ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2008-2015

(1)

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN

LOMBOK BARAT TAHUN 2008-2015

ANALYSIS ON FACTORS CONTRIBUTING TO REGIONAL REVENUES ON TOURISM SECTOR IN WEST LOMBOK REGENCY IN

2008-2015

Oleh

TAUFIK AULIA AKBAR 20130430341

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN

LOMBOK BARAT TAHUN 2008-2015

ANALYSIS ON FACTORS CONTRIBUTING TO REGIONAL REVENUES ON TOURISM SECTOR IN WEST LOMBOK REGENCY IN

2008-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

TAUFIK AULIA AKBAR 20130430341

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(3)

ii

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN

LOMBOK BARAT TAHUN 2008-2015

ANALYSIS ON FACTORS CONTRIBUTING REGIONAL REVENUES ON TOURISM SECTOR IN WEST LOMBOK REGENCY IN 2008-2015

Diajukan oleh TAUFIK AULIA AKBAR

20130430341

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Dr. Endah Saptutyningsih, SE., M.Si. Tanggal,11 Januari 2017 NIK : 19751129199904143066


(4)

iii

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN

LOMBOK BARAT TAHUN 2008-2015

ANALYSIS ON FACTORS CONTRIBUTING TO REGIONAL REVENUES ON TOURISM SECTOR IN WEST LOMBOK REGENCY IN

2008-2015 Diajukan oleh

TAUFIK AULIA AKBAR 20130430341

Skripsi ini telah dipertahankan dan disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 17 Maret 2017 yang terdiri dari

Dr.Endah Saptutyningsih, SE., M.Si. Ketua Tim Penguji

DrDr. Imamuddin Yuliadi, SE., M.Si. Anggota Tim Penguji

Dimas Bagus Wiranatakusuma, SE.,M.Ec. Anggota Tim Penguji

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr.Nano Prawoto, SE., M.Si. NIK. 143016


(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Taufik Aulia Akbar Nomor Mahasiswa : 20130430341

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DAERAH SEKTOR

PARIWISATA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2008-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini akan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila teryata dalam skrispi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta,11 Januari 2017


(6)

v

Motto

Jadikan berbuat baik seperti perlombaan untuk mendapatkan

semangat

”Dan bagi tiap

-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap

kepadanya. Maka berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan.

Dimana saja kamu berada pasti allah akan mengumpulkan kamu

sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah maha kuasa atas

segala s

esuatu”.

(QS. Al Baqarah 148)

“ Bermimpilah, Karena Tuhan Akan Memeluk Mimpi

-

Mimpi Itu”

(Andrea Hirata

Sang Pemimpi)

“Santai Tapi Pasti”


(7)

vi

Persembahan

Skipsi Ini Kupersembahkan untuk…

Untuk Ibunda dan Ayahku Tercinta Yang Selalu Memberikan

Dukungan Serta Doa’a Kepada Anakmu Ini….

Untuk Saudara-Saudaraku Tercinta Yang Selalu Memberikan

Dukungan dan Semangat Kepada Adikmu Ini….

Untuk Almamaterku Tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(UMY) Sudah Menjadi Bagian Hidupku Untuk Menggapai Mimpi dan


(8)

vii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah wisatawan, Jumlah objek wisata, Jumlah usaha wisata dan Pajak usaha wisata terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Daerah Kabupaten Lombok Barat serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja di antara keempat variabel tersebut yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Daerah Kabupaten Lombok Barat. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 40 data panel yang terdiri dari 5 Kecamatan dari tahun 2008-2015, yang di peroleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Badan Pusat Statistik dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Keuangan Daerah (DPPKD). Alat analisis yang di gunakan adalah Metode Panel Data.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa semua varaiabel jumlah wisatawan, jumlah objek wisata, jumlah usaha wisata dan pajak usaha wisata berpengaruh singnifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata. Variabel jumlah objek wisata yang memiliki pengaruh paling terbesar dan signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat.

Kata Kunci : Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata, Jumlah Wisatawan, Jumlah Objek Wisata, Lombok Barat


(9)

viii

ABSTRACT

This research aimed to find out the effect of the number of tourists, tourism sites, tourism business, and tourism tax to regional income on tourism sector in West Lombok Regency as well as to find out the most dominant factor among the four mentioned factors to the regional revenue from tourism sector in West Lombok Regency. The sample of this research was 40 panel data consisted of 5 sub-districts from 2008-2015. The data was obtained from the Tourism Financial Department (DPPKD). The analysis tool used was panel data method.

Based on the result, it was found out that all variables that were the numbers of tourists, tourism sites, tourism business, and tourism tax were significantly contributory to the regional revenue on tourism sector. The number of tourism sites was the most dominant variable and significant to the regional revenue on tourism sector in West Lombok Regency.

Keyword: Regional revenue on tourism sector, Numbers of tourists, Number of tourism sites, West Lombok.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assallammuallaikum, Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia

dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam pengunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skrispi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bpk Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terimakasih sangat atas kesempatannya, penulis bisa menuntut ilmu di kampus yang unggul islami dan penuh wacana. Semoga


(11)

x

kampus ini semakin banyak melahirkan kalangan intelektual islam baru yang mahir dalam pikir dan dzikir

3. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

4. Bapak Dr. ImamudinYuliadi, SE.,M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Ibu Dr. Endah Saptutyningsih, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, perhatian dan kesabarannya dalam membimbing, memotivasi dan memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Ilmu Ekonomi kepada Bpk Ayief Fathurrahan, S.E., M.Si, Bpk Dimas Wiranata Kusuma, SE., M.Ec., Bpk Agus Tri Basuki, S.e., M.Si., Bpk Ahad Makruf, SE, M.Si., Ibu Lilies Setiartiti, SE., M.Si, Bpk Dr. ImamudinYuliadi,SE.,M.Si, Bpk Alm Masyhudi Muqorobin, S.E., Akt., M.Ec., Bpk Dr. Nano Prawoto SE, M.Si,PH.d., Ibu Dr. Endah Saptutyningsih, SE, M.Si, Ibu Dyah Titis Kusuma Wardani, S.E., MIDEc., Ibu Diah Setyawati Dewanti, S.E., M.Sc., Ibu Yuli Utami, S.Ag., M.Sc. Bpk Drs. Hudiyant,yang telah memberi ilmunya kepada saya, seluruh Staf prodi ilmu Ekononi, Perpustakaan, dan Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah


(12)

xi

membantu penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

8. Seluruh Staf dan Karyawan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah, Dinas Pariwisata dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat terimakasih atas bantuan dan keramahannya.

9. Ayah dan Ibu yang selalu senantiasa memberikan dorongan, dukungan serta

Do’a dan juga perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

10.Untuk Saudara-Sauadarku tercinta Hardi, Rani, Yudi dan Ratna yang selalu

meberikan dukungan serta Do’a kepada penulis hingga dapat menyelesaikan

studi.

11.Untuk Teman-Teman Anak Komplek Korpri semuanya terimakasih buat dukungan serta persahabatan dari kecil hingga selamanya.

12.Untuk Teman-Teman Satu Angkatan Ilmu Ekonomi 2013 yang selalu memberikan bantuan serta dukungan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

13.Untuk Teman-Teman Kelas EKPI H 2013 yang selalu memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesesaikan studi ini.

14.Untuk Sahabat-Sahabat Andi, Rizal, Yaser, Aisyah, Zozo, Lala, Nue, Iraka, Prasetyo, Burhan, Rizkan, Hanan dan Junan yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi ini.

15.Untuk Teman-Taman seperjuangan Adel, Garra, Rifki, Fais, Ijal tuasikal, Farra dan Untung terimakasih banyak atas segala bantuan dan dukungan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi ini.


