NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

(1)

NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO

KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

Skripsi

Disusun Oleh: Tomi Tritama Putra

20110220027 Program Studi Agribisnis

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

MOTTO

Tegar Dalam Iman

Yakin Dalam Melangkah

Cakap Dalam Tindakan

Wawasan Yang Menantang


(3)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan sehingga skripsi dengan judul

“NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK

PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis yakin bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku Bapak Supraptono dan Ibu Utami. Kakak pertama Tyas Herdini Pratami dan kakak kedua Rangga Herdianto Kurniawan;

2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

3. Dr. Ir. Sriyadi, MP selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis;

4. Dr. Aris Slamet Widodo, M.Sc selaku dosen pembimbing pendamping dalam memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis;

5. Ir. Nur Rahmawati, MP selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam skripsi ini;


(4)

6. Kepala Desa Donokerto beserta jajaran staff yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melaksanakan penelitian;

7. Semua pengusaha olahan Salak Pondoh di Desa Donokerto terimakasih untuk semua informasi yang diberikan selama penelitian berlangsung;

8. Megadhana Siswi Khasanti, yang senantiasa memberikan dukungan serta semangatnya kepada penulis;

9. MAPALA UMY, trimakasih untuk pengalaman yang telah diberikan kepada penulis;

10. Teman-teman Agribisnis UMY angkatan 2011 dan semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Yogyakarta, 29 Agustus 2016


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN ... i

MOTTO ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

I.PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Tujuan Penelitian ... 4

C.Kegunaan Penelitian ... 5

II.KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6

A.Tinjauan Pustaka ... 6

1.Karakteristik dan Olahan Salak Pondoh ... 6

2.Industri Rumah Tangga ... 12

3.Biaya, Pendapatan dan Keuntungan ... 14

4.Konsep Nilai Tambah ... 16

B.Penelitian Sebelumnya ... 17

C.Kerangka Pemikiran ... 19

III.METODE PENELITIAN ... 27

A.Teknik penentuan lokasi ... 23

B.Teknik pengambilan sampel ... 23

C. Teknik dan Jenis Pengambilan Data ... 23

D. Pembatasan Masalah ... 24

F. Asumsi ... 24

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25

H. Teknik Analisis Data ... 27


(6)

2.Pendapatan ... 28

3.Keuntungan ... 28

4.Nilai Tambah ... 28

IV.KEADAAN UMUM WILAYAH ... 30

A. Topografi Dan Geografi Desa Donokerto ... 31

B. Keadaan Penduduk Desa Donokerto ... 31

1.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 32

2.Jumlah Kepala Keluarga ... 32

3.Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Masyarakat ... 33

D.Tingkat Pendidikan Dan Sarana Pendidikan Masyarakat ... 34

1.Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 34

2.Sarana Dan Pendidikan ... 34

E.Penguasaan Aset Ekonomi Masyarakat ... 35

1.Aset Tanah ... 35

2.Aset Sarana Transportasi ... 36

F. Proses Produksi Olahan Salak Pondoh ... 37

1.Produksi Kopi Salak Pondoh ... 37

2.Produksi Dodol Salak Pondoh ... 42

3.Produksi Wajik Salak Pondoh ... 47

V.ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Profil Industri Rumah Tangga Olahan Salak Pondoh ... 54

B.Analisis Keuntungan IndustriRumah Tangga Olahan Salak Pondoh ... 58

1.Analisis Biaya Olahan Salak Pondoh ... 58

2.Analisis Pendapatan Dan Keuntungan Olahan Salak Pondoh ... 70

C.Analisis Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh ... 71

1.Nilai Tambah Kopi Salak Pondoh ... 72

2.Nilai Tambah Dodol Salak Pondoh ... 72


(7)

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Produksi Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2009 ... 2

Tabel 2. Industri rumah tangga di Kecamatan Turi 2015 ... 3

Tabel 3.Produksi Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Sleman, 2013 - 2014 ... 8

Tabel 4. Kandungan dan gizi dalam tiap 100 grambuah Salak segar. ... 10

Tabel 5. Cara Menghitung Nilai Tambah. ... 29

Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 32

Tabel 7. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016. ... 32

Tabel 8. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Donokerto 2016. ... 33

Tabel 9. Tingkat pendidikan Desa Donokerto 2016 ... 34

Tabel 10. Sarana Dan Prasarana Kegiatan Pembelajaran di Desa Donokerto 2016. . 35

Tabel 11. Penguasaan Aset Tanah Masyarakat di Desa Donokerto Tahun 2016. ... 36

Tabel 12.Sarana Transportasi masyarakat di desa Donokerto Tahun 2016. ... 36

Tabel 13.Profil pengrajin olahan Salak Pondoh di desa Donokerto Tahun 2016. ... 55

Tabel 14.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan Kopi Salak Pondoh. ... 59

Tabel 15.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan dodol Salak Pondoh. ... 63

Tabel 16.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan wajik Salak Pondoh. ... 67

Tabel 17.Pendapatan Dan Keuntungan Pengolahan Salak Pondoh Pada Skala Industri Rumah Tangga Di Desa Donokerto Tahun 2016 ... 70

Tabel 18.Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh Menjadi Kopi Salak Pondoh Di Desa Donokerto Per 1 Kg Bahan Baku. ... 72


(9)

Tabel 19.Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh Menjadi dodol Salak Pondoh Di Desa Donokerto Per 1 Kg Bahan Baku. ... 73 Tabel 20. Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh Menjadi wajik Salak Pondoh Di Desa


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan alur kerangka pemikiran... 22

Gambar 2. Bagan proses produksi kopi Salak Pondoh ... 41

Gambar 3. Bagan proses produksi dodol Salak Pondoh ... 46


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Question guide penelitian ... 79 Lampiran 2. Hasil analisis industri olahan Salak Pondoh ... 80


(12)

Skripsi yang berjudul

NILAI TAMBAH OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH

SKALA INDUSTRI RUMAH TAIIGGA DI DESA DONOKERTO

KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Tomi Tritama Putra

20rt 022 0027

Telah dipertahankan oleh di depan Dewan Penguji Pada tanggal 29 agustus 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh deraj at Sarj ana Pertanian

Pembimbing Utama

6W

Dr.Ir.Sriyadi MP.

NIK: 1 969 1028199603 133023

Yogyakarta, 29 Agustus 2016

NIK: 19670630199303 1 33016

Pembimbing Pe

NIK: 1 977 0125200104133022


(13)

NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI

KABUPATEN SLEMAN

Value Added Product Processed Raw Material Salak PondohHousehold Scale Industries In The Village Donokerto Turi Subdistrict Sleman Regency

Tomi Tritama Putra

Dr.Ir. Sriyadi M.P / Dr. Aris Slamet Widodo Agribusiness Department Faculty Of Agriculture

Muhammadiyah University Of Yogyakarta Abstract

VALUE ADDED PRODUCT PROCESSED RAW MATERIAL SALAK PONDOH HOUSEHOLD SCALE INDUSTRIES IN THE VILLAGE DONOKERTO TURI SUBDISTRICT SLEMAN REGENCY. The purpose of this research are Describe profile processing business Salak Pondoh industri household scale.Find out the Cost revenue and profit of business processed Salak Pondoh household scale industries and find out the value added of processing business Salak Pondoh household industriesscale. Determination the location research be done use purposive namely Village Donokerto Sleman Regency. The samples were taken census of all households cultivate industrial processed products raw material Salak Pondoh in the village Donokerto.Based on the results Research there is 19 industries which consisted of 6 coffee Salak Pondoh industri, 9 dodol Salak Pondoh industri and 4 wajik Salak Pondoh industri. The coffee Salak Pondoh industri requires production costs Rp 276,475,- receive a profit of Rp 492,627,- with the added value of Rp 132,856,99, - with the ratio value added 1.16%. The dodol Salak Pondoh industri requires production costs Rp 227,943,- receive a profit of Rp 117,343,- with the added value of Rp 31,838,- with the ratio value added 0,71 %. The wajik Salak Pondoh industri requires production costs Rp 150,108,- receive a profit of Rp Rp 29,891,- with the added value of Rp. 10,716,- with the ratio value added 0,36 %.


(14)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salak (Salacca Edulis Reinw) merupakan tanaman khas Indonesia, hal ini tercermin dari ragam jenis Salak yang dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah. Di Indonesia telah diketahui beragam tanaman Salak dengan rasa buahnya yang berbeda-beda satu sama lainnya. Salak tersebut antara lain, Salak Bali, Salak Banjarnegara, Salak Codet, Salak Tasikmalaya, Salak Pondoh, Salak Madura dan masih banyak sebagainya. Dari berbagai jenis Salak tersebut, Salak Pondoh merupakan Salak yang disukai banyak orang atau konsumen karena memiliki kelebihan dibandingkan jenis buah Salak lainnya. Salak Pondoh asli Yogyakarta ini di sukai karena rasa manis tidak asam atau sepat walaupun buahnya masih muda (Nasrulloh 2006).

Salak Pondoh memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Banyak masyarakat menyukai buah ini sehingga konsumsi Salak untuk pasar lokal cukup tinggi. Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman merupakan Kabupaten dengan jumlah produksi Salak Pondoh terbesar dibandingkan dengan Kabupaten/Kota yang lainnya. Secara rinci jumlah produksi tiap Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 1.


(15)

Tabel 1. Produksi Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2009 No. Kabupaten/ Luas panen Produksi Produksivitas

Kota (Rumpun) (kuintal) (kg/Rumpun)

1. Kulonprogo 83.188 21.376 25,70

2. Bantul 2.902 450 15,51

3. Gunungkidul 1.273 100 7,85

4. Sleman 4.642.602 603.791 13,00

5. Yogyakarta 0 0 0

Jumlah 4.729.965 625.717 62,06

Sumber : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta 2010

Permintaan buah Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya berasal dari pasar lokal, tetapi juga berasal dari pasar ekspor seperti, China, Singapura dan Amerika Serikat. Hal ini mendorong perkembangan budidaya Salak Pondoh terutama di Kabupaten Sleman tumbuh sangat pesat, tersebar di hampir semua Kecamatan di Kabupaten tersebut. Usahatani Salak Pondoh di Kabupaten Sleman juga banyak yang dikembangkan menjadi agrowisata Salak Pondoh.

