Pemetaan Kesehatan Pohon Di Sumatera Utara
PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh :
DHANY NUGRAHA 081201055
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
(2)
PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
DHANY NUGRAHA
081201055/ MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
(3)
PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
DHANY NUGRAHA
091201058/ MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
(4)
Judul : Pemetaan Kesehatan Pohon Di Sumatera Utara Nama : Dhany Nugraha
NIM : 081201055 Program Studi : Kehutanan
Minat Studi : Manajemen Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan
(5)
ABSTRAK
DHANY NUGRAHA: Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara. Dibawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan LUTHFI HAKIM.
Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran pohon sakit sebagai salah satu teknik untuk mempermudah pemeliharaan kesehatan pohon di Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan persebaran dan identifikasi jenis-jenis pohon serta kualitasnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan standar Forest Health Management dalam menentukan kategori pohon sehat dan sakit (kerusakan rendah, sedang dan berat). Proses pembuatan peta sebaran pohon sakit di USU dilakukan dengan menggunakan software Arc View 3.3 dan Garmin BaseCamp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang mengalami kerusakan/gangguan dalam skala ringan s.d sedang adalah jenis Mahoni, Saga, Ketapang, Asam Jawa, Glodokan Tiang, Mangga, Nangka, Jati, Jati Putih, Serangan atau gejala penyakit baik yang berasal dari patogen atau aktivitas manusia yang sering ditemukan adalah kanker, kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati.
(6)
ABSTRACT
Dhany Nugraha.Health Mapping Trees At the University of North Sumatera. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LUTHFI HAKIM.
Use of application Geographic Information Systems ( GIS ) to determine the distribution of tree pain as one of the techniques to simplify tree health care at the University of North Sumatra is one of the effective and efficient manner . The purpose of this study was to determine the distribution and identification of tree species and quality at the University of North Sumatra . This study uses a standard Forest Health Management in determining the category of healthy and diseased trees ( low damage , moderate and severe ) . The process of making a map of the distribution of diseased trees in USU done using Arc View 3.3 software and Garmin BaseCamp . The results showed that there are the types of trees in North Sumatra University of damaged / impaired in mild scale up being is a kind of mahogany , Saga , Ketapang , Asam Jawa , glodokan Poles , Mango , Jackfruit , Teak , Teak White , attack or symptoms of disease both derived from pathogens or human activity that is often found cancer , damage to the leaves , and branches are broken or dead .
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putra dari Bapak Yulian Badry dan Ibunda Asmawaty yang dilahirkan pada tanggal 13 Januari 1990 di Kota Medan. Penulis putra kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 060827 pada tahun 2002, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 15 Medan tahun 2005 dan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari Harapan Mandiri tahun 2008 dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultras Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis SNMPTN.Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII memilih minat studi Manajemen Hutan.
Semasa kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis juga pernah menjadi Asisten Klimatologi, Dendrologi, Silvika, Hidrologi dan Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan selama 10 hari di Tongkoh, Sumatera Utara pada tahun 2010, dan Praktikum Ekologi Hutan pada tahun 2011.
Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Danau Lau Kawar dan Gunung Sinabung, Kabupaten Karo selama 10 hari. Penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Gunung Rinjani. Pada semester VII penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah member dukungan baik materi dan moril kepada penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si dan Bapak Luthfi Hakim S.Hut., M.Si.. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penetapan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Dalam penyelesaian skripsi ini Penulis menyadari keterbatasan yang Penulis miliki sehingga melibatkan banyak pihak, untuk itu Penulis menyampaikan terima kasih kepadakeluarga terutama orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik moril dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini serta kepada teman-teman yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian iniserta seluruh rekan-rekan Kehutanan USU stambuk 2008 THH, BDH, MNH yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat.
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ………. viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Kota ... 4
Bentuk-Bentuk Hutan Kota ... 6
Jalur Hijau ... 7
Taman Kota ... 7
Kebun dan Halaman ... 7
Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang ... 7
Hutan Lindung ... 8
Kuburan dan Makam Pahlawan ... 8
Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon ... 8
Penggangu yang termasuk jasad hidup ... 8
Penggangu yang bukan jasad hidup ... 9
Tipe-Tipe Kerusakan Pada Pohon ... 12
Kanker ... 12
Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut ... 12
Luka Terbuka ... 13
Resinosis dan Gumosis ... 13
Batang Patah ... 13
Brum Pada Akar atau Batang ... 13
Akar Patah atau Mati ... 13
Mati Ujung ... 14
Cabang Patah atau Mati ... 14
(10)
Kerusakan Kuncup Daun Atau Tunas ... 14
Lain-Lain ... 14
Aplikasi SIG untuk Pemetaan Sebaran Pohon Di UniversitasSumatera Utara ... 15
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
Bahan dan Alat Penelitian ... 17
Prosedur Penelitian ... 17
Jenis dan Cara Pengambilan Data ... 17
Analisis Kerusakan Pohon ... 18
Tipe Kerusakan ... 18
Lokasi Kerusakan ... 21
Keparahan Kerusakan ... 22
Analisis Data ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Sebaran Pohon ... 26
Peta Sebaran Pohon Sakit di USU ... 27
Distribusi Jenis Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan ... 29
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49
Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
(11)
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Kebutuhan Data ... 18
2. Tipe-Tipe Kerusakan Pada Tubuh Pohon ... 19
3. Kode tipe Kerusakan Pada Tubuh Pohon ... 21
4. Kode Lokasi Kerusakan Pada Tubuh Pohon ... 22
5. Kualifikasi Kelas Keparahan Menurut Kode Tiper Kerusakan ... 22
6. Kode Kelas Keparahan Kerusakan Pohon ... 23
7. Bobot Indeks Kerusakan Pohon ... 23
8. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon ... 24
9. Identifikasi Jenis dan Sebaran Pohon Pada Lokasi Pengamatan di Universitas Sumatera Utara... 26
(12)
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Flowchart prosedur penelitian ... 25
2. Peta Sebaran Pohon Sakit di USU ... 27
3. Distribusi Jenis Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan (Mangold, 1977) .... 29
4. Luka terbuka pada jenis Mahoni (Swetenia mahogani) ... 31
5. (a) Eksudasi pada batang Saga, dan (b) Kerusakan daun dan cabang yang mati pada Saga dan Brum pada tajuk hidup ... 34
6. Gejala kanker (bengkak) pada batang Mahoni ... 35
7. Daun Mahoni yang berubah warna dan kering ... 35
8. Cabang/ranting Mahoni mengalami kerapuhan dan gejala mati ujung... 35
9. Daun Ketapang yang menguning (berubah warna)... 36
10. Daun Ketapang yang berlubang-lubang ... 37
11. Tepi daun Ketapang yang berubah warna dan mongering (gosong) ... 38
12. (a) Perubahan warna daun pada Cemara, (b) gulma pada cabang cemara ... 38
13. Daun Jati berubah warna dan mengalami mati ujung ... 39
14. Mati ujung pada tanaman Jati ... 41
15. Gejala defoliasi ditandai dengan daun menggulung dan mongering ... 41
16. Daun Gmelina arborea yang berubah warna ... 42
17. Cabang dan Daun Pohon Asam Jawa yang terserang penyakit ... 43
18. Cabang dan ranting pohon Nangka yang rapuh dan mati ... 44
19. Cabang Mangga yang rapuh dan mati... 45
20. Daun Kupu-Kupu yang menguning dan kering ... 46
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
(14)
ABSTRAK
DHANY NUGRAHA: Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara. Dibawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan LUTHFI HAKIM.
Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran pohon sakit sebagai salah satu teknik untuk mempermudah pemeliharaan kesehatan pohon di Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan persebaran dan identifikasi jenis-jenis pohon serta kualitasnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan standar Forest Health Management dalam menentukan kategori pohon sehat dan sakit (kerusakan rendah, sedang dan berat). Proses pembuatan peta sebaran pohon sakit di USU dilakukan dengan menggunakan software Arc View 3.3 dan Garmin BaseCamp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang mengalami kerusakan/gangguan dalam skala ringan s.d sedang adalah jenis Mahoni, Saga, Ketapang, Asam Jawa, Glodokan Tiang, Mangga, Nangka, Jati, Jati Putih, Serangan atau gejala penyakit baik yang berasal dari patogen atau aktivitas manusia yang sering ditemukan adalah kanker, kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati.
(15)
ABSTRACT
Dhany Nugraha.Health Mapping Trees At the University of North Sumatera. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LUTHFI HAKIM.
Use of application Geographic Information Systems ( GIS ) to determine the distribution of tree pain as one of the techniques to simplify tree health care at the University of North Sumatra is one of the effective and efficient manner . The purpose of this study was to determine the distribution and identification of tree species and quality at the University of North Sumatra . This study uses a standard Forest Health Management in determining the category of healthy and diseased trees ( low damage , moderate and severe ) . The process of making a map of the distribution of diseased trees in USU done using Arc View 3.3 software and Garmin BaseCamp . The results showed that there are the types of trees in North Sumatra University of damaged / impaired in mild scale up being is a kind of mahogany , Saga , Ketapang , Asam Jawa , glodokan Poles , Mango , Jackfruit , Teak , Teak White , attack or symptoms of disease both derived from pathogens or human activity that is often found cancer , damage to the leaves , and branches are broken or dead .
(16)
PENDAHULUAN
Latar belakang
Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah terletak d universitas terbaik di pulau luar mempunyai Fakultas Kedokteran.
