Yustina Jaziroh, 2014 IMPLEMENTASI SIMULASI FISIKA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP
KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP ELASTISITAS Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam IPA yang memiliki hakikat sebagai produk, sikap, dan proses. Hakikat fisika sebagai produk berupa
pengetahuan tidak terlepas dari fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori, dan model. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran fisika di Sekolah Menengah
Atas SMA yaitu menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas 2003. Usman dalam Noviyani, 2012 mengemukakan bahwa indikator ketercapaian penguasaan konsep siswa dapat dilihat dari
kesesuaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan guru dengan nilai ujian siswa. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di salah satu SMA Negeri
Kota Bandung terhadap hasil Ujian Tengah Semester UTS siswa kelas XII IPA menunjukkan bahwa 60,5 siswa belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimum KKM fisika di sekolah tersebut yaitu 75. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penguasaan konsep fisika siswa masih rendah. Salah satu
penyebab rendahnya penguasaan konsep siswa adalah anggapan siswa bahwa fisika itu sulit. Hal ini sejalan dengan hasil angket siswa di kelas tersebut
menunjukkan bahwa 64,9 siswa menyatakan fisika sulit, baik karena persoalan konsep maupun matematis sehingga menurunkan minat belajar fisika siswa. Van
Den Berg 1991, dalam Tayubi, 2005:4 menyebutkan bahwa ’salah satu sumber
kesulitan utama dalam pelajaran fisika adalah akibat terjadinya kesalahan konsep atau miskonsepsi pada diri siswa.
’ Lebih lanjut Suparno 2005 mengungkapkan bahwa siswa yang berminat rendah terhadap fisika cenderung memiliki
miskonsepsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berminat tinggi.
Yustina Jaziroh, 2014 IMPLEMENTASI SIMULASI FISIKA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP
KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP ELASTISITAS Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Suparno 2005:7 menyebutkan , “Miskonsepsi dalam bidang fisika banyak
terjadi pada subbidang seperti mekanika, termodinamika, optika, bunyi dan gelombang, listrik dan magnet, dan fisika modern
.” Sejalan dengan hal tersebut, Wandersee, Mintzes, dan Novak 1994 dalam artikelnya mengenai Research on
Alternative Conceptions in Science menjelaskan bahwa “Konsep alternatif terjadi
dalam semua bidang fisika. ” Suparno, 2005:11. Konsep alternatif yang
dimaksud adalah miskonsepsi. Beberapa penelitian tentang miskonsepsi menunjukkan bahwa terdapat 300 penelitian miskonsepsi bidang mekanika, 159
penelitian miskonsepsi bidang listrik, 70 penelitian miskonsepsi bidang panas, optika, dan sifat-sifat materi, 35 penelitian miskonsepsi bidang bumi dan
antariksa, serta 10 penelitian miskonsepsi bidang fisika modern Suparno, 2005. Ini tidak berarti bahwa kebanyakan miskonsepsi terjadi hanya dalam subbidang
tersebut saja, tetapi sejauh ini banyak penelitian yang dilakukan dalam bidang itu. Pada kenyataannya, miskonsepsi juga terjadi pada konsep elastisitas. Janulis
P. Purba 2013 dalam penelitiannya menemukan bahwa banyak siswa yang mengalami miskonsepsi tentang konsep elastisitas antara lain menyatakan jika
sebuah pegas dan sebatang kawat tembaga dikenai gaya tertentu tidak melebihi batas liniernya maka pegas bertambah panjang sedangkan kawat tembaga tidak
mengalami pertambahan panjang. Selain itu, hasil studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA Negeri kota Bandung juga menunjukkan bahwa
tingkat miskonsepsi siswa terhadap konsep elastisitas mencapai 40,91. Pada hakikatnya tiap siswa memiliki pengetahuan awal tentang fisika yang
diperolehnya dari pengalaman sehari-hari. Ketika siswa memasuki kelas formal, mereka membawa pengetahuan awal tersebut. Namun, pengetahuan awal yang
dibawa ada yang tidak sesuai dengan konsep para ilmuan ahli. Ketidaksesuaian antara konsep awal dan konsep ilmuan ini dapat menimbulkan miskonsepsi siswa.
Klammer 1998, dalam Tayubi, 2005 mengungkapkan bahwa miskonsepsi yang terjadi dapat menghalangi proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan baru pada
siswa sehingga dapat menjadi penghambat keberhasilan siswa dalam belajar lebih lanjut. Jika miskonsepsi ini tidak diketahui oleh guru fisika, maka akan terjadi
Yustina Jaziroh, 2014 IMPLEMENTASI SIMULASI FISIKA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP
KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP ELASTISITAS Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
ketidaksesuaian antara penjelasan guru dan cara berpikir siswa. Jika hal ini dibiarkan, siswa akan merasa bingung, menganggap fisika sulit, dan bahkan
menurunkan motivasi belajarnya. Hal ini akan berakibat pada prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika menjadi rendah.
Pada tahun 1982, Gilbert dan Osborne dalam Purba, 2013 mengemukakan bahwa implementasi pembelajaran yang kurang tepat dan media yang tidak dapat
menggambarkan konsep, merupakan penyebab terjadinya miskonsepsi. Ini disebabkan perencanaan dan penerapan pembelajaran yang digunakan guru
berdasarkan asumsi tersembunyi, bahwa pengetahuan fisika dapat ditransfer secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa tanpa mempertimbangkan
pengetahuan awal siswa yang miskonsepsi. Berdasarkan asumsi tersebut, bisa jadi guru menganggap bahwa Ia telah mengajar dengan baik namun sebenarnya
siswanya tidak belajar dengan baik. Oleh karena itu diperlukan model dan media pembelajaran yang tepat dan mendukung dalam upaya membelajarkan siswa
seutuhnya. Dalam hal ini, kegiatan pembelajaran harus beralih dari pembelajaran berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jigsaw merupakan salah satu tipe dalam
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok-kelompok belajar siswa yang saling bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pembelajaran ini
menganut paham konstruktivisme. Slavin 2009 menyatakan bahwa pendekatan konstruktivis membuat siswa lebih dapat menemukan dan memahami konsep-
konsep sulit dengan cara berdiskusi dengan temannya. Sedangkan tugas guru menurut teori konstruktivis sebagai fasilitator agar siswa mengkonstruksi
pengetahuannya secara optimal. Beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw efektif dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa Rifqie ,2012; Tanty, 2009; Susanna, 2008; Nursalam, 2007; Arianti, 2005; Wardani, S., 2002; Sriwardani, 2002;
Anita, 2002. Jigsaw dapat memadukan antara pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berpikir kritis-kreatif siswa Tanty, 2009. Dengan jigsaw, siswa
Yustina Jaziroh, 2014 IMPLEMENTASI SIMULASI FISIKA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP
KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP ELASTISITAS Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mendapatkan kesempatan berdiskusi dengan temannya, saling menyampaikan gagasan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga diharapkan siswa dapat lebih
memahami konsep fisika. Proses diskusi dalam jigsaw menekankan pada tanggungjawab siswa terhadap ketercapaian pembelajaran dirinya dan temannya.
Hal ini dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam belajar yang akan berdampak baik pada kualitas interaksi dan komunikasi siswa sehingga antara
siswa satu dengan yang lainnya dapat saling memberikan motivasi belajar untuk sama-sama mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Selain dari pembelajaran yang tidak tepat, penyebab terjadinya miskonsepsi juga dapat diperoleh dari penggunaan media yang tidak dapat menggambarkan
konsep yang dipelajari secara utuh, seperti konsep-konsep abstrak dalam fisika maupun konsep-konsep yang sulit dipraktikkan langsung di laboratorium sekolah.
Dengan berkembangnya teknologi saat ini media pembelajaran berbasis komputer dapat menjadi solusi yang tepat. Kemampuan komputer dalam mengintegrasikan
komponen warna, musik, dan animasi grafik membuat komputer mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan tingkat realisme yang tinggi Warsita,
2008. Media pembelajaran berbantuan komputer memanfaatkan gabungan dari seluruh media, seperti teks, grafis, gambar, foto, audio, video, dan animasi
menjadi suatu multimedia yang luar biasa kemampuannya Warsita, 2008. Dengan memanfaatkan keunggulan komputer tersebut maka konsep-konsep fisika
maupun fenomena fisika lainnya dapat ditampilkan oleh komputer, salah satunya melalui simulasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa media simulasi berbasis komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep Yulianti, 2012; Mutaqin, 2011; Ika Sari,
2010; Rika, 2009; Samsudin, 2008; Suwondo, 2008. De Jong dan Joolingen 2000:1 menyatakan bahwa penggunaan media simulasi berbasis komputer
merupakan salah satu bentuk pembelajaran konstruktivisme, yaitu scientific discovery learning. Artinya, pembelajaran menggunakan simulasi komputer dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam investigasi ilmiah dan penyelidikan Escalada dan Zollman, 2004. Lebih lanjut Sahrul 2006 mengungkapkan bahwa
Yustina Jaziroh, 2014 IMPLEMENTASI SIMULASI FISIKA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP
KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP ELASTISITAS Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pemanfaatan simulasi komputer dapat mengatasi miskonsepsi fisika. Hal ini dikarenakan simulasi komputer dapat meningkatkan daya serap dan konsentrasi
siswa Jong-Heon Kim, et al, 2005. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan simulasi komputer dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap kuantitas miskonsepsi siswa. Selanjutnya, penelitian ini berjudul
“Implementasi Simulasi Fisika dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kuantitas Miskonsepsi Siswa pada Konsep
Elastisitas.”
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian