kan pebelajar akan mengingat 50 apa yang didengar dan dilihatnya Asyhar, 2012:22. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu media video dapat memberi
pengalaman belajar yang lebih baik dari media visual saja atau audio saja.
2.2. Kajian Empiris
Penerapan model Think-Talk-Write merupakan alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa khususnya menulis karangan narasi.
Pembelajaran dengan menerapkan model Think-Talk-Write memberi peluang kepada siswa menuangkan ide, kreatif, aktif, dan kooperatif dalam menulis
karangan narasi. Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan
terhadap penggunaan model Think-Talk-Write dan media video untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis karangan narasi di antaranya yaitu:
Roswita 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Model Think-Talk-Write TTW di Kelas
IV SDN Ranggeh Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan” hasilnya adalah
terjadi peningkatan ketuntasan belajar berdiskusi dalam kelompok pada siklus I sebesar 46,1, siklus II sebesar 61,3, dan siklus III sebesar 92,2.
Ketuntasan belajar keterampilan menulis deskrpsi yang diperoleh pada saat pratindakan sebesar 15,3, siklus I sebesar 46,1, siklus II sebesar 65,3, dan
siklus III sebesar 84,5. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa model Think-Talk-Write berhasil meningkatkan keterampilan menulis deskripsi.
Penelitian oleh Qomariyah 2010 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun melalui Metode TTW Think-Talk-Write Siswa Kelas IV SDN 1
Platar, Tahunan, Jepara” menyatakan bahwa rata-rata skor menulis puisi adalah 64,27 pada siklus 1, pada siklus selanjutnya rata-rata skor 74,13, dan pada siklus
terakhir skor rata-rata 86,67. Hasil selanjutnya adalah skor observasi aktivitas siswa meningkat dari siklus 1 sampai siklus 3. Pada siklus 1 skor rata-rata 69,
siklus 2 rata-rata skor 76, siklus 3 rata-rata 87. Skor observasi pada aktivitas guru meningkat setiap siklus. Pada siklus 2 skor rata-rata aktivitas guru adalah
68,75, pada siklus 2 skornya 85,71, dan pada siklus 2 meningkat menjadi 86,43. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan metode Think-Talk-Write
berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran menulis pantun. Penelitian Amallia 2013 berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis
Karangan Narasi Melalui Media Video pada Siswa Kelas IV SDN Ternyang 4 Kecamatan Sumberpucung” menunjukkan bahwa hasil penelitian yang dilaku-
kan selama 2 siklus pembelajaran adalah sebagai berikut 1 penggunaan media video dalam pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran, 2 kemampuan menulis isi karangan dari tahap pratindakan 62,30 dengan kategori cukup, pada siklus I meningkat menjadi 67,30
dan pada siklus II meningkat menjadi 75,76 dengan kategori baik; kemampuan menggunakan EYD dalam karangan dari tahap pratindakan 66 dengan kategori
cukup, meningkat pada siklus I menjadi 70,26 dan siklus II menjadi 79,23 dengan kategori baik. Pada pratindakan presentase ketuntasan klasikal siswa menulis
karangan narasi sebesar 35, siklus I sebesar 57,7, dan siklus II sebesar 80,77. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa media
video dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis karangan narasi.
Penelitian-penelitian tersebut merupakan acuan dalam penelitian yang akan peneliti laksanakan. Penelitian ini berkaitan dengan karangan narasi, model Think-
Talk-Write, serta media video, tetapi subjek, tempat, dan isinya berbeda dengan
penelitian sebelumnya. Penelitian ini berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi melalui Model Think-Talk-Write dengan Media Video pada
Siswa Kelas IVC SD Islam Hidayatullah.
2.3. Kerangka Berpikir