Konsep Pendidikan Ibn Khaldun dalam Kitab Muqaddimah

  Dinar Dewi Kania – AIEMS

  

IBN KHALDUN DALAM

KITAB MUQADDIMAH Oleh :

  Dinar Dewi Kania Kandidat Doktor Pendidikan Islam Direktur Operasional AIEMS Pendahuluan 

  Kemunduran Peradaban = Kemunduran Ilmu

  

  Disintegrasi wawasan ilmu akibat sistem pendidkan sekuler-liberal

  

  Ambivalensi tujuan/orientasi pendidikan

  

  Umat Islam tidak menjadikan pendidikan sebagai sarana strategis untuk membangkitkan kembali peradaban Islam Tujuan Penulisan 

  Menggali pemikiran Ibn Khaldun, seorang tokoh intelektual Islam abad pertengahan dalam karyanya yang fenomenal Muqaddimah. Ibn Khaldun merupakan salah satu ilmuwan besar yang lahir ketika peradaban Islam mengalami ujian berat di Timur maupun di Barat.

  

  Mengkaji lebih dalam pemikiran Ibn Khaldun dalam bidang Pendidikan sebagai upaya menemukan kembali konsep pendidikan Islam dan melepaskan diri dari dominasi konsep- konsep Barat yang cendrung sekuler. Biograf Singkat 

  Wali al-Din Abu Zaid ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdur Rahman Ibn Khaldun. Lahir di Tunisia (1332 M/732 H) Meninggal di Mesir (1406 /808 H) Berasal dari keluarga keturunan Yaman yang hijrah ke Spanyol pada abad ke 8 M. Keluarga besar mereka tinggal Sevilla kemudian ketika ketika situasi Andalusia sedang goncang akibat pertempuran dengan bangsa Nasrani, mereka hijrah ke Afrika Utara tepatnya Tunisia Guru-guru Ibn Khaldun 

  Bidang bahasa adalah Abu Abdillah Muhammad Ibnu Al-‘Arabi al-Hasyayiri, Abu al-‘Abbas Ahmad ibn al- Qassar, Abu ‘Abdillah Ibn Bahar. B

Bidang keilmuan hadits, Syamsuddin Abu ‘Abdillah

al-Wadiyasi, Bidang fih, ia belajar pada sejumlah guru, di antaranya Abu ‘Abdillah mUhammad al-Jiyani dan Abu Qahiri.

  Selain ilmu-ilmu keislaman, Ibn Khaldun juga belajar ilmu-ilmu rasional (flosofs), yaitu teologi, logika, ilmu alam, matematika dan astronomi, kepada Riwayat Pekerjaan 

  Pegawai kerajaan Tunis, walaupun tidak bertahan lama, kemudian dilanjutkan dengan menjadi

   Tenaga sekretaris pada Abu Enam di Fez. 

  Beliau pernah juga tinggal selama dua tahun di Istana Sultan Granada sebelum akhrinya pindah ke Afrika dan mendapat kedudukan tinggi di sana.

  

  Sebelum meninggal pada tahun 1406 M di Mesir, beliau pernah mengajar di Universitas Al Azhar dan menjadi Qadi di sana sampai akhir hayatnya Karya-Karya Ibn Khaldun 

  Al-I’bar (buku Al-’Ibar dan

rekaman asal usul dan peristiwa hari hari bangsa Arab, barbar dan orang yang sejaman dengan mereka yang memiliki kekuasaan) Al –Muiaddimah Al-Ta’rif (otobiograf) Al-Syifa al-Sa’il li Tahzib al-Masa’il

Lubab al-Muhassal f Usul al-Din dll Kitab Muiaddimah 

  Karya fenomenal berisi cara penyusunan sistematika flsafat dan sejarah. Dalam buku ini dijelaskan pandangan-pandangan beliau mengenai hal-hal yang berkaitan dengan negara dan masyarakat,

termasuk di dalamnya dibahas mengenai pendidikan

Buku ini diterjemahkan sebagian dalam bahasa Turki tahun 1730/1731 (1143H), bahasa Perancis, 1806, Jerman pada tahun 1812, dan bahasa Inggris tahun 1957.

  Sedangkan terjemahan yang cukup lengkap ke dalam bahasa perancis dilakukan tahun 1862-1865 dan ke dalam bahasa Turki pada tahun 1870. Corak berpikir 

  Di dalam Muiaddimah, tidak dijumpai kesan sebagai seorang scientist konvensional yang memakai fakta- fakta empirik dan rasional yang kontradiktif dengan otoritas. Dalam setiap analisisnya yang tajam dan rasional, ia senantiasa mengkonsultasikan solusinya dengan wahyu. Wahyu tidaklah dia letakan sebagai premis minor dalam tata fkir yang dikembangkannya, tetaapi seabgai premis mayor yang menjadi referensi setiap pemecahan masalah.

