Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur Dalam Pengentasan Kemiskinan (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Kutai Timur Periode 2008-2011)

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemiskinan adalah penyakit sosial yang sangat berbahaya dan laten, kemiskinan selalu berkaitan dengan minimnya akses hidup yang lebih layak untuk masyarakat. Berbagai opini yang berkembang selalu satu kata mengenai kemiskinan sebagai akibat dari pembangunan yang tidak merata. Mahatma Gandi seorang tokoh sosial asal India mengatakan kemiskinan sebagai bentuk terburuk dari kekerasan1. Akar kemiskinan setidaknya bisa dilacak dengan dua pendekatan yakni pendekatan struktural dan kultural.

Pendekatan kultural melihat bahwa dasar kemiskinan karena sifat manusia yang malas dan spirit untuk bekerja lebih keras lagi. Pikiran manusia yang tidak kreatif akhirnya kenyataan akan kelayakan hidup lebih baik. Perpaduan antara sikap malas dan kerja keras inilah yang membuat percepatan ekonomi manusia menuju taraf yang lebih maju menjadi terhambat. Kultur manusia yang lebih dominan pada sikap antipati pada kehidupan yang lebih layak menjadikan kemiskinan sebagai sebuah keadaan yang rumit dan mustahil dirubah. Hal ini sejalan dengan keyakinan para penganut teori modernisasi yang menyimpulkan bahwa akar kemiskinan kontemporer terletak pada minim atau bahkan tiadanya modal kultural manusia pada transformasi corak kehidupan yang lebih modern2. Masyarakat miskin kurang punya kultur disiplin tinggi, etos kerja tinggi, budaya malas, orientasi kedalam dan fatalistik, sehingga tidak mampu menjadi

1

Maria Hartiningsih. 2011. Korupsi Yang Memiskinkan. Kompas; Jakarta. Hlm 21 2


(2)

masyarakat transformatif ke sektor modern. Meskipun teori ini banyak dikritik karena terlalu terburu-buru dalam mengambil kesimpulan, namun dalam konteks indonesia bisa berlaku dan dibenarkan.

Pendekatan stuktural yang diwakili oleh kaum strukturalis memandang bahwa kemiskinan terjadi akibat struktur sistem sosial kehidupan yang eksploitatif dan tidak adil. Jadi bukan lagi masalah hambatan fisik, kemalasan atau faktor lain seperti yang diyakini oleh kaum modernis. Kemiskinan jenis ini dikenal dengan istilah kemiskinan struktural yang artinya kemiskinan yang timbul dari ciptaan sistem buatan manusia itu sendiri. Struktur tersebut bisa berupa struktur ekonomi, politik, sosial, dan struktur budaya. Kemiskinan struktural ialah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan jenis ini secara teoritis terjadi akibat ketimpangan sosial. Struktur sosial inilah yang berhasil mengurung mereka terus-menerus dalam kemiskinan, hal seperti ini biasanya tumbuh subur dalam negara yang korup. Struktur sosial yang hanya menguntungkan segelintir orang atau pemilik modal menciptakan sebuah situasi kemelaratan dalam masyarakat yang akut3.

Persepektif ini persis seperti yang dikemukakan oleh penganut teori Marxian yang melihat kemiskinan sebagai masalah struktural akibat dari struktur yang ekploitatif4. Dalam iklim kapitalisme yang serakah sistem yang ekplotatis,

3

David Harvey. 2009. Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis. Resist Book: Yogyakarta. Hlm 25

4

George Ritzer & Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Moderen. Terjemahan Alimandan. Yogyakarta: Prenada Media. Hlm 171


(3)

sistem sosial tersebut bisa dijumpai dari misalnya maraknya penggusuran, konflik tanah, korupsi, birokrasi yang korup, dan aneka kebijakan pemerintah yang anti rakyat miskin. Pembangunan berkelanjutan yang menerapkan prinsip kesetaraan yang merupakan sumber utama keadilan negara berubah menjadi petaka karena menempatkan masyarakat miskin menjadi obyek penindasan. Pertumbuhan ekonomi berdasarkan penafsiran model ini hanya mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tidak merata. Sehingga wajar seperti Indoensia walaupun angka pertumbuhan ekonominya tinggi namun kesenjangan antara si miskin dan si kaya semakin lebar. Penguasaan aset-aset berharga ekonomi hanya dimonopoli oleh kelas atas yang masa bodoh dengan kemiskinan.

Fakir miskin merupakan sumber persoalan terbesar setiap daerah karena berhubungan dengan permasalahan kesejahteraan hidup masyarakat dan sebagai penghambat keberhasilan pembangunan pemerintah. Kemiskinan merupakan peristiwa yang kita selalu ditemui di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dalam kemiskinan nilai kemanusiaan menjadi sia-sia, masa depan menjadi suram, dan hidup mereka selalu bergulat dengan kekurangan. Kemiskinan ialah pembodohan terbesar dalam sejarah dan pemerintah harus bertaggungjawab untuk menangani itu5. Satu hal yang paling sulit dipenuhi dalam kemiskinan yakni kebahagiaan ekonomi. Kebahagiaan diyakini sebagai momen-momen indah dalam kehidupan dengan kecukupan standar minimum dasar berupa kebutuhan sandang, pangan, dan rumah yang layak.

