kecantikan, dan parfum Sutanto dan Atmowidjojo 2001.
Sifat fisik dari kayu manis ialah hangat, pedas, wangi, dan sedikit manis. Kandungan
kimianya antara lain minyak atsiri, safrole, sinamadehide, eugenol, tanin, damar, kalsium
oksanat, dan zat penyamak. Sinamaldehida
merupakan turunan dari senyawa fenol. Menurut Moestafa 1988 dan Chairul 1994
minyak atsiri dari C. burmanni memiliki komponen utama sinamaldehida dan
dehidrokarveol asetat sedangkan menurut Gunawan dan Mulyani 2004 minyak atsiri
C. burmanni
mengandung sinamil aldehida, eugenol, linalool, kariofilena, dan asam
sinamat. Senyawa lain yang ditemukan adalah flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin.
Berdasarkan penelitian Moestafa 1988 komponen
utama minyak
atsiri daun
C. burmanni adalah linalool 24,33 ,
sinamilasetat 10,75 , kariofilena 9,08 , dan trans-sinamaldehid 7,29 . Minyak atsiri
berkhasiat sebagai senyawa antimikrob Sukandar et al. 1999 yang dieksrak dengan
penyulingan destilasi uap Harris 1994.
Antimikrob adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan
bakteri. Berdasarkan aktivitasnya antibakteri dibedakan dalam dua bagian, yaitu aktivitas
bakteriostatik dan aktivitas bakteriosida. Aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat
pertumbuhan bakteri, sedangkan yang beraktivitas bakteriosida bersifat membunuh
bakteri. Antibakteri yang bersifat bakteriostatik biasa berubah menjadi
bakteriosida jika digunakan dalam dosis tinggi. Menurut Dwidjoseputro 1978 zat
yang dapat menghambat atau membunuh bakteri berupa garam-garam logam, fenol atau
senyawa lain yang sejenis, formaldehida, alkohol, yodium, klor atau persenyawaannya,
zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik. Minyak atsiri mengandung
senyawa yang berfungsi sebagai antimikrob. Berdasarkan penelitian Damayanti 2004
minyak atsiri rempah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus,
Escherichia coli,
dan Samonella typhimurium. Menurut Sukandar et al. 1999, minyak atsiri
daun kayu manis sebagai antimikrob paling kuat untuk jenis Samonella typhimurium dan
Gambar 3 Daun Kayu Manis. Candida albicans
sedangkan minyak atsiri kulit kayu manis Bacillus substilis dan
Candida albicans dari 14 jenis bakteri dan 18
jenis fungi yang diuji.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas dari suatu antimikrob yaitu
konsentrasi, suhu, waktu, sifat fisik, dan kimia subtrat pH, kadar air, jenis, dan jumlah zat
terlarut. Mekanisme kerja dari antibakteri dapat dikelompokan menjadi 1 menghambat
sintesis dinding sel bakteri, 2 menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, 3
menghambat sintesis protein sel bakteri, dan 4 menghambat sintesis asam nukleat.
Penelitian ini menggunakan mikroba yang umum ditemukan di sekitar lingkungan hidup
kita yaitu Bacillus substilis B. substilis dari bakteri Gram positif, Escherichia coli E. coli
dari bakteri Gram negatif dan Candida albicans
C. albicans dari fungi.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi ialah daging buah mahkota dewa,
daun kayu manis, dan akuades. Daging buah mahkota dewa berupa irisan daging buah tua
yang telah kering dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat BALITRO.
Sedangkan daun kayu manisnya berupa daun kayu manis segar spesies Cinnamomum
burmanni
yang juga dari BALITRO. Untuk analisis fitokimia digunakan ekstrak
kasar daging buah mahkota dewa, ekstrak kasar daun kayu manis, kloroform, amoniak,
H
2
SO
4
2 M, pereaksi Dragendorf, pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, akuades, metanol,
NaOH 10 bv, eter, pereaksi Lieberman Buchard 3 tetes asam asetat anhidrida
ditambah 1 tetes H
2
SO
4
pekat, dan FeCl
3
1 bv.
