46
lainnya. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, peneliti memakai uji Durbin- Watson. Untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi yaitu :
1. Angka D-W di bawah -2 berati ada ditemukan autokorelasi positif.
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berati tidak ada ditemukan
autokorelasi 3.
Angka D-W di atas +2 berati ada ditemukan autokorelasi negatif. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19
Tabel hasil uji korelasi di atas. menunjukkan bahwa nilai Durbin – Watson antara -2 dan +2 yang menujukkan tidak ada autokorelasi dalam penelitian ini.
4.3.4 Uji Heterokedastisitas
Tujuan uji heterokedastisitas adalah untuk mengetahui apakah di dalam model regresi ini terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau
Universitas Sumatera Utara
47
lebih variabel. Model regresi yang termasuk baik adalah model regresi yang tidak terjadi heterokedastisitas dengan cara grafik. Dasar analisis yang
digunakan untuk menentukan adanya heterokedastisitas yaitu sebagai berikut: 1.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentk pola tertentu yang teratur , maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik- titik menyebar di atas dan di
bahwah angka 0 pada sumbu Y , maka tidak terjadi heterokedastisitas. Grafik heterokedastisitas pada penelitian ini ada sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Uji Heterokedatisitas
Universitas Sumatera Utara
48
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19
Pada grafik di atas, menunjukan bahwa tidak ada gejala heterokedastisitas karena tidak terdapatnya pola pada penyebaran titik dan titik yang menyebar di
bawah angka nol sumbu Y. Oleh karena itu , kesimpulan dari grafik heterokedastisitas adalah bahwa model ini dapat dipakai untuk membantu prediksi
faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan menghasilkan laba pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI.
4.4Uji Hipotesis 4.4.1 Uji t t- test
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara individu parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut adalah tabel dari
hasil uji t :
Tabel 4.5 Tabel Hasil Uji t
Sumber: Diolah oleh SPSS ver 19
Kesimpulan dari tabel di atas adalah sebagai berikut :
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF 1
Constant .036
.056 .654
.517 ITO
-.003 .007
-.069 -.455
.651 .921
1.086 TATO
.041 .052
.141 .790
.434 .652
1.533 RTO
-.005 .002
-.433 -2.477
.018 .685
1.461 WCT
.000 .000
-.125 -.834
.409 .930
1.076
Universitas Sumatera Utara
49
- H
1
: Inventory Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI
Nilai t- hitung ITO adalah –0.455 di mana nilai ini lebih kecil daripada nilai t-tabel 2,021. Nilai signifikansi dari inventory turnover ITO di
tabel uji t adalah 0.651 , sedangkan nilai signifikasi yang ditentukan adalah sebesar 0.05. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi
yang telah ditentungkan, sehingga H1 ditolak dengan inventory turnover tidak berpengaruhsecara parsial terhadap ROI.
- H
2
: Total Asset Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI
Nilai t- hitung TATO adalah 0,790 yang merupakan nilai yang lebih kecil daripada nilai t-tabel yaiut 2,021. Nilai signifikansi Total Asset
Turnover TATO dari tabel uji t di atas adalah 0.434 . Nilai tersebut lebih besar daripada nilai signifikansi yang telah ditentukan 0,05. Oleh
karena itu, maka H2 ditolak dengan Total Asset Turnover tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROI.
- H
3
: Receivable Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI
Nilai t- hitung RTO adalah -2,477 dan di mana nilai ini lebih kecil daripada nilai t-tabel yaitu 2,021. Nilai signifikansi dari Receivable
Turnover RTO dari tabel uji t adalah 0,018. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada nilai signifikansi yang telah ditentukan
0,05. Dari perhitungan tersebut , menunjukkan bahwa H3 diterima dengan Receivable Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI.
Universitas Sumatera Utara
50
- H
4
: Working Capital Turnover berpengaruh secara parsial terhadap ROI
Nilai t- hitung dari WCT adalah -0,834 yang di mana nilai ini lebih kecil darpida nilai t-tabel 2,021. Nilai signifikansi Working Capital
Turnover WCT dari tabel uji t adalah 0,409. Nilai tersebut lebih besar daripada nilai signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Oleh
sebab itu , maka H4 diterima dengan Working CapitalTurnover tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROI .
Bedasarkan data dari tabel 4.5 sebelumnya , model regresi yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y =0,036 -0,069X1+0,141X2-0,433X3-0,125X4+e
Keterangan : Y
=Return on Investment ROI X
1
= Inventory Turnover ITO X
2
= Total Assets Turnover TATO X
3
= Receivable Turnover RTO X
4
= Working Capital Turnover RTO e
=Error tingkat kesalahan
Bedasarkan hasil persamaan regresi di atas, dapat diambil kesimpulan :
Universitas Sumatera Utara
51
- Konstanta sebesar 0,036 menjelaskan bahwa apabila tidak ada variabel
bebas maka kemampuan menghasilkan laba yang diwakili dengan rasio ROI adalah sebesar 0,036
- Inventory Turnover memiliki koefisien sebesar -0,069 menyatakan
bahwa inventory turnover naik sebesar 1 maka akan menyebabkan penurunan ROI sebesar 0,069 dengan asumsi variabel lain dianggap
tetap dan sebaliknya jika inventory turnover turun sebesar 1 , maka ROI akan naik sebesar 0,069 dengan asumsi variabel lain tetap.
- Total Asset Turnover memiliki koefisien sebesar 0.141 yang
menyatakan bahwa setiap Total Asset Turnover naik sebesar 1 maka akan menyebabkan peningkatkan sebesar 0,141 dengan asumsi
variabel lain dianggap tetap dan sebaliknya jika total asset turnover turun sebesar 1 maka ROI akan turun sebesar 0,141 dengan asumsi
variabel lain tetap. -
Receivable Turnover memiliki koefisien sebesar -0,433 yang menyatakan bahwa setiap receivable Turnover naik sebesar 1 maka
ROI akan turun sebesar 0,433 dengan asumsi variabel lain tetap dan sebaliknya jika receivable turnover turun sebesar 1 maka ROI akan
naik sebesar 0,433 dengan asumsi variabel lain tetap. -
WorkingCapital Turnover memiliki koefisien sebesar -0.125 yang menyatakan bahwas setiap working capital turnover naik sebesar 1
maka ROI akan mengalami penurunan sebesar 0.125 dan sebaliknya jika working capital turnover turun sebesar 1 dengan asumsi variabel
Universitas Sumatera Utara
52
lain tetap maka ROI akan naik sebesar 0.125 dengan anggapan variabel lain dianggap tetap.
4.4.2 Uji F F- Test