1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Diajukan Guna memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : YUSNANTO

F 1106014

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

MOTTO

Jika Dia Yang Kau Cinta Tak Dapat Kau Miliki Di

Dunia, Maka Nantikanlah Cintanya Di Pintu Surga (Penulis)

Dalamnya Sumur Dapat Kita Ukur Dalamnya Samudra Dapat Kita Terka Tapi Dalam Hati Seseorang Siapa Bisa Menduga (Penulis)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

© ALLAH SWT

© Ayah dan Ibuku tercinta

© Kakakku tersayang (mbak yuyun)

© Seluruh Keluarga Besar Ku

© Semua sahabat-sahabat yang

telah memberi support ( I Love You All)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN SUKOHARJO”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan, perencanaan dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi peneliti. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bantuan dari berbagai pihak maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini, peneliti dengan ketulusan mendalam menyampaikan terima kasih atas segala bantuan dan dukunyan kepada:

1. Drs. Wahyu Agung Setyo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, saran dan motivasi selama proses penyelesaian penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Izza Mafruah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah dengan baik membagikan ilmunya kepada saya, mudah-mudahan berguna bagi saya dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.

6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

7. Bapak-ibu Pimpinan dan Staf di Kantor BPS dan Kantor Disperindag Kabupaten Sukoharjo yang telah banyak membantu dalam pencarian data sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

8. Sahabat-sahabat semua di Fakultas Ekonomi, terimakasih atas semangat dan dukungannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula skripsi ini memerlukan saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Surakarta, April 2010

Peneliti

81

1. Interpretasi Terhadap Hipotesis I.................................................

83 BAB V PENUTUP.................................................................................................

2. Interpretasi Terhadap Hipotesis II................................................

84

84

A. Kesimpulan ..........................................................................................

86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008 ............................................................

4 Tabel 1.2

PDRB dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008 ............................................................

5 Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel PDRB, Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Usaha ........................................................................................

44 Tabel 3.2

46 Tabel 4.1

Definisi operasional Variabel Tenaga Keja dan PDRB....................

Laju Pertumbuhan PEnduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994- 2008 ..................................................................................................

61 Tabel 4.2

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ............................

62 Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Kabupaten SukoharjoTahun 2008.......................................................................

64 Tabel 4.4

65 Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2008 ..................

Komposisi Penduduk Usia 10 tahun Keatas Menurut Lapangan Kerja Tahun 2008 .......................................................................................

66 Tabel 4.6

PDRB Per Kapita Atas Dasar Berlaku dan Konstan Tahun 2007- 2008 (Dalam Ribuan Rupiah) ...........................................................

70 Tabel 4.7

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan .....................

70 Tabel 4.8

71 Tabel 4.9

Jumlah Investasi Berdasar Golongan Industri .................................

Jumlah Industri Berdasar Golongan .................................................

Tabel 4.10 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Antara LPDRB dengan Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Usaha ......................................... 72 Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Analisis Koefisien Regresi (t-hitung)....................

73 Tabel 4.12 Hasil Uji F.........................................................................................

74 Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................

76 Tabel 4.14 Uji LM ARCH Untuk Menguji Heteroskedastisitas.........................

77 Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Uji Regresi Multikolinieritas.................................

79 Tabel 4.16 Hasil Regresi Antara Tenaga Kerja dengan PDRB ..........................

80 Tabel 4.17 Ringkasan Hasil Analisis Koefisien Regresi (t-hitung)....................

80

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data PDRB Sektor Industri Pengolahan, Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Usaha di Kabupaten Sukoharjo dari Tahun 1994- 2008

Lampiran 2 Hasil Estimasi Regresi Lionier Berganda Antara PDRB dengan Investasi, Inflasi dan Jmlah Unit Usaha

Lampiran 3 Hasil Uji Autokorelasi dengan B-G test Lampiran 4

Hasil Uji LM ARCH Untuk Menguji Heteroskedastisitas Lampiran 5

Hasil Regresi Antara PDRB dengan Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Usaha Untuk Multikolinieritas

