mekanis. Terdapat empat sistem yang berbeda dalam hidroponik, yaitu kultur pasir, sistem terbuka agregat, teknik selaput hara dan sistem hidroponik mengapung. Pada
sistem terbuka agregat, bibit dipindah tanamkan ke bak-bak atau kantung-kantung plastik yang diisi dengan substrat yang relatif inert dan diairi secara individu dengan
larutan hara, menggunakan sistem tetes. Media dapat disterilkan kembali dengan uap Harjadi, 1989.
Menurut Nelson 1978, pemilihan media tanam yang baik didasarkan pada empat kriteria sebagai berikut : 1 dapat menjadi tempat penyimpanan hara untuk
tanaman, 2 mempunyai kemampuan menyimpan air untuk tanaman, 3 tidak menghalangi terjadinya pertukaran udara antara akar dengan atmosfer di atas
media dan 4 mempunyai kemampuan daya dukung mekanis untuk tanaman. Sayuran daun hidroponik biasanya dipanen bersama dengan akarnya. Untuk
pengemasan akar yang terlalu panjang dirapikan atau dililit pada akar yang lebih pendek. Pemanenan tanaman dengan akar yang masih melekat dapat menjaga daya
simpan lebih lama, tanaman tetap segar hingga 2 sampai 4 minggu jika disimpan pada suhu yang sangat rendah dan kelembaban yang tinggi. Dengan teknologi
budidaya tanpa tanah ini, tanaman lebih bersih dan tidak perlu dicuci lagi KCES,
2012. Metode Terapung
Sistem hidroponik terapung merupakan yang paling populer, sistem hidroponik lainnya bahkan belum dilaporkan hingga tahun 1991. Sistem terapung ini
menggunakan styrofoam yang mengapung di atas larutan hara dengan terdapat lubang pada styrofoam sebagai tempat peletakan tanaman. Sistem hidroponik ini
dapat bekerja dengan baik untuk tanaman berhari pendek dan berakar dangkal seperti
Universitas Sumatera Utara
selada dan sawi, dimana tanaman-tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban yang tinggi pada zona perakarannya
Tyson, et al. 2010. Pada hidroponik terapung akar tanaman direndam dalam air yang telah
mengandung larutan hara yang dibutuhkan tanaman. Pergantian larutah hara untuk sayuran daun dilakukan hanya pada tiap pergantian tanaman, umumnya 30-35 hari
Resh, 2004. Kendala utama dalam metode hidroponik terapung ini adalah terendamnya
akar tanaman dalam larutan hara sehingga ketersediaan oksigen di sekitar rhizosfer berkurang. Untuk mengatasi ketersediaan oksigen ini dapat dilakukan dengan cara
penggunaan aerator. Menurut Hanum 2008 keuntungan dari metode hidroponik terapung ini
adalah: 1.
Jika aliran listrik mati selama seharipun, pertumbuhan tanaman tidak terpengaruh
2. Pemakaian listrik sangat sedikit hanya untuk menjalankan pompa pada saat
mengisi air ke kolam dan menjalankan aerator 3.
Perawatan instalasinya relatif mudah dan murah karena tidak memerlukan pompa air khusus, timer, selang polyethylene, dan lain-lain.
Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi untuk membuat kolam penanaman, dan kemungkinan kebocoran yang juga besar.
Larutan Hara
Tanaman membutuhkan elemen-elemen penting untuk menyokong pertumbuhan dan perkembangannya. Elemen-elemen tersebut antara lain: hara makro
Universitas Sumatera Utara
nitrogen N, fosfor P, potasium K, magnesium Mg, kalsium Ca, sulfur S, dan hara mikro besi Fe, mangan Mn, boron B, tembaga Cu, seng Zn,
molibdenum Mo, dan klorin Cl. Sebagai tambahan, hidrogen H, oksigen O
2
, dan karbon C yang merupakan hara esensial yang terdapat di udara dan air. Hara
makro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan hara mikro Resh, 2004. Dalam sistem hidroponik, unsur-unsur hara tersebut
ditambahkan dalam bentuk pupuk bersamaan dengan air. Menurut Sutiyoso 2003, bahan kimia untuk pupuk tanaman hidroponik
harus memenuhi kualitas tertentu, antara lain: 1.
