Pembangunan Kesehatan di Indonesia
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Semoga, buku ini bermanfaat bagi para pembaca serta untuk mengukir
sejarah Bangsa Indonesia di bidang Pembangunan Kesehatan. Saya
ucapkan terima kasih yang tak terhingga, kepada jajaran Departemen
Kesehatan yang telah membantu hingga Buku ini dapat tersusun.
セbゥャ[Mヲ|i
iv
セ
N@
dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)
PEMBANGUNAN KC5EHATAN PI INDONESIA TAHUN 2004 Z007
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Tidak terasa, waktu berlalu begitu eepat, saat ini sudah lebih tiga
tahun saya menjabat sebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet
Indonesia Bersatu, sejak saya dilantik tanggal 21 Oktober 2004 yang
lalu. Suka dan duka silih berganti dalam memimpin Departemen
Kesehatan. Hari·hari yang telah berlalu saya jadikan guru yang paling
baik, meski pengalaman yang saya dapati terkadang pengalaman yang
kurang menyenangkan, namun dibalik itu ada hikmah yang dapat saya
petik untuk menjadi pertimbangan dalam manapaki harihari ke yang
akan datang.
Saat ini banyak fenomena alam yang terjadi tanpa diduga, sekaligus
merupakan hal baru, yang belum pernah saya jumpai dan saya
pelajari dalam bangku studio Seperti hanya dalam dua bulan setelah
saya dilantik untuk menjabat sebagai Menteri Kesehatan, terjadi
Tsunami di DI Aeeh dan Nias, yang menuntut fikiran dan tindakan
nyata untuk menangani korban yang sebegitu banyak dengan fasilitas
infra struktur yang porakporanda, disusul gempa bumi yang dahsyat
di DI Yogyakarta, dan kasus flu burung, merupakan hal yang baru dan
belum ada sebelumnya. Namun hanya melalui pertolonganNya dan
kerja keras serta dukungan seluruh jajaran kesehatan, semuanya
dapat dilampaui satu per satu.
Buku ini disusun dengan harapan dapat memberikan gambaran nyata,
apa yang telah terjadi dan yang telah kita lakukan dalam membangun
kesehatan bangsa, sehingga generasi penerus bangsa dapat belajar
dari sejarah masa Lalu . Yang perLu dimakLumi, adalah pemahaman
kontekstual para pembaea sesuai zamannya. Halhal yang telah
menjadi kebijakan saya, adalah yang terbaik pada saat kebijakan itu
diputuskan dan dilaksanakan. Belum tentu kebijakan saat ini akan
juga coeok untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang. Namun,
pereayalah bahwa kebijakan yang saya putuskan untuk dilaksanakan
sudah melalui pertimbangan yang masak, dengan memilih dampak
negatif yang paling kecil.
iii
E. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan ............................ 58
F. Pemberdayaan Masyarakat (Desa Siaga,
Poskestren, Mushola Sehat) ......................... ............ 59
Bab VII. Perjuangan Keadilan Bidang Kesehatan di Dunia
Internasional ............................... ..... . ... ........... . . 63
A. Kekecewaan Dalam Upaya Penanggulangan
Flu Burung .................... .................................. . .. 63
B. LangkahLangkah Perjuangan Keadilan
di Dunia Internasional .. ................................... ...... 64
Bab VIII. Anggaran Pembangunan Kesehatan .................. .... .... 69
Bab IX. Tantangan Ke Depan .... ...... ....... .. ..... .................... 71
Bab X. Penutup . ............ . .................................. ....... .. .. 75
vi
3. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar melalui satu tindakan,
yaitu penanganan secara cepat terhadap wabah penyakit, gizi
buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Pemilihan ketiga prioritas tersebut, didasarkan atas beberapa kriteria,
antara lain, meletakkan landasan dan langkah awal, mencetak sukses
awal, trust building / membangun kepercayaan rakyat, tidak menambah
beban APBN 2004, tidak memasukkan kegiatan yang bersifat rutin,
dan pelaksanaannya dalam kendali pemerintah.
Sesuai dengan kriteria tersebut di atas, khususnya dalam pengembangan
sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, pad a tahun 2008
telah berkembang menjadi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat,
yang mencakup masyarakat miskin, hampir miskin dan tidak mampu
sebanyak 76 ,4 jiwa.
B. PEMBANGUNAN KESEHATAN SEBAGAI PElAKSANAAN
AGENDA PRESIDEN RI
Agenda Presiden RI untuk tahun 20042009 , dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dalam RPJMN
tersebut menjelaskan tentang visi, misi, dan strategi Pembangunan
Nasional Tahun 20042009.
Visi Pembangunan Nasional Tahun 20042009, telah ditetapkan ,
yakni: (1) Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) Terwujudnya masyarakat,
bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan,
dan hak asasi manusia; serta (3) Terwujudnya perekonomian yang
mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak
serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang
berkelanjutan.
Misi Pembangunan Nasional Tahun 20042009 telah ditetapkan pula,
yaitu: 1) Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai; 2) Mewujudkan
Indonesia yang Adil dan Demokratis; dan 3) Mewujudkan Indonesia
yang Sejahtera.
Di dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan
nasional tersebut di atas ditempuh dua Strategi Pokok Pembangunan,
yaitu: (1) Strategi Penataan Kembali Indonesia yang diarahkan untuk
menyelamatkan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan
2
PfMBAtIGUNAN kLセ{hatn@
OIIfIDOr'ESIA TAHUN 2
セ@
2007
A. DIANGKAT SEBAGAI MENTERI KESEHATAN KABINET INDONESIA
BERSATU
Dalam susunan Kabinet Indonesia
Bersatu tersebut, terdapat empat
wanita
yang
dipercaya
untuk
menjabat Menteri, dan salah satunya
adalah Dr. dr. SW Fadilah Supari,
Sp.JP(K), sebagai Menteri Kesehatan,
dan merupakan Menteri Kesehatan
wanita yang pertama di Indonesia.
Pemilihan Umum yang dilaksanakan
pada tahun 2004, telah mengantarkan
pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla untuk memimpin Bangsa Indonesia periode
2004·2009, yang kemudian membentuk susunan Kabinet yang diberi
nama Kabinet Indonesia Bersatu.
1
Pada tanggal 21 Oktober 2004, dilaksanakan pelantikan dan
pengambilan sumpah terhadap seluruh Menteri dan Pejabat Negara
Setingkat Menteri yang tergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Dalam susunan Kabinet Indonesia Bersatu tersebut, terdapat
empat wanita yang dipercaya untuk menjabat Menteri, dan salah
satunya adalah Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), sebagai Menteri
Kesehatan, dan merupakan Menteri Kesehatan wanita yang pertama
di Indonesia.
Dalam awal kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
telah disusun program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu, termasuk
didalamnya Program 100 Hari Bidang Kesehatan, yakni:
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM tenaga medis, melalui 2
(dua) tindakan, yaitu: (a) rekrutmen tenaga medis untuk Puskesmas
dan Rumah Sakit di daerah tertinggal; serta (b) persiapan aplikasi
UndangUndang Praktik Kedokteran;
2. Pengembangan sistem jaminan kesehatan bagi rakyat miskin,
melalui
dua tindakan, yaitu: (a) memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas; dan (b) meningkatkan
pelayanan kesehatan gratis di kelas III Rumah Sakit Pemerintah
bagi penduduk miskin;
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004·2007
1
tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosialpolitik.
3. Pemahaman demokratisasi dan desentralisasi. Adanya perubahan
dalam sistem administrasi kepemerintahan, mempengaruhi
kelangsungan sistem pelayanan kesehatan yang sudah tertata dan
terkadang menimbulkan konflik sosial dan konflik antar golongan
yang berdampak terhadap pembangunan kesehatan.
4. Bencana. Indonesia sangat akrab dengan kejadian bencana,
baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia, dapat
menimbulkan krisis kesehatan. Akibat eksplorasi sumber daya
alam yang berlebihan, mengakibatkan seringnya terjadi bencana
alam, seperti tanah longsor, banjir, gempa bumi, kekeringan, dan
lain sebagainya.
5. Anggaran pembangunan kesehatan terbatas. Anggaran APBN
Depkes setiap tahunnya hanya berkisar 2,5% dari APBN Nasional.
Demikian pula Alokasi APBD untuk kesehatan juga sangat terbatas.
Sementara itu dana dari masyarakat untuk pelayanan kesehatan
yang mengambil porsi yang lebih besar dari pada dana pemerintah,
belum dikelola secara berhasilguna dan berdayaguna.
6. 'Climate change' . Dalam awal abad 21 ini dunia telah menghadapi
peningkatan suhu bumi akibat pemanasan global yang akan
menimbulkan dampak bagi berbagai sektor pembangunan nasional.
Di bidang kesehatan diamati dapat mengakibatkan bertambah
baiknya perkembangbiakan berbagai vektor penyakit.
D. SISTEMATIKA BUKU
Bab I
4
Buku ini mengemukakan awal pertama Dr. dr. Fadilah Supari,
SpJ(K) dilantik sebagai Menteri Kesehatan RI dalam Kabinet
Indonesia Bersatu. Pembangunan kesehatan merupakan
agenda pelaksanaan dari agenda Presiden RI 20042009 yang
berisikan visi, misi dan strategi pokok pembangunan nasional.
Pembangunan kesehatan di Indonesia menghadapi masalah
nasional, yaitu masih rendahnya kualitas pertumbuhan
pembangunan Bangsa Indonesia, kemiskinan, perubahan
dalam sistem administrasi pemerintahan, Indonesia yang
rawan bencana, terbatasnya anggaran pembangunan, dan
adanya peningkatan suhu global.
