Manfaat daun kayu manis, Cinnamomum burmanni terhadap khasiat antioksidasi mahkota dewa, Phaleria macrocarpa(Scheff.)Boerl.) selama penyimpanan

(1)

MANFAAT DAUN KAYU MANIS (

Cinnamomum

burmanni

) TERHADAP KHASIAT ANTIOKSIDASI

MAHKOTA DEWA (

Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.)

SELAMA PENYIMPANAN

ANTON SUFRIADI

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

ABSTRAK

ANTON SUFRIADI. Manfaat Daun Kayu Manis (

Cinnamomum burmanni

)

terhadap Khasiat Antioksidasi Mahkota Dewa (

Phaleria macrocarpa

(Scheff.)

Boerl.) Selama Penyimpanan. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan MEGA

SAFITHRI.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari khasiat antioksidasi ekstrak

daging buah mahkota dewa selama penyimpanan serta pengaruh penambahan

ekstrak daun kayu manis terhadap kestabilannya. Potensi antioksidasi diamati

setiap minggu selama dua bulan penyimpanan. Analisis

in vitro

dilakukan pada

konsentrasi 200 ppm dengan metode

Thiobarbituric Acid

dan menggunakan

vitamin E sebagai pembanding. Dalam metode ini asam linoleat dioksidasi oleh

udara pada suhu 40

0

C selama 8 hari dengan atau tanpa ekstrak dan produk akhir

berupa malondialdehida (MDA) diukur dengan spektrofotometer pada

λ

532 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama masa simpan, aktivitas

antioksidasi larutan ekstrak mahkota dewa semakin menurun. Hal ini terbukti

dengan lebih banyaknya konsentrasi MDA yang terbentuk pada penambahan

ekstrak yang telah tersimpan selama 8 minggu, yaitu sebesar 2,4 kali dari ekstrak

larutan segar (dengan masa simpan 0 minggu). Konsentrasi MDA masing-masing

adalah 2,63 µM dan 1,11 µM. Adapun ramuan ekstrak mahkota dewa yang

mengandung ekstrak daun kayu manis memperlihatkan khasiat antioksidasi yang

lebih stabil. Dengan masa simpan yang sama, konsentrasi MDA yang terbentuk

hanya 1,5 kali lebih besar dari ramuan ekstrak tanpa penyimpanan. Konsentrasi

MDA masing-masing adalah 1,25 µM dan 0,82 µM. Pada uji antimikrob, ramuan

mahkota dewa-kayu manis memperlihatkan daya antibakteri 2 kali lebih besar dari

pada ekstrak mahkota dewa. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu cara daun

kayu manis dapat menstabilkan khasiat antioksidasi ekstrak mahkota dewa ialah

dengan menghambat tumbuhnya bakteri.


(3)

ABSTRACT

ANTON SUFRIADI. The Benefit of Kayu Manis (

Cinnamomum burmanni

)

Leaves on the Antioxidation Potency of Mahkota Dewa (

Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.)

During Storage. Under the direction of SULISTIYANI and

MEGA SAFITHRI.

This research was carried out to study the antioxidation potency of Mahkota

Dewa mesocarp extract during storage. The effect of kayu manis leaves extract

addition on its stability was also studied. The antioxidation potency was observed

each week during the two months storage. The

in vitro

analysis was conducted at

concentration of 200 ppm using Thiobarbituric Acid assay. The vitamin E was

used as control antioxidant. In this method, the linoleic acid was oxidized by air at

40

0

C for 8 days with or without extract and the final product malondialdehida

(MDA) was measured with spectrophotometer at

λ

532 nm.

The result of the research indicated that longer store period reduced the

antioxidation activity of mahkota dewa mesocarp extract. This was demonstrated

by increasing amount MDA formed during 8 week of experimentation. The

amount of MDA was 2,4 times more than the fresh sample (0 week storage). The

MDA concentrations were 2,63 µM and 1,11 µM, respectively. The antioxidation

potency of mahkota dewa extract mixture containing kayu manis leaves extract

was more stable, as shown by the MDA concentration which was 1,5 times more

than the extract mixture without storage. The MDA concentrations were 1,25 µM

and 0,82 µM, respectively. The antimicrobial test showed that the mahkota

dewa-kayu manis mixture antibacterial activity was 2 times stronger than mahkota dewa

mesocarp extract. This data suggest a possible mechanism by which kayu manis

leaves can stabilize the antioxidation potency of mahkota dewa mesocarp extract,

that is by inhibiting the growth of bacteria.


(4)

MANFAAT DAUN KAYU MANIS (

Cinnamomum

burmanni

) TERHADAP KHASIAT ANTIOKSIDASI

MAHKOTA DEWA (

Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.)

SELAMA PENYIMPANAN

ANTON SUFRIADI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(5)

Judul Skripsi : Manfaat Daun Kayu Manis (

Cinnamomum burmanni

) terhadap

Khasiat Antioksidasi Mahkota Dewa (

Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.) Selama Penyimpanan

Nama

: Anton Sufriadi

NIM

: G44101005

Disetujui

Komisi Pembimbing

drh. Sulistiyani, M.Sc. Ph.D. Mega Safithri, M.Si.

Ketua

Anggota

Diketahui

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.

NIP 131473999


(6)

PRAKATA

Alhamdulillah

, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT

atas rahmat dan karunia-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini

berjudul Manfaat Daun Kayu Manis (

Cinnamomum burmanni

) terhadap Khasiat

Antioksidasi Ramuan Mahkota Dewa (

Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.)

Selama Penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2005

hingga Februari 2006 di Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Sulistiyani dan Ibu Mega Safithri

selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penelitian dan

penulisan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh laboran,

teknisi, Dini, Maman, Metha, Wida, dan teman-teman seperjuangan atas bantuan

dan kerja samanya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada papa,

mama, Neni, Usna, Habibi dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Mei 2006


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Limbanang pada tanggal 30 September 1982 sebagai

anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Drs. Sufnimar Landra dan

Hamidah S.Pdi. Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Suliki Gunung Mas

Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat dan pada tahun yang sama

lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Biokimia Departemen Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan Praktik

Lapangan di Laboratorium Toksikologi Balai Penelitian Veteriner, Bogor dengan

judul Optimasi Konsentrasi Antigen, Antibodi, dan Konjugat untuk Deteksi

Fumonisin B1 pada Produk Pertanian Secara ELISA. Disamping itu penulis juga

aktif di berbagai organisasi intra- dan ekstra-kampus. Periode kepengurusan

Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA 2002-2003 penulis menjabat sebagai staf

Departemen Kajian Strategis. Pada tahun 2002-2004 menjabat sebagai staf

Departemen Biokimia pada Ikatan Himpunan Mahasiswa Kimia Indonesia

(IKAHIMKI). Dalam periode 2004-2005 penulis menjabat sebagai wakil ketua

Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (DPM KM IPB). Penulis

juga pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar II, Kimia Organik II, Kimia

Organik Tingkat Persiapan Bersama, Biokimia II, Pengantar Biokimia,

Metabolisme 1 dan Struktur dan Fungsi Subseluler.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR LAMPIRAN...

PENDAHULUAN ...

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker, Radikal Bebas, dan Antioksidan ...

Mahkota Dewa sebagai Sumber Antioksidan ...

Kayu Manis sebagai Antimikrob. ...

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat...

Metode Penelitian...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Fitokimia Sampel...

Potensi Antioksidasi Sampel...

Uji Aktivitas Antimikrob...

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan...

Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

viii

ix

1

1

2

3

4

5

6

7

8

9

9

10

12


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tumbuhan mahkota dewa ...

2 Buah mahkota dewa ...

3 Daun kayu manis...

4 Nilai absorban hidroperoksida asam linoleat ...

5 Konsentrasi MDA sampel...

6 Konsentrasi MDA

sampel selama penyimpanan

.

...

7 Potensi antioksidasi ramuan dan mahkota dewa...

8 Aktivitas antimikrob ekstrak segar...

9

Aktivitas antimikrob ekstrak yang disimpan 8 minggu ...

3

3

4

7

8

8

8

9

9


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram alir ekstraksi daun kayu manis...

2 Diagram alir ekstraksi daging buah mahkota dewa ...

3 Rendemen hasil ekstraksi...

4 Diagram penentuan waktu inkubasi asam linoleat...

5 Hasil analisis hidroperoksida...

6 Pembuatan kurva standar...

7 Hasil pengukuran standar TMP...

8 Diagram pengukuran konsentrasi MDA...

9 Absorban pengukuran MDA sampel...

10 Foto hasil pengukuran kadar MDA...

11 Kadar MDA masing-masing sampel...

12 Kadar MDA sampel yang disimpan selama setahun...

13 Analisis statistik potensi antioksidasi...

14 Penentuan jumlah mikrob dengan metode hitungan cawan...

15 Penentuan

Optical Density

(OD) mikrob...

16

Jumlah mikroba berdasarkan hitungan cawan...

17 Hasil penentuan OD mikrob...

18 Uji antimikrob...

19 Diameter zona bening...

20 Analisis statistik untuk

B. substilis

...

21 Analisis statistik untuk

E. coli

...

22 Analisis statistik untuk

C. albicans

...

12

12

13

13

14

14

15

15

16

16

17

17

18

19

19

20

20

21

21

22

22

23


(11)

1

PENDAHULUAN

Semakin maju dan berkembangnya suatu masyarakat, semakin banyak pula penyakit yang muncul. Penyakit kanker misalnya, yang masih menjadi mimpi buruk bagi masyarakat karena penyebab kematian terbesar di Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengobati penyakit ini, mulai dari pengobatan menggunakan obat-obat kimia dan radioterapi sampai pengobatan tradisional. Semenjak ratusan tahun yang lalu, masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisional, yaitu pengobatan yang menggunakan ramuan bahan-bahan alami untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Seiring berkembangnya prinsip back

to nature, masyarakat semakin menyukai dan

menyenangi pengobatan ini, karena lebih ekonomis dan tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obat kimia. Sungguh pun demikian, perlu pembuktian melalui penelitian dan pengkajian ilmiah oleh para pakar fitofarmaka (ahli obat alam) perihal khasiat, kandungan, dan keamanannya.