(13)

xii

16.Untuk sahabat-sahabat Iyan, Faisal, Awi, Kiki, Della, Ari, Jasmine, Septi dan Anisa terimakasih banyak buat persahabat ini.

17.Untuk Tim Futsal LASKAR PKM IE 2013 terima kasih banyak untuk bermain satu tim selama menempuh pendidikan di Kota yang Istimewa ini. 18.Untuk Seluruh Panitia Prom Night Economics Show 13 terimakasih banyak

atas segala bantuan dan kerjasamanya hingga acara selesai.

19.Untuk Teman-Teman KKN kelompok 26 yakni Dadang, Romi, Mas Nandar, Bang Saiful, Ilham, Faisal, Nita, Dita, Yula, Dini, Zahro, Yayas dan Erida terimakasih banyak sudah menjadi bagian dari keluarga yang baru selama 1 bulan.

20.Untuk Teman-Teman Kost Putra Pak Nono dan Kost Ijo terimakasih banyak atas dukungan dan bantuannya hingga penulis berhasil menyelesaikan studi ini.

21.Untuk Forum Mahasiswa NTB UMY terimakasih atas bantuan dan jiwa sosial yang tinggi.

22.Untuk Kota Tercinta Yogyakarta terimakasih banyak cerita indah dan kenangan di kota ini.

23.Untuk Teman-Teman Burhan, Ibnu, Rifki Aceh, Arbi, Hardi, Animsar, Hanung, Asyari terimakasih banyak atas segala bantuan dan persahabatannya. 24.Untuk Teman-Teman Yogi, Korry, Affa, Lutfi, Prengky dan Rinto terimakasih

banyak atas segala bantuan dan persahabatanya.

25.Untuk Risda, Misfa, Tantri, Ova, Nita, Haris, Lala, Happy dan Uci terimaksih atas segala bantuan dan persahabatanya.


(14)

xiii

26.Untuk Teman-Teman Akbar, Dedek, Aufin, Arif dan Aril terimakasih atas segala bantuan dan persahabatanya.

27.Untuk wanita yang akan mendampingi hidupku nantinya.

Sebagai kata akhir, persahabatan itu bagaikan air yang akan selalu mengalir di mana saja dan kapan saja, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skrispi ini. Oleh karena itu, kritrik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 27 Maret 2017


(15)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian ... 12

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Landasan Teori ... 15

1. Pendapatan Asli Daerah ... 15

2. Penerimaan Kepariwisataan ... 19


(16)

xv

4. Industri Pariwisata ... 26

5. Hubungan Kepariwisataab dan PAD ... 30

6. Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Penadapatan Daerah ... 31

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat ... 33

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 38

C. Hipotesis ... 42

D. Model Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Objek/Subjek Penelitian ... 44

B. Jenis Data ... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ... 45

D. Definisi Operasional Penelitian ... 45

1. Definisi Variabel Penelitian ... 45

a. Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata ... 46

b. Jumlah Wisatawan ... 46

c. Jumlah Objek Wisata ... 46

d. Jumlah Usaha Wisata ... 46

e. Pajak Usaha Wisata ... 47

E. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 47

F. Metode Estimasi Model Regresi ... 48

G. Pemilihan Model ... 52

H. Teknik Penaksiran Model ... 54

1. Uji Chow Test ... 56

2. Uji Hausman ... 57

I. Uji Kualitas Data ... 58

1. Uji Multikolinearitas ... 58

2. Uji Heterokedastisitas ... 59

J. Uji Statistik Analisis Regresi ... 61

1. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 61


(17)

xvi

3. Uji t-Statistik ... 63

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 66

A. Kondisi Geografis ... 66

B. Sosial ... 70

C. Perhubungan dan Komunikasi ... 74

D. Pendapatan Daerah ... 76

E. Gambaran Pariwisata Kabupaten Lombok Barat ... 79

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 86

A. Uji Kualitas Data ... 86

1. Uji Heterokedastisitas ... 86

2. Uji Multikolinearitas ... 90

B. Analisis Model Terbaik ... 90

C. Pemilihan Model Pengujian Data Panel ... 93

1. Uji Chow ... 92

2. Uji Hausman ... 93

D. Uji Estimasi Model Data Panel ... 94

E. Uji Statistik ... 99

1. Koefisien Determinasi (R2) ... 100

2. Uji Signifikansi Variabel Secara Serempak (Uji F) ... 100

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T) ... 101

F. Interpretasi Ekonomi ... 102

1. Pengaruh Jumlah Wisatawan Terhadap Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Di Kabupaten Lombok Barat ... 102

2. Pengaruh Jumlah Objek Wisata Terhadap Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Di Kabupaten Lombok Barat ... 103

3. Pengaruh Jumlah Usaha Wisata Terhadap Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Di Kabupaten Lombok Barat ... 104

4. Pengaruh Pajak Usaha Wisata Terhadap Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Di Kabupaten Lombok Barat ... 105


(18)

xvii

BAB VI SIMPULAN,SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 106

A. Simpulan ... 106

B. Saran ... 108

C. Keterbatasan Penelitian ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 115


(19)

xviii

DAFTAR TABEL

1.1.Jumlah Objek Wisata Yang Berkembang ... 9

1.2.Data Kunjugan Wisatawan ... 10

1.3.Perkembangan Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2014 ... 11

4.1.Pembagian Wilayah Administrasi di Wilayah Kabupaten Lombok Barat ... 68

5.1.Uji Heterokedastisitas Dengan Uji Park ... 88

5.2.Uji Heterokedastisitas Menggunakan Perbandingan Antara Variabel RESID Dengan LOGPDSP ... 89

5.3.Uji Multikolinearitas ... 91

5.4.Hasil Estimasi Jumlah Wisatawan, Jumlah Objek Wisata, Jumlah Usaha Wisata dan Pajak Usaha Wisata Terhadap Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Di Kabupaten Lombok Barat ... 92

5.5.Uji Chow Test ... 94

5.6.Uji Hausman ... 95

5.7.Hasil Estimasi Fixed Effect Model ... 96


(20)

xix

DAFTAR GAMBAR


(21)

(22)

(23)

ABSTRACT

This research aimed to find out the effect of the number of tourists, tourism sites, tourism business, and tourism tax to regional income on tourism sector in West Lombok Regency as well as to find out the most dominant factor among the four mentioned factors to the regional revenue from tourism sector in West Lombok Regency. The sample of this research was 40 panel data consisted of 5 sub-districts from 2008-2015. The data was obtained from the Tourism Financial Department (DPPKD). The analysis tool used was panel data method.

Based on the result, it was found out that all variables that were the numbers of tourists, tourism sites, tourism business, and tourism tax were significantly contributory to the regional revenue on tourism sector. The number of tourism sites was the most dominant variable and significant to the regional revenue on tourism sector in West Lombok Regency.

Keyword: Regional revenue on tourism sector, Numbers of tourists, Number of tourism sites, West Lombok.


(24)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan merupakan sebagai bagian dari suatu usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu hasil pembangunan harus dirasakan oleh seluruh rakyat sehingga terdapat penigkatan kehidupan dan bisa meningkatkan kesejahteraan secara adil dan merata. Sedangkan hasil pembangunan tergantung pada partisipasi rakyat yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata untuk segenap lapisan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan bisa memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan maka perlu adanya pelaksanaan program-program pembangunan di berbagai bidang dan sektor unggulan yang berlangsung secara terus-menerus.

Pembangunan daerah adalah bagian dari pembangunan nasional. Sehingga tiap daerah berkewajiban mensukseskan pembangunan daerah dan harus mampu mengandalkan pendapatan daerah terutama yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pembangunan daerah yang ideal adalah pembangunan yang dibiayai melalui dana yang berasal dari daerah itu sendiri. Hal ini disamping menunjukkan asas swadaya bagi masyarakat masing-masing daerah, juga sumber dana yang berasal dari daerah itu sendiri dapat ditingkatkan dan dioptimalkan jumlahnya dari waktu ke waktu serta terjadi kesinambungan.


