Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo

(1)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB

SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

EDI YOEL S.G 040501041

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia serta kemurahan hati-Nya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDRB Sektor

Pariwisata Di Kabupaten Karo”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen pembimbing penulis yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga selesainya skripsi ini. 4. Bapak Prof. DR Syaad Afifuddin, MSi selaku dosen pembanding I 5. Ibu Dra. Raina Linda S, MSi, selaku dosen pembanding II

6. Bapak DR. Irsyad Lubis, Msoc, Sc, Phd, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Drs. Jonathan Sinuhaji selaku dosen wali beserta seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendukung, mendidik, dan membimbing penulis dengan baik.

8. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang tidak pernah kukenal, yang selalu setia mendoakan penulis, dan memberikan dukungan baik moril maupun material 9. Buat bibi (Bunda) tercinta, kak Melly, kak Yani serta adik-adikku yang selalu

menjadi motivasi bagi penulis

10.Buat my friends: Marwan, Esra, Toto, Gideon, Faber, Ardo, sopian, daniel yang merupakan teman-teman seperjuangan penulis dalam suka dan duka

11.Teman-teman seperjuangan penulis lainnya yang tetap selalu memberikan motivasi dan pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(3)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Penulis menyadari sepenuhnya, dengan keterbatasan waktu, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kelemahan dan kekurangan. Demi penyempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang berkompeten dalam bidang ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2008 Penulis,

(EDI YOEL S.G)


(4)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

ABSTRACT

In attempt to increase the regional income , government continuous to attempt actifely and encourage all sources sector then each sector contributes optimally.

One of the most continuous sector encouraged is tourism sector.indonesia developed this sector since Five Year Development Program I, and in the Five Year Development Program V, government had enforced “Tourism Awarness Program”, i.e., safety, orderly, fresh, beautiful, clean friendly, and memory.

This program is enforced in order to support any factors in relating to tourism industry sector, i.e. foreign and dometic investment, the number of tourists, and staying durating in rendering contribution to increase Product Domestic Regional Bruto (PDRB).

This research use regression analysis with OLS ( Ordinary Least Square ) method by using a computer programe called E-VIEWS 4.1.

The results shows that there is a significant influence of the tourism sector to Product Domestic Regional Bruto (PDRB) by 0,85 coefficient of determinant (R-square). While, each of the independent variables has the significant effect to dependent variable. Therefore, the scription concludes that the touris sector is so important to increase Product Domestic Regional Bruto (PDRB).

Keywords : Foreign and domestic investment, the number of tourists, staying durating, Product Domestic Regional Bruto (PDRB) of tourism sector, North Sumatera.


(5)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan daerah, pemerintah secara terus-menerus berusaha mengaktifkan dan mendorong semua sektor agar masing-masing sektor dapat memberi masukan yang optimal.

Salah satu sektor yang mendorong secara terus-menerus adalah sektor pariwisata. Indonesia mengembangkan sektor ini sejak program pembangunan lima tahun tahap I, dan dalam rencana pembangunan lima tahun tahap V, pemerintah telah menyelenggarakan program “sadar pariwisata” yaitu : aman, tertib, segar, indah, bersih dan memberi kenangan.

Program ini diselenggarakan dalam rangka untuk mendukung faktor lain yang berhubungan dengan sektor industri pariwisata yaitu : investasi sektor pariwisata, jumlah wisatawan, dan lama tinggal wisatawan yang mampu memberi sumbangan untuk meningkatkan PDRB sektor pariwisata.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan model kuadrat terkecil (Ordinary Least Square / OLS) dengan menggunakan program komputer E-VIEWS 4.1.

Hasilnya menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dari sektor pariwisata terhadap Product Domestic Regional Bruto (PDRB) dengan koefisien determinan (R-square) sebesar 0,85. selain itu, semua variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Oleh sebab itu, kesimpulan dari skripsi ini menyatakan bahwa sektor pariwisata sangat penting dalam meningkatkan Product Domestic Regional Bruto (PDRB).

Kata Kunci : Investasi (PMA dan PMDN) sektor pariwisata, jumlah wisatawan, lama tinggal wisatawan dan PDRB sektor pariwisata.


(6)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman Kata

Pengantar...i Abstract... ..iii

Abstrak... ..iv

Daftar

Isi……….………..……...v Daftar

Tabel………...………...viii Daftar

Gambar………...ix Daftar

Lampiran...x

BAB I

PENDAHULUAN………...………..…….1

1.1Latar

Belakang………...…..1 1.2Perumusan

Masalah……….…4

1.3Hipotesis………...

...5 1.4Tujuan

Penelitian………...5 1.5Manfaat


(7)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

BAB II TINJAUAN

PUSTAKA………..………...7

2.1 Industri Priwisata………..……...7

2.1.1 Pengertian Industri Pariwisata……….…..….7

2.1.2 Jenis-jenis Pariwisata……….………...…....13

2.1.3 Bentuk-bentuk Pariwisata…………...………..…....15

2.1.4 Masalah Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Pariwisata……….16

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Pariwisata……18

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

………...21

2.2.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)……...21

2.2.2 Teori-Teori Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)…………...24

2.3

Investasi………...26

2.3.1 Pengertian Investasi………...………....26

2.3.2 Teori Investasi……….………...27

2.3.3 Pembagian Investasi….………....28

2.3.4 Fungsi Investasi………...………30

2.4 Pembangunan


(8)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

2.4.1 Pengertian Pembangunan

Ekonomi...31

2.4.2 Pembangunan Ekonomi Daerah...35

2.5

Ketenagakerjaan...39

2.5.1 Pengertian Tenaga

Kerja...39

2.5.2 Teori Ketenagakerjaan...39

BAB III METODE

PENELITIAN………..……..43

3.1 Ruang Lingkup Penelitian………...……..…….43

3.2 Jenis dan Sumber Data………...….43

3.3 Metode dan Tehnik Pengumpulan Data………...…..44

3.4 Pengolahan Data………..………...….44

3.5 Model Analisis Data……….……...…..44

3.6 Test of Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian )………..…...…...46

3.6.1 Koefisien Determinasi ( R-Squere )………...46

3.6.2 Uji t-statistik………...46

3.6.3 Uji F-statistik………...………..…...47

3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……….…...48


(9)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

3.7 Definisi Variebel Operasional…………..………..…...50

BAB IV HASIL DAN

PEMBAHASAN………...51

4.1 Potensi dan Kondisi

Wilayah………...…..51

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah..………...51

4.1.2 Keadaan Penduduk...………..…..53

4.1.3 Sosial dan Ekonomi...………...….54

4.1.4 Potensi Kabupaten Karo...58

4.1.5 Sarana dan Prasarana Didalam Mendukung Perkembangan Pariwisata... ..63

4.1.6 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Karo...68

4.2 Hasil Estimasi dan Interpretasi………..………..…...75

4.2.1 Analisis dan Pengumpulan Data………...…………..…..75

4.2.2 Interpretasi Model………...…....76

4.2.3 Analsis Koefisien Determinasi……….…………...77

4.2.4 Uji Penyimpangan Asumís Klasik………83

BAB V KESIMPULAN DAN


(10)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

5.1

Kesimpulan………..………..86 5.2

Saran………..…...….87

DAFTAR

PUSTAKA………..……..xi LAMPIRAN………..….. .xii


(11)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

Tabel 4.1 Luas Kabupaten Karo

Tabel 4.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Karo Tabel 4.3 Penduduk Menurut Pendidikan di Kabupaten Karo

Tabel 4.4 Jumlah Sarana Pendidikan dan Latihan Kerja di Kabupaten Karo Tabel 4.5 Jumlah Sarana Kesehatan

Tabel 4.6 Angkatan Kerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Tabel 4.7 Objek-objek Wisata di Kabupaten Karo