Lingkungan kampus USU memiliki banyak jenis pohon yang ditanami baik di sekitar kawasan Fakultas, sepanjang jalan lingkungan kampus maupun disekitar gedung-gedung akademik yang menyebar di seluruh area kampus USU. Di kawasan pintu 4 juga terdapat sebuah hutan mini yang dinamakan Hutan Tridharma yang biasanya digunakan oleh mahasiswa pertanian khussnya program studi kehutanan untuk melakukan praktik lapangan yang membantu dalam proses belajar mengajar sehingga perlu dijaga kelestariannya.
Keberadaan pohon di lingkungan kampus USU memiliki nilai dan manfaat yang sangat penting. Selain manfaat estetika yang dengan jelas dapat dinikmati, keberadaan pohon di lingkungan kampus dapat meningkatkan kualitas udara, melindungi air tanah, mengurangi silau matahari, menahan angin, memberikan keteduhan, dan keindahan (Nowak 2004). Melihat banyaknya manfaat yang dapat diberikan, pohon di lingkungan kampus USU jelas merupakan aset yang perlu dipelihara dan dipertahankan keberadaannya. Sejalan dengan itu, kondisi kesehatan pohon di lingkungan kampus USU selayaknya dipantau secara berkala sebagai bagian dari sistem pemeliharaannya.
(17)
Pohon memang tidak menjadi objek utama di Universitas Sumatera Utara, tetapi bagi mahasiswa Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Kehutanan, pohon-pohon yang berada di USU dan merupakan bagian dari hutan kota sangat penting keberadaannya dan harus tetap dijaga keleststariannya. Selaian seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pohon-pohon di Universitas Sumatera Utara juga dijadikan sebagai kebutuhan dalam praktikum-praktikum yang ada di program studi kehutanan, sehingga harus tetap dijaga keberlangsungannya. Bahkan pada beberapa bulan terakhir sudah ada beberapa pohon tumbang akibat cuaca buruk di medan khususnya di USU. Beberapa pohon tumbang yang mengakibatkan beberapa ruas jalan di USU tertutup bahkan ada yang mebahayakan karena terjadi tepat didepan kampus.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan identifikasi jenis, analisis dan pemetaan kerusakan pohon yang ada di Universitas Sumatera Utara untuk mengetahui sebaran pohon yang meengalami kerusakan dan agar tetap menjaga kelestariannya.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi jenis pohon yang ada di kawasan Universitas Sumataera Utara Medan.
2. Penilaian kualitas pohon di kawasan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Pemetaan sebaran pohon yang mengalami kerusakan di Universitas Sumatera Utara.
(18)
Manfaat dari Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi sebaran kesehatan dan kerusakan pohon yang ada di Universitas Sumater Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Kota
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang ditanami pepohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah atau kawasan perkotaan, baik didalam tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota. Wilayah perkotaan tersebut merupakan pusat-pusat permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan atau wilayah nasional sebagai bentuk ciri kehidupan kota. Hutan kota juga merupakan suatu kawasan dalam kota yang habitatnya didominasi oleh pepohonan dibiarkan tumbuh secara alami. pengertian alami bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan telah diatur seperti taman (Setiawan, 1994).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhkan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas hutan kota dalam suatu hamparan kompak paling sedikit 0,25 hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% ( sepuluh perseratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
1. Luas wilayah 2. Jumlah penduduk 3. Tingkat pencemaran
(19)
Manfaat dari Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi sebaran kesehatan dan kerusakan pohon yang ada di Universitas Sumater Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Kota
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang ditanami pepohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah atau kawasan perkotaan, baik didalam tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota. Wilayah perkotaan tersebut merupakan pusat-pusat permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan atau wilayah nasional sebagai bentuk ciri kehidupan kota. Hutan kota juga merupakan suatu kawasan dalam kota yang habitatnya didominasi oleh pepohonan dibiarkan tumbuh secara alami. pengertian alami bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan telah diatur seperti taman (Setiawan, 1994).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhkan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas hutan kota dalam suatu hamparan kompak paling sedikit 0,25 hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% ( sepuluh perseratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
1. Luas wilayah 2. Jumlah penduduk 3. Tingkat pencemaran
(20)
Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan agar tumbuh dengan baik hendaklah dipertimbangkan syarat-syarat hortikultura, ekologi, dan syarat-syarat fisik lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Eckbo (1986) bahwa persyaratan tersebut adalah mempertimbangkan respons dan toleransi terhadap temperatur , kebutuhan akan air, kebutuhan dan toleransi terhadapa cahaya matahari, kebutuhan tanah, hama, dan penyakit, serta syarat-syarat fisik yang bertujuan untuk penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk tajuk, tekstur, warna, dan aroma. Banyak contoh di dalam dan di luar negeri yang membuktikan bahwa penghijauan di pinggir jalan ditanami dengan tanaman produktif (tanaman berbuah dan berbiji, tanaman langka, dan tanaman berbunga wangi).
Vegetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Peranan penghijauan kota sangat tergantung pada vegetasi yang ditanam. Untuk itu dari berbagai peranan dan manfaat vegetasi maka manfaat dan fungsi penghijauan atau ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
1. Paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2
2. Pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat sejuk, nyaman,dan segar.
) yang sangat diperlukan bagi mahluk hidup untuk pernapasan.
3. Pencipta lingkungan hidup, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi mahluk di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara alamiah. 4. Penyeimbang alam (edaphis), merupakan pembentukan tempat hidup alami
(21)
5. Oro-hidrologi, pengendalian untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.
6. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya, seperti angin kencang, terik matahari, gas, atau debu.
7. Mengurangi polusi udara, vegetasi dapat menyerap polutan tertentu. Vegetasi dapat menyaring debu dengan tajuk dan kerimbunan dedaunannya.
8. Mengurangi polusi air, vegetasi dapat membantu membersihkan air. 9. Mengurangi polusi suara (kebisingan), vegetasi dapat menyerap suara.
10. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan dengan baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota. 11. Kesehatan, warna dan karakter tumbuhan dapat dipergunakan untuk terapi
mata dan jiwa.
12. Rekreasi dan pendidikan, jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah.
13. Nilai pendidikan, komunitas vegetasi yang ditanam dengan keanekaragaman jenis dan karakter akan memberikan nilai ilmiah sehingga sangat berguna untuk pendidikan, seperti hutan kota merupakan laboratorium alam.
14. Sosial, politik, dan ekonomi. Tumbuhan mempunyai nilai sosial yang tinggi. Tamu negara datang misalnya menanam pohon tertentu di tempat yang sudah disediakan. Begitu pula vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai ekonomi seperti bunga, buah kayu, dan sebagainya.
15. Penghijauan perkotaan dapat menjadi indikator atau penunjuk bagi lingkungan, kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi atas pertumbuhan dan perkembangan kota. (Soemarwoto, 2004).
(22)
Bentuk-bentuk Hutan Kota
Menurut Dahlan (1992), hutan kota memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. Jalur Hijau
Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan, sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.
2. Taman Kota
Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
3. Kebun dan Halaman
Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan suatu kebanggaan tertentu. Halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya.
4. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat,
(23)
maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.
5. Hutan Lindung
Jenis ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.
6. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan
Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan
Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon
Menurut Djafarudin (1996), secara alamiah yang termasuk pengganggu tanaman dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/ abiotis)
Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk hidup yang termasuk kepada kelompok hewan atau binatang. Serangga dapat merusakantanaman dengan cara: a) memakan bagian tanaman dengan cara
(24)
menggerek batang, ranting, buah atau biji; b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun; c) menyebabkan bengkak/ puru pada bagian tertentu; d) menyebabkan kanker pada batang/ bagian berkayu; e) meletakkan telur pada bagian tanaman, mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang dan f) menularkan jasad pengganggu.
Gulma yaitu jasad pengganggu yang merupakan sebangsa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit biotis. Gulma bersifat mengganggu, merugikan merusak kalau ditinjau dari segi sifat dan keberadaannya.
2. Pengganggu yang bukan jasad hidup
Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang disebabkan oleh faktor dan unsur iklim serta cuaca. Kekeliruan (yang bukan secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan kurang hati-hati atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.
Penyakit khususnya penyakit biotis adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis makhluk hidup selain daripada hewan dan tumbuhan tingkat tinggi. Penyakit terjadi jika pada satu waktu di satu tempat terdapat: 1) tumbuhan yang rentan; 2) patogen yang virulen dan 3) lingkungan yang sesuai. Penyakit tidak akan terjadi jika patogen yang virulen bertemu dengan bagian tumbuhan yang rentan, tetapi lingkungan tidak membantu perkembangan patogen dan tidak meningkatkan kerentanan tumbuhan. Patogen melakukan interaksi dengan tumbuhan inang. Patogen melakukan aksi, sedang tumbuhan inang mengadakan reaksi. Lingkungan, seperti
(25)
kelembaban, suhu, sinar matahari dan hara tanah mempengaruhi tumbuhan inang maupun patogen. Interaksi ini sering digambarkan sebagai segitiga penyakit ” disease triangle” (Semangun, 1996).
Unsur lain yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon yaitu kerusakan mekanis. Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu luka terbuka pada kulit kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai menyebabkan matinya pohon yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi disebabkan oleh tumbangnya suatu pohon yang menyebabkan luka pada kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan es atau salju yang menyebabkan daun rontok dan sambaran petir (Soeratmo, 1974).