(25)

Pariwisata adalah jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, ia juga mencakup industri-industri klasik yang pada dasarnya seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri (Wahab, 2003).

Pariwisata merupakan jenis industri bagi masyarakat daerah (Community Tourism Development atau CTD), dengan adanya pengembangan CTD pemerintah daerah mampu menciptakan peluang penerimaan pajak dan berbagai retribusi dari kegiatan pariwisata yang bersifat multisektoral yang meliputi pajak hotel, restoran, usaha wisata,usaha perjalanan, professional convention organizer, pendidikan formal dan informal serta pelatihan dan transpostasi dengan mengoptimalkan penerimaan sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (Tambunan, 2001).

Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik, secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka


(26)

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan objek dan daya tarik wisata di Indonesia serta di dalam menjaga potensi pariwisata alam Indonesia sehingga rasa cinta tabah air dan bisa mempererat persahabatan serta kerjasama antar bangsa. Usaha memperbesar pendapatn asli daerah, maka program pembangunan dan pemberdayaan sember daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi di daerah itu sendiri maupun untuk pembangunan nasional (Spillane, 1991).

Dalam usaha untuk memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi dibidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain sehingga kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan berbelanjanya, sehingga secara langsung mrnimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan jasa. Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investment Derived Demand) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tesebut guna mendorong perkembangan pariwisata dan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Spillane, 1991).


(27)

Para pengamat memperkirakan dalam periode tahun 2011 hingga 2015 akan banyak wisatawan asing yang datang ke Asia Pasifik. Sebagai bagian tujuan yang direkomendasikan untuk dikunjungi salah satunya Indonesia. Hal tersebut di jelaskan berdasarkan survei Pacific Asia Travel Association (PATA) Asia Pasifik. Sementara itu menurut BPS, selama bulan Januari hingga Maret jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1.714.946 orang. Jumlah ini naik 6,44 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, naiknya jumlah wisatawan mancanegara menjadi indikasi Indonesia aman untuk dikunjungi oleh para wisatawan(Alwi, 2014).

Indonesia merupakan salah satu yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan yang dikembangkan menjadi sebuah usaha di bidang kepariwisataan. Menurut Undang–Undang Kepariwisataan No.9 Tahun 1990. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tapi hanya semata untuk menikmati perjalanan tersebut untuk mencapai kepuasan. Pariwisata adalah jenis sumber penerimaan yang penting bagi suatu negara, terutama pemerintah daerah tempat obyek wisata itu berada. Dengan adanya kegiatan pariwisata dapat menambah pemasukan dari pendapatan setiap objek wisata (Handayani, 2011).

Industri pariwisata juga memberikan pendapatan bagi pemerintah melalui pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak parkir, pajak


(28)

akomodasi dan pajak-pajak lainnya. Industri pariwisata adalah jenis industri yang memegang peranan penting bagi tujuan pembangunan daerah yang pada umumnya untuk pendapatan asli daerah (PAD) dan pada khsususnya untuk memberikan peluang yang besar bagi daerah mampu mengelola sumber daya alam yang dimiliki agar dapat menghasilkan pemasukan bagi pemerintah daerah. Pemerintah daerah dalam hal ini terus berupaya untuk meningkatkan perekonomian daerahnya sendiri termasuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Seperti halnya Pendapatan Asli Daerah yang ada di kabupaten Lombok Barat yang 60% berasal dari penerimaan sektor pariwisata. Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dapat memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun regional. Untuk itu pariwisata dapat menjadi sektor andalan pemerintah dalam menunjang penerimaan negara (Fahmi, 2014).

Setiap pemerintah daerah memiliki dan menetapkanP arah kebijakan kebijakan ataupun strategi untuk bisa meningkatkan pemasukan daerahnya salah satunya dengan pendapatan asli daerah maka dari itu pemerintah daerah di dalam membuat kebijakan kebijakan dan steregi tersebut harus berlandaskan pada kebijakan pemerintah dan undang udang dasar di dalam pembangunan daerah sehingga bisa memberikan kontribusi yang besar dan bisa memberikan maanfaat bagi pembangunan daerah tersebut.

Secara geografis Kabupaten Lombok Barat terletak di antara 115046’ sampai dengan 116028 Bujur Timur dan 8012’ sampai dengan 8055’ Lintang


(29)

Selatan. Kabupaten Lombok Barat termasuk wilayah yang beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 27,6 0C dan suhu maksimum berkisar 32,6 0C serta suhu minimum 22,6 0C, dengan tingkat curah hujan rata-rata 77,38 mm setiap bulannya. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lombok Barat meliputi : Sebelah Utara : Kabupaten Lombok Utara, Sebelah Selatan : Samudera Indonesia, Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah Dan Lombok Timur dan Sebelah Barat : Selat Lombok dan Kota Mataram.

Kabupaten Lombok Barat juga terletak pada Segi Tiga Emas Daerah Tujuan Wisata di Indonesia, yaitu disebelah Barat adalah Pulau Bali, disebelah Utara adalah Tana Toraja dan disebelah Timur adalah Pulau Komodo. Disamping itu Kabupaten Lombok Barat sangat didukung oleh kekayaan alam serta keanekaragaman budaya sebagai aset wisata.Kabupaten Lombok Barat dengan ibukota Gerung, merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat, mempunyai luas wilayah ± 2.215,11 Km² yang terdiri dari daratan seluas ± 862,62 Km² dan lautan seluas 1.352,49 Km². Kondisi luas lautan masih tergabung dengan Kabupaten Lombok Utara.

Kabupaten Lombok Barat masih memiliki banyak potensi daerah yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan penerimaan daerah diantaranya sektor swasta dapat menjadi andalan pemerintah untuk mengembangkan sumber daya yang ada dan mengoptimalkan sektor-sektor yang bisa meningkatkan pendapatan daerah. Hingga saat ini sektor pariwisata masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan asli daerah Lombok Barat sebesar


(30)

60% setiap tahunnya.Wakil Bupati Lombok Barat Faozan Khalid, mengatakan bahwa sampai saat ini pariwisata masih menjadi yang terbesar untuk PAD Lombok Barat. Dia menyebutkan, untuk tahun 2014 dari Rp140 miliar, sekitar 50% hingga 60% masuk ke PAD Lombok Barat dari sektor pariwisata. PAD terbanyak diperoleh dari kawasan wisata Senggigi, Kecamatan Batu Layar. Sedangkan, tempat wisata lain seperti Narmada, Sekotong masih relatif kecil dibanding di kawasan wisata Senggigi(dikutip dari Bisnis.compada tanggal 15/4/2015).

Berangkat dari besarnya kontribusi yang diberikan sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah Lombok Barat inilah yang harus akan di lakukan suatu penelitian untuk melihat seberapa jauh variabel yang akan mempengaruhi dari segi pendapatan pemerintah daerah, seperti halnya banyaknya objek wisata, jumlah kunjungan wisata, pajak, investasi, pendapatan perkapita dan lain sebagainya. Kabupaten Lombok Barat adalah salah satu Kabupaten di Propinsi NusaTenggara Barat (NTB) yang memiliki kekayaan budaya yang beragam dan sumber daya alam yang melimpah.

Berdasarkan profil dari Dinas Pariwisata, Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Lombok Barat bertumpu pada keunikan dan kekhasan serta keelokan sehingga menempatkan keanekaragaman sebagai suatu yang prinsip dan hakiki, dimana pengembangan kepariwisataan Kabupaten Lombok Barat sangat didukung oleh kekayaan alam serta keanekaragaman budaya, yang dasarnya untuk kelestarian dan memperkukuh jati diri bangsa dan lingkungan alam.