Kecamatan Turi Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya banyak membudidayakan Salak Pondoh. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis yang cocok untuk mengusahakan budidaya tanaman Salak Pondoh. Banyaknya produksi Salak Pondoh yang diusahakan oleh masyarakat, mengakibatkan nilai jual Salak Pondoh menjadi rendah pada saat panen raya tiba.Tidak sedikit petani yang menjual produksi Salak Pondoh dengan harga rendah. Bahkan terkadang banyak yang tidak terjual dan akhirnya busuk, akibatnya para petani mengalami kerugian. Pada saat belum musim panen raya seperti sekarang ini, harga Salak Pondoh dapat


(16)

mencapai Rp 10.000 per Kg, namun ketika sedang panen raya harga dapat turun menjadi Rp 2.000 per Kg.

Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan nilai hasil Salak Pondoh terutama ketika harga Salak Pondoh segar sedang turun. Salah satu yang dilakukan adalah melalui pengolahan buah Salak Pondoh segar menjadi produk olahan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Salak Pondoh dapat diolah menjadi produk olahan seperti Wajik, Sirup, Dodol, Suwar-suwar, Bakpia bahkan Salak Pondoh Salak sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi petani Salak Pondoh. Selain itu, produk olahan ini mempunyai masa simpan yang lebih lama dengan nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi dibanding buah Salak Pondoh segar.

Olahan Salak Pondoh yang banyak diusahakan di Kecamatan Turi adalah Kopi Salak Pondoh, Wajik Salak Pondoh dan Dodol Salak Pondoh. Jumlah industri rumah tangga olahan Salak Pondoh tersebar di beberapa Desa.

Tabel 2. Industri rumah tangga di Kecamatan Turi 2015

No. Kelurahan Industri rumah tangga

1. Bangunkerto 8

2. Donokerto 19

3. Girikerto 6

4. Wonokerto 5

Jumlah 40

Sumber :Data industri rumah tangga 2015 Kecamatan Turi

Berdasarkan tabel di atas desa yang banyak mengusahakan industri rumah tangga olahan Salak Pondoh adalah di Desa Donokerto. Kebanyakan industri rumah


(17)

tangga yang ada di Desa Donokerto merupakan warisan atau melalui pelatihan-pelatihan pengolahan Salak Pondoh yang diadakan oleh masyarakat. Namun kebanyakan pengolahan masih menggunakan alat tradisional dalam menjalankan produksinya, misalnya masih menggunakan tungku kayu bakar, proses penjemuran masih mengandalkan sinar matahari, pengupasan dan pemotongan menggunakan pisau, pengemasan masih sangat sederhana serta dalam proses produksi bahan baku hanya mengambil dari warga masyarakat sekitar yang sudah terbiasa menyuplai Salak Pondoh. Selain itu tenaga kerja yang digunakan berkisar antara 1-4 orang dalam keluarga. Kebanyakan produk hasil usaha dijual ke warung-warung sekitar, warga masyarakat sekitar dan memungkinkan menjual ke luar kota bila ada pesanan, itu pun melalui tangan ke 2 dalam proses penjualannya. Hal ini menunjukan bahwa proses promosi yang ada masih sangat sederhana, yaitu hanya mencantumkan identitas produsen dikemasan produk. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih dalam terkait industri rumah tangga di Desa Donokerto dari berbagai produk olahan Salak Pondoh.


(18)

B.Tujuan

Berdasarkan permasalahan diatas, adapun tujuan diadakanya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan profil usaha pengolahan Salak Pondoh skala industri rumah tangga di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui biaya, pendapatan dan keuntungan dari usaha olahan Salak Pondoh skala industri rumah tangga di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.

3. Mengetahui nilai tambah dari usaha olahan Salak Pondoh skala industri rumah tangga di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.


(19)

C. Kegunaan Penelitian

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menambah pengtahuan secara ringkas mengenai aspek-aspek yang berpengaruh dengan olahan berbahan baku Salak Pondoh pada skala industri rumah tangga dan khususnya menambah pengalaman dalam melakuakan penelitian ilmiah. Bagi petani Salak Pondoh, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pemasaran Salak Pondoh saat musim panen raya. Bagi pelaku industi rumah tangga, semoga penelitian ini bisa dipakai sebagai informasi yang bermanfaat. Bagi Pemerintah setempat guna menjadi bahan pertimbangan untuk lebih memberdayakan masyarakat lokal supaya bisa lebih mandiri serta bagi mahasiswa sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(20)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Karakteristik dan olahan Salak Pondoh

Tanaman Salak memiliki nama ilmiah (salacca edulis reinw cv pondoh). Dalam kajian ilmiah termasuk dalam divisi (spermatophyta) tumbuhan berbiji dengan sub divisi (angiospermae) berbiji tertutup, klas (monocotyledoneae) biji berkeping satu, bangsa (arecales), suku (areacaceae palmae)keluarga palem, marga (salaca), jenis (salacca edulis reinw) dan anak jenis (salacca edulis reinw cv pondoh). Tanaman Salak termasuk tergolong tanaman berumah dua (dioecus), artinya jenis tanaman yang membentuk bunga jantan pada tanaman terpisah dari bunga betinanya. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah Salak dalam jumlah yang banyak. (Soetomo, 2001).

Ciri-ciri Salak Pondoh adalah batang tegak hampir tidak terlihat karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri banyak. Panjang pelepah daun sekitar dua hingga tiga meter, helai daun berbentuk garis lanset berujung runcing. Akar tumbuhan Salak dangkal, panjang dan kuat seperti akar kelapa atauaren. Tanaman Salak dapat hidup bertahun-tahun sehingga dapat mencapai ketinggian 1,5-8 meter, bergantunng pada jenisnya. Salak Pondoh merupakan tanaman berumpun dengan buah berbentuk segitiga bulat telur terbalik. Panjang buah antara 2,5-7,5 cm, ketebalan daging buah sekitar 1,5 cm, dan kulit buah berbentuk sisik yang bersusun rapi seperti genting (Purnomo, 2014).


(21)

Sampai saat ini banyak dijumpai jenis Salak yang berkembang luas dan agak spesifik dikaitkan dengan daerah pembudidayannya, misal Salak codet (Jakarta), Salak Padang Sidempuan (Medan), Salak Pondoh (Sleman, Yogyakarta), Salak Bongkok (Sumedang), Salak Monanjaya (Tasikalaya), Salak Suwaru (Malang), Salak Bali (karangasem) dan sebagainya. Banyaknya varietas Salak tersebut disebabkan oleh pengaruh iklim dan lingkungan yang berbeda-beda. Disamping itu, kemungkinan juga karena adanya kawin silang antara tanaman Salak itu sendiri. Karena masing-masing varietas Salak memilki kualitas yang berbeda-beda, maka harga dari masing-masing varietas tersebut juga berbeda. Tentunya Salak yang memiliki kualitas terbaik akan paling mahal harganya. Untuk saat ini, Salak Pondoh merupakan Salak yang paling mahal diantara jenis Salak yang lainnya (Rochani, 2007).

Banyak varietas Salak yang bisa tumbuh di Indonesia, Salak Pondoh dari Yogyakarta misalnnya, di Daerah Istimewa Yogyakarta tanaman Salak Pondoh banyak dibudidayakan, salah satu daerah yang banyak membudidayakan Salak Pondoh adalah Kabupaten Sleman. Produksi Salak Pondoh di daerah tersebut terbilang sangat tinggi ditimbang dengan komuditas tanaman buah lainnya. Produksi buah-buahan di Kabupaten Sleman bisa dilihat berikut ini:


(22)

Tabel 1. Produksi Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Sleman, 2013 - 2014 (Ton)

No. Jenis tanaman Jumlah(ton)

1. Alpokat 46.983

2. Durian 35.994

3. Jambu Biji 20.564

4. Jambu Air 15.970

5. Mangga 157.430

6. Nangka 176.686

7. Pepaya 89.499

8. Pisang 149.950

9. Rambutan 167.897

10. Salak 741.742

11. Sawo 30.992

Statistik Hortikultura Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

Salak Pondoh merupakan jenis Salak yang relatif paling digemari oleh konsumenkarena mempunyai kelebihan. Salah satu keunggulan buah Salak Pondoh yang menonjol dari Salak Pondoh adalah rasa yang manis meskipun buahnya masih muda. Menurut Rukmana (1999) Salak Pondoh punya kelebihan tersendiri dibanding jenis Salak lain yaitu:

a) Kualitas rasa daging buah lebih manis tanpa rasa sepat meskipun buahnya masih muda.

b) Sifat buah yang relatif lebih tahan lama dibanding dengan jenis Salak lainnya.

c) Jika dimakan dalam jumlah banyak tidak menimbulkan rasa tidak enak perut.

d) Harga Salak Pondoh jauh lebih tinggi dibanding jenis Salak lainnya.


(23)

a) Salak Pondoh hitam

Salak Pondoh ini mempunyai kulit buah yang paling gelap bila dibandingkan dengan Salak Pondoh lainyadan bentuk juga paling bulat. Bila dipetik pada bulan ke 5 setelah bunga mekar akan terasa manis.

b) Salak Pondoh merah

Kulit buah berwarna merah kecoklatandengan ujung buah berwarna kehitaman, isi buah normal, rasa dan aroma daging buah seperti nanas tetapi kalau tidak matang akan seperti apel. Bentuk buah lonjong dan ukuran buahnya lebih besar dari Salak Pondoh hitam.

c) Salak Pondoh merah-hitam

Warna kulitnya merah gelap kekuningan. Buahnya berbentuk lonjong agak kebulatan. Ukuran lebih besar bila dibandingkan dengan Salak Pondoh lainya.

d) Salak Pondoh merah-kuning

Mempunyai kulit berwarna kemerahan mengenai ukuran dan isi buah seperti Salak Pondoh lannya hanya rasanya agak masam.

e) Salak Pondoh Kuning

Dilihat dari bentuknya Salak Pondoh ini seperti Salak Pondoh hitam namun ukuran buah jauh lebih besar, kulit berwarna kekuningan agak kecoklatan, rasa aroma daging buahnya seperti Salak Pondoh hitam.

Salak Pondoh dalam produksinya tergantung pada periode atau musim panen tertentu. Musim panen Salak Pondoh dapat dipilahkan menjadi tiga periode yaitu panen raya pada bulan


(24)

November sampai Januari, panen sedang pada bulanMei sampai Juli dan panen kecil pada bulan Februari sampai April.Buah Salak biasanya dimakan dalam bentuk segar, asinan atau manisan dalam kaleng. Bagian buah yang dapat dimakan setelah dianalisis mengandung vitamin dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan gizi buah Salak dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 2. Kandungan dan gizi dalam tiap 100 gram buah Salak segar.