Menurut Widyastuti et.al. (2005) faktor abiotik penyebab kerusakan pohon adalah faktor fisik dan kimia penyusun lingkungan tempat tumbuh yang tingkat keberadaannya tidak mendukung pertumbuhan atau perkembangan normal pohon penyusun hutan.
a. Suhu
Tiap jenis tumbuhan mempunyai kisaran persyaratan suhu yang dapat ditoleransi dalam pertumbuhannya. Perubahan suhu yang melampaui batas toleransi akan menyebabkan tumbuhan mengalami penyimpangan fisiologis dan dapat menyebabkan kematian. Pertumbuhan pohon sangat peka terhadap suhu.
Beberapa jenis pohon tumbuh dengan baik pada kisaran yang lebar, jenis yang lain hanya mentolerir kisaran yang lebih sempit. Kerusakan akan terjadi pada saat suhu telah melewati batas maksimum atau minimum.
(26)
b. Kelembaban
Saat kelembaban nisbi tinggi, penguapan dari tumbuhan menjadi rendah, sehingga dapat terjadi penghambatan penyerapan hara. Kekurangan hara ini dapat berakibat gangguan formasi sel dan daun tumbuhan.
c. Iklim
Pada hutan yang jenis tumbuhan penyusunnya merupakan jenis eksotik atau dibangun pada lahan-lahan marginal maka faktor iklim atau faktor tempat tumbuh dapat merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Bila faktor tersebut berada di atas atau di bawah batas kemampuan adaptasi tumbuhan maka dapat terjadi kerusakan fisiologis atau mekanis.
d. Unsur hara
Kekahatan unsur hara dapat terjadi jika ketersediaan unsur hara dalam tanah tidak mencukupi jumlah yang diperlukan tumbuhan yang hidup di tempat tersebut. Selain itu kelebihan unsur hara juga mampu menyebabkan kerusakan pada tumbuhan akibat kerusakan sel secara langsung oleh unsur hara tertentu.
e. Polusi Udara
Kerusakan tumbuhan oleh polutan pada umumnya meningkat seiring dengan peningkatan intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban nisbi udara, suhu dan keberadaan polutan udara yang lain. Ozon yang terserap oleh daun melalui stoma menyebabkan kerusakan membran sel
(27)
pada jaringan palisade dan jaringan yang lain. Peroxiasil nitrat jika terserap tumbuhan menyebabkan kerusakan jaringan parenkim daun. f. Kekurangan Oksigen
Kondisi kekurangan oksigen di alam secara umum berasosiasi dengan kelembaban tanah atau suhu uadara yang tinggi. Kombinasi antara kelembaban dan suhu yang tinggi dalam tanah atau udara menyebabkan kerusakan perakaran tumbuhan.
g. Cahaya
Kekurangan cahaya menghambat pembentukan klorofil dan merangsang pemanjangan ruas sehingga daun berwarna pucat, jaringan menjadi lemah dan daun serta bunga gugur lebih awal.
Tipe-tipe Kerusakan pada Pohon
Menurut Mangold, (1997), definisi kerusakan yang terdapat pada pohon dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Kanker
Kanker mungkin dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.
(28)
Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama. Kayu gembol merupakan petunujuk adanya jaringan kayu yang lunak, sering mengandung air dan mengalami degradasi. Suatu luka terbakar pada pangkal suatu pohon adalah juga merupakan indikator lapuk. Lubang (rongga) di dalam batang utama dari cabang tua adalah juga lapuk. Tunggak-tunggak lapuk yang terkait dengan regenerasi melalui trubus. Busuk ada dua macam penyebabnya, yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit busuk ini meyerang akar, batang, kuncup dan buah (Pracaya, 2003).
3. Luka Terbuka
Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).
4. Resinosis atau gumosis
Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang. 5. Batang patah
Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91 m dari batang baik karena galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak pada daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).
(29)
6. Brum pada akar atau batang
Munculnya tunas-tunas baru pada akar atau batang secara abnormal yang menghambat proses penyaluran hasil metabolisme.
7. Akar Patah atau Mati
Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.
8. Mati ujung
Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.
9. Cabang Patah atau mati
Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau batang tajuk di luar daerah tajuk hidup tidak dikodekan.
10.Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.
Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif dan organ yang bergerombol tidak normal.
11.Kerusakan kuncup daun atau tunas
Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.
12.Perubahan warna daun
Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika
(30)
pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.
13. Lain-lain
Digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai.
Aplikasi SIG untuk Pemetaan Sebaran Pohon Di Universitas Sumatera Utara
Menurut Anam (2005), sistem informasi geografis (SIG) adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia. Lebih lanjut Budiyanto (2002) menyatakan bahwa SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Dengan kemampuan tersebut, maka SIG dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan pada hutan mangrove.
Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah cukup lama dikenal sejak awal tahun 1960 di Kanada dan Amerika Serikat, yang saat itu banyak digunakan untuk keperluan Land Information System. Saat ini SIG sudah banyak digunakan untuk keperluan lain seperti pengembangan wilayah, perpetaan, lingkungan dan sebagainya. SIG mulai dimanfaatkan di Indonesia pada awal tahun 1980 terutama dalam pembuatan peta, pengelolaan wilayah, analisis lingkungan dan agraria (Subaryono dkk, 2006).
(31)
Teknik tumpang tindih (overlay) merupakan hal yang terpenting dalam aplikasi SIG untuk memperoleh tematik data spasial (peta) baru beserta data atributnya. Terdapat empat jenis metode overlay yang paling penting, yaitu; intersect, union, clip dan merge. Metode intersect adalah metode yang paling luas penggunaannya untuk analisa data spasial dengan teknik yang akan mengkombinasikan secara silang data spasial dan non spasial dalam satu tema informasi baru. Metode union digunakan ketika dua atau lebih data digabungkan sehingga menghasilkan data yang dikehendaki hanya tergabung secara spasial tanpa memperhatikan aspek data basenya. Metode clip adalah tumpang tindih dua data spasial yang akan menghasilkan potongan sesuai poligon yang dikehendaki (area of interest). Metode merge adalah penggabungan dua atau lebih data secara spasial dan non spasial dengan syarat adanya dasar (field) kunci yang sama dalam atribut (ESRI, 1996).
(32)
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dimulai dari awal Juni 2013 sampai dengan selesai.
Alat
Alat penelitian yang digunakan antara lain: binokuler, pita diameter, Walking stick, GPS (Global Positioning System), tally sheet, kamera digital dan alat tulis menulis.
Prosedur Penelitian
1. Jenis dan Cara Pengambilan Data
Jenis data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Datasekunder dilakukan melalui studi literatur. Data primer yang diambil di
(33)
lapangan antara lain: jenis pohon, diameter, tinggi total, kondisi kerusakan pohon dan koordinat pohon yang mengalami kerusakan.
Data kerusakan pohon diambil secara sensus dan dicatat diameter, tinggi dan kondisinya serta diambil koordinatnya. Pengukuran diameter dan tinggi ini diperlukan untuk mengetahui indikator pertumbuhannya. Pohon yang sehat dan mati tidak dihitung karena tidak termasuk pohon yang mengalami kerusakan. Dalam metode Forest Health Monitory (FHM), tanda dan gejala kerusakan dicatat berdasarkan definisi kerusakan tersebut dapat mematikan pohon atau mempengaruhi kemampuan hidup jangka panjang pohon tersebut.
Tabel 1. Kebutuhan Data
No Nama data Jenis data Sumber data Tahun
1 Peta persebaran pohon di USU
Sekunder Penelitian sebelumnya
2013 2 Data Jenis Pohon di USU Sekunder Penelitian
lapangan/skripsi
2013 3 Diameter, tinggi dan
Kondisi kerusakan pohon
Primer Analisis dan
perhitungan
2013
4 Titik GPS koordinat pohon yang mengalami kerusakan
Primer Penelitian lapangan
2013
2. Analisis Kerusakan Pohon
Pengamatan terhadap kerusakan pohon dilakukan melalui metode Forest Health Monitoring (FHM). FHM merupakan metode akurat dalam menilai kerusakan pohon yang dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, yaitu melalui perhitungan kuantitatif kerusakan spesifik pohon, penilaian status kerusakan
(34)
berdasarkan indikator kerusakan pohon, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya penyebab kematian pohon (Mangold, 1997).
Variabel kerusakan pohon yang diamati meliputi tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan kelas keparahan. Jika dalam satu pohon terdapat lebih dari tiga kerusakan, yang dicatat adalah tingkat kerusakan yang paling parah. Jika nilai kerusakan suatu pohon dinyatakan dalam suatu fungsi, dapat dinyatakan sebagai berikut (Mangold, 1997):
Kerusakan = fx (A, B, C) dengan
A : tipe kerusakan B : lokasi kerusakan C : keparahan kerusakan Tipe Kerusakan
Tipe-tipe kerusakan pohon menurut Mangold (1997) terdiri atas kanker, busuk hati (konk), luka terbuka, resinosis atau gumosis, batang patah, brum pada akar atau batang, akar patah atau mati, mati ujung, cabang patah atau mati, brum pada cabang atau daerah di dalam tajuk, kerusakan daun, dan perubahan warna daun yang disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2 . Tipe-Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon
No Tipe Kerusakan Gejala* Penyebab*
1 Kanker Pembengkakan jaringan kayu
pada akar, batang atau dahan yang mengakibatkan jaringan kayu menjadi lunak, rapuh dan retak-retak
Bakteri atau jamur
2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut
a. Terjadi pembusukan pada pangkal batang.
b. Adanya daun-daun pada tajuk yang menguning dan mengering
Jamur
(35)
pada kulit kayu yang mengelupas.
b. Terbuka lapisan kayu bagian dalam
c. Tidak adanya tanda-tanda pelapukan
benda tajamdan tusukan paku pada kulit kayu.