5


(4)

Sebagai negara yang telah merdeka, Indonesia menjadi potret kemiskinan yang tak pernah selesai diselesaikan. Paham pembangunan yang berkeadilan seperti dicita-citakan dalam pancasila sebagai landasan bernegara belum mampu menekan angka kemiskinan pada batas ideal. Ironi kemiskinan dalam negara yang secara geografi memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Pada tahun 2012 data dari Badan Pusat Statistik (BPS) nasional memperkirakan angka kemiskinan Indonesia berkisar antara 32, 5 Juta jiwa atau sekitar 12,5% dari total penduduk nasional6. Angka yang sungguh mencengangkan dan pemerintah terkesan lepas tanggungjawab. Padahal dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dengan tegas menyatakan bahwa kaum miskin merupakan tanggungjawab pemerintah.

Dengan hadirnya otonomi daerah memberikan harapan baru dalam penyelesaiaan fenomena kemiskinan. Semangat otonomi daerah yang membangun pembangunan masyarakat secara utuh, mengharuskan persoalan kemiskinan menjadi prioritas. Kehadiran otonomi daerah setidaknya menambah optimisme masyarakat miskin untuk memperoleh perbaikan nasib atau keluar dari jurang kemiskinan, sebuah impian yang dari dulu diinginkan. Dalam otonomi daerah kemiskinan mutlak harus segera disudahi. Otonomi daerah adalah kesepakatan politik yang diciptakan agar kemajuan di daerah bisa terwujud dengan baik. Logika ini bisa memperkuat anggapan sebagian orang yang optimis dengan keyakinan bahwa otonomi daerah identik dengan kemajuan.

Otonomi daerah memiliki beberapa keunggulan seperti otonomi daerah akan memperkuat sarana demokratisasi di daerah, Otonomi daerah dapat

6


(5)

membantu meningkatkan kualitas dan efisiensi pemerintahan, Otonomi daerah dapat mendorong stabilitas dan kesatuan nasional dan Otonomi daerah memajukan pembangunan daerah7. Maka wajar jika kehadiran otonomi daerah sangat diharapkan dalam membuka harapan kesejahteraan yang lebih manusiawi. Berbagai nada optimisme di atas lahir dari sikap protes mereka para pengagum otonomi daerah terhadap sentralisasi kekuasaan yang penuh ketimpangan. Sentralisasi kekuasaan yang berhasil menciptakan kegaduhan politik yang mengendap pada jaman orde baru yang kemudian ketika sudah memuncak berhasil mencipatakan instabilitas politik. Jatuhnya rezim orde baru juga sedikit banyak disebabkan oleh hal tersebut.

Genderang otonomi daerah seolah-olah pertanda kemerdekaan. Pada saat ini kehadiran otonomi daerah serasa pelipur lara daerah-daerah yang selama ini kurang mendapat perhatian. Gejolak sosial yang telah lama mengendap kini bisa diatasi dengan otonomi daerah. Perspekif ini menjadi semangat integrasi yang sedemikian hebatnya, terjadi di daerah-daerah akibat distribusi pembangunan yang tidak merata.

Tujuan pemerintah memberikan otonomi daerah ialah demi mempermudah akses masyarakat pada kesejahteraan8. Semakin dekatnya jalur birokrasi diharapkan mempercepat pembangunan di daerah. Sarana demokratisasi akan berjalan beriringan dengan reformasi birokrasi dan layanan publik yang benar, pengentasan kemiskinan dan kesehatan yang tepat sasaran serta penciptaan

7Said, Mas’ud. 2008 (cet 2). Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang : UMM Press. Hlm 22

8

Bungaran Antonius Simanjuntak (ed). 2011. Otonomi Daerah, Nasionalisme, dan Masa Depan Indonesia. Jakarta: Pustaka Obor. Hlm 241


(6)

stabilitas politik yang mengakar. Dengan kemandirian yang diberikan, daerah diberikan keleluasaan memaksimalkan potensi lokalnya dalam memajukan daerahnya masing-masing.

Salah satu harapan besar otonomi daerah ialah mengentaskan kantong-kantong kemiskinan yang tersebar disegala penjuru daerah. Otonomi daerah memiliki keperdulian untuk menciptakan lingkungan hidup bersama bebas dari kemiskinan. Sebuah transformasi ideal melalui pelaksanaan praktek otonomi daerah yang pastinya bersahabat pada kaum miskin. Peran daerah yang produktif dalam menyusun kerangka kebijakan kesejahteraan yang menggerakan kekuatan ekonomi masyarakat agar terbebas dari jeratan kemiskinan. Inilah cita-cita ideal otonomi daerah yang secara nyata masih sebatas utopia.

Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan rangkaian proses otonomi daerah yang telah dijalankan ialah melalui angka kemiskinan. Pemaknaan ini sah-sah saja dilakukan sebagai penunjuk keseriusan pemerintah daerah dalam memenuhi layanan dasar masyarakatnya. Kemiskinan menjadi ukuran pembangunan di daerah yang paling mendasar karena berkaitan langsung dengan kesejahteraan masyarakat. Dalam arti singkatnya keberhasilan pembangunan daerah sangat bergantung pada kemajuan pemberantasan kemiskinan di daerah. Maka, indikator ini perlu diukur secara cermat agar terlihat jelas dalam mengukur keberhasilan program pembangunan di daerah.

