengalami usia awitan menstruasi lebih cepat dibanding anak-anak yang tidak obesitas.
6.2. Saran
- Perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan perubahan usia awitan menstruasi seperti konsumsi fast food, aktifitas fisik dan intake kalori.
- Perlunya informasi kepada orang tua mengenai hubungan obesitas
dengan usia awitan menstruasi, serta risiko-risiko usia awitan menstruasi yang cepat.
- Perlu
dilaksanakannya pemeriksaan
kadar leptin
untuk mendapatkan hubungan yang jelas mengenai hubungan obesitas
dengan usia awitan menstruasi.