Kemurnian dan daya larut tinggi dan tidak ada endapan yang akan menyumbat sistem irigasi
2. Memiliki proporsi tertentu sesuai kebutuhan jenis tanaman, fase pertumbuhan
dan sasaran produksi. Larutan hara memiliki tiga hal utama yang harus diperhatikan yaitu
komposisi, pH dan EC. Kualitas larutan hara sangat ditentukan oleh suhu larutan, pH larutan dan konduktivitas listrik EC. Pada saat suhu larutan tinggi, jumlah oksigen
yang terkandung dalam larutan akan menurun cepat Morgan, 2000. Soepardi 1983 menambahkan pH merupakan hal yang harus diperhatikan karena
berhubungan dengan mudah tidaknya Ca dan Mg dipertukarkan, kelarutan alumunium dan unsur-unsur mikro, ketersediaan fosfor dan kegiatan jasad mikro.
Selain pH, faktor lain yang mempengaruhi kualitas larutan hara, yaitu kepekatan larutan yang dapat diketahui dengan mengukur kemampuan larutan untuk
menghantarkan listrik yang terkandung di dalam larutan ke akar tanaman. Konduktivitas listrik electrical conductivity merupakan alat pengukur kadar garam
Universitas Sumatera Utara
dalam larutan hara. Konduktivitas listrik memberi indikasi mengenai larutan hara yang terkandung pada larutan dan yang diserap oleh suatu tanaman. EC meter hanya
dapat mengukur jumlah total garam terlarut, tetapi tidak dapat membedakan antara garam-garam yang berada di dalam larutan. Perubahan nilai konduktivitas listrik
dipengaruhi oleh evaporasi dari larutan hara, transpirasi tanaman dan laju absorbsi ion hara mineral oleh akar Kristianti, 1997.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut, dimulai pada
bulan Juni 2013 sampai dengan September 2013.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pak choi varietas White Tropical, varietas Green, dan varietas Green Tropica Corrina,
air, larutan hara Resh dan larutan hara Peckenpaugh, styrofoam putih tebal 1 cm, dan rockwool.
Tabel 2. Konsentrasi Hara Hidroponik Pak Choi
Ion Konsentrasi ppm
Peckenpaugh EC = 1,5 mS.cm
-1
Resh EC = 2,0 mS.cm
-1
Kalium K 98
200 Kalsium Ca
216 175
Nitrogen N 190
160 Magnesium Mg
25 50
Fosfor P 25
45 Besi Fe
4,9 5
Mangan Mn 1,97
0,8 Boron B
0,7 0,3
Seng Zn 0,25
0,1 Kopper Cu
0,07 0,07
Molibdenum Mo 0,05
0,03 Sulfur S
37,09 69,27
Natrium Na 0,024
0,014
Sumber: Peckenpaugh dimodifikasi 2004; Resh dimodifikasi 2004
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolam penanaman hidroponik, pH meter, EC electrical conductivity meter, thermohygrometer,
timbangan analitik, magnetic stirer, tabung erlenmeyer, gelas ukur, aerator, jangka sorong, penggaris, timbangan, kamera, dan alat tulis.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi RPT yang terdiri dari 2 faktor, yaitu :
Faktor I : Jenis larutan hara yang terdiri dari 2 taraf, yaitu : N1
: Larutan hara Peckenpaugh N2
: Larutan hara Resh Faktor II : Varietas pak choi yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
V1 : Varietas White Tropical
V2 : Varietas Green
V3 : Varietas Green Tropica Corrina
Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan, yaitu : N1V1
N2V1 N1V2
N2V2 N1V3
N2V3 Jumlah ulangan
: 4 Jumlah plot
: 24 Jumlah tanamanplot
: 6 Jumlah sampleplot
: 6 Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 144
Jumlah tanaman seluruhnya : 144
Jarak tanam : 15 cm x 15 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam model linier sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Y
ij
= µ + β
k
+α
i
+ €
ik
+ ρ
j
+ αρ
ij
+ ε
ijk
k = 1,2,3,4 i = 1,2
j = 1,2,3
dimana:
Y
ijk
= Nilai pengamatan karena pengaruh larutan hara taraf ke-i dan varietas taraf
ke-j pada blok ke-k
µ =
Rataan umum
β
k
= Pengaruh blok ke-k
α
i
= Pengaruh larutan hara pada taraf ke-i
€
ik
= Pengaruh galat untuk petak utama karena larutan hara taraf ke-i pada blok
ke-k
ρ
j
= Pengaruh varietas pada taraf ke-j
αρ
ij
= Pengaruh interaksi antara jenis larutan hara pada taraf ke-i dan varietas
pada taraf ke-j
ε
ijk
= Pengaruh galat untuk anak petak karena lerutan hara taraf ke-i dan varietas
taraf ke-j pada blok ke-k Jika perlakuan menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis
sidik ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5.