PEMBAtl GU lAN KESEHATAN 01 INDOtlESIA TMillt1 l()O.1 2/J07
semangat, jiwa, nilai, dan konsensus dasar yang melandasi berdirinya
Negara Kebangsaan Republik Indonesia yang meliputi Pancasila,
UndangUndang Dasar 1945 (terutama Pembukaan UndangUndang Dasar
1945), tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan tetap
berkembangnya pluralisme dan keberagaman dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika; dan (2) Strategi Pembangunan Indonesia yang diarahkan
untuk membangun Indonesia di segala bidang yang merupakan
perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar rakyat dan
penciptaan landasan pembangunan yang kokoh .
Selanjutnya Pembangunan Sektor Kesehatan terletak pada agenda
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat , dan selanjutnya diuraikan pad a
Bab 28, tentang Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Kesehatan
Yang Berkualitas , berisikan Sasaran, Arah Kebijakan, dan Programprogram Pembangunan Kesehatan tahun 2004 2009.
C.
MASALAH NASIONAL DALAM PENYELENGGARAAN
PEMBANGUN·AN KESEHATAN
Masalah nasional yang dihadapi oleh pembangunan di berbagai sektor
termasuk pembangunan kesehatan:
1. Kualitas pertumbuhan pembangunan bangsa Indonesia. Kualitas
pertumbuhan Bangsa Indonesia yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) belum menggembi rakan. L aporan
UNDP 2007 menempatkan Indonesia berada pada urutan ke 107
dari 177 negara .
2. Kemiskinan. Kemiskinan merupakan gabungan permasalahan
yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan ,
pendidikan , akses terhadap pelayanan umum , dan kondisi lingkungan.
Masyarakat miskin harus mempunyai hak yang sama dengan
anggota masyarakat lainnya . Kemiskinan tidak lagi dipahami
hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan
memenuhi hakhak dasar dan perbedaan perlakuan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat. Hakhak dasar yang diakui secara umum
meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan , pendidikan ,
pekerjaan, perumahan , air bersih , pertanahan , sumberdaya alam,
dan lingkungan hidup , rasa aman dari perlakukan atau ancaman
>,\[AN uN
3
6
Bob VI
Membahas ten tang upaya unggulan Departemen Kesehatan
yang meliputi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin, penanggulangan penyakit
menular, jaminan ketersediaan dan stabilitas harga obat,
pendayagunaan tenaga kesehatan khususnya untuk daerah
terpencil, pemberdayaan masyarakat dan Save Papua Bidang
Kesehatan.
Bob VII
menguraikan tentang langkahlangkah Menteri Kesehatan
yang didukung jajaran kesehatan dan lintas sektor dalam
memperjuangkan keadilan di dunia Internasional, yang
dimulai dari kekecewaan dalam upaya penanggulangan flu
burung dan dilanjutkan dengan langkahlangkah perjuangan
untuk tercapainya keadilan perlakuan antara negaranegara
maju dan negaranegara berkembang.
Bob VIII
menyajikan tentang Anggaran Pembangunan Kesehatan
yang bersumber dari APBN, baik anggaran sektoral maupun
dana alokasi khusus (DAK), baik jumlah yang dialokasikan,
tingkat penyerapan/realisasinya, berbagai masalah dalam
pengelolaan anggaran dan langkahlangkah yang dilakukan
untuk mengatasinya.
Bob IX
Tantangan pembangunan kesehatan. Meskipun banyak
keberhasilan sudah dicapai oleh pembangunan kesehatan,
namun masih ada tantangan yang dihadapi, yaitu faktor
demografi, peningkatan derajat kesehatan yang belum
optimal, adanya beban ganda penyakit, tantangan global,
pemberdayaan masyarakat yang masih rendah dan upaya
pelayanan kesehatan serta manajemen kesehatan.
Bob X
Penutup.
PEI'\[l,
nguセia@
KfSEHA™ 01
0
"TA
:.m 1
04 2007
Bob"
Mengemukakan tentang kebijakan pembangunan kesehatan,
yang terdiri dari kebijakan jangka panjang dan jangka
menengah. Dalam kebijakan jangka panjang kesehatan
diutarakan tentang arah, dasar dan perhatian khusus
dan penekanannya. Sedangkan dalam kebijakan jangka
menengah dibahas tentang sasaran , kebijakan dan program
Departemen Kesehatan tahun 2005·2009.
Bob /11
Mengetengahkan tentang masalah akut yang dihadapi oleh
Pembangunan Kesehatan dan harus segera ditanggulangi.
Masalah tersebut adalah munculnya berbagai penyakit
menular, seperti anthrax, polio, dan flu burung, bencana
alam dan masalah kelaparan/gizi buruk. Uraian meliputi
kronologis kejadian dan penanganan / penanggulangan
masalah yang dilakukan.
Bob IV
Menguraikan upaya Menteri Kesehatan dalam menata
Departemen Kesehatan. Dalam perjalanan pelaksanaan
pembangunan kesehatan sampai dengan akhir tahun 2005,
berbagai masalah dan tantangan dalam pembangunan
kesehatan telah berkembang semakin berat, semakin
kompleks, dan bahkan terkadang tidak terduga . Untuk
menanggulangi hal tersebut, Departemen Kesehatan telah
melakukan penataan kembali organisasi dan tata kerjanya,
dan menyusun kembali Rencana Strategisnya Tahun 2005· 2009
yang berisikan visi, misi, nilai, strategi utama dan sasaran
utama, serta program·program yang akan dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan.
Bob V
Buku
1n1
mengemukakan
tentang
perkembangan
pembangunan kesehatan, yang meliputi perkembangan
derajat kesehatan dan hasil·hasil pembangunan kesehatan.
Dalam perkembangan derajat kesehatan disampaikan
tentang perkembangan status (derajat) kesehatan
dan perkembangan penanggulangan penyakit menular
dan status gizi , sedangkan dalam hasil pembangunan
kesehatan disampaikan keberhasilan sepuluh program
pembangunan kesehatan. Untuk setiap program
diuraikan hasil·hasil yang telah dicapai, berbagai
hambatan yang dihadapi, dan langkah·langkah yang
perlu dilakukan ke depan .
AN, IIAN
5
,
Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap
kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap
kesehatan. Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara
lintas sektor yang meliputi produksi pangan, pengolahan, distribusi,
hingga konsumsi pangan tingkat rumah tangga dengan kandungan gizi
yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya dalam rangka
mencapai status gizi yang baik.
3.
PENAHAPAN PEMBANGUNAN
Pembangunan kesehatan dalam jangka panjang sampai tahun 2025
dilaksanakan secara bertahap, sesuai dengan penahapan RPJPN
sebagaimana ditetapkan dalam Undangundang Nomor 17 Tahun 2007.
Kesehatan merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan masyarakat
Indonesia, yang penahapan pencapaiannya adalah sebagai berikut:
Dalam RPJM ke1 (20052009) kesejahteraan masyarakat Indonesia
telah meningkat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas
sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia,
antara lain, ditandai oleh meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG) sebagai
hasil dari upaya pembangunan nasional, termasuk peningkatan
kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
peningkatan kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak,
dan pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk.
*
*
*
8
Dalam RPJM ke2 (20102014), kesejahteraan rakyat terus
meningkat yang ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator
pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya
kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan
laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan
antar individu, antar kelompok masyarakat, dan antar daerah.
Dalam RPJMke3 (20152019) kesejahteraan rakyat terus membaik,
meningkat sebanding dengan negaranegara berpenghasilan
menengah. Kualitas sumber daya manusia (SDM) terus membaik
yang ditandai antara lain oleh meningkatnya derajat kesehatan
dan status gizi masyarakat, meningkatkan kesetaraan gender,
meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan
perlindungan anak, serta terpenuhinya penyediaan air minum
untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Pt.MBANGUrllIIl KESEHATAN DI indoセ
i esia@
tahuiセ@
2004 2.007
A.
KEBIJAKAN JANGKA PANJANG (2005- 2025)
Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional Tahun 20052025, selanjutnya disebut RPjp-N, adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional periode 20 tahun yang dimulai sejak tahun
2005 sampai dengan tahun 2025. RPjp-N ini telah ditetapkan dengan
UU Nomor 17 Tahun 2007 untuk memberikan arah sekaligus menjadi
acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai
dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama
sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan
dapat lebih sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan
lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
1.
ARAH DAN DASAR-DASAR
Pembangunan kesehatan dalam jangka panjang sebagaimana
tercantum dalam RPjp-N 2005-2025 diarahkan untuk meningkatnya
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud.
2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan
perikema-nusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,
serta pengutamaan dan manfaat.
2.
PERHATIAN KHUSUS DAN PENEKANAN
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan diberikan perhatian
khusus penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut
(manula) dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan
melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang
disertai oleh peningkatan pengawasan, pemberdayaan masyarakat,
dan manajemen kesehatan . Upaya tersebut dilaksanakan dengan
memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,
perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), globalisasi dan demokratisasi dengan semangat
kemitraan, dan kerjasama lintas sektor.
Penekanan pembangunan kesehatan diberikan pada pemberdayaan
dan kemandirian masyarakat, serta upaya promotif dan preventif.
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 2007
7
Pembangunan kesehatan memprioritaskan upaya promotif dan
preventif yang dipadukan secara seimbang dengan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Perhatian khusus diberikan kepada pelayanan kesehatan
bagi penduduk miskin, daerah tertinggal dan daerah bencana, dengan
memperhatikan kesetaraan gender.
