Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menghasilkan Laba Perusahaan Tekstil Dan Garment Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2009-2011 , Studi Empiris Di BEI
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENGHASILKAN LABA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN
GARMENT YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011
STUDI EMPIRIS DI BEI
OLEH:
CHRISTINE MARGARETHA
100503161
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENGHASILKAN LABA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011 , STUDI EMPIRIS DI BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang saya buat sebagai bagian dari tugas akademik guna menyelesaikan studi Strata -1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.Bagian dari data yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah sesuai dengan prinsip penulisan etika ilmiah.Apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiatrisme dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 11 Juli 2014 Yang membuat pernyataan,
NIM : 100503161 Christine Margaretha
(3)
ABSTRAK
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENGHASILKAN LABA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011, STUDI EMPIRIS DI BEI
Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh ITO, TATO, RTO, dan WCT terhadap kemampuan menghasilkan laba/ ROI perusahaan tekstil dan garment yang yang terdaftar di BEI, baik secara simultan maupun secara parsial. Data yang dipakai pada penelitian ini merupakan data sekunder. Sampel penelitian yang didapat dengan metode purposive sampling sebanyak 15 perusahaan. Sampel ini didapat melalui website BEI dengan software SPSS versi 19.
Metode statistika yang dipakai dalam pengujian adalah pengujian linier berganda. Hasil penelitian memakai uji t menunjukkan bahwa ITO, TATO, WCT tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI. RTO berpengaruh signifikan terhadap ROI secara parsial. Hasil penelitian dengan uji F menunjukkan bahwa ITO, TATO, RTO dan WCT berpengaruh tidak signifikan secara simultan
(4)
ABSTRACT
FACTORS WHICH AFFECT GENERATING PROFIT ABILITY ON TEXTILES AND GARMENT COMPANIES LISTED ON INDONESIAN
STOCK EXCHANGE YEAR 2009-2011, EMPIRICAL STUDY IN IDX
The purpose of this research is to find the influences of ITO, TATO, RTO and WCT on generating profit ability / ROI of textile and garment companies which was listed in Indonesia Stock Exchange year 2009 until 2011 simultaneously or partly. The data used in this research was secondary data. The samples of this research were obtained with purposive sampling method and consist of 15 companies. The data was analysed with SPSS software ver. 19.
The statistical method in this testing the hypothesis is double regression method. The results of t-test in this research showed that ITO, TATO, WCT didn’t have the significant influence on ROI partially. Meanwhile, RTO showed the significant influence partially. The result of F-test showed that ITO, TATO, RTO, and WCT didn’t have significant influence simultaneously.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga sayadapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghasilkan Laba Perusahaan Tekstil dan Garment yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011, Studi Empiris Di BEI”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak, terutama dari keluarga peneliti selama periode penulisan skripsi. Tanpa dukungan dan doa dari keluarga tercinta, peneliti tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang bisa peneliti gunakan dalam menggambarkan rasa terima kasih peneliti kepada papa, mama,dan telah berjasa membesarkan peneliti selama ini serta kedua saudara kandung peneliti, William Luimenta dan Cindy Luimenta yang telah memberikan dukungan selama ini kepada peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kerabat dan teman peneliti yang selama ini banyak memberikan nasihat kepada peneliti
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan bapak Drs.Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(6)
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Fahmi Nasution, SE, M.Acc., Ak. selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan berulang kali dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi, Ak. yang juga selaku Dosen Penguji peneliti yang telah meluangkan waktu untuk membantu mengevaluasi agar penulisan skripsi peneliti menjadi lebih baik
6. Yang saya sayangi sahabat-sahabat karib saya dalam Fakultas Ekonomi ini yaitu Merry Christianta dan Khalidazia Ibnu Khaldun , teman-teman kelas international dan temen- teman reguler stambuk 2010 yang saya tidak bisa sebutkan namanya satu per satu. Saya sangat berterima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekuranga. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam memperbaiki skripsi. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penulis, 11 Juli 2014
NIM : 100503161 Christine Margaretha
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1 Laba ... 8
2.1.2 Profitabilitas ... 16
2.2Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 20
2.3 Kerangka Konseptual ... 23
2.4 Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 28
3.1.1 Populasi dan Sampel ... 28
(8)
3.1.3 Definisi Operasional Variabel ... 31
3.2Metode Analisis Data ... 33
3.2.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 33
3.2.2 Pengujian Hipotesis ... 36
3.3Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian ... 39
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 39
4.3Uji Asumsi Klasik ... 41
4.3.1 Uji Normalitas ... 41
4.3.2 Uji Multikolinieritas ... 44
4.3.3 Uji Autokorelasi ... 44
4.3.4 Uji Heterokedastisitas ... 45
4.4Uji Hipotesis ... 47
4.4.1 Uji t ( t-test ) ... 47
4.4.2 Uji F ( F-test ) Normalitas ... 51
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 54
5.3 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Sampel Penelitian... 29
Tabel 3.2 Emiten yang Memenuhi Kriteria Sampel ... 30
Tabel 3.3 Variabel- Variabel Penelitian ... 32
Tabel 3.4Pengambilan Keputusan Autokorelasi ... 35
Tabel 4.1 Tabel Statistik Deskriptif ... 40
Tabel 4.2 Uji Normalitas Statistik ... 43
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 44
Tabel 4.4Hasil Uji Autokorelasi ... 45
Tabel 4.5Hasil Uji t ... 47
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24
Gambar 4.1P-P Plot untuk Uji Normalitas ... 42
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Rasio ITO ... 59
Lampiran 2 Rasio TATO ... 59
Lampiran 3 Rasio RTO ... 60
Lampiran 4 Rasio WCT ... 60
Lampiran 5 Rasio ROI ... 61
Lampiran 6 Tabel Statistik Deskriptif ... 61
Lampiran 7 Uji Normalitas P-P Plot ... 62
Lampiran 8 Uji Normalitas Statistik ... 62
Lampiran 9 Tabel Uji Multikolinieritas ... 63
Lampiran 10 Tabel Uji Autokorelasi ... 63
Lampiran 11 Grafik Uji Heterokedastisitas ... 63
Lampiran 12 Tabel Uji t ... 64
(12)
ABSTRAK
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENGHASILKAN LABA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011, STUDI EMPIRIS DI BEI
Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh ITO, TATO, RTO, dan WCT terhadap kemampuan menghasilkan laba/ ROI perusahaan tekstil dan garment yang yang terdaftar di BEI, baik secara simultan maupun secara parsial. Data yang dipakai pada penelitian ini merupakan data sekunder. Sampel penelitian yang didapat dengan metode purposive sampling sebanyak 15 perusahaan. Sampel ini didapat melalui website BEI dengan software SPSS versi 19.
Metode statistika yang dipakai dalam pengujian adalah pengujian linier berganda. Hasil penelitian memakai uji t menunjukkan bahwa ITO, TATO, WCT tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI. RTO berpengaruh signifikan terhadap ROI secara parsial. Hasil penelitian dengan uji F menunjukkan bahwa ITO, TATO, RTO dan WCT berpengaruh tidak signifikan secara simultan
(13)
ABSTRACT
FACTORS WHICH AFFECT GENERATING PROFIT ABILITY ON TEXTILES AND GARMENT COMPANIES LISTED ON INDONESIAN
STOCK EXCHANGE YEAR 2009-2011, EMPIRICAL STUDY IN IDX
The purpose of this research is to find the influences of ITO, TATO, RTO and WCT on generating profit ability / ROI of textile and garment companies which was listed in Indonesia Stock Exchange year 2009 until 2011 simultaneously or partly. The data used in this research was secondary data. The samples of this research were obtained with purposive sampling method and consist of 15 companies. The data was analysed with SPSS software ver. 19.
The statistical method in this testing the hypothesis is double regression method. The results of t-test in this research showed that ITO, TATO, WCT didn’t have the significant influence on ROI partially. Meanwhile, RTO showed the significant influence partially. The result of F-test showed that ITO, TATO, RTO, and WCT didn’t have significant influence simultaneously.
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tujuan utama dalam suatu perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Pertumbuhan nilai dapat dilihat dari sektor laba. Besarnya laba dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh kegiatan operasional dalam suatu perusahaan. Modal merupakan komponen yang pentingdalam membiayai kegiatan operasional suatu perusahaan. Sumber modal dalam suatu perusahaan dapat diperoleh melalui sumber eksternal dan sumber internal. Sumber modal eksternal dari suatu perusahaan adalah melalui bank, supplier, perusahaan leasing dan pasar modal. Sebagian besar perusahaan di Indonesia lebih memilih pasar modal sebagai sumber dananya karena pasar modal menyediakan berbagai alternatif dan bertindak sebagai penghubung antara para investor yang memiliki kelebihan dana dengan perusahaan yang membutuhkan dana tambahan.