Pengingkaran pemerintah daerah terhadap masalah kemiskinan adalah kejahatan politik. Jenis kejahatan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki kuasa dan otoritas. Dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang otoritas


(7)

yang dimaksud. Rasa berlebihan pada kekuasaan yang dipegang memunculkan keserakahan dan upaya mengendalikan kekuasaan secara terus-menerus dan berlebihan. Pemerintah yang dikuasai oleh elit-elit yang menggunakan kewenanganya bukan untuk kemaslahatan rakyatnya namun demi kepentingan sendiri. Kejadian seperti ini bisa kita saksikan secara nyata dari banyaknya birokrasi di daerah yang terjebak kasus korupsi dan masalah kemiskinan yang tidak pernah tuntas justru makin kompleks saja.

Kemiskinan kerap diasumsikan sebagai kesulitan manusia dalam mengakses kebutuhan–kebutuhan dasarnya secara layak. Kemiskinan menjadi penyiksaan sistematis manakala pemerintah daerah yang sebetulnya memiliki kekuasaan justru diam seribu bahasa. Kalaupun ada program yang dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan hanya bersifat karitatif, simbolis, dan setengah hati. Pembenaran yang dipakai oleh pemerintah biasanya berpijak pada logika formalistik berupa kekurangan dana misalnya. Padahal jika dana daerah dikelola secara benar maka pengentasan kemiskinan akan dengan sendirinya menjadi efektif. Kemiskinan biasanya ketika masuk ranah politik dalam logika pemerintah daerah yang korup menjadi komoditas politik yang dieksploitasi. Eksploitasi kemiskinan biasanya berupa pembiaran pada nasib kaum miskin, anggaran kemiskinan yang dikorupsi. Akhirnya munculah kesenjangan yang begitu besar antara simiskin dan si kaya. Kesenjangan tersebut menandakan distribusi keadilan pembangunan sangat tidak merata.

Kabupaten Kutai Timur merupakan daerah otonom yang berdiri tahun 1999. Secara geografis dan potensi alam daerah ini tergolong daerah yang kaya


(8)

akan sumberdaya alam seperti tambang Batu Bara, Minyak Bumi dll. Maka, dengan logika yang sederhana persoalan kemiskinan di Kutai Timur semestinya dapat diurai dengan baik. Dengan kemampuan dana yang cukup memadai sekiranya dengan mudah disusun rekayasa kebijakan pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi dan sosial. Tinggal bagaimana kepedulian pemerintah saja. Sebab pembangunan berkelanjutan khususnya tentang kemiskinan tidak mungkin terjadi tanpa adanya komitmen kuat dari pemerintah yang menuntut perhatian, keberanian, kehendak dan kemampuan mengorganisasikan seluruh aparatur daerah dengan baik9. Menghidupkan sebuah harapan akan terbebas dari himpitan kemiskinan di Kutai Timur perlu dinyatakan sebagai sebuah langkah yang revolusioner. Walaupun sumberdaya dana yang cukup memadai sekitar 2 Triliun lebih pada tahun 201210, namun menghapus virus kemiskinan tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba dan cepat. Diperlukan langkah jangka panjang secara sistematis dan berkelanjutan agar proses kebijakan yang diambil bisa berjalan dengan efektif.

Sebagai daerah yang berkembang Kabupaten Kutai Timur memandang persoalan kemiskinan menjadi persoalan yang ironis karena terjadi pada daerah yang secara ekonomi relatif mapan. Dengan demikian upaya-upaya meniminamilisir angka kemiskinan perlu dimaksimalkan. Kerangka kebijakan yang berpijakk pada perhatian serius akan nasib kaum miskin sangat dibutuhkan. Jadi kaum miskin bukanlah komoditas ekonomi yang dianggap sebagai ajang mencari keuntungan. Mereka bukanlah penyakit sosial yang harus dibenci.

9

Tim Peneliti PSIK Universitas Paramadina. 2008. Negara Kesejahteraan & Globalisasi. Jakarta:PSIK. Hlm 285

10


(9)

Mereka adalah bagian dari masyarakat yang harus diberdayakan dan dihapuskan. Memberdayakan mereka secara tepat otomatis akan mengangkat perekonomian daerah secara nyata.

Menghapus kemiskinan di Kutai Timur seperti telah diulas sebelumnya membutuhkan waktu yang panjang. Pada tahun 2011 Angka kemiskinan Kutai Timur sekitar 8,03%, angkanya cenderung turun setiap tahun yakni tahun 2008 sebesar 11,59%, 2009 sebesar 9,3%, dan 2010 sebesar 8,62%. Dinas Sosial sebagai lembaga yang bertugas pada wilayah itu memilki tugas yang berat11. Kemiskinan merupakan fakta sosial yang selalu muncul dalam kehidupan. Kemiskinan merupakan efek alami dari pembangunan. Pembebasan manusia Kutai timur dari kemiskinan merupakan cerminan penyelenggaraan daerah yang adil. Meski hanya sebagai kaum yang kadang dianggap tak memiliki nilai malahan justru jadi beban, kaum miskin di Kutai Timur tetaplah identitas daerah yang mutlak diperhatikan secara serius.