Sesuai dengan amanat Undangundang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) , maka Rencana
Strategis Departemen Kesehatan (Renstra Depkes 20052009) telah
disusun dan ditetapkan pula dengan Keputusan Menteri Kesehatan
nomor: 12741 MENKES/SKIVIII12005. Tantangan dan permasalahan
pembangunan kesehatan makin bertambah berat dan kompleks
seperti antara lain diuraikan dalam Bab III tentang Masalah Akut
Menerpa Pembangunan Kesehatan. Oleh karena itu dipandang perlu
untuk meninjau kembali dan menyesuaikan Renstra Departemen
Kesehatan yang ada . Renstra Departemen Kesehatan yang baru
telah pula ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor:
3311 MENKES/SKIV 12006. Pokokpokok isi Renstra tersebut yang
merupakan dokumen perencanaan pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan , akan diuraikan lebih lanjut
pada Bab IV tentang Pembaharuan Pola Pikir Departemen Kesehatan .
10
,,!.IOAt
AN KESH "TAN 01
oneセBN@
HUN 1004 l(
,
* Dalam RPJM ke4 (20202024) kesejahteraan masyarakat terus
meningkat yang ditunjukkan antara lain oleh mantapnya SDM
berkualitas dan berdaya saing yang didukung oleh meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya
tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak,
terwujudnya kesetaraan gender, serta bertahannya kondisi dan
penduduk tumbuh seimbang.
B.
KEBIJAKAN JANGKA MENENGAH (2004-2009)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20042009, selanjutnya disebut RPJMN, adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional periode lima tahun yang dimulai sejak tahun
2004 sampai dengan tahun 2009. Kebijakan pembangunan kesehatan
jangka menengah telah tercantum dalam RPJMN 20042009 yang
ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2005.
1.
SASARAN
Sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang antara lain
tercermin dari indikator dampak (impact) yaitu: (a) Meningkatnya umur
harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun; (b) Menurunnya
angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup; (c)
Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per
100.000 kelahiran hidup; serta (d) Menurunnya prevalensi gizi kurang
pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20,0 persen.
2.
KEB/JAKAN
Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan
terutama diarahkan pada: (a) Peningkatan jumlah, jaringan dan
kualitas puskesmas; (b) Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
medis; (c) Pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi
penduduk miskin; (d) Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan
dan pola hidup sehat; (e) Peningkatan pendidikan kesehatan pada
masyarakat sejak usia dini; serta (f) Pemerataan dan peningkatan
kualitas fasilitas kesehatan dasar.
P MBt NGUNAN K S HArMI 01 fNLJ\)tlE fA TIIHL セ@ J004 1007
9
3. Pada tanggal 20 Oktober 2004, ditaporkan terdapat seorang
penderita berobat ke Puskesmas Babakan Madang, dengan keluhan
demam, sakit perut, dan sakit kepala. Penderita ini mengatakan
bahwa dua famitinya meninggal dunia dengan gejala yang sama
setelah mengkonsumsi daging kambing yang sakit. Pada saat
investigasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menemukan lagi
dua orang penderita dengan riwayat makan daging kambing
sakit dan dirujuk ke Rumah Sakit Cibinong; Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor memberikan pengobatan kepada 43 orang yang
mengkonsumsi daging kambing sakit tersebut; serta
4. Pada tanggal 21 Oktober 2004, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor
dan Puskesmas Babakan Madang serta Kepala Desa Citaringgul
mengadakan penyuluhan di lapangan kepada masyarakatl
penduduk tentang bahaya dan pencegahan anthraks. Menteri
Kesehatan yang baru saja ditantik, turun sendiri ke lapangan
dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Upaya yang telah ditakukan dalam penanggulangan kasus anthraks
tersebut adalah: (a) Pengiriman surat kewaspadaan dini kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Gubernur dan
Bupati/Walikota pad a daerah tertular; (b) Melakukan penyelidikan
epidemiologi/investigasi bersama tim gerak cepat terpadu di lokasi
kasus anthraks, dan peningkatan surveitans; (c) Membantu dalam
penanggulangan KlB anthraks sesuai permintaan daerah kejadian,
berupa bimbingan teknis penanggulangan biaya operasional
penanggulangan, pelatihan dokter dan para medis puskesmas dan
Rumah Sakit seKabupaten Bogor, bantuan logistik obatobatan dan
bahan penyuluhan.
B.
BENCANAALAM
Indonesia, ditinjau dari letak geografi, kondisi topografi, keadaan
iklim, dinamika bumi, faktor demografi, dan kondisi sosial ekonomi
memang rawan terhadap bencana. Sehingga kemungkinan terjadinya
bencana yang diakibatkan oleh alam maupun ulah manusia cukup
besar yang setiap saat bisa terjadi tanpa dapat diperkirakan secara
tepat tentang waktu, tempat maupun intensitasnya.
12
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 2007
Pada awalawal masa penugasan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SpJP(K)
sebagai Menteri Kesehatan dan bahkan dalam 2 tahun kemudian,
Indonesia menghadapi berbagai masalah kesehatan yang berdampak
sangat besar terhadap Pembangunan Kesehatan Bangsa. Masalah
tersebut adalah munculnya berbagai penyakit menular (seperti
anthrax, polio, dan flu burung), bencana alam dan masalah kelaparan
dan gizi buruk. Masalah Kesehatan yang terjadi pad a saat itu
merupakan masalah akut yang harus segera ditanggulangi. Untuk
menangani masalah akut yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
ini, Menteri Kesehatan turun tangan sendiri dan dalam kesempatan
pertama setelah menerima laporan turun ke lapangan dalam upaya
penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi.
A. ANTHRAX
Penyakit anthrax di Indonesia menyebar di 11 (sebelas) provinsi, yaitu
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, NTT, Sumatera Barat,
Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta. Tetapi
dari 11 (sebelas) daerah tertular tersebut yang dilaporkan terdapat
kasus pada manusia hanya di empat provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah, NTB dan NTT.
3
Awal terjadinya penyakit anthrax dimulai di Kecamatan Babakan
Madang yang merupakan salah satu kecamatan endemis anthraks di
Kabupaten Bogor, dengan salah satu desa adalah desa Citaringgul.
Pada tahun 2003 di desa Citaringgul ini telah terjadi dua kali kejadian
KLB anthraks pad a bulan Juli dan Agustus 2003 dengan jumlah kasus
dua orang tanpa kematian.
Kasus penyakit anthrax terjadi lagi pada tahun 2004, dengan kronologis
kejadian sebagai berikut:
1. Pada tanggal 9 Oktober 2004, terdapat ternak kambing yang sakit
dengan gejala gelisah seperti mabuk . Kemudian kambing tersebut
dipotong di rumah (bukan di pemotongan hewan) dan dibagikan
ke sanak famili yang terdiri dari 12 KK (62 jiwa).
2. Pada tanggal 16 Oktober 2004, didapatkan tiga orang yang
mengkonsumsi daging tersebut sakit dengan gejala demam, sakit
kepala, sakit perut dan muntah, satu orang diantaranya muntah
disertai dengan darah serta sakit perut hebat; seorang penderita
meninggal dunia pad a tanggal 18 Oktober 2004, dan 2 orang
lainnya juga meninggal pad a tanggal 19 Oktober 2004.
HAIAN
IND
nヲEセ@
TAHI
11
Langkahlangkah penanggulangan bencana alam gempa bumi tektonik
yang disertai gelombang tsunami di wilayah NAD dan Sumatera Utara
dalam tahap tanggap darurat adalah:
a. Pada hari kedua (28 Desember 2004) Menteri Kesehatan telah
berada di Banda Aceh untuk melihat langsung dan mengidentifikasikan
permasalahan pokok di bidang kesehatan, serta memberikan
arahan untuk penanggulangannya.
b. Karena di NAD sistem kesehatan lumpuh, maka Departemen
Kesehatan membuka kantor di Banda Aceh untuk memfasilitasi
Dinas Kesehatan setempat yang tidak berfungsi , dengan
menugaskan secara bergilir seorang Pejabat Eselon 1 dan Eselon
2 serta sejumlah staf untuk melakukan : (1) koordinasi tanggap
darurat; (2) melakukan penilaian kebutuhan cepat (rapid health
assessment).
c. Mobilisasi dan distribusi sumber daya sesuai dengan hasil penilaian
kebutuhan cepat, yang meliputi tenaga kesehatan dengan
penugasan khusus, alat kesehatan, obatobatan , bahan habis
pakai , dan perbekalan kesehatan lainnya. Mobilisasi berbagai
sumber daya ini berasal dari Kabupaten/Kota dan Provinsi lain
di Indonesia serta dari luar negeri , baik dari pemerintah maupun
swadaya masyarakat;
d. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tanggap darurat. Dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang berhasil dihimpun
diselenggarakanlah pelayanan kesehatan tanggap darurat
dengan memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang masih
berfungsi dan atau mendirikan pos pelayanan kesehatan dan RS
lapangan di berbagai lokasi yang membutuhkan. Penyelenggara
pelayanan dilakukan dan dikoordinasikan oleh pemerintah
dengan mengikutsertakan berbagai lembaga swadaya masyarakat
t ermasuk yang berasal dari luar negeri ; serta
e. Pencegahan terjadinya wabah penyakit yang dilakukan di seluruh
wilayah bencana , terutama di lokasi pengungsi , meliputi: (1)
penilaian kebutuhan cepat (rapid health assessment) ; (2)
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seperti
imunisasi , vector control , disinfeksi, dan purifikasi air minum .
