Uji Autokorelasi. Uji Multikolinearitas.

Tabel 4.2. Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 117 Normal Parameters a,b Mean -.0001304 Std. Deviation 201192159498.55478000 Most Extreme Differences Absolute .120 Positive .120 Negative -.073 Kolmogorov-Smirnov Z 1.300 Asymp. Sig. 2-tailed .068 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data diolah dengan SPSS versi 20 2016. Dari tebel 4.2. Kolmogorov-Smirnov di atas, nilai Asymp. Sig 2-tailednya sebesar 0,068, sehingga dapat disimpulkan data sudah terdistribusi dengan normal.

4.3.2.2. Uji Autokorelasi.

Uji Autokorelasi merupakan bagian dari uji asumsi klasik yang bisa menentukan apakah terdapat autokorelasi di dalam data penelitian. Data penelitian yang baik tidak memiliki autokorelasi di dalamnya. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilihat dari nilai Durbin-Watson DW. Bila DU DW 4-DU maka tidak terjadi autokorelasi. Bila nilai DW DL maka terjadi autokorelasi positif. Bila nilai DW 4DU maka terjadi autokorelasi negatif. Bila DW terletak di antara DU dan DL maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil hasil SPSS yang menunjukkan apakah data terkena autokorelasi atau tidak. Tabel 4.3. Uji Autokorelasi – Tidak terjadi Autokorelasi Sumber : Data diolah dengan SPSS versi 20 2016. Dari hasil uji Autokorelasi dari tabel 4.3. di atas, di dapat nilai DW sebesar 1,838 dimana data observasi berjumlah 117, k=3, sehingga dari tabel DW di dapat nilai DU = 1,7512 dan DL 1,6462. Dari nilai tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi autokorelasi di dalam penelitian karena nilai DU DW 4-DU sehingga data penelitian sudah memenuhi asumsi klasik.

4.3.2.3. Uji Multikolinearitas.

Uji Multikolinearitas merupakan uji yang menentukan ada tidaknya hubungan linear antara variabel independen dengan variabel independen lainnya. Model regresi yang baik tidak boleh memiliki multikolinearitas di dalamnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam data penelitian dilihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF. Jika nilai VIF 10 maka tidak terjadi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin- Watson R Square Change F Change df 1 df2 Sig. F Chang e 1 .757 a .609 .588 203845357512. 41 .209 9.939 3 11 3 .000 1.838 a. Predictors: Constant, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Silpa b. Dependent Variable: Belanja Modal Universitas Sumatera Utara multikolinearitas, dan sebaliknya jika nilai VIF 10 maka terjadi multikolinearitas. Hasil uji Multikolinearitas terlihat sebagai berikut. Tabel 4.4. Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficient s T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 261944163918.75 33420009224 .18 7.838 .000 SiLPA .121 .040 .274 3.056 .003 .873 1.146 Jumlah Penduduk 3156.758 1949.564 .144 1.619 .108 .886 1.128 Luas Wilayah 1721019.036 553706.759 .262 3.108 .002 .983 1.018 a. Dependent Variable: Belanja Modal Sumber : Data diolah dengan SPSS versi 20 2016. Dari tabel 4.4 di atas, maka diperoleh nilai VIF dari masing-masing variabel independen untuk variabel Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SiLPA sebesar 1,146, Jumlah Penduduk sebesar 1,128, dan variabel Luas Wilayah sebesar 1,018. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas di dalam penelitian karena setiap variabel independen nilai VIF 10.

4.3.2.4. Uji Heteroskedastisitas.