4 Eksudasi (Resinosis dan gumosis
Pecahnya jaringan kayu pada batang yang memicu keluarnya cairan berupa getah berwarna putih (eksudasi).
Organisme patogen yang menginfeksi luka terbuka.
5 Batang patah kurang dari 0.91 cm
Batang yang patah dengan jarak > 0,91 cm dari pangkal batang.
Pemotongan secara sengaja oleh pihak yang berkepentingan di sekitar jalan 6 Brum pada akar atau
batang
Munculnya tunas-tunas baru pada akar atau batang secara abnormal yang menghambat penyaluran hasil metabolisme.
Hama ulat penyerang pucuk tanaman.
7 Akar patah atau mati kurang dari 0.91 cm
Akar yang patah atau mati dengan jarak > 0,91 cm dari pangkal batang.
a.Potongan atau goresan benda tajam akibat pembuatan salran drainase. b.luka karena terbakar
No Tipe Kerusakan Gejala* Penyebab*
8 Hilangnya ujung
dominan (mati ujung)
Kerusakan jaringan pada akar dan batang yang menyumbat pembuluh xylem
a. Jamur atau hama serangganb. b. Absorpsi zat-zat
beracun oleh tanaman
9 Cabang patah atau mati
Lapuknya cabang pohon Hujan deras disertai angin tanpa hujan, disambar petir, dan lapuknya cabang
pohon akibat terinfeksi jamor patogen
10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk
Percabangan yang berkelibihan di dalam daerah tajuk
Faktor genetik
11 Kerusakan daun Adanya bercak daun (leaf spot) dan bercak berlubang (spot hole)
a. Jamur atau hama serangga seperti ulat dan belalang b. Pencemaran
udara 12 Daun berubah warna
(tidak hijau)
Daun tidak lagi berwarna hijau dan menjadi la
Yu
a. Hama uret,
rayap, bakteri dan jamur
(36)
mineral, pencemaran udara, defisit air, absorpsi zat-zat beracun, atau terbakar karena bahan kimia tertentu.
Keterangan: *) Gejala dan penyebab tipe kerusakan berdasarkan keterangan Khoiri (2004), Miardini (2006), dan Soetrisno (2001).
Setiap tipe kerusakan tersebut dinyatakan dengan kode berupa angka yang telah ditetapkan di dalam Mangold, (1997). Seluruh kode tipe kerusakan pohon ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kode Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon
No Tipe Kerusakan Kode
1 Kanker, gol (puru) 1
2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut
2
3 Luka Terbuka 3
4 Eksudasi (Resinosis dan gumosis 4
5 Batang patah kurang dari 0.91 cm 11
6 Brum pada akar atau batang 12
7 Akar patah atau mati kurang dari 0.91 cm 13
8 Hilangnya ujung dominan (mati ujung) 21
9 Cabang patah atau mati 22
10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk 23
11 Kerusakan daun 24
12 Daun berubah warna (tidak hijau) 25
Sumber : Mangold (1997)
Lokasi Kerusakan
Lokasi kerusakan yang diamati adalah seluruh bagian tubuh pohon dari daun hingga akar, seperti permukaan akar dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah, akar dan batang bagian bawah, batang bagian bawah (setengah bagian bawah dari
(37)
batang antara pangkal akar (tunggak) dan dasar tajuk hidup), bagian bawah dan bagian atas batang, bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara pangkal akar (tunggak) dan dasar tajuk hidup), batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup dan di atas dasar tajuk hidup), cabang (lebih besar 2,54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hidup), dan daun . Selanjutnya, setiap lokasi kerusakan pohon dinyatakan dengan kode berupa angka yang telah ditetapkan dalam Mangold, (1997) sebagai berikut (Tabel 4).
Tabel 4. Kode Lokasi Kerusakan pada Tubuh Pohon
No Lokasi Kerusakan Kode
1 Sehat ( tidak ada kerusakan) 0
2 Akar (terbuka) dan pangkal akar dengan tinggi 30 cm di atas tanah 1
3 Akar dan batang bagian bawah 2
4 Batang bagian bawah (setengah bagian bawah dari pangkal bagian bawah antara pangkal akar dan setengah tajuk hidup
3
5 Bagian bawah dan bagian atas batang 4
6 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari pangkal antara pangkal akar dan setengah tajuk hidup
5
7 Batang tajuk 6
8 Cabang 7
9 Kuncup dan tunas 8
10 Daun 9
Sumber : Mangold, (1997) Keparahan Kerusakan
Penilaian kerusakan fisik pohon berdasarkan nilai ambang batas keparahan dilakukan dengan mengklasifikasikan nilai ambang batas keparahan yang diperoleh ke dalam kelas interval 10% hingga 99% (Tabel 5). Nilai keparahan kerusakan yang diamati pada setiap tipe kerusakan adalah minimal 20%, kecuali pada mati ujung nilai
(38)
keparahan kerusakan yang diamati adalah minimal 1%. Untuk beberapa tipe kerusakan seperti busuk hati, brum atau percabangan yang berlebihan, dan patah pada batang yang berlokasi kurang dari 0,91 m dari batang, nilai kerusakan yang diamati adalah lebih dari atau sama dengan 20%.
Tabel 5. Kualifikasi Kelas Keparahan Menurut Kode Tipe Kerusakan
No Tipe Kerusakan Kelas
keparahan (10% - 99%)
Kode tipe kerusakan
1 Kanker, gol (puru) 20% 1
2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut
Nihil* 2
3 Luka Terbuka 20% 3
4 Eksudasi (Resinosis dan gumosis 20% 4
5 Batang patah kurang dari 0.91 cm Nihil* 11
6 Brum pada akar atau batang Nihil* 12
7 Akar patah atau mati kurang dari 0.91 cm 20% 13 8 Hilangnya ujung dominan (mati ujung) 1% 21
9 Cabang patah atau mati 20% 22
10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk
20% 23
11 Kerusakan daun 20% 24
12 Daun berubah warna (tidak hijau) 30% 25
Keterangan : *) ≥ 20 % untuk akar, batang dan cabang jika < 0.91 batang dan > 0.91 untuk akar berdasarkan ketentuan Mangold, (1997)
Kemudian, nilai keparahan kerusakan yang telah diperoleh diklasifikasikan ke dalam kode keparahan kerusakan berdasarkan kelas keparahan menurut Mangold. (1997) sebagai berikut (Tabel 6).
Tabel 6. Kode Kelas Keparahan Kerusakan Pohon
No Kelas (%) Kode
1 01-19 1
2 20-29 2
3 30-39 3
4 40-49 4
5 50-59 5
6 60-69 6
7 70-79 7
8 80-89 8
(39)
Hasil evaluasi dari seluruh variabel kerusakan pohon (tipe kerusakan, lokasi kerusakan dan kelas keparahan) dianalisis dengan menggunakan bobot indeks kerusakan sebagai berikut.
Tabel 7. Bobot Indeks Kerusakan Pohon
No Tipe kerusakan Lokasi kerusakan Kelas keparahan
Kode Bobot Kode Bobot Kode bobot
1 1 1,9 0 1,5 0 1,5
2 2 1,7 1 2 1 1,1
3 3 1,5 2 2 2 1.2
4 4 1,5 3 1,8 3 1,3
5 11 1,6 4 1,8 4 1,4
6 12 1,3 5 1,6 5 1,5
7 13 1 6 1,2 6 1,6
8 21 1 7 1 7 1.7
9 22 1 8 1 8 1,8
10 23 1 9 1 9 1,9
11 24 1
12 25 1
Sumber : Mangold, (1997)
Analisis Data
Menurut Mangold (1997) penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria berdasarkan metode FHM. Data yang diperoleh dari dari penilaian kerusakan dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang dan kelas berat).
NIK =
Σ
(xi.yi.zi) Keterangan:NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan
(40)
zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan . : Perkalian
Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:
Kelas sehat : 0 sampai ≤ 5
Kelas kerusakan ringan : > 5 sampai ≤ 10 Kelas kerusakan sedang : > 10 sampai ≤ 15 Kelas kerusakan berat : > 15 sampai 21
Tabel 8. Tally sheet Penilaian Kerusakan Pohon No Jenis
pohon
Tinggi (m)
Diameter (cm)
Kerusakan 1 Kerusakan 2 Kerusakan 3 A B C A B C A B C
Keterangan :
A : Lokasi kerusakan B : Tipe kerusakan
C : Kelas keparahan Kerusakan
FLOWCHART PROSEDUR PENELITIAN
tidak
Pengambilan data
Analisis dan Inventarisasi Kesehatan Pohon
Data tipe kerusakan, lokasi kerusakan dan
keparaahan
Potensi
ada
(41)
Gambar 1. Flowchart prosedur penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Sebaran Pohon
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap pohon-pohon yang termasuk ke dalam kategori kerusakan ringan s.d kerusakan berat, maka diperoleh hasil identifikasi dan sebaran pohon pada beberapa lokasi di Universitas Sumatera Utara yang disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Identifikasi Jenis dan Sebaran Pohon Pada Lokasi Pengamatan di Universitas Sumatera Utara
No Jenis Jumlah Sebaran
1 Mahoni (Swetenia mahogani) 23 A,E,C,M,O
2 Jati (Tectona grandis) 8 D,F,G
3 Jati Putih (Gmelina arborea) 13 G 4 Cemara Kipas (Thuja orientaslis) 1 A 5 Glodokan Tiang (Polyathea longifolia) 9 I,M,N 6 Mangga (Mangifera indica) 3 E,N,P
(42)
7 Nangka (Artocarpus heterophyllus) 1 M 8 Kupu-Kupu (Papilio cresponthes) 1 E
9 Durian (Duiro zibethinus) 1 A
10 Asam Jawa (Tamarindus indica) 12 B,D,E,H,P 11 Saga (Adenanthera pavonina) 14 C,I,J
12 Tanjung (Mimusops elengi) 2 A
13 Ketapang (Terminalia cattapa) 6 A,K 14 Angsana (Pterocarpus indicus) 6 L,O Keterangan :
Berdasarkan Tabel 9 diatas, jenis yang paling banyak ditemui berada dalam kondisi rusak ringan s.d berat adalah jenis Mahoni (Swetenia mahogani) dengan jumlah 23 pohon.