No. Kandungan gizi Proporsi (banyaknya)

1. Kalori 77,00 kal

2. Protein 0,40 g

3. Karbohidrat 20,90 g

4. Kalsiu 28,00 mg

5. Fosfor 18,00 mg

6. Zat besi 4,20 mg

7. Vitamin B1 0,04 mg

8. Vitamin C 2,00 mg

9. Air 78,00 mg

10. Bagian dapat dimakan 50% Sumber : Rukmana, 1999

Dengan melihat tabel4 di atas Salak Pondoh memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia terdapat di Salak Pondoh, antara lain kalori, protein, kabohidrat, kalsum, fosfor, zat besi, vitamin B1, vitamin C, dan air. Dari tabel diatas juga dapat dilihat 50% buah Salak Pondoh bisa di konsumsi. Buah Salak Pondoh juga dapat diolah menjadi berbagai macam olahan berbahan baku Salak Pondoh antara lain dodol Salak, wajik Salak, Kopi PondohSalak dan masih banyak olahan berbahan baku Salak lainnya.

Olahan produk merupakan hasil dari proses berubahnya bahan baku mentah atau setengah jadi menjadi bahan siap konsumsi. Buah Salak Pondoh dapat dikonsumsi dalam keadaan buah segar atau dalam bentuk olahan. Untuk membuat olahan perlu adanya tambahan


(25)

input guna mendukung proses produksi. Menurut Rochani, Siti (2007) bahwa dengan mengolah buah Salak Pondoh memiliki tujuan, yaitu:

1) Menambah nilai jual

Dengan mengadaan pengolahan pada buah Salak Pondoh, kita akan mendapatkan harga yang lebih tinggi, dari pada kita menjual buah Salak Pondoh dalam keadaan segar.

2) Menambah kelengkapan gizi

Pengolahan buah Salak Pondoh menjadi jenis makanan dan minuman tertentu, sudah pasti dengan menambahkan ke dalamnya zat makanan yang lainnya, misal gula atau susu. Dengan demikian gizi yang kita peroleh dari olahan buah Salak Pondoh menjadi lebih lengkap.

3) Usaha pengawetan

Salak Pondoh yang diolah menjadi dodol, Salak Pondoh atau manisan dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan Salak Pondoh dalam keadaan segar yang hanya mampu bertahan sekitar 6 hari setelah pemetikan. Namun, Salak Pondoh Salak Pondoh Salak Pondoh dapat bertahan lama sampai berbulan-bulan karena sudah disterilisasi terlebih dahulu sebelum dipasarkan.

4) Menambah minat pada buah

Dengan pengolahan buah Salak Pondoh menjadi beraneka macam olahan, minat masyarakat untuk membeli Salak Pondoh juga meningkat.


(26)

Dengan pembelian Salak Pondoh sebagai salah satu buah yang dibutuhkan tubuh, tingkat konsumsi pada buah juga mengalami peningkatan.

2. Industri Rumah Tangga

Menurut Badan Pusat Statistika (2014) bahwa penggolongan industri pengolahan didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang terbagi menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Industri besar

Ciri-ciri industri besar, yaitu memiliki modal besar, memiliki teknologi modern, organisasii pembagian yang jelas dan memiliki tenga kerja lebih dari 100 orang. Contoh industri ini adalah pesawat terbang, industri farmasi dan industri otomotif.

b. Industri sedang

Ciri-ciri industri sedang, yaitu modal yang cukup besar, teknologi yang cukup modern, organisasi pembagian kerja jelas dan memiliki tenaga kerja antara 22-99 orang. Contoh industri sedang adalah industri makanan dan industri konveksi.

c. Industri kecil

Ciri-ciri industri kecil, yaitu modal besar dari industri rumah tangga, teknologi masih sederhana, pembagian kerja belum jelas dan memiliki tenaga kerja antar 5-19 orang. Contoh industri kecil adalah industri boneka dan industri genteng.


(27)

d. Industri rumah tangga

Ciri-ciri industri rumah tangga, yaitu modal kecil, teknologi sederhana, pembagian tugas dan tanggung jawab sama pada setiap orang, tenaga kerja antara 1-4 orang. Contoh industri rumah tangga adalah industri kerajinan dan industri tahu tempe.

Menurut Badan Pusat Statistik (2014) Industri rumah tangga merupakan penggolongan industri yang paling rendah bila dilihat dari segi jumlah tenaga kerja dan jumlah omset penjualannya. Adapun ciri-ciri industri rumah tangga adalah sebagai berikut :

a. Industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang. b. Memiliki modal yang sangat terbatas.

c. Tenaga kerja berasal dari anggota keluarga.

d. Pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.

e. Tidak adanya sitem pembagian kerja yang jelas.

f. Bahan baku yang digunakan diperoleh dari wilayah sekitar.

g. Memiliki omset penjualan rata-rata per tahun adalah kurang dari 1 Milyar rupiah.

3. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan

Menurut Soekartawi (2006) biaya ialah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usaha. Biaya jugaa merupakan semua pengorbanan dalam proses produksi, dinyatakan dalam bentuk uang menurut harga pasar yang berlaku. Menurut ilmu ekonomi, biaya merupakan semua pengorbanan yang dikeluarkan guna menunjang kegiatan proses produksi. Menurut Noer (2007), biaya adalah semua nilai yang dikeluarkan dari faktor produksi yang digunakan baik


(28)

dalam bentuk benda dan jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya dibagi menjadi 5 macam yaitu biaya tetap, biaya variable, biaya implisit, biaya eksplisit dan total biaya.

Menurut Suratiyah (2006), biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi, misalnya biaya gaji. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi, misalnya biaya bahan baku. Biaya eksplisit adalah semua pengeluaran yang digunakan untuk membayar faktor produksi, bahan-bahan, transportasi dan energi.Didalam biaya eksplisit juga terdapat biaya penyusutan peralatan, yaitu penggantian kerugian penggunaan nilai uang yang disebabkan karena waktu dan penggunaan modal tetap.Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya produksi meskipun tidak dibayar secara nyata, misalnya upah tenaga kerja dalam keluarga.

Pendapatan usaha secara ekonomis mempunyai dua pengertian, yaitu pendapatan kotor (gross farm income) dan pendapatan bersih (net farm income). Pendapatan kotor yaitu produk olahan yang dihasilkan baik yang dijual maupun yang belum terjual, sedangkan pendapatan bersih usaha adalah selisih antara pendapatan kotor usaha dengan total pengeluaran selama produksi (Widiasanti, 2006 :17) dalam Arnando, Cici (2015). Pendapatan kotor sering dikenal dengan istilah pendapatan, sedangkan pendapatan bersih sering dikenal dengan istilah keuntungan.

Menurut Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang benar-benar dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Dimana total penerimaan sendiri didapat dari hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk itu sendiri. Pendapatan usaha dapat diperhitungkan dengan


(29)

mengurangi pendapatan kotor (penerimaan) dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari luar (Widiasanti, 2006).

Keuntungan adalah selisih antara nilai penjualan yang diterima dengan semua biaya pengorbanan baik yang nyata dikeluarkan maupun yang tidak benar-benar nyata dalam proses memproduksi produk. Selain itu, keuntungan adalah selisih antara jumlah pendapatan dengan jumlah total biaya yang tidak benar-benar nyata dikeluarkan guna mendukung proses produksi (Soekartawi 2006). Pendapat lain dikemukakan oleh Winardi (2000) bahwa pendapatan bersih atau keuntungan adalah keseluruhan hasil yang diperoleh dikurangi biaya-biaya atau benda-benda yang dijual dari hasil penjualan akan dicapai laba kotor dan dengan jalan mengurangi pengeluaran untuk menghasilkan benda dari laba kotor akan dicapai laba perusahaan dan bila pajak pendapatan dikurangi laba perusahaan maka akan diperoleh laba bersih atau pendapatan bersih atau keuntungan. Keuntungan merupakan kegiatan perusahaan yang mengurangkan beberapa biaya yang dikeluarkan dengan hasil penjualan yang di peroleh. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya positif maka diperoleh keuntungan (Sadono Sukirno, 2005).

4. Konsep Nilai Tambah

Menurut haryami (1987) dalam Sudiyono (2004) ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor paar yang berpengaruh adalah


(30)

harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain, selain bahan bakar dan tenaga kerja.

Besarnya nilai tambah pada proses pengolahan didapat dan pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan menejemen yang dapat dinyatakan secara matemtik sebagai berikut:

Nilai Tambah = f (K,B,T,U,H,h,L) Keterangan :

K = Kapasitas Produksi

B = Bahan Baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan U = Upah tenaga kerja

H = Harga output h = Harga bahan baku

L = Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai).

B.Penelitian Sebelumnya

Afrida, Amalia(2004) yang melakukan penelitian berjudul Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak (Studi Kasus: Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa ParSalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan Salak sampai menjadi produk olahan, untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan Salak sampai menjadi produk olahan pada Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, dan untuk membandingkan nilai


(31)

tambah yang diperoleh antara hasil produk olahan Salak yaitu dodol Salak, kurma Salak, keripik Salak dan sirup Salak. Usaha pengolahan kedelai menjadi tahu dengan usaha pengolahan kedelai menjadi tempe. Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah untuk proses pengolahan dodol Salak sebesar Rp 11.270/Kg, kurma Salak sebesar Rp 63.853,4/kg, keripik Salak sebesar 5.326,67/Kg, dan pada sirup Salak sebesar Rp 15.963,76/Kg. Dengan demikian, nilai tambah tertinggi didapat pada pengolahan kurma Salak.

Anas, Rizki (2007). Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Salak (Studi Kasus di Unit Usaha Werdhi Guna Food, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem), Bali. Nilai tambah yang dihasilkan produk keripik Salak yaitu untuk setiap 1 kg Salak adalah Rp 4.117,60 dengan rasio nilai tambah 53,5 %. Keuntungan yang diperoleh unit usaha Werdhi Guna Food dalam satu hari sebesar Rp 331.907,89. Keuntungan ini diperoleh dari jumlah penerimaan sebesar Rp 1.200.000,00 dikurangi biaya total sebesar Rp 868.092,11 yang dikeluarkan. Agroindustri produk keripik Salak unit usaha Werdhi Guna Food layak dikembangkan karena jumlah produk yang di hasilkan melebihi BEP serta R/C Ratio lebih dari 1.Strategi pertumbuhan dengan memanfaatkan kekuatan agroindustri dilakukan untuk meraih peluang yang ada antara lain : meningkatkan volume penjualan; melakukan penetrasi dan perluasan pasar; melakukan pemanfaatan teknologi. Kata kunci : nilai tambah, keuntungan, kelayakan usaha, strategi, keripik Salak.