Selama ini dalam kurun waktu empat tahun yakni antara tahun 2008-2011 Pemerintah Kutai Timur sudah memperlihatkan keseriusan pada upaya pengentasan kemiskinan. Rentang waktu empat tahun ini ideal untuk mengevaluasi program pembangunan kesejahteraan di Kutai Timur. Keseriusan tersebut bisa terlihat dari beberapa terobosan seperti pelaksanaan paket ekonomi terpadu buat masyarakat miskin dan pemberian rumah singgah bagi anak jalanan. Kebijakan lain masih tetap dilakukan Pemerintah Kutai Timur. Skema tersebut telah berjalan cukup lama dan menampakan hasil yang secara statistik bisa

11

Selayang Pandang Kutai Timur 2012. Sekretaris Daerah Bidang Hubungan Masyarakat Pemkab Kutai Timur.


(10)

dianggap baik. Namun kemiskinan bukanlah masalah statistik, apalagi terkadang statistik bisa menipu. Faktanya dibeberapa tempat kemiskinan masih tetap ada dan justru malah lebih akut. Menurut pemerintah melalui angka statistik kemiskinan yang terus turun dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, program-program tersebut setidaknya sudah cukup mampu menekan angka kemiskinan di Kutai Timur yang bisa direkam dari presentasi angka kemiskinan di Kutai Timur semakin tertekan.

Sebagai masyarakat akademis diperlukan sebuah analisa kritis yang komprehensif untuk menguji klaim keberhasilan tersebut. Jangan sampai klaim tersebut tidak berdasar dan hanya sebagai pencitraan belaka. Maka melakukan penelitian mengenai kebijakan yang menyangkut terobsan–terobosan yang dilakukan pemerintah Kutai Timur (Dinas Sosial) dalam pengentasan kemiskinan menjadi menarik dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kutai Timur dalam menangani kemiskinan dalam kurun waktu 2008-2011?

2. Apa saja faktor pendukung & pengambat kebijakan Dinas Sosial Kutai Timur dalam menyelesaikan masalah kemiskinan?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis peran Dinas Sosial Kutai Timur dalam menyelesaikan persoalan rumitnya kemiskinan yang dari tahun ketahun fenomenanya semakin kompleks saja, serta mengetahui faktor pendukung


(11)

& pengambat kebijakan Dinas Sosial Kutai Timur dalam menyelesaikan masalah kemiskinan.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara praksis, penelitian ini diharapkan bermanfaat secara pribadi bagi penyusun dan orang-orang lain yang memiliki kepentingan yang serupa sehingga lahir sebuah kesadaran baru yang mengenai pentingnya menyelesaikan persoalan kemiskinan didaerah.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan menambah refensi ilmiah untuk kepentingan pengetahuan. Tidak terbatas pada mahasiswa saja namun terbuka kepada siapa saja yang memiliki concern pada isu-isu kemiskinan yang tentunya membutuhkan solusi yang tepat. Masukan ini juga diharapakan memberi tambahan solusi pada pemerintah Kutai Timur agar lebih maksimal lagi dalam menangani kemiskinan di Kutai Timur.

E. Definisi Konseptual 1. Kebijakan

Kebijakan dipandang sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu.

Kebijakan Publik merupakan suatu aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dan merupakan bagian dari keputusan politik untuk mengatasi berbagai persoalan dan isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat.

Kebijakan publik juga merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan pilihan tindakan tertentu untuk tidak melakukan


(12)

sesuatu maupun untuk melakukan tidakan tertentu. Dalam konteks ini kebijakan publik bisa dimaknai sebagai respon politik pemerintah terhadap beberapa fenomena sosial politik yang terjadi. Kebijakan publik merupakan sebuah pilihan rasional mengenai sebuah hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak/ masyarakat.

2. Kemiskinan dan pengentasanya

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

 Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

 Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup


(13)

masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

 Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;

 Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;

 Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;

 Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;

 Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.


(14)

 Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.

 Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.

 Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

F. Definisi Operasional

Sering dikenal sebagai proses yang dilakuan oleh peneliti untuk mengurangi tingat abstraksi konsep sehingga konsep tersebut dapat diukur dengan jelas12.

Operasional dalam judul penelitian ‘’Kebijakan Pemerintah Daerah Kutai Timur Dalam Pengentasan Kemiskinan (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Kutai Timur Periode 2008-2011)’ adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan Pengentasan Kemiskian di Kutai Timur. Dalam kebijakan terkandung cara-cara atau mekanimse kerja yang teratur untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di Kutai Timur. Dinas Sosial dalam Pengentasan kemiskinan membutuhkan kebijakan yang jitu agar kemiskinan dapat

12


(15)

betul ditekan. Kebijakan yang dimaksud hendaknya bersifat menyeluruh dan terpadu. Agar persoaan kemiskinan dapat terselesaikan dengan baik. Kebijakan yang baik hendaknya mampu memberdayakan kaum miskin untuk lebih mandiri agar tidak terlalu bergantung pada pemerintah selanjutnya. Melalui kebijakan yang digunakan juga dapat dievaluasi mengenai tingkat keberhasilan pembangunan masyarakat miskin selama ini di Kutai timur. Ada beberapa strategi yang dipakai seperti pemberian ekonomi terpadu, rumah singga buat kaum miskin, pelatihan skill kerja dan lain-lain. Beberapa kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kutim melalui Dinas Sosial dan maupun instansi-instansi lainya yakni :

1) Alokasi Anggaran Pendidikan 20%.

2) Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Melalui Grand Strategi Gerdabangagri.

3) Puskesmas 24 jam untuk seluruh kecamatan.

4) 1 genset 1 desa.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari program pemerintah Kutim ialah : 1) Faktor Pendukung :

a) Kemauan dan kesiapan aparatur birokrasi.

b) Dukungan akademisi dan tokoh masyarakat dan lain-lain. c) Respon masyarakat yang tergolong aktif.

2) Faktor Penghambat : a) Ketersediaan dana


(16)

b) Kendala data

c) Keterbatasan kesempatan kerja

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah strategi menyeluruh dan mendetail untuk dapat menemukan data yang diperlukan, sehingga ada kontiniusitas dalam satu kesatuan utuh dan konsisten antara metode yang digunakan13.

Metode penelitian juga pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.14

Maka penelitian ini berusaha menelaah dengan data yang sebisa mungkin valid dan lengkap tentang Kebijakan Dinas Sosial Kutai Timur dalam Pengentasan Kemiskinan di Kutai Timur.

H. Jenis Penelitian

Metode penelitian deskriptif dengan maksud berusaha untuk memberikan gambaran keadaan obyek atau permasalahan tanpa ada maksud membuat kesimpulan atau generalisasi. Gambaran tersebut dikolaborasi dengan teori-teori yang memadai agar diperoleh analisas kritis yang seilmiah mungkin tanpa bermaksud mengklaim ini sebagai kebenaran tunggal15.

13

Soheartono, Irawan, 2008, Metode Penelitian Sosial, Bandung, Remaja Rosdakarya, Hlm. 70 14

Sugiyono, 2009 (ed 8), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta. Hlm. 2

15


(17)

I. Teknik Pengambilan Data

Menurut Irawan Soehartono, teknik pengambilan data ialah upaya khusus yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang menunjang penelitiannya. Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data penunjang yakni16

1. Observasi

Observasi ialah kegiatan pengamatan tanpa harus mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan data-data yang terukur. Observasi bisa memberikan data yang diperoleh ialah data segar dalam arti data yang dikumpulkan diperoleh dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku serta keabsahan alat ukur dapat diketahui langsung.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara memiliki keuntungan berupa kita dapat mengecek langsung kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.

16

Irawan Soehartono, 2008 (ed 7), Metode Penelitian Sosial, Bandung, Remaja Rosdakarya, Hlm. 67-71


(18)

3. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.

J. Subyek Penelitian

Subyek penelitian berkaitan dengan sumber informasi yang dianggap relevan dalam artian mampu memberikan informasi secara lengkap dan ilmiah mengenai penelitian yang dilakukan. Sebab itu, penelitian ini mengambil subyek penelitian sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Sosial Kutai Timur dengan asumsi bahwa narasumber ini cukup kompeten dan tepat untuk mampu memberikan sumber informasi yang akurat dan tepat.

2. Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kutai Timur 3. 2 orang Akademisi, yang nantinya diharapkan memberikan

landasan teoritis yang diterjemahkan dalam analisa kritis, obyektif dan netral mengenai judul penelitian yang dilakukan. Akademisi yang notabene memiliki pengetahuan yang mumpuni akan sangat berperan terhadap analisa fenomena melalui keakuratan data yang dielaborasi dengan teori yang memadai. Sebagai perbandingan dan menambah khazanah pengetahuan yang telah dianalisa maka dipilih 1 orang akademisi yang memang benar-benar menaruh perhatian lebih pada judul penelitian yang dilakukan.


(19)

4. Tokoh Masyarakat yang nantinya bisa memberikan gambaran netral tentang fenomena kemiskinan di Kutai Timur.

5. Lima (5) Rumah tangga miskin yang diasumsikan menjadi obyek prorgam pengentasan kemiskinan dari pemerintah.

K. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kutai Timur kemudian untuk lebih mendetail peneliti melakukan penelitian langsung Dinas Sosial Kutai Timur dan lokasi lain yang dianggap perlu di Kutai Timur.

L. Sumber Data

1. Data Primer

Ialah dokumen yang didapatkan langsung dari obyek penelitian atau yang secara langsung mengalami peristiwa yang akan diteliti. Sumber data primer memiliki kekuatan karena diperoleh secara langsung oleh narasumber sehingga keakuratan datanya bisa terjamin.

2. Data Sekunder

Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer atau lebih melengkapi data penelitian. Data sekunder bisa didapatkan dari buku-buku ilmiah, dokumen-dokumen resmi, koran, internet atau sumber-sumber lain yang kira-kira bisa memberikan penjelasan tambahan mengenai penelitian yang dilakukan.


(20)

M. Analisis Data

Analisis data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Penelitian ini menggunakan beberapa model analis data yang bertujuan menguraikan data secara sistematis dalam penyajian yang sederhana agar mudah dipahami dalam pengambilan kesimpulan selanjutnya. Penelitian ini memakai analisis data kualitatif dengan tetap menyertakan teori-teori pendukung sebagai bahan analisis kritisnya. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu proses menganalisa data dengan jalan mempertegas dan mempertajam sajian data yang terkumpul dengan judul penelitian sebagai batasanya. Reduksi data juga bermaksud melakukan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi17.