Tabel 4.8 Daftar Hotel Berbintang di Kabupaten Karo Tabel 4.9 Daftar Hotel Melati di Kabupaten Karo Tabel 4.10 Sarana Umum di Kabupaten Karo

Tabel 4.11 Jumlah Perusahaan Perbankan di Kaupaten Karo Tabel 4.12 PDRB Kabupaten Karo

Tabel 4.13 Investasi di Sektor Pariwisata di Kabupaten Karo Tabel 4.14 Jumlah Wisatawan

Tabel 4.15 Lama Tinggal Wisatawan Table 4.16 Hasil Analisa Regres


(12)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul

Gambar 3.1 Uji Penyimoangan Asumsi Klasik

Gambar 4.1 Uji Statistik Terhadap Variabel Investasi Sektor Pariwisata Gambar 4.2 Uji Statistik Terhadap Variabel Jumlah Wisatawan Gambar 4.3 Uji Statistik Terhadap Variabel Lama Tinggal Wisatawan Gambar 4.4 Uji F-statistik

Gambar 4.5 Durbin Watson Test


(13)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lampiran II


(14)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini Indonesia tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat. Peranan Pariwisata di era milenium ketiga ini sangat penting sebagai penunjang perekonomian. Pertumbuhannya ditandai dengan berkembangnya isu 4T (transportation, tourism, telekomunication, and technology). Dalam hal ini pariwisata diharapkan dapat berkembang menjadi salah satu industri yang tumbuh dengan dominan diberbagai belahan dunia (Sugiama, Gima A, 2001). Banyak pihak yang berharap bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi pengganti pemasok devisa utama setelah menurunnya peran minyak dan gas. Dibalik harapan yang begitu besar, Indonesia memang memiliki potensi alam dan budaya yang luar biasa melimpah dan benar-benar layak untuk dibanggakan sebagai tambang industri jasa pariwisata yang masih luas dan belum banyak terjamah. Untuk itu diperlukan jasa-jasa atau produk yang dihasilkan serta pelayanan yang diharapkan mampu memberikan pelayanan (service) dan kenyamanan bagi para wisatawan. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari industri pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh daerah tujuan wisata semenjak wisatawan meninggalkan tempat kediamannya, sampai ditempat tujuan, hingga kembali ke tempat asalnya.


(15)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Kepariwisataan tidak saja bergantung atas potensi dan objek wisata yang erat hubungannya dengan motif-motif kunjungan wisata, melainkan juga tergantung atas peranan manajemen pemasaran serta investasi di dalam meraih suatu kesempatan atau peluang yang ada. Dengan adanya iklim investasi yang kondusif, tentunya akan memberikan potensi dan peluang yang menggairahkan bagi para investor untuk menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Karo pada khususnya.

Potensi investasi yang dapat ditawarkan oleh Kabupaten Karo cukup beragam, namun hingga kini belum dapat termanfaatkan secara optimal dan belum terkelola melalui sebuah manajemen yang baik. Ada beberapa penyebabnya, antara lain baik karena imbas kebijakan investasi nasional maupun akibat masih rendahnya kemampuan daerah dalam menarik investor ke wilayahnya. Karena itu, untuk menggali, mengoptimalkan, dan mengelola potensi-potensi yang ada, maka salah satu langkah penting yang bisa ditempuh adalah dengan mengembangkan potensi-potensi yang tersedia melalui serangkaian kebijakan dan perencanaan pengembangan investasi.

Krisis moneter yang berawal pada pertengahan 1997 sempat menyebabkan persetujuan penanaman modal, baik PMDN maupun PMA, mengalami penurunan pada tahun 1998 dan berlanjut hingga tahun 1999. Berlarut-larutnya krisis moneter yang bahkan telah menjadi krisis multidimensi, mengakibatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia belum pulih seperti saat sebelum krisis terjadi. Namun pada tahun 2000 persetujuan penanaman modal oleh pemerintah sempat meningkat, tetapi kemudian mengalami penurunan lagi pada tahun-tahun berikutnya.


(16)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Setelah sempat menentang kehadiran investasi asing yang dianggap dapat menggerogoti kedaulatan negara, Indonesia mulai berupaya menggairahkan iklim investasi dengan mengeluarkan dua buah undang-undang mengenai penanaman modal. Pertama, Undang-undang-undang (UU) No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang menetapkan bahwa selama lima tahun pertama penanam modal dibebaskan dari pajak dividen dan pajak perusahaan; diberi keringanan pajak perusahaan PMA sebesar lebih dari 50 %; diberi ijin untuk menutup kerugian-kerugian perusahaan sampai periode sesudah tax holiday dan yang kemudian disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970. Kedua, UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang selanjutnya disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 1970. Undang-undang tentang PMA diterbitkan terlebih dahulu untuk menarik minat investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia dalam rangka memulihkan perekonomian nasional, baru kemudian diikuti dengan peluncuran undang-undang tentang PMDN. Investasi swasta menampakkan kegairahannya setelah digulirkannya berbagai paket kebijakan deregulasi dibidang penanaman modal pada tahun 1980-an. Nilai investasi yang disetujui pemerintah meningkat pesat sejak saat itu, terutama PMDN. Peningkatan yang lebih pesat lagi terjadi sejak tahun 1987 hingga sebelum terjadinya krisis yang melanda Indonesia.

Industri pariwisata atau sektor pariwisata bukan merupakan suatu sektor ekonomi tertentu atau bukan merupakan cabang produksi tertentu. Adapun barang-barang atau jasa-jasa yang diperhitungkan dalam pariwisata berasal dari beberapa sektor, dan ini memenuhi permintaan wisatawan asing maupun wisatawan dalam negeri sendiri. Selama tidak ada konsep yang


(17)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

formal tentang sektor pariwisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut, maka istilah tersebut digunakan untuk menyatakan secara luas terhadap kelompok industri dan aktivitas komersial yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan asing maupun dalam negeri (United Nations Conference On Trade and Development, 1971, h.4).

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menganalisis sejauh mana peran investasi dalam sektor pariwisata dan perkembangan pariwisata itu sendiri khususnya di daerah kabupaten/kota dilihat dari besarnya penyebaran investasi, banyaknya jumlah wisatawan mancanegara dan lama tinggal wisatawan mancanegara. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi PDRB Sektor Pariwisata di Kabupaten Karo”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa besar pengaruh investasi di sektor pariwisata terhadap PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo?

2. Berapa besar pengaruh jumlah wisatawan terhadap PDRB sektor

pariwisata di Kabupaten Karo?

3. Berapa besar pengaruh lama tinggal wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo?


(18)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih diuji secara empiris.

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Investasi di sektor pariwisata berpengaruh positif terhadap PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo.

2. Jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo.

3. Lama tinggal wisatawan berpengaruh positif terhadap PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh investasi di sektor pariwisata terhadap PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lama tinggal wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo.

1.5 Manfaat Penelitian


(19)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

1. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa dan masyarakat yang tertarik untuk mengetahui tentang pengembangan sektor pariwisata yang dapat dilihat dari PDRB-nya.

2. Sebagai bahan masukan atau kajian untuk melakukan penelitian

selanjutnya atau sebagai bahan perbandingan bagi pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.

3. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non ilmiah penulis dalam

menulis disiplin ilmu yang penulis tekuni serta mengaplikasikannya secara kontekstual dan tekstual.

4. Sebagai bahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi

terutama mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang ingin melakukan penelitian di masa yang akan datang.


(20)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Pariwisata

2.1.1 Pengertian Industri Pariwisata

Industri pariwisata bukanlah suatu industri yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan suatu industri yang berangkai atau merupakan rangkaian mata rantai dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, letak geografis, fungsi dan bentuk organisasi yang mengelola serta metode atau cara pemasaran dari perusahaan tersebut. (G.A. Schmoll, 1977, hal.30).