  Kenyataan memang setiap solusi ilmiah yang tepat (benar) senantiasa sejalan dengan wahyu . (Warul Walidin, hlm. 66)

   Mengakui peran Intuisi di bidang intelektual dan tidak menyandarkan sepenuhnya pada logika formal dengan membiarkan kebenaran diilhamkan ke dalam pikiran mereka oleh Allah swt sendiri.

   “Allah telah mengungkapkannya kepada saya, tanpa mempelajari dari Aristoteles atau informasi lainnya dari guru Persia.” (Ibn Khaldun)

   Ada perbedaan pendapat dari para penulis, Ibn Khaldun adalah pengikut al-Ghazali, menurut lainnya pengikut Ibn Rusyd, atau ada yang berpendapat ia pengikut kedua-duanya.

Konsep Ilmu

   kemampuan fkir yang dimiliki manusia baru merupakan potensi, dan akan menjadi aktual setelah sifat kebinatangannya mencapai kesempurnaan di dalam dirinya, dimulai dari kemampuan membedakan (tamyiz).

  Setelah masa itu, pencapaian yang didapat oleh manusia adalah akibat dari persepsi sensual dan kemampuan fkirnya.

  Pikiran dan pandangan manusia kemudian akan dicurahkan untuk mencari hakikat kebenaran. Selain itu, manusia juga akan memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dialaminya yang bermanfaat bagi essensi dan eksistensinya. Akhirnya, upaya mencari pengetahuan tentang hakikat sesuatu menjadi suatu kebiasan dalam dirinya . Kebiasaan itu disebut Konsep Ilmu 

  Ilmu pengetahuan timbul melalui malakah karena dengannya manusia mampu mengenali gejala dan hakikat segala sesuatu. Setelah itu, jiwa manusia akan tertarik untuk mendalami ilmu tersebut sehingga ia membutuhkan orang lain untuk melepaskan dahaga keingintahuannya. Dari sinilah timbul pengajaran (ta’lim) yang merupakan hal alami di tengah umat manusia

  

  Ibn Khaldun berpandangan bahwa perbendaharaan ilmu manusia adalah jiwa manusia itu sendiri. Di dalamnya Allah menciptakan persepsi yang bermanfaat baginya untuk berpikir dan memperoleh pengetahuan ilmiah.

  

  Manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan melalui naluri yang ditanamkan Allah dalam akal, apabila tujuan esensial mereka dalam penyelidikannya itu adalah mencari kebenaran serta menggantungkan diri pada rahmat Allah.

   In order to understand his views on education, it is imperative that Ibn Khaldun’s elucidation of knowledge and intellect and the function of the soul is explicated. His elucidation of the signifcance of the soul in relation to knowledge is remarkable .

  Although in the Prolegomena he explicates that the soul is the source of good and evil deeds, he also suggests that it is a centre for acquiring and storing of knowledge . Man is able to think and engage in perception through the powers of the soul.

  The soul infuences the body through action and perception. When a man is frequently exposed to a body of knowledge it gets imprinted in the soul and becomes a habit that will not easily disappear. His intelligence is enhanced with the greater exposure of knowledge and crafts to the soul.

  (Syed Omar bin Syed Agil, Philosophy of Education in

  

  Ibn Khaldun memandang kebenaran yang

  

hakiki bersumber dari Allah SWT . Kebenaran

  bukan hanya ada di dalam realita, melainkan ada kebenaran hakiki (haq-al yakin) yang datang dari Ilahi. Meskipun demikian,

  

pengetahuan yang mungkin didapat manusia

dari penyelidikannya hanya sebatas ‘ain al-

yaqin atau lebih tinggi lagi yang dapat dicapai

  manusia adalah ilm al-yaqin meskipun mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai yang haq al-yakin. Tujuan Pendidikan 

  Ibn Khaldun melihat pendidikan sebagai usaha transformatif potensialitas (attaqah al-quswa) manusia yang bertujuan mengoptimalkan pertumbuhkan dan perkembangannya.

  Pendidikan harus diletakan sebagai bagian integral dari peradaban (al-umran) karena peradaban sendiri adalah isi pendidikan.

  Pendidikan juga merupakan sarana bagi manusia mengetahui hukum-hukum Allah SWT yang telah disyariatkan atasnya dan menggapai ma’rifat dengan menjalankan praktek-praktek ibadah (Walidin Warul Walidin, Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Khaldun, hlm. 105-107) Persepsi Supernatural- Ilahiah 

  Ibn khaldun melihat ada kawasan lain selain akal dan indera untuk memperoleh ilmu pengetahuan, yaitu Supernatural-Ilahiah. Di atas alam amanusia, ada alam spiritual yang dapat dibuktikan dengan pengaruh-pengaruhnya terhadap manusia dengan kekuatan persepsi dan kehendak yang diberikan kepadanya.

  Esensi alam spiritual yang merupakan persepsi murni dan pemikiran absolut disebut alam ruh/ malaikat. Untuk mencapai alam tersebut, jiwa manusia suatu waktu harus bisa melepaskan diri dari ikatan fsik/ kemanusiaannya agar bisa menjadi bagian dari malaikat dan pada saat yang sama sifat kemanusiaan pun akan kembali lagi.

  Keadaan seperti ini hanya dapat dicapai melalui latihan rohani ( riyadlah); seperti zikir, puasa dan bertahajud, sehingga Allah akan mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahuinya

Klasifiasi Ilmu

  kepada otoritas syari’at yang diberikan dan tidak ada tempat bagi akal atau rasio, kecuali apabila akal digunakan untuk menghubungkan persoalan detail dengan prinsip-prinsip dasar (ashl). ilmu- ilmu nailiah dalam agama Islam merupakan penjelas bagi agama-agama lain, sebab Islam menghapus agama-agama itu. Setiap ilmu naili dari agama sebelum Islam telah terhapuskan dan usaha mengkaji kitab-kitab yang telah diturunkan selain Al Qur’an telah dilarang oleh syariat. Klasifkasi Ilmu

  Ilmu ailiyah adalah ilmu pengetahuan alami bagi manusia melalui bimbingan pikirannya. Ibn Khaldun berpendapat manusia memiliki persepsi-persepsi yang akan membimbingnya kepada objek-objek dengan problema argumen dan metode pengajaran.

  Termasuk jenis ilmu ini yaitu ilmu-ilmu flsafat dan hikmah. Ilmu ailiyah tidak dikhususkan untuk golongan (millah) tertentu saja, tetapi terbuka bagi siapa saja yang ingin mempelajari dan melakukan riset terhadapnya. Ilmu ini juga sudah terdapat dalam kehidupan manusia sejak awal peradabannya. Klasifkasi Ilmu Ilmu-ilmu rasional ini mencakup : Ilmu Logiia (manthii). Yaitu ilmu untuk menghindarkan kesalahan pemikiran dalam penyusunan fakta-fakta yang ingin diketahui.

  Ilmu Fisiia. Ilmu ini berguna untuk mempelajari substansi elemental yang dapat dirasa dengan indera, seperti benda-benda tambang, tumbuh-tumbuhan, binatang yang diciptakan dari (substansi-substansi elemental), benda-benda angkasa, gerakan alami dan jiwa

yang merupakan asal dari gerakan tersebut, dan lain-lain.

  Ilmu Metafsiia. Mempelajari masalah-masalah metafsika dan spiritual.

  Ilmu Matematiia, yaitu ilmu yang mempelajari berbagai

  

Menurut Ibn Khaldun, astrologi berbahaya

bagi peradaban manusia karena ditinjau

dari sudut pandang syariat dan kelemahan

persepsinya dari segi pemikiran rasional.

  

Begitu juga dengan ilmu sihir , dan azimat-

azimat. kedua ilmu tersebut dilarang oleh

syariat karena mengandung bahaya dan

mengharuskan orang-orang untuk

menghubungkan dirinya dengan benda-

benda selain Allah SWT.

  Teori Belajar

  Inti dari belajar menurut Ibnu Khaldun adalah usaha untuk mencapai malakah . Tujuan belajar bukan sekedar untuk mendapatkan pemahaman, karena pemahaman (al-fahmu) dapat diperoleh siapa saja.

  Pemahaman dapat diperoleh seseorang sama bagusnya dengan mereka yang mendalami disiplin ilmu itu. Tetapi malakah adalah ekslusif dimiliki sarjana atau orang yang benar-benar mendalami disiplin ilmu pengetahuan.

  (Abdesselam Cheddadi, Ibn Khaldun, Paris : UNESCO International Bureau of Education, 2000, hlm. 5.)

   Malakah didefnisikan sebagai sifat yang berurat-berakar selaku hasil pengerjaan berulang-ulang, hingga bentuk perbuatan itu dengan kokoh tertanam (dalam pikiran). mencapai malakah hanya dimungkinkan melalui pembelajaran yang bertahap (tadrij) disertai pengulangan dan pembiasaan.

