Pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA

BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA

OLEH

ADE SURYANI PANJAITAN 110502007

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada bank pembangunan daerah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2009-2013. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 Bank Pembangunan Daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh hasil mengenai hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan

Non Performing Loan (NPL),Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial variabel Non Performing Loan (NPL)dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba, Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, dan Capital Adequancy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Return On Asset (ROA) memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan laba.

Kata Kunci: Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR) dan Pertumbuhan Laba


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE BANK TO PROFIT GROWTH IN THE REGIONAL DEVELOPMENT BANKS IN INDONESIA

This research aimed to determine the effect of the bank to profit growth in the regional development banks in Indonesia. The population in this study is the Regional Development Banks registered in Bank Indonesia in 2009-2013. The sampling technique using purposive sampling method. The number of samples in this study were 20 Regional Development Banks. The analysis technique used in this research is multiple linear regression to obtain results concerning the relationship between one variable with another variable.

The results of this research indicate that simultaneous non-performing loan (NPL), return on assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), and Capital Adequacy Ratio (CAR) significantly affect earnings growth. In partial non-performing loan (NPL) and Net Interest Margin (NIM) and no significant negative effect on earnings growth, return on assets (ROA) and a significant positive effect on earnings growth, and Capital Adequacy Ratio (CAR) and a significant negative effect to the profit growth. The results of the study can be seen that the variable return on assets (ROA) have a considerable influence on the growth of profit. Keywords: Non-Performing Loan (NPL), return on assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), and Capital Adequacy Ratio (CAR) and Profit Growth


(4)

KATA PENGANTAR

Terima kasih diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya berupa pengetahuan, pengalaman, hidayah serta rahmat-Nya, karena atas anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul” Pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Dengan segenap kerendahan hati disampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Ayahanda tercinta Sulaiman Panjaitan dan Ibunda tersayang Nisma Nasution, yang senantiasa ikhlas dalam memberikan cintanya, mencurahkan kasih sayangnya, kesabaranya dalam mendidik dan membimbing dengan baik, serta mengorbankan seluruh jiwa raga dan pikirannya baik dalam doa maupun perbuatan dan juga untuk kakak tersayang Isma Dewi Br. Panjaitan yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

Dalam penulisan proposal ini banyak memperoleh bimbingan, bantuan dan dukungan yang berharga dari berbagai pihak baik secara materil, moril maupun spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia,M.E., Ketuan Jurusan Departemen S1 Manajemen Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., Sekretaris Departemen S1 Manajemen Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra.Endang Sulistya Rini, SE., MSi, Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi, selaku dosen pembimbing, secara khusus penulis sampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas waktu, tenaga, bimbingan, petunjuk, serta sarana dari awal penulisan skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikannya sebagaimana mestinya.

6. Ibu Beby Kendida, S.E.,MSi, selaku Pembaca Penilai yang telah menyedikan waktu dan tenaga dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara Khusunya Departemen S1 Manajemen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama masa perkuliahan.

8. Seluruh rekan mahasia angkatan 2011 grub A yang selalu membantu, menemani dalam penyelesaian proposal skripsi, Khususnya Nurkholillah Lubis, Yenni Syafitri Harahap, Farida Meylina, Delfiani Gusnia, Ratih Wulandari, Azizah Latifa, Nanda Rizky , Reva Iryani, Yunisda Damanik, Izmi Wahyuningsih, Radiah Sari.

9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memotivasi dalam penyelesaian proposal skripsi ini yaitu Ari Andrian, Fannie Rizki Ananda, Sri Lestari Siregar, Chairanni Sisfri, May Pratiwi dan Rizky Anada.


(6)

Dalam penulisan skripsi ini disadari bahwa skripsi ini masi jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun tata bahasanya. Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Untuk itu dengan segala kerendahan hati diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan hasil akhir dari skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata, harapannya adalah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukanya.

Medan, April 2015 Penulis

ADE SURYANI PANJAITAN NIM : 110502007


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan Penelitian ... 10

1.4.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Uraian Teoritis ... 12

2.1.1.Pengertian Bank ... 12

2.1.2.Pengertian Bank BPD ... 13

2.1.3.Pengertian Kesehatan Bank... 14

2.1.4.Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 15

2.1.4.1.Risk Profile ... 17

2.1.4.2.GCG ... 19

2.1.4.3.Earning ... 20

2.1.4.4.Capital ... 22

2.1.5.Pertumbuhan Laba ... 26

2.2.Penelitian Terdahulu ... 28

2.3.Kerangka Konseptual ... 34

2.4.Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 38

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1.Tempat Penelitian... 38

3.2.2.Waktu Penelitian ... 38

3.3.Batasan Operasional ... 39

3.4.Defenisi Operasional ... 39

3.4.1.Variabel Bebas ... 39

3.4.2.Variabel Terikat ... 41

3.5. Populasi dan Sampel ... 43

3.6. Jenis Data ... 45

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 46

3.8. Teknik Analisis Data ... 46


(8)