Sedangkan menurut ahli lain yang bernama Krippendort, mengatakan bahwa pengertian pariwisata akan menjadi lebih jelas bila kita mempelajarinya dari segi jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan oleh para wisatawan (konsumen) jika sedang berada dalam suatu perjalanan. Dengan tujuan ini maka akan terlihat


(21)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

tahap-tahap dimana konsumen memerlukan service (layanan) yang tertentu. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari industri pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh daerah tujuan wisata semenjak wisatawan meninggalkan tempat kediamannya, sampai ditempat tujuan, hingga kembali ke tempat asalnya.

Berdasarkan batasan-batasan industri pariwisata diatas, dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa industri pariwisata adalah :

“Merupakan kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara bersama-sama memproduksi tau menghasilkan barang-barang, atau jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan oleh para wisatawan pada khususnya dan para traveler (orang yang bepergian) pada umumnya, selama mereka di dalam suatu perjalanan”. (Oka, A. Yoeti, 1980, hal.9).

Berbagai macam perusahaan yang termasuk ke dalam industri pariwisata dapat dikelompokkan menjadi :

1) Travel Agent.

2) Tourist Transportation.

3) Perhotelan dan akomodasi lainnya. 4) Bar dan restoran (catering trade). 5) Tour operator di luar negeri.

6) Tourist object dan tourist attraction serta entertainment-entertainment lain di daerah objek wisata.


(22)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Setelah kita mengetahui apa itu industri pariwisata, maka selanjutnya akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan pariwisata (wisatawan). Kata pariwisata berasal dari kata PARI dan WISATA. PARI berarti datang dan pergi ke suatu tempat ; WISATA berarti kunjungan. Jadi pariwisata dapat diartikan sebagai suatu proses perjalanan seseorang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berkunjung ke suatu tempat dan kemudian akan kembali ke tempat asalnya.

Orang atau kelompok yang melakukan kegiatan pariwisata disebut wisatawan. Pengertian wisatawan yang lebih luas dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli yaitu :

1. Menutur F.W. Ogilvie yang membuat definisi ini mengatakan bahwa wisatawan adalah semua orang yang memenuhi dua syarat, yaitu :

a) Bahwa seseorang meninggalkan rumahnya untuk waktu yang

kurang dari satu tahun.

b) Sementar mereka pergi, mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereak kunjungi tanpa mencari nafkah di tempat tersebut. (Nyoman S. Pendit, hal.29).

2. Menurut Prof. Hunziker da Prof. Kraft. Pariwisata adalah sejumlah hubungan dari gejala-gejala yang dihasilkan dan tinggalnya orang – orang asing, asalkan mereka tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanent sebagai usaha mencari pekerjaan penuh.

3. Sesuai dengan rekomendasi PAFA (Pasific Area Travel Association) yang didasarkan atas definisi league of nation tahun 1936 dan telah


(23)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

memperoleh amandemen dari komisi tehnik IUOTO (International Union of Official Travel Organization), maka pariwisata adalah :

a) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk

bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan golongan, untuk keperluan kesehatan dan lain-lain.

b) Orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk maksud

mengunjungi pertemuan, di dalam hubungan sebagai utusan bagian dari badan ilmiah, administrasi, diplomatik, kenegaraan, olah raga, dan lain sebagainya.

c) Orang-orang yang sedang mengadakan maksud tertentu.

d) Pejabat pemerintah dan orang-orang militer dan keluarganya yang ditempatkan disuatu negara lain, hendaqknya jangan dimasukkan daloam kategori ini. Tetapi apabila mereka mengadakan perjalanan ke negara lain, maka hal ini dapat dianggap/digolongkan sebagai wisatawan.

Dalam instruktur Presiden R.I. No. 9 tahun 1989 dinyatakan bahwa wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan yang dilakukan.

4. Dalam rangka meningkatkan arus wisatawan ke Sumatera Utara, maka Gubernur Sumatera Utara melalui Surat Keputusan No. 355/XIV/GSU tertanggal 2 Agustus 1971 menguraikan arti dari kepariwisataan itu sebagai berikut :

Kepariwisataan adalah lalu lintas manusia dan barang-barang bawaannya, dengan tujuan perjalanannya untuk keperluan rekreasi,


(24)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

hiburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, olah raga, perdagangan, kekeluargaan, pertemuan-pertemuan dan kunjungan muhibah oleh warga negara sendiri maupun warga negara asing dengan tidak bermaksud menetap.

Berdasarkan uraian-uraian dari defenisi diatas, dapat ditemui beberapa motifasi para wisatawan dalam mengadakan perjalanan, antara lain:

1) Mengadakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. 2) Menikmati perjalanan itu tanpa ada paksaan.

3) Lama berkunjung tidak melebihi satu tahun. 4) Tidak menimbulkan tempat tinggal baru.

5) Tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya.

Setelah mengetahui tentang definisi dari pariwisata dan mendapatkan motivasi, maka dapat didefinisikan cirri-ciri dari produk lain karena sifatnya hanya menghasilkan jasa. Cirri-ciri tersebut adalah :

1) Produk pariwisata tidak dapat dipisahkan (dibawa-bawa untuk ditawarkan). Maksudnya konsumen/wisatawan sendiri yang harus dating langsung ke tempat produk wisata.

2) Produk pariwisata hanya sekali jalan dalam waktu bersamaan dapat dipakai, jadi tidak bisa diadakan penimbunan untuk persediaan maupun cadangan.

3) Pedagang perantara hanyalah Travel Agent atau Tour Operator saja.

4) Tidak ada ukuran yang objektif, seperti ukuran barang


(25)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

perlengkapan dan sebagainya). Kepuasan bergantung kepada nilai-nilai yang diberikan tentang objek, subjek (termasuk kebersihan, material dan service).

5) Faktor non ekonomi, seperti pergolakan politik dalam suatu Negara, force mayor, dan sebagainya sangat menentukan / mempengaruhi volume wisatwan yang masuk (datang). Sebaliknya dalam musim kedatangan wisatawan (high season), volume wisatawan yang datang akan semakin meningkat.

6) Pembeli (konsumen) tidak dapat secara langsung mencicipi produk yang akan dibelinya, tetapi hanya bisa melihat dari laftlet, postel, slides dan lain-lain.

7) Produk pariwisata banyak yergantung dari tenaga manusia dan hanya sebagian kecil yang dapat digantikan oleh mesin.

8) Produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang bersamaan.

9) Investasi terhadap produk wisata memerlukan modal yang besar. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang sangat sensitive terhadap masalah politik, ekonomi dan sikap masyarakat. Dapat dikatakan bahwa produk wisata mengandung risiko yang besar.

Sebagai akibat yang logis, movement dari wisatawan tersebut ternyata menimbulkan aspek yang positif terhadap daerah atau negara yang dikunjungi. Dari hal ini tentu wisatawan akan membelanjakan sebagian dari income yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan di Negara-negara yang mereka kunjungi. Dapat dikatakan bahwa hal ini akan dapat meningkatkan penghasilan (income) masyarakat


(26)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

dan juga pemerintah sebagai imbalan dari kepuasan yang diterima oleh wisatawan tersebut.

Negara Australia mengatakan :

“Pariwisata adalah istilah bagi semua terutama bagi ekonomi, proses yang ditimbulkan oleh arus orang asing dan segala sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan proses tersebut”.

Secara umum, wisatawan yang mengadakan perjalanan dapat digolongkan atas :

1) Wisatawan internasional yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mengadakan perjalanan dari suatu negara ke negara lain. 2) Wisatawan domestik yaitu seseorang atau sekelompok orang yang

mengadakan kunjungan / perjalanan dalam suatu Negara.