A : Perpustakaan USU B : PJK USU
C : F.Ilmu Bahasa USU D : Jl. Thridarma USU E : Pendopo USU
F : Rumah Sampah USU G : Padang Rumput USU H : Polmed USU
I : Biro Rektor USU J : Stadion USU
K :Teknik Arsitektur USU L : F. Ilmu Komputer USU M : Gema USU
N : F. Kedokteran USU O : F. Ekonomi USU P : Pintu 1 USU
(43)
(44)
Hasil pengamatan dan survey di lapangan disajikan dalam bentuk peta penyebaran pohon sakit di beberapa tempat di Universitas Sumatera Utara dengan kriteria ketinggian 25 mdpl. Pada Gambar 2 diatas menunjukkan bahwa areal pengamatan kualitas pohon yang memiliki unit sampel terbanyak adalah areal Pendopo USU. Berdasarkan pengamatan visual areal Pendopo USU adalah salah satu tempat yang memiliki vegetasi penutupan lahan berupa pohon yang terluas di dalam USU selain Hutan Tridaharma USU. Rata-Rata vegetasi penutup lahan di area Pendopo USU adalah pohon dengan jenis Mahoni (Swetenia mahogani). Keberadaan jenis Mahoni yang tergolong rapat ini sangat memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit antar pohon Mahoni. Hal ini diketemukan berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil pada Gambar 2 menunjukkan ada indikasi penularan penyakit dari satu Mahoni kepada Mahoni yang lain berdasarkan data kerusakan Mahoni (terlampir) yang terdapat di lokasi Pendopo USU. Adapun gejala serangan pada seluruh spesies Mahoni adalah hamper sama yakni serangan pada daun dan batang serta cabang-cabang yang kering dan mudah lapuk (rapuh). Jenis dengan angka pohon sakit yang terendah ditemukan dari jenis mangga (Mangifera indica) dan nangka (Artocarpus heterophyllus) Adapun areal persebaran mangga dan nangka tersebut terletak di pintu 1 USU.
Berdasarkan peta sebaran diatas (Gambar 2), umumnya dapat dilihat bahwa pada beberapa spesies pohon sakit yang ada di USU, sebaran pohon yang kurang sehat terlihat berdekatan. Sebagai contoh, sebaran pohon sakit dari jenis Jati Putih (Gmelina arborea). Gmelina arborea ini terletak di area potensi tegakan (padang rumput) USU. Gejala serangan penyakit yang diketemukan hampir sama antar spesies Gmelina arborea satu dengan lainnya. Hal tersebut diduga menjadi
(45)
indikasi penyebaran penyakit pada jenis Gmelina arborea dan Mahoni. Dengan keberadaan yang cukup dekat dalam jumlah yang banyak, penyakit dapat menular dari satu pohon ke pohon lainnya. Yunasfi (2007) mengatakan bahwa Pada penyebab penyakit yang menular, penyakit dapat berkembang biakpada suatu pohon. Penyebab penyakit ini dapat berkembang dan menyebar secaraaktif dari satu pohon ke pohon yang lain melalui tanah, pertautan akar, pertautandaun, atau menyebar secara pasif dari satu tanaman ke tanaman lain karenaterbawa oleh angin atau aliran pada permukaan tanah, selokan atau sungai.Beberapa jenis patogen dapat terbawa oleh serangga, nematoda atau burung. Sehingga dengan persebaran yang cukup dekat dan sejenis akan semakin mempercepat penyebaran dan infeksi pada pohon oleh patogen tersebut.
Distribusi Jenis Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan
Jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang telah diidentifikasi mengalami gangguan/kerusakan dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :
Gambar 3. Distribusi Jenis Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan (Mangold, 1977)
1 5 0 0 21 2
0 1 0
2 6 0 2 11 0 2 10 0
00 1 0
2 0 1 7 1 5 9 0 1 2 0
000 11 00
6 0 0 5 10 15 20 25
Sehat Ringan Sedang
Ketapang Mahoni Durian
Jati Jati Putih Asam Jawa
Cemara Kipas Tanjung Glodokan Tiang
Saga Mangga Kupu-Kupu
Nangka Angsana Ju m lah P ohon Kelas Kerusakan
(46)
Jenis-jenis pohon berdasarkan kelas kerusakan dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini :
Tabel 10. Klasifikasi Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan
No Jenis Pohon Kelas Kerusakan Jumlah
Sehat Ringan Sedang Berat
1 Mahoni - 21 2 - 24
2 Saga 5 10 - - 15
3 Gmelina arborea 1 14 - - 15
4 Jati 1 7 - - 8
5 Cemara Kipas - 1 - - 1
6 Glodokan Tiang - 9 - - 9
7 Tanjung - 2 - - 2
8 Durian - 1 1
9 Ketapang - 5 - - 5
10 Angsana - 6 - - 6
11 Kupu-Kupu - 1 - - 1
12 Mangga - 3 - - 3
13 Nangka - 2 - - 2
14 Asam Jawa - 8 - - 8
Tipe kerusakan konk atau busuk hati, dan indikator lapuk lanjut cukup banyak terdapat pada pohon-pohon yang termasuk dalam kerusakan kategori rendah. Tipe kerusakan ini disebabkan oleh jamur yang mengakibatkan meningkatnya risiko penurunan penyerapan air dan unsur hara (Miardini, 2006). Kerusakan lain yang ditemukan adalah kerusakan berupa batang yang patah, yang dapat disebabkan oleh aktivitas manusia atau hewan (Mangold (1997) dalam Miardini (2006)). Sementara kerusakan berupa brum (percabangan berlebihan) pada akar atau batang hanya sedikit ditemukan jika dibandingkan dengan persentase luka terbuka. Penyebab timbulnya brum adalah serangan hama ulat pada pucuk tanaman (Soetrisno, 2001), sementara penyebab luka terbuka adalah tergores benda tajam (Khoiri, 2004).
Terjadinya kerusakan pada pohon dapat disebabkan oleh beberapa hal yakni patogen, cuaca/iklim, dan interaksi dengan manusia. Penyakit/kerusakan
(47)
apda pohon dapat menimbulkan yang merugikan bagi pohon. Pada Gambar 1, sebagian besar pohon yang diteliti tergolong dalam kategori kerusakan ringan. Adapun kerusakan ringan terbanyak terdapat pada pohon Mahoni (Swetenia mahogani) sebanyak 21 pohon. Hal ini menunjukkan jenis Mahoni rentan terhadap serangan yang dapat merusak pohon tersebut. Berdasarkan data penelitian (terlampir) didapati bahwa kerusakan yang paling banyak dijumpai pada jenis Mahoni adalah kerusakan daun dan cabang yang mati. Mahoni yang mengalami kerusakan ini pada umumnya berdasarkan pengamatan di lapangan berada di lokasi yang berdekatan (kumpulan). Jarak antar pohon sejenis yang saling berdekatan juga dapat menigkatkan penularan penyakit yang mengakibatkan kerusakan pada pohon-pohon yang lain. Hal tersebut sesuai dengan Yunasfi (2007) yang manyatakan bahwa kekhasan penyakit menular adalah interaksi terjadi yang terus menerus penyebab penyakit pada suatu pohon. Proses interaksi tersebut dalam banyak hal dapat menyebabkan gejala timbulnya yang dapat dilihat dari luar.
Gejala kerusakan lain yang ditemukan pada jenis Mahoni adalah banyaknya ditemukan luka terbuka pada batang Mahoni. Luka tersebut tergolong dalam luka terbuka yang dapat disebabkan oleh faktor interaksi manusia dengan pohon Mahoni. Bacokan, goresan atau tusukan paku pada kulit kayu dapat menjadi factor perusak dan sumber masuknya patogen ke dalam kayu sehingga dapat merusak pohon Mahoni dan menghambat proses fisiologis dari pohon Mahoni tersebut. Adapun Mahoni yang tergolong dalam kelas kerusakan sedang sebanyak 2 pohon. Kerusakan yang ditemukan pada dua pohon Mahoni ini adalah adanya kanker pada tubuh tanaman Mahoni ditandai dengan ditemukannya
(48)
pembengkakan jaringan kayu pada batang bagian tengah dan setengah tajuk hidup pada Mahoni tersebut yang mengakibatkan jaringan kayu menjadi lunak, rapuh dan retak-retak.