Berdasarkan pengalaman empiris pada pengobatan tradisional ekstrak daging buah mahkota dewa dapat menyembuhkan penyakit kanker. Setelah dilakukan penelitian terhadap kandungan fitokimianya, ternyata ekstrak daging buah mahkota dewa mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin, dan resin (Winarto 2003). Senyawa-senyawa ini merupakan Senyawa-senyawa antioksidan yang dapat mengobati penyakit kanker. Adanya penelitian tersebut mengakibatkan meningkatnya penggunaan ekstrak daging buah mahkota dewa sebagai obat kanker. Oleh karena itu perlu diwaspadai agar dalam setiap penggunaan ekstrak daging buah mahkota dewa, khasiat antioksidasinya tidak turun dan terbebas dari mikroorganisme yang merugikan. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang pengaruh waktu atau lamanya penyimpanan pada suhu kamar terhadap ekstrak daging buah mahkota dewa. Hal ini sangat penting, karena lama penyimpanan dapat mempengaruhi kestabilan khasiat antioksidasi ekstrak daging buah mahkota dewa. Disamping itu, ekstrak daging buah mahkota dewa bisa ditumbuhi atau terkontaminasi oleh berbagai macam mikrob. Penelitian ini bertujuan pertama untuk mempelajari kestabilan khasiat antioksidasi ekstrak daging buah mahkota dewa yang disimpan pada suhu kamar dalam waktu yang relatif lama. Kedua mempelajari fungsi ekstrak daun kayu manis sebagai antimikrob

untuk menstabilkan khasiat antioksidasi ekstrak daging buah mahkota dewa.

Hipotesis penelitian ini adalah khasiat antioksidasi ekstrak daging buah mahkota dewa tidak stabil dan cenderung turun jika disimpan pada suhu kamar dalam waktu yang relatif lama. Ekstrak daun kayu manis dapat menstabilkan khasiat antioksidasi ekstrak daging buah mahkota dewa karena berfungsi sebagai antimikrob.

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker, Radikal Bebas, dan Antioksidan

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel pada jaringan tubuh secara tidak normal. Ketidaknormalan tersebut pertama disebabkan oleh sel telah termutasi atau telah terjadi perubahan struktur DNA sehingga terjadi penurunan atau hilangnya kontrol terhadap pertumbuhan sel. Satu sel saja yang mengalami kerusakan genetik atau telah terjadi 5-10 mutasi DNA sudah cukup untuk menghasilkan jaringan kanker atau neoplasma. Sel-sel yang membelah dengan cepat lebih cenderung membentuk kanker. Oleh karena itu kanker banyak ditemui pada sel-sel somatik organ yang sering mengalami pergantian sel (Zakaria 2001).

Penyebab kedua, ketidaknormalan atau kerusakan DNA ialah radikal bebas. Penyebab ketiga kerusakan DNA ialah karena faktor eksternal seperti: virus, polusi udara, radiasi, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen. Faktor eksternal tersebut juga dapat membentuk radikal bebas. Misalnya radiasi dari sinar ultraviolet, sinar X, dan sinar gamma selain mengakibatkan mutasi dapat pula membentuk radikal bebas. Sedangkan bahan kimia yang karsinogen dalam proses metabolismenya juga membentuk radikal bebas (Murray 1999). Menurut The World

Cancer Research Fund (WCRF) dan The

American Institute of Cancer Research

(AICR) menyatakan bahwa 80-85 % penyebab kanker berasal dari faktor eksternal dan 10-15 % karena kesalahan replikasi dan kesalahan genetik yang diturunkan dari orang tua (Mangan 2003).

Menurut Simanjuntak dan Sudaryati (1998) serta Sulistyo (1998), radikal bebas adalah sebuah atom, gugus atom, atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas meliputi atom hidrogen, logam-logam transisi, dan molekul oksigen (Halliwel 1984).


(12)

2

Tipe radikal bebas adalah turunan oksigen reaktif yang sangat signifikan dalam tubuh. Oksigen reaktif ini mencakup superoksida (O`2), hidroksil (`OH), peroksil (ROO`),

hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen

(O2), oksida nitrit (NO`), peroksinitrit

(ONOO`), dan asam hipoklorit (HOCl). Radikal bebas dapat terbentuk dari proses metabolisme normal tubuh. Salah satu contohnya yaitu pada proses reduksi molekul oksigen dalam rangkaian transport elektron. Reaksinya sebagai berikut (Siregar 1992):

O2 + e

-O2

-O2

-• + e- + 2H+ H2O2

H2O2 + e- OH• + OH

-OH• + e- + H+ H2O

OH- + H+ H2O

O2 + 4e

+ 4H+ 2H2O

Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Peroksidasi lipid merupakan reaksi yang terjadi antara radikal bebas dengan asam lemak tak jenuh ganda yang menyusun membran sel (linoleat, linolenat, dan arakidonat) sehingga terbentuk radikal lipid peroksida. Hal ini terjadi karena lipid merupakan molekul yang paling sensitif terhadap serangan radikal bebas. Reaksi ini terjadi secara berantai atau terus menerus dan berakhir jika ada molekul yang memberikan elektron yang dibutuhkan radikal bebas atau jika dua buah gugus radikal bebas saling berinteraksi membentuk ikatan non radikal (Murray 1999). Kelebihan lipid peroksida dalam darah maupun hati dapat mengakibatkan berbagai penyakit seperti: kanker, jantung koroner, stroke, katarak, autoimun, dan penuaan dini (Yagi 1994).

Reaksi peroksida lipid akan menghasilkan produk akhir malondialdehida (MDA) yang merupakan senyawa dialdehida berkarbon tiga yang reaktif. Konsentrasi MDA yang dihasilkan dapat diukur dengan metode TBA karena MDA akan bereaksi dengan asam tiobarbiturat membentuk produk yang berfluoresensi yang dapat diukur pada panjang gelombang 532 nm (Kikuzaki dan Nakatani 1993; Yagi 1994).

Radikal bebas dihasilkan dari dalam tubuh (endogenus) maupun luar tubuh (eksogenus) melalui sederetan mekanisme reaksi. Pertama pembentukan radikal bebas awal (inisiasi), lalu perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi), yaitu pemusnahan atau

pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif.

1 Inisiasi RH + OH• R• + H2O

2 Propagasi R• + O2 ROO•

ROO• +RH ROOH + R• 3 Terminasi ROO• + ROO• ROOR + O2

ROO• + R• ROOR R• + R• RR

Antioksidan merupakan inhibitor yang bekerja menghambat atau memproteksi oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil. Tetapi jika berkaitan dengan penyakit, akan lebih sesuai jika antioksidan didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif. Menurut Kartawiguna (1998) antioksidan adalah sejumlah enzim atau zat yang dapat menetralkan radikal bebas. Ada beberapa senyawa kimia tergolong kedalam kelompok antioksidan yang cukup potensial dan ditemukan pada tumbuhan yaitu polifenol (terutama asam fenolat dan flavonoid), vitamin E, vitamin C, karotenoid, katekin, dan resveratol (Hernani dan Rahardjo 2005).

Mahkota Dewa sebagai Sumber Antioksidan

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl) adalah tumbuhan asli Indonesia yang berasal dari Papua. Tumbuhan ini sejak dahulu ditanam di halaman keraton Yogyakarta dan Solo. Di pulau Jawa ada beberapa sebutan untuk tanaman ini yaitu makuto dewo, pusaka dewa, derajat, makuto mewo, makuto rojo atau makuto ratu (Jawa Tengah), raja obat (Banten), dan buah simalakama (Depok). Belakangan ada yang memasukkan ke dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dengan nama the crown of God. Tumbuhan ini dikenal di Indonesia karena banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. (Harmanto 2001; Kardono 2003). Klasifikasi lengkap dari tumbuhan mahkota dewa termasuk divisi Spermatophita dengan subdivisi Angiospermae dan kelas Dicotyledonae, ordo Thymelaeales, famili Thymelaeacae, genus Phaleria, dan spesies

Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) atau

Phaleriapapuana Warb Var.Wichnannii (val) Back. (Winarto 2003).

Mahkota Dewa (Gambar 1) merupakan tumbuhan perdu dengan ketinggian kurang lebih 4 m. Berdaun tunggal seperti daun jambu air tetapi langsing dan ujungnya runcing. Panjang daun mahkota dewa sekitar


(13)

3

Gambar 1 Tumbuhan Mahkota Dewa. 10-17 cm, dan lebar 3-5 cm. Warna permukaan daun bagian atas lebih tua dari bagian bawah. Bunga setiap kelompok kelipatan 2-3, berbentuk seperti terompet dengan warna putih. Buah mahkota dewa berbentuk bulat sedikit agak lonjong dengan ukuran mulai dari sebesar bola pingpong sampai sebesar bola tenis. Warna buah yang muda berwarna hijau namun setelah tua berwarna merah seperti darah segar. Bagian dari tanaman yang digunakan untuk obat biasanya adalah buah (daging buah, cangkang, dan biji), batang, dan daun (Winarno 2002) (Gambar 2).

Berdasarkan penelitian Dra Vivi Lisdawati Msi.Apt (2002) menyebutkan bahwa daging buah dan cangkang biji mahkota dewa mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, dan tanin. Senyawa-senyawa ini berkaitan erat sebagai Senyawa-senyawa antikanker dan antioksidasi. Antioksidasi dapat menangkal radikal bebas membentuk kompleks dengan logam pro-oksidan, bahan pereduksi, dan memutuskan formulasi oksigen singlet sehingga melindungi tubuh dari penyakit degeneratif seperti kanker, penyakit jantung koroner, dan diabetes.

Gambar 2 Buah Mahkota Dewa.

Kayu Manis sebagai Antimikrob

Cinnamomum sp. merupakan tanaman

rempah dari famili Lauraceae yang terdiri dari beberapa spesies (Rismunandar dan Paimin 2001). Di pasaran kayu manis dikenal dengan sebutan casiavera atau cinamon (Nazaruddin 1993) sedangkan dibeberapa daerah dikenal dengan nama huru mentek, ki amis (Sunda), manis jangan (Jawa), kenyengar (Madura), madang siak-siak (Toba), kulik manih (Minangkabau), onte (sasak), kuninggu (Sumba), puundinga (Flores), cingar (Bali), kacingar, dan kasingar (Nusa Tenggara) (Syukur dan Hernani 2002; Sutarto dan Atmowidjojo 2001). Menurut Rusli dan Abdullah (1998) di dunia terdapat 54 spesies kayu manis. Sedangkan yang terkenal dalam

perdagangan hanya 4 spesies yaitu C.

zeylanicum, C. cassia, C. burmanni, dan C.