3) Ecursion yaitu seseorang atau sekelompok orang yang

mengadakan perjalanan / kunjungan dalam suatu negara

2.1.2 Jenis-Jenis Pariwisata

Berdasarkan segi kepentingan dan kebutuhan orang yang mengadakan perjalanan, maka dapat dibagi atau digolongkan menjadi beberapa jenis pariwisata, antara lain :

A. Pleasure Tourism, yaitu orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dan mengadakan perjalanan untuk berlibur demi mendapatkan ketenangan, menikmati keindahan alam suatu daerah dan beristirahat untuk mengetahui kebudayaan. Jenis pariwisata ini mengandung unsur-unsur yang sifatnya berbeda sesuai dengan pengertian pleasure


(27)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

yang membedakan tingkat kepuasan, latar belakang kehidupan serta temperamen individu para wisatawan.

B. Recreation Tourism, yaitu pariwisata yang tujuan utamanya adalah beristirahat guna memulihkan kesehatan jasmani atau rohani. Biasanya wisatawan melakukannya dalam waktu yang lama sehingga dapat memenuhi tujuannya untuk berekreasi.

C. Cultural Tourism, yaitu pariwisata yang bertujuan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan research, serta ingin mempelajari adat-istiadat, cara hidup suatu masyarakat, tempat sejarah, monumen, agama dan lain-lain.

D. Sport Tourism, yaitu pariwisata yang tujuannya untuk mengadakan dan mengikuti tournament serta pesta-pesta olah raga, mengikuti

ivent-ivent baik yang bersifat nasional maupun internasional. Dengan

kata lain, disamping mengadakan kunjungan juga mengikuti kegiatan olah raga.

E. Business Tourism, yaitu pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang profesional (para pengusaha) yang melakukan perjalanan serta pameran-pameran ataupun kunjungan ke instansi-instansi yang sifatnya bisnis.

F. Convention Tourism, yaitu pariwisata dimana orang-orang yang mengadakan perjalanan / kunjungan adalah untuk mengikuti konvensi atau simposium yang biasanya sering dilaksanakan di pusat-pusat objek pariwisata. Hal-hal tersebut dilaksanakan bila didukung oleh kelengkapan fasilitas-fasilitas sesuai dengan corak yang diinginkan oleh para peserta konvensi di tempat-tempat objek wisata.


(28)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

2.1.3 Bentuk-bentuk Pariwisata

Ada beberapa bentuk pariwisata, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, antara lain :

A. Pariwisata Perseorangan (Individual Tourism), Yaitu pariwisata yang dilakukan oleh seseorang dengan cara melakukannya sendiri serta membuat program tujuan wisata dan bebas untuk mengadakan perubahan waktu.

B. Pariwisata Kolektif yang Diorganisir dengan baik (Organized

Collective Tourism), yaitu bentuk pariwisata yang dikelola oleh suatu

perusahaan biro perjalanan (travel agent / tour operator). Perusahaan ini menyediakan jasa dengan membuat suatu program yang baik mengenai suatu perjalanan wisata untuk sekelompok orang. Dengan kata lain, yaitu suatu bentuk pariwisata yang dilaksanakan berdasarkan suatu paket yang terencana dan terorganisir dengan baik.

C. Long Term, Short Term and Exarcusion Tourism. Long term tourism

yaitu lama berwisata hanya beberapa minggu atau beberapa bulan saja. Bentuk pariwisata ini termasuk rekreasi. Short term tourism yaitu lama berwisata antara satu sampai sepuluh hari. Bentuk pariwisata ini biasanya dilakukan oleh wisatawan yang tidak memiliki waktu liburan yang panjang. Exarcusion tourism yaitu pelaksanaan pariwisata tidak menggunakan akomodasi atau transport.

D. Active and Passive Tourism. Active tourism yaitu suatu bentuk

pariwisata dimana wisatawan masuk ke negara lain sehingga menambah devisa bagi negara tersebut. Passive tourism yaitu suatu


(29)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

bentuk pariwisata dimana wisatawan tersebut meninggalkan negaranya dan pergi ke negara lain.

2.1.4 Masalah yang Dihadapi Dalam Pengembangan Pariwisata

Dalam awal repelita V, dalam mengembangkan pariwisata pemerintah mencanangkan suatu program sadar wisata.pengembangan pariwisata ini memiliki efek ganda dalam upaya meningkatkan pembangunan diluar migas. Adapun manfaat dari mengembangkan sektor pariwisata antara lain adalah :

1) Peningkatan penerimaan devisa negara.

2) Perluasan lapangan kerja sekaligus memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Imternasional.

3) Peningkatan pendapatan negara dan masyarakat.

4) Peningkatan produksi malalui industri kerajinan pariwisata.

Adapun masalah yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata dapat dilihat dari segi kebijaksanaan pemerintah, segi ekonomi dan sosial phisiologisnya yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini terjadi karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke tempat-tempat wisata seperti pembuangan sampah di lokasi wisata.

2) Kunjungan yang terlalu sering frekwensinya ke tempat

peninggalan sejarah sehingga dapat merusak benda-benda sejarah serta menurunkan mutunya.


(30)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

3) Terbatasnya tempat tinggal penduduk di daerah wisata dan menyempitnya ruang gerak lokasi wisata disebabkan karena lokasi tersebut digunakan sebagai tempat kegiatan pariwisata.

4) Investasi pariwisata sangat besar, sehingga bila proyek tersebut tidak tepat sasaran tentunya akan berakibat kerugian yang besar. Contohnya pembangunan sebuah hotel yang besar mengakibatkan penetapan tarif yang cukup tinggi sehingga tidak semua wisatawan dapat menjangkau harganya. Akibatnya maksud dan tujuan investasi menemui hambatan karena hasil pemasukan yang diterima tidak seimbang dengan besarnya investasi yang tertanam. 5) Terjadinya perubahan sosial yakni adanya perubahan sikap dan

tingkah laku kehidupan generasi muda akibat pengaruh yang dibawa oleh wisatawan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini umumnya terjadi di setiap tempat-tempat yang dikunjungi wisatawan Internasional.

6) Terjadinya perubahan harga-harga, dimana harga-harga pada umumnya menjadi lebih tinggi disekitar daerah lokasi wisata. Hal ini disebabkan karena semua barang-barang ditujukan untuk kepentingan wisatawan. Dimana ada anggapan bahwa wisatawan mempunyai uang dengan jumlah yang banyak. Demikian juga dengan harga tanah akan menjadi lebih mahal dibandingkan dengan daerah lain yang bukan lokasi wisata.

7) Daerah-daerah wisata pada umumnya laju pembangunannya akan bertambah pesat. Biaya pembangunan di daerah lokasi wisata juga


(31)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

akan menjadi lebih tinggi karena jauh dari sumber bangunan dan sulit dijangkau.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pariwisata

Dalam meningkatkan kegiatan kepariwisataan, pemerintah telah mencanangkan tahun sadar wisata nasional sehingga masyarakat diharapkan dapat menyambut dan melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik. Kepariwisataan masih merupakan suatu hal yang baru sehingga masih banyak terlihat kekurangan-kekurangan dalam upaya menunjang kegiatan pariwisata.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pariwisata yang sifatnya mendorong dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Keramah-tamahan Penduduk

Masyarakat Indonesia dikenal dengan keramah-tamahannya yang perlu terus dipertahankan karena hal ini sangat penting dan sangat berpengaruh bagi ketenangan dan betahnya wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata.

B. Kegiatan Pemasaran Kepariwisataan

Untuk meningkatkan kepariwisataan perlu dilakukan kegiatan pemasaran kepariwisataan. Bisa berbentuk brosur perjalanan wisata,

postcard dan bentuk-bentuk lain yang diedarkan didalam dan diluar

negeri. Selain itu juga hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengundang biro-biro perjalanan luar negeri dengan maksud memperkenalkan daerah wisata.