3.8.2.Analisis Linier Berganda... 47

3.9. Pengujian Hipotesis ... 48

3.10Uji Asumsi Klasik ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum ... 54

4.1.1.Profil Bank Pembangunan Daerah ... 54

4.1.2.Gambaran Umum Bank Pembangunan Daerah ... 55

4.1.2.1.BPD ACEH ... 55

4.1.2.2.BPD BALI ... 56

4.1.2.3.BPD BENGKULU ... 57

4.1.2.4.BPD DKI ... 58

4.1.2.5.BPD JAMBI ... 59

4.1.2.6.BPD JATENG ... 60

4.1.2.7.BPD BJB ... 61

4.1.2.8.BPD JATIM ... 62

4.1.2.9.BPD KALTIM ... 62

4.1.2.10.BPD KALTENG ... 63

4.1.2.11.BPD KALBAR ... 63

4.1.2.12.BPD KALSEL ... 64

4.1.2.13.BPD NTB ... 65

4.1.2.14.BPD NTT ... 66

4.1.2.15.BPD RIAU KEPRI ... 66

4.1.2.16.BPD SULSELBAR ... 67

4.1.2.17.BPD SULUT ... 68

4.1.2.18.BPD NAGARI ... 69

4.1.2.19.BPD SUMUT ... 70

4.1.2.20.BPD DIY ... 71

4.2.Hasil Penelitian ... 72

4.2.1.Analisis Deskriptif ... 72

4.2.2.Uji Asumsi Klasik ... 75

4.2.2.1. Uji Normalitas ... 75

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 78

4.2.2.3. Uji Autokorelasi ... 79

4.2.2.4. Uji Heterokedastisitas ... 80

4.2.3.Analisis Regresi Linier Berganda ... 82

4.2.4.Pengujian Hipotesis ... 84

4.2.4.1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)... 84

4.2.4.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 86

4.2.5.Koefisien Determinasi ... 87

4.3.Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 92


(9)

DAFTAR PUSTAKA ………. 94 LAMPIRAN ... 98


(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Rata-rata NPL, ROA, NIM, CAR dan Profit Growth ... 7

2.1 Kategori Peringkat Komposit untuk Tingkat KesehatanBank 25

2.2 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit ... 26

2.3 Predikat Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peringkat Komposit 26 2.4 Penelitian Terdahulu ... 32

3.1 Operasional Variabel ... 43

3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel ... 44

3.3 Nama-Nama Bank Pembagunan Daerah ... 45

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 72

4.2 Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov ... 76

4.3 Uji Multikolinearitas ... 79

4.4 Uji Durbin-watson ... 80

4.5 Uji Run Test ... 81

4.6 Uji Glejser ... 82

4.7 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 83

4.8 Hasil Uji Statistik t ... 85

4.9 Hasil Uji Statistik F ... 87


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Grafik Pertumbuhan Laba ... 4

2.1 Kerangka Konseptual ... 36

4.1 Grafik Normal Probability P.Plot ... 77

4.2 Histogram ... 78


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Nilai Rasio NPL, ROA, NIM, CAR dan Pertumbuhan laba ... 84 2 Total Perhitungan Laba ... 84 3 Hasil Olahan SPSS ... 84


(13)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada bank pembangunan daerah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2009-2013. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 Bank Pembangunan Daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh hasil mengenai hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan

Non Performing Loan (NPL),Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial variabel Non Performing Loan (NPL)dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba, Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, dan Capital Adequancy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Return On Asset (ROA) memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan laba.

Kata Kunci: Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR) dan Pertumbuhan Laba


(14)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE BANK TO PROFIT GROWTH IN THE REGIONAL DEVELOPMENT BANKS IN INDONESIA

This research aimed to determine the effect of the bank to profit growth in the regional development banks in Indonesia. The population in this study is the Regional Development Banks registered in Bank Indonesia in 2009-2013. The sampling technique using purposive sampling method. The number of samples in this study were 20 Regional Development Banks. The analysis technique used in this research is multiple linear regression to obtain results concerning the relationship between one variable with another variable.