Di samping i tu bekerjasama dengan sektor lain terkait dilakukan
pembangunan sarana mandi cuci kakus (MCK), dan sarana
pembuangan sampah/air limbah (SPAL); dan (3) Memperkuat
survai lans epidemiologi.
Penanganan masalah kesehatan dalam tahap gawat darurat dapat
berjalan dengan baik, yang ditunjukkan dengan salah satu indikatornya
yaitu tidak terjadinya wabah penyakit pasca bencana .
14
1.
Bencana Bum; dan Tsunami di NAD dan Sumatera Utara .
Pada tanggal 26 Desember 2004 pukul 07.58 WIB, terjadi bencana
gempa bumi tektonik dengan kekuatan 6,8 SR (BMG) atau 8,9 SR (USA
Geological Survey) yang disertai dengan gelombang besar tsunami
menerjang sebagian besar wilayah pantai barat dan utara Provinsi
Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Provinsi Sumatera Utara . Akibat
gempa bumi dan tsunami tersebut sebagian besar kabupaten/kota di
Provinsi NAD terkena musibah meliputi: Kota Banda Aceh, Kabupaten
Aceh Besar, Kabupaten Aceh Timur, Kota Lhokseumawe, Kabupaten
Bireun, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Utara , Kabupaten Aceh
Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Jaya , Kabupaten
Simelue, Kota Sabang, Kota Meulaboh, dan Kabupaten Aceh Selatan.
Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara musibah terjadi di Kabupaten
Nias, Pantai Cermin dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Sibolga). Sampai
dengan tanggal13 Januari 2005, tercatat korban jiwa yang meninggal
106.523 jiwa, dirawat mencapai 925, hilang mencapai 12.147 jiwa,
pengungsi mencapai 694.760 jiwa.
Secara umum permasalahan kesehatan yang terjadi akibat bencana
ini adalah: (1) sistem kesehatan lumpuh; (2) penanganan korban
optimal; (3) terbatasnya air bersih dan buruknya sanitasi lingkungan;
(4) ketahanan pangan dan gizi menurun; (5) terdapatnya tempat
pengungsian dalam skala besar; serta (6) kemungkinan timbulnya
berbagai penyakit menular.
Bencana ini berdampak besar pada kondisi psikologis penduduk;
lumpuhnya pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, keamanan,
sosial, serta kurang berfungsinya pemerintahan, yang disebabkan oleh
hancurnya sarana dan prasarana dasar dan berkurangnya sumber daya
manusia aparatur. Infrastruktur dasar yang mengalami kerusakan
meliputi lebih 30 ribu rumah , 1.644 kantor dan fasilitas pelayanan
umum milik pemerintahan, 270 pasar, dan 2.732 sarana peribadatan. Di
bidang kesehatan sarana yang rusak meliputi 11 RS milik Pemerintah, 3
RS TNI, dan 5 RS Swasta; 43 buah Puskesmas, 59 Puskesmas pembantu;
1 Dinas Kesehatan Provinsi dan 3 Dinas Kesehatan Kabupaten di Aceh
Besar, Aceh Jaya, dan Simeulue; 3 Gudang Farmasi di Banda Aceh,
Aceh Jaya, dan Simelulue; 1 Gudang Vaksin di Banda Aceh; 3 Poltekkes
di Banda Aceh dan 1 Poltekkes di Meulaboh; serta 1 Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) term asuk 2 Wilkernya di Banda Aceh dan 1 KKP di
Lhokseumawe.
13
b.
c.
Pemantauan terus menerus terhadap daerah yang terkena gempa;
Upaya pelayanan kesehatan, meliputi evakuasi korban bencana,
pelayanan kesehatan di lokasi bencana, pelayanan di rumah sakit,
operasi/tindakan bedah di rumah sakit dan rumah sakit lapangan ,
imunisasi TT karena ditemukannya kasus tetanus, imunisasi
campakdan pemberian kapsul VitaminAdosis tinggi , serta kegiatan
survailans epidemiologi, penyehatan lingkungan, pemberantasan
vektor dan penyediaan obatobatan dan penatalaksanaan kasus
tetanus, diare dan ISPA.
Dalam pelaksanaan penanganan kesehatan pada kejadian bencana,
sering dirasakan adanya keterlambatan atau kesulitan lain dalam
memberikan bantuan kepada daerah yang mengalami bencana sehingga
Departemen Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 16531 Menkes/SK/XIII 2005, tentang Pedoman Penanganan
Bencana Bidang Kesehatan serta dalam rangka mempercepat dan
mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan dari pusat untuk
kegiatan penanggulangan kesehatan pada krisis kesehatan akibat
kejadian bencana yang sewaktuwaktu dapat terjadi, telah dibentuk
"Pusat Bantuan Regional Penanganan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana" di 10 (sepuluh) regional untuk membantu daerah yang
terkena bencana dan krisis kesehatan lainnya.
LOKASI 10 PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN REGIONAL
C.
GIZI BURUK
Masalah kelaparan di Yahukimo. Masalah ini menyerang Kabupaten
Yahukimo sejak bulan Oktober 2005 yang dilaporkan oleh beberapa
misionaris dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo kepada
Kepala Dinas Kesehatan Papua. Masalah kelaparan ini menimbulkan
kematian sebanyak 55 orang dan 152 balita menjadi gizi buruk.
16
Setelah tahap tanggap darurat, penanggulangan akibat bencana gempa
bumi dan tsunami di NAD dan Sumatera Utara di bidang kesehatan
dilanjutkan dengan tahap rehabilitasi untuk selama 2 tahun (20052006). Dalam tahap rehabilitasi dilakukan upaya mempertahankan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di daerah Provinsi NAD dan
Sumatera Utara yang terkena bencana. Untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, terutama yang bertempat
tinggal di lokasi pengungsi, diupayakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan yang bersifat rutin. Mengingat banyak
sarana pelayanan kesehatan yang belum berfungsi serta disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat yang banyak diantaranya bertempat
tinggal di lokasi pengungsi maka dibangun Puskesmas Satelit dan
Rumah Sakit Lapangan.
Tahap penanggulangan bencana selanjutnya adalah tahap revitalisasi
dan rekonstruksi sampai jangka waktu lima tahun (20052009). Pada
tahap ini, revitalisasi dan rekonstruksi dilakukan terhadap Dinas
Kesehatan, Rumah Sakit dan Puskesmas. Kegiatan yang dilakukan pada
masingmasing institusi meliputi penilaian kebutuhan, pembangunan
gedung, pengadaan sarana dan prasarana, pengadaan tenaga
kesehatan dan operasionalisasi baik di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit
maupun Puskesmas. Kegiatan pembangunan gedung dilakukan dalam
koordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD.
2.
Bencana Gempa Bumi di DIY dan Jawa Tengah.
Bencana alam berskala nasional selanjutnya yang terjadi adalah
gempa bumi di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Berdasarkan data
dan informasi sampai Tanggal 22 Juni 2006 dari daerah yang terkena
bencana (Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten
Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali) didapatkan data
korban meninggal sebanyak 6.755 orang, korban luka 149.040 orang,
korban yang menderita tetanus sebanyak 71 orang dan kasus bunuh
diri dilaporkan sebanyak 6 orang.
Selain itu terjadi kerusakan pada sarana dan prasarana yang meliputi
tiga kantor Dinas Kesehatan, lima Rumah Sakit, 101 Puskesmas, 226
Puskesmas Pembantu, 50 Polindes, 17 Institusi Diknakes dan 175
Rumah Dinas.
Pada bencana gempa bumi di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah kegiatan
yang sudah dilakukan adalah:
a. Menempatkan bantuan tenaga kesehatan, baik dari jajaran
kesehatan setempat, dari beberapa daerah lain dan Departemen
Kesehatan serta beberapa negara sahabat;
15
Penanganan kegiatan tanggap darurat rawan pangan di Kabupaten
Yahukimo dilaksanakan selama tujuh bulan (JanuariJuli 2006).
D.
POLIO
Setelah selama 10 tahun Indonesia mengalami bebas polio (19962005),
tibatiba pada tanggal 21 April 2005 dilaporkan adanya penderita polio
di desa Girijaya , kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat yang lumpuh sejak tanggal 13 Maret 2005. Pemeriksaan
virologi secara teliti di Laboratorium Bio Farma dan Laboratorium
Rujukan WHO di Mumbai, India , dapat diketahui bahwa virus yang
ditemukan pad a penderita di Cidahu adalah virus impor strain Nigeria.
Penyakit Polio dengan virus strain yang sama, juga pernah berjangkit
di Timur Tengah (Yaman, Arab Saudi). Masuknya penyakit Polio ke
Indonesia karena kemajuan transoprtasi dan kemudahan mobilitas
penduduk .
Dengan ditemukannya penderita polio tersebut, disadari karena
kemudahan transportasi, mobilitas penduduk dan masih jeleknya
sanitasi, akan terjadi penularan dan penyebaran dengan cepat
ke daerah/wilayah lain di Indonesia. Oleh karena itu Departemen
Kesehatan telah melakukan langkahlangkah:
1. Pada tanggal 2427 April 2005 telah dilakukan: Epidemiologi
Assessment dan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah
KLB;
2. Menteri Kesehatan telah mengumumkan adanya KLB Polio di
Sukabumi pad a tanggal 24 April 2005 dan mengukuhkannya dengan
Keputusan Menteri Kesehatan tertanggal 26 Mei 2005.