2. Display Data, yakni sekumpulan informasi yang disusun dalam kerangka sistematis yang berfungsi memberikan kemudahan bagi peneliti dalam menarik kesimpulan berdasarkan logika ilmiah dan obyektif.

17

http://www.scribd.com/doc/50994862/17/Reduksi-Data, diakses pada tanggal 10 November 2012 pukul 07.57 Wib.


(21)

3. Pegambilan Keputusan yakni proses penemuan benang merah lewat pemahaman yang utuh dan komprhenesif tentang penelitian yang dilakukan. Hal ini penting agar data yang diperoleh semakin mudah dipahami serta ada arah jelas mengenai kemana penelitian ini akan diarahan secara fokus.


(22)

Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur Dalam

Pengentasan Kemiskinan

(Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Kutai Timur

Periode 2008-2011)

Disusun Oleh:

Siswanto

09230012

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

KATA PENGANTAR

Tiada uraian kata syukur kepada Allah swt yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan akademis untuk lulus di Universitas Muhammadiyah Malang. Peneliti mencoba mengangkat judul skripsi tentang “Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur

Dalam Pengentasan Kemiskinan (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Kutai Timur Periode 2008-2011).” Skripsi ini merupakan persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan.

Penulisan skripsi ini, yang merupakan usaha penulis secara maksimal, tentu saja melibatkan bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, untuk itu, peneliti merasa wajib menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka secara khusus sebagai berikut

1. Kepada pimpinan Universitas Muhammadiyah Malang Bapak Rektor, Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II dan Pembantu Rektor III .Terima kasih atas dedikasi mereka yang begitu tinggi, mereka adalah para pencinta pengetahuan dan kebijakan yang telah mengabdi demi terciptanya umat manusia yang beradab.

2. Kepada Dosen Pembimbing I (Dr.Asep Nurjaman, M.Si) dan Dosen Pembimbing II (Hevi Kurnia Hardini, S.Ip, MA Gov). Terima kasih atas kesabaran, pengertian dan kesedian menjadi sharing partner sehingga skripsi ini dengan segera terselesaikan.


(28)

3. Kedua orang tua saya tersayang Sukatris dan Astuti yang telah menuntun hidup penulis dengan keteladanan, kesabaran, kedamaian, cinta kasih yang sangat dalam dan tulus, dan telah menitiskan niat dan ruh suci dan keikhlasan dalam menuntut ilmu sehingga penulis dapat mencapai cita-cita. Selanjutnya, terima kasih pula untuk adik saya tercinta, Dwi Suryaningsih dan Trin Kamelia Yuli, serta keluarga semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

4. Kepada Dosen Ilmu Pemerintahan yang telah merintis ilmu kepada penulis Bapak Asep Nurjaman, Bapak Krishno Hadi, Bapak Salahuddin, Bapak Saiman, Bapak Imam Hidayat, Bapak A. Rifai, Bapak Mas’ud Said, Bapak Salim Said, Ibu Hevi kurnia, dan Ibu Noenik. Yang telah berjasa banyak kepada penulis dalam memberikan keikhlasan ilmunya.

5. Kepada teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2009, yang tidak bias saya sebutkan satu persatu. Bisa berteman dengan kalian merupakan anugrah yang sangat luar biasa bagi hidup saya.

6. Kepada Tim Hore Randy Tumpiss, Sali Bosu, Pandi Persema, Gaw babbol, Keps UMM Iradhat Taqwa dan Ancha fivers terima kasih dukungan kalian semua, ingat dimana pun kalian berada no rekening tolong jangan lupa ya.

7. Kepada teman-teman Asrama Kutai Timur yang telah membantu berupa dukungan moral dan pemikiran banyak-banyak penulis berterima kasih. Wahyu, Tri, Alfred, Bagus, dan lain-lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.


(29)

(30)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Motto

Aku mencintai bahagia karena dia dapat membuatku ceria. Namun

aku juga mencintai luka karena dia dapat membuatku dewasa.

Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin

mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya :

1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan anugerah

kesehatan dan pikiran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat

waktu dan dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan masyarakat

serta rekan-rekan mahasiswa pada umumnya.

2. Kepada kedua orang tua saya Ayahandaku Sukatris dan Ibundaku Astuti yang

senantiasa memberikan petunjuk di segala doa-doanya, nafkah materi, kasih

sayang, ketulusan cinta, kepercayaan dan pengertiannya terhadap saya

sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Sarjana.

3. Kepada saudara-saudara saya yang senantiasa memberikan dorongan dan

kemauan untuk selalu sukses dalam pencapaian yang saya kehendaki. Buat Dwi

semoga kuliahnya menjadi berkah pada nantinya. Buat adek Lia semakin


(31)

dewasa pada nantinya. Taruhlah cita-citamu setinggi apapun dan raihlah

dengan usaha dan doa yang tekun. Amin.

4. Kepada Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah

Malang Dr. Tri Sulistyaningsih, M. Si, kepada Dosen Pembimbing Dr. Asep

Nurjaman, M. Si dan Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA Gov, kepada Dewan Penguji

Drs. Imam Hidayat, MM dan Dra. Su’adah, M.Si

serta seluruh dosen di Jurusan

Ilmu Pemerintahan, mereka adalah orang-orang yang sangat luar biasa.

Dengan ilmu dari beliau semua, saya dapat menjadi salah satu alumnus dari

Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Buat seseorang yang selalu menemani setiap hariku. You are my everthing.