The results of this research indicate that simultaneous non-performing loan (NPL), return on assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), and Capital Adequacy Ratio (CAR) significantly affect earnings growth. In partial non-performing loan (NPL) and Net Interest Margin (NIM) and no significant negative effect on earnings growth, return on assets (ROA) and a significant positive effect on earnings growth, and Capital Adequacy Ratio (CAR) and a significant negative effect to the profit growth. The results of the study can be seen that the variable return on assets (ROA) have a considerable influence on the growth of profit. Keywords: Non-Performing Loan (NPL), return on assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), and Capital Adequacy Ratio (CAR) and Profit Growth


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, sektor perbankan memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi masyarakat dan sektor usaha. Masyarakat dan sektor usaha sebagai pihak pengguna jasa bank yang paling berperan, pada umumnya selalu memiliki respon yang tanggap terhadap berbagai bentuk layanan yang diberikan oleh masing-masing bank untuk menarik simpati nasabahnya. Bank sebagai lembaga yang sangat bergantung pada kepercayaan nasabah tentunya akan terus menyempurnakan layanannya di tengah persaingan dengan banyaknya penyedia jasa keuangan lainnya.

Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Pertumbuhan yang pesat itu ternyata tidak mendorong terciptanya industri perbankan yang kuat. Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Kondisi yang memprihatinkan ini berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA) negatif, terjadi negative spread yang tidak bisa dihindari saat itu, dimana biaya bunga lebih tinggi dibanding pendapatan bunga, sangat sedikit bank yang membagikan deviden, likuiditas rendah, kredit bermasalah atau non performing


(16)

loan (NPL) relatif tinggi dan rasio kecukupan modal bank di bawah 8% bahkan beberapa bank mengalami capital adequacy ratio (CAR) negatif. Kesulitan-kesulitan lembaga perbankan di Indonesia tampak berkepanjangan, padahal Bank Indonesia telah menjalankan tugasnya sebagai lender of last resort, yaitu fungsi yang melekat sebagai pelindung bank dalam hal terjadi kesulitan likuiditas. Hal ini mengakibatkan timbulnya krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap industri perbankan (Taswan, 2010: 1).

Kesehatan atau kondisi keuangan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen bank) dan masyarakat pengguna jasa bank. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak bank untuk mengevaluasi kinerja bank melalui tingkat pertumbuhan laba. Laba yang terus tumbuh dapat mengindikasikan bahwa perusahaan perbankan secara periodik mengalami peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan operasionalnya berarti dapat dikatakan sehat.

Hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Hal ini untuk menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Dapat dilihat dari Grafik 1.1, laba perbankan BPD per Desember 2011 mengalami penurunan sebesar 22,45% dari 29,32% pada tahun 2010 yang kemudian mulai mengalami peningkatan di tahun berikutnya 2012 yaitu sebesar 8,75% dan di tahun 2013 sebesar 13,2%. Adanya fluktuasi tersebut mencerminkan bahwa BPD belum bisa dikatakan stabil sehingga diperlukan pengawasan dari tahun ke tahun.


(17)

Sumber: Website BPD, Annual Report (Diolah)

Grafik1.1 Pertumbuhan Laba BPD tahun 2009-2013

Sejumlah bankir menyatakan bahwa penuruan laba BPD disebabkan oleh adanya peningkatan beban bunga yang lebih besar daripada peningkatan pendapatan bunga, hal ini terjadi karena laju kenaikan dana pihak ketiga jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan suku bunga kredit, selain itu terjadi peningatan NPL (Non Perfoming Loan) yang membutuhkan penyisihan lebih besar sehingga mengurangi laba operasional, dan terjadinya peningkatan beban operasional seperti beban gaji karyawan, sewa kantor dan lainnya. Hal ini ditambah lagi adanya gejolak ekonomi yang membuat para nasabah bergejolak untuk menggunakan dana dalam bentuk penggunaan kredit dalam mendorong kondisi keuangan dan usahanya. Sehingga bank-bank dituntut mampu meningkatkan kesehatan banknya apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang ketat (InfoBank, Juni 2014).

-3,03

29,32

6,87

15,62

28,82

-10 0 10 20 30 40

2009 2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Laba rata-rata BPD Tahun 2009-2013 (Dalam Persentase % )


(18)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan Bank Umum. Maka Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Bank Rating). Metode Risk-based Bank Rating atau disebut dengan RBBR merupakan metode yang terdiri dari Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG),

Earning dan Capital . Peneliti hanya menggunakan variabel Risiko kredit yang merupakan salah satu komponen dari Risk Profil yang dihitung dengan menggunakan rasio NPL (Non Performing Loan), Rentabilitas (earning) dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yakni Return On Asset (ROA) dan

Net Interest Margin (NIM) dan faktor permodalan (Capital) dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yakni Capital Adequency Ratio (CAR). Peneliti hanya menggunakan komponen- komponen tersebut karena datanya mudah diperoleh dan tidak mencantumkan unsur manajemen karena memang tidak mampu melihatnya dari luar. Dengan kata lain rasio-rasio keuangan tersebut bisa kita gunakan untuk mengetahui pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan pertumbuhan laba bank setiap tahunnya.