Lampiran 6 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas Investasi dengan Inflasi dan Jumlah Unit Usaha

Lampiran 7 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas Inflasi dengan Investasi dan Jumlah Unit Usaha

Lampiran 8 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas Jumlah Unit Usaha dengan Investasi dan Inflasi

Lampiran 9 Hasil Estimasi Regresi Antara Tenaga Kerja dengan PDRB

ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN SUKOHARJO YUSNANTO

F 1106014

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel investasi, inflasi dan jumlah unit usaha terhadap PDRB sektor industri pengolahan serta pengaruh PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo

Data yang digunakan adalah data time series tahun 1994-2008 yang bersumber dari Kantor Statistik Kabupaten Sukoharjo, Bappeda, Disperindag Kabupaten Sukoharjo dan ditunjang oleh studi pustaka. Untuk menganalis hipotesis I yaitu pengaruh investasi, inflasi dan jumlah unit usaha terhadap PDRB sektor industri pengolahan dan hipotesis II yaitu Pertumbuhan PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja, digunakan regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Last Square) dengan model semi log untuk hipotesis I dan double log untuk hipotesis II. Proses pengujian yang dilakukan terdiri dari pengujian secara statistik meliputi uji t, uji F, dan uji determinasi (goodness of fit). Sedangkan pengujian Ekonometrika (asumsi klasik) meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastik dan uji autokorelasi.

Hasil penelitian hipotesis I berdasarkan data yang ada maka diperoleh koefisien-koefisien regresi sebagi berikut : investasi sebesar 0,00000118, inflasi sebesar 0,006355, jumlah unit usaha sebesar 0,0000309. Setelah dilakukan uji t berdasarkan hasil olah data ternyata variabel investasi dan jumlah unit usaha secara signifikan berpengaruh positif terhadap sektor industri pengolahan, setelah dilakukan uji F ternyata variabel investasi, inflasi dan jumlah unit usaha secara bersama-sama mempengaruhi sektor industri pengolahan. Sedangkan untuk hipotesis II koefisien regresi untuk PDRB sebesar 0,466815, setelah dilakukan uji t ternyata PDRB secara signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo. Tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95%. Uji ekonometrika juga menunjukan tidak ada gangguan multikolinieritas, heteroskedastik dan autokorelasi.

Melihat hasil analisis data ini, maka diharapkan pemerintah Kabupaten Sukoharjo dapat menciptakan stabilitas ekonomi makro yang baik. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modalnya sehingga diharapkan akan tercipta iklim investasi yang kondusif. Pemerintah daerah juga diharapkan akan mempermudah proses pengrurusan surat ijin usaha, karena dengan demikian akan mendorong para pengusaha untuk mendirikan unit-unit industri. Banyaknya jumlah unit industri akan meningkatkan volume produksi dan pada akhirnya meningkatkan PDRB sektor industri pengolahan dan akhirnya akan menyerap tenaga kerja disektor tersebut.

Kata Kunci : PDRB Sektor Industri Pengolahan, Investasi, Inflasi, Jumlah Unit Industri, Tenaga Kerja, OLS

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi diarahkan merata pada semua sektor dan bagian masyarakat, tetapi semua itu tidak mudah karena dibutuhkan sumberdaya yang cukup besar. Sementara di negara-negara sedang berkembang (NSB) seperti Indonesia sangat terbatas sumber daya manusia dan prasarananya, maka pembangunan dilakukan pada sektor-sektor yang menjadi prioritas utama.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat seringkali digambarkan dalam berbagai tingkat kemajuan ekonomi. Perkembangan ekonomi regional merupakan gambaran awal untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu daerah. Walaupun hal tersebut tidak sepenuhnya benar, namun memang ada keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan antara perkembangan ekonomi dalam berbagai sektor dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Setidaknya perkembangan ekonomi yang meningkat di suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat daerah tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Disamping itu pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran yang nyata dari dampak suatu kebijakan pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang terbentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang tidak Disamping itu pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran yang nyata dari dampak suatu kebijakan pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang terbentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang tidak

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran statistic yang menjadi indicator penting dalam mengukur tingkat perkembangan perekonomian di suatu daerah. PDRB sebenarnya merupakan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Dengan melihat nilai PDRB ibi maka akan banyak didapatkan berbagai informasi mengenai perkembangan ekonomi sektoral baik dalam hal volume produksi maupun harga (BPS Sukoharjo 2008).

Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai sumbangan cukup berarti dalam beberapa sektor ekonomi pada tingkat nasional cukup menarik untuk diikuti perkembangan perekonomiannya. Beberapa perkembangan sektor ekonomi seperti misalnya sektor industi dan pertanian di Kabupaten Sukoharjo merupakan isu ekonomi yang cukup menarik beberapa kalangan ekonomi (BPS Sukoharjo 2008).

Industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau Industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau

Industri mempunyai peranan sebagai sektor “pemimpin”, maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya, seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan sektor industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku bagi industri. Sektor jasa pun berkembang dengan adanya industri tersebut, misalnya berdirinya lembaga keuangan, lembaga-lembagapemasaran atau periklanan dan sebagainya, yang kesemua itu nanti akan mendukung laju pertumbuhan industri (Payaman J. Simanjuntak, 1998).

Peran sektor industri secara keseluruhan dalam perkembangan perekonomian nasional sangat penting antara lain pertumbuhan tenaga kerja dan nilai ekspor. Persoalan yang perlu diperhatikan dalam sektor ini adalah kebijakan pemerintah sangat menentukan perkembangan di sektor industri, maka keterpaduan kebijakan antara departemen atau lembaga lain yang terkait saling diperlukan.

Sektor industri di Kabupaten Sukoharjo dilihat dari agregat pembentuk PDRB merupakan sektor yang memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo, dengan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo sebesar 29,53%. Sementara itu sektor Sektor industri di Kabupaten Sukoharjo dilihat dari agregat pembentuk PDRB merupakan sektor yang memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo, dengan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo sebesar 29,53%. Sementara itu sektor

Tabel 1.1

PDRB Dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2007-2008

Distribusi PDRB Atas Dasar No.

PDRB Atas Dasar Harga

Lapangan Usaha

Berlaku (Juta Rp)

Harga Berlaku (%)

20.13 19.54 Tanaman Bahan Makanan

15.31 14.45 Tanaman Perkebunan

Pertambangan dan

Penggalian 3. Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air 4. Bersih

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran Pengangkutan dan

Keuangan, Sewa, dan

Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa

Sumber : Sukoharjo Dalam Angka 2008

Dari tabel data diatas maka dapat kita lihat PDRB Kabupaten Sukoharjo untuk sektor industri pengolahan dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 PDRB sektor industri pengolahan sebesar 2084434.00 meningkat menjadi 2373783.75 pada tahun 2008.

Distribusi PDRB sektor industri pengolahan pada tahun 2007 sebesar 29,55 persen dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2008 yaitu menjadi sebesar 29,52 persen. Dari tabel diatas maka dapat kita lihat pula bahwa sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo menempati urutan yang pertama diantara sektor-sektor yang lain.

Tabel 1.2

PDRB Dan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2007-2008

Pertumbuhan PDRB Atas No.

PDRB Atas Dasar Harga

Lapangan Usaha

Konstan (juta Rp)

Dasar Harga Konstan (%)

20,24 20,26 1. Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan

Pertambangan dan

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

Perdagangan, Hotel, dan

Pengangkutan dan 7. Komunikasi

Keuangan, Sewa, dan Jasa

Sumber : Sukoharjo Dalam Angka 2008

Dari tabel data diatas maka dapat kita lihat PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Sukoharjo untuk sektor industri pengolahan dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 PDRB sektor industri pengolahan sebesar 1303210,93 meningkat menjadi 139291,24 pada tahun

2008. Distribusi PDRB sektor industri pengolahan atas dasar harga konstan pada tahun 2007 sebesar 30,09 persen dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2008 yaitu menjadi sebesar 29,94 persen. Dari dua table diatas dapat dikatakan bahwa PDRB kabupaten sukoharjo untuk sektor industri pengolahan terus mengalami peningkatan baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, meskipun terjadi sedikit penurunan pada distribusinya.

Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi. Sektor industri memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo , dengan distribusi terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 sebesar 29,52%. Tampaknya peranan besar yang sebelumnya yang diberikan oleh sektor pertanian telah diambil alih oleh sektor industri

Berdasarkan latar belakang diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Sukoharjo (1994-2008)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Industri terhadap PDRB sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimana pengaruh perkembangan PDRB sektor industri pengolahan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pada perumusan masalah diatas, maka penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa besarnya pengaruh Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Industri dalam kontribusinya terhadap sektor industri pengolahan di kabupaten Sukoharjo.

2. Untuk mengetahui perkembangan kontribusi PDRB sektor Industri pengolahan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

Manfat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi sektor Industri pengolahan dan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja dalam peranannya untuk pembangunan daerah.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang akan meneliti masalah yang sama atau yang berkaitan dengan masalah ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri

1. Pengertian Industri

Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1984 tentang Perindustrian yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Pengertian industri menurut BPS (1990: 15) merupakan perusahaan atau usaha industri yang merupakan satu unit (kesatuan usaha) melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa terletak pada suatu bangunan/lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas resiko usaha tersebut.

Sedangkan menurut Dumairy industri mempunyai dua pengertian. Pertama, Industri dapat berupa himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini msalnya, industri kosmetika berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kosmetika; industri tekstil maksudnya himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. Kedua, industri dapat menuju Sedangkan menurut Dumairy industri mempunyai dua pengertian. Pertama, Industri dapat berupa himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini msalnya, industri kosmetika berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kosmetika; industri tekstil maksudnya himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. Kedua, industri dapat menuju

a. Industri besar: jika mempekerjakan 100 orang atau lebih tenaga kerja

b. Industri sedang: jika mempekerjakan 20-99 orang tenaga kerja

c. Industri kecil: jika mempekerjakan 5-19 orang tenaga kerja

d. Industri kerajinan rumah tangga: jika mempekerjakan 1-4 orang tenaga kerja

2. Pengertian Industri Pengolahan

Industri pengolahan atau manufaktur, adalah semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong produk primer. Yang dimaksudkan dengan produk primer adalah produk- produk yang tergolong bahan mentah, yang dihasilkan oleh kegiatan eksploitasi sumber daya alam hasil pertanian, kehutanan, kelautan dan pertambangan, dengan kemungkinan mencakup produk pengolahan awal sampai dengan bentuk dan spesifikasi teknis yang standard dan lazim diperdagangkan sebagai produk primer.

Menurut Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan), industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan Menurut Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan), industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan

Istilah industri mempuyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini, sebutan industri kosmetika misalnya berarti hmpunan perusahaan-perusahaan penghasil produk-produk kosmetika. Kedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal atau manual. Istilah industri yang kedua ini sering disebut sebagai sektor industri pengolahan (manufacturing) yakni sebagai salahsatu sektor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan Pendapatan Nasional menurut pendekatan produksi (Dumairy, 1997).

Industri pengolahan merupakan semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan kualitas dan jasa. Proses produksinya dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi maupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan dan perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya menunjukkan seperti jasa Industri pengolahan merupakan semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan kualitas dan jasa. Proses produksinya dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi maupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan dan perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya menunjukkan seperti jasa

Secara garis besar industri pengolahan di Indonesia di kelompokkan ke dalam industri kecil, rumah tangga, sedang dan besar. Yang pengelompokkannya berdasarkan jumlah tenaga kerja menurut definisi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Selain itu pengelompokkan juga didasarkan pada modal yang dimiliki. Dalam penelitian ini kelompok industri yang menjadi obyek penelitian adalah industri pengolahan skala kecil, sedang dan besar berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Oleh BPS jumlah tenaga kerja 5-19 orang termasuk kedalam industry kecil, jumlah tenaga kerja 20-99 orang masuk dalam kelompok industri sedang dan jumlah tenaga kerja 100 orang lebih masuk kelompok industri besar.