Gambar 4. Luka terbuka pada jenis Mahoni (Swetenia mahogani)
Penyebab dari kanker ini adalah bakteri ataupun jamur. Apabila dilihat dari gejala sebelumnya (luka terbuka) besar kemungkinan keberadaan luka terbuka pada Mahoni ini menjadi sumber infeksi/masuknya bakteri/jamur sebagai patogen perusak pohon Mahoni. Kerusakan pada daun juga ditemukan pada daun Mahoni. Kerusakan yang timbul adalah perubahan warna daun dan adanya bercak (nekrosis) pada daun Mahoni. Agrios (2005) manyatakan nekrosis merupakan keadaan dimana sel tanaman atau ogran tanaman mati sebagai akibat adanya aktivitas patogen. Sel-sel yang rnati hanya terjadi pada luasan terbatas dan biasanya bewarna kecoklat-coklatan. Selain gejala nekrosis yang terdapat pada daun sampel, juga terdapat gejala klorosis. Gejala ini menunjukkan perubahan warna pada daun yang tadinya hijau menjadi kuning. Berdasarkan hal tersebut dapat diklasifikasikan bahwa kedua Mahoni yang tergolong dalam kerusakan
(49)
sedang mengalami gejala serangan penyakit oleh patogen yakni kanker yang mengganggu proses fisiologis dari pohon Mahoni tersebut.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh (terlampir) dan pengamatan pada jenis-jenis pohon di lapangan dapat diketemukan bahwa gangguan umum yang sering ditemukan pada jenis pohon yang mengalami kerusakan terletak pada daun dan cabang. Perubahan yang terjadi pada daun berupa perubahan warna dan bentuk daun. Menurut standar Forest Health Monitoring dalam Mangold (1977), pada umumnya kerusakan pada daun mencakup perubahan warna hijau menjadi non-hijau (abnormal) kecuali pada spesies tertentu (contoh : mangga) dan perubahan bentuk daun menjadi berkerut, mengeriting atau menguncup dari bentuk normal. Sedangkan pada cabang, gangguan umum yang dapat ditemukan pada sampel pohon kurang sehat adalah matinya cabang dan lapuknya cabang sehingga mudah patah.
Gejala spesifik kerusakan pohon yang ditemukan di lapangan sangatlah penting untuk proses penanganannya agar tidak semakin meluas dan memburuk. Identifikasi kerusakan pohon juga penting pengendalian penyebaran penyakit dan gangguan. Gejala spesifik pada berbagai jenis pohon yang masuk dalam kategori sakit (mengalami kerusakan) adalah sebagai berikut :
a. Pohon Saga (Adenanthera pavonina )
Gejala penyakit yang cukup berbeda ditemukan pada jenis Saga (Adenanthera pavonina). Jenis serangan yang ditemukan pada jenis ini seperti pada Tabel 10 adalah eksudasi. Eksudasi merupakan keadaan dimana pohon tersebut mengalami pecah kulit yang dimana di dalam kulit tersebut terdapat getah bewarna putih. Keadaan ini merupakan gejala lanjutan dari luka terbuka
(50)
pada pohon Saga (Adenanthera pavonina) oleh patogen. Serangan patogen ini diindikasikan berawal dari luka-luka terbuka oleh bekas-bekas paku yang ditemukan pada batang Saga (Adenanthera pavonina). Proses fisiologis pohon yang terganggu akibat serangan patogen ini adalah rusaknya daun dan cabang-cabang pohon yang berfungsi dalam mencari makanan dari proses fotosintesis. Berdasarkan pengamatan penyakit di lapangan, terdapat beberapa jenis Saga (Adenanthera pavonina) yang ditemukan memiliki gejala eksudasi mengalami gugur daun dan cabang dimana keadaan daun tersebut tidak lagi berwarna hijau dan kehilangan tekanan turgor (bentuk daun mengkerut dan keriting pada bagian tepinya).
(a) (b)
Gambar 5. (a) Eksudasi pada batang Saga, dan (b) Kerusakan daun dan cabang yang mati pada Saga dan Brum pada tajuk hidup
Serangan patogen yang diduga menjadi penyebab kering dan matinya cabang pada pohon Saga
b. Pohon Mahoni (Swetenia mahogani )
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil pengolahan data penyakit. Pohon mahoni merupakan jenis pohon yang mengalami
(51)
gangguan kesehatan terbanyak dengan jumlah sampel sebanyak 21 pohon dengan kelas kerusakan ringan sampai sedang.
Gambar 6.Gejala kanker (bengkak) pada batang Mahoni
(52)
Gambar 8. Cabang/ranting Mahoni mengalami kerapuhan dan gejala mati ujung Berdasarkan Gambar 7 dan 8, dapat dilihat bahwa gejala seperti daun menjadi kering dan hilangnya daun pada beberapa cabang yang berlanjut sampai rapuhnya cabang tersebut menunjukkan bahwa terjadi gangguan fisiologis pada Pohon Mahoni. Hal ini menyebabkan proses fostosintesis akan terganggu. Matinya cabang-cabang pada Pohon Mahoni (Gambar 8) adalah gejala lanjutan akibat kematian jaringan daun (Gambar 7). Hal inilah yang secara lambat laun akan menjadikan pohon tersebut mati. Apabila tidak ditangani dengan baik, besar kemungkinan patogen yang menyerang pohon Mahoni yang telah mati tersebut dapat menginfeksi pohon Mahoni lainnnya terutama yang berada dekat dengannya.
c. Pohon Ketapang ( Terminalia cattapa )
Berdasarkan Gambar 9, ditunjukkan bahwa, daun Ketapang mengalami perubahan warna. Adanya perubahan warna ini mengindikasikan terjadinya gangguan secara fisiologi pada pohon Ketapang tersebut. Perubahan warna tesebut dapat disebabkan oleh faktor adanya patogen, gangguan lingkungan dan genetic dari pohon tersebut.
(53)
Gambar 10. Daun Ketapang yang berlubang-lubang
Selain perubahan warna pada daun Ketapang, terjadi proses perforasi (berlubangnya) daun. Pengamatan yang dilakukan bahkan menunjukkan gejala yang lebih jauh yakni terjadinya kematian jaringan daun (tepi daun menjadi coklat dan kering) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11. Timbulnya suatu penyakit juga tergantung pada sifat genetik yang dimiliki oleh inang itu sendiri, terdapat inang yang rentan (suscept), tahan (resisten), toleran (tolerant), kebal (immune) yaitu tanaman yang tidak dapat diinfeksi oleh pathogen. Adanya macam-macam sifat ini digunakan untuk melakukan upaya pencegahan penyakit dengan memanipulasi gen sehingga dapat dihasilkan tanaman yang resisten bahkan immune Umur, bentuk dan kerapatan pohon juga berpengaruh terhadap kemungkinan tanaman tersebut diserang penyakit.
(54)
Faktor lain dari inang yang berpengaruh terhadap kemungkinan terserangnya sutu penyakit adalah kesehatan tanaman inang. Tanaman yang sehat merupakan tanaman yang mempunyai pertumbuhan baik (daun dan batang segar), batang lurus, tajuk lebat dan tidak terserang hama dan penyakit. Kemungkinan tidaknya tanaman menderita penyakit juga dipengaruhi ketahanan tumbuhan (senjata yang dimiliki) tersebut untuk mencegah timbulnya penyakit. Dikenal 2 (dua) mekanisme pertahanan yang dimiliki tumbuhan pada saat pra-infeksi maupun pasca infeksi yaitu pertahanan Fisik-mekanik dan pertahanan Biokimia.
Gambar 11. Tepi daun Ketapang yang berubah warna dan mongering (gosong) d. Pohon Cemara Kipas ( Casuarina
(55)
Gambar 12. (a) Perubahan warna daun pada Cemara, (b) gulma pada cabang cemara
Perubahan warna daun pada Cemara lebih disebabkan oleh gangguan berupa gulma pada batang dan dahan Cemara. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 12b. Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalanlambat. Namun, secara keseluruhan kerugian yang ditimbulkansangat besar. Gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanamanbudi daya untuk memenuhi kebutuhan unsur hara, air, sinarmatahari, udara, dan ruang tumbuh. Sehingga, jaringan pada beberapa cabang pada Cemara mengalami gangguan fisiologis yang apabila tidak dikendalikan dapat menyebabkan matinya pohon tersebut.
e. Pohon Jati ( Tectona grandis )
Gambar 13. Daun Jati berubah warna dan mengalami mati ujung Kerusakan berupa perubahan warna daun pada Jati dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni patogen dan kondisi lingkungan yang strees air. Berdasarkan Gambar 13, daun Jati banyak yang sudah
(56)
tampak layu dan mulai berubah warna. Hal ini sesuai dengan Ismael dna Anggraini (2008) yang menyatakan bahwa gejala penyakit layu pada jati diawali dengan timbulnya kelayuan, kelayuan ini bisa secara temporer atau permanen.Layunyabagian daun dapat serentak ataupun perlahan-lahan, dimulai dari pada bagian daun tua atau pucuk lama-kelamaan seluruh daun layu dan berwarna kuning kecoklat-coklatan dan menghitam seperti terbakar, daun luruhyang diikuti dengan kematian tanaman dalam waktu yang relatif singkat.
Berdasarkan Gambar 13, didapati bahwa kerusakan berupa mati ujung pada Jati. Kerusakan berupa mati ujung pada pohon Jati umumnya berkisar pada nilai 60%-80%. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh patogen, keadaan lingkungan, manusia ataupun interaksi ketiganya disertai faktor lingkungan. Anggraeni (2011) mengatakan bahwa terjadinya suatu penyakit itu sendiri pada dasarnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling menunjang yaitu patogen, tanaman inang dan keadaan lingkungan (segitiga penyakit). Selain itu manusia dapat mempengaruhi inang, patogen dan lingkungan, manusia berperan dalam menentukan perkembangan dan pengendalian suatu penyakit.