Bahan untuk penentuan waktu inkubasi asam linoleat dan pengukuran konsentrasi
MDA yaitu bufer fosfat 0,1 M pH 7, asam linoleat 50 mM dalam etanol 99,8 , etanol
75 , ammonium tiosianat 30 , FeCl
2
0,02 M dalam HCl 3,5 , air bebas ion, TMP
1,1,3,3-tetra metoksi propana 6 M, TBA 1 bv dalam asam asetat 50 , TCA
Tricloroacetate Acid 20 , dan α-tokoferol
vitamin E. Sedangkan untuk uji antimikrob digunakan tepung nutrient broth NB, agar,
sabouraud dextrose broth , NaCl 0,9 ,
nistatin, dan ampisilin. Alat-alat yang dipakai yaitu hot plate,
rotavapor, oven, penangas air, laminar air
flow hood , inkubator, neraca analitik,
spektrofotometer Genesys
PM
10, autoklaf, shaker
, alat destilasi, autopipet, dan sentrifus hettich universal
jenis D7200 tipe 1200-16.
Metode Penelitian Ekstraksi Daun Kayu Manis dan Daging
Buah Mahkota Dewa Ektraksi daun kayu manis dilakukan
dengan cara penyulingan destilasi uap Harris 1994, Rismunandar Paimin 2001. Setelah
dikering udarakan selama ± 5 hari, sebanyak 50 gram daun kayu manis yang telah dipotong
kecil-kecil dimasukkan ke labu destilasi kemudian ditambahkan akuades sebanyak 250
mL 1 g : 5 mL. Destilasi yang dilakukan selama 3-3,5 jam menghasilkan minyak atsiri
sebagai komponen yang teruapkan dan oleoresin sebagai ekstrak daun kayu manis.
Hasil destilasi ini digunakan untuk membuat ramuan mahkota dewa.
Ramuan daging buah mahkota dewa dibuat dengan ekstraksi metode penggodokan
atau maserasi dengan pemanasan. Sebanyak 15 gram irisan daging buah mahkota dewa
yang telah kering digodok dengan 150 mL ekstrak daun kayu manis 1 g : 10 mL sampai
volume akhir lebih kurang menjadi 75 mL setengah volume awal Winarto 2003.
Ekstrak disaring dengan kain kasa kemudian ditambahkan minyak atsiri daun kayu manis
sebanyak 7,5 mL sebanyak 10 volume ekstrak lalu dikocok dan disimpan dalam
botol gelap pada suhu ruang. Sebagai kontrol digunakan akuades sebagai pengekstrak
mahkota dewa dan tanpa penambahan minyak atsiri. Ramuan dan ekstrak mahkota dewa
dibuat sesuai dengan waktu penyimpanan yaitu 0, 1, 2, 4, 6, dan 8 minggu. Penyimpanan
dilakukan dalam botol gelap yang tertutup rapat pada suhu ruang atau kamar.
Setelah masa penyimpanan, pelarut ramuan dan ekstrak mahkota dewa diuapkan
dengan rotavapor pada suhu 60-65 C sampai
kering kemudian disimpan dalam oven pada suhu 50
C selama semalam. Ekstrak yang diperoleh merupakan ekstrak kasar yang
ditimbang untuk menentukan rendemennya. Ekstrak kasar tersebut selanjutnya digunakan
untuk uji antioksidasi dan uji antimikrob. Analisis Fitokimia Daging Buah Mahkota
Dewa dan Daun Kayu Manis Harbone 1987
Uji
alkaloid. Sebanyak 0,51 gram ekstrak
kasar sampel ditambah 10 mL kloroform dan beberapa tetes amoniak. Fraksi kloroform
dipisahkan dan diasamkan dengan 10 tetes H
2
SO
4
2 M. Fraksi asam diambil kemudian ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer, dan
Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi
Meyer, endapan merah pada pereksi Dragendorf, dan endapan coklat pada pereaksi
Wegner. Uji
saponin. Sebanyak 0,50 gram ekstrak
kasar sampel ditambah 5 mL akuades dan dipanaskan selama lima menit. Setelah dingin
lalu dikocok. Timbulnya busa selama 5-10 menit menunjukkan adanya saponin.
Uji flavonoid dan fenolik hidrokuinon .
Sebanyak 0,51 gram ekstrak kasar sampel ditambah 5 mL metanol lalu dipanaskan.