Culilawan (Rismunandar dan Paimin 2001).

Menurut Rismunandar dan Paimin (2001) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas kayu manis. Faktor-faktor tersebut adalah ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah, topografi, dan air tanah. Kayu manis dapat tumbuh hingga ketinggian 2000 m dari permukaan laut, membutuhkan iklim propis basah dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun. Pohon ini dapat tumbuh pada tanah latosol, andosol, podsolik merah kuning, dan mediteran dengan topografi bergelombang atau miring dan air tanah yang dalam.

Deskripsi tanaman kayu manis berupa pohon, tumbuh tegak, tahunan, dan tingginya bisa mencapai 15 m. Batang berkayu, bercabang, dan berwarna hijau kecoklatan. Daun tunggal, berbentuk lanset, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, saat masih muda berwarna merah tua atau hijau ungu, dan daun tua berwarna hijau (Gambar 3). Bunga majemuk malai, muncul dari ketiak daun, berambut halus, dan mahkota berwarna kuning. Buah berwarna hijau saat muda dan hitam setelah tua. Kulit batang mengandung damar, lendir, dan terutama minyak atsiri yang mudah larut dalam air. Komponen terbesar minyak atsiri kayu manis adalah sinamaldehida (Syukur dan Hernani 2002).

Kayu manis menyimpan khasiat yang luar biasa. Hasil utama dari tanaman ini adalah kulit yang digunakan sebagai rempah. Selama ini kayu manis hanya dimanfaatkan ibu-ibu rumah tangga sebagai bumbu dapur dan bahan pembuatan jamu karena aromanya yang harum menyengat serta rasanya yang manis sehingga cocok sekali untuk campuran kue dan cake (Sutarno dan Atmowidjojo 2001). Menurut penjelasan pakar obat-obatan herbal, Prof. Hembing Wijayakusuma, kayu manis berkhasiat untuk obat asam urat, tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu makan, sakit kepala (vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah, hernia, susah buang air besar, asma, sariawan, sakit kencing, dan lain-lain. Selain itu, kayu manis memang memiliki efek farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan. Kulit batang, daun, dan akarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat antirematik, peluruh keringat (diaphoretik), peluruh kentut (carminative), meningkatkan nafsu makan (istomachica), dan menghilangkan sakit (Rismunandar dan Paimin 2001). Saat ini kayu manis sudah menjadi bahan baku dalam industri kosmetik,


(14)

4

kecantikan, dan parfum (Sutanto dan Atmowidjojo 2001).

Sifat fisik dari kayu manis ialah hangat, pedas, wangi, dan sedikit manis. Kandungan kimianya antara lain minyak atsiri, safrole, sinamadehide, eugenol, tanin, damar, kalsium

oksanat, dan zat penyamak. Sinamaldehida

merupakan turunan dari senyawa fenol. Menurut Moestafa (1988) dan Chairul (1994) minyak atsiri dari C. burmanni memiliki komponen utama sinamaldehida dan dehidrokarveol asetat sedangkan menurut Gunawan dan Mulyani (2004) minyak atsiri

C. burmanni mengandung sinamil aldehida,

eugenol, linalool, kariofilena, dan asam sinamat. Senyawa lain yang ditemukan adalah flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin. Berdasarkan penelitian Moestafa (1988) komponen utama minyak atsiri daun

C. burmanni adalah linalool 24,33 %,

sinamilasetat 10,75 %, kariofilena 9,08 %, dan trans-sinamaldehid 7,29 %. Minyak atsiri berkhasiat sebagai senyawa antimikrob (Sukandar et al. 1999) yang dieksrak dengan penyulingan (destilasi uap) (Harris 1994).

Antimikrob adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan bakteri. Berdasarkan aktivitasnya antibakteri dibedakan dalam dua bagian, yaitu aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakteriosida. Aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan yang beraktivitas bakteriosida bersifat membunuh bakteri. Antibakteri yang bersifat bakteriostatik biasa berubah menjadi bakteriosida jika digunakan dalam dosis tinggi. Menurut Dwidjoseputro (1978) zat yang dapat menghambat atau membunuh bakteri berupa garam-garam logam, fenol atau senyawa lain yang sejenis, formaldehida, alkohol, yodium, klor atau persenyawaannya, zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik. Minyak atsiri mengandung senyawa yang berfungsi sebagai antimikrob. Berdasarkan penelitian Damayanti (2004) minyak atsiri rempah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus, Escherichia coli, dan Samonella typhimurium. Menurut Sukandar et al. (1999), minyak atsiri daun kayu manis sebagai antimikrob paling kuat untuk jenis Samonella typhimurium dan

Gambar 3 Daun Kayu Manis.

Candida albicans sedangkan minyak atsiri

kulit kayu manis Bacillus substilis dan

Candida albicans dari 14 jenis bakteri dan 18 jenis fungi yang diuji.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas dari suatu antimikrob yaitu konsentrasi, suhu, waktu, sifat fisik, dan kimia subtrat (pH, kadar air, jenis, dan jumlah zat terlarut). Mekanisme kerja dari antibakteri dapat dikelompokan menjadi (1) menghambat sintesis dinding sel bakteri, (2) menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, (3) menghambat sintesis protein sel bakteri, dan (4) menghambat sintesis asam nukleat. Penelitian ini menggunakan mikroba yang umum ditemukan di sekitar lingkungan hidup kita yaitu Bacillus substilis (B. substilis) dari bakteri Gram positif, Escherichia coli (E. coli) dari bakteri Gram negatif dan Candida albicans (C. albicans) dari fungi.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi ialah daging buah mahkota dewa, daun kayu manis, dan akuades. Daging buah mahkota dewa berupa irisan daging buah tua yang telah kering dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO). Sedangkan daun kayu manisnya berupa daun kayu manis segar spesies Cinnamomum

burmanni yang juga dari BALITRO.

Untuk analisis fitokimia digunakan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa, ekstrak kasar daun kayu manis, kloroform, amoniak, H2SO4 2 M, pereaksi Dragendorf, pereaksi

Meyer, pereaksi Wagner, akuades, metanol, NaOH 10 % (b/v), eter, pereaksi Lieberman Buchard (3 tetes asam asetat anhidrida ditambah 1 tetes H2SO4 pekat), dan FeCl3 1 %

(b/v).

Bahan untuk penentuan waktu inkubasi asam linoleat dan pengukuran konsentrasi MDA yaitu bufer fosfat 0,1 M pH 7, asam linoleat 50 mM dalam etanol 99,8 %, etanol 75 %, ammonium tiosianat 30 %, FeCl2 0,02

M dalam HCl 3,5 %, air bebas ion, TMP (1,1,3,3-tetra metoksi propana) 6 M, TBA 1 % (b/v) dalam asam asetat 50 %, TCA (Tricloroacetate Acid) 20 %, dan α-tokoferol (vitamin E). Sedangkan untuk uji antimikrob digunakan tepung nutrient broth (NB), agar,

sabouraud dextrose broth, NaCl 0,9 %,

nistatin, dan ampisilin.

Alat-alat yang dipakai yaitu hot plate, rotavapor, oven, penangas air, laminar air


(15)

5

flow hood, inkubator, neraca analitik,

spektrofotometer GenesysPM 10, autoklaf,

shaker, alat destilasi, autopipet, dan sentrifus

hettich universal jenis D7200 tipe 1200-16.

Metode Penelitian

Ekstraksi Daun Kayu Manis dan Daging Buah Mahkota Dewa

Ektraksi daun kayu manis dilakukan dengan cara penyulingan/ destilasi uap (Harris 1994, Rismunandar & Paimin 2001). Setelah dikering udarakan selama ± 5 hari, sebanyak 50 gram daun kayu manis yang telah dipotong kecil-kecil dimasukkan ke labu destilasi kemudian ditambahkan akuades sebanyak 250 mL (1 g : 5 mL). Destilasi yang dilakukan selama 3-3,5 jam menghasilkan minyak atsiri sebagai komponen yang teruapkan dan oleoresin sebagai ekstrak daun kayu manis. Hasil destilasi ini digunakan untuk membuat ramuan mahkota dewa.

Ramuan daging buah mahkota dewa dibuat dengan ekstraksi metode penggodokan atau maserasi dengan pemanasan. Sebanyak 15 gram irisan daging buah mahkota dewa yang telah kering digodok dengan 150 mL ekstrak daun kayu manis (1 g : 10 mL) sampai volume akhir lebih kurang menjadi 75 mL (setengah volume awal) (Winarto 2003). Ekstrak disaring dengan kain kasa kemudian ditambahkan minyak atsiri daun kayu manis sebanyak 7,5 mL (sebanyak 10 % volume ekstrak) lalu dikocok dan disimpan dalam botol gelap pada suhu ruang. Sebagai kontrol digunakan akuades sebagai pengekstrak mahkota dewa dan tanpa penambahan minyak atsiri. Ramuan dan ekstrak mahkota dewa dibuat sesuai dengan waktu penyimpanan yaitu 0, 1, 2, 4, 6, dan 8 minggu. Penyimpanan dilakukan dalam botol gelap yang tertutup rapat pada suhu ruang atau kamar.

Setelah masa penyimpanan, pelarut ramuan dan ekstrak mahkota dewa diuapkan dengan rotavapor pada suhu 60-65 0C sampai

kering kemudian disimpan dalam oven pada suhu 50 0C selama semalam. Ekstrak yang diperoleh merupakan ekstrak kasar yang ditimbang untuk menentukan rendemennya. Ekstrak kasar tersebut selanjutnya digunakan untuk uji antioksidasi dan uji antimikrob.

Analisis Fitokimia Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Kayu Manis (Harbone 1987)

Uji alkaloid. Sebanyak 0,51 gram ekstrak kasar sampel ditambah 10 mL kloroform dan beberapa tetes amoniak. Fraksi kloroform

dipisahkan dan diasamkan dengan 10 tetes H2SO4 2 M. Fraksi asam diambil kemudian

ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer, dan Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi Meyer, endapan merah pada pereksi Dragendorf, dan endapan coklat pada pereaksi Wegner.

Uji saponin. Sebanyak 0,50 gram ekstrak kasar sampel ditambah 5 mL akuades dan dipanaskan selama lima menit. Setelah dingin lalu dikocok. Timbulnya busa selama 5-10 menit menunjukkan adanya saponin.