Satu shaf selalu di belakangku yah. Kita punya cerita yang bahkan tidak dimiliki

oleh orang lain. @GRNW

6. Kepada rekan-rekan kampus saya, satu pengalaman berharga bisa

berkenalan dengan kalian. Tiada hari tanpa canda tawa bersama kalian. Kepada

Mas Irdat yang selalu memberikan masukan dan saran di setiap pengerjaan

skripsi ini. Kepada Pandi dan Randy teman begadang setiap malam demi

tercapainya cita-cita kita bersama. Semasa kecil kita bermimpi akan menjadi


(32)

orang sukses. Dimulai dari terselesainya pendidikan sarjana ini gerbang

kesuksesan kita semua terbuka lebar. Melangkahlah kawan, kejar segala

impian kalian. Kepada Kak Sali dan Kak Ilman selama empat tahun ini banyak

cerita yang kita ukir bersama. Kenangan dalam persahabatn itu semoga

berlanjut kelak kita sukses semua. Amin...

7. Kepada rekan-rekan UKM Sepakbola UMM, terutama Pak Sugeng Widodo, SE

dan Mas Nofan terima kasih atas ilmunya selama ini dan kebersamaanya

sehingga dapat meningkatkan karir di dunia sepakbola.

8. Buat anak Asrama Malang terima kasih atas dedikasi selama empat tahun

ini. Semoga semua dapat menyelesaikan pendidikan sarjananya.

9. Untuk adik-adikku yang baru memulai perkuliahannya di malang semoga

nantinya kalian dapat mengikuti jejak kami. Kuliah lancar, jaga nama baik

keluarga dan selalu menatap cita-cita yang kalian impikan.

10. Untuk sahabatku Mario Mansyur, Wahyu Eko, Tri Aryo, Alfred, Bagus

Dewantara, dan Asyikin cepat menyusul yah. Kita bangun Kutim jadi lebih baik.


(33)

11. Terakhir untuk semua rekan-rekan saya yang tidak dapat satu persatu

disebutkan. Terima kasih sudah mengenal saya. Semoga perkenalan ini jadi

lebih bermanfaat satu sama lain. Amin


(34)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ix

ABSTRAKSI ... ix

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Konseptual ... 11

1. Kebijakan ... 11

2. Kemiskinan dan Pengentasannya ... 12

F. Definisi Operasional... 14

G. Metode Penelitian ... 16

H. Jenis Penelitian ... 16

I. Teknik Pengumpulan Data ... 17

J. Subyek Penelitian ... 18

K. Lokasi Penelitian ... 19

L. Sumber Data ... 19

M. Analisis Data ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22


(35)

B. Kebijakan Publik ... 23

C. Kemiskinan ... 24

D. Paradigma Kemiskinan ... 29

E. Strategi Penanggulangan Kemiskinan... 34

BAB III DESKRIPSI WILAYAH ... 37

A. Letak Geografis dan Administrasi ... 37

B. Visi dan MisiKabupaten Kutai Timur ... 40

C. Arti Logo ... 41

D. Penduduk dan Infrastruktur ... 42

E. Sektor Pertambangan ... 43

1. Minyak dan Gas Bumi ... 43

2. Bahan Galian ... 44

F. Sektor Kehutanan ... 45

G. Sektor Perkebunan ... 46

H. Sektor Pertanian ... 47

I. Sektor Peternakan... 47

J. Sektor Pariwisata ... 48

1. Zona Sangatta ... 48

2. Zona Sangkulirang ... 50

3. Zona Muara Wahau ... 51

K. Profil Dinas Sosial Kutai Timur ... 52

1. Struktur Organisaasi ... 53

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Kebijakan Penegentasan Kemiskinan Kutai Timur ... 64

1. Alokasi Anggaran Pendidikan 20% ... 68

2. Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Melalui Grand Strategi Gerakan Daerah Pengembangan Agribisnis (Gerdabangagri) ... 71

3. Puskesmas 24 Jam Untuk Seluruh Kecamatan ... 74

4. Program 1 Genset 1 Desa ... 74


(36)

6. Bantuan Perumahan Layak Huni ... 76

B. Faktor Penghambat dan Pendukung Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Dinas Sosial Kutai Timur ... 78

1. Faktor Penghambat... 78

2. Faktor Pendukung ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abrahamsen, Rita 2004. Sudut Gelap Kemajuan. Yogyakarta: Lafadl

Antonius, Bungaran. (ed) . 2011. Otonomi Daerah, Nasionalisme, dan Masa Depan Indonesia. Jakarta: Pustaka Obor.

David Harvey, David. 2009.Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis. Yogyakarta: Resist Book.

Hartiningsih, Maria. 2011. Korupsi Yang Memiskinkan. Jakarta: Kompas Leo, Agustino. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Prasetio, Eko. 2008. Kaum Miskin Bersatulah. Yogyakarta: Reseist Book. Poerwanti, Endang. 1998. Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah. Malang: UMM Press. Ritzer, George Ritzer & Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Moderen.

Terjemahan Alimandan. Yogyakarta: Prenada Media.

Said, Mas’ud. 2008 (cet 2). Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang : UMM Press.

Soheartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Stamboel, Kemal 2012. Panggilan Keberpihakan, Strategi Mengakhiri Kemiskinan. Jakarta: Gramedia.