Langkah awal bagi para investor sebelum menanamkan modalnya di perusahaan yang go public di pasar modal adalah dengan melihat kinerja perusahan tersebut. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui kondisi keuangannya yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang menghubungkan pihak- pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Laporan keuangan perusahaan yang telah go public di BEI telah dipublikasikan sehingga dapat dilihat oleh umum
(15)
berguna untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Laporan keuangan juga dapat diolah untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa mendatang. Analisis yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan finansial suatu perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat menunjukkan tentang posisi keuangan perusahaan. Analisis rasio mencakup hubungan penting dan berperan sebagai basis perbandingan dalam menemukan kondisi dan sekaligus tren yang sukar untuk dideteksi dengan mempelajari komponen- komponen yang membentuk rasio. Analisis rasio juga membantu untuk mengetahui penyimpangan- penyimpangan yang mungkin terjadi pada pihak manajemen perusahaan. Rasio sangat berguna pada saat mencari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasio untuk kemungkinan trend dan rasio di masa depan.
Menurut Santoso (2009: 493), profitabilitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan pelaksaan (performance) perusahaan secara keseluruhan atau bagaimana efisiensi atas manajemen aktiva, kewajiban dan ekuitas. Profitabilitas perusahaan dapat mempengaruhi keputusan para investor terhadap investasi yang dilakukan. Jika tingkat profitabilitas perusahaan tinggi , maka ini akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya, dan sebaliknya jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba rendah maka ini akan mempengaruhi investor untuk menarik dana mereka. Tingkat profitabitas yang tinggi akan mempunyai prospek yang tinggi di masa mendatang. Perusahaan akan terus berusaha meningkatkan kemampuan
(16)
menghasilkan laba sehingga kelangsungan hidup perusahaan menjadi lebih terjamin.
Ketidakstabilan perekonomian yang terjadi di Indonesia pada tahun 2008 – 2009 merupakan suatu fenomena yang menjadi ancaman bagi perusahaan- perusahaan di Indonesia. Hal ini menyebabkan investor lebih selektif dan hati-hati dalam menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. Sektor industri yang paling diminati para investor adalah sektor industri pengolahan / manufaktur karena sektor tersebut (migas dan non migas ) memberikan kontribusi terbesar di Indonesia. Kondisi keuangan dalam sektor industri manufaktur lebih stabil dibandingkan sektor- sektor industri lainnya. Selain itu, pengelolaaaan aktiva lancar di dalam perusahaan manufaktur perlu perhatian yang lebih agar produktivitasnya lebih efesien karena bagian aktiva lancar dari perusahaan manufaktur biasanya mencakup lebih dari sebagian aktivanya. Aktiva lancar yang berlebih dapat mempermudah perusahaan dalam merealisasikan pengembalian atas investasi. Memilih perusahaan manufaktur yang akan ditanamkan modalnya, tentunya profitabilitas perusahaan harus dianalisis terlebih dahulu faktor- faktor yang mempengaruhinya. Aspek-aspek aktivitas perusahaan yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas meliputi inventory turnover, total asset turnover, receiveable turnover, dan working capital turnover. Perputaran persediaan(inventory turnover) merupakan rasio yang menujukkan efisiensi perusahaan dalam mengatur persediaan, yaitu dengan melihat berapa kali terjadi inventory turnover dalam satu tahun. Perputaran aktiva (total asset
(17)
turnover) adalah rasio dasar pertimbangan antara penjualan dengan total aktiva/total aset suatu perusahaan yang menggambarkan tingkat efisiensi dalam pengunaan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan volume penjualan tertentu. Rasio perputaran piutang (receivable turnover) digunakan untuk mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam pengelolaan piutang. Perputaran modal kerja (workingcapital turnover) adalah rasio yang menujukkan seberapa efisien perusahaan menggunakan modal kerja dalam melakukan penjualan.
Peneliti terdahulu yang hampir searah dengan penelitian ini adalah Asiah ( 2011 ) yang melakukan penelitian mengenai analisis faktor- faktor yang mempengengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan di industri bidang tekstil yang terdaftar di BEI. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah receivable turnover (RTO), average collection period, inventory turnover (ITO), average day’s inventories, total asset turnover (TATO)debt ratio dan current ratio (CR). Kesimpulan dari penelitian ini menujukan bahwa inventory turnover (ITO), average day’s inventories, total asset turnover (TATO)debt ratio dan current ratio (CR) berpengaruh secara parsial terhadap return on investment (ROI) sedangkan variabel receivable turnover (RTO) dan average collection period tidak pengeraruh.
Hernawati (2007) melalukan penelitian menggunakan variabel working capital turnover (WCT), current ratio (CR) dan debt to total asset (DTA) dalam menguji pengaruh variabel tersebut terhadap profitabilitas perusahaan pada perusahaan barang konsumsi go publicdi Bursa Efek Jakarta pada tahun
(18)
2002-2005 . Penelitian tersebut menghasilkan variabel working capital turnover (WCT), current ratio (CR) dan debt to total asset (DTA) berpengaruh terhadap ROI secara simultan .Secara parsial, hanya working capital turnover (WCT) yang berpengengaruh terhadap ROI.
Penelitian yang dilakukan Latifah (2008) yang menguji dampak piutang terhadap profitabilitas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Lampung cabang Kota Metro. Penelitian tersebut menggunakan variabel independen receiveable turnover ( RTO ) dan variabel dependennya adalah ROI. Hasil penelitaiannya adalah bahwa RTO memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas ( ROI ) adalah negatif.
Ketidakkkonsistenan dari hasil penelitian terdahulu mengenai variabel-variabel yang mempengengaruhi kinerja keuangan perusahaan membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor- faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas. Sampel yang akan penulis ambil dalam penelitian ini adalah sub sektor dari perusahaan manufaktur yaitu industri tekstil dan garment. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang industri garment karena diantara industri-industri manufaktur lainnya, jumlah industri tekstik dan garment yang paling banyak terdaftar di BEI. Bedasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh rasio aktivitas (inventory turnover, total asset turnover, receiveable turnover) terhadap kemampuan menghasilkan laba / profitabilitas yang dimana akan menggunakan variabel dependen return on investment ( ROI ) perusahaan yaitu dengan judul: “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
(19)
Menghasilkan Laba Perusahaan Tekstil dan Garment yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011 , Studi Empiris di BEI ”
1.2Perumusan Masalah
Apakah pengaruh rasio inventory turnover, total asset turnover, receiveable turnover, dan working capital turnover baik secara simultan maupun parsialterhadap kemampuan menghasilkan laba ( ROI ) pada perusahaan manufaktur( tekstil dan garment ) yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui pengaruh inventory turnover ( ITO ) , total asset turnover ( TATO ) , receivable turnover ( RTO ) , dan working capital turnover ( WCT ) terhadap kemampuan menghasilkan laba ( ROI ) pada perusahaan tekstil dan garment 1.3.2 Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu :
1. Bagi penulis dan pembaca adalah memberikan wawasan baru mengenai pengaruh rasio aktivitas pada perusahaan tekstil dan garment
(20)
2. Bagi akademisi adalah memberikan kontribusi pada literatur-litelatur terdahulu yang dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi investor adalah memberikan informasi kepada para investor tentang kinerja keuangan perusahaan yang dapat menpengaruhi pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
4. Bagi perusahaan adalah dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan kondisi perusahaan terhadap kemampuan menghasilkan laba sehingga dapat membantu pertumbuhan perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.3Tinjauan Pustaka
2.3.1 Laba
Laba adalah kelebihan pendapatan atau keuntungan yang diterima perusahaan setelah melakukan pengorbanan untuk kepentingan lain. Laba menjadi indikasi keberhasilan bagi perusahaan karena laba merupakan faktor yang menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Banyak orang memberikan pendapat yang berbeda tentang laba, sehingga penulis mengutip beberapa pengertian mengenai laba menurut para pakar ekonomi.
Pengertian laba menurut Soemarso S.R (2009) adalah selisih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha sedangkan menurut pendapat Houston (2006) adalah perubahan ekuitas dalam suatu periode setelah disesuaikan dengan modal dan distribusi modal yang melebihi investasi. Definisi lain tentang laba yaitu pengembalian investasi kepada pemilik yang mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang serupa dengan posisi awalnya (Stice, Skousen: 2009). Jika ada jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban termasuk penyesuaian pemeliharaan modal) dikurangkan dengan penghasilan maka itu merupakan laba, dan sebalikya jika beban melebihi penghasilan makan itu merupakan kerugian bersih (Ikatan Akuntan Indonesia: 2007).