Heritabilitas
Menurut Stansfield 1991 untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan yang merupakan fenotip disebabkan lingkungan atau genotip, maka digunakan
heritabilitas, berdasarkan rumus: σ
2
g σ
2
g h
2
= =
σ
2
p σ
2
g + σ
2
e
Universitas Sumatera Utara
dimana : h
2
= heritabilitas σ
2
g = varians genotip σ
2
p = varians fenotip σ
2
e = varians lingkungan Dengan kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut:
h
2
0,2 : rendah
h
2
0,2- 0,5 : sedang
h
2
0,5 : tinggi
Pelaksanaan Penelitian Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang dipersiapkan meliputi kayupapan sebagai kerangka kolam penanaman, dengan atap plastik UV dan paranet pengurangan cahaya 55
berukuran p = 4,2 m, l = 1 m, t = 12 cm , dan ketinggian kolam 1 m dari permukaan tanah untuk menghindari penyebaran patogen dari tanah, perakitan desain percobaan,
pemasangan saklar sebagai penyambung listrik untuk aerator.
Penyemaian benih
Benih pak choi disemai satu per satu pada rockwool yang telah dipotong- potong dengan ukuran 3 cm x 3 cm untuk memudahkan pemindahan bibit ke kolam
penanaman masing-masing tiap varietas, lalu diletakkan pada wadah plastik. Penyemaian ditempatkan pada tempat ternaungi. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali.
Bibit pak choi yang telah memiliki 3-5 helai daun dipindahkan ke kolam penanaman beserta dengan media semai rockwool yang juga berfungsi sebagai penjepit tanaman
pada lubang panel styrofoam.
Universitas Sumatera Utara
Persiapan kolam penanaman
Selama penyemaian dilakukan persiapan penanaman yang meliputi, persiapan penyangga tanaman dengan melubang-lubangi panel styrofoam berukuran 100 cm
panjang x 35 cm lebar x 1 cm tebal, dengan diameter lubang tanam 2,5 cm dan jarak 15 cm x 15 cm.
Pemasangan plastik pelapis atau terpal pada kolam penanaman agar larutan hara dan air tidak bocor, pembersihan kolam penanaman dengan cara disiram dengan
air bersih, dan pemasangan aerator pada dasar kolam.
Pembuatan dan pemberian larutan hara
Pembuatan larutan Peckenpaugh dengan mencampurkan 110 g KH
2
PO
4
, 172 g KNO
3
, 1.400 g CaNO
3 2
.4H
2
O, 256 g MgSO
4
.7H
2
O, 24,3 g FeSO
4
.7H
2
O, 6 g MnSO
4
.H
2
O, 4 g H
3
BO
3
, 0,3 g CuSO
4
.5H
2
O, 0,13 g Na
2
MoO
4
.7H
2
O, dan 1,1 gr ZnSO
4
.7H
2
O kemudian diencerkan dalam 1000 L air.
Pembuatan larutan Resh dilakukan dengan mencampurkan 197 g KH
2
PO
4
, 372 g KNO
3
, 910 g CaNO
3 2
.4H
2
O, 513 g MgSO
4
.7H
2
O, 25 g FeSO
4
.7H
2
O, 2,5 g MnSO
4
.H
2
O, 1,7 g H
3
BO
3
, 0,3 g CuSO
4
.5H
2
O, 0,08 g Na
2
MoO
4
.7H
2
O, dan 0,44 gr ZnSO
4
.7H
2
O kemudian diencerkan dalam 1000 L air. Larutan hara diberikan sesuai dengan masing-masing perlakuan hingga
ketinggian air mencapai 10 cm dari dasar kolam.
Penanaman
Bibit pak choi yang telah memiliki daun 3-5 helai beserta media semai rockwool-nya kemudian dipindahkan ke kolam penanaman dengan cara disematkan
pada lubang panel styrofoam dengan jarak 15 cm x 15 cm, setiap lubang ditanami
Universitas Sumatera Utara
satu bibit. Kemudian bibit-bibit tanaman tersebut ditempatkan pada kolam penanaman sesuai dengan perlakuan hara dan varietas yang ditentukan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian hama dan penyakit secara manual dan pembersihan lumut yang terdapat pada permukaan styrofoam
menggunakan sikat. Memasang plastik UV hingga menutupi seluruh atap kolam penanaman mulai pukul 17.00-09.00 WIB atau jika terjadi hujan, membuka plastik
UV pada bagian samping kanan dan kiri atap kolam penanaman mulai pukul 09.00 – 17.00 WIB siang hari.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panen, yaitu batang masih renyah dan jumlah daun 7-8 helai per tanaman. Cara panen dilakukan dengan
mencabut seluruh bagian tanaman beserta akarnya. Perhitungan meliputi jumlah tanaman yang berproduksi, bobot segar tanaman per plot, bobot tajuk tanaman per
sampel, bobot akar tanaman per sampel, panjang akar tanaman per sampel, dan kandungan klorofil daun per sampel.