Sudantoko, Djoko dan Hamdani, Muliawan. 2009. Dasar-Dasar Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Mardi Mulya.

Sugiyono. 2009 (ed 8). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2004. Kebijakan Sosial dan Perencanaan Sosial. Materi Kuliah Pascasarjana Magister Pengembangan Masyarakat IPB-STKS Bandung. Suharto, Edi. 2010 (cet 4). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.

Bandung: Refika Aditama.

Tim Peneliti PSIK Universitas Paramadina. 2008. Negara Kesejahteraan & Globalisasi. Jakarta: PSIK.


(38)

Wahab, Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara (Edisi 2). Yogyakarta : Bumi Aksara.

Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Garaha Ilmu.

Koran

Kompas, 10 Januari 2012 Kompas 11 Mei 2013

Internet

http://www.scribd.com/doc/50994862/17/Reduksi-Data, diakses pada tanggal 10 Januari 2013 pukul 07.57 Wib.


(1)

xii

11. Terakhir untuk semua rekan-rekan saya yang tidak dapat satu persatu

disebutkan. Terima kasih sudah mengenal saya. Semoga perkenalan ini jadi


(2)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ix

ABSTRAKSI ... ix

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Konseptual ... 11

1. Kebijakan ... 11

2. Kemiskinan dan Pengentasannya ... 12

F. Definisi Operasional... 14

G. Metode Penelitian ... 16

H. Jenis Penelitian ... 16

I. Teknik Pengumpulan Data ... 17

J. Subyek Penelitian ... 18

K. Lokasi Penelitian ... 19

L. Sumber Data ... 19

M. Analisis Data ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22


(3)

xiv

B. Kebijakan Publik ... 23

C. Kemiskinan ... 24

D. Paradigma Kemiskinan ... 29

E. Strategi Penanggulangan Kemiskinan... 34

BAB III DESKRIPSI WILAYAH ... 37

A. Letak Geografis dan Administrasi ... 37

B. Visi dan MisiKabupaten Kutai Timur ... 40

C. Arti Logo ... 41

D. Penduduk dan Infrastruktur ... 42

E. Sektor Pertambangan ... 43

1. Minyak dan Gas Bumi ... 43

2. Bahan Galian ... 44

F. Sektor Kehutanan ... 45

G. Sektor Perkebunan ... 46

H. Sektor Pertanian ... 47

I. Sektor Peternakan... 47

J. Sektor Pariwisata ... 48

1. Zona Sangatta ... 48

2. Zona Sangkulirang ... 50

3. Zona Muara Wahau ... 51

K. Profil Dinas Sosial Kutai Timur ... 52

1. Struktur Organisaasi ... 53

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Kebijakan Penegentasan Kemiskinan Kutai Timur ... 64

1. Alokasi Anggaran Pendidikan 20% ... 68

2. Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Melalui Grand Strategi Gerakan Daerah Pengembangan Agribisnis (Gerdabangagri) ... 71

3. Puskesmas 24 Jam Untuk Seluruh Kecamatan ... 74

4. Program 1 Genset 1 Desa ... 74


(4)

xv

6. Bantuan Perumahan Layak Huni ... 76

B. Faktor Penghambat dan Pendukung Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Dinas Sosial Kutai Timur ... 78

1. Faktor Penghambat... 78

2. Faktor Pendukung ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(5)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Abrahamsen, Rita 2004. Sudut Gelap Kemajuan. Yogyakarta: Lafadl

Antonius, Bungaran. (ed) . 2011. Otonomi Daerah, Nasionalisme, dan Masa Depan Indonesia. Jakarta: Pustaka Obor.

David Harvey, David. 2009.Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis. Yogyakarta: Resist Book.

Hartiningsih, Maria. 2011. Korupsi Yang Memiskinkan. Jakarta: Kompas Leo, Agustino. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Prasetio, Eko. 2008. Kaum Miskin Bersatulah. Yogyakarta: Reseist Book. Poerwanti, Endang. 1998. Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah. Malang: UMM Press. Ritzer, George Ritzer & Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Moderen.

Terjemahan Alimandan. Yogyakarta: Prenada Media.

Said, Mas’ud. 2008 (cet 2). Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang : UMM Press.

Soheartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Stamboel, Kemal 2012. Panggilan Keberpihakan, Strategi Mengakhiri Kemiskinan. Jakarta: Gramedia.

Sudantoko, Djoko dan Hamdani, Muliawan. 2009. Dasar-Dasar Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Mardi Mulya.

Sugiyono. 2009 (ed 8). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2004. Kebijakan Sosial dan Perencanaan Sosial. Materi Kuliah Pascasarjana Magister Pengembangan Masyarakat IPB-STKS Bandung. Suharto, Edi. 2010 (cet 4). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.

Bandung: Refika Aditama.

Tim Peneliti PSIK Universitas Paramadina. 2008. Negara Kesejahteraan & Globalisasi. Jakarta: PSIK.


(6)

xvii

Wahab, Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara (Edisi 2). Yogyakarta : Bumi Aksara.

Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Garaha Ilmu.

Koran

Kompas, 10 Januari 2012 Kompas 11 Mei 2013 Internet

http://www.scribd.com/doc/50994862/17/Reduksi-Data, diakses pada tanggal 10 Januari 2013 pukul 07.57 Wib.