(32)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Negara kita yang kaya akan aneka kebudayaan tradisional, perlu diperkenalkan kepada masyarakat Internasional salah satunya dengan cara mengirim misi-misi kebudayaan ke luar negeri. Juga untuk memperkenalkan lokasi atau daerah-daerah objek wisata, dalam hal ini duta-duta besar perlu lebih giat dalam berperan untuk menggiatkan misi-misi kebudayaan.

D. Masalah Fasilitas

Masalah fasilitas memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata, karena betapapun bagusnya daerah tujuan wisata tersebut dan bagaimanapun efisien serta gencarnya promosi yang dilakukan, namun wisatawan pasti akan sangat kecewa bila tidak menemukan fasilitas seperti yang mereka inginkan. Kekecewaan ini dapat berakibat panjang karena wisatawan tersebut akan menceritakannya kepada calon wisatawan lain yang merupakan rekan senegaranya, hal ini bisa saja berantai dan berakibat luas. Oleh karena itu, baik dari segi fasilitas kepariwisataan yaitu yang terdiri dari jasa-jasa yang memberi kemudahan untuk menikmati daerah tujuan wisata, perlu mendapatkan perhatian yang serius. Selain itu, urusan kemigrasian dan bea cukai harus menyediakan pelayanan yang sebaik mungkin, karena kesan pertama sangat berpengaruh bagi wisatawan untuk perjalanan selanjutnya.

E. Penulisan Kepariwisataan

Penulisan kepariwisataan juga perlu dilakukan baik oleh penulis dalam negeri maupun penulis asing mengenai objek-objek wisata


(33)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

yang menarik untuk diperkenalkan ke luar negeri, yang kemudian dimuat dalam media massa baik dalam negeri maupun Internasional.

Selain hal-hal yang telah diuraikan diatas, masih ada beberapa hal pengembangan dan pembangunan yang menunjang sektor pariwisata, yaitu :

1) Pemeliharaan objek-objek wisata yang sudah ada.

2) Pembangunan jalan-jalan atau transportasi lainnya untuk lebih mudah dalam mencapai lokasi objek wisata.

3) Pengembangan fasilitas-fasilitas pendukung yang diperlukan pada daerah objek wisata.

4) Menjaga mutu kesenian daerah agar benar-benar tetap orosinil sehingga dapat merangsang para wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata.

Dengan tetap memperhatikan hal-hal tersebut diharapkan agar perkembangan pariwisata di Indonesia akan dapat memenuhi sasaran, sehingga peranan pariwisata nantinya benar-benar dapat bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat, sekaligus juga dapat menambah pendapatan masyarakat.

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2.2.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perhitungan atas dasar harga konstan (at constant price) menggambarkan volume produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga pasar pada tahun dasar


(34)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

tertentu, dan pada perhitungan atas dasar harga konstan ini factor inflasi telah dihilangkan, yang artinya perubahan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sudah terlepas dari pengaruh inflasi / deflasi.

Ada beberapa cara yang lazim digunakan dalam perhitungan pendapatan suatu daerah, yaitu :

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar. Diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh perekonomian suatu daerah. Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan, penyusutan serta pajak tidak langsung.

B. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga pasar. Perbedaan antara konsep bruto dan konsep netto yakni pada konsep bruto faktor produksi masih termasuk didalamnya. Sedangkan pada konsep netto faktor penyusutan telah dikeluarkan. Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut barang-barang modal yang terjadi selama ikut serta dalam proses produksi.

Adapun pembagian sektor yang terdapat dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri dari :

1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. 2) Sektor pertambangan dan penggalian.

3) Sektor industri pengolahan. 4) Sektor listrik gas dan air bersih. 5) Sektor bangunan atau konstruksi. 6) Sektor perdagangan, hotel dan restoran. 7) Sektor transportasi dan komunikasi.


(35)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

8) Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. 9) Sektor jasa.

Untuk mengukur pendapatan masyarakat dari hasil kegiatan ekonomi disuatu wialayah (regional), konsep pendekatan yang dipakai adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Adapun konsep-konsep dasar dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang terjadi disuatu wilayah tertentu. Nilai tambah bruto atau produksi netto terdiri dari upah, gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar merupakan penjualan nilai tambah bruto dari seluruh kegiatan ekonomi yang ada disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga pasar. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga pasar adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dikurangi penyusutan. Sehingga perbedaan konsep netto dan bruto terletak pada komponen penyusutan. Pada Produk Domestik Regional Netto (PDRN) komponen ini tidak ada lagi. Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susutnya barang-barang modal tersebut ikut serta


(36)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

dalam proses produksi. Jumlah susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi merupakan penyusutan yang diukur berdasarkan nilai barang modal tersebut.

3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor diperoleh dari Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung netto merupakan pajak tidak langsung dikurangi dengan subsidi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, pajak tontonan, biaya ekspor dan impor dan lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perorangan. Pajak tidak langsung umumnya dibedakan pada harga jual ataupun biaya produksi masing-masing unit produksi sehingga langsung berakibat pada kenaikan harga barang. Subsidi merupakan dana yang diberikan pemerintah pada unit-unti produksi, sehingga langsung berakibat pada kenaikan harga barang dan jasa yang menyangkut pada kepentingan umum, seperti sunsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), subsidi beras, angkutan dan sebagainya. Jadi pajak tidak langsung mempunyai pengaruh positif menaikkan harga.

4. Pendapatan Negara.

Dari konsep-konsep yang telah diuraikan diatas dapat diketahui bahwa Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor, sebenarnya secara agregat mencerminkan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan atas balas jasa dari factor-faktor yang ikut dalam proses produksi disuatu wialyah dalam waktu tertentu.


(37)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Factor-faktor produksi terdiri dari : tenaga kerja (buruh), modal (tanah), dan kewiraswastaan. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dari faktor-faktor produksi berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul dalam suatu wilayah.

2.2.2 Teori-Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan out put perkaita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999).

1. Teori Klasik

Ahli ekonomi klasik yakin dengan adanya perekonomian persaingan yang sempurna maka seluruh sumber ekonomi dapat dimanfaatkan dengan maksimal atau full employment. Para ahli ekonomi klasik menyatakan bahwa full employment itu hanya bisa dapat dicapai apabila perekonomian bebas dari campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar.

Semua kaum klasik memandang bahwa penumpukan modal sebagai kunci kemajuan. Karena itu mereka menekanakan betapa pentingnya tabungan dalam jumlah besar, selain itu mereka juga berpendapat bahwa keuntungan merangsang investasi. Semakin besar keuntungan merangsang


(38)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

investasi, semakin besar keuntungan dan akan semakin besar pula akumulasi modal inve stasi.

2. Teori Ricardian

David Ricardo mengungkapkan pandangannya mengenai pembangunan ekonomi dalam bukunya The Principles Of Political

Ekonomy And Taxation. David mengungkapkan bahwa faktor yang

penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh, pemupukan modal, perdagangan luar negeri.

Seperti ahli ekonomi modern, teori Ricardo menekankan pentingnnya tabungan untuk pembentukan modal. Dibanding pajak David Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan.Tabungan dapat diperoleh dengan penghematan pengeluaran, memproduksi lebih banyak, dan dengan meningkatkan tingkat keuntungan serta mengurangi harga barang.

3. Teori Harodd – Domar

Model pertumbuhan Harodd – Domar dibangun berdasarkan pengalaman negara maju. Harodd – Domar memberikan peranan kunci kepada investasi didalam proses pertumbuhan ekonomi, mengenai watak ganda yang dimiliki oleh investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan kedua ia memperbesar kapasitas produksi pertanian dengan cara menaikkan stok modal. Karena itu selama investasi netto tetap berjalan , pendapatan nyata dan out put akan senantiasa tambah besar.


(39)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Harodd – Domar (Suryana, 2000) mengembangkan analisa Keynes yang menekankan perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi . Setiap usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi yang baru.