3. Mop-Up di daerah kemungkinan tertular (Jawa Barat, Banten dan
DKI Jakarta), di mana vaksinasi dilakukan kepada semua anak umur
REPUBLIK INDONESIA
Semoga, buku ini bermanfaat bagi para pembaca serta untuk mengukir
sejarah Bangsa Indonesia di bidang Pembangunan Kesehatan. Saya
ucapkan terima kasih yang tak terhingga, kepada jajaran Departemen
Kesehatan yang telah membantu hingga Buku ini dapat tersusun.
セbゥャ[Mヲ|i
iv
セ
N@
dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)
PEMBANGUNAN KC5EHATAN PI INDONESIA TAHUN 2004 Z007
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Tidak terasa, waktu berlalu begitu eepat, saat ini sudah lebih tiga
tahun saya menjabat sebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet
Indonesia Bersatu, sejak saya dilantik tanggal 21 Oktober 2004 yang
lalu. Suka dan duka silih berganti dalam memimpin Departemen
Kesehatan. Hari·hari yang telah berlalu saya jadikan guru yang paling
baik, meski pengalaman yang saya dapati terkadang pengalaman yang
kurang menyenangkan, namun dibalik itu ada hikmah yang dapat saya
petik untuk menjadi pertimbangan dalam manapaki harihari ke yang
akan datang.
Saat ini banyak fenomena alam yang terjadi tanpa diduga, sekaligus
merupakan hal baru, yang belum pernah saya jumpai dan saya
pelajari dalam bangku studio Seperti hanya dalam dua bulan setelah
saya dilantik untuk menjabat sebagai Menteri Kesehatan, terjadi
Tsunami di DI Aeeh dan Nias, yang menuntut fikiran dan tindakan
nyata untuk menangani korban yang sebegitu banyak dengan fasilitas
infra struktur yang porakporanda, disusul gempa bumi yang dahsyat
di DI Yogyakarta, dan kasus flu burung, merupakan hal yang baru dan
belum ada sebelumnya. Namun hanya melalui pertolonganNya dan
kerja keras serta dukungan seluruh jajaran kesehatan, semuanya
dapat dilampaui satu per satu.
Buku ini disusun dengan harapan dapat memberikan gambaran nyata,
apa yang telah terjadi dan yang telah kita lakukan dalam membangun
kesehatan bangsa, sehingga generasi penerus bangsa dapat belajar
dari sejarah masa Lalu . Yang perLu dimakLumi, adalah pemahaman
kontekstual para pembaea sesuai zamannya. Halhal yang telah
menjadi kebijakan saya, adalah yang terbaik pada saat kebijakan itu
diputuskan dan dilaksanakan. Belum tentu kebijakan saat ini akan
juga coeok untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang. Namun,
pereayalah bahwa kebijakan yang saya putuskan untuk dilaksanakan
sudah melalui pertimbangan yang masak, dengan memilih dampak
negatif yang paling kecil.
iii
E. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan ............................ 58
F. Pemberdayaan Masyarakat (Desa Siaga,
Poskestren, Mushola Sehat) ......................... ............ 59
Bab VII. Perjuangan Keadilan Bidang Kesehatan di Dunia
Internasional ............................... ..... . ... ........... . . 63
A. Kekecewaan Dalam Upaya Penanggulangan
Flu Burung .................... .................................. . .. 63
B. LangkahLangkah Perjuangan Keadilan
di Dunia Internasional .. ................................... ...... 64
Bab VIII. Anggaran Pembangunan Kesehatan .................. .... .... 69
Bab IX. Tantangan Ke Depan .... ...... ....... .. ..... .................... 71
Bab X. Penutup . ............ . .................................. ....... .. .. 75
vi
3. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar melalui satu tindakan,
yaitu penanganan secara cepat terhadap wabah penyakit, gizi
buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Pemilihan ketiga prioritas tersebut, didasarkan atas beberapa kriteria,
antara lain, meletakkan landasan dan langkah awal, mencetak sukses
awal, trust building / membangun kepercayaan rakyat, tidak menambah
beban APBN 2004, tidak memasukkan kegiatan yang bersifat rutin,
dan pelaksanaannya dalam kendali pemerintah.
Sesuai dengan kriteria tersebut di atas, khususnya dalam pengembangan
sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, pad a tahun 2008
telah berkembang menjadi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat,
yang mencakup masyarakat miskin, hampir miskin dan tidak mampu
sebanyak 76 ,4 jiwa.
B. PEMBANGUNAN KESEHATAN SEBAGAI PElAKSANAAN
AGENDA PRESIDEN RI
Agenda Presiden RI untuk tahun 20042009 , dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dalam RPJMN
tersebut menjelaskan tentang visi, misi, dan strategi Pembangunan
Nasional Tahun 20042009.
Visi Pembangunan Nasional Tahun 20042009, telah ditetapkan ,
yakni: (1) Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) Terwujudnya masyarakat,
bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan,
dan hak asasi manusia; serta (3) Terwujudnya perekonomian yang
mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak
serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang
berkelanjutan.
Misi Pembangunan Nasional Tahun 20042009 telah ditetapkan pula,
yaitu: 1) Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai; 2) Mewujudkan
Indonesia yang Adil dan Demokratis; dan 3) Mewujudkan Indonesia
yang Sejahtera.
Di dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan
nasional tersebut di atas ditempuh dua Strategi Pokok Pembangunan,
yaitu: (1) Strategi Penataan Kembali Indonesia yang diarahkan untuk
menyelamatkan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan
2
PfMBAtIGUNAN kLセ{hatn@
OIIfIDOr'ESIA TAHUN 2
セ@
2007
A. DIANGKAT SEBAGAI MENTERI KESEHATAN KABINET INDONESIA
BERSATU
Dalam susunan Kabinet Indonesia
Bersatu tersebut, terdapat empat
wanita
yang
dipercaya
untuk
menjabat Menteri, dan salah satunya
adalah Dr. dr. SW Fadilah Supari,
Sp.JP(K), sebagai Menteri Kesehatan,
dan merupakan Menteri Kesehatan
wanita yang pertama di Indonesia.
Pemilihan Umum yang dilaksanakan
pada tahun 2004, telah mengantarkan
pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla untuk memimpin Bangsa Indonesia periode
2004·2009, yang kemudian membentuk susunan Kabinet yang diberi
nama Kabinet Indonesia Bersatu.
1
Pada tanggal 21 Oktober 2004, dilaksanakan pelantikan dan
pengambilan sumpah terhadap seluruh Menteri dan Pejabat Negara
Setingkat Menteri yang tergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Dalam susunan Kabinet Indonesia Bersatu tersebut, terdapat
empat wanita yang dipercaya untuk menjabat Menteri, dan salah
satunya adalah Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), sebagai Menteri
Kesehatan, dan merupakan Menteri Kesehatan wanita yang pertama
di Indonesia.
Dalam awal kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
telah disusun program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu, termasuk
didalamnya Program 100 Hari Bidang Kesehatan, yakni:
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM tenaga medis, melalui 2
(dua) tindakan, yaitu: (a) rekrutmen tenaga medis untuk Puskesmas
dan Rumah Sakit di daerah tertinggal; serta (b) persiapan aplikasi
UndangUndang Praktik Kedokteran;
2. Pengembangan sistem jaminan kesehatan bagi rakyat miskin,
melalui
dua tindakan, yaitu: (a) memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas; dan (b) meningkatkan
pelayanan kesehatan gratis di kelas III Rumah Sakit Pemerintah
bagi penduduk miskin;
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004·2007
1
tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosialpolitik.
3. Pemahaman demokratisasi dan desentralisasi. Adanya perubahan
dalam sistem administrasi kepemerintahan, mempengaruhi
kelangsungan sistem pelayanan kesehatan yang sudah tertata dan
terkadang menimbulkan konflik sosial dan konflik antar golongan
yang berdampak terhadap pembangunan kesehatan.
4. Bencana. Indonesia sangat akrab dengan kejadian bencana,
baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia, dapat
menimbulkan krisis kesehatan. Akibat eksplorasi sumber daya
alam yang berlebihan, mengakibatkan seringnya terjadi bencana
alam, seperti tanah longsor, banjir, gempa bumi, kekeringan, dan
lain sebagainya.
5. Anggaran pembangunan kesehatan terbatas. Anggaran APBN
Depkes setiap tahunnya hanya berkisar 2,5% dari APBN Nasional.
Demikian pula Alokasi APBD untuk kesehatan juga sangat terbatas.
Sementara itu dana dari masyarakat untuk pelayanan kesehatan
yang mengambil porsi yang lebih besar dari pada dana pemerintah,
belum dikelola secara berhasilguna dan berdayaguna.
6. 'Climate change' . Dalam awal abad 21 ini dunia telah menghadapi
peningkatan suhu bumi akibat pemanasan global yang akan
menimbulkan dampak bagi berbagai sektor pembangunan nasional.
Di bidang kesehatan diamati dapat mengakibatkan bertambah
baiknya perkembangbiakan berbagai vektor penyakit.
D. SISTEMATIKA BUKU
Bab I
4
Buku ini mengemukakan awal pertama Dr. dr. Fadilah Supari,
SpJ(K) dilantik sebagai Menteri Kesehatan RI dalam Kabinet
Indonesia Bersatu. Pembangunan kesehatan merupakan
agenda pelaksanaan dari agenda Presiden RI 20042009 yang
berisikan visi, misi dan strategi pokok pembangunan nasional.
Pembangunan kesehatan di Indonesia menghadapi masalah
nasional, yaitu masih rendahnya kualitas pertumbuhan
pembangunan Bangsa Indonesia, kemiskinan, perubahan
dalam sistem administrasi pemerintahan, Indonesia yang
rawan bencana, terbatasnya anggaran pembangunan, dan
adanya peningkatan suhu global.