(31)

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dapat di simpulkan bahwa Kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, salah satunya adalah menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara, dengan tetap memperhatikan segala aspek pembangunan kepariwisataan yang ada, yaitu tetap terjaga dan terpeliharanya kepribadian bangsa.

Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Jumlah objek pariwisata di Kabupaten Lombok Barat sebelum pemekaran sebanyak 60 (enam puluh) objek, baik yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Objek wisata ini tersebar diseluruh kecamatan yang terdiri dari 41 (empat puluh satu) objek wisata alam, 15 (lima belas) objek wisata budaya dan 4 (empat) objek wisata sejarah. Setelah terjadi pemekaran maka jumlah objek wisata yang ada di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 40 (empat puluh) objek wisata, yang terdiri dari : 24 (dua puluh empat) objek wisata alam, 15 (lima belas) objek wisata budaya/sejarah dan 1 (satu) objek wisata minat khusus.

Sesuai Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor 1474 tahun 1994 tanggal 2 Desember 1994 tentang Penetapan Objek-Objek Wisata di Kabupaten Lombok Barat, objek wisata yang dinyatakan berkembang berjumlah 21 objek wisata, sedangkan sisanya 29 objek masih dinyatakan belum berkembang. Adapun 21 (dua pluh satu) objek wisata yang


(32)

dinyatakanberkembang, baik yang terdapat di Kabupaten Lombok Baratdapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Jumlah Objek Wisata Yang Berkembang

No. Nama Objek Lokasi JenisObjek

Wisata

Jarak dari Mataram 1. Pantai Senggigi Senggigi Alam 13 Km 2. Batu Bolong Batulayar Budaya 12 Km 3. Pantai Mangsit Senggigi Alam 20 Km 4. Hutan Wisata Pusuk Kekait Alam 16 Km 5. Taman Lingsar Lingsar Budaya 9 Km 6. Taman Narmada Narmada Budaya/Sejarah 12 Km 7. Suranadi Suranadi Budaya/Sejarah 17 Km 8. Banyumulek Banyumulek Budaya/Sejarah 10 Km 9. Pura Agung

Gununsari

Lendang Bajur Budaya 4 Km 10. Desa Sesela Sesela Budaya 5 Km 11. Gunung Pengsong Kuranji Budaya 5 Km 12. Karang Bayan Karang Bayan Budaya 14 Km 13. Pantai Sekotong Sekotong Alam 30 Km

14 Aik Nyet Narmada Alam 20 Km

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat 2015

Berdasarkan data pada tabel diatas kurang lebih ada 60 (enam puluh)jumlah objek wisata dan objek wisata yang dinyatakan berkembang sebanyak 14 (empat belas) objek wisata berlokasi di Kabupaten Lombok Barat. Dapat di ketahui di kawasan daerah Sekotong tersebut terdapat pulau-pulau kecil atau yang di sebut Gili sebanyak 11 gili atau pulau-pulau.

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat di jelaskan bahwa tingkat kunjungan wisatawan baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara yang berkunjung ke wilayah Kabupaten Lombok barat terus mengalami kenaikan dari tahun ketahun.Secara umum jumlah kunjungan wisatawan


(33)

mancanegara dan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Lombok Barat mengalami peningkatan, seperti tampak pada tabel berikut:

Tabel 1.2

Data Jumlah Kunjungan Wisatawan

No. Tahun Asal Wisatawan

Wisman Wisnus Jumlah

1 2 3 4 5

1. 2010 70.294 157.774 230.063

2. 2011 85.008 184.972 269.980

3. 2012 110.457 196.763 307.220

4. 2013 132.693 240.352 373.045

5. 2014 201.248 264.122 465.370 6. 2015 219.830 248.319 468.149

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat 2015

Terdapat beberapa jenis objek pariwisata yang potensial di Kabupaten Lombok Barat dimana kesemuanya memiliki potensi yang tinggi bila dikembangkan dan dikelola secara optimal. Potensi pariwisata tersebut meliputi wisata alam, wisata religius, wisata sejarah dan budaya. Jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke obyek obyek wisata di Kabupaten Lombok Barat pada saat ini masih didominasi oleh obyek-obyek wisata yang sudah lebih dulu maju dan relatif didukung oleh sarana prasara yang cukup memadai seperti pantai Senggigi, pantai Meninting, pantai Mangsit, taman Narmada, taman Suranadi, Batu Bolong, Pura Lingsar, Hutan Sasaot.


(34)

Tabel 1.3

Perkembangan Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat tahun 2010-2014

Tahun Penerimaan Realisasi %

2010 1.398.819.115.841,37 1.272.218.058.843,65 90,95 2011 1.737.923.520.276,00 1.689.351.248.722,39 97,21 2012 2.370.407.070.900,00 2.242.817.184.524,64 94,62 2013 2.594.808.258.800,00 2.379.555.590.300,46 91,70 2014 2.923.616.362.119,00 2.789.427.241.814,45 95,41

Sumber : DPPKD Kabupaten Lombok Barat 2014

Pertumbuhan APBD dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan hal ini di sebabkan oleh meningkatnya pendapatan daerah baik yang bersumber dari Penerimaan Asli Daerah (PAD) maupun dari dana Perimbangan. Perkembangan Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata tahun 2010 - 2014 seperti tabel diatas.

Menurut Qadarrochman (2010), dalam penelitiannya yang menggunakkan variabel jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel berpengaruh signifikan. tetapi variabel pendapatan perkapita tidak berpengaruh secara signifikan. Dari keempat variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Kota Semarang adalah variabel jumlah obyek wisata. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Widianto (2013) yang menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel dan pajak hotel tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata. Sedangkan dari pajak restoran dan pajak hiburan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari kedua penelitian tersebut.


(35)

Menurut Wahyuni (2015), hasil penelitian yang diperoleh bahwa variabel independen yaitu jumlah wisatawan dan jumlah obyek wisata berpengaruhi pendapatan asli daerah sektor pariwisata di DIY tahun 2007-2014, sedangkan variabelpendapatan perkapita tidak berpengaruh terhadap PAD. Seperti hipotesis yang menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel pendapatan perkapita terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di DIY tidak diterima. Prioritas utama dalam membangun sistem ekonomi daerah serta dapat meningkatkan kemandirian daya saing melalui sektor pariwisata diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan penjelasan di latar belakang ini, maka topic dalam penelitian ini adalah

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENERIMAAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2008-2015”.

B. Batasan Masalah Penelitian

Pembatasan secara spesifik juga membuat pembahasan dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah. Sehingga didalam penelitian ini hanya menganalisis pengaruh jumlah wisatawan, jumlah objek wisata, jumlah usaha wisata, dan pajak usaha wisata. Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari yang diharapakan maka peneliti membatasi pembahasan dalam penelitian ini yaitu terfokus pada tingkat kunjugan wisatawan dan objek wisata yang sudah maju maupun yang masih berkembang terhadap Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.


(36)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian diatas permasalahan yang akan diteliti adalah seberapa optimal dan seberapa besar pengaruh dari jumlah wisatawan, jumlah objek wisata, jumlah usaha wisata dan pajak usaha wisata terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata, yang merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui dampak pariwisata terhadap perekonomian daerah dan juga sebagai salah satu faktor penentu tingginya tingkat perekonomian daerah adalah melalui PAD yang diterima daerah tersebut. PAD ini bersumber pada pajak daerah, retribusi daerah, hasil laba perusahaan daerah, penerimaan dinas dan pendapatan asli daerah yang sah.

Adapun pertanyaan penelitian yang akan dibahas adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat ?