Bank dalam menjalankan operasinya tentu tidak lepas dari berbagai macam risiko. NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang berkaitan dengan dengan risiko kredit. NPL (Non Performing Loan) adalah perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit dimana NPL mengindikasikan bahwa semakin tinggi NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya, NPL terbaik ialah bila dibawah 5% ke bawah. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimannya kembali dana yang telah


(19)

disalurkan maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima, artinya bank akan kehilangan kesempatan mendapatkan bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total (Taswan 2010:167). Meningkatnya NPL (Non Performing Loan) ini jika dibiarkan secara terus menerus akan memberikan pengaruh negatif pada bank. Dampak negatif tersebut salah satunya adalah mengurangi jumlah modal yang dimiliki oleh bank sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, jika bank tidak lagi menerima angsuran sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, maka dikhawatirkan hal ini akan terus memperburuk kondisi bank (Ismail, 2010:218).

Menurut Taswan (2010:167) ROA (Return On Asset) merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Kemudian Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang sangat erat kaitannya dengan kemampuan bank dalam melakukan manajemen untuk mengelola aktiva produktif sehingga bisa menghasilkan bunga bersih, bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang dikurangi beban bunga. Jadi dapat dikatakan bahwa Net Interest Margin (NIM)


(20)

yang semakin tinggi maka pastinya akan membantu meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang telah dikelola bank dengan baik sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan laba (Taswan 2010:153). Melalui cara inilah yang bisa digunakan sebagai srategi dalam mewujudkan bank yang sehat dan terhindar dari berbagai masalah yang mungkin terjadi.

Menurut Selamet Riyadi (2006:161), CAR (Capital Adequency Ratio)

yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya. CAR juga menjadi indikator untuk melihat tingkat efisiensi dana modal bank yang digunakan untuk investasi. Apabila persentase CAR terlalu kecil (lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam kategori bank tidak sehat sehingga tidak dapat mempengaruhi pertumbuhan laba malah sebaliknya bank akan mengalami kerugian, namun apabila persentase CAR terlalu besar berarti terlalu besar dana bank yang menganggur (idle fund) . Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, Bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8% (Taswan 2010:167).

Adapun data tentang pergerakan rasio-rasio keuangan Bank Pembangunan Daerah yang tercatat di Annual Report periode Desember 2011sampai dengan Desember 2013 adalah sebagai berikut:


(21)

Tabel 1.1

Rata-rata NPL, ROA, NIM, CAR dan Profit Growth

Pada Bank Pembangunan Daerah

Rasio 2011 2012 2013

NPL (%) 1.61 1.71 1.88

ROA (%) 3.29 3.18 3.44

NIM (%) 8.73 7.79 8.42

CAR (%) 17.24 18.40 18.85

Profit Growth (%) 6.87 15.62 28.82 Sumber: Website BPD, Annual Report

Berdasarkan Tabel 1.1, rasio keuangan yang dihitung dengan NPL (Non Performing Loan) dengan pertumbuhan laba, dimana seharusnya mempunyai hubungan yang terbalik. Namun berdasarkan fenomena yang ada dapat dilihat rasio NPL sudah menunjukkan angka yang baik dimana rasio NPL yang selalu dibawah 5% sesuai dengan standart Bank Indonesia, dengan kata lain kredit bermasalah yang dihadapi Bank Pembangunan Daerah pada periode tersebut cukup baik. Akan tetapi angka NPL yang terus mengalami kenaikan menjadi sebuah tanda bagi bank untuk lebih memperhatikan tingkat kredit yang diberikan pada pihak kreditor. Jika dikaitkan dengan hubungan NPL dengan pertumbuhan laba, sebenarnya terdapat ketidaksesuaian dengan teori pada beberapa periode terakhir tersebut, seperti yang terjadi pada periode 2011 ke tahun periode 2012, NPL mengalami kenaikan menjadi 1,71%, di sisi lain ternyata pertumbuhan laba juga mengalami kenaikan menjadi 15,62%. Hal ini tidak lagi sesuai dengan teori, jika NPL meningkat maka seharusnya pertumbuhan laba juga mengalami penurunan.