PEMBAtl GU lAN KESEHATAN 01 INDOtlESIA TMillt1 l()O.1 2/J07
semangat, jiwa, nilai, dan konsensus dasar yang melandasi berdirinya
Negara Kebangsaan Republik Indonesia yang meliputi Pancasila,
UndangUndang Dasar 1945 (terutama Pembukaan UndangUndang Dasar
1945), tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan tetap
berkembangnya pluralisme dan keberagaman dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika; dan (2) Strategi Pembangunan Indonesia yang diarahkan
untuk membangun Indonesia di segala bidang yang merupakan
perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar rakyat dan
penciptaan landasan pembangunan yang kokoh .
Selanjutnya Pembangunan Sektor Kesehatan terletak pada agenda
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat , dan selanjutnya diuraikan pad a
Bab 28, tentang Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Kesehatan
Yang Berkualitas , berisikan Sasaran, Arah Kebijakan, dan Programprogram Pembangunan Kesehatan tahun 2004 2009.
C.
MASALAH NASIONAL DALAM PENYELENGGARAAN
PEMBANGUN·AN KESEHATAN
Masalah nasional yang dihadapi oleh pembangunan di berbagai sektor
termasuk pembangunan kesehatan:
1. Kualitas pertumbuhan pembangunan bangsa Indonesia. Kualitas
pertumbuhan Bangsa Indonesia yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) belum menggembi rakan. L aporan
UNDP 2007 menempatkan Indonesia berada pada urutan ke 107
dari 177 negara .
2. Kemiskinan. Kemiskinan merupakan gabungan permasalahan
yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan ,
pendidikan , akses terhadap pelayanan umum , dan kondisi lingkungan.
Masyarakat miskin harus mempunyai hak yang sama dengan
anggota masyarakat lainnya . Kemiskinan tidak lagi dipahami
hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan
memenuhi hakhak dasar dan perbedaan perlakuan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat. Hakhak dasar yang diakui secara umum
meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan , pendidikan ,
pekerjaan, perumahan , air bersih , pertanahan , sumberdaya alam,
dan lingkungan hidup , rasa aman dari perlakukan atau ancaman
>,\[AN uN
3
6
Bob VI
Membahas ten tang upaya unggulan Departemen Kesehatan
yang meliputi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin, penanggulangan penyakit
menular, jaminan ketersediaan dan stabilitas harga obat,
pendayagunaan tenaga kesehatan khususnya untuk daerah
terpencil, pemberdayaan masyarakat dan Save Papua Bidang
Kesehatan.
Bob VII
menguraikan tentang langkahlangkah Menteri Kesehatan
yang didukung jajaran kesehatan dan lintas sektor dalam
memperjuangkan keadilan di dunia Internasional, yang
dimulai dari kekecewaan dalam upaya penanggulangan flu
burung dan dilanjutkan dengan langkahlangkah perjuangan
untuk tercapainya keadilan perlakuan antara negaranegara
maju dan negaranegara berkembang.
Bob VIII
menyajikan tentang Anggaran Pembangunan Kesehatan
yang bersumber dari APBN, baik anggaran sektoral maupun
dana alokasi khusus (DAK), baik jumlah yang dialokasikan,
tingkat penyerapan/realisasinya, berbagai masalah dalam
pengelolaan anggaran dan langkahlangkah yang dilakukan
untuk mengatasinya.
Bob IX
Tantangan pembangunan kesehatan. Meskipun banyak
keberhasilan sudah dicapai oleh pembangunan kesehatan,
namun masih ada tantangan yang dihadapi, yaitu faktor
demografi, peningkatan derajat kesehatan yang belum
optimal, adanya beban ganda penyakit, tantangan global,
pemberdayaan masyarakat yang masih rendah dan upaya
pelayanan kesehatan serta manajemen kesehatan.
Bob X
Penutup.
PEI'\[l,
nguセia@
KfSEHA™ 01
0
"TA
:.m 1
04 2007
Bob"
Mengemukakan tentang kebijakan pembangunan kesehatan,
yang terdiri dari kebijakan jangka panjang dan jangka
menengah. Dalam kebijakan jangka panjang kesehatan
diutarakan tentang arah, dasar dan perhatian khusus
dan penekanannya. Sedangkan dalam kebijakan jangka
menengah dibahas tentang sasaran , kebijakan dan program
Departemen Kesehatan tahun 2005·2009.
Bob /11
Mengetengahkan tentang masalah akut yang dihadapi oleh
Pembangunan Kesehatan dan harus segera ditanggulangi.
Masalah tersebut adalah munculnya berbagai penyakit
menular, seperti anthrax, polio, dan flu burung, bencana
alam dan masalah kelaparan/gizi buruk. Uraian meliputi
kronologis kejadian dan penanganan / penanggulangan
masalah yang dilakukan.
Bob IV
Menguraikan upaya Menteri Kesehatan dalam menata
Departemen Kesehatan. Dalam perjalanan pelaksanaan
pembangunan kesehatan sampai dengan akhir tahun 2005,
berbagai masalah dan tantangan dalam pembangunan
kesehatan telah berkembang semakin berat, semakin
kompleks, dan bahkan terkadang tidak terduga . Untuk
menanggulangi hal tersebut, Departemen Kesehatan telah
melakukan penataan kembali organisasi dan tata kerjanya,
dan menyusun kembali Rencana Strategisnya Tahun 2005· 2009
yang berisikan visi, misi, nilai, strategi utama dan sasaran
utama, serta program·program yang akan dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan.
Bob V
Buku
1n1
mengemukakan
tentang
perkembangan
pembangunan kesehatan, yang meliputi perkembangan
derajat kesehatan dan hasil·hasil pembangunan kesehatan.
Dalam perkembangan derajat kesehatan disampaikan
tentang perkembangan status (derajat) kesehatan
dan perkembangan penanggulangan penyakit menular
dan status gizi , sedangkan dalam hasil pembangunan
kesehatan disampaikan keberhasilan sepuluh program
pembangunan kesehatan. Untuk setiap program
diuraikan hasil·hasil yang telah dicapai, berbagai
hambatan yang dihadapi, dan langkah·langkah yang
perlu dilakukan ke depan .
AN, IIAN
5
,
Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap
kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap
kesehatan. Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara
lintas sektor yang meliputi produksi pangan, pengolahan, distribusi,
hingga konsumsi pangan tingkat rumah tangga dengan kandungan gizi
yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya dalam rangka
mencapai status gizi yang baik.
3.
PENAHAPAN PEMBANGUNAN
Pembangunan kesehatan dalam jangka panjang sampai tahun 2025
dilaksanakan secara bertahap, sesuai dengan penahapan RPJPN
sebagaimana ditetapkan dalam Undangundang Nomor 17 Tahun 2007.
Kesehatan merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan masyarakat
Indonesia, yang penahapan pencapaiannya adalah sebagai berikut:
Dalam RPJM ke1 (20052009) kesejahteraan masyarakat Indonesia
telah meningkat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas
sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia,
antara lain, ditandai oleh meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG) sebagai
hasil dari upaya pembangunan nasional, termasuk peningkatan
kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
peningkatan kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak,
dan pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk.
*
*
*
8
Dalam RPJM ke2 (20102014), kesejahteraan rakyat terus
meningkat yang ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator
pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya
kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan
laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan
antar individu, antar kelompok masyarakat, dan antar daerah.
Dalam RPJMke3 (20152019) kesejahteraan rakyat terus membaik,
meningkat sebanding dengan negaranegara berpenghasilan
menengah. Kualitas sumber daya manusia (SDM) terus membaik
yang ditandai antara lain oleh meningkatnya derajat kesehatan
dan status gizi masyarakat, meningkatkan kesetaraan gender,
meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan
perlindungan anak, serta terpenuhinya penyediaan air minum
untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Pt.MBANGUrllIIl KESEHATAN DI indoセ
i esia@
tahuiセ@
2004 2.007
A.
KEBIJAKAN JANGKA PANJANG (2005- 2025)
Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional Tahun 20052025, selanjutnya disebut RPjp-N, adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional periode 20 tahun yang dimulai sejak tahun
2005 sampai dengan tahun 2025. RPjp-N ini telah ditetapkan dengan
UU Nomor 17 Tahun 2007 untuk memberikan arah sekaligus menjadi
acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai
dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama
sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan
dapat lebih sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan
lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
1.
ARAH DAN DASAR-DASAR
Pembangunan kesehatan dalam jangka panjang sebagaimana
tercantum dalam RPjp-N 2005-2025 diarahkan untuk meningkatnya
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud.
2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan
perikema-nusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,
serta pengutamaan dan manfaat.
2.
PERHATIAN KHUSUS DAN PENEKANAN
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan diberikan perhatian
khusus penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut
(manula) dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan
melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang
disertai oleh peningkatan pengawasan, pemberdayaan masyarakat,
dan manajemen kesehatan . Upaya tersebut dilaksanakan dengan
memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,
perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), globalisasi dan demokratisasi dengan semangat
kemitraan, dan kerjasama lintas sektor.
Penekanan pembangunan kesehatan diberikan pada pemberdayaan
dan kemandirian masyarakat, serta upaya promotif dan preventif.
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 2007
7
Pembangunan kesehatan memprioritaskan upaya promotif dan
preventif yang dipadukan secara seimbang dengan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Perhatian khusus diberikan kepada pelayanan kesehatan
bagi penduduk miskin, daerah tertinggal dan daerah bencana, dengan
memperhatikan kesetaraan gender.