2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel jumlah wisatawan terhadap penerimaan sektor pariwisatadi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.


(37)

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel jumlah objek wisataterhadap penerimaan sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.

3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah usaha wisata terhadap penerimaansektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.

4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh pajak usaha wisata terhadap penerimaan sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan PAD Di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.

2. Hasil penelitian ini juga dharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi terkait dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dalam mengambil sebuah kebijakan pembangunan daerah yang berkelanjutan.


(38)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah merupakan indikator yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam rangka otonomi daerah dan juga pendapatan daerah merupakan indikator yang dapat menetukan berhasil tidaknya kemandirian Kabupaten/Kota didalam otonomi daerah (Samsubar, 2003).

Pada umumnya suatu penerimaan pemerintah diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman yang berasal dari dalam negeri maupun pinjaman pemerintah yang berasal dari luar negeri (Mangkoesoebroto, 2001).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari bidang Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena mendorong perkembangan serta pembangunan beberapa sektor perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata, meningkatkan industri-industri baru yang erat


(39)

halnya hotel dan restoran, meningkatkan perolehan devisa negara serta memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional. Pariwisata adalah konsep umum yang sejarahnya kembali ke masa

lampau (tahun 1811) atau sebelumnya, dan definisinya terus berubah. Suatu konsepsi mengenai pariwisata yang dapat dipergunakan sebagai pegangan untuk membangun industri, bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis pemerintah tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan serta pengunjung lainnya (Lundberg, 1997).

Menurut Muharomah (2006) yang perlu diketahui ada beberapa hal untuk mengetahui potensi sumber-sumber PAD:

a. Kondisi awal suatu daerah

1) Besar kecilnya keinginan pemerintah daerah untuk menetapkan pungutan

2) Kemampuan masyarakat untuk membayar segala pungutan-pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

b. Peningkatan cakupan atau ekstensi dan intensifikasi penerimaan PAD Kegiatan ini merupakan upaya memperluas cakupan penerimaan PAD c. Perkembangan PDRB per kapita rill


(40)

Berbagai pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah maka akan semakin tinggi pendapatan seseorang dan juga semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk membayar (ability to pay).

d. Pertumbuhan penduduk

Jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang ditarik akan meningkat, besarnya pendapatan dapat dipengaruhi oleh jumlah penduduk.

e. Tingkat inflasi

Inflasi akan meningkatkan penerimaan PAD yang penetapannya didasarkan pada omzet penjualan, misalnya pajak hotel.

f. Penyesuaian tariff

Untuk pajak atau retribusi yang tarifnya ditentukan secara tetap, maka dalam penyesuain tariff perlu mempertimbangkan laju inflasi, Peningkatan pendapatan sangat tergantung pada kebijakan penyesuaian tarif.

g. Pembangunan baru

Pembangunan-pembangunan baru seperti pembangunan pasar, pembangunan terminal, pembangunan jasa pengumpulan sampah juga dapat di peroleh untuk penambahan PAD.

h. Sumber pendapatan baru

Adanya suatu kegiatan usaha baru dapat mengakibatkan bertambahnya sumber pendapatan pajak atau retribusi yang sudah ada.


(41)

Misalnya usaha persewaan laser disc, usaha persewaan komputer/internet dan lain-lain.

i. Perubahan Peraturan

Adanya perubahan peraturan baru, khususnya yang berhubungan dengan pajak dan atau retribusi jelas akan meningkatkan PAD.

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang diatur dalam Undang No.12 Tahun 2008 perubahan kedua atas Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah Pasal 57 adalah hasil retribusi daerah. Dalam pasal ini menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas:

a) Pajak daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 pajak daerah adalah sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah juga dapat didefinisikan sebagai pajak Negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah melalui undang-undang.

b) Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan terhadap orang atau badan kepada pemerintah daerah dengan konsekuensi pemerintah daerah memberikan jasa pelayanan atau perijinan


(42)

tertentu yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.

c) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d) Lain-lain pendapatan asli daerah sah

2. Penerimaan Pariwisata

Penerimaan pariwisata di dalam penelitian ini merupakan pendapatan dari pajak dan retribusi yang diterima oleh pemerintah daerah dari sektor pariwisata. Penerimaan pariwisata dalam penelitian ini bersumber dari pajak pembangunan, pajak tontonan/hiburan, retribusi obyek dan daya tarik wisata, retribusi perijinan, retribusi penggunaan aset Pemerintah Daerah.

a. Pajak Daerah

Pajak daerah didefinisikan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang dapat dipaksakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. 1. Jenis pajak Provinsi terdiri dari:

a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan


(43)

Dalam penelitian ini penerimaan daerah dari sektor pariwisata diperoleh dari pajak pembangunan dan pajak tontonan/hiburan.

1) Pajak Pembangunan

Pajak pembangunan merupakan pajak yang diperoleh dari adanya pembangunan-pembangunan bangunan baru. Tujuan pemungutan pajak pembangunan ini agar terciptanya pembangunan yang merata.

2) Pajak Tontonan/hiburan

Pajak hiburan merupakan pajak atas penyelenggaraan hiburan Selain itu, pajak hiburan dapat diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.

Dengan demikian objek pajak hiburan itu meliputi pertunjukan film, pertunjukan kesenian, pertunjukan pagelaran, penyelenggaraan diskotik dan sejenisnya, penyelenggaraan tempat-tempat wisata dan sejenisnya, pertandingan olahraga, pertunjukan dan keramaian umum lainnya. Objek pajak hiburan merupakan suatupenyelenggaraan hiburan yang dipungut bayaran. Yang dimaksud hiburan antara lain berupa tontonan film, kesenian, pagelaran musik dan tari, diskotik, karaoke, klub malam, permainan biliar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, pertandingan olahraga

Pada pajak hiburan, sebyek pajak adalah konsumen yang menikmati hiburan. Sementara itu, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang


(44)

menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian, subyek pajak dan wajib pajak pada pajak hiburan tidak sama.

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.

Daerah Provinsi, kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis etribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat (Yani, 2002).

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberiaan izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Siahaan, 2005).

Kontribusi retribusi terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota yang relatif tetap perlu mendapat perhatian serius bagi daerah karena secara teoriti terutama untuk kabupaten/kota retribusi seharusnya mempunyai peranan/kontribusi yang lebih besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Departemen Keuangan RI, 2004).


(45)

Obyek retribusi daerah terdiri dari:

1) Jasa umum yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatn umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2) Jasa usaha yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial.

3) Perizinan tertentu yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Subyek retribusi daerah terdiri dari:

1. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

2. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah.

3. Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah.

1. Kepariwisataan a. Pariwisata

Istilah kepariwisataan berasal dari akar kata wisata. Dalam kepustakaan tentang kepariwisataan di Indonesia, seperti halnya yang tercantum dalam UU No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan yaitu


(46)

kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan perjalanan disebut sebagai wisatawan.

Wisata adalah berpergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya. Wisata merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (Yoeti, 1996)

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni, budaya, tat kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah keindahan alam, gunung berapi, danau dan pantai.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, paramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, kosultan pariwisata,


(47)

informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah, makan, bar, dan angkutan wisata.

Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara dan dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu (Spillane, 1987).

Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu :

1) Harus bersifat sementara.

2) Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi paksaan. 3) Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran.

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam rangka usaha memperbesar PAD, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Kata pariwisata secara umum telah diterima sebagai terjemahan dari kata tourism, menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta dan terdiri dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti seluruh, semua dan penuh sedangkan wisata berarti perjalanan.