2.3 Investasi

2.3.1 Pengertian Investasi

Invetasi (investment) dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok capital yang ada (nett addition to existing capital stock). Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal (capital accumulation) atau pembentukan atau penanaman modal (capital formation).

Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi atau menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Para pelaku investasi adalah pemerintah, swasta dan kerjasama antara pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah umumnya dilakuka n tidak dengan maksud mendapatkan keuntungan, tetapi bertujuan untukmemenuhi kebutuhan masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit dan sebagainya. Akan tetapi swasta lebih tertarik pada jenis


(40)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

investasi yang ditujukan untuk memperoleh laba yang biasanya didorong karena adanya pertambahan pendapatan.

Ciri-ciri dari barang-barang investasi adalah :

1) Memiliki manfaat yang umurnya lebih dari satu tahun. Misalnya: tanah, mesin, bangunan dan kendaraan.

2) Nilainya relatif besar dibandingkan dengan nilai output yang dihasilkan.

3) Manfaat dari penggunaan barang tersebut dapat dirasakan untuk jangka waktu yang panjang.

2.3.2 Teori Investasi

Di dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest,

and Money (1936), John Maynard Keynes mendasarkan teori tentang

permintaan investasi atas konsep efisien marjinal kapital (Marginal

Efficiency of Capital / MEC). Sebagai suatu definisi kerja, Marginal Efficiency of Capital (MEC) adalah tingkat diskonto (discount rate) yang

menyamakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dengan kapital tambahan.

Teori Neo Klasik tentang investasi (Neoclasical Theory of

Investment) ini merupakan teori akumulasi kapital optimal. Menurut teori

ini, stok kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output. Harga jasa kapital pada gilirannya tergantung pada harga barang-barang modal, tingkat harga dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Jadi, menurut teori ini perubahan output akan mengubah atau mempengaruhi stok kapital yang


(41)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

diinginkan dan juga investasi. Teori Neo Klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan faktor penentu dari investasi yang diinginkan.

2.3.3 Pembagian Investasi

Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi kedalam kelompok :

1) Investasi Baru, yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru ataupun perluasan produksi, tetapi harus menggunakan system produksi baru.

2) Investasi Peremajaan. Investasi jenis ini umumnya hanya

digunakan untuk mengganti barang-barang kapital lama dengan yang abru, tetapi masih dengan kapasitas produksi dan ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikannya.

3) Investasi Rasionalisasi. Pada kelompok investasi ini, peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah, meskipun kapasitasnya sama dengan yang digantikannya.

4) Investasi Perluasan. Dalam perluasan kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama. Kapasitasnya lebih besar, sedangkan ongkos produksi masih sama.

5) Investasi Modernisasi. Investasi jenis ini digunakan untuk memproduksi barang baru, atau memproduksi barang lama dengan proses yang baru.


(42)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

6) Investasi Diversifikasi. Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu sesuai dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan.

Di Indonesia, investasi dapat dibedakan menurut dua klasifikasi, antara lain :

1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Penanaman Modal Dalam Negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia. Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut, dapat secara perorangan dan atau merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan kekayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal.

2. Penanaman Modal Asing (PMA).

Yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) hanyalah meliputi Penanaman Modal Asing (PMA) secara langsung berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia. Artinya pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Pengertian modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan


(43)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

Kesimpulannya, pemasukan modal asing diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun dan menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin, tetapi juga keterampilan teknik.

2.3.4 Fungsi Investasi

Kurva yang menunjukkan perkaitan diantara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1). Garis sejajar dengan sumbu datar.

2). Bentuk garisnya naik dari sisi bawah ke atas sebelah kanan, artinya semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi investasi.

Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi autonomi (autonomous investment), dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh (induced investment). Apabila faktor-faktor lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pendapatan nasional tidak mengalami perubahan, maka akan tetap sama besarnya pada berbagai tingkat pendapatan nasional.


(44)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Didalam perekonomian, dimana ciri-ciri perkataan diantara investasi dan pendapatan nasional adalah bahwa semakin tinggi pendapatan nasional, maka semakin tinggi pula tingkat investasi. Investasi yang bercorak demikian dinamakan investasi terpengaruh (induced investment).

2.4 Pembangunan Ekonomi

2.4.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah salah satu cara untuk memajukan dan memberikan kesejahteraan rakyat pada masyarakat yang merupakan usaha untuk menghilangkan suatu mata rantai dari lingkungan kemiskinan yang dihadapi Negara berkembang. Sedangkan dalam UUD 1945 disebutkan bahwa bangsa Indonesia bertujuan untuk melindungi segenap individu dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka sudah sewajarnyalah Indonesia melakukan pembangunan yang telah tercermin dalam GBHN yang antara lain berisikan tujuan pembangunan khas dari pembangunan itu sendiri, yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata secara material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat yang bersuasana perikehidupan yang aman, damai, serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Sebenarnya jika kita menginginkan pengertian pembangunan ekonomi kita akan mengalami sedikit kesulitan karena banyaknya definisi


(45)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

tentang pembangunan ekonomi itu sendiri. Dalam hal ini ada baiknya kita tinjau pengertian pembangunan ekonomi. Pembangunan diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi ini mengandung tiga unsure yaitu :

1) Suatu proses yang berarti perubahan yang terus-menerus yang didalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi.

2) Usaha peningkatan pendapatan perkapita. 3) Berlangsung dalam jangka panjang.

Perkembangan ekonomi selalu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat, namun masalah pembangunan merupakan suatu jalinan eksistensi dari masalah social dan ekonomi. Oleh sebab itu, kebijakan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang bersifat non-ekonomi yaitu untuk melengkapi analisis yang ditinjau dari sudut ekonomi. Dalam memberikan definisi pembangunan ekonomi, para ahli ekonomi dan para perencanaan ekonomi pembangunan terjadi suatu evolusi dalam pemikiran mereka sehingga lahirlah pengertian pembangunan yang baru yang dikemukakan oleh Todaro (1996) dalam bukunya “Economics For Development World

An Introduction To Principles Problem And Polices For Development”


(46)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

“Economics Development Should There Part Neceived A

Multidimentional Process Involving The Reorganization And Reorientation Of Entire Economic And Social System, It Typically Involves Radical Changes Institutional Social And Administrative Structure As Well As In Popular Attitucles And Sometimes Even Custom And Belief Finally, Development Is Usually In National Contex, Its Indespread Realization May Necessitate Fundamental Modification Of The International Economics And Social System”.

Dari uraian diatas pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap “mental yang sudah terbiasa”, lembaga nasional, termasuk juga percepatan akselerasi pra ekonomi pengurangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut. Pengertian pembangunan telah mengalami perubahan yang mencakup dimensi yang lebih luas, terpadu dan mencakup sebagian aspek kehidupan. Oleh sebab itu pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis dan bukan sebagai konsep yang statis. Dalam memahami ekonomi pembangunan, perlu juga dibedakan antara pembangunan ekonomi (Economic Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth). Dalam pembangunan ekonomi terkandung arti adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat (GDP), dimana kenaikannya dibarengi oleh perombakan dan modernisasi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan (Income Mcquery), sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa


(47)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pendapatan penduduk dan tanpa memandang pembahasan struktur ekonomi.

Pada umumnya pembangunan selalu dibarengi dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan pada tingkat perubahan. Mungkin saja pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan atau sebaliknya. Sehubungan dengan itu, istilah pertumbuhan ekonomi itu pada umumnya diikutkan dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi yang terdapat di negara maju, dimana struktur ekonominya sudah terindustri dan tidak mengalami perubahan struktur lagi. Sedangkan pembangunan ekonomi berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi di negara-negara berkembang yang mengalami proses perubahan struktural dari keterbelakangan kearah kemajuan dan modernisasi.