(22)

Pada pergerakan ROA (Return On Asset) dari Tabel 1.1 terlihat bahwa angka ROA sangat baik dimana telah memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu diatas 2%. Angka ROA menunjukkan kemampuan bank dalam dalam menggunakan aktiva yang ada sehingga mampu menambah laba, maka hal ini yang membuat hubungan antara ROA dan pertumbuhan laba seharusnya adalah berbanding lurus. Akan tetapi pada periode 2012, angka ROA mengalami penurunan yaitu menjadi 3,18% tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan laba yang justru mengalami kenaikan. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori.

Hal serupa juga terjadi pada pergerakan rasio NIM (Net Interest Margin)

yang terlihat tiga tahun terakhir yang juga mengalami fluktuasi yang cukup stabil dan juga telah memenuhi standar Bank Indonesia yaitu diatas 6%. Pada tahun 2011 angka terbaik NIM yaitu 8,73%, walaupun pada tahun 2012 NIM mengalami penurunan menjadi 7,79% namun tidak pada pertumbuhan laba yang justru mengalami peningkatan. Hal ini juga bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa NIM berbanding lurus dengan pertumbuhan laba.

Jika diamati dari sisi permodalan pada tiga tahun terakhir yang diukur dengan Capital Adequancy Ratio (CAR), CAR mengalami fluktuasi yang cukup stabil juga, dari Tabel ditunjukkan bahwa angka CAR tertinggi ada pada tahun 2013 yaitu sebesar 18,85% dan CAR terendah 17,24% pada tahun 2011. Secara umum rasio CAR yang dimiliki Bank Pembangunan Daerah memenuhi persyaratan yaitu CAR minimal 8%. Menurut teori, meningkatnya CAR akan memberi hasil yang meningkatkan pertumbuhan laba. Pergerakan CAR jika


(23)

dibandingkan dengan pergerakan pertumbuhan laba, telah sesuai dengan teori yaitu jika CAR meningkat akan disertai dengan meningkatnya pertumbuhan laba.

Berdasarkan penjelasan Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa rasio-rasio keuangan Bank Pembangunan Daerah cenderung mengalami siklus naik dan turun, namun masi pada tingkat kesehatan yang baik. Dengan begitu menunjukkan kemampuan dari Bank Pembangunan Daerah dalam menjaga kesehatan, keamanan, dan kepercayaan masyarakat cukup baik. Dengan kata lain Bank Pembangunan Daerah mampu mengawasi kinerja perusahaannya dengan baik berdasarkan rasio-rasio keuangan dari aspek penilaian kesehatan suatu bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Berdasarkan uraian yang dikemukan sebelumnya , Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Bank Pembangunan Daerah Di

Indonesia”. Periode waktu yang di teliti adalah mulai tahun 2009-2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“ Apakah rasio penilaian tingkat kesehatan bank yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR), mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia?”


(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh rasio tingkat kesehatan bank yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Net Interest Margin

(NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR), terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

a. Bagi Penulis

Sebagai media untuk mengaplikasikan teori yang didapat dengan realisasi yang terjadi didalam dunia perbankan, serta sebagai pemahaman baru terhadap penilaian kinerja suatu perbankan.

b. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan Informasi keuangan yang dibutuhkan dalam mempengaruhi keputusan para Investor dalam berinvestasi di saham BPD. Sehingga investor dapat mengharapkan laba perusahaan di masa yang akan datang lebih baik.

c. Bagi Perusahaan Perbankan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam menganalisis tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dan sebagai evaluasi agar pertumbuhan laba semakin meningkat dimasa yang akan


(25)

d. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan atau referensi bagi pembaca dan menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Bank

Kasmir (2012:12) dalam bukunya memberikan pengertian tentang bank dan lembaga keuangan. Secara sederhana bank diartikan sebagai “Lembaga Keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.”

Kemudian menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”(Kasmir, 2012:13)

Dari rumusan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa: “Bank

adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa di dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, juga menghimpun dana dari masyarakat yang berkelebihan dana dan disalurkan kepada masyarakat yang


(27)

2.1.2 Pengertian Bank Pembangunan Daerah

Bank Pembangunan Daerah adalah bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan daerah provinsi dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, di wilayah yang bersangkutan, dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan (Latumaerissa, 2011:137).

Bank Pembangunan Daerah merupakan salah satu bank yang ikut serta dalam menjalankan roda perekonomian di Indonesia. Bank Pembangunan Daerah sebagai pemegang keuangan daerah, yang telah diatur dalam Undang-undang No. 13 tahun 1962 tentang asas-asas ketentuan Bank Pembangunan Daerah. Saat ini jumlah Bank Pembangunan Daerah mencapai 26 Bank dan telah memberikan kontribusi bagi perekonomian daerah. Sampai tahun 1990an, Bank Pembangunan Daerah belum ada membuka cabang diluar wilayah provinsinya. Namun saat ini seiring berkembangnya zaman sudah banyak daerah yang membuka cabangnya di daerah lain sebagai adanya akibat dari tuntutan dan perubahan strategi dari masing-masing Bank Pembangunan Daerah tersebut.