Uji flavonoid dan fenolik hidrokuinon. Sebanyak 0,51 gram ekstrak kasar sampel ditambah 5 mL metanol lalu dipanaskan. Filtratnya ditambah NaOH 10 % (b/v) atau H2SO4. Terbentuknya warna merah karena

penambahan NaOH 10 % menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan warna merah yang terbentuk akibat penambahan H2SO4 pekat menunjukkan

adanya senyawa flavonoid.

Uji steroid dan triterpenoid. Sebanyak 0,51 gram ekstrak kasar sampel ditambah 5 mL etanol lalu dipanaskan. Filtratnya diuapkan kemudian ditambah eter. Lapisan eter ditambah pereaksi Liebermen Buchard (3 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4

pekat). Warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.

Uji tanin. Sebanyak 0,50 gram ekstrak kasar sampel ditambahkan 5 mL akuades kemudian dididihkan selama beberapa menit. Lalu ditambah FeCl3 1 % (b/v). Warna biru

tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin.

Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat dengan Metode Tiosianat (Chen et al. 1996)

Penentuan lamanya waktu inkubasi asam linoleat berdasarkan jumlah hidroperoksida yang dihasilkan selama proses oksidasi. Ke dalam botol gelap dicampurkan 2 mL bufer fosfat 0,1 M pH 7,2 mL asam linoleat 50 mM dalam etanol 99,8 %, dan 1 mL air bebas ion. Kemudian campuran tersebut diinkubasi dalam penangas air suhu 40 0C dan dilakukan analisis jumlah hidroperoksida yang terbentuk. Sebelum dianalisis terlebih dahulu dicari panjang gelombang (λ) maksimumnya.

Sebanyak 50 µL campuran ditambah dengan 6 mL etanol 75 %, 50 µL amonium tiosianat 30 %, dan 50 µL FeCl2 0,02 M dalam

HCl 3,5 % kemudian dikocok. Setelah 3 menit, diukur serapan pada λ 489 nm (hasil pencarian λ maksimum). Campuran ini


(16)

6

dianalisis setiap hari sampai tercapai serapan maksimum.

Pengukuran Konsentrasi MDA Metode TBA (Kikuzaki dan Nakatami 1993)

Sebanyak 1 mL ekstrak kasar ramuan atau mahkota dewa 1.000 ppm yang dilarutkan dalam air bebas ion ditambah 2 mL bufer fosfat 0,1 M dan 2 mL asam linoleat 50 mM (konsentrasi ekstrak dalam sistem 200 ppm). Sebagai kontrol negatif digunakan air bebas ion 1 mL dan kontrol positif 1 mL α-tokoferol (vitamin E) 1.000 ppm (konsentrasi dalam sistem 200 ppm). Semua campuran tersebut diinkubasi dalam penangas air 40 0C.

Konsentrasi MDA yang terbentuk diukur setelah 1 atau beberapa hari sesudah waktu inkubasi maksimum asam linoleat dari hasil analisis hidroperoksida. Pada hari ke 8 yaitu 2 hari setelah waktu inkubasi maksimum asam linoleat, masing-masing campuran diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 mL larutan TCA 20 % dan 2 mL larutan TBA 1 %. lalu campuran ditempatkan pada penangas air yang mendidih selama 10 menit. Setelah dingin, campuran disentrifus pada kecepatan 3000 rpm (960 x g) selama 15 menit. Selanjutnya diukur serapan dengan spektofotometer pada λ 532 nm.

Larutan TMP 6 M digunakan untuk membuat kurva standar MDA. Konsentrasi TMP yang digunakan adalah 0,15; 0,30; 0,60; 0,75; 1,50; dan 3,00 µM. Masing-masing larutan TMP dipipet 1 mL, kemudian ditambahkan 2 mL TCA 20 % dan 2 mL TBA 1 %. Kemudian campuran diinkubasi dalam air mendidih selama 10 menit. Setelah dingin, larutan disentrifus pada kecepatan 3000 rpm (960 x g) selama 15 menit dan selanjutnya diukur serapan pada λ 532 nm (Yagi 1994). Sebagai blanko digunakan akuades.

Uji Aktivitas Antimikrob

Pembuatan media untuk bakteri. Media cair dibuat dari 8 g tepung NB yang dilarutkan dalam 1 L akuades kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga semuanya homogen. Media padat dibuat dari 8 g tepung NB dan 20 g agar yang dilarutkan dalam 1 L akuades kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga semuanya homogen. Semua media disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 0C dan tekanan 2 atm selama 15 menit. Untuk fungi digunakan sabouraud dextrose broth.

Regenerasi mikrob. Stok mikrob pada biakan agar miring diambil satu ose dan diinokulasikan ke dalam erlemeyer yang berisi 10 mL media cair steril. Selanjutnya

erlemeyer diinkubasi dalam shaker suhu 37 0C selama 24 jam. Sedangkan untuk fungi digunakan suhu 25 0C.

Penentuan aktivitas antimikrob menggunakan metode difusi agar (sumur).

Setiap cawan petri diisi 15 mL media agar dan inokulum masing-masing mikrob dengan kerapatan 109 CFU/mL. Kemudian cawan petri digoyang-goyang hingga media dan inokulum homogen lalu didiamkan sampai media memadat. Setelah padat dibuat sumur dengan perforator berdiameter 5,5 mm. Selanjutnya masing-masing sumur diisi 20 µL ramuan mahkota dewa dengan konsentrasi 200, 2.000, 20.000, dan 200.000 ppm. Sebagai kontrol positif digunakan ampisilin dan nistatin konsentrasi 200 dan 2.000 ppm. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C (untuk fungi suhu 25 0C) selama 24 jam dan diukur zona beningnya yang merupakan petunjuk adanya aktivitas antimikrob. Sebagai pembanding digunakan ekstrak air mahkota dewa dan ekstrak daun kayu manis.

HASIL

DAN PEMBAHASAN

Kandungan Fitokimia Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Kayu Manis

Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder sampel yang bersifat kualitatif. Karena bersifat kualitatif, maka digunakan pembanding berupa tanaman yang telah dilaporkan mengandung senyawa yang akan dianalisis. Tanaman tersebut adalah daun tapak dara untuk uji alkaloid, biji buah pinang untuk uji flavonoid dan uji fenolik hidrokuinon, duah klerak untuk uji saponin, daun teh hijau untuk uji tanin, dan daun som jawa untuk uji steroid dan triterpenoid. Analisis dilakukan terhadap ekstrak kasar daging buah mahkota dewa dengan pelarut akuades dan ekstrak kasar daun kayu manis. Senyawa-senyawa yang diperiksa keberadaannya adalah alkaloid, flavonoid, fenolik hidrokuinon, saponin, tanin, dan steroid dan triterpenoid. Hasil analisis fitokimia pada Tabel 1 menujukkan bahwa ekstrak kasar daging buah mahkota dewa alkaloid, flavonoid, fenolik hidrokuinon, saponin, dan tanin namun tidak mengandung steroid dan triterpenoid. Hal ini sesuai dengan penelitian Marliana (2005) dan Ruswandi (2005) yang menyatakan bahwa ekstrak air daging buah mahkota dewa mengandung alkaloid, fenolik, saponin, dan tanin. Keberadaan senyawa flavonoid juga didukung


(17)

7

oleh hasil penelitian Tiagarna (2004) yang menyatakan ekstrak air mahkota dewa mengandung senyawa flavonoid, fenolik, saponin, dan tanin. Senyawa steroid/ triterpenoid tidak ditemukan karena ia tidak larut dalam pelarut akuades.

Ekstrak kasar daun kayu manis yang berupa oleoresin juga mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik hidrokuinon, saponin, dan tanin dengan intensitas warna yang berbeda dari ekstrak mahkota dewa tetapi juga tidak mengandung steroid dan triterpenoid. Menurut Azima (2004), ekstrak air kayu manis mengandung tanin, triterpenoid, saponin dan flavanoid. Keberadaan senyawa flavonoid pada daun kayu manis seiring dengan pernyataan Markham (1988) yang menyatakan bahwa flavonoid dapat ditemukan pada setiap tumbuhan hijau. Oleoresin kayu manis mengandung minyak atsiri, aroma khas dan bahan organik (Rismunandar dan Paimin 2001 ), sedangkan kandungan utama minyak atsiri daun kayu manis adalah linalol, kariofilena, sinamil asetat, sinamaldehida (Moestafa 1988), dan eugenol (Harris 1994). Eugenol merupakan turunan senyawa fenol (Gunawan dan Mulyani 2004).

Potensi Antioksidasi Mahkota Dewa dan Ramuannya

Sebelum analisis potensi antioksidasi dilakukan, terlebih dahulu ditentukan waktu inkubasi dari asam linoleat berdasarkan analisis hidroperoksida. Pada analisis ini asam linoleat dioksidasi oleh oksigen sehingga membentuk hidroperoksida. Konsentrasi hidroperoksida diukur pada panjang gelombang 489 nm (hasil pencarian λ maksimum). Hasil pengukuran hidroperoksida (Gambar 4) menunjukkan puncak serapan asam linoleat terjadi pada hari ke-7. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Satria (2005) yang menyatakan puncak serapan asam linoleat terjadi pada hari ke-6. Setelah hidroperoksida terbentuk semua, maka ia akan mengalami tahap dekomposisi membentuk MDA.

Potensi antioksidasi dianalisis satu atau beberapa hari setelah puncak absorban asam linoleat diperoleh, yaitu pada hari ke-8 dengan harapan semua hidroperoksida yang terbentuk sudah menjadi MDA semua. MDA akan bereaksi dengan TBA membentuk senyawa berwana merah dan serapannya diukur pada λ 532 nm. Nilai serapan sebanding dengan kadar MDA dan berbanding terbalik dengan potensi antioksidasi. Semakin tinggi nilai Serapan maka jumlah MDA yang terbentuk juga tinggi namun potensi antioksidasi sampel semakin rendah.

Hasil pengukuran konsentrasi MDA dari masing-masing sampel pada Gambar 5 diperoleh yang paling rendah adalah ekstrak ramuan 0,825 µM selanjutnya ekstrak mahkota dewa 1,108 µM, ekstrak daun kayu manis 3,201 µM, dan vitamin E 3,795 µM. Konsentrasi MDA tertinggi dimiliki oleh kontrol positif sebesar 23,738 µM, hal ini disebabkan karena tidak adanya senyawa yang mampu menghambat proses oksidasi asam lemak.