Filtratnya ditambah NaOH 10 bv atau H
2
SO
4
. Terbentuknya warna merah karena penambahan NaOH 10 menunjukkan
adanya senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan warna merah yang terbentuk akibat
penambahan H
2
SO
4
pekat menunjukkan
adanya senyawa flavonoid. Uji steroid dan triterpenoid
. Sebanyak 0,51 gram ekstrak kasar sampel ditambah 5
mL etanol lalu dipanaskan. Filtratnya diuapkan kemudian ditambah eter. Lapisan
eter ditambah pereaksi Liebermen Buchard 3 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes H
2
SO
4
pekat. Warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau
menunjukkan adanya steroid. Uji
tanin . Sebanyak 0,50 gram ekstrak
kasar sampel ditambahkan 5 mL akuades kemudian dididihkan selama beberapa menit.
Lalu ditambah FeCl
3
1 bv. Warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya
tanin. Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
dengan Metode Tiosianat Chen
et al. 1996
Penentuan lamanya waktu inkubasi asam linoleat berdasarkan jumlah hidroperoksida
yang dihasilkan selama proses oksidasi. Ke dalam botol gelap dicampurkan 2 mL bufer
fosfat 0,1 M pH 7,2 mL asam linoleat 50 mM dalam etanol 99,8 , dan 1 mL air bebas ion.
Kemudian campuran tersebut diinkubasi dalam penangas air suhu 40
C dan dilakukan analisis jumlah hidroperoksida yang
terbentuk. Sebelum dianalisis terlebih dahulu dicari panjang gelombang
λ maksimumnya.
Sebanyak 50 µL campuran ditambah dengan 6 mL etanol 75 , 50 µL amonium
tiosianat 30 , dan 50 µL FeCl
2
0,02 M dalam HCl 3,5 kemudian dikocok. Setelah 3
menit, diukur serapan pada λ 489 nm hasil
pencarian λ maksimum. Campuran ini
dianalisis setiap hari sampai tercapai serapan maksimum.
Pengukuran Konsentrasi MDA Metode TBA Kikuzaki dan Nakatami 1993
Sebanyak 1 mL ekstrak kasar ramuan atau mahkota dewa 1.000 ppm yang dilarutkan
dalam air bebas ion ditambah 2 mL bufer fosfat 0,1 M dan 2 mL asam linoleat 50 mM
konsentrasi ekstrak dalam sistem 200 ppm. Sebagai kontrol negatif digunakan air bebas
ion 1 mL dan kontrol positif 1 mL
α-tokoferol vitamin E 1.000 ppm konsentrasi dalam
sistem 200 ppm. Semua campuran tersebut diinkubasi dalam penangas air 40
C.
Konsentrasi MDA yang terbentuk diukur setelah 1 atau beberapa hari sesudah waktu
inkubasi maksimum asam linoleat dari hasil analisis hidroperoksida. Pada hari ke 8 yaitu 2
hari setelah waktu inkubasi maksimum asam linoleat, masing-masing campuran diambil 1
mL kemudian ditambahkan 2 mL larutan
TCA 20 dan 2 mL larutan TBA 1 . lalu campuran ditempatkan pada penangas air
yang mendidih selama 10 menit. Setelah dingin, campuran disentrifus pada kecepatan
3000 rpm 960 x g selama 15 menit. Selanjutnya diukur serapan dengan
spektofotometer pada
λ 532 nm.
Larutan TMP 6 M digunakan untuk membuat kurva standar MDA. Konsentrasi
TMP yang digunakan adalah 0,15; 0,30; 0,60; 0,75; 1,50; dan 3,00
µM. Masing-masing larutan TMP dipipet 1 mL, kemudian
ditambahkan 2 mL TCA 20 dan 2 mL TBA 1 . Kemudian campuran diinkubasi dalam
air mendidih selama 10 menit. Setelah dingin, larutan disentrifus pada kecepatan 3000 rpm
960 x g selama 15 menit dan selanjutnya diukur serapan pada
λ 532 nm Yagi 1994.
Sebagai blanko digunakan akuades. Uji Aktivitas Antimikrob
Pembuatan media untuk bakteri. Media
cair dibuat dari 8 g tepung NB yang dilarutkan dalam 1 L akuades kemudian dipanaskan
sambil diaduk hingga semuanya homogen. Media padat dibuat dari 8 g tepung NB dan 20
g agar yang dilarutkan dalam 1 L akuades kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga
semuanya homogen. Semua media disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121
C dan tekanan 2 atm selama 15 menit. Untuk fungi
digunakan sabouraud dextrose broth. Regenerasi
mikrob. Stok mikrob pada
biakan agar miring diambil satu ose dan diinokulasikan ke dalam erlemeyer yang berisi
10 mL media cair steril. Selanjutnya erlemeyer diinkubasi dalam shaker suhu 37
C selama 24 jam. Sedangkan untuk fungi
digunakan suhu 25 C.