Sesuai dengan amanat Undangundang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) , maka Rencana
Strategis Departemen Kesehatan (Renstra Depkes 20052009) telah
disusun dan ditetapkan pula dengan Keputusan Menteri Kesehatan
nomor: 12741 MENKES/SKIVIII12005. Tantangan dan permasalahan
pembangunan kesehatan makin bertambah berat dan kompleks
seperti antara lain diuraikan dalam Bab III tentang Masalah Akut
Menerpa Pembangunan Kesehatan. Oleh karena itu dipandang perlu
untuk meninjau kembali dan menyesuaikan Renstra Departemen
Kesehatan yang ada . Renstra Departemen Kesehatan yang baru
telah pula ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor:
3311 MENKES/SKIV 12006. Pokokpokok isi Renstra tersebut yang
merupakan dokumen perencanaan pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan , akan diuraikan lebih lanjut
pada Bab IV tentang Pembaharuan Pola Pikir Departemen Kesehatan .
10
,,!.IOAt
AN KESH "TAN 01
oneセBN@
HUN 1004 l(
,
* Dalam RPJM ke4 (20202024) kesejahteraan masyarakat terus
meningkat yang ditunjukkan antara lain oleh mantapnya SDM
berkualitas dan berdaya saing yang didukung oleh meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya
tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak,
terwujudnya kesetaraan gender, serta bertahannya kondisi dan
penduduk tumbuh seimbang.
B.
KEBIJAKAN JANGKA MENENGAH (2004-2009)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20042009, selanjutnya disebut RPJMN, adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional periode lima tahun yang dimulai sejak tahun
2004 sampai dengan tahun 2009. Kebijakan pembangunan kesehatan
jangka menengah telah tercantum dalam RPJMN 20042009 yang
ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2005.
1.
SASARAN
Sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang antara lain
tercermin dari indikator dampak (impact) yaitu: (a) Meningkatnya umur
harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun; (b) Menurunnya
angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup; (c)
Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per
100.000 kelahiran hidup; serta (d) Menurunnya prevalensi gizi kurang
pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20,0 persen.
2.
KEB/JAKAN
Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan
terutama diarahkan pada: (a) Peningkatan jumlah, jaringan dan
kualitas puskesmas; (b) Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
medis; (c) Pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi
penduduk miskin; (d) Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan
dan pola hidup sehat; (e) Peningkatan pendidikan kesehatan pada
masyarakat sejak usia dini; serta (f) Pemerataan dan peningkatan
kualitas fasilitas kesehatan dasar.
P MBt NGUNAN K S HArMI 01 fNLJ\)tlE fA TIIHL セ@ J004 1007
9
3. Pada tanggal 20 Oktober 2004, ditaporkan terdapat seorang
penderita berobat ke Puskesmas Babakan Madang, dengan keluhan
demam, sakit perut, dan sakit kepala. Penderita ini mengatakan
bahwa dua famitinya meninggal dunia dengan gejala yang sama
setelah mengkonsumsi daging kambing yang sakit. Pada saat
investigasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menemukan lagi
dua orang penderita dengan riwayat makan daging kambing
sakit dan dirujuk ke Rumah Sakit Cibinong; Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor memberikan pengobatan kepada 43 orang yang
mengkonsumsi daging kambing sakit tersebut; serta
4. Pada tanggal 21 Oktober 2004, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor
dan Puskesmas Babakan Madang serta Kepala Desa Citaringgul
mengadakan penyuluhan di lapangan kepada masyarakatl
penduduk tentang bahaya dan pencegahan anthraks. Menteri
Kesehatan yang baru saja ditantik, turun sendiri ke lapangan
dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Upaya yang telah ditakukan dalam penanggulangan kasus anthraks
tersebut adalah: (a) Pengiriman surat kewaspadaan dini kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Gubernur dan
Bupati/Walikota pad a daerah tertular; (b) Melakukan penyelidikan
epidemiologi/investigasi bersama tim gerak cepat terpadu di lokasi
kasus anthraks, dan peningkatan surveitans; (c) Membantu dalam
penanggulangan KlB anthraks sesuai permintaan daerah kejadian,
berupa bimbingan teknis penanggulangan biaya operasional
penanggulangan, pelatihan dokter dan para medis puskesmas dan
Rumah Sakit seKabupaten Bogor, bantuan logistik obatobatan dan
bahan penyuluhan.
B.
BENCANAALAM
Indonesia, ditinjau dari letak geografi, kondisi topografi, keadaan
iklim, dinamika bumi, faktor demografi, dan kondisi sosial ekonomi
memang rawan terhadap bencana. Sehingga kemungkinan terjadinya
bencana yang diakibatkan oleh alam maupun ulah manusia cukup
besar yang setiap saat bisa terjadi tanpa dapat diperkirakan secara
tepat tentang waktu, tempat maupun intensitasnya.
12
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 2007
Pada awalawal masa penugasan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SpJP(K)
sebagai Menteri Kesehatan dan bahkan dalam 2 tahun kemudian,
Indonesia menghadapi berbagai masalah kesehatan yang berdampak
sangat besar terhadap Pembangunan Kesehatan Bangsa. Masalah
tersebut adalah munculnya berbagai penyakit menular (seperti
anthrax, polio, dan flu burung), bencana alam dan masalah kelaparan
dan gizi buruk. Masalah Kesehatan yang terjadi pad a saat itu
merupakan masalah akut yang harus segera ditanggulangi. Untuk
menangani masalah akut yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
ini, Menteri Kesehatan turun tangan sendiri dan dalam kesempatan
pertama setelah menerima laporan turun ke lapangan dalam upaya
penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi.
A. ANTHRAX
Penyakit anthrax di Indonesia menyebar di 11 (sebelas) provinsi, yaitu
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, NTT, Sumatera Barat,
Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta. Tetapi
dari 11 (sebelas) daerah tertular tersebut yang dilaporkan terdapat
kasus pada manusia hanya di empat provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah, NTB dan NTT.
3
Awal terjadinya penyakit anthrax dimulai di Kecamatan Babakan
Madang yang merupakan salah satu kecamatan endemis anthraks di
Kabupaten Bogor, dengan salah satu desa adalah desa Citaringgul.
Pada tahun 2003 di desa Citaringgul ini telah terjadi dua kali kejadian
KLB anthraks pad a bulan Juli dan Agustus 2003 dengan jumlah kasus
dua orang tanpa kematian.
Kasus penyakit anthrax terjadi lagi pada tahun 2004, dengan kronologis
kejadian sebagai berikut:
1. Pada tanggal 9 Oktober 2004, terdapat ternak kambing yang sakit
dengan gejala gelisah seperti mabuk . Kemudian kambing tersebut
dipotong di rumah (bukan di pemotongan hewan) dan dibagikan
ke sanak famili yang terdiri dari 12 KK (62 jiwa).
2. Pada tanggal 16 Oktober 2004, didapatkan tiga orang yang
mengkonsumsi daging tersebut sakit dengan gejala demam, sakit
kepala, sakit perut dan muntah, satu orang diantaranya muntah
disertai dengan darah serta sakit perut hebat; seorang penderita
meninggal dunia pad a tanggal 18 Oktober 2004, dan 2 orang
lainnya juga meninggal pad a tanggal 19 Oktober 2004.
HAIAN
IND
nヲEセ@
TAHI
11
Langkahlangkah penanggulangan bencana alam gempa bumi tektonik
yang disertai gelombang tsunami di wilayah NAD dan Sumatera Utara
dalam tahap tanggap darurat adalah:
a. Pada hari kedua (28 Desember 2004) Menteri Kesehatan telah
berada di Banda Aceh untuk melihat langsung dan mengidentifikasikan
permasalahan pokok di bidang kesehatan, serta memberikan
arahan untuk penanggulangannya.
b. Karena di NAD sistem kesehatan lumpuh, maka Departemen
Kesehatan membuka kantor di Banda Aceh untuk memfasilitasi
Dinas Kesehatan setempat yang tidak berfungsi , dengan
menugaskan secara bergilir seorang Pejabat Eselon 1 dan Eselon
2 serta sejumlah staf untuk melakukan : (1) koordinasi tanggap
darurat; (2) melakukan penilaian kebutuhan cepat (rapid health
assessment).
c. Mobilisasi dan distribusi sumber daya sesuai dengan hasil penilaian
kebutuhan cepat, yang meliputi tenaga kesehatan dengan
penugasan khusus, alat kesehatan, obatobatan , bahan habis
pakai , dan perbekalan kesehatan lainnya. Mobilisasi berbagai
sumber daya ini berasal dari Kabupaten/Kota dan Provinsi lain
di Indonesia serta dari luar negeri , baik dari pemerintah maupun
swadaya masyarakat;
d. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tanggap darurat. Dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang berhasil dihimpun
diselenggarakanlah pelayanan kesehatan tanggap darurat
dengan memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang masih
berfungsi dan atau mendirikan pos pelayanan kesehatan dan RS
lapangan di berbagai lokasi yang membutuhkan. Penyelenggara
pelayanan dilakukan dan dikoordinasikan oleh pemerintah
dengan mengikutsertakan berbagai lembaga swadaya masyarakat
t ermasuk yang berasal dari luar negeri ; serta
e. Pencegahan terjadinya wabah penyakit yang dilakukan di seluruh
wilayah bencana , terutama di lokasi pengungsi , meliputi: (1)
penilaian kebutuhan cepat (rapid health assessment) ; (2)
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seperti
imunisasi , vector control , disinfeksi, dan purifikasi air minum .