Gambar 6 menunjukkan konsentrasi MDA larutan yang mengandung ekstrak mahkota dewa 200 ppm yang disimpan 8 minggu mengalami peningkatan dari larutan yang mengandung ekstrak mahkota dewa tanpa penyimpanan/ segar. Konsentrasi MDA untuk ekstrak mahkota dewa segar adalah 1,108 µM sedangkan ekstrak mahkota dewa penyimpanan 8 minggu adalah 2,630 µM atau 2,4 kali lebih besar dari konsentrasi MDA ekstrak mahkota dewa segar. Berdasarkan uji statistik (α=0,05) dapat disimpulkan bahwa masa simpan ekstrak mahkota dewa berpengaruh terhadap konsentrasi MDA.

Gambar 4 Nilai absorban hidroperoksida asam linoleat.

Tabel 1 Hasil uji fitokimia daging buah mahkota dewa dan daun kayu manis

Sampel

Uji Daging buah

mahkota dewa

Daun

kayu manis Pembanding

Alkaloid Flavonoid Fenolik hidrokuinon

Saponin Tanin Steroid dan triterpenoid

++ ++ ++ + +++ - + + + ++ + -

Daun tapak dara Biji buah pinang Biji buah pinang Duah klerak Daun teh hijau Som jawa ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ Ket : (++++): tinggi, (+++): cukup, (++): sedang, (+): rendah, (-) : tidak ada

0 0.2 0.4 0.6 0.8

0 2 4 6 8 10

Hari Ke Ab s o rb a n


(18)

8

Gambar 5 Konsentrasi MDA sampel. Konsentrasi MDA ramuan yang disimpan selama 8 minggu pada Gambar 6 sebesar 1,255 µM sedangkan ramuan segar adalah 0,825 µM. Peningkatan konsentrasi MDA pada ramuan yang disimpan 8 minggu hanya 1,5 kali konsentrasi MDA ramuan segar. Oleh sebab itu konsentrasi MDA pada ramuan cenderung stabil dibandingkan pada ekstrak mahkota dewa, walaupun berdasarkan uji statistik (α=0,05) lama penyimpanan ramuan juga dapat meningkatkan konsentrasi MDA secara nyata. Pada kesempatan yang sama, juga diukur konsentrasi MDA ramuan yang telah disimpan selama satu tahun, konsentrasi MDA-nya adalah 5,717 µM yang jauh lebih besar dari ramuan yang disimpan dua bulan.

Potensi antioksidasi ekstrak mahkota dewa selama masa penyimpanan tidak stabil dan cendrung turun. Gambar 7 menunjukkan persentase daya hambat ekstrak mahkota dewa segar sebesar 95,33 % turun menjadi 88,92 % setelah 8 minggu penyimpanan. Penurunan ini disebabkan oleh ketidakstabilan senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan jika disimpan dalam waktu yang lama. Ketidakstabilan komponen aktif antioksidasi diperlihatkan dengan mudahnya mengalami degradasi menjadi turunannya yang kurang atau tidak beraktivitas sebagai antioksidan. Sedangkan untuk ekstrak ramuan persentase daya hambatnya relatif stabil, dari 96,53 % untuk ekstrak ramuan segar menjadi 94,71 % pada ramuan yang disimpan selama 8 minggu. Menurut penelitian Andamari (2005) penyimpanan selama 2 bulan juga menurunkan aktivitas antioksidasi dari ramuan teh hijau-jahe. Penurunan aktivitas antioksidasi dengan waktu simpan 1 bulan juga dialami oleh ekstrak daun suji (Hakim 2005).

Gambar 6 Kadar MDA ekstrak mahkota dewa dan ramuannya selama penyimpanan.

Gambar 7 Potensi antioksidasi ramuan dan mahkota dewa.

Keberadaan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan fenolik pada ekstrak mahkota dewa memperkuat bahwa mahkota dewa berpotensi sebagai antioksidasi. Senyawa-senyawa ini kurang stabil jika simpan dalam waktu yang lama karena akan terdegradasi menjadi turunannya yang tidak beraktivitas sebagai antioksidan. Komposisi ekstrak daun kayu manis rata-rata sebesar 53,1 % didalam ramuan yang diuji dapat meningkatkan kestabilan potensi antioksidasinya dengan kesinergisan senyawa-senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan fenolik yang dikandung daging buah mahkota dewa maupun daun kayu manis.

Uji Aktivitas Antimikrob

Uji aktivitas antimikrob menggunakan metode difusi agar. Pada metode ini diamati diameter zona bening disekitar lubang terhadap B. substilis, E. coli, dan C. albicans

yang menunjukkan ekstrak mempunyai aktivitas antimikrob. Aktivitas antimikrob sampel dihasilkan pada konsentrasi 200.000 ppm (200 mg/mL atau 20 % b/v), sedangkan konsentrasi 20.000, 2.000, dan 200 ppm belum menunjukkan adanya aktivitas antimikrob. Menurut Rusmianti (2006) ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi air daging buah mahkota dewa mempunyai aktivitas antibakteri terhadap E. Coli dan B. Substilis. Fraksi etil asetat mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi pada konsentrasi 50 % b/v.

Berdasarkan Gambar 8 ekstrak mahkota dewa segar konsentrasi 200.000 ppm mempunyai aktivitas antimikrob yang paling rendah dengan diameter zona bening B. substilis, E. coli, dan C. albicans masing-masing adalah 1,3; 1,3; dan 1,0 mm. Sedangkan untuk mikrob yang sama ekstrak ramuan segar memiliki diameter zona bening lebih kurang 2 kali lebih besar dari mahkota dewa yaitu 2,3; 2,0; dan 2,0 mm. Ini berarti ekstrak ramuan segar memiliki aktivitas

0 5 10 15 20 25 Kadar MDA

S ampe l

Ekst rak ramuan Ekst rak mahkot a dewa Ekst rak daun kayu manis Vit amin E Kont rol posit if

0 1 2 3 Kadar MDA

0 1 2 4 6 8

Lama pe nyi mpanan (minggu)

Ekstrak ramuan Ekstrak mahkot a dewa

85 90 95 100

0 2 4 6 8 10

Lama pe nyimpanan (minggu)

D aya h am b a t (% )


(19)

9

antimikrob yang lebih besar dari ekstrak mahkota dewa segar. Ekstrak daun kayu manis menunjukkan aktivitas antimikrob paling tinggi terhadap B. substilis, E. coli, dan

C. albicans yaitu 4,0; 4,3; dan 2,0 mm. Hal ini sesuai dengan penelitian Sukandar et al (1999) yang menyatakan bahwa minyak atsiri daun kayu manis beraktivitas sebagai antibakteri dan antifungi.

Menurut Rismunandar (2001) minyak atsiri kayu manis dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik karena mampu membunuh mikroorganisme. Minuman cinna-ale yang mengandung rempah-rempah termasuk kayu manis juga mempunyai aktivitas terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif (Damayanti 2004).

Gambar 9 menunjukkan ekstrak ramuan maupun mahkota dewa yang telah disimpan selama 8 minggu masih mengandung aktivitas antimikrob. Berdasarkan pengukuran diameter zona bening menunjukkan aktivitas antimikrob ramuan pada B. substilis dan

E. coli juga 2 kali lebih besar dari pada

ekstrak daging buah mahkota dewa. Namun pada C. albicans aktivitas antimikrobnya turun dengan nilai diameter zona bening ramuan 1,5 mm, sedangkan ekstrak mahkota dewa 1,8 mm. Secara keseluruhan aktivitas antimikrob ekstrak ramuan dan ekstrak mahkota dewa pada C. albicans lebih rendah jika dibandingkan B. substilis dan E. coli. Hal ini berarti ramuan lebih bersifat antibakteri daripada antifungi.

Berdasarkan uji statistik (α=0,05), daya antibakteri Gram positif ramuan 200.000 ppm yang disimpan selama 8 minggu sebanding dengan kontrol positif ampisilin 200 ppm, sedangkan daya antibakteri Gram negatifnya sebanding dengan kontrol positif ampisilin 2000 ppm. Keberadaan daya antibakteri daun kayu manis pada ramuan daging buah mahkota dewa disamping sebagai penghambat tumbuhnya bakteri juga diindikasikan dapat mempertahankan kestabilan potensi antioksidasi mahkota dewa.

Gambar 8 Aktivitas antimikrob ekstrak segar 200.000 ppm.

Gambar 9 Aktivitas antimikrob ekstrak 200.000 ppm yang telah disimpan selama 8 minggu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama masa simpan, aktivitas antioksidasi larutan ekstrak daging buah mahkota dewa semakin menurun. Hal ini terbukti dengan lebih banyaknya konsentrasi MDA yang terbentuk seiring bertambahnya waktu simpan.

Konsentrasi MDA ekstrak mahkota dewa dengan waktu simpan 0, 1, 2, 4, 6, dan 8 minggu masing-masing 1,108; 1,196; 1,349; 1,508; 1,887; dan 2,630 µM. Adapun ramuan ekstrak daging buah mahkota dewa yang mengandung ekstrak daun kayu manis memperlihatkan khasiat antioksidasi yang lebih stabil. Dengan masa simpan yang sama, konsentrasi MDA yang terbentuk masing-masing 0,825; 0,925; 1,043; 1,078; 1,143; dan 1,255 µM. Hal ini berarti keberadaan daun kayu manis pada ramuan dapat menstabilkan khasiat antioksidasi mahkota dewa.

Pada uji antimikrob, ekstrak segar ramuan mahkota dewa-daun kayu manis memperlihatkan daya antimikrob 2 kali lebih besar dari pada ekstrak daging buah mahkota dewa. Untuk penyimpanan 8 minggu, ramuan juga memperlihatkan daya antibakteri 2 kali lebih besar dari pada ekstrak mahkota dewa namun tidak untuk antifungi. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu cara daun kayu manis menstabilkan khasiat antioksidasi ekstrak daging buah mahkota dewa ialah dengan menghambat tumbuhnya bakteri.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut tentang penyebab turunnya potensi antioksidasi daging buah mahkota dewa selama penyimpanan serta efek daun kayu manis dalam menstabilkan potensi antioksidasi. Disamping itu perlu pengujian potensi antimikrob daun kayu manis selama masa simpan.