(48)

Dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari sesuatu tempat, menuju dan singgah di suatu atau di beberapa tempat, dan kembali ke tempat asal.

b. Jenis Pariwisata

Jenis wisata ditentukan menurut motif tujuan perjalanan dengan dibedakan adanya beberapa jenis pariwisata khusus sebagai berikut (Spillane, 1987):

1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

Pariwisata untuk menikmati perjalanan dilakukan untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam dan mendapatkan kedamaian.

2) Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)

Pariwisata sebagai rekreasi dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan untuk menyegarkan keletihan.

3) Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)

Pariwisata untuk kebudayaan merupakan suatu serangkaian motivasi seperti keinginan belajar di pusat riset, mempelajari adat-istiadat, mengunjungi monument bersejarah dan peninggalan purbakala dan ikut festival seni music.


(49)

4) Pariwisata untuk olahraga (Sport Tourism)

Pariwisata untuk olahraga dibagi menjadi dua kategori, yakni pariwisata olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games

serta buat mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, rafting, dan memancing. 5) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

Pariwisata untuk urusan usaha dagang umumnya dilakukan para pengusaha atau indudtrialis antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi teknis.

6) Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Pariwisata untuk berkonvensi berhubungan dengan konferensi, symposium, siding dan seminar intrernasioanal.

4. Industri Pariwisata

Kegiatan pariwisata adalah suatu kegiatan berkenaan dengan usaha memenuhi kebutuhan hidup manusia untuk memperoleh kesenangan. Kesenangan itu bisa dinikmati dan bisa dirasakan berkat adanya jasa yang diberikan oleh pihak tertentu. Pariwisata itu sendiri merupakan suatu industri Sesuai dengan istilahnya, pengertian industri adalah The quality ofworking hard, the production of goods, the creation of wealth by human efforts(Hornby, 1978).

Kegiatan industri dalam pariwiata itu memerlukan kerja keras agar berhasil, yang akan memberikan kepuasan dan kesejahteaan kepada manusia. Oleh karena itu kata industri senantiasa mengandung pengertian


(50)

suatu usaha yang menghasilkan produk. Produk wisata adalah rangkaian jasa-jasa yang mempunyai segi ekonomis, sosial dan psikologis. Produk wisata dapat dihasilkan oleh berbagai perusahaan seperti jasa horel, jasa angkutan, jasa hiburan, jasa penyelenggraan tour dan sebagainya. Disediakan oleh masyarakat antara lain jalanan dan keramahtamahan rakyat, Disediakan oleh alam seperti pemandangan alam, pantai, lautan dan sebagainya. Jasa-jasa itu merupakan rangkaian yang saling berkaitan satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang disebut “Package

(Hamalik, 1978).

Produk wisata itu terdiri dari dua jenis yaitu keduanya saling melengkapi, yakni segi yang menyangkut produk-produk dari pengusaha-pengusaha lain dan segi yang menyangkut faktor-faktor keaslian alam dan tingkah laku manusia. Semuanya saling bergantungan dan tidak boleh jelek salah satu karena bisa mengakibatkan kejelekan pula pada segi yang lain (Prajogo, 1976).

a. Ciri-Ciri Produk Wisata

Ciri-ciri produk wisata tersendiri dari dan berbeda dengan produk industri yang lain. Adapun yang menjadi ciri-ciri produk wisata adalah sebagai berikut:

1) Tak dapat dipindahkan wisatawan harus datang sendiri untuk menikmati dan mengalami produk tersebut.


(51)

2) Produk dan konsumsi terjadi pada saat yang sama, artinya produk itu terjadi pada waktu langganan itu sedang menggunakan jasa-jasa tersebut.

3) Tidak ada suatu standard tertentu secara objektif, karena jasa pariwisata mempunyai berbagai ragam bentuk.

4) Langganan tidak dapat mencicipi atau mengetahui dan menguji produk itu sebelumnya, kecuali melihat gambar-gambar saja dengan penjelasanya.

5) Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar bersifat elastic, kalau terjadi perubahan situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat yang menurun maka dapat menggoyahkan sendi-sendi penanaman modal usaha kepariwisataan, terjadinya kemunduran yang deras akan mempengaruhi pula industri menunjang wisata (Hornby, 1978).

Dengan demikian jelaslah bahwa industri pariwisata itu adalah suatu proses kegiatan ekonomi di bidang kepariwisataan yang produknya berupa jasa-jasa (services) untuk memenuhi kebutuhan wisatawan secara

compartable (menyenangkan), privacy (betah karena tidak terganggu) dan

security (terjamin keamanan pribadi) sehingga wisatawan kerasan (Prajogo, 1976).

Unsur-unsur kesenangan, kebetahan dan keyamanan bagi wisatawan perlu mendapat perhatian dan jaminan yang sunguh-sunguh, karena unsur ini sangat erat hubungannya dengan motif-motif psikologis


(52)

dari wisatawan itu. Kalau terjadi dimana wisatawan merasa tidak senang atas pelayanan yang diberikan maka akibatnya ia tidak akan betah tinggal di suatu tempat. Demikian pula kalau keamanan pribadinya merasa tidak terjamin maka sudah tentu ia tidak akan senang dan tidak akan betah. Akibat berikutnya ialah untuk waktu selajutnya ia tidak akan mau lagi mengikuti program wisata.

b. Cabang-cabang Industri Pariwisata

Industri pariwisata terdiri dari tiga macam sarana yaitu: 1. Sarana Pokok (Main Tourism Supra Structure).

2. Sarana Pelengkap (Suplementing Tourism Supra Structure).

3. Sarana Penunjang(Supporting Tourism Supra Structure) (Hamalik, 1978).

Yang dimaksud dengan sarana pokok adalah perusahaan-perusahaan yang kelangsungannya hidupnya terhangantung pada ada atau tidaknya wisatawan, yang dimaksud di dalamnya adalah Travel Agencis, Tourist Transportation, Accomodation/Hotel, dan lainnya, Catering Trade, Tourist Objects, Souvenir. Sedangkan saran pelengkap adalah perusahaan-perusahaan yang melengkapi sarana pokok, yang berfungsi membuat para wisatawan senang, betah, kerasan, hingga mereka ingin tingggal lebih lama pada suatu tempat atau daerah yang termasuk kategori ini antara lain

Swimingpoll, Tennis Court, Golf Course, Recreation Centre dan lain sebagainya.


(53)

Sarana penunjang ialah perusahaan-perusahaan yang melengkapi sarana pokok dan pelengkap yang berfungsi tidak saja membuat wisatawan lebih lama tinggal atau berdiam pada suatu tempat atau dawrah tetapi agar wisatawan yang bersangkutan juga bisa lebih nyaman serta bisa merasakan wisata yang memberikan dampak yang berbeda dan menyenangkan bagi wisatawan. Dalam kategori ini adalah Night Club, Steambath, Casino. Menurut uraian tersebut dapatlah ditemukan bahwa cabang-cabang industry pariwisata banyak sekali dan tentulah erat hubungannya satu sama lain. Tiap perusahaan akan dapat bekerja lebih efektif dan efisien apabila satu sama lain mengadakan hubungan kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.

5. Hubungan Kepariwisataan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Disadari bahwa setiap potensi kepariwisataan berada di daerah, potensi kepariwisataan ini dapat menjadi objek wisata andalan yang mampu berkembang dan bertahan terus terpelihara dengan baik, tentu saja semua ini sangat ditentukan oleh berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah terutama pemerintah daerah sesuai dengan otonomi yang dimilikinya.