Di samping i tu bekerjasama dengan sektor lain terkait dilakukan
pembangunan sarana mandi cuci kakus (MCK), dan sarana
pembuangan sampah/air limbah (SPAL); dan (3) Memperkuat
survai lans epidemiologi.
Penanganan masalah kesehatan dalam tahap gawat darurat dapat
berjalan dengan baik, yang ditunjukkan dengan salah satu indikatornya
yaitu tidak terjadinya wabah penyakit pasca bencana .
14
1.
Bencana Bum; dan Tsunami di NAD dan Sumatera Utara .
Pada tanggal 26 Desember 2004 pukul 07.58 WIB, terjadi bencana
gempa bumi tektonik dengan kekuatan 6,8 SR (BMG) atau 8,9 SR (USA
Geological Survey) yang disertai dengan gelombang besar tsunami
menerjang sebagian besar wilayah pantai barat dan utara Provinsi
Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Provinsi Sumatera Utara . Akibat
gempa bumi dan tsunami tersebut sebagian besar kabupaten/kota di
Provinsi NAD terkena musibah meliputi: Kota Banda Aceh, Kabupaten
Aceh Besar, Kabupaten Aceh Timur, Kota Lhokseumawe, Kabupaten
Bireun, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Utara , Kabupaten Aceh
Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Jaya , Kabupaten
Simelue, Kota Sabang, Kota Meulaboh, dan Kabupaten Aceh Selatan.
Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara musibah terjadi di Kabupaten
Nias, Pantai Cermin dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Sibolga). Sampai
dengan tanggal13 Januari 2005, tercatat korban jiwa yang meninggal
106.523 jiwa, dirawat mencapai 925, hilang mencapai 12.147 jiwa,
pengungsi mencapai 694.760 jiwa.
Secara umum permasalahan kesehatan yang terjadi akibat bencana
ini adalah: (1) sistem kesehatan lumpuh; (2) penanganan korban
optimal; (3) terbatasnya air bersih dan buruknya sanitasi lingkungan;
(4) ketahanan pangan dan gizi menurun; (5) terdapatnya tempat
pengungsian dalam skala besar; serta (6) kemungkinan timbulnya
berbagai penyakit menular.
Bencana ini berdampak besar pada kondisi psikologis penduduk;
lumpuhnya pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, keamanan,
sosial, serta kurang berfungsinya pemerintahan, yang disebabkan oleh
hancurnya sarana dan prasarana dasar dan berkurangnya sumber daya
manusia aparatur. Infrastruktur dasar yang mengalami kerusakan
meliputi lebih 30 ribu rumah , 1.644 kantor dan fasilitas pelayanan
umum milik pemerintahan, 270 pasar, dan 2.732 sarana peribadatan. Di
bidang kesehatan sarana yang rusak meliputi 11 RS milik Pemerintah, 3
RS TNI, dan 5 RS Swasta; 43 buah Puskesmas, 59 Puskesmas pembantu;
1 Dinas Kesehatan Provinsi dan 3 Dinas Kesehatan Kabupaten di Aceh
Besar, Aceh Jaya, dan Simeulue; 3 Gudang Farmasi di Banda Aceh,
Aceh Jaya, dan Simelulue; 1 Gudang Vaksin di Banda Aceh; 3 Poltekkes
di Banda Aceh dan 1 Poltekkes di Meulaboh; serta 1 Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) term asuk 2 Wilkernya di Banda Aceh dan 1 KKP di
Lhokseumawe.
13
b.
c.
Pemantauan terus menerus terhadap daerah yang terkena gempa;
Upaya pelayanan kesehatan, meliputi evakuasi korban bencana,
pelayanan kesehatan di lokasi bencana, pelayanan di rumah sakit,
operasi/tindakan bedah di rumah sakit dan rumah sakit lapangan ,
imunisasi TT karena ditemukannya kasus tetanus, imunisasi
campakdan pemberian kapsul VitaminAdosis tinggi , serta kegiatan
survailans epidemiologi, penyehatan lingkungan, pemberantasan
vektor dan penyediaan obatobatan dan penatalaksanaan kasus
tetanus, diare dan ISPA.
Dalam pelaksanaan penanganan kesehatan pada kejadian bencana,
sering dirasakan adanya keterlambatan atau kesulitan lain dalam
memberikan bantuan kepada daerah yang mengalami bencana sehingga
Departemen Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 16531 Menkes/SK/XIII 2005, tentang Pedoman Penanganan
Bencana Bidang Kesehatan serta dalam rangka mempercepat dan
mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan dari pusat untuk
kegiatan penanggulangan kesehatan pada krisis kesehatan akibat
kejadian bencana yang sewaktuwaktu dapat terjadi, telah dibentuk
"Pusat Bantuan Regional Penanganan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana" di 10 (sepuluh) regional untuk membantu daerah yang
terkena bencana dan krisis kesehatan lainnya.
LOKASI 10 PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN REGIONAL
C.
GIZI BURUK
Masalah kelaparan di Yahukimo. Masalah ini menyerang Kabupaten
Yahukimo sejak bulan Oktober 2005 yang dilaporkan oleh beberapa
misionaris dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo kepada
Kepala Dinas Kesehatan Papua. Masalah kelaparan ini menimbulkan
kematian sebanyak 55 orang dan 152 balita menjadi gizi buruk.
16
Setelah tahap tanggap darurat, penanggulangan akibat bencana gempa
bumi dan tsunami di NAD dan Sumatera Utara di bidang kesehatan
dilanjutkan dengan tahap rehabilitasi untuk selama 2 tahun (20052006). Dalam tahap rehabilitasi dilakukan upaya mempertahankan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di daerah Provinsi NAD dan
Sumatera Utara yang terkena bencana. Untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, terutama yang bertempat
tinggal di lokasi pengungsi, diupayakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan yang bersifat rutin. Mengingat banyak
sarana pelayanan kesehatan yang belum berfungsi serta disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat yang banyak diantaranya bertempat
tinggal di lokasi pengungsi maka dibangun Puskesmas Satelit dan
Rumah Sakit Lapangan.
Tahap penanggulangan bencana selanjutnya adalah tahap revitalisasi
dan rekonstruksi sampai jangka waktu lima tahun (20052009). Pada
tahap ini, revitalisasi dan rekonstruksi dilakukan terhadap Dinas
Kesehatan, Rumah Sakit dan Puskesmas. Kegiatan yang dilakukan pada
masingmasing institusi meliputi penilaian kebutuhan, pembangunan
gedung, pengadaan sarana dan prasarana, pengadaan tenaga
kesehatan dan operasionalisasi baik di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit
maupun Puskesmas. Kegiatan pembangunan gedung dilakukan dalam
koordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD.
2.
Bencana Gempa Bumi di DIY dan Jawa Tengah.
Bencana alam berskala nasional selanjutnya yang terjadi adalah
gempa bumi di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Berdasarkan data
dan informasi sampai Tanggal 22 Juni 2006 dari daerah yang terkena
bencana (Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten
Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali) didapatkan data
korban meninggal sebanyak 6.755 orang, korban luka 149.040 orang,
korban yang menderita tetanus sebanyak 71 orang dan kasus bunuh
diri dilaporkan sebanyak 6 orang.
Selain itu terjadi kerusakan pada sarana dan prasarana yang meliputi
tiga kantor Dinas Kesehatan, lima Rumah Sakit, 101 Puskesmas, 226
Puskesmas Pembantu, 50 Polindes, 17 Institusi Diknakes dan 175
Rumah Dinas.
Pada bencana gempa bumi di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah kegiatan
yang sudah dilakukan adalah:
a. Menempatkan bantuan tenaga kesehatan, baik dari jajaran
kesehatan setempat, dari beberapa daerah lain dan Departemen
Kesehatan serta beberapa negara sahabat;
15
Penanganan kegiatan tanggap darurat rawan pangan di Kabupaten
Yahukimo dilaksanakan selama tujuh bulan (JanuariJuli 2006).
D.
POLIO
Setelah selama 10 tahun Indonesia mengalami bebas polio (19962005),
tibatiba pada tanggal 21 April 2005 dilaporkan adanya penderita polio
di desa Girijaya , kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat yang lumpuh sejak tanggal 13 Maret 2005. Pemeriksaan
virologi secara teliti di Laboratorium Bio Farma dan Laboratorium
Rujukan WHO di Mumbai, India , dapat diketahui bahwa virus yang
ditemukan pad a penderita di Cidahu adalah virus impor strain Nigeria.
Penyakit Polio dengan virus strain yang sama, juga pernah berjangkit
di Timur Tengah (Yaman, Arab Saudi). Masuknya penyakit Polio ke
Indonesia karena kemajuan transoprtasi dan kemudahan mobilitas
penduduk .
Dengan ditemukannya penderita polio tersebut, disadari karena
kemudahan transportasi, mobilitas penduduk dan masih jeleknya
sanitasi, akan terjadi penularan dan penyebaran dengan cepat
ke daerah/wilayah lain di Indonesia. Oleh karena itu Departemen
Kesehatan telah melakukan langkahlangkah:
1. Pada tanggal 2427 April 2005 telah dilakukan: Epidemiologi
Assessment dan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah
KLB;
2. Menteri Kesehatan telah mengumumkan adanya KLB Polio di
Sukabumi pad a tanggal 24 April 2005 dan mengukuhkannya dengan
Keputusan Menteri Kesehatan tertanggal 26 Mei 2005.
3. Mop-Up di daerah kemungkinan tertular (Jawa Barat, Banten dan
DKI Jakarta), di mana vaksinasi dilakukan kepada semua anak umur