B. su bstil

is E. co

li C. a lbic ans 0 1 2 3 4 5

Di am e te r z on a be n i n g

(m m )

Mahkot a dewa 0 Ramuan 0 Daun kayu manis

B. sub stilis E. coli

C. al bicans

0 2 4 6 8 Diame te r

z ona be nin g

(mm)


(20)

10

DAFTAR PUSTAKA

Andamari W. 2005. Formulasi dan evaluasi mutu minuman fungsional teh hijau-jahe selama penyimpanan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Azima F. 2004. Aktivitas Antioksidan dan anti-agregasi platelet ekstrak cassia vera

(Cinnamomum burmanni Nees ex Blume)

serta potensinya dalam pencegahan aterosklerosis pada kelinci [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Chairul, Agusta A. 1994. Komponen penyusun minyak atsiri beberapa

Cinnamomum. Di dalam: Prosiding

Pengembangan Riset dan Teknologi Bahan Obat Alami dan Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia. Simposium Penelitian Bahan Obat Alami VIII. Bogor: Perhimpunan Penelitian Bahan Obat Alami dan Balitro.

Chen HM, Koji M, Fumio Y, Kiyoshi N. 1996. Antioxidant activity of designed pepides. Based on the antioxidative peptide isolated from digests of a soybean protein. J. Agric. Food Chem 44:2619-2623.

Damayanti E. 2004. Mempelajari aktivitas antioksidan dan antibakteri dari ekstrak campuran rempah minuman Cinna-Ale

[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar

Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Gunawan D, Mulyani S. 2004. Ilmu Obat

Alam (Farmakognosis) Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.

Hakim N. 2005. Evaluasi sifat fisiko-kimia dan mikrobiologis ekstrak daun suji

(Pleomele angustifolia, N. E. Brown)

selama penyimpanan pada suhu rendah [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Halliwel B. 1984. Oxygen radicals. A

commonsense look at their nature and medical importance. J. Medical Biology

62:71-77.

Harbone. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB.

Harmanto N. 2002. Mahkota Dewa Obat

Pusaka Para Dewa. Jakarta: Agromedia

Pustaka.

Harris R. 1994. Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hernani, Rahardjo M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan kimia mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Di dalam: Prosiding Pameran Produk Obat Tradisional dan Seminar Sehari Mahkota Dewa. Pusat penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat

Tradisional; Jakarta, 6 Agustus 2003.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan.

Kartawiguna E. 1998. Vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan. Majalah Ilmiah

Kedokteran USAKTI 17(1):16-26.

Kikuzaki H, Nakatami N. 1993. Antioxidant effects of some ginger constituents.

Journal of Food Science

58(6):1407-1410.

Lisdawati V. 2002. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Bioasai antikanker in vitro

dengan sel leukemia, dan isolasi serta penentuan struktur molekul senyawa kimia dari buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa (Scheff.) Boerl.). [tesis].

Depok: Jurusan Farmasi, FMIPA UI. Mangan. 2003. Cara Bijak Menaklukkan

Kanker. Jakarta: Agromedia Pusaka. Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi

Flavonoid. Bandung: ITB Bandung.

Marliana N. 2005. Potensi daging buah mahkota dewa sebagai hepatoprotektor pada tikus putih galur Sprague Dawley

[skripsi]. Bogor: Biokimia, Institut Pertanian Bogor.

Moestafa A. 1988. Penentuan komponen minyak daun Cinnamomum sp. dan minyak kayu manis cina komersial dengan cara GLC dan GCMS.

Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri 14:1-11.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. Ed-25. Hartono A, penerjemah; Bani AP,


(21)

11

Sikumbang TMN, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Harper’s Biochemistry. Nazaruddin. 1993. Komoditi Ekspor

Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya. Rismunandar, Paimin FB. 2001. Kayu Manis

Budidaya dan Pengolahan. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Rusli S, Abdullah A. 1998. Prospek pengembangan kayu manis di Indonesia.

Jurnal Litbang Pertanian 8(5):75-80. Rusmiati D, Wirahardja T, dan Kusumawati

D. 2006. Aktivitas antibakteri buah mahkota dewa terhadap bakteri E. Coli

dan B. Substilis dengan metode difusi

agar. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Tanaman Obat XXIX; Solo, 24-25 Maret 2006. Solo: Pojaknas TOI.

Ruswandi D. 2005. Penghambatan peroksidasi lipid oleh ekstrak buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa) pada gangguan

fungsi hati tikus akibat parasetamol [skripsi]. Bogor: Biokimia, Institut Pertanian Bogor.

Satria E. 2005. Potensi antioksidan dari daging buah muda dan daging buang tua mahkota dewa [skripsi]. Bogor: Biokimia, Institut Pertanian Bogor.

Siregar P. 1992. Metabolit oksigen radikal bebas dan kerusakan jaringan. Cermin Dunia Kedokteran 80:112-115.

Simanjuntak DH, Sudaryati E. 1998. Aspek pencegahan radikal bebas melalui antioksidan. Majalah Kedokteran Indonesia 48(1):50-54.

Sukandar EY, Suganda AG, Muslikhati. 1999. Efek minyak atsiri kulit dan daun

Cinnamomum burmanni terhadap bakteri

dan fungi. Majalah Farmasi Indonesia 10 (1).

Sulistyo BIA. 1998. Radikal bebas, peroksidasi lipid, dan antioksidan.

Cakrawala Pendidikan XVII(1):55-61.

Sutarno H, Atmowidjojo S. 2001. Tantangan Pengembangan dan Fakta Jenis Tanaman Rempah. Bogor: Yayasan Prosea.

Syukur C, Hernani. 2002. Budi Daya

Tanaman Obat Komersial. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Tiagarna P. 2004. Uji toksisitas akut ekstrak air dan etanol 30 % dari buah mahkota

dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada mencit putih [skripsi]. Bogor: Kimia, Institut Pertanian Bogor. Winarto WP. 2003. Mahkota dewa: Budi daya

dan Pemanfaatan Untuk Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Yagi K. 1994. Lipid peroxides and related radicals in clinical medicine. Di dalam

Free Radical in Diagnostic Medicine. D. Arm Strom (editor). Newyork; Plenum Press. hlm 1-14.

Zakaria FR. 2001. Pangan dan pencegahan kanker. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan 12(2):171-177.


(22)

12

Ramuan 0, 1, 2, 4, 6, 8

Lampiran 1 Diagram alir ekstraksi daun kayu manis

Lampiran 2 Diagram alir ekstraksi daging buah mahkota dewa

Daun kayu manis kering

Destilasi uap air, 100 0C

Filtrat

Ekstrak kasar Digunakan untuk ekstraksi daging

buah mahkota dewa Uji antioksidasi dan antimikrob

Rotavapour 60 0C dan dioven 50 0C

Daging buah mahkota dewa kering

Maserasi 100 0C dengan pelarut air Maserasi 100 0C dengan

pelarut filtrat daun kayu manis

Ekstrak

Ekstrak 0, 1, 2, 4, 6, 8 Disimpan pada suhu kamar

dan diambil satu setiap 0, 1, 2, 4, 6, dan 8 minggu

Ekstrak Ramuan

Rotavapour 60 0C dan dioven 50 0C

Ekstrak kasar Ekstrak kasar

Uji antioksidasi dan antimikrob

Minyak atsiri

Filtrat 1 Filtrat 2

Ramuan

Uji antioksidasi dan antimikrob Ditambah minyak atsiri

sebanyak 10 % dari volume ekstrak


(23)

13

Bobot ekstrak

Bobot sampel x 100 % 4,09

14,99 x 100 %

Lampiran 3 Rendemen hasil ekstraksi

Sampel Bobot Sampel (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%)

MD 0 14,99 4,09 27,27

MD 1 19,99 4,58 22,91

MD 2 14,99 3,88 25,87

MD 4 15,01 3,35 22,32

MD 6 24,99 5,57 22,29

MD 8 25,01 6,21 24,83

R 0 11,01 5,01 (51,5 % DKM, 48,5 % MD) 45,50 R 1 14,99 5,55 (52,9 % DKM, 47,1 % MD) 37,02 R 2 16,01 6,25 (52,9 % DKM, 47,1 % MD) 39,04 R 4 14,99 5,32 (55,3 % DKM, 44,7 % MD) 35,49 R 6 14,01 5,54 (53,1 % DKM, 46,9 % MD) 39,54 R 8 14,01 4,88 (52,9 % DKM, 47, 9 % MD) 34,83

DKM 30,01 2,21 7,36

Ket: MD : ekstrak akuades mahkota dewa R : ramuan mahkota dewa

DKM : daun kayu manis

0, 1, 2, 4, 6, dan 8 : lama penyimpanan (minggu) Contoh perhitungan:

Rendemen (%) =

=

= 27,27 %

Lampiran 4 Penentuan waktu inkubasi asam linoleat dengan metode tiosianat

Botol gelap

Inkubasi 40 0C

Diambil 50 µL setiap hari sampai hari ke-9

Larutan 50 µL

6 mL etanol 75 %

50 µL amonium tiosianat 30 % 50 µL FeCl2 0,02 M dalam HCl 3,5 %

Larutan

Didiamkan 3 menit Diukur absorbannya pada λ 489 nm

2 mL bufer fosfat 0,1 M pH 7

2 mL asam linoleat 50 mM dalam etanol 99,8 % 1 mL air bebas ion


(24)

14

Lampiran 5 Hasil analisis hidroperoksida

Absorban Hari ke-

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata

0 0,209 0,130 0,184 0,174 1 0,234 0,154 0,190 0,193 2 0,244 0,292 0,294 0,277 3 0,392 0,385 0,446 0,408 4 0,632 0,463 0,571 0,555 5 0,740 0,506 0,486 0,577 6 0,758 0,541 0,660 0,653 7 0,720 0,581 0,860 0,720 8 0,623 0,441 0,465 0,510 9 0,448 0,395 0,418 0,420

Lampiran 6 Pembuatan kurva standar TMP

Tetrametoksi propana (TMP) 6 M Pengenceran

0,15 µM 0,30 µM 0,60 µM 0,75 µM 1,50 µM 3,00 µM

Tiap larutan diambil 1 mL 2 mL TCA 20 %

2 mL TBA 1 % dalam asam asetat 50 % Larutan

Larutan

Supernatan

Inkubasi 100 0C selama 10 menit Lalu dinginkan

Sentrifus 3000 rpm selama 15 menit


(25)

15

Lampiran 7 Hasil pengukuran standar TMP (1,1,3,3-tetrametoksi propana)

Standar A

y = 0.0419x - 0.0001 R2 = 0.9998

-0.050 0.000 0.050 0.100 0.150

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

Konse ntrasi TMP

Ab

so

r

b

a

n

Standar B

y = 0.0428x + 0.0003

R2 = 0.9993

0.000 0.050 0.100 0.150

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

Konse ntrasi TMP

Ab

so

r

b

a

n

Lampiran 8 Pengukuran kadar MDA sampel

Absorban Konsentrasi

TMP (µM) 1 2 Rata-rata ± SD 0,00 0,000 0,000 0,000 ± 0,000 0,15 0,007 0,006 0,007 ± 0,001 0,30 0,013 0,013 0,013 ± 0,000 0,60 0,024 0,023 0,024 ± 0,001 0,75 0,031 0,032 0,031 ± 0,001 1,50 0,063 0,061 0,062 ± 0,001 3,00 0,126 0,126 0,126 ± 0,000

Absorban Konsentrasi

TMP (µM) 1 2 Rata-rata ± SD 0,00 0,000 0,000 0,000 ± 0,000 0,15 0,007 0,008 0,008 ± 0,001 0,30 0,013 0,014 0,014 ± 0,001 0,60 0,026 0,026 0,026 ± 0,000 0,75 0,029 0,031 0,030 ± 0,001 1,50 0,065 0,064 0,065 ± 0,001 3,00 0,130 0,128 0,129 ± 0,001

Sampel Vitamin E

Tiap larutan diambil 1 mL

2 mL bufer fosfat 0,1 M pH 7

2 mL asam linoleat 50 mM dalam etanol 99,8 % 1 mL air bebas ion

Inkubasi 40 0C

Larutan diambil 1 mL

Lama inkubasi berdasarkan hasil pengukuran hidroperoksida

2 mL TCA 20 %

2 mL TBA 1 % dalam asam asetat 50 % Larutan

Inkubasi 100 0C selama 10 menit

Lalu dinginkan

Sentrifus 3000 rpm selama 15 menit

Diukur absorbannya pada λ 532 nm Larutan


(26)

16

Lampiran 9 Absorban pengukuran MDA sampel

Absorban (A) Absorban (B)

Sampel

1 2 1 2

R0 0,037 0,035 0,034 0,034

R1 0,038 0,040 0,041 0,038

R2 0,046 0,042 0,042 0,047

R4 0,043 0,048 0,046 0,046

R6 0,051 0,046 0,049 0,048

R8 0,048 0,056 0,050 0,059

MD0 0,048 0,048 0,048 0,044

MD1 0,053 0,049 0,050 0,051

MD2 0,058 0,052 0,061 0,058

MD4 0,058 0,061 0,066 0,071

MD6 0,078 0,083 0,073 0,086

MD8 0,106 0,113 0,123 0,104

DKM 0,093 0,156 0,142 0,152

KP 1,285 0,916 0,951 0,865

Vit E 0,144 0,142 0,194 0,164

Ket: Vit E = Vitamin E

Lampiran 10 Foto hasil pengukuran kadar MDA

Ket :

Vit E = Vitamin E K + = Kontrol positif MD = Mahkota dewa R = Ramuan

DKM = Daun kayu manis 0, 1, 2, 4, 6, dan 8 = lama penyimpanan (minggu)


(27)

17

0,037 + 0,0001 0,0419

x 100 %

x 100 % Kadar MDA KP – Kadar MDAi

Kadar MDA KP 23,738 - 0,824

26,738

Lampiran 11 Kadar MDA masing-masing sampel

Kadar MDA Sampel

1A 2A 1B 2B Rata-rata ± SD

Daya hambat (%)

R0 0,885 0,838 0,787 0,787 0,824 ± 0,047 96,53

R1 0,909 0,957 0,951 0,881 0,925 ± 0,036 96,10

R2 1,100 1,005 0,974 1,091 1,043 ± 0,063 95,61

R4 1,029 1,148 1,068 1,068 1,078 ± 0,050 95,46

R6 1,220 1,100 1,138 1,115 1,143 ± 0,053 95,18

R8 1,148 1,339 1,161 1,372 1,255 ± 0,117 94,71

MD0 1,148 1,148 1,115 1,021 1,108 ± 0,060 95,33

MD1 1,267 1,172 1,161 1,185 1,196 ± 0,048 94,96

MD2 1,387 1,243 1,418 1,348 1,349 ± 0,076 94,32

MD4 1,387 1,458 1,535 1,652 1,508 ± 0,114 93,65

MD6 1,864 1,983 1,699 2,002 1,887 ± 0,140 92,05

MD8 2,532 2,699 2,867 2,423 2,630 ± 0,194 88,92

DKM 2,222 3,723 3,311 3,544 3,200 ± 0,674 86,52

KP 30,671 21,864 22,213 20,203 23,738 ± 4,704 00,00

Vit E 3,439 3,391 4,526 3,825 3,795 ± 0,524 84,01

Contoh perhitungan:

Y = 0,0419X – 0,0001 Kadar MDA (µM) =

= 0,885 µM Daya hambat (%) =

= = 96,53 %

Lampiran 12 Kadar MDA sampel yang disimpan selama setahun

Absorban Kadar MDA

Ramuan

1 2 1 2 Rata-rata ± SD

Daya hambat (%)

A 0,288 0,275 6,722 6,418 6,570 ± 0,215 72,32 B 0,216 0,229 5,040 5,343 5,192 ± 0,214 78,13 C 0,257 0,202 5,998 4,713 5,356 ± 0,909 77,44


(28)

18

Lampiran 13 Analisis statistik potensi antioksidasi sampel

Uji Anova ramuan

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 0.47168 0.09434 21.43 0.0001

Error 18 0.07924 0.00440 Total 23 0.55092

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata. Uji lanjut:

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 1.25490 4 R8

B 1.14305 4 R6 B 1.07805 4 R4 B 1.04260 4 R2 C 0.92450 4 R1 D 0.82448 4 R0

Uji anova mahkota dewa

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 6.4782 1.2956 94.90 0.0001

Error 18 0.2458 0.0137 Total 23 6.7240

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata. Uji lanjut:

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 2.63030 4 MD8

B 1.88705 4 MD6 C 1.50792 4 MD4 C D 1.34908 4 MD2 D E 1.19623 4 MD1 E 1.10788 4 MD0


(29)

19

Lampiran 14 Penentuan jumlah mikrob dengan hitungan cawan

(Hadioetomo 1993)

Lampiran 15 Penentuan OD mikrob (Hadioetomo 1993)

Biakan 1:10

1:100.000

1:10.000.000

1:10.000 1 mL

1:1.000.000.000 1:1.000.000

Inkubasi 37 0C, 24 jam Hitung jumlah koloninya

Biakan

1:1 1:2 1:4 1:8 1:16 Blanko 3 mL NB 3 mL NB 3 mL NB 3 mL NB 3 mL NB 3 mL NB

3 mL 3 mL

3 mL 3 mL 3 mL

Diukur absorbannya pada λ 620 nm 1 mL

1:100 1 mL

1 mL 1:1000

1 mL 1 mL

1 mL 1 mL

1:100.000.000

1:100.000.000

1:10.000.000 1:1.000.000

0,1 mL 0,1 mL 0,1 mL


(30)

20

Lampiran 16 Jumlah mikrob berdasarkan hitungan cawan

E. coli B. substilis C. albicans

Pengeceran Jumlah koloni Jumlah sel/ ml Jumlah koloni Jumlah sel/ ml Jumlah koloni Jumlah sel/ ml

10-6 - - - - -

10-7 - - - - 116 1,2 x 109 10-8 197 2,0 x 1010 217 2,2 x 1010 37 3,7 x 109

10-9 31 3,1 x 1010 77 7,7 x 1010 - - Rata-rata 2,5x 1010 Rata-rata 5,0 x 1010 Rata-rata 2,5 x 109

25 x 109 50 x 109

Lampiran 17 Hasil penentuan OD mikrob pada panjang gelombang 620 nm

C. albicans

Konsentrasi Absorban

C. albicans

Jumlah sel (109)

1:1 0,428 2,500 1:2 0,235 1,250 1:4 0,126 0,625 1:8 0,064 0,313 1:16 0,030 0,156

E. coli

Konsentrasi

Absorban

E. coli

Jumlah sel (109)

1:1 1,466 25,000 1:2 1,119 12,500 1:4 0,617 6,250 1:8 0,362 3,125 1:16 0,217 1,563

B. substilis

Konsentrasi

Absorban

B. substilis

Jumlah sel (109)

1:1 1,533 50,000 1:2 1,038 25,000 1:4 0,640 12,500 1:8 0,360 6,250 1:16 0,205 3,125

y = 5.9203x - 0.0768 R2 = 0.9969

0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Absorban Ju m lah se l

y = 17.562x - 3.5931 R2 = 0.9348

0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Absorban Ju m lah s el

y = 34.854x - 6.9469 R2 = 0.9674

0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

0 0.5 1 1.5 2

Absorban J u m lah se l


(31)

21

Lampiran 18 Uji antimikrob

Lampiran 19 Diameter zona bening

B. substilis E. coli C. albicans

Sampel

(200.000 ppm) 1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata R0 2,0 2,5 2,3 2,5 1,5 2,0 1,5 2,5 2,0 R1 2,5 1,5 2,0 1,5 2,0 1,8 1,0 1,0 1,0 R2 3,5 2,0 2,8 2,0 3,0 2,5 2,0 1,0 1,5 R4 4,0 3,0 3,5 3,0 2,5 2,8 1,0 1,0 1,0 R6 4,5 5,5 5,0 8,5 6,0 7,3 1,0 1,5 1,3 R8 5,5 6,0 5,8 8,5 6,5 7,5 1,0 2,0 1,5 MD0 1,5 1,0 1,3 1,0 1,5 1,3 1,0 1,0 1,0 MD1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 MD2 1,0 2,5 1,8 1,5 2,0 1,8 1,0 2,5 1,8 MD4 2,5 1,5 2,0 2,5 2,5 2,5 1,0 1,0 1,0 MD6 2,5 2,5 2,5 2,0 3,0 2,5 1,0 1,0 1,0 MD8 2,5 3,0 2,8 3,0 3,0 3,0 2,0 1,5 1,8 DKM 4,0 4,0 4,0 3,5 5,0 4,3 2,0 2,0 2,0 Ampisilin 200 ppm 5,5 6,5 6,0 4,5 4,5 4,5 - - - Ampisilin 2000 ppm 8,5 8,0 8,3 6,5 7,0 6,8 - - - Nistatin 200 ppm - - - 11,5 7,0 9,3 Nistatin 2000 ppm - - - 16,5 12,0 14,3

