Brum pada akar atau batang Akar Patah atau Mati Mati ujung Cabang Patah atau mati Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup. Kerusakan kuncup daun atau tunas Perubahan warna daun Lain-lain

6. Brum pada akar atau batang

Munculnya tunas-tunas baru pada akar atau batang secara abnormal yang menghambat proses penyaluran hasil metabolisme.

7. Akar Patah atau Mati

Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.

8. Mati ujung

Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang Patah atau mati

Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau batang tajuk di luar daerah tajuk hidup tidak dikodekan.

10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.

Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif dan organ yang bergerombol tidak normal.

11. Kerusakan kuncup daun atau tunas

Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang 50, pada sekurang-kurangnya 30 dari daun, kuncup atau tunas.

12. Perubahan warna daun

Sekurang-kurangnya 30 dari daun yang terganggunya 50. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika Universitas Sumatera Utara pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.

13. Lain-lain

Digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai. Aplikasi SIG untuk Pemetaan Sebaran Pohon Di Universitas Sumatera Utara Menurut Anam 2005, sistem informasi geografis SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia. Lebih lanjut Budiyanto 2002 menyatakan bahwa SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Dengan kemampuan tersebut, maka SIG dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan pada hutan mangrove. Sistem Informasi Geografis SIG sudah cukup lama dikenal sejak awal tahun 1960 di Kanada dan Amerika Serikat, yang saat itu banyak digunakan untuk keperluan Land Information System. Saat ini SIG sudah banyak digunakan untuk keperluan lain seperti pengembangan wilayah, perpetaan, lingkungan dan sebagainya. SIG mulai dimanfaatkan di Indonesia pada awal tahun 1980 terutama dalam pembuatan peta, pengelolaan wilayah, analisis lingkungan dan agraria Subaryono dkk, 2006. Universitas Sumatera Utara Teknik tumpang tindih overlay merupakan hal yang terpenting dalam aplikasi SIG untuk memperoleh tematik data spasial peta baru beserta data atributnya. Terdapat empat jenis metode overlay yang paling penting, yaitu; intersect, union, clip dan merge. Metode intersect adalah metode yang paling luas penggunaannya untuk analisa data spasial dengan teknik yang akan mengkombinasikan secara silang data spasial dan non spasial dalam satu tema informasi baru. Metode union digunakan ketika dua atau lebih data digabungkan sehingga menghasilkan data yang dikehendaki hanya tergabung secara spasial tanpa memperhatikan aspek data basenya. Metode clip adalah tumpang tindih dua data spasial yang akan menghasilkan potongan sesuai poligon yang dikehendaki area of interest. Metode merge adalah penggabungan dua atau lebih data secara spasial dan non spasial dengan syarat adanya dasar field kunci yang sama dalam atribut ESRI, 1996. Universitas Sumatera Utara METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dimulai dari awal Juni 2013 sampai dengan selesai. Alat Alat penelitian yang digunakan antara lain: binokuler, pita diameter, Walking stick, GPS Global Positioning System, tally sheet, kamera digital dan alat tulis menulis. Prosedur Penelitian 1. Jenis dan Cara Pengambilan Data Jenis data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Datasekunder dilakukan melalui studi literatur. Data primer yang diambil di Universitas Sumatera Utara lapangan antara lain: jenis pohon, diameter, tinggi total, kondisi kerusakan pohon dan koordinat pohon yang mengalami kerusakan . Data kerusakan pohon diambil secara sensus dan dicatat diameter, tinggi dan kondisinya serta diambil koordinatnya. Pengukuran diameter dan tinggi ini diperlukan untuk mengetahui indikator pertumbuhannya. Pohon yang sehat dan mati tidak dihitung karena tidak termasuk pohon yang mengalami kerusakan. Dalam metode Forest Health Monitory FHM, tanda dan gejala kerusakan dicatat berdasarkan definisi kerusakan tersebut dapat mematikan pohon atau mempengaruhi kemampuan hidup jangka panjang pohon tersebut. Tabel 1. Kebutuhan Data No Nama data Jenis data Sumber data Tahun 1 Peta persebaran pohon di USU Sekunder Penelitian sebelumnya 2013 2 Data Jenis Pohon di USU Sekunder Penelitian lapanganskripsi 2013 3 Diameter, tinggi dan Kondisi kerusakan pohon Primer Analisis dan perhitungan 2013 4 Titik GPS koordinat pohon yang mengalami kerusakan Primer Penelitian lapangan 2013

2. Analisis Kerusakan Pohon