sama juga terdapat pada responden dengan berat badan overweight dengan jumlah responden sebanyak 40 orang 33,3. Sama halnya dengan berat badan obesitas,
jumlah responden sebanyak 40 orang 33,3.
5.1.4 Aktivitas Fisik
Pada penelitian ini, aktivitas fisik dibagi menjadi aktivitas rendah, sedang dan tinggi. Berikut adalah deskripsi dan distribusi populasi berdasarkan aktivitas
fisik. Tabel 5.3 Deskripsi aktivitas fisik responden
Aktivitas Fisik Rata-rata MET
Frekuensi Persen
Aktivitas Rendah 277
52 43,3
Aktivitas Sedang 1441
53 44,2
Aktivitas Tinggi 4901
15 12,5
Total 1369
120 100
Berdasarkan tabel deskripsi aktivitas fisik responden, nilai rata-rata aktivitas fisik rendah adalah 277 MET. Nilai rata-rata aktivitas fisik sedang adalah
1441 MET. Nilai rata-rata aktivitas fisik tinggi adalah 4901 MET. Nilai rata-rata untuk aktivitas fisik seluruh responden adalah 1369 MET. Responden yang
melakukan aktivitas fisik rendah sebanyak 52 orang 43,3. Aktivitas fisik sedang dilakukan oleh 53 orang responden 44,2. Terdapat 15 orang 12,5
melakukan aktivitas fisik tinggi.
5.1.5 Waktu Duduk Tabel 5.4 Distribusi populasi berdasarkan waktu duduk
Waktu Duduk Frekuensi
Persen Q1 kurang dari 4 jam
29 24,2
Q2 4 jam 14
11,7 Q3 5 jam hingga 7 jam
46 38,3
Q4 lebih dari 7 jam 31
25,8 Berdasarkan tabel 5.4, responden dengan waktu duduk kurang dari 4 jam
sebanyak 29 orang 24,2. Responden yang melakukan waktu duduk selama 4 jam sebanyak 14 orang 11,7. Terdapat 46 orang 38,3 melakukan waktu
Universitas Sumatera Utara
duduk selama 5 hingga 7 jam. Waktu duduk lebih dari 7 jam dilakukan sebanyak 31 orang 25,8.
5.1.6 Aktivitas jalan Tabel 5.5 Deskripsi aktivitas jalan
Aktivitas jalan Nilai menit
Nilai maksimum 1440
Nilai minimum Rata-rata
126,42 Standar Deviasi
219,627 Berdasarkan tabel 5.5, responden yang paling lama melakukan aktivitas
jalan dalam seminggu adalah selama 1440 menit. Terdapat responden yang tidak melakukan aktivitas jalan. Nilai rata-rata responden yang melakukan aktivitas
jalan dalam seminggu adalah 126,42 menit dengan standar deviasi 219,627. 5.1.7 Hubungan antara Kategori Aktivitas Fisik terhadap Indeks Massa
Tubuh Tabel 5.6 Kategori aktivitas fisik terhadap indeks massa tubuh
Kategori Aktivitas Fisik
Indeks Massa Tubuh Total
Normal Overweight
Obesitas N
N N
N Aktivitas Rendah
14 35
19 47,5
19 47,5
52 43,3
Aktivitas Sedang 20
50 17
42,5 16
40 53
44,2 Aktivitas Tinggi
6 15
4 10
5 12,5
15 12,5
Total 40
100 40
100 40
100 120
100
Berdasarkan tabel 5.6, dari 40 orang responden dengan berat badan normal, 14 orang 35 melakukan aktivitas fisik rendah, 20 orang 50
melakukan aktivitas fisik sedang dan 6 orang 15 melakukan aktivitas fisik tinggi. Empat puluh responden lainnya memiliki berat badan overweight, 19 orang
47,5 melakukan aktivitas fisik rendah, 17 orang 42,5 melakukan aktivitas fisik sedang, dan 4 orang 10 melakukan aktivitas fisik tinggi. Empat puluh
responden lainnya yang memiliki berat badan obesitas, 19 orang 47,5
Universitas Sumatera Utara
melakukan aktivitas fisik rendah, 16 orang 40 melakukan aktivitas fisik sedang dan 5 orang 12,5 melakukan aktivitas fisik tinggi.
Dari hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95 didapatkan nilai p = 0,763. Nilai p dari hasil analisa lebih
dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik
dengan indeks massa tubuh.