Dalam iklim otonomi, dapat di ketahui pula seluruh potensi daerah baik dalam bentuk khazanah budaya dan sejarah bangsa, adat istiadat dan lain-lain, dapat dikemas dengan baik melalui wahana pariwisata, karena pariwisata dapat kesatuan bangsa, sehingga bisa dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera, bersatu dan mandiri. Selain itu di era otonomi, pariwisata dapat berperan dalam mewujudkan keadilan dibidang ekonomi,


(54)

melalui pemberdayaan potensi ekonomi daerah secara optimal, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha perhotelan, restoran dan penyelenggaraan paket wisata, banyak kegiatan ekonomi lainnya yang berhubungan dengan pariwisata, sebagai transportasi, telekomunikasi, dan bisnis eceran.

6. Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Daerah

Dalam undang-undang nomer 32 tahun 2004 tetang pemerintah daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: (a) Pendapatan asli daerah yaitu, (i) hasil pajak daerah,(ii) hasil retribusi daerah, (iii) hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan (iv) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. (b) dana perimbangan, (c) pinjaman daerah, (d) lain-lain pendapatan yang asli. Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang di miliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya adalah sektor pariwisata.


(55)

Pendapatan asli daerah (PAD) adalh salah satu sumber pendapatan daerah yang di tuangkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBD) dan merupakan sumber murni penerimaan daerah yang selalu duharapkan peningkatannya. Hasil penelitian yang dilakukan Roerkaerts dan Savat (Spillane,1987) menjelaskan bahwa manfaat yang dapat diberikan sektor pariwisata adalah:

a. Menambah pemasukan dan pendapatan, baik untuk pemerintah maupun masyarakatnya. Penambahan ini bisa dilihat dari meningkatnya pendapatan dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat, berupa penginapan, restoran, dan rumah makan, pramuwisata, biro perjalanan dan penyediaan cindar mata. Bagi daerah sendiri kegiatan usaha tersebut merupakan potensi dalam menggali PAD, sehingga perekonomian daerah dapat di tingkatkan.

b. Membuka kesempatan kerja, industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di daerah tersebut.

c. Menambah devisa negara, semakin banyaknya wisatawan yang datang, maka semakin banyak devisa yang diperoleh.

d. Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli, serta menunjang gerak pembangunan daerah. Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah di DIY.


(56)

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat

1. Jumlah Wisatawan

Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009). Semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Pacific Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri asalnya, wisatawan ini meliputi:

1) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, keperluan kesehatan dan sebagainya 2) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konfrensi, musyawarah atau sebagai utusan dari instasi atau organisasi 3) Orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk bisnis

4) Pejabat pemerintah dan militer beserta keluarganya yang ditempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan sebagai wisatawan.

Spillane (1987) membagi kategori wisatawan menjadi wisatawan dan pelancong. Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam sedangkan pelancong adalah pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam.


(57)

Menurut Qadarrochman (2010), semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanja tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut.

Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan ke DIY, maka pendapatan sektor pariwisata seluruh DIY juga akan semakin meningkat.

2. Jumlah Objek Wisata

Indonesia sebagai negara yang memiliki keindahan alam sertakeanekaragaman budaya yang mempunyai kesempatan untuk menjual keindahan alam dan atraksi budayanya kepada wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara yang akan menikmati keindahan alam dan budaya tersebut. Tentu saja kedatangan wisatawan tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi daerah yang dikunjunginya. Bagi wisatawan mancanegara yang datang dari luar negeri, kedatangan mereka akan mendatangkan devisa bagi negara (Badrudin,2001). Membangun suatu obyek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut. Obyek wisata umumnya


(58)

berdasarkan pada : pasti akan meningkat lebih cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian (Todaro, 2000).

PDRB di definisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi. Mereka memiliki trend hidup dan waktu senggang serta pendapatan (income) yang relative besar. Artinya kebutuhan hidup minimum mereka sudah terpenuhi. Mereka mempunyai cukup uang untuk mebiayai perjalan wisata.

Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat maka semakin besar pula kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata, yang pada akhirnya berpengaruh positif dalam meningkatkan pendapatan asli daerah sektor pariwisata di DIY.

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bers

d. Objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

e. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai


(59)

luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

b) Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan daerah tujuan wisata tertinggi kedua setelah Bali memiliki potensi pariwisata yang cukup besar, khususnya wisata budaya dan wisata alam. Dengan demikian, banyaknya jumlah objek wisata yang ada, maka diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pariwisata di DIY, baik melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.

3. Jumlah Usaha Wisata

Jumlah usaha wisata dapat di artikan sebagai usaha jasa pariwisata yang di atau dalam undang-udang no 9 tahun 1990 tentang jenis usaha pariwisata, jumlah usaha wisata itu salah satu factor pendukung utama bagi para wisatawan yang ingin berwisata atau yang akan mengunjungi tempat wisata tersebut. Berbagai jenis usaha wisata yang bisa bermanfaat dan di butuhkan oleh para wisatwan tersebut meliputi hotel berbintang maupun hotel melati, pondok wisata, tempat penginapan, restaurant atau rumah makan, serta dari segi usaha jasa pariwisata itu sendiri di butuhkan seperti biro perjalan wisata atau travel, penyediaan tempat sewa mobil atau motor atau jasa rent car bagi para wisatawan, juga dari segi hiburan umum yang dapat menunjang kenyamanan bagi wisatawan seperti diskotik, live music, diving, padang golf, kolam renang, dan tempat hiburan atau rekreasi lainya.


(60)

Pada dasarnya usaha wisata itu dapat memberikan suntikan dan atau pendapatan bagi sektok pariwisata di sebuah daerah karena semakin banyak nya usaha usaha wisata yang memiliki standar keamanan dan kenyamanan bagi para wisatawan serta usaha usaha wisata tersebut memiliki standar yang berkualitas maka dari banyak pula wisatawan yang menggunakan jasa jasa usaha wisata di daerah tersebut sehingga pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata juga semakin meningkat.

Dalam penelitian terdahulu oleh Widyaningrum (2013), mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan dan jumlah obyek wisata terhadap pendapatan sektor pariwisata. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menyatakan bahwa ketiga variabel yaitu tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan dan jumlah objek wisata berpengaruh signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Kudus.

4. Pajak Usaha Wisata

Menurut UU No.34 tahun 2000 tentang perubahan UU No.18 tahun 1997 bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salahsatu sumber pendapatan daerah yang sangat penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah dilakukan oleh individu atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat paksakan berdasarkan peraturan


(61)

perundang-undangan yang berlaku, kemudian digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembengunan daerah.

Pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata atau usaha wisata ini merupakan salah satu indidakor penunjang sebuah pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata seperti kita ketahui pajak tersebut merupakan faktor pendukung dari sebuah daerah guna meningkatkan pendapatannya. Pajak dalam di kaitakan dengan pajak usaha wisata yang meliputi pajak pajak tempat tempat hiburan baik itu hotel,restoran, café maupun tempat-tempat hiburan lain nya yang bisa memberikan kontribusi besar bagi pemasukan pendapatan asli daerah khususnya dari sektor pariwisata tersebut karena itulah pajak merupakan factor penting yang bisa memberikan dampak yang singnifikan bagi pendapatan asli daerah tersebut.

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Menurut Huda (2009) dalam penelitian yang berjudul“Analisis Penerimaan Devisa Sektor Pariwisata dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya di Provinsi Jawa Timur”. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan


(62)

variabel jumlah wisatawan, jumlah objek wisata, jumlah hotel, biro perjalanan, rata-rata lama tinggal, rata-rata pengeluaran wisatawan dan

Kurs Dollar AS sebagai variabel independen sedangkan penerimaan devisa sektor pariwisata sebagai variabel dependen. Dari pengujian hipotesis dengan uji F dinyatakan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan dari pengujian hipotesis dengan t dinyatakan bahwa variabel bebas yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan devisa sektor pariwisata hanya variabel jumlah obyek wisata.