Penentuan aktivitas antimikrob menggunakan metode difusi agar sumur.
Setiap cawan petri diisi 15 mL media agar dan inokulum masing-masing mikrob dengan
kerapatan 10
9
CFUmL. Kemudian cawan petri digoyang-goyang hingga media dan
inokulum homogen lalu didiamkan sampai media memadat. Setelah padat dibuat sumur
dengan perforator berdiameter 5,5 mm. Selanjutnya masing-masing sumur diisi 20 µL
ramuan mahkota dewa dengan konsentrasi 200, 2.000, 20.000, dan 200.000 ppm. Sebagai
kontrol positif digunakan ampisilin dan nistatin konsentrasi 200 dan 2.000 ppm.
Kemudian diinkubasi pada suhu 37
C untuk fungi suhu 25
C selama 24 jam dan diukur zona beningnya yang merupakan petunjuk
adanya aktivitas antimikrob. Sebagai pembanding digunakan ekstrak air mahkota
dewa dan ekstrak daun kayu manis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Fitokimia Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Kayu Manis
Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder
sampel yang bersifat kualitatif. Karena bersifat kualitatif, maka digunakan
pembanding berupa tanaman yang telah dilaporkan mengandung senyawa yang akan
dianalisis. Tanaman tersebut adalah daun tapak dara untuk uji alkaloid, biji buah pinang
untuk uji flavonoid dan uji fenolik hidrokuinon, duah klerak untuk uji saponin,
daun teh hijau untuk uji tanin, dan daun som jawa untuk uji steroid dan triterpenoid.
Analisis dilakukan terhadap ekstrak kasar daging buah mahkota dewa dengan pelarut
akuades dan ekstrak kasar daun kayu manis. Senyawa-senyawa yang diperiksa
keberadaannya adalah alkaloid, flavonoid, fenolik hidrokuinon, saponin, tanin, dan
steroid dan triterpenoid. Hasil analisis fitokimia pada Tabel 1 menujukkan bahwa
ekstrak kasar daging buah mahkota dewa alkaloid, flavonoid, fenolik hidrokuinon,
saponin, dan tanin namun tidak mengandung steroid dan triterpenoid. Hal ini sesuai dengan
penelitian Marliana 2005 dan Ruswandi 2005 yang menyatakan bahwa ekstrak air
daging buah mahkota dewa mengandung alkaloid, fenolik, saponin, dan tanin.
Keberadaan senyawa flavonoid juga didukung
oleh hasil penelitian Tiagarna 2004 yang menyatakan ekstrak air mahkota dewa
mengandung senyawa flavonoid, fenolik, saponin, dan tanin. Senyawa steroid
triterpenoid tidak ditemukan karena ia tidak larut dalam pelarut akuades.
Ekstrak kasar daun kayu manis yang berupa oleoresin juga mengandung alkaloid,
flavonoid, fenolik hidrokuinon, saponin, dan tanin dengan intensitas warna yang berbeda
dari ekstrak mahkota dewa tetapi juga tidak mengandung steroid dan triterpenoid. Menurut
Azima 2004, ekstrak air kayu manis mengandung tanin, triterpenoid, saponin dan
flavanoid. Keberadaan senyawa flavonoid pada daun kayu manis seiring dengan
pernyataan Markham 1988 yang menyatakan bahwa flavonoid dapat ditemukan
pada setiap tumbuhan hijau. Oleoresin kayu manis mengandung minyak atsiri, aroma khas
dan bahan organik Rismunandar dan Paimin 2001 , sedangkan kandungan utama minyak
atsiri daun kayu manis adalah linalol, kariofilena, sinamil asetat, sinamaldehida
Moestafa 1988, dan eugenol Harris 1994. Eugenol merupakan turunan senyawa fenol
Gunawan dan Mulyani 2004.