Hapsari, Hepi (2003) Peningkatan Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Salak Manonjaya Di Kabupaten Tasikmalaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah terbesar diperoleh dari pengolahan manisanSalak Rp 10,443,23/Kg dan pendapatan tertinggi diperoleh dari pembuatan dodol Salak Rp326,579,16 per proses produksi. Strateg pengembangan usaha yang direkomendasikan adalah penetrasi pasar dan pengembangan


(32)

produk. Penetrasi pasar dilakukandenganpeningkatan promosi, ekspansi pasar dan iklan komersial. Pengembangan produk dilakukan dengan peningkatan mutu (bentuk, rasa, kemasan) dan diversifikasi produk.

Indarwati, Viana (2004) Analisis Kelayakan Finansial, Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Komoditas Salak Di Kabupaten Jember. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani Salak secara finansial layak diusahakan dengan nilai NPV sebesar Rp 3.136.340,42, Net B/C sebesar 1,64, Gross B/C sebesar 1,30, IRR sebesar (19,76%), PR sebesar 1,72dan Payback period(jangka waktu pengembalian) modal 5,1tahun atau 5 tahun 1 bulan 6 hari pada tingkat suku bunga (12,3%). Usahatani Salak tidak peka (tidak sensitif) terhadap perubahan yaitu penurunan produksi Salak sebesar (10%) dan penurunan harga (5%) sehingga masih tetap layak untuk diusahakan. Pengolahan Salak menjadi dodol Salak dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 8.169,62 per kilogram bahan baku. Faktor pendorong tertinggi adalah (D1) kesesuaian agroklimat dengan nilai TNB sebesar 1,61 dan faktor penghambat tertinggi adalah (H7) motivasi untuk pengolahan Salak kurang dengan nilai TNB sebesar 1,91. Strategi pengembangan yang sebaiknya dirumuskan adalah (1) menghimpun petani untuk melakukan perawatan tanaman Salak lebih intensif, (2) penyuluhan yang berkesinambungan dan pendampingan kepada pengolah Salak, dan (3) dilakukannya diversifikasi olahan Salak.

C.Kerangka Pemikiran

Salak Pondoh merupakan komuditi tanaman buah yang banyak di budidayakan didaerah Yogyakarta. Namun, pada saat panen raya harga buah Salak Pondoh sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pengolahan berbahan baku Salak Pondoh guna meningkatkan nilai jual dan menambah daya simpan produk. Usaha pengolahan Salak Pondoh pada umumnya


(33)

merupakan industri rumah tangga.Industri rumah tangga ini merupakan usaha pengolahan yang dalam pengerjaannya masih sangat sederhana dan volume produk yang dihasilkan masih relatif sedikit. Di Desa Donokerto industri rumah tangga olahan Salak Pondoh terdiri dari industri kopi Pondoh, wajik Salak Pondoh dan dodol Salak Pondoh. Keberadaan industri rumah tangga olahan Salak Pondoh sangat dipengaruhi oleh umur pemilik, pengalaman, jenis kelamin dan pendidikan.

Dalam proses pembuatan produk olahan Salak Pondoh dibutuhkan berbagai faktor produksi seperti peralatan dan mesin, bahan baku, tenaga kerja dan modal. Adanya penggunaan input tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya biaya yang akan dikeluarkan. Biaya tersebut meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit yang dimaksud diantaranya biaya bahan baku, biaya bahan pendukung, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya peralatan serta mesin. Biaya implisit yang dimaksud terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa tempat sendiri dan biaya modal sendiri.

Proses produksi Salak Pondoh menghasilkan output berupa kopi Salak Pondoh, dodol Salak Pondoh dan wajik Salak Pondoh. Setiap output tersebut jika dijual dengan harga yang berlaku akan menghasilkan penerimaan. Jumlah penerimaan dapat digunakan untuk menghitung pendapatan yaitu dengan menghitung selisih antara jumlah penerimaan dari pengusahaan olahan Salak Pondoh dengan total biaya eksplisit yang dikeluarkan selama kegiatan produksi berlangsung. Untuk menghitung keuntungan dari usaha olahan Salak Pondoh yang didapat yaitu dengan menghitung selisih antara pendapatan dengan total biaya implisit yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Nilai tambah olahan Salak Pondoh dapat dilihat dari nilai keuntungan dibandingkan dengan seberapa besar jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu kali produksi, sehingga didapat nilai tambah tiap satuan kilogram bahan baku.Untuk mengetahui


(34)

alur berfikir dalam penelitian ini, maka dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan alur kerangka pemikiran

Profil pengusaha 1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Pendidikan

Proses produksi

Input (Olahan Salak Pondoh) Output

Biaya

Penerimaan Harga

Keuntungan

Nilai tambah Implisit 1. TKDK

2. Sewa tempat 3. Bunga modal sendiri

Eksplisit 1. Sarana produksi 2. Penyusutan 3. TKLK

4. Biaya lain-lain 1. Bahan baku Salak Pondoh

2. Bahan baku pendukung 3. Tenaga kerja

4. Mesin dan alat 5. Sumber modal


(35)

III. METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang. Penelitian deskripsi memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung, mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.variable yang diteliti bisa tunggal bisa juga lebih dari satu (Noor, Juliansyah. 2011).

A. Penentuan Sampel Wilayah

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja yaitu di Desa Donokerto Kabupaten Sleman. Dengan pertimbagan industri rumah tangga olahan Salak Pondoh banyak terdapat di Desa Donokerto.

Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan sampel yang diambil secara sensus yaitu semua industri rumah tangga yang mengusahakan produk olahan berbahan baku Salak Pondoh yang ada di Desa Donokerto dijadikan responden. Industri rumah tangga yang ada di Desa Donokerto berjumlah 19 industri terdiri dari 6 industri olahan kopi Salak Pondoh, 9 industri olahan dodol Salak Pondoh dan 4 industri olahan wajik Salak Pondoh.

Teknik Pengumpulan Data


(36)

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya.Dalam hal ini sumber yang terkait adalah pemilik industri rumah tangga di Desa Donokerto. Teknik pengambilan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Metode wawancara ditujukan untuk menggali guna memperoleh data tentang profil industri rumah tangga yang meliputi identitas pengusaha, identitas industri rumah tangga dan proses produksi. Metode observasi ditujukan untuk mengamati langsung proses-proses yang terjadi di tempat penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang sudah dibukukan atau dicetak sehingga data tersebut sudah tersedis. Data ini ditujukan untuk menggali data terkait keadaan umum Desa Donokerto secara keseluruhan.Adapun teknik yang digunakan yaitu dokumentasi.

Asumsi dan pembatasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian, terdapat beberapa asumsi yang digunakan untuk memudahkan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Industri rumah tangga olahan Salak Pondoh memiliki jumlah produksi yangsama setiap bulan pada masing-masing olahan Salak Pondoh.

2. Variabel – variabel yang tidak diamati seperti usahatani Salak Pondoh dianggap tidak berpengaruh.


(37)

3. Faktor produksi berupa tenaga kerja dalam keluarga, diasumsikan menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar.

4. Seluruh produk olahan Salak Pondoh terjual.

Sedangkan untuk pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Produk olahan Salak Pondoh yang diteliti terdiri dari kopi Salak, dodol Salak dan wajik Salak.

2. Objek dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga olahan Salak Pondoh

yang mempunyai jumlah tenaga kerja  4.

3. Harga bahan output dan input yang digunakan merupakan harga yang berlaku di daerah penelitian.

4. Data produksi olahan Salak Pondoh yang diambil yaitu data produksi 1 bulan sebelum diadakannya penelitian.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Produk olahan Kopi Salak Pondoh yang dihasilkan dari proses produksi biji Salak Pondoh basah menjadi bahan konsumsi yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).

2. Produk olahan berupa dodol Salak Pondoh dan wajik Salak Pondoh yang dihasilkan dari proses produksi daging Salak Pondoh mentah menjadi bahan konsumsi yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).


(38)

4. Bahan produksi Dodol Salak Pondoh adalah daging Salak Pondoh, santan kelapa, gula jawa dan tepung ketan.

5. Bahan produksi wajik Salak Pondoh adalah daging Salak Pondoh, parutan kelapa dan gula pasir.

6. Proses produksi olahan Salak Pondoh dihitung dalam satu kali proses produksi. 7. Industri rumah tangga adalah unit usaha yang bersifat tradisional yang dalam

penggunaan tenaga kerjanya hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan dalam pengorganisasian dan managemennya tidak ada pembagian tugas dan pembukuan yang jelas.

8. Biaya produksi adalah semua yang dikeluarkan dalam proses produksi untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya agar produk yang diharapkan bisa terwujud, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 9. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan untuk mendukung

proses produksi olahan Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 10. Biaya implisit adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh produsen

dalam proses pembuatan olahanSalak Pondoh biaya ini berupa tenaga kerja dalam keluarga dan biaya bunga modal sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

11. Penerimaan adalah hasil yang diterima oleh produsen olahan Salak Pondoh yang didapat dari penjualan atas produk yang dihasilkan. Penerimaan ini diperoleh dari perkalian antara jumlah produk olahan Salak Pondoh dengan harga produk olahan Salak Pondoh yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp)


(39)

12. Pendapatan adalah penerimaan dari penjualan olahan Salak Pondoh yang dikurangi dengan seluruh pengorbanan yang dikeluarkan secara nyata (biaya eksplisit) untuk memproduksi olahan Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

13. Keutungan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang meliputi biaya yang secara nyata dikeluarkan (biaya eksplisit) dan biaya yang tindak secara nyata dikeluarkan (biaya implisit), dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 14. Nilai tambah adalah nilai yang didapat dari pengolahan 1 kilogram Salak

Pondoh segar menjadi produk olahan seperti dodol Salak Pondoh, wajik Salak Pondoh dan Salak Pondoh Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Teknik Analisis Data

Teknik analisi data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk menggambarkan keadaan dan kondisi industri rumah tangga olahanSalak Pondoh yang ada di Desa Donokerto. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga, karena untuk tujuan tersebut dibutuhkan data berupa angka dan kata-kata. Untuk lebih jelas dan terperinci akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Biaya


(40)

TC = TEC + TIC Keterangan :

TC = Total Cost (Total Biaya)

TEC = Total Eksplisit Cost (Total Biaya Eksplisit) TIC = Total Implisit Cost (Total Biaya Implisit)

2. Pendapatan

Untuk menghitung pendapatan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

TR = TP – TEC Keterangan :

NR = Net Revenue (Pendapatan) TR = Total Revenue (Penerimaan)

TEC = Total Eksplisit Cost (Total Biaya Eksplisit)

3. Keuntungan

Untuk menghitung keuntungan dari industri olahan Salak Pondoh tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

= TR – (TEC + TIC) Keterangan :

= Keuntungan (Rp)

TP = Total Penerimaan (Rp) TEC = Total Biaya Eksplisit (Rp) TIC = Total Biaya Implisit (Rp)


(41)

B. Nilai Tambah

Rumus menghitung nilai tambah dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

Tabel 1. Cara Menghitung Nilai Tambah

No Output, input dan harga Nilai

1 Output (pack/minggu/hari) A

2 Input bahan baku (kg/minggu/hari) B

3 Input tenaga kerja (jam/minggu/hari) C

4 Faktor konversi D = (a)/(b)

5 Koefisien tenaga kerja E

6 Harga produk (Rp/kg) F

7 Upah tenaga kerja (Rp/jam) G

Penerimaan dan keuntungan (Rp/kg)

8 Input bahan baku H

9 Input lainnya I

10 Produksi J = (d)x(f)

11 a. Nilai tambah K1 = (j)-(i)-(h)

b. Rasio nilai tambah (%) K2 = (k1)/(j)

Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan pembahasan sebagai berikut:

a. Perkiraan nilai tambah dalam satuan rupiah (Rp).


(42)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

Kabupaten Sleman merupakan Kabupaten memiliki luas areal sebesar 57.482 Ha yang terdiri dari 17 kecamatan yaitu Mayudan, Godean, Minggir, Gamping, Seyegan, Sleman, Ngaglik, Mlati, Tempel, Turi, Prambanan, Kalasan, Berbah, Ngemplak, Pakem, Depok dan Cangkringan. Kabupeten Sleman merupakan daerah dengan kondisi fisik pegunungan lereng gunung Merapi. Secara georafis, Kabupaten Sleman terletak diantara 110°33°00° - 110°13°00° Bujur Timur dan 7°34°51 - 7°47°30° Lintang Selatan. Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten boyolali Provinsi Jawa Tengah untuk sebelah utara, Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah untuk sebelah timur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY dan Kabupaten Mangelang Jawa tengah, sedangkan untuk sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunugn Kidul, Provinsi D.I. Yogyakarta.

Kabupaten Sleman dikenal dengan istilah kota Salak Pondoh, sebagai asal buah Salak Pondoh dan telah menjadi kebanggaan Kabupaten Sleman. Kecamatan Turi merupakan wilayah paling utara di Kabupaten sleman, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang.Kecamatan Turi sering disebut sentra Salak Pondoh karena kebanyakan masyarakat banyak yang menanam dan mengolah buah Salak Pondoh yang menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Sleman.

Kecamatan Turi memiliki ketinggian wilayah mencapai50 - 2.500 meter diatas permukaan air laut sehingga daerah ini merupakan daerah dengan kontur tanah


(43)

berbukit dan pegunungan.Luas wilayah kecamatan sekitar 43.09 km2 yang terbagi kedalam 4desa yaitu Bangunkerto, Donokerto, Girikerto dan Wonokerto. Sebagai sentra Salak Pondoh di wilayah ini dikembangkan beberapa objek wisata antara lain agrowisata Salak Pondoh dan desa wisata untuk mengembangkan potensi masyarakat setempat.

A. Topografi dan Geografi Desa Donokerto

Desa Donokerto merupakan satu dari 4 desa yang ada di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Desa Donokerto terdiri dari 16 padukuhan yaitu Surodadi, Karanganyar, Randusongo, Gabungan, Dukuh, Donoasih, Gondang, Jomboran, Kenaruhan, Gading Kulon,Gading Wetan, Klegung, Turi, Ngemplak, Balong, dan Bandaran. Luas daerah Desa Donokerto sebesar 741 Ha, secara administrative batas-batas Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Girikerto dan Desa Wonokerto 2. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Pandowoharjo dan Desa

Trimulyo.

3. Sebelah timur berbatasan langsung dengan desa Purbowinangun. 4. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Bangunkerto.

Topografi merupakan penjelasan tentang keadaan kondisi tanah suatu daerah.Topografi Desa Donokerto sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi dan berbukit-bukit dengan ketinggian 412 meter diatas permukaan air laut.


(44)

B. Keadaan Penduduk Desa Donokerto 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk merupakan seberapa besar suatu daerah dihuni oleh sekelompok manusia. Struktur jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Donokerto bisa dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016.

Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 4.712 49.40

Perempuan 4.826 50.60

Jumlah 9.538 100

Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016.

Berdasarkan Tabel 6, jumlah penduduk Desa Donokerto sebanyak 9.538 jiwa yang terdiri dari 4.712 jiwa laki-laki dan 4.826 jiwa perempuan. Sehingga Desa Donokerto kebanyakan dihuni oleh kaum perempuan yang mencapai jumlah persentase lebih dari setengah dari total jumlah penduduk yaitu 50,60 %.

2. Jumlah Kepala Keluarga

Kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab penuh atas kelangsungan hidup anggota keluarganya. Kebanyakan yang menjadi kepala keluarga adalah seorang suami atau laki-laki, akan tetapi tidak memungkinkan untuk seorang perempuan bisa menjadi kepala keluarga apabila sudah tidak memiliki suami dan tidak memiliki anak laki-laki yang belum cukup umur dan belum berkeluarga. Adapun jumlah kepala keluarga yang terdapat di Desa Donokerto pada tahun 2015 dapat dijelaskan oleh tabel 7 berikut :


(45)

Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016.

Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Kepala Keluarga Laki-laki 2495 80.14

Kepala Keluarga Perempuan 618 19.86

Jumlah 3113 100

Sumber :Monografi Desa Donokerto tahun 2016

Berdasarkan Tabel 7, jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Donokerto didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 2495 jiwa yang mencapai angka persentase sebesar 80.14%. Sedangkan untuk jumlah kepala keluarga yang dipegang oleh perempuan yaitu sebanyak 618 jiwa yang mencapai angka persentase sebanyak 19.86%. Oleh karena itu, laki-laki masih memegang peranan penting dalam kegiatan rumah tangga karena sewajarnya sebuah keluarga dipimpin oleh seorang laki-laki.

C. Jumlah penduduk menurut Mata Pencaharian Masyarakat

Mata pencaharian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto guna menghidupi dirinya, keluarganya maupun anggota yang lain yang menjadi tanggungan hidupnya. Ada banyak sekali struktur mata pencaharian yang dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto baik usaha untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain atau dipekerjakan untuk orang lain. Adapun struktur mata pencaharian masyarakat Desa Donokerto terbagi dalam beberapa kategori sebagai berikut :


(46)

Tabel 3. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Donokerto 2016.

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

Pegawai negeri sipil 975

ABRI 71

Pegawai swasta 496

Wiraswasta/pedagang 350

Tani 2232

Pensiunan 212

Jasa 131

Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Berdasarkan Tabel 8, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan dari warga masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai tani sebanyak 2232 jiwa. Hal itu terjadi karena didukung dengan lingkungan Desa Donokerto yang memiliki lahan pesawahan dan perkebunan yang masih banyak. Sedangkan untuk mata pencaharian paling sedikit yaitu ABRI dengan jumlah 71 jiwa,

D. Tingkat Pendidikan dan Sarana Pendidikan Masyarakat 1. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Pendidikan yaitu ilmu yang diperoleh atau dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto.Tingkat pendidikan merupakan jenjang dari masyarakat Desa Donokerto dalam memperoleh gelar pendidikan. Adapun tingkatan pendidikan yang terdapat di Desa Donokerto dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut :


(47)

Tabel 4. Tingkat pendidikan Desa Donokerto 2016

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tidak sekolah 1738 19.23

Belum tamat SD 819 8.59

Tamat SD 1138 12.94

SLTP 1145 13.25

SLTA 3477 36.45

D 1,2 72 0.75

D 3 299 4.13

S 1 303 4.17

S 2 42 0.44

S 3 5 0.05

Jumlah 9.538 100

sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Berdasarkan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan warga masyarakat Desa Donokerto merupakan lulusan SLTA yaitu sebanyak 3477 jiwa dengan jumlah persentase sebesar 36.45 %. Sedangkan untuk masyarakat yang tidak mengecap pendidikan formal yaitu sebanyak 1738 jiwa dengan jumlah persentase sebanyak 19.23 %.

2. Sarana Pendidikan

Dalam memperoleh ilmu tidak terlepas dari sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran yaitu gedung sekolah, lembaga pendidikan luar sekolah. Berikut ini tabel sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran yang ada di Desa Donokerto sebagai berikut:


(48)

Tabel 5. Sarana Dan Prasarana Kegiatan Pembelajaran di Desa Donokerto 2016.

Gedung pendidikan Jumlah

TK/PAUD 3

SD 5

SLTP 2

SLTA Pesantren

2 1 Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Berdasarkan Tabel 10, data jumlah gedung pendidikan di Desa Donokerto yaitu TK ada 3 gedung, sekolah dasar 5 gedung, SLTP 2 gedung SLTA 2 gedung dan pesantren ada 1 gedung. Sarana pendidikan di desa Donokerto sudah termasuk mencukupi karena sudah memenuhi kebutuhan masyarakat wajib belajar hingga SLTA.

E. Penguasaan Aset Ekonomi Masyarakat

Penguasaan aset ekonomi masyarakat merupakan kekayaan yang dimiliki masyarakat atas hasil kerjaannya. Aset yang ada di masyarakat biasanya berupa benda yang belum bisa dilihat bila ditukar ke nilai rupiah.Pengusaan aset ekonomi masyarakat di Desa Donokerto terbagi kedalam 3 macam yaitu aset tanah, aset sarana dan aset perumahan.

1. Aset Tanah

Aset tanah merupakan kekayaan akan tanah yang dimiliki oleh masyarakat Desa Donokerto. Adapun penguasaan aset tanah yang dimiliki oleh warga masyarakat Desa Donokertodapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini :


(49)

Tabel 6. Penguasaan Aset Tanah Masyarakat di Desa Donokerto Tahun 2016.

Aset tanah Jumlah

Tidak memiliki tanah 15

Tanah  0,1 Ha 421

Tanah antara 0,1 – 0,5 Ha 1.408

Tanah antara 0,51 – 1 Ha 634

Tanah > 1 Ha 45

Jumlah 2.523

Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Berdasarkan Tabel 11, kebanyakan masyarakat memiliki tanah antara 0,1–0,5 Ha sebanyak 1.408 jiwa hal ini dikarenakan banyak warga masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai petani dan berkebun. Sedangkan untuk pemilik tanah >1 Ha biasanya akan menjadi juragan tanah yang mampu mempekerjakan warga masyarakat Desa Donokerto guna mengolah tanah yang ada. Untuk warga masyarakat yang tidak memiliki tanah yaitu sebanyak 15 jiwa, hal ini dimungkinkan warga tersebut memang tidak mampu untuk membeli tanah atau tidak mempunyai keinginan untuk memiliki tanah dikarenakan tidak mampu untuk mengolahnya.