2. Penelitian oleh Anggraini (2004) dengan judul penelitian “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DKI Jakarta”. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan jumlah kunjungan wisman sebagai variabel dependen dan investasi sektor perhotelan, jumlah biro perjalanan wisata, nilai tukar, dan faktor keamanan sebagai variabel independen. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang diduga berpengaruh nyata secara bersama-sama terhadap variabel dependen pada taraf nyata 0,01 sehingga model tersebut layak untuk menduga parameter jumlah kunjungan wisman dengan tingkat kepervayaan sebesar 99 persen. Berdasarkan hasil uji t, investasi sektor perhotelan dan jumlah biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisman pada tarafnya 0,01 dan kondisi keamanan berpengaruh pada tarafnya 0,05


(63)

dengan arah negatif pada saat kondisi tidak aman. Sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisman.

3. Penelitian yang hampir serupa seperti penelitian-penelitian yang di atas adalah penelitian yang di lakukan oleh Sumual (2014) dengan judul penelitian“Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Di Kota Manado”. Analisis yang digunakan metode ekonometrik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana Ordinary Least Square. Untuk mendapatkan hasil regresi antar variabel independen Jumlah Wisatawan dan Jumlah Hotel dan Variabel dependent Penerimaan Pajak Daerah maka digunakan data sekunder yang bersumber dari kantor Dinas Pendapatan Daerah Tahun 2007-2011 dalam quartalan bahwa jumlah wisatawan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak daerah sedangkan jumlah hotel tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah.

4. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wenagama (2013) dalam penelitian tentang“Pengaruh Jumlah Kunjungan dan Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali Tahun 1996 – 2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap PDRB dengan menggunakan analisis jalur. Hasil pengujian analisis jalur menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara berpengaruh positif dan


(64)

nyata terhadap pengeluaran wisatawan mancanegara, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara berpengaruh positif dan nyata terhadap PDRB Provinsi Bali dan pengeluaran wisatawan mancanegara berpengaruh secara simultan terhadap PDRB, secara tidak langsung jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap PDRB melalui pengeluaran wisatawan. 5. Menurut penelitian Widianto (2013) dengan judul penelitian

tentang“Analisis Optimalisasi Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan dan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa, jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, pajak hotel dan retribusi objek wisata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan daerah dari sektor pariwisata. Sedangkan pajak restoran dan pajak hiburan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah dari sektor pariwisata.

6. Penelitian yang dilakukan Satrio (2002) dengan judul penelitian“Perkembangan Pendapatan Pemerintah Daerah dari Sektor Pariwisata di Kabupaten Blora dan Faktor yang Mempengaruhi”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan pendapatan pariwisata sebagai variabel dependen dan empat variabel independen yaitujumlah rumah makan, jumlah sarana angkutan, jumlah pengunjung obyek wisata, jumlah kamar hotel dan dana pengembangan. Dari hasil uji


(65)

signifikansi diperoleh bahwa tiga variabel yaitu jumlah rumah makan, jumlah sarana angkutan dan jumlah pengunjung obyek wisata berpengaruh positif terhadap pendapatan pariwisata pada taraf signifikansi 5 persen dan variabel jumlah kamar hotel dan dana pengembangan berpengaruh negatif. C. Hipotesis

1. Diduga jumlah wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.

2. Diduga jumlah objek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.

3. Diduga jumlah usaha wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.

4. Diduga pajak usaha wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2015.


(66)

D. Model Penelitian

Di dalam kerangka berpikir ini dapat di gambarkan bahwa faktor-faktor apa saja yang mempenggaruhi penerimaan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Barat.

Jumlah Wisatawan (+)

Jumlah Objek Wisata (+)

Jumlah Usaha Wisata (+)

Pajak Usaha Wisata (+)

Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata


(67)

(68)

(69)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian

Daerah penelitain yang digunakan adalah meliputi 5 (lima) Kecamatan yang berada di Daerah Kabupaten Lombok Barat, yaitu :

a. Kecamatan Sekotong b. Kecamatan Kediri c. Kecamatan Narmada d. Kecamatan Lingsar e. Kecamatan Batulayar 2. Subjek Penelitian

Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah pendapatan daerah sektor pariwisata sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah wisatawan, jumlah objek wisata, jumlah usaha wisata dan pajak usaha wisata.

B. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan data sekunder berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan selama periode tahun 2008 sampai dengan 2015. Karena metode panel data merupakan metode penggabungan antara time series dan cross section


(70)

data sebaiknya jumlah data time series dan cross section lebih banyak sehinggan bisa memberikan hasil yang signifikan di dalam pegolahan data tersebut.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan oleh penulis dengan menggunakan metode library research atau kepustakaan yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan ilmiah, artikel, jurnal, majalah, laporan-laporan penelitian ilmiah yang berhubungan dengan topic penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan pencatatan secara langsung berupa data

time series dan cross section dari tahun 2008 sampai dengan 2015 yang diperoleh dari Dinas Pariwisata, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pendapatan dam Pengeloaan Keuangan Daerah (DPPKD) Daerah Kabupaten Lombok Barat serta instansi laiinya yang terkait dengan penelitian ini.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Definisi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel yaitu variabel terikat (dependen) dan Variabel bebas (independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan daerah sektor pariwisata, sedangkan variabel independen adalah jumlah wisatawan, jumlah objek wisata, jumlah usaha wisata dan pajak usaha wisata. Berikut ini dijelaskan definisi operasional masing-masing variabel:


(71)

a) Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata

Pendapatan daerah sektor pariwisata adalah seluruh anggaran pendapatan yang di alokasikan oleh pemerintah Kabupaten Lombok Barat khusus untuk seluruh sektor pariwisata.

b) Jumlah wisatawan

Jumlah wisatawan yang dimaksud orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009). Semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.

c) Jumlah objek wisata

obyek wisata yang dimaksud merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek wisata harus dirancang dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.

d) Jumlah usaha wisata

Jumlah usaha wisata adalah penyediaan akomodasi wisata yang meliputi jasa wisata dari segi tempat tinggal ,makanan dan minuman untuk para wisatawan serta adanya sarana dan


(72)

prasana yang lain untuk menunjang kebutuhan dan keinginan dari wisatawan tersebut sehingga bisa memberikan rasa nyaman dan bisa memenuhi kebutuhan bagi para wisatawan yang berbeda-beda.

e) Pajak usaha wisata

Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang pajak daerah, di dalam undang-undang tersebut mencakup adanya pajak hotel,pajak hiburan dan pajak restoran. Pajak pajak tesebut yang menjadi salah satu dasar untuk di jadikan sumber penerimaan daerah dari sektor pariwisata..

E. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Metode analisis regresi data panel dipilih penulis dalam menganalisis data pada penelitian ini. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam meneliti pendapatan daerah sektor pariwisata antar 5 (lima) Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Lombok Barat.

Data panel (pooled data) diperoleh dengan cara menggambungkan data time series dengan cross section. Analisis regresi dengan data panel (pooled data) memungkinkan peneliti mengetahui karakteristik antar waktu dan antar individu dalam variabel yang bisa saja berbeda-beda.

Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empiric dengan perilaku data yang lebih dinamis. Adapun


(73)

kelebihan yang di peroleh dari penggunaan data panel sebagai berikut (Gujarati, 2004):

1. Data panel mampu menyediakan lebih banyak data, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik.

2. Data panel mampu mengurangi kolinieritas variabel.

3. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. 4. Mampu menggambungkan informasi dari data time series dan cross

section dapat mengatasi masalah yang timbul karena adanya masalah penghilangan variabel (omitted variable).

5. Data panel lebih mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni apapun

cross section murni.

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.

F. Metode Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:

1. Model Pooled Least Square (Common Effect)

Model ini dikenal dengan estimasi Common Effect yaitu teknik regresi Yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel dengan cara hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. model


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)