(57)
Gambar 14. Mati ujung pada tanaman Jati f. Pohon Jati Putih ( Gmelina arborea )
Gambar 15. Gejala defoliasi ditandai dengan daun menggulung dan mongering
Pohon Gmelina arborea di Universitas Sumatera Utara terserang hama dan penyakit dengan gejalaberupa daun berguguran sampai hanya menyisakan beberapa helai daun yang masih hijau. Apabila daunhijau tersebut dipetik maka sudah menunjukkan pula gejala serangan dengan bagian cabang mongering.
(58)
Gejala tersebut dikenal dengan istilah defoliasi (pengguguran daun). Serangan hama danpenyakit ini berkembang sangat cepat karena didukung oleh faktor lingkungan yaitu pada saat terjadiserangan sedang musim kemarau panjang, ini ditunjukkan oleh cepatnya proses daun gugur dan tanamanmati. Berdasarkan Gambar 15, ditemukan bahwa daun Gmelina mengalami kekeringan dengan menggulung dan warna daun berubah menjadi coklat. Pada daun tersebut juga terdapat bercak-bercak berwarna kecoklatan berupa titik-titik pada bagian tengah daun. Mindawati (2011) menjelaskan bahwa serangan penyakit daun pada gmelina diawali denganmunculnya bercak-bercak klorosis berwarna kuning kecoklatan pada permukaan daun yang dimulai daripangkal. Perkembangan selanjutnya warna bercak menjadi coklat tua agak kehitam-hitaman, busukkebasahan, melebar yang pada akhirnya seluruh permukaan daun dipenuhi oleh bercak hitam, akibatnyadaun rontok
Gambar 16. Daun Gmelina arborea yang berubah warna
Pada Gambar 16, serangan patogen pada daun menyebabkan kerusakan daun yang berakibat pada terganggunya proses fotosintesis.
(59)
Akibatnya, daun yang berguguran tersebut akan menyebabkan kematian pada ranting/cabang dimana daun tersebut dahulu berada. Hal ini jelas berdampak pada kesehatan tanaman. Barnett dan Hunter (2006) menyatakan bahwa Fotosintesa merupakan fungsi dasar tumbuhan hijau yang membuatnya dapat merubah energicahaya menjadi energi kimia yang selanjutnya digunakan tanaman dalam aktivitas sel. Mengingatpentingnya peranan fotosintesa dalam kehidupan tanaman, maka jelawlah bahwa apabila terjadigangguan oleh hama dan patogen penyakit terhadap fotosintesa akan menyebabkan sakit pada tanaman.
g. Pohon Asam Jawa ( Tamarindus indica )
Gambar 17. Cabang dan Daun Pohon Asam Jawa yang terserang penyakit Kerusakan yang terjadi pada pohon Asam Jawa berupa mati pucuk dan kerusakan cabang (rapuh dan mati) serta daun yang berubah warna. Kerusakan tersebut dapat disebabkan baik patogen maupun kondisi lingkungan atau interaksi keduanya. Kerusakan ini jelas sangat
(60)
mempengaruhi kesehatan pohon tersebut. Seperti yang diketahui bahwa fungsi daun adalah sebagai penghasil energi melalui proses fotosintesis. Apabila proses ini terganggu maka, pohon pun tidak dapat berfungsi secara optimal dan akan menggangu jaringan lain pada pohon. Infeksi patogen dapat terjadi melalui pucuk, daun maupun luka pada pohon Asam Jawa akibat interaksi dengan manusia.
h. Pohon Nangka ( Artocarpus integer )
Gambar 18. Cabang dan ranting pohon Nangka yang rapuh dan mati
Pada Gambar 18, gangguan yang terjadi pada Pohon Nangka adalah hilangnya tajuk hidup sehingga cabang danranting pada pohon Nangka mengalami gangguan dan kematian. Faktor penyebabnya dapat berupa serangan patogen dan interaksi dengan manusia (penebangan atau pemotongan bagian kayu tanaman). Banyaknya daun yang gugur pada Gambar 18 disebabkan kematian jaringan daun akibat rusaknya jaringan oleh karena penyakit pada pohon tersebut. Hal tersebut mengindikasikan adanya gangguan yang dialami oleh pohon Nangka tersebut. Adinugroho
(61)
(2008) menyatakan bahwa penyakit sebenarnya adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari organisme tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik-baiknya karena adanya suatu gangguan.
i. Pohon Mangga ( Mangifera indica )
Pada Gambar 19, gangguan yang terjadi pada tanaman Mangga adalah nekrosis (matinya jaringan) dan perubahan warna pada daun. Gejala lanjutan yang dapat ditimbulkan oleh gejala awal tersebut adalah matinya bagian pohon yang tampak seperti pada Gambar 19 yakni hilangnya tajuk hidup dan rapuhnya cabang/dahan pada pohon Mangga tersebut. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit (patogen) ataupun manusia (vandalisme). Akan tetapi perlu dicermati bahwa apabila ini terjadi karena sernagan patogen, maka secepatnya perlu dilakukan tindakan penganganan untuk meminimalisir penyebaran penyakit terhadap pohon lainnya.
Gambar 19. Cabang Mangga yang rapuh dan mati
(62)
Berdasarkan Gambar 20, ditemukan bahwa terjadi perubahan warna dan bentuk pada daun Kupu-Kupu. Perubahan fisiologis ini dpat disebabkan oleh adanya interaksi pohon tersebut dengan patogen (infeksi patogen). Patogen tersebut dapat berupa jamu, fungi, virus ataupun bakteri. Proses fisiologis yang terganggu adalah proses fotosintesis. Apabila proses ini terganggu maka dapat menyebabkan kerusakan lain pada pohon tersebut. Kerusakan atau gangguan pada cabang/ranting yang mengakibatkan jaringan cabang mati kemudian rapuh merupakan gejala adanya patogen pada jaringan pohon tersebut yang apabila dibiarkan dapat menyebabkan kematian dan penularan pada pohon lain disekitarnya.
Gambar 20. Daun Kupu-Kupu yang menguning dan kering
(63)
Gambar 21. Hilangnya tajuk hidup dan kematian ranting/cabang Angsana Terjadinya gangguan berupa malformasi pada Angsana disebabkan karena karat daun. Hal tersebut sesuai dengan Anggraeni (2011) yang menyatakan bahwa gejala terserang karat daun adalah apabila yang terserang penyakit bagian tangkai daun majemuk atau tajuk maka bagian tersebut agak membengkok karena adanya penebalan dan pembengkakan kemudian tajuk daun menggulung berubah bentuk (malformasi) tanpa daun lagi. Serangan pada daun diawali dengan bentuk daun agak mengeriting, tangkai daun terbentuk tumor. Jika tanaman mengalami serangan yang parah, maka seluruh bagian tanaman dipenuhi oleh tumor, kemudian daun mengering mengalami kerontokan, diikuti oleh batang dan cabang pohon dan akhirnya tanaman mati.
Berdasarkan Gambar 21 di atas diperoleh bahwa gejala penyakit yang ditemui pada umumnya disebabkan oleh jamur dan patogen yang menyerang pohon-pohon tersebut. Pada jenis Angsana (Pterocarpus indicus), serangan jamur ditandai dengan adanya spot (bercak coklat pada daun) dan lubang-lubang pada daun. Pada umumnya jenis Uromycladium tepperianum yang juga sering ditemukan menyerang daun Akasia dan Sengon. Pada serangan yang berat bagian pucuk mengalami perubahan bentuk menjadi mengkerut dan mengeriting, daun
(64)
menghitam, daun gugur sebelum waktunya atau pada daun timbul lubang karena gall luruh.
Gangguan hama dan patogen pada pohon. menyebabkan gangguanpada proses fotosintesis yang terlihat dari adanya gejala nekrotik dan klorosis yang terjadi pada daun yangterinfeksi. Pada tingkat serangan lanjut akan mengakibatkan kerusakan jaringan daun sehingga prosesfotosintesis akan menurun bahkan seluruh proses fotosintesis pada daun tidak terjadi. Hal inilah yangmenyebabkan aktivitas sel terhenti yang akhirnya tanaman mati.Hama dan penyakit pada gmelina di atas perlu segera dicari cara pengendaliannya agar tidakmengganggu proses pertumbuhan tanaman di lapangan. Beberapa pengendalian yang perlu dicobakanadalah pengendalian baik secara kimia dan biologi.Fotosintesa merupakan fungsi dasar tumbuhan hijau yang membuatnya dapat merubah energicahaya menjadi energi kimia yang selanjutnya digunakan tanaman dalam aktivitas sel. Mengingatpentingnya peranan fotosintesa dalam kehidupan tanaman, maka jelawlah bahwa apabila terjadigangguan oleh hama dan patogen penyakit terhadap fotosintesa akan menyebabkan sakit pada tanaman.
Diperlukan penangan berupa pengendalian dan pemeliharaan pada pohon-pohon yang terkena serangan penyakit ataupun karena faktor interaksi manusia. Pengendalian dapat berupa inspeksi pohon yang mengalami serangan, identifikasi jenis patogen sehingga dapat ditangani dengan baik apabila jenis patogennya suda teridentifikasi, dan penerapan perlakuan untuk mencegah penyebaran dan kerusakan lanjut pada pohon-pohon yang terindikasi tidak sehat pada lingkungan USU. Pemeliharaan pohon dapat dilakukan dengan cara mengurangi interaksi
(65)
manusia seperti memaku badan pohon, menyayat ataupun mengendalikan penebangan dan perusakan pohon-pohon yang ada di USU.
(66)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang mengalami kerusakan/gangguan dalam skala ringan s.d sedang adalah jenis Mahoni, Saga, Ketapang, Asam Jawa, Glodokan Tiang, Mangga, Nangka, Jati, Gmelina arborea,
2. Jenis kerusakan pohon yang paling sering ditemui adalah kanker, kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati.