(22)
Dari beberapa penjelasan mengenai laba menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa laba merupakan perubahan yang terjadi dalam suatu periode yang mencakup kelebihan pendapatan yang layak diterima oleh perusahaan karena perusahaan bersangkutan telah melakukan pengorbanan untuk pihak lain. Oleh karena itu, unsur- unsur penting dalam laba yaitu pendapatan dan biaya. Indikator keberhasilan manager dalam mengelola manajemen perusahaan yaitu dalam besar kecilnya laba perusahaan.
2.3.1.1Konsep Laba dalam Aspek Tataran ( Level ) Semiotika
Konsep laba berfungsi sebagai panduan dalam proses pembuatan laporan keuangan dan dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan bagi pihak tertentu. Oleh karena itu, konsep laba ini sangat penting dalam dunia bisnis. Konsep laba dalam akuntasi diklasifikasikan dalam tiga pendekatan yaitu melalui pendekatan semantik, sintatik dan pragmatik. Penjelasan tentang pendekatan- pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
- Konsep laba dalam tataran semantik
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan unsur apa yang harus dilekatkan sehingga perekayasaan laporan pada elemen biaya sehingga laba berguna sebagai informasi. Tataran ini menekankan pada makna yang harus dimiliki oleh konsep laba. Laba harus dapat memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan seperti kenaikan jumlah asset dan efektivitas kegiatan perusahaan. Implementasi laba dalam tataran ini mencakup:
(23)
1. Pengukur kinerja
Laba dapat diartikan sebagai pengukur efesiensi pada saat dikaitkan dengan tingkat investasi karena kedua hal itu menjadi suatu hubungan. Laba dapat menunjukkan efisiensi kinerja tersebut dengan menentukan ROI dan ROA sebagadi dasar pengukuran investasi 2. Konfirmasi harapan investor
Laba sebagai sarana untuk mengkorfimasi harapan investor karena apabila ada pengumuman laba, diharapkan investor akan bereaksi terhapad pengumuman laba tersebut. Jika terjadi kondisi pasar yang tidak efisien, maka akan mempengaruhi pengambilan keputusan investor dalam berinvestasi.
3. Estimator laba ekonomik
Laba sebagai estimasi ekonomik berkaitan dengan laba ekonomik yang didasari oleh konsep likuidasi yang menilai asset sebagai sediaan akhir. Laba ekonomik adalah laba dari sudut pandang investor yang digunakan untuk menilai investasi. Dalam hal ini, laporan keuangan diharapkan dapat menyediakan informasi yang ada serta memberikan analisis tentang perhitungan laba kepada investor. - Konsep laba dalam tataran sintatik.
Konsep laba dalam tataran sintantik berkaitan dengan konsep yang harus diungkapkan dalam bentuk standard dan prosedur akuntasi maka angka laba dapat diukur dan juga disajikan ke dalam laporan keuangan. Pada pendekatan ini, teori menekankan bahwa makna laba adalah selisih
(24)
pengukuran dan perbandingan antara pendapatan dan biaya. Kriteria dalam pengukuran laba dibagi terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Pendekatan transaksi ( cash basis )
Pada pendekatan ini, laba diukur pada saat terjadinya transaksi dan terakumulasi pada saat akhir periode. Pengakuan laba atas dasar pendekatan transaksi sama dengan pengakuan pendapatan atas kriteria yang terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat. Pendekatan ini memilik berbagai kelebihan seperi jumlah asset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir periode serta perubahan dalam asset dan kewajiban/ liabilitas merupakan perubahan nilai yang akan diakui secara objektif.
2. Pendekatan kegiatan ( accrual basis )
Pendekatan ini tidak dilihat ada tidaknya tranksasi terjadi, melainkan melalui kegiatan yang sedang berlangsung. Pada tataran ini, laba akan muncul bersamaan dengan berlangsungnya aktivitas. Manfaat dari pendekatan aktivitas adalah informasi laba dapat dipakai dalam berbagai macam tujuan seperti untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap- tiap kegiatan.
3. Pendekatan pertahanan kapital
Laba dalam pendekatan pertahanan kapital merupakan konsenkuensi dari pengukuran kapital dua titak waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, laba diukur atas dasar pendekatan aset dan kewajiban/liabilitas. Nilai aset dan kewajiban merupakan hasil dari pengukuran pendapatan
(25)
dan biaya atas konsep perbandingan. Oleh karena itu, laba berdasarkan konsep ini berati perbedaan antara nilai kapital/modal pada dua saat yang berbeda atau kenaikan kapital dalam suatu periode.
- Konsep laba dalam tataran pragamatik
Konsep laba dalam tatatan pragmatik berhubungan dengan pengaruh informasi laba terhadap perubahan perilaku dari pihak pemakai laporan keuangan. Konsep ini menekankan pada pembahasan tentang reaksi pihak yang dituju oleh infomasi akuntansi yang disediakan. Konsep ini juga sering dikelompokkan sebagai akuntansi keperilakuan (behavioural accounting) karena perilaku manusia sering dikaitkan dengan informasi. Pendekatan ini jika disimpulkan menghasilkan pernyataan yang bersifat deduktif maupun induktif.
2.3.1.2Konsep Laba secara Ekonomi dan Akuntansi
Laba ekonomi merupakan peningkatan kekayaan investor sebagai dari hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi seluruh jumlah biaya yang berkaitan dengan penanaman modal. Sifat- sifat laba ekonomi berdasarkan Fischer, Lindahl dan Hicks mencakup tiga tahapan yaitu:
1. Physical Income 2. Real Income 3. Money income
Pada laba ekonomi, dikenal konsep Capital Maintenance yaitu konsep yang menyatakan bahwa laba yang muncul seteleh modal yang dikeluarkan masih ada biaya yang telah tertutupi atau setelah terjadi
(26)
pengembalia modal. Konsep ini dinyatakan dalam ukuran uang (financialcapital) atau dalam ukuran tenaga beli (physical capital). Financial capital mencakup konsep money maintenance dan konsep general purchasing power money maintenance. Konsep money maintenance diukur menurut modal keuangan yang diinvestasikan dan laba pada konsep ini merupakan perubahan dalam net asset dengan cara menyesuaikan transaksi modal yang dijabarkan ke dalam satuan uang. Konsep general purchasing power money maintenance diuukur dengan jumlah unit daya beli yang sama dan laba di dalam konsep adalah perubahan net asset setelah diseuaikan transaksi modal yang diukur dengan daya beli yang sama. Dalam ukuran tenaga kerga (physical capital) mencakup konsep productive capacity maintenance dan konsep general purchasing power productive capacity maintenance. Dalam productive capacity maintenance, modal fisik diukur dengan unit uang dan kapasitas produksi diartikan sebagai kapasitas fisik dan kapasitas untuk berproduksi, sedangkan dalam konsep general purchasing powerproductive capacity maintenance , modal fisik diukur dengan unit tenaga beli yang sama dan kapasitas produksi fisik perusahaan yang diukur dalam unit tenaga beli yang sama, dipertahankan dan juga dipelihara.
Laba akuntansi yaitu perbedaan antara realisasi penghasilan/pendapatan yang berasal dari perusahaan pada suatu periode dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba
(27)
tersebut. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam SFAC No. 6 mendefinisikan bahwa laba akuntansi / accounting income merupakan perubahandalam equity (net asset) dari suatu entitas selama suatu periode tertentu yang diakibatkan oleh transakti dan kejadian/ peristiwa yang berasal bukan dari pemilik. Laba akuntasi perusahaan merupakan elemen dari ukuran kinerja akuntansi perusahaan.
Laba akuntansi berbeda dengan laba ekonomi karena adanya perbedaan yang di dalam konsep dasar. Laba ekonomi menganut konsep likuidasi yang melihat asset/harta sebagai simpanan atau persediaan nilai setiap saat sehingga nilai sekarang menjadi basis pengukurannya. Laba akuntansi didasari oleh konsep kontinuitas usaha yang memandang aset/harta sebagai simpanan sisa potensi jasa sehingga kos historis menjadi basis pengukuran.
2.3.1.3Jenis- jenis Laba.
Jenis- jenis laba bedasarkan penyajiannya untuk masing- masing kelompok penerima dikelompokkan dalam lima jenis yaitu:
1. Value Added (tambahannilai)yaitu perhitungan harga jual produk dikurangi biaya yang dikeluarkan. Penerima informasi pendapatan ini umumnya para karyawan, pemilik, kreditur dan pemerintah.
2. Enterprise Net Income (laba bersih perusahaan) yaitulaba yang didapatkan dari kelebihan hasil atau revenuedari biaya seluruh pendapatan/penghasilan dan rugi biaya/beban tidak termasuk pajak, bunga dan bagi hasil. Penerima informasi dalam jenis laba ini adalah
(28)
pemegang saham, pemegang obligasi dan pemegang obligasi dan pemerintah
3. Net Income To Investors (laba bersih bagi investor) hampir sama dengan laba bersih perusahaan tetapi setelah dikurangi oleh pajak penghasilan. Pemegang saham dan pemegang obligasi merupakan penerima informasi dalam jenis laba ini
4. Net Income to Shareholders hampir sama dengan net income to investors tetapi seteleh dikurangi oleh bunga obligasi. Penerima informasi bagi jenis laba ini adalah pemegang saham preferred stock dan common stock.