5.1.8 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh terhadap Waktu duduk Waktu duduk dinilai dengan menggunakan IPAQ. Berikut gambaran IMT
terhadap waktu duduk. Tabel 5.7 Indeks massa tubuh terhadap waktu duduk
Indeks Massa
Tubuh Waktu duduk
Jumlah Responden
Q1 Q2
Q3 Q4
N N
N N
N Normal
15 51,7
8 57,1
8 17,4
9 29
40 33,3
Overweight 7
24,1 3
21,4 20
43,5 10
32,3 40
33,3 Obesitas
7 24,1
3 21,4
18 39,1
12 38,7
40 33,3
Total 29
100 14
100 46
100 31
100 120
100
Berdasarkan tabel 5.7, responden dengan waktu duduk kurang dari 4 jam Q1 berjumlah 29 orang, paling banyak ditemukan pada responden dengan berat
badan normal dengan jumlah 15 orang 51,7 kemudian diikuti responden dengan overweight dan obesitas masing-masing 7 orang 24,1. Waktu duduk
selama 4 jam Q2 dilakukan 14 orang dengan jumlah paling banyak terdapat pada 8 responden dengan berat badan normal 57,1 dan diikuti 3 orang dengan berat
badan overweight 21,4 dan 3 orang dengan berat badan obesitas 21,4. Empat puluh enam responden duduk selama 5 hingga 7 jam dalam sehari. Paling
banyak ditemukan pada responden dengan berat badan overweight dengan jumlah 20 orang 43,5, diikuti berat badan obesitas sebanyak 18 orang 39,1 dan 8
orang 17,4 dengan berat badan normal. Responden dengan waktu duduk lebih dari 7 jam ditemukan paling banyak pada berat badan obesitas dengan 12 orang
38,7, diikuti 10 orang 32,3 berat badan overweight dan 9 orang 29 berat badan normal.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil analisa chi-square didapati nilai p=0,032 dengan tingkat kepercayaan 95. Ini menunjukkan adanya hubungan antara IMT dan waktu
duduk. 5.1.9 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Aktivitas Jalan
Pengukuran indeks massa tubuh yang dilakukan terhadap mahasiswa fakultas kedokteran dilakukan secara langsung. Berikut gambaran indeks massa
tubuh terhadap aktivitas jalan dalam waktu. Tabel 5.8 Indeks massa tubuh dengan aktivitas jalan dalam waktu
Indeks Massa Tubuh Aktivitas jalan menit
Normal 152,25
Overweight 161,5
Obesitas 65,5
P value 0,097
Berdasarkan tabel 5.8, aktivitas jalan yang dilakukan responden dengan berat badan overweight paling lama dengan rata-rata waktu 161,5 menit. Aktivitas
jalan paling cepat terdapat pada responden dengan berat badan obesitas 65,5 menit.
Dari hasil analisa ANOVA, didapati nilai p=0,097 untuk aktivitas jalan. Ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata waktu aktivitas jalan dengan
pada ketiga kelompok indeks massa tubuh.
5.2
Pembahasan
Obesitas dapat lebih mudah terjadi pada suku bangsa atau ras tertentu. Ini disebabkan adanya gen uncoupling protein yang mengatur laju metabolisme
energi Asiah, 2009. Pada penelitian ini, sebagian besar responden merupakan suku Batak 42,5. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan
kecenderungan terjadinya obesitas dengan suku bangsa di Indonesia. Pada penelitian ini, nilai rata-rata indeks massa tubuh pada penelitian ini
adalah 24,74 kgm
2
. Berdasarkan International Diabetes Institute 2000, orang dengan kelompok IMT beresiko untuk gemuk dengan rentang 23-24,9 kgm
2
terjadi peningkatan resiko menderita penyakit komorbid. Untuk orang dengan berat badan obesitas tingkat I 25-29,9 kgm
2
memiliki peningkatan moderat
Universitas Sumatera Utara
untuk resiko menderita penyakit komorbid. Berat badan obesitas tingkat II ≥30
kgm
2
memiliki resiko yang sangat tinggi untuk menderita penyakit komorbid. Pada tabel 5.3, menunjukkan responden lebih banyak melakukan aktivitas
fisik sedang 44,2 dan lebih sedikit mahasiswa yang melakukan aktivitas fisik tinggi 12,5. Penelitian yang dilakukan di Mansoura menunjukkan lebih
banyak melakukan aktivitas fisik sedang 52 dan sedikit mahasiswa yang melakukan aktivitas fisik rendah 11,3. Hasil ini berbeda disebabkan penelitian
yang dilakukan di Mansoura dilakukan pada kelompok yang ada program studi pendidikan jasmani. Ada disebutkan bahwa mahasiswa kedokteran dua kali lebih
banyak tidak aktif secara fisik daripada mahasiswa pendidikan jasmani El-Gilany et al, 2011.