Potensi Antioksidasi Mahkota Dewa dan Ramuannya
Sebelum analisis potensi antioksidasi dilakukan, terlebih dahulu ditentukan waktu
inkubasi dari asam linoleat berdasarkan analisis hidroperoksida. Pada analisis ini asam
linoleat dioksidasi oleh oksigen sehingga membentuk hidroperoksida. Konsentrasi
hidroperoksida diukur pada panjang gelombang 489 nm hasil pencarian
λ maksimum. Hasil pengukuran hidroperoksida
Gambar 4 menunjukkan puncak serapan asam linoleat terjadi pada hari ke-7. Hasil ini
tidak berbeda jauh dengan penelitian Satria 2005 yang menyatakan puncak serapan asam
linoleat terjadi pada hari ke-6. Setelah hidroperoksida terbentuk semua, maka ia akan
mengalami tahap dekomposisi membentuk MDA.
Potensi antioksidasi dianalisis satu atau beberapa hari setelah puncak absorban asam
linoleat diperoleh, yaitu pada hari ke-8 dengan harapan semua hidroperoksida yang terbentuk
sudah menjadi MDA semua. MDA akan bereaksi dengan TBA membentuk senyawa
berwana merah dan serapannya diukur pada
λ 532 nm. Nilai serapan sebanding dengan
kadar MDA dan berbanding terbalik dengan potensi antioksidasi. Semakin tinggi nilai
Serapan maka jumlah MDA yang terbentuk juga tinggi namun potensi antioksidasi sampel
semakin rendah.
Hasil pengukuran konsentrasi MDA dari masing-masing sampel pada Gambar 5
diperoleh yang paling rendah adalah ekstrak ramuan 0,825 µM selanjutnya ekstrak
mahkota dewa 1,108 µM, ekstrak daun kayu manis 3,201 µM, dan vitamin E 3,795 µM.
Konsentrasi MDA tertinggi dimiliki oleh kontrol positif sebesar 23,738 µM, hal ini
disebabkan karena tidak adanya senyawa yang mampu menghambat proses oksidasi asam
lemak.
Gambar 6 menunjukkan konsentrasi MDA larutan yang mengandung ekstrak mahkota
dewa 200 ppm yang disimpan 8 minggu mengalami peningkatan dari larutan yang
mengandung ekstrak mahkota dewa tanpa penyimpanan segar. Konsentrasi MDA untuk
ekstrak mahkota dewa segar adalah 1,108 µM sedangkan ekstrak mahkota dewa
penyimpanan 8 minggu adalah 2,630 µM atau 2,4 kali lebih besar dari konsentrasi MDA
ekstrak mahkota dewa segar. Berdasarkan uji statistik
α=0,05 dapat disimpulkan bahwa
masa simpan ekstrak mahkota dewa berpengaruh terhadap konsentrasi MDA.
Gambar 4 Nilai absorban hidroperoksida asam linoleat.
Tabel 1 Hasil uji fitokimia daging buah mahkota dewa dan daun kayu manis
Sampel Uji
Daging buah mahkota dewa
Daun kayu manis
Pembanding Alkaloid
Flavonoid Fenolik hidrokuinon
Saponin Tanin
Steroid dan triterpenoid ++
++ ++
+ +++
- +
+ +
++ +
- Daun tapak dara
Biji buah pinang Biji buah pinang
Duah klerak Daun teh hijau
Som jawa ++++
++++ ++++
++++ ++++
++++
Ket : ++++: tinggi, +++: cukup, ++: sedang, +: rendah, - : tidak ada
0.2 0.4
0.6 0.8
2 4
6 8
10
Hari Ke Ab
s o
rb a
n
Gambar 5 Konsentrasi MDA sampel. Konsentrasi MDA ramuan yang disimpan
selama 8 minggu pada Gambar 6 sebesar 1,255 µM sedangkan ramuan segar adalah
0,825 µM. Peningkatan konsentrasi MDA pada ramuan yang disimpan 8 minggu hanya
1,5 kali konsentrasi MDA ramuan segar. Oleh sebab itu konsentrasi MDA pada ramuan
cenderung stabil dibandingkan pada ekstrak mahkota dewa, walaupun berdasarkan uji
statistik
α=0,05 lama penyimpanan ramuan juga dapat meningkatkan konsentrasi MDA
secara nyata. Pada kesempatan yang sama, juga diukur konsentrasi MDA ramuan yang
telah disimpan selama satu tahun, konsentrasi MDA-nya adalah 5,717 µM yang jauh lebih
besar dari ramuan yang disimpan dua bulan.