   Malakah tidak dimaknai sebagai pengetahuan atau insight (pencerahan) yang diperoleh manusia yang mempunyai kecendrungan kognitif semata-mata, tetapi malakah bermakna pencapaian manusia dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. (Warul Walidin,

Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Khaldun., hlm. 117.

  

Metode paling mudah untuk

memperoleh malakah adalah dengan

melalui latihan lidah guna

mengungkapkan pikiran-pikiran dengan

jelas dan perdebatan masalah-masalah

ilmiah. Inilah cara yang mampu

menjernihkan persoalan dan

menumbuhkan pengertian dan bukan

melalui hapalan tanpa memahami

   Pengetahuan yang didapat langsung dari pengalaman, lebih efektif dari pada pengetahuan yang didapat secara tidak langsung melalui informasi.

  Kepandaian seseorang bukan ditentukan oleh perbedaan kemampuan intelektual, tetapi terbentuk dari jiwa-jiwa mereka yang dipengaruhi oleh aktiftas ilmiah. Menurut Ibn Khaldun hal ini yang menjadikan orang-orang Timur menjadi lebih pandai.

  Malakah juga menjadi pembeda antara masyarakat badui dengan masyarakat berbudaya. Masyarakat berbudaya memiliki metode-metode pengajaran ilmu yang baik dan kelebihan mereka disebabkan adanya polesan tertentu dari keahlian-keahlian dan

  Metodologi Pengajaran

  1. Penyajian Global (sabil al-ijmal) Pada tahap awal pengajaran sebuah disiplin ilmu/ aspek keterampilan, guru hendaknya menyajikan hal-hal pokok, problem-problem yang prinsip dari setiap materi pembahasan dalam bab-bab yang dijelaskan. Keterangan atau penjelasan dari guru harus bersifat global (ijmal) serta memperhatikan potensi intelek (aql) dan kesiapan (isti’dad) dari masing-masing peserta didiknya untuk menangkap apa yang diajarkan kepadanya. Jika dengan penjelasan itu pelajar telah menguasai pembahasan pokoknya, maka dia telah menguasai malakah dalam cabang ilmu yang dipelajarinya walaupun masih bersifat parsial (juz’iyyat dan da’ifa). Malakah yang belum lengkap itu merupakan bekal untuk memahami seluk beluk/ detail dari pembahasan pokok tersebut.

  2. Pengembangan (al-syarh wa al-bayan) Pengetahuan atau keterampilan yang disajikan harus diangkat ketingkat yang lebih tinggi. Guru harus menyertakan ulasan tetang berbagai aspek yang menjadi kontradiksi di dalamnya dan ragam pandangan (teori) yang terdapat pada materi tersebut. Keahlian pelajar pada tahap ini harus lebih disempurnakan.

  3. Penyimpulan (takhallus) Pokok pembahasan harus disampaikan dengan lebih mendalam dan lebih rinci dalam konteks yang menyeluruh. Segala aspek yang ada berserta pemahamannya harus dipertajam lagi dan semua masalah penting, sulit dan kabur harus dituntaskan . Pada tahap terakhir ini diharapkan malakah dari pelajar mencapai kesempurnaan.

  Guru 

  Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik menurutnya adalah lemah lembut, menjadikan dirinya sebagai Uswah al-Hasanah, memperhatikan kondisi peserta didik, mampu mengelola waktunya dan profesional.

   Sebisa mungkin guru harus bersikap lembut dan penuh kasih sayang terhadap sang murid, kecuali jika dengan metode tersebut sang anak justru menjadi terbiasa hidup santai, maka sang guru boleh mengunakan kekerasaan

  Problematiia Pendidiian Banyaknya buku yang ditulis.

  Berbeda-bedanya istilah-istilah yang diperlukan dan dipakai untuk pengajaran.

  

Beragamnya metode yang dipergunakan di dalamnya,

sehingga menyebabkan pelajar menghabiskan banyak

waktu dan energi untuk menguasai berbagai metode yang maknanya satu dan sama. Adanya ringkasan-ringkasan.

kecendrungan berlebih-lebihan dalam mepelajari ilmu

alat. kebiasaan guru yang berbahaya bagi pelajar, khusunya pelajar anak-anak, yaitu penerapan hukuman yang keras dalam pengajaran.

Kesimpulan

  1. Malakah merupakan teori sentral dalam konsep pendidikan Ibn Khaldun

  2. Ibn Khaldun juga berhasil mendudukan secara proporsional ilmu-ilmu nailiah dengan ailiah. Hal itu dikarenakan beliau adalah seorang flosof yang orisinil dalam flsafat Islam, dan mampu menyingkirkan pengaruh-pengaruh flsafat yunani dalam pemikirannya.