Berdasarkan tabel 5.4, mayoritas responden lebih banyak duduk dalam rentang waktu 5-7 jam. Kurikulum yang diterapkan pada mahasiswa kedokteran
mengakibatkan mahasiswa menghabiskan waktu duduk yang lebih lama. Berdasarkan tabel 5.6, hasil penelitian didukung oleh penelitian yang
dilakukan Selvaraj dan Sivaprakasam 2013 dimana responden dengan berat badan overweight dan obesitas melakukan lebih sedikit aktivitas fisik
dibandingkan responden dengan berat badan normal. Ini dapat disebabkan kurikulum dan pola ujian dari mahasiswa kedokteran mengakibatkan mahasiswa
mempunyai lebih sedikit waktu untuk berkonsentrasi pada aktivitas ekstrakurikuler.
Penelitian yang dilakukan Zanovec et al 2009 menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tinggi badan, berat badan dan IMT. Akan
tetapi, aktivitas fisik berhubungan dengan persentasi lemak tubuh. Indeks massa tubuh memiliki keterbatasan dalam mengukur lemak, dimana dapat dibingungkan
dengan massa otot. Massa otot biasanya tetap dan cenderung meningkat pada beberapa olahraga. Seseorang dengan massa otot yang tinggi akan terlihat
memiliki berat badan overweight atau obesitas, dimana kenyataannya, mereka mempunyai lemak tubuh yang rendah Stamatakis et al, 2008.
Pada orang dengan IMT normal mempunyai persentase lemak dalam rentang yang masih normal. Orang dengan berat badan overweight dan obesitas
Universitas Sumatera Utara
memiliki persentase lemak yang lebih tinggi Labban, 2014. Penelitian Mialich et al 2013 menunjukkan bahwa orang dengan indeks massa tubuh normal memiliki
lemak tubuh yang tinggi. Penelitian Al-Rethaiaa et al 2010 menunjukkan 57,4 dari 357 sampel mempunyai IMT normal, tetapi lebih dari 55 mempunyai lemak
tubuh yang tinggi. Responden dengan waktu duduk kurang dari dan sama dengan 4 jam lebih
banyak dilakukan pada responden dengan berat badan normal. Responden dengan waktu duduk dari 5 jam hingga 7 jam dilakukan responden dengan berat badan
overweight 43,5. Responden dengan waktu duduk lebih dari 7 jam paling banyak dilakukan pada responden dengan berat badan obesitas 38,7. Analisa
dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara IMT dan waktu duduk dengan nilai p=0,032.
Hasil penelitian dari Labban 2014, yang mendukung penelitian ini, menyatakan semakin lama waktu duduk akan menghasilkan nilai IMT yang
semakin tinggi. Adanya tren yang mengacu pada penurunan aktivitas fisik dikarenakan aktivitas pekerjaan yang menyebabkan lebih banyak melakukan
aktivitas duduk dan transportasi. Makanan yang tinggi energi, lemak dan gula menyebabkan ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan energi
yang dikeluarkan. Berdasarkan tabel 5.8, aktivitas jalan paling lama dilakukan oleh responden
dengan berat badan overweight. Rata-rata waktu aktivitas jalan dapat dilihat di tabel 5.5. Hasil analisa menggunakan uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat
perbedaan rata-rata waktu aktivitas jalan pada ketiga kelompok IMT. Penelitian dari Flint et al 2014 menunjukkan hasil yang berbeda, dimana responden yang
melakukan aktivitas jalan mempunyai IMT yang lebih rendah. Tidak ada hubungan antara rata-rata waktu aktivitas jalan dengan IMT dapat
disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan obesitas. Salah satu faktor di antaranya adalah IMT orang tua Bammann et al, 2014. Genotip FTO
dapat mempengaruhi IMT. Genotip FTO dapat menonjolkan obesitas apabila diikuti dengan konsumsi makanan tinggi lemak Sonestedt et al, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN