1. Teori Perundang-undangan
Gesetzgebungstheorie berorientasi pada mencari kejelasan serta kejernihan makna
atau pengertian-pengertian, dan bersifat kognitif
. 2.
Ilmu Perundang-undangan
Gesetzgebungslehre berorientasi
pada melakukan
perbuatan dalam
hal pembentukan
peraturan perundang-
undangan, dan bersifat normatif.
Burkhardt Krems
membagi Ilmu
Perundang-undangan menjadi
tiga bagian, yaitu:
1. Proses Perundang-undangan
Gesetzgebungsverfahren 2. Metode Perundang-undangan
Gesetzgebungsmethode 3. Teknik Perundang-undangan
Gesetzgebungstechnik
Istilah Perundang-
undangan: Bahasa Inggris
Legislation
Bahasa Jerman
Gesetzgebung
Bahasa Belanda
Wetgeving
Perundang-undangan mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu:
1. Perundang-undangan merupakan proses pembentukanproses membentuk peraturan
negara, baik tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.
2. Perundang-undangan
adalah segala
peraturan negara, yang merupakan hasil pembentukan
peraturan-peraturan, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.
NORMA DAN
NORMA
HUKUM
Pengertian Norma
Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya
dengan
sesamanya ataupun
dengan lingkungannya.
Istilah Norma berasal dari Bahasa Latin,
atau kaidah dalam Bahasa Arab, dan sering juga disebut dengan pedoman, patokan atau
aturan dalam Bahasa Indonesia.
Norma dalam Masyarakat
Norma adat
Norma agama
Norma kesusilaan
Norma hukum
Persamaannya dari semua norma itu adalah
sebagai pedoman
bagaimana bertindak
bertingkah laku dalam masyarakat.
Perbedaannya antara norma hukum dan norma
lainnya: 1. Norma hukum bersifat heteronom dalam arti
datang dari luar diri kita sendiri. 2. Norma hukum dapat dilekati sanksi pidana
ataupun sanksi pemaksa secara fisik. 3. Norma hukum dilaksanakan oleh Aparat
Negara.
Menurut Hans Kelsen, hukum termasuk
dalam sistem
norma yang
dinamik nomodynamics,
karena hukum
selalu dibentuk dan dihapus oleh lembaga-lembaga
atau otoritas-otoritas
yang berwenang
membentuknya, hal ini dapat dilihat dari segi berlakunya atau pembentukannya.
Hukum itu berjenjang-jenjang atau berlapis- lapis membentuk suatu hierarki.
Hukum itu adalah sah
valid
apabila dibuat: a.Lembaga atau otoritas yang
berwenang; b.Berdasarkan norma yang lebih
tinggi
superior
, sehingga
dalam hal ini norma yang lebih rendah
inferior
dibentuk oleh
norma yang lebih tinggi
Menurut Ruiter norma yang ada di dalam
peraturan perundang-undangan
yang dibentuk dapat mengadung salah satu sifat
berikut ini: 1. perintah
gebod; 2. larangan
verbod; 3. pengizinan
toestemming; dan 4. pembebasan
vrijstelling.
Norma Hukum Umum dan Norma Hukum Individual
Norma Hukum Umum adalah suatu norma hukum yang ditujukan adressatnya untuk
orang banyak dan tidak tertentu. Norma Hukum Individual adalah norma hukum
yang ditujukan adressatnya pada seseorang, beberapa orang, atau banyak orang yang
telah tertentu.
Contoh Norma Hukum Umum: Barang Siapa…
Setiap Orang… Setiap Warganegara…
Contoh Norma Hukum Individual: Amir bin Abdullah yang bertempat tinggal di Jl.
Anggrek No.21 Jakarta… Para pengendara roda empat yang melewati Jalan
Sudirman pada pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB…
Norma Hukum Abstrak dan Norma Hukum Konkret
Norma Hukum Abstrak adalah suatu norma hukum
yang melihat
pada perbuatan
seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak konkret.
Norma Hukum Konkret adalah suatu norma hukum yang melihat perbuatan seseorang
secara lebih nyata konkret.
Contoh Norma Hukum Abstrak:
mencuri, membunuh, menebang pohon…
Contoh Norma Hukum Konkret:
mencuri mobil Ferari,.. membunuh si Bedu dengan golok,…
menebang pohon mahoni di Jalan M. Hatta,…
Norma Hukum Tunggal dan Norma Hukum Berpasangan
Norma Hukum Tunggal adalah suatu norma yang berdiri sendiri dan tidak diikuti oleh
suatu norma hukum lainnya, jadi hanya suatu suruhan
das sollen. Norma Hukum Berpasangan adalah suatu
norma yang terdiri dari norma hukum primer cara berperilaku dan norma hukum sekunder
cara penanggulangannya.
Contoh Norma Hukum Tunggal:
Hendaknya kita berperikemanusiaan. Dewan Perwakilan Rakyat membentuk undang-
undang.
Contoh Norma Hukum Berpasangan:
Barangsiapa menghilangkan nyawa orang lain dihukum setinggi-tingginya 15 tahun penjara.
Norma Hukum
Einmahlig
dan Norma Hukum
Dauerhaftig
Norma Hukum
Einmahlig
sekali selesai adalah norma hukum yang berlaku satu kali saja atau
sekali selesai, jadi sifatnya hanya menetapkan saja.
Norma Hukum
Dauerhaftig
terus menerus adalah norma hukum yang berlakunya tidak
dibatasi oleh waktu, jadi dapat berlaku secara terus menerus, sampai peraturan itu dicabut
atau diganti dengan peraturan yang baru.
Contoh Norma Hukum Einmahlig:
Surat Keputusan seseorang sebagai PNS Izin Mendirikan Bangunan bagi seseorang
Surat Izin Mengemudi bagi seseorang
Contoh Norma Hukum Dauerhaftig:
Setiap warga negara dilarang mencemari lingkungannya
HIERARKI NORMA
HUKUM DAN TATA
SUSUNAN NORMA
HUKUM NEGARA
Hierarki Norma Hukum
Stufentheorie
oleh Hans Kelsen
Stufentheorie
adalah teori tentang jenjang norma hukum, bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-
jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan, di mana suatu norma yang rendah berlaku,
bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber
dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang
tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif, yaitu Norma Dasar
Grundnorm
Norma Dasar Grundnorm merupakan
norma tertinggi dalam sistem norma yang tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih
tinggi lagi, tetapi Norma Dasar ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai
Norma Dasar yang merupakan gantungan bagi norma-norma yang berada di bawahnya
sehingga suatu Norma Dasar itu dikatakan pre-supposed.
Tata Susunan Norma Hukum Negara oleh Hans Nawiasky
Dalam bukunya Allgemeine Rechtslehre, Hans Nawiasky mengelompokkan norma-norma hukum
dalam suatu negara menjadi empat kelompok besar, yaitu:
Kelompok I
:
Staatsfundamentalnorm
Kelompok II :
Staatsgrundgesetz
Kelompok III :
Formell Gesetz
Kelompok IV :
Verordnung und Autonome Satzung
Staatsfundamentalnorm
Norma Fundamental Negara
Norma Fundamental Negara merupakan norma tertinggi dalam suatu negara, yang mana norma
tersebut tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi, tetapi
pre-supposed
atau ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat dalam suatu negara dan
merupakan norma
yang menjadi
tempat bergantungnya norma-norma hukum di bawahnya.
Menurut Hans Nawiasky, norma ini merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau undang-undang
dasar suatu negara, termasuk norma pengubahannya.
Staatsgrundgesetz Aturan DasarPokok Negara Aturan Dasar Negara atau Aturan Pokok Negara
merupakan aturan-aturan yang masih bersifat pokok dan merupakan aturan-aturan umum yang masih
bersifat garis besar sehingga masih merupakan norma tunggal dan belum disertai norma sekunder. Menurut
Hans Nawiasky aturan dasarpokok negara dapat dituangkan di dalam suatu dokumen negara yang
disebut
Staatsverfassung UUD, atau dapat juga dituangkan dalam beberapa dokumen negara yang
tersebar yang
disebut dengan
istilah Staatsgrundgesetz.
Formell Gesetz
Undang-Undang Formal
Norma-norma hukum dalam undang-undang formal sudah merupakan norma hukum yang lebih konkret
dan terinci serta sudah dapat langsung berlaku di dalam masyarakat. Jadi norma-norma hukum dalam
undang-undang ini tidak saja hanya norma yang bersifat tunggal, tetapi norma-norma hukum itu
sudah dilekati oleh norma sekunder di samping norma primernya norma berpasangan. Sehingga
UU sudah dapat mencantumkan norma-norma yang bersifat sanksi, baik sanksi pidana maupun sanksi
pemaksa.
Verordnung und Autonome Satzung Peraturan Pelaksanaan dan Peraturan
Otonom Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom
merupakan peraturan-peraturan yang terletak di bawah undang-undang yang berfungsi
menyelenggarakan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang,
di mana
peraturan pelaksanaaan bersumber dari kewenangan
delegasi, sedangkan
peraturan otonom
bersumber dari kewenangan atribusi.
PERKEMBANGAN
SISTEM
PERUNDANG-
UNDANGAN DI
INDONESIA
Jenis Peraturan
Perundang- undangan dari Zaman Hindia
Belanda, yaitu: 1.
Wet
2.
AMvB Algemene Maatregel van
Bestuur
3.
Ordonnantie
4.
Rv Regeringsverordening
Wet
Merupakan suatu peraturan perundang- undangan yang dibentuk di Negeri Belanda,
oleh
Regering dan Staten Generaal bersama- sama dengan nasihat dari
Raad van State. Wet berlaku untuk wilayah Belanda dan Hindia
Belanda. Contoh wet yang masih berlaku sampai sekarang:
BW, WvS, WvK.
Algemene Maatregel van Bestuur AMvB
Merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
Kroon Raja dan Menteri- menteri serta mendapatkan nasihat dari
Raad van State. AMvB ini berlaku untuk Negeri
Belanda dan
Hindia Belanda,
tetapi dibentuknya di Belanda.
AMvB setingkat dengan undang-undang.
Ordonnantie
Merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
Gouverneur Generaal Gubernur Jenderal dan
Volksraad Dewan Rakyat, di Jakarta dan berlaku bagi wilayah
Hindia Belanda. Ordonnantie yang masih
berlaku di Indonesia kedudukannya setingkat dengan
undang-undang, misalnya
Hinder Ordonnantie atau disebut Ordonansi Gangguan
karena ini produk perundang-undangan di zaman Hindia Belanda.
Regeringsverodening Rv
Merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
Gouverneur Generaal Gubernur Jenderal di Jakarta, dan berlaku di
wilayah Hindia Belanda. Rv ini adalah peraturan pelaksanaan bagi
Wet, AMvB, dan Ordonnantie. Rv
ini setingkat
dengan Peraturan Pemerintah.
Jenis-jenis Peraturan
Perundang- undangan dari Zaman Orde Lama:
1. Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan MPR;
3. Undang-Undang Perpu; 4. Peraturan Pemerintah;
5. Keputusan Presiden; dan 6. Peraturan-peraturan Pelasanaan.
Peraturan Perundang-undangan Tingkat Pusat antara lain:
1. Undang-Undang PERPU; 2. Peraturan Pemerintah PP;
3. Keputusan Presiden KEPPRES; 4. Keputusan Menteri KEPMEN;
5. Keputusan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen;
6. Keputusan Direktorat Jenderal Departemen; 7. Keputusan Badan Negara.
Peraturan Perundang-undangan Tingkat Daerah antara lain:
1. Peraturan Daerah Tingkat I; 2. Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I; 3. Peraturan Daerah Tingkat II; dan
4. Keputusan Bupati atau Wali Kota Madya Kepala Daerah Tingkat II.
ASAS-ASAS DAN
LANDASAN
PEMBENTUKAN
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
Menurut I.C. van der Vlies, asas-asas
pembentukan peraturan-peraturan yang patut itu dapat dibagi ke dalam asas-asas formal dan
material, yaitu: Asas-asas formal meliputi:
1. Asas tujuan yang jelas 2. Asas organlembaga yang tepat
3. Asas perlunya pengaturan 4. Asas dapat dilaksanakan
5. Asas konsensus
Asas-asas material yang meliputi:
1. Asas terminologi dan sistematika yang benar
2. Asas dapat dikenali 3. Asas perlakuan yang sama dalam hukum
4. Asas kepastian hukum 5. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan
keadaan individual
Menurut A. Hamid S. Attamimi, asas-asas
pembentukan yang patut sebagai berikut: 1. Cita Hukum Indonesia
2. Asas Negara Berdasar Hukum dan asas Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi
3. Asas-asas lainnya
Asas-asas formal menurut A. Hamid S. Attamimi :
1. Asas tujuan yang jelas 2. Asas perlunya pengaturan
3. Asas organlembaga yang tepat 4. Asas materi muatan yang tepat
5. Asas dapat dilaksanakan 6. Asas dapat dikenali
Asas-asas material menurut A. Hamid S. Attamimi :
1. Asas sesuai dengan Cita Hukum Indonesia dan Norma Fundamental Negara
2. Asas sesuai dengan Hukum Dasar Negara 3. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip Negara
Berdasar Atas Hukum 4. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip
Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan yang Baik Pasal 5 UU No.12 Tahun
2011 meliputi: 1. Kejelasan Tujuan;
2. Kelembagaan atau pejabatpembentuk yang tepat; 3. Kesusaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
4. Dapat dilaksanakan; 5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
6. Kejelasan rumusan; 7. Keterbukaan.
Asas-asas Materi Muatan Pasal 6 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2011 meliputi:
1. pengayoman; 2. kemanusiaan;
3. kebangsaan; 4. kekeluargaan;
5. kenusantaraan; 6. bhinneka tunggal ika;
7. keadilan; 8. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
9. ketertiban dan kepastian hukum; danatau 10.
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Menurut Solly Lubis ada tiga landasan pembetukan
peraturan perundang-
undangan yaitu:
Landasan filosofis;
Landasan sosiologis; dan
Landasan politis.
Menurut Bagir Manan ada tiga landasan pembentukan
peraturan perundang-
undangan yaitu: 1. Landasan filosofis;
2. Landasan yuridis; dan 3. Landasan sosiologis.
Landasan Filosofis
Merupakan dasar filsafat atau ide yang menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan
hasrat dan kebijaksanaan pemerintah ke dalam suatu rencana atau draft peraturan
perundang-undangan.
Bagi Indonesia
landasan filosofis pembentukan peraturan perundang-undangannya adalah Pancasila.
Landasan Yuridis
Merupakan ketentuan hukum yang menjadi dasar
hukum pembentukan
peraturan perundang-undangan. Landasan yuridis ini
biasanya terletak
dalam konsideran
mengingat dan diurut dengan memperhatikan tata tingkat hierarki. Selain memperhatikan
hierarki, juga harus memperhatikan urutan kronologis
suatu peraturan
perundang- undangan yang menjadi dasar yuridis.
Landasan Politis
Merupakan garis kebijaksanaan yang menjadi dasar selanjutnya bagi kebijaksanaan dan
pengarahan ketatalaksanaan pemerintahan negara. Garis kebijaksanaan tersebut adalah
garis kebijaksanaan politik untuk memberikan arah bagi pemerintahan negara untuk
mewujudkan tujuan nasional atau cita-cita negaranya.
Landasan Sosiologis
Merupakan pencerminan kenyataan yang hidup dalam masyarakat, agar peraturan
perundang-undangan dapat diterima oleh masyarakat secara wajar bahkan spontan.
Selain itu dasar sosiologis harus termasuk pula kecenderungan dan harapan masyarakat.
TATA URUT
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
Hierarki Peraturan Perundang-undangan Menurut Ketetapan
Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara Nomor XXMPRS1966:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat S; 3. Undang-UndangPeraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah; 5. Keputusan Presiden;
6. Peraturan Pelaksana Lainnya, seperti: Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya.
Hierarki Peraturan Perundang-undangan Menurut Ketetapan
Majelis Permusyawaratan
Rakyat Nomor IIIMPR2000:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat ; 3. Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;
5. Peraturan Pemerintah; 6. Keputusan Presiden;
7. Peraturan Daerah.
Hierarki Peraturan
Perundang-undangan Menurut UU Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan
Peraturan Perundang-
undangan: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang; 3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden; 5. Peraturan Daerah.
Hierarki Peraturan
Perundang-undangan Menurut UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:
1.
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun1945;
2.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3.
Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4.
Peraturan Pemerintah;
5.
Peraturan Presiden;
6.
Peraturan Daerah Provinsi;
7.
Peraturan Daerah KabupatenKota.
KEWENANGAN
PEMBENTUKAN DAN
MATERI MUATAN
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
Undang-Undang Dasar
Ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pasal 3 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945
MPR juga berwenang untuk mengubah UUD. UUD adalah Hukum Dasar yang memuat
aturan
pokok kenegaraan,
menentukan kelembagaan negara, menentukan fungsi
kelembagaan negara dan menentukan hak- hak warga negara.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR.
Ketetapan MPR ini memuat aturan yang belum dimuat
dalam UUD,
mengatur garis
kebijaksanaan dalam bidang kenegaraan, ideologi, politik, hukum, dan pembangunan.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Dibentuk oleh DPR bersama dengan Presiden. Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 20 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945
UU berisi pengaturan lebih lanjut ketentuan UUD 1945, perintah suatu UU, pengesahan perjanjian internasional
tertentu, tindak lanjut atas putusan MK, danatau pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Pasal
10 UU No.12 Tahun 2011 Perpu ditetapkan oleh Presiden. Pasal 22 ayat 1 UUD NRI
Tahun 1945 Materi muatan Perpu sama dengan materi muatan UU.
Pasal 11 UU No.12 Tahun 2011
Peraturan Pemerintah
Ditetapkan oleh Presiden. Pasal 5 ayat 2 UUD NRI Tahun 1945
Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaiman mestinya. Pasal 12 UU No.12 Tahun 2011
Peraturan Presiden
Ditetapkan oleh Presiden. Materi muatan Peraturan Presiden berisi
materi yang diperintahkan oleh Undang- Undang,
materi untuk
melaksanakan Peraturan Pemerintah atau materi untuk
melaksanakan penyelengaaraan kekuasaan pemerintahan. Pasal 13 UU No.12 Tahun
2011
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah KabupatenKota
Ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah. Pasal 18 ayat 6 UUD NRI Tahun 1945
Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah KabupatenKota berisi materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung
kondisi khusus daerah danatau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi. Pasal 14 UU No.12 Tahun 2011
PROSES
PEMBENTUKAN
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
Pengertian Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
adalah pembuatan Peraturan Perundang- undangan
yang mencakup
tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau
penetapan, dan
pengundangan. Pasal 1 angka 1 UU NO.12 Tahun 2011
Perencanaan Peraturan
Perundang- undangan
1. Perencanaan Undang-Undang UU Dilakukan dalam Program Legislasi
Nasional Prolegnas. Pasal 16 UU No.12 Tahun 2011
Prolegnas adalah instrumen
perencanaan pembentukan
undang- undang yang
disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. Pasal
1 angka 9 UU No.12 Tahun 2011
2. Perencanaan Peraturan Pemerintah PP