2. Aset Sarana Transportasi

Sarana transportasi maryarakat merupakan alat mobilitas penduduk guna lebih efisien dalam melakukan kegiatan ekonomi. Tabel 12 menunjukan sarana masyarakat Desa Donokerto pada tahun 2016 sebagai berikut :


(50)

Tabel 7. Sarana Transportasi masyarakat di desa Donokerto Tahun 2016.

Sarana transportasi Jumlah (unit)

Sepeda 395

Sepeda motor 1099

Taksi 7

Mobil dinas 7

Mobil pribadi 105

Truk 6

Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Pada Tabel 12, dijelaskan bahwa sarana transportasi masyarakat Desa Donokerto adalah kendaraan pribadi. Jumlah kendaraan pribadi yang paling banyak adalah sepeda motor dengan 1099 unit, sedangkan truk merupakan kendaraan transportasi paling sedikit dengan jumlah 6 unit.

F. Proses produksi produk olahan Salak Pondoh 1. Kopi Salak Pondoh

a. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam proses produksi kopi Salak Pondoh masih sangat tradisional yaitu menggunakan peralatan rumah tangga biasa yang relative memiliki nilai beli yang rendah atau murah. Adapun alat yang digunakan yaitu :

a) Baskom. Alat ini dugunakan untuk mencuci biji Salak Pondoh yang masih kotor dan tempat penyimpanan biji Salak Pondoh.

b) Pisau dan golok, alat untuk memotong biji Salak Pondoh menjadi 4 bagian c) Tampah, alat untuk menjemur biji Salak Pondoh hingga kering


(51)

e) Wajan, alat untuk menyangrai biji Salak Pondoh

f) Sutil, alat untuk mengaduk biji Salak Pondoh di wajan saat disangrai. g) Mesin giling kopi, alat untuk menggiling biji Salak menjadi kopi h) Timbangan, alat untuk mengukur berat pada saat proses pengemasan i) Shiller, alat untuk menutup melekatkan kemasan kopi Salak Pondoh

b. Cara membuat kopi Salak Pondoh

Cara membuat kopi Salak Pondoh menjadi kopi Salak Pondoh terbilang mudah. Biasanya dalam proses pembuatan kopi Salak Pondoh dari biji Salak Pondoh basah seberat 10 kg akan menghasilkan 5 kg kopi Salak Pondoh. Apabila kopi Salak Pondoh dibungkus dalam kemasan seberat 100 gram akan menghasilkan 45 bungkus kopi Salak Pondoh. Adapun cara membuat kopi Salak Pondoh yang ada di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

a) Pencucian

Biji Salak Pondoh yang diterima pengrajin biasanya masih dalam keadaan kotor serta daging buah Salak masih ada yang melekat. Untuk itu dilakukan proses pencucian biji Salak Pondoh agar menjadi bersih. Pencucian biji Salak Pondoh juga dilakukan untuk menyortir biji Salak Pondoh yang rusak. Pencucian dilakukan menggunakan air yang mengalir dengan membersihkan permukaan biji Salak Pondoh hingga bersih. Proses pencucian membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk 1 kg.


(52)

b) Pemotongan

Pemotongan biji Salak Pondoh bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan pada saat dijemur. Biji Salak Pondoh memiliki tekstur yang keras sehingga untuk memotongnya diperlukan pisau/golok yang tajam. Setiap biji Salak Pondoh dipotong menjadi 4 bagian. Biasanya dalam proses pemotongan ini memerlukan waktu sekitar 1.5 jam untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.

c) Penjemuran

Proses penjemuran bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada pada biji Salak Pondoh. Biji Salak Pondoh yang sudah di potong-potong di jemur menggunakan tampah. Biasanya penjemuran dilakukan diatas genting supaya bisa kerkena matahari langsung. Bila cuaca cerah proses penjemuran memerlukan waktu 40 jam untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.

d) Pembersihan

Pembersihan biji Salak Pondoh dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat pada saat proses penjemuran. Biji Salak Pondoh yang sudah selesai dijemur kemudian dibersihkan dengan membilas biji Salak Pondoh dengan air mengalir. Proses pembersihan ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Biasanya untuk proses pembersihan membutuhkan waktu 15 menit untuk setiap 1 kg.


(53)

e) Penggilingan

Proses penggilingan biji Salak Pondoh bertujuan untuk menghaluskan biji Salak Pondoh hingga menjadi bubuk kopi Salak Pondoh. Proses penggilingan biasanya membutuhkan waktu 12 menit untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.

f) Pengemasan

Proses pengemasan kopi Salak Pondoh membutuhkan waktu 5 menit untuk setiap bungkus. Berat satu kemasan kopi Salak Pondoh mencapai 100 gram. Pengemasan produk kopi Salak Pondoh dikemas dengan bungkus alumunium fiol, ini bertujuan untuk tetap menjaga kualitas kopi tetap terjamin.Kemasan lalu dipress supaya udara tidak bisa masuk. Proses pengemasan dari 9.16 kg kopi Salak Pondoh akan menghasilkan 45 bungkus kopi Salak Pondoh.

Untuk lebih jelas alur proses pembuatan kopi Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto. Di bawah ini terdapat bagan proses produksi kopi Salak Pondoh menggunakan 10 kg bahan baku sebagai berikut :


(54)

Gambar 1. Bagan proses produksi kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto g) Pemasaran

Sistem pemasaran kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto masih sederhana yaitu tidak adanya sistem promosi dan pemasarannya dilakukan disekitar wilayah saja.Produk kopi Salak Pondoh dipasarkan di wilayah sekitar yaitu pada toko oleh-oleh dan warga sekitar. Adapun alur proses pemasaran kopi Salak Pondoh yang ada di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

Biji kopi Salak Pondoh

Pencucian (2 jam)

Pemotongan (8 jam)

Penjemuran (40 jam)

Pembersihan (1 jam)

Sangrai (2 jam)


(55)

i. Produsen Konsumen

Alur ini terjadi pada pembelian yang dilakukan oleh warga sekitar dan warga yang sengaja untuk membeli guna memenuhi kebutuhannya. Biasanya dalam pembeliannya melakukan pemesanan terlebih dahulu, jadi tidak bisa langsung datang dan mengambil produknya. Alur ini lebih menguntungkan kepada pengrajin karena tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk proses pendistribusian kopi Salak Pondoh.

ii. Produsen Pengecer Konsumen

Alur ini melibatkan 2 pelaku pemasaran yaitu produsen dan pengecer agar bisa ke tangan konsumen.Biasanya alur ini yang banyak dilakukan oleh pengrajin kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto, karena banyaknya pengecer. Pengecer yang dimaksudkan disini adalah took oleh-oleh yang banyak terdapat diwilayah Sleman dan Yogyakarta. Konsumen tidak perlu repot-repot datang ke pengrajin untuk membeli kopi Salak Pondoh.

2. Dodol Salak Pondoh

a. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam proses produksi kopi Salak Pondoh masih sangat tradisional yaitu menggunakan peralatan rumah tangga biasa yang relative memiliki nilai beli yang rendah atau murah. Adapun alat yang digunakan yaitu :

a) Baskom. Alat ini dugunakan untuk mencuci Salak Pondoh yang masih kotor dan tempat penyimpanan Salak Pondoh yang sudah dibersihkan


(56)

b) Pisau, alat untuk mengupas, memotong Salak Pondoh dan bahan lainnya c) dandang, alat untuk mengkukus Salak Pondoh menjadi mudah dihancurkan. d) Tumbukan, digunakan untuk menghaluskan buah Salak Pondoh

e) Centong, alat untuk mengambil adonan Salak Pondoh yang sudah halus

f) Parutan dan saringan, alat yang digunakan untuk membuat santan dari buah kelapa g) Tungku dan kayu, media perapian untuk menyangrai biji Salak Pondoh

h) Wajan dan sutil, alat untuk memasak adonan dodol Salak Pondoh i) Nampan, tempat penyimpanan dodol Salak yang sudah matang b. Cara membuat dodol Salak Pondoh

Cara membuat dodol Salak Pondoh menjadi kopi Salak Pondoh terbilang mudah. Rata-rata dalam proses pembuatan dodol Salak Pondoh dari Salak Pondoh basah seberat 15 kg akan menghasilkan 9 kg dodol Salak Pondoh. Dodol Salak Pondoh di kemas menggunakan kemasan plastic kecil berbentuk tabung dengan panjang rata-rata 4 cm. untuk setiap 1 kg dodol Salak Pondoh akan menghasilkan 100 biji dodol dengan berat berkisar 10 gram. Selanjutnya dodol akan dikemas kembali dengan kemasan pastik besar dengan isi setiap bungkus 20 biji dodol Salak Pondoh berat berkisar 200 gram. Untuk setiap 1 kg dodol Salak Pondohakan menghasilkan rata-rata 5 bungkus dodol Salak Pondoh dalam kemasan besar. Adapun cara membuat dodol Salak Pondoh yang ada di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :


(57)

a) Pengupasan Salak Pondoh

Salak Pondoh yang datang ke pengrajin masih dengan kulitnya, sehingga perlu adanya pengupasan kulit terlebih dahulu.Pengupasan kulit yang dilakukan oleh pekerja menggunakan pisau. Dalam pengupasan kulit Salak Pondoh, biasanya dalam 1 kg Salak Pondoh mampu dikerjakan tidak kurang dari 5 menit. Dalam proses pengupsan kulit juga dilakukan proses sortasi untuk meminimalisir Salak Pondoh jelek masuk ke tahap selanjutnya. Dalam proses pengupasan kulit Salak Pondoh terjadi penyusutan timbangan kira-kira 10 %.

b) Pencucian

Jika Salak Pondoh yang sudah dikupas selesai semua, tahap selanjutnya yaitu dicuci dengan cara meremas-remas daging Salak Pondoh yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih melekat pada daging buah Salak, serta untuk menghilangkan ari-ari yang menempel pada daging Salak Pondoh.

c) Pengukusan

Daging Salak Pondoh yang sudah bersih akan langsung dikukus untuk membuat daging Salak Pondoh mudah untuk dihancurkan. Pengukusan membutuhkan waktu berkisar 15 menit untuk setiap 1 kg daging Salak Pondoh. Dengan dikusus daging Salak Pondoh akan menjadi lembek dan akan memudahkan dalam proses penumbukan.