2.4.2 Pembangunan Ekonomi Daerah

Sebelum membahas masalah pembangunan ekonomi daerah, ada baiknya yang dibahas terlebih dahulu adalah pengertian daerah (Regional). Pengertian daerah dari aspek tinjauan ekonomi adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu administrasi tertentu seperti satu propinsi,kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah perencanaan atau daerah administrasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa pembangunan daerah merupakan suatu kegunaan pembangunan, baik yang termasuk maupun yang tidak termasuk urusan rumah tangga (RT). Daerah yang meliputi


(48)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

berbagai sumber pembiayaan baik yang berasal dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) maupun yang berasal dari luar masyarakat. Kegunaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), adalah berasal dari masyarakat lainnya.

Dalam uraian ini kita menggunakan sumber pembiayaan masyarakat, sehingga pembangunan di daerah dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1) Pembangunan dari pemerintah daerah yaitu pembangunan yang dibiayai dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), perencanaan, prioritas proyek, dan kebijaksanaan dilaksanakan oleh daerah. 2) Pembangunan yang menjadi kewajiban pemerintah pusat tetapi

pelaksanaan oleh pemerintah daerah. Misalnya proyek yang dibelanjai oleh dana Inpres.

3) Pembangunan yang menjadi kewajiban pemerintah daerah yang pelaksanaannya oleh pemerintah pusat tetapi alokasinya berada di daerah pembangunan yang merupakan kewajiban pemerintah daerah, dibiayai dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD menggambarkan kemampuan daerah dalam memobilisasi potensi keuangannya. Apabila penerimaan dari sumber daerah cukup besar maka berarti pula mengurangi ketergantungan daerah yang bersangkutan terhadap pusat.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sekolah


(49)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam waktu tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi Sumber Daya Manusia (SDM), kelembagaan dan sumber daya fisik maupun lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita pada pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan inisiatif yang baru, pembangunan industri alternative, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan baru.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunya tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat dan dengan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

Dalam hal pembangunan ekonomi daerah maka pemerintah daerah mengambil beberapa peran, antara lain :


(50)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis dan pemerintah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMN dan BUMD). Asset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan baik, sehingga ekonomis menguntungkan.

B. Koordinator

Fungsi koordinator adalah menetapkan kebijakan atau menghasilkan strategi bagi pembangunan daerahnya. Perluasan dari peranan ini, dalam pembangunan ekonomi melibatkan kelompok masyarakat dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian informasi ekonomi, misalnya tingkat kesejahteraan kerja, anglatan kerja, pengangguran dan sebagainya. Dalam perannya sebagai koordinator, pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran ekonomi, rencana-rencana dan strategi-strategi. Pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembangunann daerah serta pembangunan nasional (pusat) dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan memberi manfaat bagi masyarakat.

C. Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan cattitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah (zoning yang lebih baik).


(51)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk pada daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lain pembuatan brosur-brosur pengembangan kawasan industri, pembuatan outlet untuk produk, industri kecil dan membantu industri kecil malakukan pameran.

2.5 Ketenagakerjaan

2.5.1 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting disamping sumber alam, modal, dan teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang mengandung nilai ekonomi yang berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja dari usia. Tenaga kerja diartikan sebagai kemampuan untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain (Sagir, 1982:120).

Berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969, tenaga kerja difenisikan diartikan dengan orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam meupun diluar hubungan kerja untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


(52)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Ada dua teori yang penting yang menyangkut tentang teori ketenagakerjaan yang pertama adalah teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan adalah merupakan kesempatan bukan masalah. Kelebihan pekerja dalam satu sektor akan memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan out put dan penyadian pekerja disektor yang lain. Ada dua struktur yang penting dalam negara yang berkembang yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang.

Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian tetapi juga terdiri dari pedagang kaki lima dan pengencer koran. Sektor subsisten terbelakang mempunyai kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah relatif murah daripada sektor kapitalis modern.

Lebih murahnya biaya upah asal pedesaan akan menjadi pendorong bagi pengusaha dari perkotaan untuk memanfatkan pekerja tersebut untuk mengembangkan indutri perkotaan modern. Selama berlangsungnya proses industrialisasi kelebihan penawaran Dari sektor subsisten terbelakang akan diserap. Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja disektor industri modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat, selanjutnya peningkatan tingkat upah ini akan mengurangi perbedaan atau ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.

Dengan demikian menurut Lewis adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten kesektor kapitalis modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi terlalu banyak.


(53)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Teori kedua adalah teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak disektor pertanian, banyak penganguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana para penganggguran semu (yang tidak menambah out put pertanian) dipindahkan kesektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanaian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula kesektor industri. Ketiga tahap ditandai dengan swasembada pada saat buruh menghasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah institusional.

Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkat sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usahanya. Tenaga kerja yang tercipta dalam kegiatan perekonomian merupakan salah satu indikasi adanya kemajuan dalam perekonomian.

Kesempatan kerja mengidentifikasi seberapa besar sebenarnya

perekonomian membutuhkan pekerja untuk dipekerjakan dalam

perekonomian. Hal ini tentunya membutuhkan beberapa kriteria, sehingga tidak semua tenaga kerja dapat diserap oleh kesempatan kerja yang ada. Hal ini akan berdampak terciptanya pengangguran didalam perekonomian.

Kondisi ini diperburuk dengan adanya perubahan pertumbuhan kesempatan kerja yang pada umumnya lebih rendah dari jumlah angkatan kerja yang ada. Begitu juga dengan tingkat pertumbuhan penduduk serta arus


(54)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

migrasi (terutama urbanisasi) yang menyebabkan angkatan kerja tertumpu didaerah perkotaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan suatu permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektor pariwisata di Kabupaten Karo dengan memfokuskan kajian pada tiga variabel yaitu besarnya investasi sektor pariwisata, jumlah wisatawan yang masuk ke Kabupaten Karo dan lama tinggal wisatawan.


(55)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dalam bentuk data berkala (time series) yaitu data yang diperoleh langsung dari publikasi resmi yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo. Disamping itu, data lain yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti jurnal, majalah, dan buku bacaan.

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, serta laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time series yaitu dari tahun 1986 sampai tahun 2005 (kurun waktu 20 tahun).

3.4. Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan program Komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.


(56)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Model analisis yang digunakan dalam menganalisa data adalah Model Ekonometrika. Teknik analisa yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) untuk meregresikan variabel-variabel yang ada. Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = f (X1, X2, X3)

Dari fungsi persamaan pertama dapat dispesifikasikan kedalam model persamaan regresi linier sebagai berikut :

Y = α+β1 X1+β2 X2 + β3 X3 + µ

Dimana :

Y : PDRB dari sektor pariwisata (jutaan rupiah)

X1 : Investasi (PMDN dan PMA) sektor pariwisata (jutaan rupiah) X2 : Jumlah wisatawan / mancanegara dan domestik (orang) X3 : Lama tinggal wisatawan / mancanegara dan domestik (hari)

1

β β2 β3 : Koefisien Regresi α : Intercept

µ : Tingkat kesalahan (Term of error)


(57)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

0

1

> ∂∂X

Y

Artinya Investasi (PMDN dan PMA) sektor pariwisata (X1) mengalami

kenaikan, maka PDRB sektor pariwisata (Y) akan mengalami kenaikan,

ceteris paribus.

0

1

> ∂∂X

Y

Artinya jumlah wisatawan (X2) mengalami kenaikan maka PDRB sektor

pariwisata (Y) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0

1

> ∂∂X

Y

Artinya lama tinggal wisatawan (X3) mengalami kenaikan maka PDRB

sektor pariwisata akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0< R2<1).