Pengamatan Parameter Suhu
o
C dan RH
Pengukuran suhu dan kelembaban udara relatif RH dalam rumah plastik dilakukan setiap hari pada pagi hari 07.00-08.00 WIB, siang hari 12.00-13.00
WIB dan sore hari 16.00-17.00 WIB menggunakan thermohygrometer. Pengukuran ini dilakukan di tengah penanaman di atas tajuk tanaman.
Universitas Sumatera Utara
pH dan EC larutan hara mS.cm
-1
Pengukuran nilai pH dan EC larutan dilakukan di Laboratorium Central Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan seminggu dua kali, yaitu pada
hari Rabu dan Sabtu.
Panjang tanaman cm
Pengukuran dimulai dari leher akar sampai daun terpanjang. Pengamatan dilakukan dengan interval seminggu sekali dengan menggunakan penggaris.
Jumlah daun helai
Dihitung pada daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan dengan interval seminggu sekali .
Diameter batang cm
Pengukuran diameter batang tanaman dilakukan pada bagian batang dekat permukaan media. Pengamatan dilakukan satu hari sebelum panen dengan
menggunakan jangka sorong.
Panjang akar cm
Pengukuran panjang akar tanaman sampel dilakukan mulai dari leher akar sampai ujung akar terpanjang menggunakan penggaris.
Bobot segar per sampel g
Ditimbang tajuk beserta akar tanaman sampel yang telah dipanen menggunakan timbangan skala 500 gram.
Bobot tajuk per sampel g
Tajuk tanaman sampel ditimbang tanpa mengikutsertakan bagian akar tanaman menggunakan timbangan analitik.
Universitas Sumatera Utara
Bobot akar per sampel g
Akar tanaman sampel ditimbang setelah dipisahkan dari tajuk tanaman menggunakan timbangan analitik.
Bobot segar per plot g
Ditimbang seluruh tanaman dalam setiap plot dengan mengikutsertakan bagian tajuk dan akar.
Kandungan klorofil daun
Diukur dengan menggunakan klorofil meter. Pengukuran dilakukan dengan cara menyisipkan sehelai daun dari tiap sampel dan dijepit pada bagian sensor dari
alat tersebut. Daun yang diukur adalah daun dewasa keempat atau kelima dari pucuk, pengukuran dilakukan pada bagian tengah dan ujung daun secara acak dengan
menghindari bagian tulang daun. Pengukuran indeks klorofil daun ini dilakukan satu hari sebelum panen.
Heritabilitas
Heritabilitas dihitung untuk tiap parameter. Dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan rumus yang terdapat pada metode penelitian.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA Botani Pak Choi
Menurut USDA 2013, klasifikasi tanaman pak choi, sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Subkingdom: Tracheobionta; Subdivisi: Spermatophyta; Divisi:
Magnoliophyta; Kelas: Dicotyledonae; Subkelas: Dilleniidae; Ordo: Capparales; Famili: Brassicaceae; Genus: Brassica; Spesies: Brassica rapa L. ssp. chinensis L.
Daun tanaman pak choi bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar,
tersusun dalam spiral yang rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daunnya, berwarna putih atau hijau tua, gemuk dan berdaging, tanaman ini tingginya
15-30 cm. Bunganya berwarna kuning pucat. Tanaman ini ditanam dengan benih langsung atau dipindah-tanam dengan kerapatan tinggi, umumnya sekitar 20-25
tanamanm
2
, dan kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat Rubatzky and Yamaguchi, 1998.
Menurut Thompson and Kelly 1957, ciri-ciri tanaman pak choi adalah daunnya lebih pendek daripada daun petsai dengan permukaan daun halus dan
tangkai berdaging tebal pada pangkalnya. Helai daun membulat seperti sendok sehingga sering disebut sawi sendok, bentuk daun oval, berwarna hijau cerah atau
hijau keputihan pada pak choi putih.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram pak choi segar
Zat gizi AKG
Energi 13 kal
- Lemak 2 kal
-
Total Lemak 0 g
Lemak Jenuh 0 g Lemak Trans
-
Kolesterol
0 g
Sodium 65 g
3
Total Karbohidrat 2 g
1 Serat Pangan 1 g
4 Gula 1 g
-
Vitamin A 89
Vitamin C 75
Kalsium 11
Zat Besi 4
Sumber: Nutrition Data 2013
Dari mulai pembibitan, pak choi membutuhkan waktu 40-80 hari hingga matang panen. Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik menggunakan tangan atau
memotong bagian tajuk tepat di atas permukaan tanah. Daun-daun dan akar yang rusak dibuang, dan hasil panen dikemas Dimson, 2001.