3. Persebaran pohon sakit di USU paling banyak ditemukan pada area Pendopo yang didominasi oleh jenis Mahoni (Swetenia mahogani).
Saran
Perlu dilakukan pemeliharaan semi intensif berupa pemupukan, penyiraman, dan penyiangan gulma perlu dilakukan pada pohon Pemeliharaan lebih intensif perlu dilakukan melalui pengendalian hama/penyakit tanaman secara mekanik.
(67)
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, W. C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman. Mayor Silvikultur Tropika. Bogor.
Agrios, G.N. 2005.Plant Pathology . 5 eds. ElsevierAcademic Press. USA.
Anggraeni, I. 2011. Penyakit Karat Tumor Pada Sengon. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Anam, S. 2005. Menggunakan ArcInfo untuk Proyeksi Peta. Penerbit Informatika. Jakarta.
Barnett, H.L. and B.B. Hunter (2006).Illustrated Genera of Imperfect Fungi . Fourth edition. TheAmerican Phytopathology Society St. Paul, Minnesota. - USA.
Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan.APHI. Jakarta:.
Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman . PT Bumi Aksara. Jakarta.
Eckbo, G. 1986. The Art of home Landscaping. McGraw-Hill Book Company.NewYork.
Ismael, B dan Anggraini I. 2008. Identifikasi Penyakit Jati (Tectona Grandis) Dan Akasia(Acacia Auriculiformis) Di Hutan Rakyat KabupatenWonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2 No 1, Juli 2008Balai Besar Penelitian Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Hutan : Bogor.
Khoiri, S. 2004. Studi Tingkat Kerusakan Pohon di Hutan Kota Srengseng JakartaBarat. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. FakultasKehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Dipublikasikan.
Mangold R. 1997. Forest Health Monitoring: Field Methods Guide. United States Department of Agriculture Forest Service. Washington.
(68)
Miardini, A. 2006. Analisis Kesehatan Pohon di Kebun Raya Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Mindawati, N. 2011. Serangan Hamadan Penyakit PadaGmelina (Gmelina Arborea Roxb.) Di Hutan Rakyat.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.
Nowak DJ. 2004. The Effect Of Urban Trees On Air Quality. www.earthowners.net/effect on urban areas.htm. [12 Maret 2013].
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.
Pracaya. 2003. 1984. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. I. 1994. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Semangun. 1996. PengantarIlmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Soemarwoto. 2004. Ekologi dalam pembangunan Berwawasan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soetrisno, H. 2001. Patologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soeratmo, F. G. 1974. Perlindungan Hutan. Proyek Peningkatan Mutu. PerguruanTinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widyastuti, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.
Yunasfi. 2007. Permasalahan Hama, Penyakit dan Gulma Dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri dan Usaha Pengendaliannya. Diunduh dari USU Repository.13 juni 2013.
(1)
Gambar 21. Hilangnya tajuk hidup dan kematian ranting/cabang Angsana Terjadinya gangguan berupa malformasi pada Angsana disebabkan karena karat daun. Hal tersebut sesuai dengan Anggraeni (2011) yang menyatakan bahwa gejala terserang karat daun adalah apabila yang terserang penyakit bagian tangkai daun majemuk atau tajuk maka bagian tersebut agak membengkok karena adanya penebalan dan pembengkakan kemudian tajuk daun menggulung berubah bentuk (malformasi) tanpa daun lagi. Serangan pada daun diawali dengan bentuk daun agak mengeriting, tangkai daun terbentuk tumor. Jika tanaman mengalami serangan yang parah, maka seluruh bagian tanaman dipenuhi oleh tumor, kemudian daun mengering mengalami kerontokan, diikuti oleh batang dan cabang pohon dan akhirnya tanaman mati.
Berdasarkan Gambar 21 di atas diperoleh bahwa gejala penyakit yang ditemui pada umumnya disebabkan oleh jamur dan patogen yang menyerang pohon-pohon tersebut. Pada jenis Angsana (Pterocarpus indicus), serangan jamur ditandai dengan adanya spot (bercak coklat pada daun) dan lubang-lubang pada daun. Pada umumnya jenis Uromycladium tepperianum yang juga sering ditemukan menyerang daun Akasia dan Sengon. Pada serangan yang berat bagian pucuk mengalami perubahan bentuk menjadi mengkerut dan mengeriting, daun
(2)
menghitam, daun gugur sebelum waktunya atau pada daun timbul lubang karena gall luruh.
Gangguan hama dan patogen pada pohon. menyebabkan gangguanpada proses fotosintesis yang terlihat dari adanya gejala nekrotik dan klorosis yang terjadi pada daun yangterinfeksi. Pada tingkat serangan lanjut akan mengakibatkan kerusakan jaringan daun sehingga prosesfotosintesis akan menurun bahkan seluruh proses fotosintesis pada daun tidak terjadi. Hal inilah yangmenyebabkan aktivitas sel terhenti yang akhirnya tanaman mati.Hama dan penyakit pada gmelina di atas perlu segera dicari cara pengendaliannya agar tidakmengganggu proses pertumbuhan tanaman di lapangan. Beberapa pengendalian yang perlu dicobakanadalah pengendalian baik secara kimia dan biologi.Fotosintesa merupakan fungsi dasar tumbuhan hijau yang membuatnya dapat merubah energicahaya menjadi energi kimia yang selanjutnya digunakan tanaman dalam aktivitas sel. Mengingatpentingnya peranan fotosintesa dalam kehidupan tanaman, maka jelawlah bahwa apabila terjadigangguan oleh hama dan patogen penyakit terhadap fotosintesa akan menyebabkan sakit pada tanaman.
Diperlukan penangan berupa pengendalian dan pemeliharaan pada pohon-pohon yang terkena serangan penyakit ataupun karena faktor interaksi manusia. Pengendalian dapat berupa inspeksi pohon yang mengalami serangan, identifikasi jenis patogen sehingga dapat ditangani dengan baik apabila jenis patogennya suda teridentifikasi, dan penerapan perlakuan untuk mencegah penyebaran dan kerusakan lanjut pada pohon-pohon yang terindikasi tidak sehat pada lingkungan USU. Pemeliharaan pohon dapat dilakukan dengan cara mengurangi interaksi
(3)
manusia seperti memaku badan pohon, menyayat ataupun mengendalikan penebangan dan perusakan pohon-pohon yang ada di USU.
(4)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang mengalami kerusakan/gangguan dalam skala ringan s.d sedang adalah jenis Mahoni, Saga, Ketapang, Asam Jawa, Glodokan Tiang, Mangga, Nangka, Jati, Gmelina arborea,
2. Jenis kerusakan pohon yang paling sering ditemui adalah kanker, kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati.
3. Persebaran pohon sakit di USU paling banyak ditemukan pada area Pendopo yang didominasi oleh jenis Mahoni (Swetenia mahogani).
Saran
Perlu dilakukan pemeliharaan semi intensif berupa pemupukan, penyiraman, dan penyiangan gulma perlu dilakukan pada pohon Pemeliharaan lebih intensif perlu dilakukan melalui pengendalian hama/penyakit tanaman secara mekanik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, W. C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman. Mayor Silvikultur Tropika. Bogor.
Agrios, G.N. 2005.Plant Pathology . 5 eds. ElsevierAcademic Press. USA.
Anggraeni, I. 2011. Penyakit Karat Tumor Pada Sengon. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Anam, S. 2005. Menggunakan ArcInfo untuk Proyeksi Peta. Penerbit Informatika. Jakarta.
Barnett, H.L. and B.B. Hunter (2006).Illustrated Genera of Imperfect Fungi . Fourth edition. TheAmerican Phytopathology Society St. Paul, Minnesota. - USA.
Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan.APHI. Jakarta:.
Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman . PT Bumi Aksara. Jakarta.
Eckbo, G. 1986. The Art of home Landscaping. McGraw-Hill Book Company.NewYork.
Ismael, B dan Anggraini I. 2008. Identifikasi Penyakit Jati (Tectona Grandis) Dan Akasia(Acacia Auriculiformis) Di Hutan Rakyat KabupatenWonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2 No 1, Juli 2008Balai Besar Penelitian Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Hutan : Bogor.
Khoiri, S. 2004. Studi Tingkat Kerusakan Pohon di Hutan Kota Srengseng JakartaBarat. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. FakultasKehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Dipublikasikan.
Mangold R. 1997. Forest Health Monitoring: Field Methods Guide. United States Department of Agriculture Forest Service. Washington.
(6)
Miardini, A. 2006. Analisis Kesehatan Pohon di Kebun Raya Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Mindawati, N. 2011. Serangan Hamadan Penyakit PadaGmelina (Gmelina Arborea Roxb.) Di Hutan Rakyat.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.
Nowak DJ. 2004. The Effect Of Urban Trees On Air Quality. www.earthowners.net/effect on urban areas.htm. [12 Maret 2013].
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.
Pracaya. 2003. 1984. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. I. 1994. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Semangun. 1996. PengantarIlmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Soemarwoto. 2004. Ekologi dalam pembangunan Berwawasan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soetrisno, H. 2001. Patologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soeratmo, F. G. 1974. Perlindungan Hutan. Proyek Peningkatan Mutu. PerguruanTinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widyastuti, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.
Yunasfi. 2007. Permasalahan Hama, Penyakit dan Gulma Dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri dan Usaha Pengendaliannya. Diunduh dari USU Repository.13 juni 2013.