Sampel Kontrol positif

B. substilis

Kontrol positif

Kontrol positif

Sampel Sampel

C. albicans E. coli

Inkubasi 37 0C 24 jam

Ukur zona beningnya


(32)

22

Lampiran 20 Analisis statistik untuk

B. substilis

Uji Anova

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 66.71428 5.13186 13.68 0.0001

Error 14 5.25000 0.37500 Total 27 71.96428

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata. Uji lanjut

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 6.0000 2 Ampisilin 200 ppm

A 5.7500 2 R8

A B 5.0000 2 R6 B C 4.0000 2 DKM C D 3.5000 2 R4 C D E 2.7500 2 R2 C D E 2.7500 2 MD8 D E F 2.5000 2 MD6 D E F G 2.2500 2 R0 E F G 2.0000 2 R1 E F G 2.0000 2 MD4 E F G 1.7500 2 MD2 F G 1.2500 2 MDO G 1.0000 2 MD1

Lampiran 21 Analisis statistik untuk

E. coli

Uji Anova

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 128.65178 9.89629 16.54 0.0001

Error 14 8.37500 0.59821 Total 27 137.02678

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata. Uji lanjut:

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 7.5000 2 R8

A 7.2500 2 R6

A 6.7500 2 Ampisilin 2000 ppm B 4.2500 2 DKM

B C 3.0000 2 MD8 B C D 2.7500 2 R4 B C D 2.5000 2 R2 B C D 2.5000 2 MD6 B C D 2.5000 2 MD4 C D 2.0000 2 R0 C D 2.0000 2 MD2 C D 1.7500 2 R1 C D 1.2500 2 MDO D 1.0000 2 MD1


(33)

23

Lampiran 22 Analisis statistik untuk

C. albicans

Uji Anova

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 120.14351 9.24180 10.12 0.0001

Error 14 11.87500 0.91346 Total 27 132.01851

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata Uji lanjut:

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 9.2500 2 Nistatin 200 ppm B 2.0000 2 DKM

B 2.0000 2 R0 B 1.7500 2 MD8 B 1.5000 2 R8 B 1.5000 2 R2 B 1.2500 2 R6 B 1.0000 2 MD0 B 1.0000 2 MD2 B 1.0000 2 R1 B 1.0000 2 MD1 B 1.0000 2 R4 B 1.0000 2 MD4 B 1.0000 2 MD6


(1)

Lampiran 13 Analisis statistik potensi antioksidasi sampel

Uji Anova ramuan

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 0.47168 0.09434 21.43 0.0001

Error 18 0.07924 0.00440

Total 23 0.55092

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata. Uji lanjut:

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 1.25490 4 R8

B 1.14305 4 R6 B 1.07805 4 R4 B 1.04260 4 R2 C 0.92450 4 R1 D 0.82448 4 R0

Uji anova mahkota dewa

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 6.4782 1.2956 94.90 0.0001

Error 18 0.2458 0.0137

Total 23 6.7240

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata. Uji lanjut:

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 2.63030 4 MD8

B 1.88705 4 MD6 C 1.50792 4 MD4 C D 1.34908 4 MD2 D E 1.19623 4 MD1 E 1.10788 4 MD0


(2)

Lampiran 14 Penentuan jumlah mikrob dengan hitungan cawan

(Hadioetomo 1993)

Lampiran 15 Penentuan OD mikrob (Hadioetomo 1993)

Biakan 1:10

1:100.000

1:10.000.000

1:10.000 1 mL

1:1.000.000.000 1:1.000.000

Inkubasi 37 0C, 24 jam Hitung jumlah koloninya

Biakan

1:1 1:2 1:4 1:8 1:16 Blanko

3 mL NB 3 mL NB 3 mL NB 3 mL NB 3 mL NB 3 mL NB 3 mL

3 mL

3 mL 3 mL 3 mL

Diukur absorbannya pada λ 620 nm 1 mL

1:100 1 mL

1 mL 1:1000

1 mL 1 mL

1 mL 1 mL

1:100.000.000

1:100.000.000

1:10.000.000 1:1.000.000

0,1 mL 0,1 mL 0,1 mL


(3)

Lampiran 16 Jumlah mikrob berdasarkan hitungan cawan

E. coli B. substilis C. albicans

Pengeceran Jumlah koloni Jumlah sel/ ml Jumlah koloni Jumlah sel/ ml Jumlah koloni Jumlah sel/ ml

10-6 - - - - -

10-7 - - - - 116 1,2 x 109

10-8 197 2,0 x 1010 217 2,2 x 1010 37 3,7 x 109

10-9 31 3,1 x 1010 77 7,7 x 1010 - -

Rata-rata 2,5x 1010 Rata-rata 5,0 x 1010 Rata-rata 2,5 x 109

25 x 109 50 x 109

Lampiran 17 Hasil penentuan OD mikrob pada panjang gelombang 620 nm

C. albicans

Konsentrasi Absorban

C. albicans

Jumlah sel (109)

1:1 0,428 2,500

1:2 0,235 1,250

1:4 0,126 0,625

1:8 0,064 0,313

1:16 0,030 0,156

E. coli

Konsentrasi

Absorban

E. coli

Jumlah sel (109)

1:1 1,466 25,000

1:2 1,119 12,500

1:4 0,617 6,250

1:8 0,362 3,125

1:16 0,217 1,563

B. substilis

Konsentrasi

Absorban

B. substilis

Jumlah sel (109)

1:1 1,533 50,000

1:2 1,038 25,000

1:4 0,640 12,500

1:8 0,360 6,250

1:16 0,205 3,125

y = 5.9203x - 0.0768 R2 = 0.9969

0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Absorban Ju m lah se l

y = 17.562x - 3.5931 R2 = 0.9348

0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 Absorban Ju m lah s el

y = 34.854x - 6.9469 R2 = 0.9674

0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

0 0.5 1 1.5 2

Absorban J u m lah se l


(4)

Lampiran 18 Uji antimikrob

Lampiran 19 Diameter zona bening

B. substilis E. coli C. albicans

Sampel

(200.000 ppm) 1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata

R0 2,0 2,5 2,3 2,5 1,5 2,0 1,5 2,5 2,0

R1 2,5 1,5 2,0 1,5 2,0 1,8 1,0 1,0 1,0

R2 3,5 2,0 2,8 2,0 3,0 2,5 2,0 1,0 1,5

R4 4,0 3,0 3,5 3,0 2,5 2,8 1,0 1,0 1,0

R6 4,5 5,5 5,0 8,5 6,0 7,3 1,0 1,5 1,3

R8 5,5 6,0 5,8 8,5 6,5 7,5 1,0 2,0 1,5

MD0 1,5 1,0 1,3 1,0 1,5 1,3 1,0 1,0 1,0

MD1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

MD2 1,0 2,5 1,8 1,5 2,0 1,8 1,0 2,5 1,8

MD4 2,5 1,5 2,0 2,5 2,5 2,5 1,0 1,0 1,0

MD6 2,5 2,5 2,5 2,0 3,0 2,5 1,0 1,0 1,0

MD8 2,5 3,0 2,8 3,0 3,0 3,0 2,0 1,5 1,8

DKM 4,0 4,0 4,0 3,5 5,0 4,3 2,0 2,0 2,0

Ampisilin 200 ppm 5,5 6,5 6,0 4,5 4,5 4,5 - - - Ampisilin 2000 ppm 8,5 8,0 8,3 6,5 7,0 6,8 - - -

Nistatin 200 ppm - - - 11,5 7,0 9,3

Nistatin 2000 ppm - - - 16,5 12,0 14,3 Sampel

Kontrol positif

B. substilis

Kontrol positif

Kontrol positif

Sampel Sampel

C. albicans E. coli

Inkubasi 37 0C 24 jam

Ukur zona beningnya


(5)

Lampiran 20 Analisis statistik untuk

B. substilis

Uji Anova

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 66.71428 5.13186 13.68 0.0001

Error 14 5.25000 0.37500

Total 27 71.96428

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata. Uji lanjut

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 6.0000 2 Ampisilin 200 ppm

A 5.7500 2 R8

A B 5.0000 2 R6

B C 4.0000 2 DKM C D 3.5000 2 R4 C D E 2.7500 2 R2 C D E 2.7500 2 MD8 D E F 2.5000 2 MD6 D E F G 2.2500 2 R0 E F G 2.0000 2 R1 E F G 2.0000 2 MD4 E F G 1.7500 2 MD2 F G 1.2500 2 MDO G 1.0000 2 MD1

Lampiran 21 Analisis statistik untuk

E. coli

Uji Anova

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 128.65178 9.89629 16.54 0.0001

Error 14 8.37500 0.59821 Total 27 137.02678

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata. Uji lanjut:

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 7.5000 2 R8

A 7.2500 2 R6

A 6.7500 2 Ampisilin 2000 ppm B 4.2500 2 DKM

B C 3.0000 2 MD8 B C D 2.7500 2 R4 B C D 2.5000 2 R2 B C D 2.5000 2 MD6 B C D 2.5000 2 MD4 C D 2.0000 2 R0 C D 2.0000 2 MD2 C D 1.7500 2 R1 C D 1.2500 2 MDO D 1.0000 2 MD1


(6)

Lampiran 22 Analisis statistik untuk

C. albicans

Uji Anova

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 120.14351 9.24180 10.12 0.0001

Error 14 11.87500 0.91346 Total 27 132.01851

F hitung > F tabel menunjukkan hasil berbeda nyata Uji lanjut:

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 9.2500 2 Nistatin 200 ppm

B 2.0000 2 DKM

B 2.0000 2 R0

B 1.7500 2 MD8

B 1.5000 2 R8

B 1.5000 2 R2

B 1.2500 2 R6

B 1.0000 2 MD0

B 1.0000 2 MD2

B 1.0000 2 R1

B 1.0000 2 MD1

B 1.0000 2 R4

B 1.0000 2 MD4