3.6.2. Uji t-Statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b


(58)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0 (nol). Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

t* =

Sbi b bi ) ( −

Dimana :

bi : koefisien variabel ke-i b : nilai hipotesis nol

Sbi : simpangan baku dari variabel independen ke-i

3.6.3. Uji F-Statistik

Uji F-statistik adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : b1 = b2 = bk………bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b1 = 0 ………i = 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak, yang berarti variabel indpenden secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.


(59)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F* = ) /( ) 1 ( ) 1 ( / 2 2 k n R k R − − − Dimana : 2

R : koefisien determinasi

n : jumlah sampel

k : jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu

model persamaan

3.6.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multikoliniearity

Multikoliniearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat hubungan yang kuat (kombinasi linier) diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya Multikoliniearity dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung, t-hitung dan Standar Error. Kemungkinan adanya Multikoliniearity jikaR dan F-hitung tinggi, sedangkan nilai t-2

hitung banyak yang tidak signifikan (uji tanda berubah tidak sesuai yang diharapkan).

b. Autokorelasi (Serial Korelasi)

Serial correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model


(60)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

regresi linier klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat didalamnya distribusi atau gangguan µ1dilambangkan dengan :

E (µij) = 0 i ≠ j

Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi: 1). Dengan memplot grafik

2). Dengan D-W Test (uji Durbin Watson Test) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :

D-hitung =

− −

t e

et et

2 ) 1 (

( 2

Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ho : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai . Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

inconclusive


(61)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Ho diterima

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Gambar 3.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Dimana :

Ho : Tidak ada autokorelasi

DW < dl : Tolak Ho (ada korelasi positif) DW > 4-dl : Tolak Ho (ada korelasi negatif) Du <DW< 4-du : Terima Ho (tidak ada autokorelasi) dl ≤DW≤ 4-du : Pengujian tidak dapat disimpulkan

(inconclusive)

(4-du) ≤DW≤ (4-dl) : Pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)

3.7. Defenisi Operasional

1. PDRB adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh unit-unit produksi atau perusahaan selama kurun waktu satu tahun (jutaan rupiah).

2. PDRB sektor pariwisata adalah nilai jasa yang dihasilkan oleh sub sektor hotel, restoran serta jasa hiburan dan rekreasi (jutaan rupiah).

3. Investasi sektor pariwisata adalah mobilisasi sumber daya untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi/pendapatan di masa yang akan datang pada sektor pariwisata (jutaan rupiah).


(1)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

4. Variabel investasi sektor pariwisata, jumlah wisatawan, dan lama tinggal wisatawan secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan yang diukur dari PDRB sektor pariwisata Kabupaten Karo.

5. Dari uji penyimpangan asumsi klasik diketahui bahwa model estimasi bebas dari masalah multikolinearitas dan autokolinearitas.

6. Industri pariwisata merupakan sektor yang perlu dikembangkan di daerah Kabupaten Karo karena dapat berpengaruh pada peningkatan PDRB Kabupaten Karo, dan juga mengingat akan keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Karo yang merupakan modal penting bagi industri pariwisata.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka penulis akan mencoba mengungkapkan beberapa saran yang tertuju kepada semua pihak yang terkait, sekaligus untuk mengakhiri penulisan skripsi ini yaitu :

1. Untuk lebih meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke daerah Kabupaten Karo, perlu dilakukan promosi pariwisata yang aktif dan efektif serta berkesinambungan dengan melibatkan semua pihak yang terkait dengan sektor industri pariwisata.

2. Perlunya menjaga kelestarian objek-objek wisata agar kualitasnya tidak menurun.

3. Perlu secara terus-menerus mengadakan penelitian terhadap penggalian-penggalian objek wisata yang selama ini belum dioperasikan sehingga


(2)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

diharapkan akan mampu menjadi potensi wisata yang baru sekaligus berpengaruh positif terhadap PDRB Kabupaten karo.

4. Perlu diperbaiki dan ditingkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan , baik domestik maupun mancanegara untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah wisata yang terdapat di Kabupaten Karo.

DAFTAR PUSTAKA

Alkadri dan Hamid. 2004, Peluang Investasi di Kawasan Toli-toli, Jakarta: PT. Vasya Wahana Usaha.

Arsyad, Lincolin, 1999, Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta: BPFE.

Azwar, Saifuddin. 2005, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baum, Warren C., 1985, Investasi Dalam Pembangunan, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Biro Pusat Statistik, 2006, Kabupaten Karo dalam Angka 1985-2006, BPS Kabupaten Karo.

Deliarnov, 1995, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: Erlangga.

Erawan, I Nyoman. 1994, Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi, Denpasar: PT. Upada Sastra.

Gujarati Damodar dan Sumarno Zain. 1997, Ekonometrika Dasar, Jakarta: Erlangga. Ginting, Paham. 2005, Pemasaran Pariwisata (Studi Empiris Tentang Kepuasan dan


(3)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Kamaluddin Rustian, 1998, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fe UI.

Kusmayadi, Endar Sugiarto. 2000, M etodologi Penelitian Dalam Bidang

Kepariwisataan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lundberg, Donald E dkk, 1997, Ekonomi Pariwisata, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mangkuwerdoyo, Sudiarto, 1999, Perkembangan Pengelolaan Industri Akomodasi

dan Restoran, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Marpaung, Happy DRS, Sh, MH, dan Bahar, Herman DRS, Msi, 2002, Pengantar

Pariwisata, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Nawawi Hadiri, 1991, Metode Penelitian, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sugiantoro, Ronny. 2000, Pariwisata Antara Obsesi dan Realita, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sjahrir,1995, Analisis Ekonomi Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sumodiningrat, Gunawan, 2001, Ekonometrika Suatu Pengantar, Yogyakarta: BPFE. Yoeti, Oka A. 1996, Pemasaran Pariwisata, Bandung: Angkasa.

---, Kabupaten Karo dalam angka tahun 2006, Biro Pusat Statistik, Kabupaten Karo.


(4)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

Lampiran I : Data Variabel

Tahun

PDRB (Y) (jutaan rupiah)

INVESTASI (X1)

(jutaan rupiah)

JUMLAH WISATAWAN

(X2)

(orang)

LAMA TINGGAL WISATAWAN

(X3)

(hari)

1985 38284.87 1034845 300435 1.98

1986 39873.97 1953237 312660 1.97

1987 44293.38 3407212 315270 2.00

1988 46826.62 3443806 327950 2.11

1989 48642.75 3727262 347075 2.14

1990 48321.89 3343480 370538 2.17

1991 78294.83 14337983 395406 2.19

1992 81284.98 15334000 375428 2.20

1993 50132.34 3162130 653644 2.22

1994 58979.24 4659010 765032 2.23

1995 63060.88 5314670 941017 2.25

1996 68461.69 5314670 1107008 2.30

1997 77756.73 6125400 816483 1.5

1998 73330.62 6064000 491898 1.5

1999 74231.14 6081500 425628 1.73


(5)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

2001 115826.45 13803750 408415 2.64

2002 126672.43 14051750 572881 2.97

2003 130046.28 15271000 564286 2.45

2004 136284.95 16246000 612226 2.21

2005 138446.87 16820480 681831 2.98

2006 141286.19 17123220 765232 3.12

Lampiran II : Hasil Regresi

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/24/08 Time: 02:36 Sample: 1985 2006

Included observations: 22

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10359.47 17605.05 0.588437 0.5636

X1 0.005277 0.000676 6.809434 0.0000

X2 0.022852 0.013438 1.700541 0.1062

X3 1.999661 9237.060 2.649521 0.5242

R-squared 0.874424 Mean dependent var 79989.29

Adjusted R-squared 0.853494 S.D. dependent var 35092.17

S.E. of regression 0.343191 Akaike info criterion 22.01162

Sum squared resid 3.25E+09 Schwarz criterion 22.20999

Log likelihood -238.1278 F-statistic 41.77965

Durbin-Watson stat 1.611990 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Edy Yoel S.G : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009