Bank selain berfungsi sebagai lembaga perantara, berperan juga sebagai pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilitator moneter dan juga sebagai dinamisator perekonomian di suatu pembangunan nsional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Dari hal tersebut maka diperlukan perbankan yang sehat, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.


(28)

Menurut Kasmir (2012:37) pengertian menghimpun dana yaitu mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Kegiatan penghimpunan dana ini disebut dengan istilah funding. Sedangkan pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Bagi perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman yang disalurkan.

2.1.3 Pengertian Kesehatan Bank

Menurut Budisantoso dan Triandaru (2007:51) kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan bank mencakup seluruh kegiatan usahanya. Kegiatan tersebut meliputi:

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri.

b. Kemampuan mengelola dana.

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat,

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain;


(29)

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profit risiko, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang.

2.1.4 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan Bank Umum, “Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assesment)

atas tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi.


(30)

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian hasil kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif (Sukarman, 2014:267). Sesuai dengan perkembangan usaha bank yang senantiasa bersifat dinamis dan berpengaruh pada tingkat risiko yang dihadapi, maka metodologi penilitian Tingkat kesehatan bank perlu disempurnakan agar dapat lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan agar penilaian Tingkat kesehatan bank dapat lebih efektif digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam penerapan manajemen risiko dengan fokus pada risiko yang signifikan, dan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku serta penerapan prinsip kehati-hatian. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan menyempurnakan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan pendekatan berdasarkan risiko dan menyesuaikan faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP 25 Oktober 2011.

Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-Based Bank Rating/RBBR) yang terdiri dari komponen RGEC (Risk Profi, Good Corporate Governance (GCG), Earnings dan Capital )

dimana Risk Profile adalah risiko spesifik yang sedang dihadapi oleh masing-masing bank umum, Good Corpotare Governance adalah tata kelola perbankan yang baik, Earning adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba operasi, dan Capital adalah kecukupan modal yang dimiliki oleh masing-masing bank.


(31)

Pendekatan tersebut memungkinkan Bank Indonesia sebagai pengawas melakukan tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu karena penilaian dilakukan secara komperhensif terhadap semua faktor penilaian dan difokuskan pada risiko yang signifikan serta dapat segera dikomunikasikan kepada bank dalam rangka menetapkan tindak lanjut pengawas.

Selain itu sejalan dengan penerapan pengawasan berdasarkan risiko maka pengawasan tidak cukup dilakukan hanya untuk Bank secara konsolidasi termasuk dalam penilaian tingkat kesehatan. Oleh karena itu, penilaian tingkat kesehatan bank juga harus mencakup penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi.

Penilaian Risk Based Bank Rating (RBBR) faktor-faktor penilainya adalah:

2.1.4.1 Risk profile (Profil risiko)

Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional Bank yang dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Masing – masing jenis risiko tersebut mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank. Dari 8 komponen Risk Profile

penilaian aspek risiko kredit lebih dimaksudkan dalam penelitian ini, dimana risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan


(32)

kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut risiko konsentrasi kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren.

Credit Risk Ratio merupakan rasio untuk risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan (Kasmir, 2012:321). NPL (Non Performing Loan) yaitu perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit dimana NPL mengindikasikan bahwa semakin tinggi NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya, NPL terbaik ialah bila dibawah 5% ke bawah dan NPL terburuk ialah apabila NPL mencapai 8% keatas (Taswan 2010:167). Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimannya kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima, artinya bank akan kehilangan kesempatan mendapatkan bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total.

Meningkatnya NPL ini jika dibiarkan secara terus menerus akan memberikan pengaruh negatif pada bank. Dampak negatif tersebut salah satunya adalah mengurangi jumlah modal yang dimiliki oleh bank sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, jika bank tidak lagi menerima angsuran sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, maka dikhawatirkan hal ini akan terus memperburuk kondisi bank (Ismail, 2010:218). Menurut Taswan (2010:164), rasio NPL dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(33)

2.1.4.2 Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian terhadap faktor GCG merupakan penilaian terhadap manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana diatur dalam PBI GCG yang didasarkan pada 3 (tiga) aspek utama yaitu Governance Structure, Governance Process, Governance Outcomes. Governance Structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance Process mencakup penerapan fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstren, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank.

Governance Outcomes mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal. Penerapan GCG yang memadai sangat diperlukan dalam pengelolaan perbankan mengingat SDM yang menjalankan bisnis perbankan merupakan faktor kunci yang harus memiliki integritas dan kompetensi yang baik. Namun pada penelitian ini GCG tidak digunakan.