dengan industri

pengolahan/manufaktur adalah: (Irsan Azhary Saleh, 1985: 106)

a. Jasa teknik

mendukung terbangunnya anstalasi produksi.pabrik, ataupun dibuatnya alat produksi yang siap menghasilkan jasa yang bisa dijual (alat transportasi), yaitu jasa konsultasi pembangunan proyek industri, jasa desain & enginering pabrik (rancang bangun pabrik kapal laut, kapal terbang, kereta api, mobil) dan jasa konstruksi pabrik.

yang yang

c. Jasa teknik yang menunjang pembuatan bahan konstruksi dasar, misalnya jasa litbang industri, jasa pengujian mutu bahan atau barang, jasa kalibrasi alat ukur.

B. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

1. Pengertian

Menurut badan pusat statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tumbuh yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Sedangkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diestimasikan dengan tiga pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan Produksi Menurut pendekatan produksi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam suatu wilayah, pada suatu periode tertentu (1 tahun). Sedangkan unit-unit produksi ini dikelompokan menjadi 9 lapangan usaha, yaitu:

1) pertanian

2) pertambangan dan penggalian

3) industri pengolahan

4) listrik, gas dan air bersih

5) bangunan

6) perdagangan, hotel dan restoran

7) pengangkutan dan komunikasi

8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

9) jasa-jasa

b. Pendekatan Pengeluaran Menurut pendekatan pengeluaran, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah semua komponen permintaan akhir di suatu wilayah, dalam jangka waktu tertentu (1 tahun). Komponen permintaan akhir tersebut meliputi :

1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung.

2) konsumsi pemerintah

3) pembentukan modal tetap domestik bruto

4) perubahan stok

5) ekspor netto (expor dikurangi impor)

c. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach) Menurut pendekatan pendapatan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah semua balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi disuatu wilayah pada jangka waktu tertentu (1 tahun). Komponen balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan c. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach) Menurut pendekatan pendapatan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah semua balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi disuatu wilayah pada jangka waktu tertentu (1 tahun). Komponen balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan

2. Macam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) :

Ada dua macam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu :

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan Jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu.

3. Metode perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Ada berbagai macam cara yang digunakan untuk menghitung PDRB, cara-cara tersebut antara lain:

a. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pada metode langsung Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pada metode langsung

b. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Perhitunganm Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB secara riil bukan karena adanya pengaruh harga. Ada 4 cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan, yaitu (dalam Paramitha G.W.N : 2009):

1) Revaluasi Prinsip metode revaluasi adalah menilai barang dan jasa pada tahun berjalan dengan menggunakan harga pada tahun dasar. Nilai tambahan bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan.

2) Ekstrapolasi Menurut ekstrapolasi, nilai tambah atas dasar harga konstan tahun tertentu diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar tertentu dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolarior dapat merupakan indeks 2) Ekstrapolasi Menurut ekstrapolasi, nilai tambah atas dasar harga konstan tahun tertentu diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar tertentu dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolarior dapat merupakan indeks

3) Deflasi menurut metode deflasi, nilai tambah atas dasar harga konstan tahun tertentu diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada tahun berjalan dengan indeks yang sesuai.

4) Deflasi berganda Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan deflator untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.

C. Investasi

1. Pengertian

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu komponen dari PDB dimana PDB tersebut dapat dihitung dengan rumus :

PDB = C + I + G + (X –M) Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-

residential (seperti pabrik, mesin dll) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I = (Y,i). suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

Bentuk-bentuk investasi yang sering ditemukan antara lain :

a. Investasi Tanah Investasi tanah diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan tanah, harga tanah akan meningkat dimasa depan.

b. Investasi Pendidikan Investasi pendidikan dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian, diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.

c. Investasi Saham Investasi saham diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja atau penelitian.