5. Net Income to Residual Shareholder (laba bersih untuk pemegang saham residual) merupakan laba bersih kepada pemegang saham dikuragi dengan dividen saham preferen. Penerima informasi pada jenis laba ini tentunya pemegang saham preferred stock.
Menurut Soemarso SR, mengatakan bahwa jenis- jenis laba adalah sebagai berikut:
1. Lababersih merupakan selisih lebih antara pendapatan dengan beban- beban dan merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha.
2. Laba bruto merupakan selisih antara penjualan bersih terhadap harga pokok penjualan. Laba masih disebut bruto karena jumlah laba masih harus dikurangi dengan beban-beban usaha.
3. Laba usaha atau laba operasi adalah selisih antara laba bruto terhadap beban usaha. Laba usaha diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan
4. Laba ditahan adalah jumlah/total akumulasi laba bersih dari sebuah perseroan terbatas dikurangi dengan distribusi laba yang dilaksanakan 2.3.1.4Kegunaan laba
(29)
Informasi tentang kinerja perusahaan selama satu periode tentu dapat diperoleh melalui laporan laba rugi. Informasi tersebut diperlukan untuk pengambilan keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola perusahaan di masa mendatang. Informasi kinerja juga dapat digunakan untuk memperikirakan kemampuan perusahaan dalam menghasilan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang. Laba yang merupakan indikator kesuksesan suatu badan usaha, oleh karena itu tujuan utama setiap badan usaha untuk memperoleh laba. Informasi yang mencakup laba perusahan menjadi sangat penting bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan.
Menurut Harahap (2011), kegunaan laba yaitu sebagai berikut : 1. Laba digunakan sebagai perhitungan pajak
2. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan untuk pembayaran dividen kepada para pemegang saham.
3. Laba dijadikan dasar dalam menentukan kebijakan investasi dan dalam pengambilan keputusan.
4. Laba digunakan sebagai dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya.
5. Laba dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.
2.3.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan dalam suatu preiode. Menurut Michelle dan Megawati (2005), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) yang menjadi dasar dalam pembagian dividen. Profitabilitas dalam perusahaan akan menjadi dasar penilaian kondisi keuangan dalam perusahaan. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam mempertahankan
(30)
kelangsungan hidup suatu badan usaha dalam jangka panjang, karena dengan profitabilitas yang tinggi, prospek badan usaha di masa mendatang juga tinggi. Pengukuran kinerja terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing dari pengukuran tersebut dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva/total assets, dan juga modal sendiri. Ketiga elemen pengukuran tersebut dapat mmbantu seorang analisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubunganya dengan volume penjualan jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pihak perusahaan. Profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam laporan laba rugi yang merupakan bagian dari financial reportperusahaan yang digunakan oleh pihak yang berkepentingan. Kinerja perusahan yang ditinjau dari segi keuangan perusahaan tentu merupakan profitabilitas keuangan perusahaan. Pengukuran terhadap profitabilitas keuangan perusahaan mermelukan analisis terhadap laporan keuangan.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dan mencari laba. Rasio ini juga menunjukkan tingkat efektifitas dari manajemen suatu perusahaan. Penggunaan rasio profitabilias dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara elemen yang ada di laporan keuangan bagian neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilaksanakan untuk beberapa periode akuntansi sehingga perkembangan perusahaan dapat terlihat dalam rentang waktu tertentu. Menurut Kasmir (2008), tujuan penggunan rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
(31)
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan pada tahun sebelumnya dengan tahun sekarang ini.
3. Untuk menilai perkembangan yang terjadi pada laba dari waktu ke waktu
4. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal sendiri
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana yang digunakan. Sementara itu, manfaat yang diperoleh yaitu:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
2. Mengetahui posisi laba pada tahun sebelumya dengan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
4. Mengetahui besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri 5. Mengetahui produktivitas dari semua dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri maupun modal pinjaman.
Yang termasuk dalam rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: 1. Margin Laba Kotor / GrossProfit Margin
Menurut Sawir (2009), gross profit margin adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan perusahaan untuk berproduksi secara efisien”. Gross profit margin merupakan presentase laba kotor/gross profit dibandingkan dengan sales/penjualan. Semakin besar laba kotor, semakin baik keadaan operasional perusahaan karena hal ini menujukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan sales.
Formula gross profit margin yaitu: 2. Margin laba bersih / Net Profit Margin
(32)
Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan/sales. Semakin tinggi rasiomargin laba bersih, semakin baik kegiatan operasional suatu perusahaan. Rumus Net Profit Margin
yaitu:
3. Rentabilitas Ekonomi/ Daya Laba Besar / Basic Earning Power
Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset/total aktiva. Rentabilitas ekonomi menunjukkan seberapa besar kemampuan asset/aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian /laba. Rumus rentabilitas ekonomi adalah sebagai
berikut:
4. Return OnInvestment( ROI )
Return on investment merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. ROImengukur kemampuan perushaan secara keseluruhan didalam mengasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Rumus return on investment yaitu:
(33)
Return on equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap total ekuitas. ROEmerupakan rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan dapat mengelola modal sendiri atau net worth
secara efektif dan juga mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri atau pemegang modal perusahaan. ROE dapat dihitung dengan formula:
6. Earning Per Share (EPS)
Earning per share menunjukkan seberapa besar kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba. EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh oleh setiap lembar saham biasa sehingga manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan rasio ini. Earning per share dihitung dengan formula:
2.4Tinjauan Peneliti Terdahulu
Hutagaol (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Aktivitas terhadap Return on Investment Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang diambil adalah current ratio, cash ratio, debt ratio, debt to equity ratio, fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory turnover.
(34)
Variabel dependen yang digunakan adalah return on investment (ROI). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara bersamaan variabel current ratio, cash ratio, fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory turnoverberpengaruh terhadap return on investment. Secara parsial,current ratio, debt to equity ratio, dan inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap return on investment, sedangkan cash ratio, debt ratio, fixed asset turnover dan account receivable turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap return on investment (ROI) Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian Nainggolan (2007) dengan judul “Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Return on Investment(ROI)pada PT. Hutan Barumun Perkasa Medan”. Variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah inventory turnover, account receivable turnover, working capital turnover, fixed asset turnover dan total asset turnover, average collection periode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Investment (ROI) pada perusahaan hanya dipengaruhi secara signifikan oleh account receiveable turnover, working capital turnover, fixed asset turnover, dan total asset turnover, average collection periode, sedangkan inventory turnover tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return on investment(ROI).
Penelitan Siahaan (2007) meneliti hubungan rasio aktivitas ROI pada PT. Putra Lika Perkasa Medan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio peputaran persediaan, rasio perputaran piutang, rasio total aktiva, periode perputaran persediaan, periode peputaran piutang. Hasil penelitian adalah bahwa variabel rasio total aktiva mempunyai hubungan yang positif dan
(35)
signifikan terhadap ROI, sedangkan variabel periode perputaran persediaan, variabel perputaran piutang mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap ROI.
Penelitian Andriani (2009) dengan judul penelitian “Analisis Hubungan Rasio Aktivitas terhadap Kemampulabaan Pada PT. Unilever, Tbk”. Variabel independen penelitian yang digunakan adalah rasio perputaran aktiva tetap, rasio perputaran total aktiva, rasio perputara piutang, rasio perputaran persediaan. Variabel dependen yang digunakan adalah ROI. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio perputaran total aktiva mempunyai hubungan yang bergerak positif dengan ROI, rasio perputaran aktiva tetap, rasio perputaran piutang dan rasio perputaran persediaan mempunyai hubungan yang negatif dengan ROI. N o Nama, Tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Siahaan (2007) “Analisis Hubungan Rasio Aktivitas terhadap Kemampulabaan
pada PT. Putra Lika Perkasa
Medan”
Variabel Independen: Rasio perputaran piutang (RTO), rasio perputaran persediaan (ITO), rasio total aktiva (TATO), periode perputran persediaan, periode perputaran piutang.
Variabel Dependen: Return On Investment (ROI)
Variabel rasio total aktiva mempunyai hubungan positif dan
signifikan terhadap ROI, sedangkan variabel perputaran persediaan, variabel perputran piutang mempunyai hubungan
negatif dan signifkan terhadap ROI.
2
“Pengaruh Rasio
Variabel indepeden :
Account receiveable
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(36)
Nainggolan (2007) Aktivitas terhadap Return On Investment (ROI)pada PT. Hutan Barumun Perkasa Medan"
turnover, working capital turnover, fixed asset turnover, total asset turnover dan inventory turnover
Variabel dependen : ROI
(ROI) pada perusahaan hanya dipengaruhi secara signifikan oleh
account receiveable turnover, working capital turnover, fixed
asset turnover, dan total asset turnover, average collection periode, sedangkan inventory turnover tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return on investment(ROI). N o Nama, Tahun
Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
3 Andriani(2 009) “Analisis Hubungan Rasio Aktivitas Terhadap Kemampulaban pada PT. Unilever Indonesia, Tbk” Variabel independen :Rasio perputaran aktiva tetap , rasio perputaran total
aktiva, rasio perputaran piutang, rasio perputaran
persediaan
Variabel dependen : ROI
Rasio perputaran total aktiva mempunyai hubungan yang bergerak positif dengan ROI, rasio perputaran aktiva tetap, rasio perputaran piutang dan rasio perputaran persediaan mempunyai hubungan yang negatif dengan ROI.
4 Hutagaol (2011) “Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio AKtivitas terhadap Return On Investment Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Variabel independen:
Current ratio, cash ratio, debt ratio, debt to equity ratio, fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory turnover.
Variabel dependen :
Secara bersamaan, variabel current ratio, cash ratio,debt ratio, debt to equity ratio , fixed asset
turnover, account receivable turnover,
inventory turnover berpengaruh kepada ROI.
Secara parsial, current ratio, debt to equity ratio,
(37)
BEI.” ROI berpengaruh signifikan kepada ROI sedangkan cash ratio, debt ratio, fixed asset turnover dan
account receivable turnover tidak berpengaruh signifikan terhap ROI perusahaan makanan dan minuman di
BEI. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
2.5Kerangka Konseptual
Menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008:54), kerangka konseptual penelitian menjelaskan secara teoritis model konseptual dari variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel- variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas/independen dengan variabel terikat/dependen. Kerangka konseptual juga berperan untuk mengidentifikasi jaringan hubungan antar variabel yang dianggap penting bagi masalah yang sedang diteliti. Jika dalam penelitian ada berkenaan dua variabel atau lebih, maka perlu dikemukakan dalam kerangka konseptual penelitian. Jika penelitian hanya membahas sebuah variabel saja, maka perlu dilakukan deskripsi teoritis masing- masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi besarnya variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual dapat diperoleh dari hasil sintesis oleh proses berpikir deduktif dan induktif, dan kemudian dengan kemampuan yang kreatif-inovatif, diakhiri dengan konsep atau ide baru.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:
Inventory Turnover (X1)
(38)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan variabel dependen yaitu kemampuan menghasilkan laba (ROI)dan variabel independen yang merupakan bagian dari rasio aktivitas yaitu:
1. Inventory Turnover
Rasio Inventory Turnover merupakan rasio yang menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Rasio ini mengukur efesiensi pengelolaan dalam persediaan barang dagangan. Rasio ini merupakan indikasi untuk menilai efisiensi operasional. Inventory turnover juga menggambarkan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan/inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334). Rasio inventory turnover dihitung dengan formula:
����������������� =�������������������
����������
2. Total Assets Turnover
Rasio Total Assets Turnover merupakan rasio yang menunjukkan perputaran total asset diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan asset menciptakan penjualan. Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva/total aset di dalam suatu perusahaan di mana rasio ini menggambarkan kecepatan perputaran total aktiva dalam suatu periode tertentu. TATO ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting pihak manajemen perusahaan, karena hal ini menunjukkan efisien
(39)
tidaknya penggunaan seluruh aktiva/ aset dalam perusahaan. Rasio Total Assets Turnover dihitung dengan formula:
������������������� = ���������
�����������
3. Receiveable Turnover
Rasio Receiveable Turnover merupakan rasio yang menunjukkan efektivitas dalam pengelolaan piutang perusahaan. Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan berhubungan erat dengan jumlah penjualan kredit. Posisi piutang dan perkiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata- rata. Rasio receiveable turnover dihitung dengan formula:
�������������������= ���������������
����������� − ����
4. Working Capital Turnover
Rasio Working Capital Turnover adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara modal kerja keseluruhan dengan jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan. Modal kerja/working capital selalu dalam keadaan operasi atau berputar di dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha periode perputaran modal kerja /working capital turnover period berawal dari saat dimana kas mulai diinvestasikan dalam elemen-elemen modal kerja sampai dimana menjadi kas kembali. Rasio working capital turnoverdihitung dengan formula:
���������������������� = ���������
(40)
���������������������� = ���������
������������ − ������������
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis memiliki arti makna simpulan yang sifatnya masih rendah (Idrus, 2009). Secara singkat, hipotesis dapat dinyatakan sebagai simpulan sementara penelitian. Fungsi hipotesis yaitu sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Penetepan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai yaitu:
1. Memberikan batasan dan membantu dalam memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian
2. Mensiagakan peneliti kepada keadaan fakta dan hubungan sesama fakta, yang kadangkala hilang dari perhatian peneliti
3. Sebagai alat sederhana untuk memfokuskan fakta yang awalnya bercerai-berai tanpa koordinasi ke satu kesatuan penting secara menyeluruh
4. Sebagai paduan dalam pengujian, penyesuaian dengan fakta dan juga sesama fakta.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1:Inventory Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI.
H2:Total Assets Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI.
H3:Receiveable Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI.
(41)
H5: Inventory Turnover, Total Assets Turnover, Receiveable
Turnover,Working Capital Turnover berpengaruh secara simultan terhadap ROI.
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian
Desain penelitian memberikan prosedur untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam melakukan penelitian. Pola desain penelitian dalam setiap bidang ilmu memiliki kekhasan masing-masing, namun dalam prinsip-prinsip umumnya terdapat banyak kesamaan. Desain penelitian dikelompokkan dalam dua jenis yaitu desain penelitian konklusif dan desain penelitian eksploratif. Desain penelitian konklusif dibagi menjadi dua yaitu deskriptif dan kausal. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan identifikasi awal sebelum riset yang lebih mendalam dilaksanakan. Penelitian konklusif merupakan penelitian yang tujuan dan data yang akan dikumpulkan sudah didefinisikan dengan jelas dan mampu menghasilkan kesimpulan dan saran tindak lanjut bagi pengambilan keputusan. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menghasilkan data yang menggambarkan komposisi dan karakteristik populasi atau sekelompok unit penelitian. Penelitian kausal memiliki tujuan untuk menentukan hubungan antara suatu sebab akibat atau causal dari suatu hal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian asosiatif kausal karena desain ini dirumuskan untuk memberi jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan/ pengaruh antar satu variable dengan variable lainnya.
(43)
Menurut Sugiyono (2011), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang tekstil dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode yang diambil adalah dari tahun 2009 – 2011.Berikut adalah sampel penelitian:
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam purposive sampling, data diambil dengan pertimbangan
NO. EMITEN
KRITERIA
SAMPEL NO
SAMPEL
1 2 3 4
1 PT. Polychem Indonesia Tbk SAMPEL 1
2 PT. Argo Pantex Tbk SAMPEL 2
3
PT. Century Tekstile Industry
Tbk SAMPEL 3
4 PT. Eratex Djaja Tbk SAMPEL 4
5 PT. Ever Shine Tex Tbk SAMPEL 5
6 PT. Panasia Indo Rescourse Tbk SAMPEL 6
7 PT. Indo Rama Synthetic Tbk SAMPEL 7
8 PT. Apac Citra Centertex Tbk SAMPEL 8
9 PT. Pan Brothers Tbk SAMPEL 9
10 PT. Asia Pasific Fibers Tbk SAMPEL 10
11 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk SAMPEL 11 12 PT. Sri Rejeki Isman Tbk
13
PT. Sunson Textile Manufacturer
Tbk SAMPEL 12
14 PT. Star Petrochem Tbk
15 PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk SAMPEL 13 16 PT. Trisula International Tbk
17 PT. Nusantara Inti Corpora Tbk SAMPEL 14
(44)
tertentu (Sugiyono, 2011: 68). Kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Sampel penelitian merupakan perusahaan yang terdaftar di BEI dalam sjak tahun 2009- 2011.
2. Memiliki laporan keuangan yang lengkap selama listing di Bursa Efek Indonesia
3. Laporan keuangannya telah diaudit.
4. Tidak de-listing selama periode 2009-2011
Berikut adalah daftar emiten yang memenuhi kriteria sampel :
Tabel 3.2 Emiten yang Memenuhi Kriteria Sampel 3.1.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder.
No Saham Emiten
1 ADMG PT. Polychem Indonesia Tbk 2 ARGO PT. Argo Pantex Tbk
3 CNTX PT. Century Tekstile Industry Tbk 4 ERTX PT. Eratex Djaja Tbk
5 ESTI PT. Ever Shine Tex Tbk
6 HDTX PT. Panasia Indo Rescourse Tbk 7 INDR PT. Indo Rama Synthetic Tbk 8 MYTX PT. Apac Citra Centertex Tbk 9 PBRX PT. Pan Brothers Tbk
10 POLY PT. Asia Pasific Fibers Tbk 11 RICY PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 12 SSTM PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk 13 TFCO PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk 14 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Tbk 15 UNTX PT. Unitex Tbk
(45)
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lembaga pengumpul data dan dipublikasikan ke masyarakat (Erlina: 2008). Data itu berupa laporan keuangan yang berakhir pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Sumber data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
3.1.3 Definisi Operasional Variabel
Bedasarkan pada permasalahan penelitian dan pengembangan hipotesis, berikut adalah tabel ringkasan variabel- variabel yang akan diteliti:
Variabel
Penelitian Definisi operasional Parameter
Inventory Turnover (X1)
Rasio yang menunjukkan seberapa
cepat perputaran persediaan dalam siklus
produksi normal.
�����������������
=����������������
����������
Total Assets Turnover (X2)
Rasio yang menunjukkan
perputaran total asset diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan asset menciptakan penjualan. ������������������� = ��������� ����������� Receivable Turnover (X3)
Rasio yang menunjukkan efektivitas dalam pengelolaan piutang. ������������������� = ��������������� ����������� − ����
(46)
Variabel
Penelitian Definisi operasional Parameter
Working Capital Turnover (X4)
Rasio yang menunjukkan hubungan
antara modal kerja keseluruhan dengan jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan.
������������������
= ���������
���������������ℎ
Atau ������������������ = �������� ������������ − �� Kemampuan menghasilkan Laba/Return on Investment (Y) Rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva
���
= ���������ℎ������ℎ�����
�����������
Tabel 3.3 Tabel Variabel- Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (tidak bebas)
(47)
Varibel independen yaitu variabel yang menjadi sebab berubahnya dan timbulnya variabel terikat (Idrus, 2009:79). Adapun variabel independen pada penelitian ini yaitu inventory turnover, total assets turnover, receivable turnover dan working capital turnover.
2. Variabel dependen
Menurut Idrus (2009:79), variabel dependen/ variabel terikat adalah “variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.” Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return on investment (ROI).
3.2 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda yaitu dengan menggunakan bantuan software SPSS. Ada dua jenis pengujian yang dapat dipakai dalam penelitian ini yaitu uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
3.2.1 Pengujian Asumsi Klasik 3.2.1.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011), tujuan dari uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah model regresi variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika nilai residual tidak mengikuti distribusi normal , uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. ). Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual mengikuti berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
(48)
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Selain itu, bisa juga melalui uji analisis statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S), yang dijelaskan oleh Ghozali. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Bila sig > 0, 05 dengan α = 5%, berarti distribusi data normal ( Ho
diterima), sebaliknya bila sig < 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data
tidak normal (Ha diterima). 3.2.1.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu (Sunjoyo dkk., 2013 : 65). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen, jika diantara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. b. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya
(2) variance inflation factor (VIF), nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance> 0,10 atau sama dengan nilai VIF <10
(49)
Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinieritas ( Sunjoyo dkk,2013 : 66) adalah sebagai berikut:
a. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.
b. Menambah jumlah observasi
c. Mentransformasikan data kedalam bentuk lain misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
d. Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang masih jarang sekali digunakan.
3.2.1.3 Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linier berganda terdapat korelasi antara residual periode t dengan residual periode t-1 (sebelumnya). Dengan menggunakan progam SPSS, ada tidaknya masalah autokorelasi, uji statistik yang paling sering dipergunakan yaitu uji Durbin- Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl . d . du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 . du . d . 4 - dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau
negatif Tidak ditolak
du < d <4 - du
(50)
3.2.1.4 Uji Heterokedastisitas
Tujuan uji heterokedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varias dari residual satu ke residual yang lain. Model regresi yang memenuhi pesyaratan adalah terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau disebut homokedasitas. (Sunjoyo, 2013: 69). Untuk melihat ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dengan nilai residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian mnenyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.2.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesa dilakukan untuk menguji kemampuan variabel independen (inventory turnover, total assets turnover, receivable turnover dan working capital turnover) dalam mempengaruhi variabel dependen yaitu return on investment (ROI) dapat menggunakan alat analisa statistik berupa uji T dan uji F.
3.2.2.1 Uji t
Tujuan digunakan uji tadalah untuk mengetahui apakah secara individu varib dependen mempunyai pengaruh terhadap ROI, dengan asumsi varibel
(51)
independen lainnya konstan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan t atau p value < 5%.
H1: inventory turnover,H2: total asset turnover, H3: receivable turnover, dan H4
: working capital turnover di uji masing – masing dengan menggunakan uji –t, dalam hal ini adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho diterima apabila t hitung < t table Ha diterima apabila t hitung > t table 3.2.2.2 Uji F
Tujuan penggunaan uji F adalah untuk mengetahui apakah variabel independen (inventory turnover, total assets turnover, receivable turnover, dan working capital turnover) secara bersamaan mempunyai pengaru terhadap ROI perusahaan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho akan ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F < 5 %.
Y = α + β1X1
+ β2X2
+ β3X3+ β4X4 + e
Keterangan :
Y : Kemampuan menghasilkan laba/ Return on Investment X1 : Inventory Turnover
X2 : Total Assets Turnover
X3 : Receivable Turnover
X4 : Working Capital Turnover
α : Konstanta
(52)
3.3Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2013 sampai selesai, dan dilakukan dengan memgambil data dari situs BEI berupa laporan keuangan.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Data sekunder yang diambil adalah laporan keuangan perusahaan tekstil dan garment yang telah memenuhi kriteria sampel dan dipublikasikan oleh BEI. Periode laporan keuangan yang dipakai adalah tahun 2009 – 2011. Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel ada 15 perusahaan dari 18 perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI.
Metode analisis data yang dipakai berupa metode analisis statistic yang berupa analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis. Dalam uji asumsi klasik, pengujian yang dipakai merupakan uji normalitas, multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji hipotesis
(53)
menggunakan t- test dan F-test. Pengujian tersebut menggunakan software SPSS vers 19.
4.2 Analisa Statistik Deskriptif
Analisa statistik merupakan bagian dari statistika yang menggunakan pengumpulan, penyajian, pengolahan serta peringkasan data. Analisis deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis mengenai nilai minimum, maksimum ,range ,nilai rata-rata (mean), standard deviation , dan variance dari data yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan mengenai alat pada analisis statistik deskriptif adalah sebagai berikut :
1. Nilai maksimum adalah nilai yang tertinggi di antara data lainnya 2. Nilai minimum adalah nilai yang terendah di antara data lainnya. 3. Range merupakan selisih antara nilai terbesar dan terkecil
4. Nilai rata-rata (mean) merupakan jumlah keseluruhan nilai yang ada pada data dibagi dengan jumlah data yang tersedia
5. Standard deviation atau yang sering dinamakan simpangan baku , merupakan ukuran penyebaran yang terbaik karena dapat digunakan untuk membandingkan suatu rangkaian data dengan data lainnya.
6. Variance digunakan untuk mengetahui tingkat keragaman dalam data. Semakin tinggi nilai variance, semakin bervariasi dan beragam suatu data.
Tabel 4.1 Tabel Statistik Deskriptif.
N Minimum Maximum Range Mean
Std. Deviation
Variance
(54)
TATO 45 .34 2.53 2.19 1.0192 .45302 .205
RTO 45 1.92 75.45 73.52 9.6250 10.67178 113.887
WCT 45 -278.45 749.75 1028.20 23.0604 141.73722 20089.439
ROI 45 -.42 .49 .91 .0068 .13149 .017
Valid N (listwise) 45
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19 Berikut perincian data yang telah diolah :
1. Variabel ITO memiliki nilai minimum 1.03 dan nilai maksimum 13.10 sehingga menghasilkan nilai range sebesar 12.07 . Nilai rata-rata sebesar 5.1814 , standard deviation senilai 2.68721 dan nilai variance adalah 7.221
2. Variabel TATO memiliki nilai minimum 0.34 dan nilai maksimum 2.53 sehingga menghasilkan nilai range sebesar 2.19. Nilai rata-rata sebesar 1.1092, standard deviation sebesar 0.45302 dan nilai variance sebesar .205
3. Variabel RTO memiliki nilai minimum sebesar 1.92 dan nilai maksimunya adalah 75.45 sehingga menghasilkan nilai range yaitu 73.52. Nilai rata- rata dalam variabel ini adalah 9.6250, nilai standard deviation sebesar 10.67178 dengan angka variance 113.887.
4. Variabel WCT memiliki nilai minimum sebesar -278.45 dan nilai maksimunya adalah 749.75 sehingga menghasilkan nilai range yaitu 1028.20. Nilai rata- rata dalam variabel ini sebesar 23.0604, nilai
(55)
standard deviation sebesar 141.73722 dengan angka variance 20089.439.
5. Variabel ROI memiliki nilai minimum sebesar -0.42 dan nilai maksimunya adalah 0.49 sehingga menghasilkan nilai range yaitu 0.91. Nilai rata- rata dalam variabel ini sebesar 0.0068, nilai standard deviation sebesar 0.13149 dengan angka variance 0.17.
4.3Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas
Fungsi dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pembuktian bahwa data berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari normal probability plot (P-P Plot). Pada normal probabilityplot, data dikatakan normal jika penyebaran titik-titik di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal dan sebaliknya apabila dapat menyebar jauh dari garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
(56)
Gambar 4.1 P-P Plot untuk Uji Normalitas
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19 Dalam gambar P-P Plot di atas, dapat dilihat penyebaran titik-titik di sekitar garis diognal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena itu, model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
Secara statistik, uji normalitas dapat menggunakan alat analisis One Sample Kolmogrorov- Smirnov. Dalam pengujian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
(57)
Dalam pengambilan kesimpulan, pedoman yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Jika Sig.(p) > 0.05 maka Ho diterima 2. Jika Sig.(p) < 0.05 maka Ho ditolak.
Tabel 4.2 Uji Normalitas Statistik
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .12025179
Most Extreme Differences Absolute .190
Positive .154
Negative -.190
Kolmogorov-Smirnov Z 1.272
Asymp. Sig. (2-tailed) .079
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19
Dalam penelitian ini , digunakan unstandardized residual dengan asumsi bahwa varians untuk semua residu adalah sama. Dari output di atas, dapat diliat nilai signifikannya 0.079 di mana lebih besar dari 0.05 sehingga data residual berdistribusi normal.
(58)
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya korelasi antara variabel bebas satu dengan yang lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Syarat yang dipakai untuk melihat multikolineraritas yaitu torelance > 0,010 dan VIF (Variance Inflation Factor) < 10. Jika kedua syarat tersebut dipenuhi, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai tolerance > 0, 1 untuk semua variabel yanag ada. Nilai VIF < 10 untuk semua variabel yang ada sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Tujuan dari uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalah penganggu periode t-1. Penyebab terjadinya autokorelasi terjadi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .036 .056 .654 .517
ITO -.003 .007 -.069 -.455 .651 .921 1.086
TATO .041 .052 .141 .790 .434 .652 1.533
RTO -.005 .002 -.433 -2.477 .018 .685 1.461
(59)
lainnya. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, peneliti memakai uji Durbin- Watson. Untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi yaitu :
1. Angka D-W di bawah -2 berati ada ditemukan autokorelasi positif.
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berati tidak ada ditemukan autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berati ada ditemukan autokorelasi negatif. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19
Tabel hasil uji korelasi di atas. menunjukkan bahwa nilai Durbin – Watson antara -2 dan +2 yang menujukkan tidak ada autokorelasi dalam penelitian ini.
4.3.4 Uji Heterokedastisitas
Tujuan uji heterokedastisitas adalah untuk mengetahui apakah di dalam model regresi ini terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau
(60)
lebih variabel. Model regresi yang termasuk baik adalah model regresi yang tidak terjadi heterokedastisitas dengan cara grafik. Dasar analisis yang digunakan untuk menentukan adanya heterokedastisitas yaitu sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentk pola tertentu yang teratur , maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik- titik menyebar di atas dan di
bahwah angka 0 pada sumbu Y , maka tidak terjadi heterokedastisitas. Grafik heterokedastisitas pada penelitian ini ada sebagai berikut :
(61)
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19
Pada grafik di atas, menunjukan bahwa tidak ada gejala heterokedastisitas karena tidak terdapatnya pola pada penyebaran titik dan titik yang menyebar di bawah angka nol sumbu Y. Oleh karena itu , kesimpulan dari grafik heterokedastisitas adalah bahwa model ini dapat dipakai untuk membantu prediksi faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan menghasilkan laba pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI.
4.4Uji Hipotesis 4.4.1 Uji t ( t- test)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara individu/ parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut adalah tabel dari hasil uji t :
Tabel 4.5 Tabel Hasil Uji t
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .036 .056 .654 .517
ITO -.003 .007 -.069 -.455 .651 .921 1.086
TATO .041 .052 .141 .790 .434 .652 1.533
RTO -.005 .002 -.433 -2.477 .018 .685 1.461
(62)
- H1 : Inventory Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI
Nilai t- hitung ITO adalah –0.455 di mana nilai ini lebih kecil daripada nilai t-tabel 2,021. Nilai signifikansi dari inventory turnover ( ITO) di tabel uji t adalah 0.651 , sedangkan nilai signifikasi yang ditentukan adalah sebesar 0.05. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditentungkan, sehingga H1 ditolak dengan inventory turnover tidak berpengaruhsecara parsial terhadap ROI.
- H2 : Total Asset Turnover berpengaruh secara parsial terhadap
ROI
Nilai t- hitung TATO adalah 0,790 yang merupakan nilai yang lebih kecil daripada nilai t-tabel yaiut 2,021. Nilai signifikansi Total Asset Turnover (TATO) dari tabel uji t di atas adalah 0.434 . Nilai tersebut lebih besar daripada nilai signifikansi yang telah ditentukan 0,05. Oleh karena itu, maka H2 ditolak dengan Total Asset Turnover tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROI.
- H3 : Receivable Turnover berpengaruh secara parsial terhadap
ROI
Nilai t- hitung RTO adalah -2,477 dan di mana nilai ini lebih kecil daripada nilai t-tabel yaitu 2,021. Nilai signifikansi dari Receivable Turnover (RTO) dari tabel uji t adalah 0,018. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada nilai signifikansi yang telah ditentukan 0,05. Dari perhitungan tersebut , menunjukkan bahwa H3 diterima dengan Receivable Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI.
(63)
- H4 : Working Capital Turnover berpengaruh secara parsial
terhadap ROI
Nilai t- hitung dari WCT adalah -0,834 yang di mana nilai ini lebih kecil darpida nilai t-tabel 2,021. Nilai signifikansi Working Capital Turnover ( WCT) dari tabel uji t adalah 0,409. Nilai tersebut lebih besar daripada nilai signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Oleh sebab itu , maka H4 diterima dengan Working CapitalTurnover tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROI .
Bedasarkan data dari tabel 4.5 sebelumnya , model regresi yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y =0,036 -0,069X1+0,141X2-0,433X3-0,125X4+e
Keterangan :
Y =Return on Investment ( ROI ) X1 = Inventory Turnover ( ITO )
X2 = Total Assets Turnover ( TATO )
X3 = Receivable Turnover ( RTO )
X4 = Working Capital Turnover ( RTO )
e =Error (tingkat kesalahan)
(64)
- Konstanta sebesar 0,036 menjelaskan bahwa apabila tidak ada variabel bebas maka kemampuan menghasilkan laba yang diwakili dengan rasio ROI adalah sebesar 0,036
- Inventory Turnover memiliki koefisien sebesar -0,069 menyatakan bahwa inventory turnover naik sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan ROI sebesar 0,069% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap dan sebaliknya jika inventory turnover turun sebesar 1% , maka ROI akan naik sebesar 0,069% dengan asumsi variabel lain tetap. - Total Asset Turnover memiliki koefisien sebesar 0.141 yang
menyatakan bahwa setiap Total Asset Turnover naik sebesar 1% maka akan menyebabkan peningkatkan sebesar 0,141% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap dan sebaliknya jika total asset turnover turun sebesar 1% maka ROI akan turun sebesar 0,141% dengan asumsi variabel lain tetap.
- Receivable Turnover memiliki koefisien sebesar -0,433 yang menyatakan bahwa setiap receivable Turnover naik sebesar 1% maka ROI akan turun sebesar 0,433% dengan asumsi variabel lain tetap dan sebaliknya jika receivable turnover turun sebesar 1% maka ROI akan naik sebesar 0,433% dengan asumsi variabel lain tetap.
- WorkingCapital Turnover memiliki koefisien sebesar -0.125 yang menyatakan bahwas setiap working capital turnover naik sebesar 1% maka ROI akan mengalami penurunan sebesar 0.125% dan sebaliknya jika working capital turnover turun sebesar 1% dengan asumsi variabel
(65)
lain tetap maka ROI akan naik sebesar 0.125 % dengan anggapan variabel lain dianggap tetap.
4.4.2 Uji F ( F- Test )
Tujuan pengujian uji F adalah untuk mengetahui apakah variabel independen mempnyai pengaruh terhadap variabel terikat ( dependen ) secara simultan. Variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel dependen secara simultan jika nilai signifikan yang diperoleh kurang dari 0,05. Berikut adalah
tabel dari hasil uji F data yang ada :
H5 : Inventory Turnover (X1) , Total Assets Turnover(X2), Receivable
Turnover(X3), dan Working Capital Turnover (X4) berpengaruh secara simultan terhadap ROI pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI.
Hasil dari uji F diatas menujukkan nilai sebesar 1, 956 . Nilai signikan adalah 0,120 yang jumlahnya lebih besar daripada 0,05 yang menyatakan bahwa inventory turnover, total assets turnover , receivable turnover, dan working
Tabel 4.6 Tabel Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .124 4 .031 1.956 .120a
Residual .636 40 .016
Total .761 44
(66)
capital turnover tidak berpengaruh secara simultan terhadap ROI pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil dari uji T menunjukkan bahwa secara parsial inventory turnover¸ total asset turnover dan working capital turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI . Receivable turnover berpengaruh signifikan terhadap ROI. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan dari di mana nilai signifikan dari ITO adalah 0,651 , dari TATO 0,434, dan WCT 0,409 . Ketiga variabel tersebut lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan nilai signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05 sehingga ITO, TATO dan WCT tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROI. Nilai signifikan dari RTO yaitu 0,018 di mana jumlah ini lebih kecil daripada 0,05 . Oleh karena itu , RTO berpengaruh secara parsial terhadap ROI.
Dari hasil model regresi, yang berhubungan positif dengan ROI yaitu variabel TATO sedangkan variabel ITO, RTO,dan WCT berhubungan negatif dengan ROI. Hasil dari uji F yang memiliki nilai signifikan di atas 0,05 yaitu 0, 120 . Hasil tersebut menujukkan bahwa ITO, TATO, RTO dan WCT tidak mempengaruhi ROI secara simultan.
(67)
(68)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji pengaruh inventory turnover, total assets turnover, receivable turnover,dan working capital turnover terhadap kemampuan menghasilkan laba yang dimana diwakili oleh variabel dependen return on investment ( ROI ) baik secara simultan maupun secara parsial. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pada penelitian ini, sampel yang didapatkan melalui metode purposive sampling dan yang memenuhi kriteria sampel ada 15 perusahaan. Berikut adalah kesimpulan dari hasil penelitian :
- Inventory Turnover ( ITO ) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI secara parsial. ITO memiliki hubungan negatif dengan ROI. Kesimpulan ini didapatkan dari nilai signifkan uji T sebesar 0,651 dan koefisiennya -0,069
- Total Assets Turnover ( TATO ) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI secara parsial. TATO memiliki hubungan positif dengan ROI. Kesimpulan ini didapatkan dari nilai signifkan uji T sebesar 0,434 dan koefisiennya 0,141 - Receivable Turnover ( RTO ) berpengaruh signifikan terhadap ROI pada
perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI secara parsial. RTO memiliki hubungan negatif dengan ROI. Kesimpulan ini didapatkan dari nilai signifkan uji T sebesar 0,018 dan koefisiennya -0,433
(1)
Emiten
Receiveable Turnover
2009 2010 2011
PT. Polychem Indonesia Tbk 8.375474106 11.4508954 10.34599229 PT. Argo Pantex Tbk 14.67090491 14.0400166 15.22401611 PT. Century Tekstile Industry Tbk 6.81621943 6.24432319 7.693506881 PT. Eratex Djaja Tbk 75.44578204 13.3830761 6.062210622 PT. Ever Shine Tex Tbk 8.054300635 6.44859557 7.066067736 PT. Panasia Indo Rescourse Tbk 6.787086818 10.4899079 9.467164743 PT. Indo Rama Synthetic Tbk 11.11891964 8.4775637 9.425348631 PT. Apac Citra Centertex Tbk 15.6621657 12.4849984 15.36065305 PT. Pan Brothers Tbk 13.03676116 9.38186558 6.819531268 PT. Asia Pasific Fibers Tbk 6.394711592 6.44937446 7.714133212 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 4.387197903 4.80525783 3.675609137 PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk 1.921470912 2.04524183 5.295849678 PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk 5.098451776 5.60391016 8.325788513 PT. Nusantara Inti Corpora Tbk 4.020177012 4.23403615 3.996805287
PT. Unitex Tbk 9.237458775 4.87991655 5.207008477
Emiten
Working Capital Turnonver
(2)
Lampiran 3. Rasio RTO
Lampiran 4. Rasio WCT
Lampiran 5. Rasio ROI
PT. Polychem Indonesia Tbk 26.07101942 20.87457 9.290823332 PT. Argo Pantex Tbk -6.98614304 -5.2392977 112.149975 PT. Century Tekstile Industry Tbk -3.99872739 -5.6401926 47.57230608 PT. Eratex Djaja Tbk -3.68860309 -2.3694854 -278.4524661 PT. Ever Shine Tex Tbk 6.827931236 11.504946 14.90612782 PT. Panasia Indo Rescourse Tbk -7.66548375 -13.391267 -226.6329365 PT. Indo Rama Synthetic Tbk 21.47556954 30.9371224 29.51982552 PT. Apac Citra Centertex Tbk -3.13937077 -3.7309528 -3.527949955 PT. Pan Brothers Tbk 443.4152123 11.4938649 6.310760572 PT. Asia Pasific Fibers Tbk -0.34170795 -0.4678981 -0.657241844 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 2.715537797 2.89124074 3.010339741 PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk 4.833626989 1.85221018 1.897475964 PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk -2.26573825 749.750092 24.50638312 PT. Nusantara Inti Corpora Tbk 3.825599977 8.1448241 12.55061725 PT. Unitex Tbk -0.74465737 -0.7532507 -0.915547683
Emiten
Return on Investment
2009 2010 2011
PT. Polychem Indonesia Tbk 0.014465897 0.00771328 0.054135791 PT. Argo Pantex Tbk -0.05184202 -0.0875319 -0.074667127 PT. Century Tekstile Industry Tbk -0.13711622 -0.0333268 0.101045566 PT. Eratex Djaja Tbk -0.25948816 -0.4169972 0.492544207 PT. Ever Shine Tex Tbk 0.014814591 0.00254959 0.005135871 PT. Panasia Indo Rescourse Tbk 0.000514805 0.00030871 0.017053563 PT. Indo Rama Synthetic Tbk 0.020845399 0.04574581 0.013982929 PT. Apac Citra Centertex Tbk 0.008862147 -0.1353741 -0.061583026 PT. Pan Brothers Tbk 0.04060886 0.04022964 0.047603089 PT. Asia Pasific Fibers Tbk 0.258837061 0.0848367 0.165701678 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 0.005956922 0.01774227 0.019015335 PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk 0.035492665 0.01136824 -0.02857074 PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk -0.09294377 0.05448862 0.085140754 PT. Nusantara Inti Corpora Tbk 0.007465544 0.00516212 0.007652304 PT. Unitex Tbk 0.213551119 -0.1643137 -0.050914519
(3)
Lampiran 6. Tabel Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Range Mean
Std. Deviation
Variance
ITO 45 1.03 13.10 12.07 5.1814 2.68721 7.221
TATO 45 .34 2.53 2.19 1.0192 .45302 .205
RTO 45 1.92 75.45 73.52 9.6250 10.67178 113.887
WCT 45 -278.45 749.75 1028.20 23.0604 141.73722 20089.439
ROI 45 -.42 .49 .91 .0068 .13149 .017
Valid N (listwise) 45
Lampiran 7. Uji Normalitas P-P Plot
Unstandardized Residual
(4)
Std. Deviation .12025179
Most Extreme Differences Absolute .190
Positive .154
Negative -.190
Kolmogorov-Smirnov Z 1.272
Asymp. Sig. (2-tailed) .079
(5)
Lampiran 9. Tabel Uji Multikolinieritas
Lampiran 10. Tabel Uji Autokorelasi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .036 .056 .654 .517
ITO -.003 .007 -.069 -.455 .651 .921 1.086
TATO .041 .052 .141 .790 .434 .652 1.533
RTO -.005 .002 -.433 -2.477 .018 .685 1.461
(6)
Lampiran 12. Tabel Uji t
Lampiran 13. Tabel Uji F
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .036 .056 .654 .517
ITO -.003 .007 -.069 -.455 .651 .921 1.086
TATO .041 .052 .141 .790 .434 .652 1.533
RTO -.005 .002 -.433 -2.477 .018 .685 1.461
WCT .000 .000 -.125 -.834 .409 .930 1.076
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .124 4 .031 1.956 .120a
Residual .636 40 .016