Potensi antioksidasi ekstrak mahkota dewa selama masa penyimpanan tidak stabil dan
cendrung turun. Gambar 7 menunjukkan persentase daya hambat ekstrak mahkota dewa
segar sebesar 95,33 turun menjadi 88,92 setelah 8 minggu penyimpanan. Penurunan ini
disebabkan oleh ketidakstabilan senyawa- senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan
jika disimpan dalam waktu yang lama. Ketidakstabilan komponen aktif antioksidasi
diperlihatkan dengan mudahnya mengalami degradasi menjadi turunannya yang kurang
atau tidak beraktivitas sebagai antioksidan. Sedangkan untuk ekstrak ramuan persentase
daya hambatnya relatif stabil, dari 96,53 untuk ekstrak ramuan segar menjadi 94,71
pada ramuan yang disimpan selama 8 minggu. Menurut penelitian Andamari 2005
penyimpanan selama 2 bulan juga menurunkan aktivitas antioksidasi dari
ramuan teh hijau-jahe. Penurunan aktivitas antioksidasi dengan waktu simpan 1 bulan
juga dialami oleh ekstrak daun suji Hakim 2005.
Gambar 6 Kadar MDA ekstrak mahkota dewa dan ramuannya selama
penyimpanan. Gambar 7 Potensi antioksidasi ramuan dan
mahkota dewa. Keberadaan senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin dan fenolik pada ekstrak mahkota dewa memperkuat bahwa mahkota
dewa berpotensi sebagai antioksidasi. Senyawa-senyawa ini kurang stabil jika
simpan dalam waktu yang lama karena akan terdegradasi menjadi turunannya yang tidak
beraktivitas sebagai antioksidan. Komposisi ekstrak daun kayu manis rata-rata sebesar 53,1
didalam ramuan yang diuji dapat meningkatkan kestabilan potensi
antioksidasinya dengan kesinergisan senyawa- senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin
dan fenolik yang dikandung daging buah mahkota dewa maupun daun kayu manis.
Uji Aktivitas Antimikrob
Uji aktivitas antimikrob menggunakan metode difusi agar. Pada metode ini diamati
diameter zona bening disekitar lubang terhadap B. substilis, E. coli, dan C. albicans
yang menunjukkan ekstrak mempunyai aktivitas antimikrob. Aktivitas antimikrob
sampel dihasilkan pada konsentrasi 200.000 ppm 200 mgmL atau 20 bv, sedangkan
konsentrasi 20.000, 2.000, dan 200 ppm belum menunjukkan adanya aktivitas
antimikrob. Menurut Rusmianti 2006 ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil
asetat, fraksi butanol, dan fraksi air daging buah mahkota dewa mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap E. Coli dan B. Substilis. Fraksi etil asetat mempunyai aktivitas
antibakteri tertinggi pada konsentrasi 50 bv.
Berdasarkan Gambar 8 ekstrak mahkota dewa segar konsentrasi 200.000 ppm
mempunyai aktivitas antimikrob yang paling rendah dengan diameter zona bening B.
substilis , E. coli, dan C. albicans masing-
masing adalah 1,3; 1,3; dan 1,0 mm. Sedangkan untuk mikrob yang sama ekstrak
ramuan segar memiliki diameter zona bening lebih kurang 2 kali lebih besar dari mahkota
dewa yaitu 2,3; 2,0; dan 2,0 mm. Ini berarti ekstrak ramuan segar memiliki aktivitas
5 10
15 20
25
Kadar MDA
S ampe l
Ekst rak ramuan Ekst rak mahkot a dewa
Ekst rak daun kayu manis Vit amin E
Kont rol posit if
1 2
3
Kadar MDA
1 2
4 6
8
Lama pe nyi mpanan minggu
Ekstrak ramuan Ekstrak mahkot a dewa
85 90
95 100
2 4
6 8
10
Lama pe nyimpanan minggu D
aya h
am b
a t
Ekstrak ramuan Ekstrak mahkota dewa
antimikrob yang lebih besar dari ekstrak mahkota dewa segar. Ekstrak daun kayu
manis menunjukkan aktivitas antimikrob paling tinggi terhadap B. substilis, E. coli, dan