(58)

Proses penumbukan menggunakan alat tumbuk tradisional dan manual menggunakan tenaga tangan. Proses penumbukan daging Salak Pondoh bertujuan untuk mengaluskan daging Salak Pondoh agar bisa lebih menyatu dengan bahan lainnya. Penumbukan membuhtukan waktu rata-rata 20 menit untuk setiap 1kg daging Salak Pondoh

e) Pembuatan bahan pendukung

Untukmembuat dodol Salak Pondoh diperlukan bahan lain seperti santan, gula jawa dan tepung ketan. Pembuatan dodol Salak Pondoh menggunakan kelapa sehingga perlu untuk diparut untuk memnghasilkan santan, 4 buah kepala akan menghailkan sekitar 3-4 liter santan

kental. sedangkan untuk gula jawa dirajang tipis-tipis untuk mempermudah mencairan gula jawa pada sat proses pemasakan. Dalam proses ini membutukan waktu sekitar 1 jam untuk setiap 10 kg Salak Pondoh.

f) Pemasakan

Pemasakan bertujuan untuk mencampurkan daging Salak Pondoh yang sudah halus dengan bahan-bahan pendukung pembuatan dodol Salak Pondoh. Proses pemasakan masih menggunakan alat-alat yang sederhana sehingga membutuhkan waktu yang lama. Proses pemasasakan dengan memasukan semua bahan dimasukan dalam wajan kemudian diaduk terus menerus selama 3-4 jam. Dalam proses pengadukan terus menerus bertujuan agar adonan dodol Salak Pondoh tidak gosong.


(59)

Adonan dimasak hingga berubah warna menjadi coklat gelap dan adonan menjadi lengket atau kental.

g) Pengemasan

Pengemasan dilakukan menggunakan kemasan plastik kecil dengan berat sekitar 10 gram dan panjang sekitar 4 cm. untuk setiap 1 kg dodol Salak akan menghasilkan sekitar 100 biji kemasan kecil. Kemudian dodol Salak Pondoh akan dikemas lagi dalam kemasan besar dengan isi 20 biji kemasan kecil seberat sekitar 200 gram. Sehingga untuk setiap 1 kg dodol Salak akan menghasilkan kira-kira 5 bungkus dodol Salak Pondoh siap jual. Untuk proses pengemasan dilakukan selama 8 jam untuk 10 kg dodol Salak

Untuk lebih jelas alur proses pembuatan dodol Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto, dibawah ini terdapat bagan proses produksi dodol Salak Pondoh menggunakan 10 kg bahan baku sebagai berikut :


(60)

Gambar 2. Bagan proses produksi dodol Salak Pondoh di Desa Donokerto d. Pemasaran

Sistem pemasaran dodol Salak Pondoh di Desa Donokerto masih sederhana yaitu tidak adanya sistem promosi dan pemasarannya dilakukan disekitar wilayah saja.Produk Salak Pondoh dipasarkan di wilayah sekitar yaitu pada toko oleh-oleh

Salak Pondoh

Pengupasan (2 jam)

Pencucian (0.5 jam)

Pengukusan (0.5 jam)

Penumbukan (1 jam)

Pembuatan bahan pendukung (1 jam)

Pemasakan (4 jam)


(61)

dan warga sekitar. Adapun alur proses pemasaran dodol Salak Pondoh yang ada di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

1) Produsen Konsumen

Alur ini terjadi pada pembelian yang dilakukan oleh warga sekitar dan warga yang sengaja untuk membeli guna memenuhi kebutuhannya.Biasanya dalam pembeliannya melakukan pemesanan terlebih dahulu, jadi tidak bisa langsung datang dan mengambil produknya. Alur ini lebih menguntungkan kepada pengrajin karena tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk proses pendistribusian dodol Salak Pondoh.

2) Produsen Pengecer Konsumen

Alur ini melibatkan 2 pelaku pemasaran yaitu produsen dan pengecer agar bisa ke tangan konsumen.Biasanya alur ini yang banyak dilakukan oleh pengrajin kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto, karena banyaknya pengecer. Pengecer yang dimaksudkan di sini adalah took oleh-oleh yang banyak terdapat diwilayah Sleman dan Yogyakarta. Konsumen tidak perlu repot-repot datang ke pengrajin untuk membeli dodol Salak Pondoh.


(62)

3. Wajik Salak Pondoh

1) Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam proses produksi wajik Salak Pondoh masih sangat tradisional yaitu menggunakan peralatan rumah tangga biasa yang relative memiliki nilai beli yang rendah atau murah. Adapun alat yang digunakan yaitu :

a) Baskom. Alat ini dugunakan untuk mencuci Salak Pondoh yang masih kotor dan tempat penyimpanan Salak Pondoh yang sudah dibersihkan

b) Pisau, alat untuk mengupas, memotong Salak Pondoh dan bahan lainnya c) dandang, alat untuk mengkukus Salak Pondoh menjadi mudah dihancurkan. d) Tumbukan, digunakan untuk menghaluskan buah Salak Pondoh

e) Centong, alat untuk mengambil adonan Salak Pondoh yang sudah halus

f) Parutan dan saringan, alat yang digunakan untuk membuat santan dari buah kelapa

g) Tungku dan kayu, media perapian untuk menyangrai biji Salak Pondoh h) Wajan dan sutil, alat untuk memasak adonan dodol Salak Pondoh i) Nampan, tempat penyimpanan dodol Salak yang sudah matang a. Cara membuat wajik Salak Pondoh

Cara membuat wajik Salak Pondoh terbilang mudah dan semua proses pengolahan hampir sama dengan cara mengolah dodol. Hanya saja bahan-bahan pendukung yang berbeda. Untuk pengolahan wajik Salak Pondoh rata-rata membutuhkan Salak Pondoh basah seberat 6 kg akan menghasilkan 3 kg wajik Salak


(63)

Pondoh. Wajik Salak Pondoh di kemas menggunakan kemasan kertas minyak berbentuk kerucut. Untuk setiap 1 kg wajik Salak Pondoh akan menghasilkan 50 biji dengan berat berkisar 20 gram. Selanjutnya wajik akan dikemas kembali dengan kemasan mika dengan isi setiap bungkus 10 biji dengan berat berkisar 200 gram. Untuk setiap 1 kg dodol Salak Pondoh akan menghasilkan rata-rata 5 bungkus wajik Salak dalam kemasan plastic mika. Adapun cara membuat wajik Salak Pondoh yang ada di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

a) Pengupasan dan pencucian Salak Pondoh

Salak Pondoh yang datang ke pengrajin masih dengan kulitnya, sehingga perlu adanya pengupasan kulit terlebih dahulu.Pengupasan kulit yang dilakukan oleh pekerja menggunakan pisau. Dalam pengupasan kulit Salak Pondoh, biasanya dalam 1 kg Salak Pondoh mampu dikerjakan tidak kurang dari 5 menit. Dalam proses pengupsan kulit juga dilakukan proses sortasi untuk meminimalisisr Salak Pondoh jelek masuk ke tahap selanjutnya. Dalam proses pengupasan kulit Salak Pondoh terjadi penyusutan timbangan kira-kira 10 %.

b) Pencucian

Jika Salak Pondoh yang sudah dikupas selesai semua, tahap selanjutnya yaitu dicuci dengan cara meremas-remas daging Salak Pondoh yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih melekat pada daging buah Salak, serta untuk menghilangkan ari-ari yang menempel pada daging Salak Pondoh.


(64)

c) Pengukusan

Daging Salak Pondoh yang sudah bersih akan langsung dikukus untuk membuat daging Salak Pondoh mudah untuk dihancurkan. Pengukusan membutuhkan waktu berkisar 15 menit untuk setiap 1 kg daging Salak Pondoh. Dengan dikusus daging Salak Pondoh akan menjadi lembek dan akan memudahkan dalam proses penumbukan.

d) Penumbukan

Proses penumbukan menggunakan alat tumbuk tradisional dan manual menggunakan tenaga tangan. Proses penumbukan daging Salak Pondoh bertujuan untuk mengaluskan daging Salak Pondoh agar bisa lebih menyatu dengan bahan lainnya. Penumbukan membuhtukan waktu rata-rata 20 menit untuk setiap 1kg daging Salak Pondoh

e) Pembuatan bahan pendukung

Untuk membuat dodol Salak Pondoh diperlukan bahan lain seperti kepala parut, gula pasir. Pembuatan wajik Salak Pondoh menggunakan kelapa sehingga perlu untuk diparud untuk dicampurkan dalam pembuatan wajik Salak, 2 buah kepala diparut halus akan menghasilkan parutan kelapa sekitar 0.5 kg.

f) Pemasakan

Pemasakan bertujuan untuk mencampurkan daging Salak Pondoh yang sudah halus dengan bahan-bahan pendukung pembuatan dodol Salak Pondoh. Proses


(1)

26 Biaya Eksplisit Rp 188,810 Rp 153,440 Rp 122,014 Biaya Implicit Rp 43,432 Rp 73,128 Rp 25,705 Pendapatan Rp 861,190 Rp 200,710 Rp 57,986 Keuntungan Rp 672,381 Rp 127,581 Rp 32,281 Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Dari Tabel 11 dapat dilihat total penerimaan kopi Salak Pondoh sebesar Rp 1.050.000,- setiap produksinya dari pengolahan biji Salak Pondoh seberat 9.16 kg. Total penerimaan kopi Salak Pondoh tersebut didapat dari jumlah produk yang dihasilkan sebanyak 52.5 bungkus dikalikan dengan harga yang berlaku seharga Rp 20.000,-. Pendapatan pengolahan biji Salak Pondoh menjadi kopi Salak Pondoh setiap produksinya mencapai Rp 861.190,-, sedangkan untuk keuntungan mencapai Rp 672.381,-.

Untuk total penerimaan dodol Salak Pondoh sebanyak Rp 354.150,- setiap produksinya dari pengolahaan Salak Pondoh seberat 8 kg. Penerimaan yang diperoleh didapat dari jumlah produk yang dihasilkan sebanyak 24 bungkus yang dikalikan dengan harga Rp 15.000,- per bungkusnya. Pendapatan usaha mecapai Rp 200.710,- setiap produksinya, sedangkan untuk keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 126.017,- setiap produksi dodol Salak Pondoh.

Untuk total penerimaan wajik Salak Pondoh sebanyak Rp 180.000,- setiap produksinya dari pengolahaan Salak Pondoh seberat 6 kg. Penerimaan yang diperoleh didapat dari jumlah produk yang dihasilkan sebanyak 15 bungkus yang dikalikan dengan harga Rp 12.000,- per bungkusnya. Pendapatan usaha mecapai Rp 57.986,- setiap produksinya, sedangkan untuk keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 32.281,- setiap produksi dodol Salak Pondoh.

B. Analisis Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh 1. Nilai Tambah Kopi Salak Pondoh

Dalam menghitung nilai tambah kopi Salak Pondoh tidak terlepas dari semua nilai input produksi kopi Salak Pondoh per 1 kg bahan baku terkecuali nilai tenaga kerja pekerja. Nilai tambah kopi Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :


(2)

27 Tabel 12. Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh Menjadi Kopi Salak Pondoh Di Desa

Donokerto Per 1 Kg Bahan Baku.

Sumber : Analisis Data Primer, 2016.

Berdasarkan Tabel dapat disimpulkan bahwa nilai tambah olahan Salak Pondoh menjadi kopi Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto mencapai Rp 132,859,99,-. dengan rasio nilai tambah sebesar 1.16 % untuk setiap 1 kg bahan baku biji Salak Pondoh. Hal ini menjukan bahwa 1 kg biji Salak Pondoh bila di olah menjadi kopi Salak Pondoh akan memberikan nilai tambah biji Salak Pondoh sebesar 1.16 %.

2. Nilai Tambah dodol Salak Pondoh

Dalam menghitung nilai tambah dodol Salak Pondoh tidak terlepas dari semua nilai input produksi kopi Salak Pondoh per 1 kg bahan baku terkecuali nilai tenaga kerja pekerja. Nilai tambah dodol Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh Menjadi Dodol Salak Pondoh Di Desa Donokerto Per 1 Kg Bahan Baku.

Variabel Nilai

Output Dodol Salak Per Produksi (Bungkus) 23.61 Input Salak Pondoh Per Produksi ( Kg ) 8.00

Input Tenaga Kerja HKO/Produksi 4.67

Faktor Konversi Produksi 2.95

Harga Produk Rp 15,000

Upah Tenaga Kerja Rp 14,333

Nilai Input Salak Pondoh Per 1 Kg Rp 6,500 Nilai Input Lainnya Per 1 Kg Rp 6,662

Nilai Produksi Rp 44,269

Nilai Tambah Rp 57,431

Rasio Nilai Tambah 1.30

Variabel Nilai

Output Kopi Salak Per Produksi (Bungkus) 52.50 Input Bahan Baku Biji Salak Pondoh ( Kg ) 9.16 Input Tenaga Kerja HKO/Produksi 3.25

Faktor Konversi Produksi 5.73

Harga Produk Rp 20,000.00

Upah Tenaga Kerja Rp 12,000.00

Nilai Input Biji Salak Pondoh Per 1 Kg Rp 2,000.00 Nilai Input Lainnya Per 1 Kg Rp 16,228.17

Nilai Produksi Rp 114,628.82

Nilai Tambah Rp 132,856.99


(3)

28 Sumber : Analisis Data Primer, 2016.

Berdasarkan Tabel dapat disimpulkan bahwa nilai tambah olahan Salak Pondoh menjadi wajik Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto mencapai Rp 57,431,-. dengan rasio nilai tambah sebesar 1,3 % untuk setiap 1 kg bahan baku Salak Pondoh. Hal ini menjukan bahwa 1 kg Salak Pondoh bila di olah menjadi dodol Salak Pondoh akan memberikan nilai tambah Salak Pondoh sebesar 1.3 %.

3. Nilai Tambah wajik Salak Pondoh

Dalam menghitung nilai tambah wajik Salak Pondoh tidak terlepas dari semua nilai input produksi wajik Salak Pondoh per 1 kg bahan baku terkecuali nilai tenaga kerja pekerja. Nilai tambah dodol Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh Menjadi Wajik Salak Pondoh Di Desa Donokerto Per 1 Kg Bahan Baku.

Variabel Nilai

Output Wajik Salak Per Produksi (Bungkus) 15.00 Input Salak Pondoh Per Produksi ( Kg ) 6.00

Input Tenaga Kerja Hko/Produksi 1.53

Faktor Konversi Produksi 2.50

Harga Produk Bungkus Rp 12,000.00

Upah Tenaga Kerja Rp 13,500.00

Nilai Input Salak Pondoh Per 1 Kg Rp 6,500.00 Nilai Input Lainnya Per 1 Kg Rp 4,343.75

Nilai Produksi Rp 30,000.00

Nilai Tambah Rp 40,843.75

Rasio Nilai Tambah 1.36

Sumber : Analisis Data Primer, 2016.

Berdasarkan Tabel dapat disimpulkan bahwa nilai tambah olahan Salak Pondoh menjadi wajik Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto mencapai Rp 40,843,75,-.dengan rasio nilai tambah sebesar 1,36 % untuk setiap 1 kg bahan baku Salak Pondoh. Hal ini menjukan bahwa 1 kg Salak Pondoh bila di olah menjadi wajik Salak Pondoh akan memberikan nilai tambah Salak Pondoh sebesar 1,36 %

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait nilai tambah produk olahan berbahan baku Salak Pondoh pada skala industri rumah tangga di Desa Donokerto Kecamatan Turi kabupaten Sleman dapat disimpulkan sebagai berikut :


(4)

29 1. Industri rumah tangga olahan Salak Pondoh di Desa Donokerto terdapat 19 industri yang terdiri dari 6 industri kopi Salak Pondoh, 9 industri dodol Salak Pondoh dan 4 industri wajik Salak Pondoh. Proses produksi dilakukan secara manual sehingga dalam kegiatan inovasi produk dan peningkatan skala usaha sangatlah sulit untuk dilakukan.

2. Biaya yang dikeluarkan guna mendukung proses produksi olahan Salak Pondoh setiap produksinya di Desa Donokerto bervasiasi. Industri kopi Salak Pondoh membutuhkan rata-rata biaya untuk proses produksi sebesar Rp 233,312,- setiap produksinya, industry dodol Salak Pondoh membutuhkan biaya rata-rata sebanyak Rp 226,568,- untuk setiap produksinya. Industri wajik Salak Pondoh membutuhkan biaya rata-rata sebanyak Rp 147,719,- setiap produksinya.

3. Pendapatan dari pengolahan Salak Pondoh untuk setiap produksinya di Desa Donokerto menjadi kopi Salak Pondoh yaitu sebesar Rp 861,381,- setap produksinya dan keuntungannya sebesar Rp 672,381,-. Industri dodol Salak Pondoh memperoleh pendapatan sebesar Rp 200,710,- dengan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 127,581,-. Industri wajik Salak Pondoh memperoleh pendapatan sebanyak Rp 57,986,- dengan keuntungan sebanyak Rp 32,281,- untuk setiap produksinya.

4. Nilai tambah dari pengolahan Salak Pondoh per 1 kilogram pada skala industri rumah tangga di Desa Donokerto meliputi, industri kopi Salak Pondoh sebesar Rp 132,856,99 dengan rasio nilai tambah 1,16 %, industri dodol Salak Pondoh menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 57,431,- dengan rasio nilai tambah 1.30 %, industri wajik Salak Pondoh menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 40,843,75,- dengan rasio nilai tambah 1,36 %,

A. Saran

Dalam usaha pengolahan Salak Pondoh pada industri rumah tangga di Desa Donokerto menghasilkan nilai tambah yang kecil ini dikarenakan produksi yang sedikit dan masih menggunakan sarana produksi yang tradisional. Sehingga antara produksi dan biaya produksi masih belum menghasilkan banyak keuntungan bagi industri rumah tangga olahan Salak Pondoh. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk peningkatan produksi yang lebih besar, pasar yang lebih luas, sehingga olahan Salak Pondoh yang memiliki nilai tambah yang rendah bisa memberikan pendapatan yang tinggi bagi pelaku industri rumah tangga.


(5)

30 DAFTAR PUSTAKA

Afrida, AmaliA. 2004. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak (Studi Kasus: Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa ParSalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel.Departeman AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Ali, Muhammad. 2012. Kelayakan Ndustri Rumah Tangga Keripik Jamur Tiram Di Kabupaten Sleman. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Anas, Rizki. 2007. Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Salak Studi Kasus di Unit Usaha Werdhi Guna Food, Kecamatan Bebandem,Kabupaten Karangasem, Bali.

Arnando, Cici. 2015. Nilai Tambah Produk Olahan Berbahan Baku Salak PondohPada Skala Industri Rumah Tangga Di Desa Donokerto Kecamatan Donokerto Kabupaten Cilacap. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Badan Pusat Statistika Daerah Istimewa Yogyakarta. 2014. Tanaman Buah-buahan Menghasilkan menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Sleman 2013 – 2014 (online). http://yogyakarta.bps.go.id/ diakses 11 November 2015.

Badan Pusat Statistika Daerah Istimewa Yogyakarta. 2010. Produksi buah - buahan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010 (online).

http://yogyakarta.bps.go.id/ diakses 11 November 2015.

Eko, Purnomo. 2014. Kelayakan Usaha Tani Salak Pondoh Organik Studi Kasus Di Kelompok Tani Si Cantik Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hapsari, Hepi. 2003. Peningkatan Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan

Usaha Pengolahan Salak Manonjaya Di Kabupaten Tasikmalaya. Jurusan

Sosial EkonomiFakultas Pertanian Universitas Pajajaran.

Indarwati, Viana. 2004. Analisis Kelayakan Finansial, Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Komoditas Salak Di Kabupaten Jember

Nasrulloh, Mochamad. 2006. Analisis Pemasaran Salak Pondoh Saat Panen Raya Di Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjar Negara. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Noor, Hendry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. RajaGrafindo Persada, Jakarta Rochani, Siti. 2007. Bercocok Tanam Salak Pondoh. Azka Mulia Media. Jakarta Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Kanisius, Yogyakarta Soekartawi, 2002.Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta.


(6)

31 Soekartawi. 2003. teori ekonomi produksidengan pokok bahasan analisis fiungsi

cobb-douglas. PT raja grafindo persada. Jakarta

Soekartawi, 2006.Agribisnis Teori dan Aplikasi. Rajawali Press, Jakarta.

Soetomo, H.A. 2001. Teknik Bertanam Salak Pondoh . Sinar Baru Algensindo. Jakarta

Sudiyono, Armand. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press, Malang. Suratiyah K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ulfah, Maria. 2006. Nilai Tambah Usaha Pertanin Berbahan Baku Garut Dikec Pngasih Kab Kulon Progo. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta