meliputi; 1 bahan kajian yang berkaitan dihubungkan satu sama lain secara terpadu, baik intrapelajaran maupun interpelajaran contoh: wacana sastra
digunakan untuk menjelaskan karangan, jenis karangan, ragam bahasa, dan lain- lain, 2 penempatan pelajaran dalam keseluruhan buku dilakukan secara tepat.
g. Latihan
Penyajian latihan yang ada di buku teks hendaknya disusun pada setiap pelajaran. Indikator subaspek tersebut meliputi; 1 ada latihan, 2 latihan harus
proporsional dilihat dari segi konsep yang dibahas gradasi kerumitan, kognisi siswa, dan keragaman, dan 3 latihan harus benar dilihat dari sudut konsep
keilmuan. h.
Soal Sama halnya dengan latihan, soalpun hendaknya disusun pada setiap
pelajaran. Indikator subaspek tersebut meliputi; 1 ada soal, 2 soal harus proporsional dilihat dari segi konsep yang dibahas gradasi kerumitan, kognisi
siswa, keragaman dilihat dari segi bentuk dan jenisnya, dan 3 soal harus benar dilihat dari sudut konsep keilmuan.
2.2.2 Hakikat Berbicara
Pada hakikatnya berbicara merupakan keterampilan menyampaikan suatu informasi, ide atau gagasan serta pendapat melalui bahasa lisan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Poerwadarminta 2007:136 dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan
sebagainya, atau berunding.
Tarigan 1988:15 mengemukakan pendapatnya tentang berbicara bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Lebih lanjut diterangkan oleh Tarigan bahwa berbicara merupakan bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik yang secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat
manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Dengan demikian, berbicara tidak hanya pengucapan bunyi-bunyi atau kata-
kata. Berbicara juga sebagai alat untuk berkomunikasi yaitu menyampaikan gagasan sesuai dengan konteks saat berbicara, pembicaraan tersebut dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan suatu instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah
pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraanya maupun para penyimaknya, apakah bersikap tenang dan dapat menyesuaikan diri ketika sedang
mengkomunikasikan gagasanya, dan apakah dia waspada serta antusias atau sebaliknya Mulgrave dalam Tarigan 1988:15.
Kompetensi berbicara bukanlah kompetensi berbahasa yang berdiri sendiri tetapi sangat berkaitan dengan kompetensi berbahasa yang lain yaitu menyimak,
membaca, dan menulis. Kompetensi berbicara sangat berkaitan erat dengan kompetensi menyimak. Menurut Brooks dalam Tarigan 1988:4 berbicara dan
menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face communication. Kompetensi berbicara dan
menyimak merupakan satu kesatuan kegiatan yang amat terpadu dalam bahasa lisan,
artinya bila seseorang mampu menanggapi dan menangkap tuturan orang lain melalui kompetensi menyimak disebabkan karena ada orang berbicara. Begitupun
sebaliknya, berawal dari bunyi-bunyi bahasa yang didengarnya, orang belajar mengucapkan dan akhirnya mampu berbicara.
Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Di samping itu,
diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta
kemampuan memahami bahasa lawan bicara Nurgiyantoro 2001:276. Menurut
Tarigan 1998: 16 pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum, yaitu; 1 untuk memberitahukan, melaporkan to inform, 2 untuk menjamu, menghibur to
entertain, dan 3 untuk membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan to persuade. Menurut Ochs dan Winker dalam Tarigan 1998:16, gabungan atau
campuran dari ketiga tujuan di atas mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitupula
mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan.
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai definisi dan tujuan berbicara para pakar di atas, dapat diselaraskan bahwa berbicara memiliki tujuan utama untuk
berkomunikasi. Selain itu, kegiatan berbicara merupakan suatu keterampilan untuk mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang bertujuan untuk menyampaikan pesan
berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan kepada para pendengar atau penyimak. Merujuk pada hal di atas, pembelajaran berbicara mempunyai tujuan untuk
melatih kompetensi berbicara pada siswa, sehingga siswa dapat berkomunikasi atau menyampaikan ide dan pikirannya dengan baik.
Selain tujuan di atas, lebih khusus pembelajaran berbicara pada kelas VII mempunyai tujuan seperti yang terdapat pada Kompetensi Dasar KD yang
meliputi; 1 berdialog, 2 menelepon atau menyampaikan pesan lisan kepada orang lain, 3 bercerita tentang tema tertentu menggunakan ragam ngoko, krama,atau
dialek, dan 4 berdialog menggunakan ragam bahasa yang sesuai.
2.3 Kerangka Berpikir
Buku teks mempunyai kedudukan yang penting bagi guru maupun bagi siswa. Buku teks juga merupakan bagian integral dari suatu kurikulum. Buku teks
bahasa Jawa merupakan salah satu sumber pembelajaran bahasa Jawa. Untuk mendapatkan pembelajaran yang berkualitas, sebagai sumber
pembelajaran hendaknya buku teks bahasa Jawa memenuhi standar kelayakan yang baik. Buku teks bahasa Jawa yang digunakan sebagai sumber pembelajaran berasal
dari berbagai penerbit. Dari masing-masing penerbit, buku teks bahasa Jawa memiliki standar kelayakan yang berbeda. Untuk mengetahui buku mana yang
memiliki standar kelayakan yang lebih baik, akan dilakukan penelitian terhadap buku teks bahasa Jawa dari dua penerbit yang berbeda. Buku yang digunakan yaitu buku
Basaku Basamu Basa Jawa terbitan Pusakamas dan buku Marsudi Basa lan Sastra Jawa Anyar terbitan Erlangga. Dua buku teks bahasa Jawa tersebut akan dianalisis
berdasarkan standar kelayakan buku teks, kemudian akan ditentukan buku teks mana yang lebih berkualitas jika digunakan dalam proses pembelajaran.