Syarat Tumbuh
Kebanyakan dari varietas pak choi menghendaki suhu yang dingin untuk pertumbuhannya, dan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 15-20
o
C. Tetapi ada beberapa varietas yang dapat beradaptasi pada suhu yang lebih tinggi
Elzebroek and Wind, 2008. Tanaman pak choi umumnya dibudidayakan di dataran tinggi dengan ketinggian 1000 m dpl, beriklim sejuk dan lembab. Kisaran pH yang
baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 6 - 7 Rukmana 1994.
Varietas
Menurut Rubatzky and Yamaguchi 1998 keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas pak choi, hal itu terlihat dari bentuk
Universitas Sumatera Utara
warna daun mulai dari hijau pudar hingga hijau tua. Perbedaan ini juga terlihat pada umur panen dan daya adaptasi dari tiap varietas.
Hasil penelitian Dimson 2001 menyebutkan di Arizona varietas pak choi yang banyak ditanam adalah ‘Joi Choy’. Varietas ini dipilih karena memiliki
karakteristik warna daun hijau tua dan batang putih bersih yang digemari oleh masyarakat dan memiliki daya adaptasi yang luas.
Di Indonesia, pak choi yang tersedia di pasaran umumnya memiliki daya adaptasi yang luas dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi dan memiliki
umur panen yang cukup singkat, yaitu ± 30 hari setelah tanam.
Hidroponik
Hidroponik hydroponic berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus yang berarti daya. Dengan demikian, hidroponik memiliki arti memberdayakan air.
Hidroponik juga didefinisikan sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa media tanah. Metode bercocok tanam secara hidroponik ini berbeda dengan metode
bercocok tanam didalam rumah kaca greenhouse, meskipun banyak budidaya hidroponik dilakukan didalam rumah kaca. Penggunaan rumah kaca dalam sistem
hidroponik lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor tertentu seperti ekosistem yang lebih mudah dikendalikan dan keterbatasan lahan. Adapun teknik hidroponik
terdiri dari: NFT Nutrient Film Technic, Ebb and Flow, Floating hydroponic, Aeroponic, DFT Deep Flow
Technic, dan DFT plus Aerator
Buyung and Silalahi, 2012.
Hidroponik awalnya ditujukan untuk pertumbuhan tanaman dalam sistem air, tetapi sekarang mencakup semua sistem yang menggunakan larutan hara dengan atau
tanpa penambahan media inert pasir, kerikil, rockwool, vermikulit untuk dukungan
Universitas Sumatera Utara
mekanis. Terdapat empat sistem yang berbeda dalam hidroponik, yaitu kultur pasir, sistem terbuka agregat, teknik selaput hara dan sistem hidroponik mengapung. Pada
sistem terbuka agregat, bibit dipindah tanamkan ke bak-bak atau kantung-kantung plastik yang diisi dengan substrat yang relatif inert dan diairi secara individu dengan
larutan hara, menggunakan sistem tetes. Media dapat disterilkan kembali dengan uap Harjadi, 1989.
Menurut Nelson 1978, pemilihan media tanam yang baik didasarkan pada empat kriteria sebagai berikut : 1 dapat menjadi tempat penyimpanan hara untuk
tanaman, 2 mempunyai kemampuan menyimpan air untuk tanaman, 3 tidak menghalangi terjadinya pertukaran udara antara akar dengan atmosfer di atas
media dan 4 mempunyai kemampuan daya dukung mekanis untuk tanaman. Sayuran daun hidroponik biasanya dipanen bersama dengan akarnya. Untuk
pengemasan akar yang terlalu panjang dirapikan atau dililit pada akar yang lebih pendek. Pemanenan tanaman dengan akar yang masih melekat dapat menjaga daya
simpan lebih lama, tanaman tetap segar hingga 2 sampai 4 minggu jika disimpan pada suhu yang sangat rendah dan kelembaban yang tinggi. Dengan teknologi
budidaya tanpa tanah ini, tanaman lebih bersih dan tidak perlu dicuci lagi KCES,
2012. Metode Terapung