Investasi dapat menimbulkan suatu resiko tertentu. Investasi selain juga dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa resiko keuangan bilamana investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau dikaitkan dengan faktor manusia), keterlibatan hukum dan lain-lain.

2. PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)

a. Pengertian PMDN adalah penggolongan modal, kekayaan masyarakat Indonesia baik perorangan atau badan hukum termasuk benda bergerak ataupun tak bergerak bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (dalam Risdian:2008).

b. Modal PMDN Pembangunan suatu bangsa memerlukan dana untuk melaksanakan investasi yang tidak sedikit dalam pelaksanaanya diarahkan untuk berlandaskan pada kemampuan sendiri, disamping memanfaatkan dari sumber lainnya sebagai pendukung. Sumber dari

Luar Negeri tidak mungkin diandalkan selamanya untuk pembangunan. Untuk itu perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan investasi yang bersumber dari dalam negeri. Modal investasi dapat diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung antara lain adalah (Endar Supriyanto, 2006: 21) :

1) Secara langsung Penanaman modal secara langsung bersumber dari pemilik sendiri. Dalam menjalankan usaha pasti seorang investor yang memiliki modal awal dari miliknya sendiri selain modal dari pihak lain.

2) Secara tidak langsung

a) Lembaga Perbankan

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan. Dengan adanya simpanan masyarakat yang ada di bank-bank maka investor dapat meminjam dana investasi dari bank-bank yang ada. Dana dari perbankan bersifat jangka pendek karena simpanan masyarakat itu merupakan deposito berjangka yang pengambilannya sudah ditentukan.

b) Pasar Modal

Dipandang sebagai salah satu sarana yang juga efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara atau daerah. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan Dipandang sebagai salah satu sarana yang juga efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara atau daerah. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan

3. PMA (Penanaman Modal Asing)

Penanaman modal asing merupakan investasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negara untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilakukannya. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya alam kita, meningkatnya lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak serta adanya alih tekhnologi. Bagi pemilik modal keuntungan merupakan deviden dari hasil usaha (Suparmoko dan Irawan,1993).

Investasi Asing digunakan bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal tersebut dilakukan secara langsung yakni melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat serta deposito dan tabungan yang berjangka panjang sekurang-kurangnya satu tahun (Sukirno Sadono, 1999).

IMF Balance of Payment Manual mendefinisikan investasi asing (PMA) sebagai investasi langsung untuk memperoleh manfaat yang cukup lama dalam kegiatan dalam suatu proses di luar tempat penanaman modal tersebut. Sementara tujuan penanaman modal adalah untuk memperoleh pengaruh secara efektif dalam pengelolaan perusahaan.

Salvatore (1997) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua jenis investasau asing atau PMA, yakni investasi asing secara langsung dan investasi portofolio. Investasi portofolio (portfolio investment) melibatkan hanya asset-aset financial saja seperti obligasi dan saham- saham yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional.

Sedangkan investasi asing secara langsung (foreign direct investment) biasanya disingkat dengan PMA (Penanaman Modal Asing) meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata yang berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai barang modal, pembelian lahan untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris, dan sebagainya. Investasi Asing Langsung ini biasanya dilakukan dalam pembentukan sebuah perusahaan baru atau anak perusahaan yang kemudian mengambil alih perusahaan induk. Pengambil alihan perusahaan itu sendiri dimungkinkan jika seseorang atau sekelompok investor dapat membeli sebagian besar sahamnya melalui bursa saham. Sedangkan dalam konteks internasional, investasi asing langsung itu umumnya dilakuakan oleh perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang pengolahan, pengalihan sumber daya alam atau dalam bidang bisnis jasa. Investasi Asing Langsung kini merupakan saluran utama perpindahan modal internasional.

Menurut Mudrajat Kuncoro 1995 (dalam Paramitha, Gesha W.N. 2009), investasi dalam jumlah besar dari negara-negara maju dicirikan dengan tingkat tekhnologi modern dan cenderung padat modal. Pada Menurut Mudrajat Kuncoro 1995 (dalam Paramitha, Gesha W.N. 2009), investasi dalam jumlah besar dari negara-negara maju dicirikan dengan tingkat tekhnologi modern dan cenderung padat modal. Pada

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi

a. Menurut Sukirno Sadono (1999), faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah :

1) Tingkat keuntungan invstasi yang diramalkan akan diperoleh

2) Tingkat bunga

3) Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan

4) Kemajuan teknologi

5) Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

6) Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

b. Menurut Irawan dan M. Suparmoko (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat investasi adalah :

1) Tingkat bunga

2) Pendapatan nasional

c. Menurut Samuelson dan Nerdaus (1994), investasi dipengaruhi oleh:

1) Tingkat permintaan atas output yang dihasilkan investasi baru

2) Tingkat suku bunga dan pajak yang mempengaruhi biaya investasi

3) Ekspektasi dan perkiraan usahawan atas situasi ekonomi di masa depan

d. Menurut Deliarnov (1995), selain tingkat suku bunga, investasi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain, yaitu :

1) Inovasi dan teknologi

2) Tingkat perekonomian

3) Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian di masa depan

4) Tingkat keuntungan perusahaan

5) Situasi politik

D. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai hampir di semua negara-negara di dunia adalah inflasi. Pengertian inflasi dibagi dalam dua bagian, yaitu :

a. Pengertian inflasi dalam arti sempit atau relatif didefinisikan sebagai suatu periode dimana kekuatan membeli kasatuan moneter menurun atau terjadi kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa (secara umum) secara terus menerus. Jika kenaikan barang dan jasa hanya satu atau beberapa macam maka tidak dapat dikatakan telah terjadi inflasi, begitu juga kenaikan barang dan jasa yang bersifat kejutan ( sekali waktu musiman) pada a. Pengertian inflasi dalam arti sempit atau relatif didefinisikan sebagai suatu periode dimana kekuatan membeli kasatuan moneter menurun atau terjadi kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa (secara umum) secara terus menerus. Jika kenaikan barang dan jasa hanya satu atau beberapa macam maka tidak dapat dikatakan telah terjadi inflasi, begitu juga kenaikan barang dan jasa yang bersifat kejutan ( sekali waktu musiman) pada

b. Pengertian inflasi dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu kenaikan relatif dan sekonyong-konyong yang disporposional besar dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito (deposite Currency) dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang serta jasa-jasa yang ditawarkan atau bila karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional, terdapat adanya gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang. Suatu kenaikan normal dalam tingkat harga setelah suatu periode depresi umumnya tidak dianggap sebagai keadaan inflasi (Winardi, 1995 : 235 dalam Rahayu, Tri Susanti. 2005). Ada dua teori yang membahas tentang inflasi, yaitu :

1. Teori kuantitas Teori ini dekenal teori kaum monetaris (monetaris models) yang menekankan pada peranan jumlah uang yang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

2. Teori struktural Teori ini mangatakan bahwa inflasi bukan semata-mata dikarenakan fenomena moneter, tetapi juga oleh fenomena struktural. Hal ini terjadi umumnya di negara-negara sedang berkembang yang umumnya masih bercorak agraris ataupun 2. Teori struktural Teori ini mangatakan bahwa inflasi bukan semata-mata dikarenakan fenomena moneter, tetapi juga oleh fenomena struktural. Hal ini terjadi umumnya di negara-negara sedang berkembang yang umumnya masih bercorak agraris ataupun

2. Jenis-jenis Inflasi

Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu :

a. penggolongan inflasi atas derajat parah tidaknya inflasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Kusnadi, 1996 : 227 dalam Paramitha, Gesha W.N. 2009) :

1) inflasi ringan dibawah 10%

2) inflasi sedang antara 10% - 30%

3) inflasi tinggi antara 30% - 100%

4) hiperinflation diatas 100%

b. Penggolongan inflasi didasarkan pada penyebabnya dibedakan menjadi dua, yaitu ( Boediono, 2000 :162) :

1) Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan agregat permintaan masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di padar barang.

2) Cost pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena bergesernya agregat penawaran kearah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan kurva agregat penawaran bergeser adalah meningkatnya harga-harga faktor produksi di pasar faktor produksi sehingga menaikkan harga komositi dipasar komoditi.

c. Penggolongan inflasi menurut asalnya dibedakan menjadi dua, yaitu (Boediono, 2000 : 162) :

1) Domestik Inflation, yaitu inflaasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik disektor riil maupun disektor moneter dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat. Inflasi tarikan permintaan dapat terjadi akibat permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi tersebut kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi ful employment.

2) Imported Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh karena adanya kenaikan harga-harga komoditi diluar negeri (dinegara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi desakan biaya dapat terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung dari parah atau tidaknya inflasi tersebut. Apabila inflasi itu ringan maka justru

mempunyai pengruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang lebih bergairah dalam bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi yang tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak semangat kerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kuwalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi , usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi disuatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, Secara umum inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi disuatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,

E. Jumlah Unit Usaha

Menurut dinas perindustrian, unit usaha merupakan jumlah perusahaan industri pengolahan yang beroperasi, yang dihitung dalam satuan unit usaha. Menurut dinas kehutanan memberikan definisi yaitu Unit usaha adalah suatu usaha kegiatan ekonomi pada suatu tempat tersendiri yang dilakukan oleh pemilik perorangan atau suatu badan usaha yang bergerak di sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air minum,konstruksi, perdagangan, pengangkutan dan perhubungan, lembaga keuangan dan jasa-jasa perusahaan dan kehutanan. Unit usaha suatu industri biasanya terkumpul pada suatu tempat yang disebut sentra industri.

Perusahaan adalah suatu badan usaha yang menggunakan faktor- faktor produksi berusaha untuk mendapatkan laba. Selain itu perusahaan merupakan suatu kerjasama yang tertaur dari faktor-faktor produksi yang tujuannya adalah produksi (Manulang, 1981 : 125 dalam Rahayu, Tri Susanti. 2005). Salah satu pihak yang terlibat dan berkepentingan terhadap perusahaan adalah pemilik modal yang menanamkan kekayaanya dalam perusahaan karena perusahaan yang membutuhkan tambahan modal atau investasi.

Investasi dapat mendorong perkembangan dari sektor industri. Hal ini dapat diketahui dari jumlah perusahaan atau perluasan perusahaan. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan atau perluasan perusahaan tentu akan diikuti dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja yang terserap pada Investasi dapat mendorong perkembangan dari sektor industri. Hal ini dapat diketahui dari jumlah perusahaan atau perluasan perusahaan. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan atau perluasan perusahaan tentu akan diikuti dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja yang terserap pada

F. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah daya manusia untuk melakukan pekerjaan. Pengertian umum tersebut sesuai dengan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969, yaitu “Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.

Sumber daya manusia atau human resources mempunyai dua pengertian. Pertama, Sumber Daya Manusia mengandung pengertian usaha atau jasa yang diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini Sumber Daya Manusia mencerminkan kualitas usaha yang diberikan seseorang dalam waktutertentu dan nenghasilkan barang dan jasa. Kedua, Sumber Daya Manusia yang menyangkut manusia yang mampu bekerja atau memberikan jasa usaha, dalam arti mampu melaksanakan kegiatan yang memberi kegiatan ekonomis, dimana kegiata tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Payaman J. Simanjuntak, 1998).

Ananta dan Tjiptoherijanto (1985) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sebagian dari seluruh penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tenaga kerja adalah sebagian penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa bila ada permintaan barang dan jasa.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut adalah supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan sebenarnya. Penetapan batas umur minimum 10 tahun di Indonesia adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk terutama di desa-desa yang sudah bekerja atau mencari kerja (BPS, 1990).

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari mereka yang masih bersekolah, mengurus rumah tangga dan golongan lain atau golongan penerima pendapatan. Sedangkan angkatan kerja terdiri dari jumlah tenaga kerja yang bekerja dan menganggur (Payaman J. Simanjuntak, 1998).

1. Permintaan Tenaga Kerja