(34)

2.1.4.3 Earning (Rentabilitas)

Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam menambah laba dan efisien usaha yang dicapai. Penilaian terhadap faktor earning (rentabilitas) meliputi penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings, dan suntainability earnings bank. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Tindakan pengawasan yang dilakukan antara lain meminta bank agar meningkatkan kemampuan menghasilkan laba seperti melalui peningkatan efisiensi dan volume usaha dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Rasio keuangan penilaian earning ini meliputi:

1. Return On Asset (ROA)

Rentabilitas (earning) dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yakni return on asset (ROA) yang mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya, ROA terbaik ialah 1,5% ke atas, semakin besar rasio ini mengidentifikasikan semakin baik kinerja bank tersebut. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan.

ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total


(35)

perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Menurut Taswan (2010:165), rasio ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) yaitu perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata akitiva produktif, semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan pendapat bunga, NIM terbaik ialah 5% ke atas, semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan pendapatan bunga (Taswan 2010:167). Hal yang perlu dicermati bahwa NIM bisa bermakna ganda yaitu NIM yang tinggi bisa dimaknai bahwa biaya intermediasi bank itu relative tinggi.

NIM itu sendiri bertujuan untuk melakukan evaluasi bank dalam mengelola berbagai resiko yang mungkin terjadi pada suku bunga. Ini artinya ketika suku bunga berubah, maka pendapatan dan biaya bunga juga akan berubah. NIM itu sendiri juga merupakan ratio yang sangat erat kaitannya dengan kemampuan bank dalam melakukan manajemen untuk mengelola aktiva produktif sehingga bisa menghasilkan bunga bersih, bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang dikurangi beban bunga.


(36)

Jadi dapat dikatakan bahwa NIM yang semakin tinggi maka pastinya akan membantu meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang telah dikelola bank dengan baik sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan laba (Taswan 2010:153). Melalui cara inilah yang bisa digunakan sebagai srategi dalam mewujudkan bank yang sehat dan terhindar dari berbagai masalah yang mungkin terjadi. Menurut Taswan (2010:165), rasio NIM dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2.1.4.4 Capital (Permodalan)

Penilaian terhadap faktor capital (permodalan) meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. Bagi bank yang dinilai masih perlu meningkatkan modal untuk mendukung kegiatan usaha, Bank Indonesia antara lain meminta agar pemegang saham bank menambah modal, mencari investor baru dan/atau mengurangi proporsi pembagian dividen kepada pemegang saham.

Selain itu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank umum, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut.


(37)

Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu krisis ekonomi global, perkembangan standar internasional dan menghilangkan potensi duplikasi dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Seiring dengan perubahan tersebut, terhitung mulai posisi Desember 2011 penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR pada kondisi normal dilakukan secara berkala setiap 6 bulan. Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia mewajibkan bank untuk menyampaikan hasil penilaian (self assessment) Tingkat Kesehatan paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode penilaian. Self assessment yang dilakukan bank tersebut selanjutnya digunakan Bank Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Tindak lanjut pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia terkait dengan penilaian tingkat kesehatan bank adalah meminta manajemen bank untuk melakukan langkah perbaikan dan melaporkannya secara berkala yang akan dipertimbangkan dalam menilai tingkat kesehatan dan tindakan pengawasan selanjutnya.

Modal bank merupakan motor penggerak bagi kegiatan usaha bank, sehingga besar kecilnya modal bank sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Dengan modal sedikit maka 8 kapasitas usaha bank menjadi terbatas mengingat modal merupakan “proxi” dari

pada kemampuan bank untuk mengcover risiko-risiko usaha yang dihadapi. Bank dengan modal sedikit tentunya akan mengalami kesulitan untuk memiliki kegiatan usaha yang sangat bervariasi atau memiliki risiko tinggi seperti kegiatan derivative. Ketentuan modal minimum bank yang berlaku di Indonesia mengikuti


(38)

umum menyediakan modal minimal sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) (Darmawi, 2012:97). Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) merupakan penjumlahan aktiva neraca dan aktiva administratife. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot risikonya. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100% dengan menggunakan suatu indikator yaitu CAR yang diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan. Rasio CAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai aktiva produktif, semakin rendah biaya dana yang dikeluarkan oleh bank. Semakin rendah biaya dana maka semakin meningkatkan laba bank (positif).

Menurut Siamat, (2007:217) peringkat komposit (composite rating) adalah peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Penentuan peringkat komposit dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis dilakukan dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan. Kemudian berdasarkan hasil penetapan peringkat komposit tersebut, ditetapkan peringkat setiap faktor. Peringkat tingkat kesehatan bank terbagi atas lima penilaian sesuai dengan kompisit, yang antara lain sebagai berikut :


(39)

Tabel 2.1

Kategori Peringkat Komposit untuk Tingkat Kesehatan Bank

PK Keterangan

PK – 1 Mencerminkan kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan, maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan.

PK – 2 Mencerminkan kondisi bank secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum baik. Apabila terdapat kelemahan, maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.

PK – 3 Mencerminkan kondisi bank secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan, maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat menggangu kelangsungan usaha bank.

PK – 4 Mencerminkan kondisi bank secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum kurang baik. Terdapat kelemahan secara umum signifikan dan tidak dapat diatasi dengan baik oleh manajemen serta menggangu kelangsungan usaha Bank.

PK – 5 Mencerminkan kondisi bank secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum kurang baik. Terdapat kelemahan secara umum sangat signifikan sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan dana dari pemegang saham atau sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan Bank. Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia (2011)


(40)

Tabel 2.2

Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Variabel NPL, ROA, NIM, dan CAR

No KOMPONEN PERINGKAT

1 2 3 4 5

1

NPL(Non

Performing Loan NPL< 2 % 2%≤NPL<5% 5%≤NPL<8% 8% < NPL<12% NPL ≥ 12% 2

ROA(Return On

Assets) ROA > 2% 1,25%<ROA≤1,5% 0,5%<ROA≤1,25% 0% < ROA≤0,5% ROA ≤ 0% 2

NIM(Net Interest

Margin) NIM ≥ 3% 2%< NIM ≤ 3% 1,5%<NIM≤2% 1%<NIM≤1,5% NIM ≤ 1%

3

CAR(Capita

Adequancy Ratio) CAR ≥12% 9%≤ CAR< 12% 8%≤ CAR < 9% 6% < CAR < 8% CAR ≤ 6%

Sumber: Taswan (2010)

Sumber: Paramyta (2011) (dimodifikasi)

2.1.5 Pertumbuhan Laba

Laba merupakan indikator bagi suatu usaha dalam menilai kinerja usaha tersebut selama periode tertentu. Semakin tinggi labayang diperoleh menunjukan semakin baik kinerja dari manajemen perusahaan khususnya adalah perbankan. Penilaian tersebut didasarkan pada laporan keuangan atas perusahaan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diterima disbanding dengan biaya yang dikeluarkan. Penyajian informasi laba pada laporan keuangan

Tabel 2.3

Predikat Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peringkat Komposit Peringkat Komposit Perdikat Komposit

PK-1 SANGAT SEHAT

PK-2 SEHAT

PK-3 CUKUP SEHAT

PK-4 KURANG SEHAT


(41)

pengukuran kinerja yang mendasarkan pada meningkatnya atau menurunnya modal bersih. Laba juga dapat digunakan untuk peramalan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya.

Prediksi dan estimasi pertumbuhan laba tersebut dibuat dengan mengolah informasi-informasi yang tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Prediksi dan estimasi pertumbuhan laba sangat berguna bagi para investor yang ingin menanamkan sahamnya ke perusahaan tersebut, serta bagi manajemen perusahaan untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah mereka terapkan.

Anis Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,

2. Laba didasarkan pasa postulat, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,

3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,

4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan

5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.


(42)

Berdasarakan kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk mengetahui bagaimana laba mengalami pertumbuhan diperlukan paling sedikit dua periode pada saat bank mengalami laba, karena dari situ dapat kita bandingkan antara laba pada tahun sekarang dengan laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba yang baik mencerminkan kinerja operasional perusahaan yang baik pula, khususnya perbankan.

Pertumbuhan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba tahun ke-t dikurangi tahun t-1 dibagi dengan laba tahun t-1. Indikator pertumbuhan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih (Net Income).

2.2 Penelitian Terdahulu

Abubakar (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Variabel dependen yang digunakan adalah Pertumbuhan Laba, sedangkan variabel independennya terdiri dari Debt Ratio, Asset Manajemen Ratio, Earning dan Liquidity. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan analisis regresi menguji variabel bebas secara individual diperoleh bahwa seluruh rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian tidak berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba, namum berdasarkan analisis AMOS diperoleh bahwa debt ratio berpengaruh secara signifikan untuk


(43)

memprediksi pertumbuhan laba untuk periode satu tahun kedepan pada perusahaan manufaktur.

Rosalia (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Bank Swasta Nasional Devisa di Indonesia. Variabel dependen yang digunakan adalah Perubahan Laba, sedangkan variabel Independennya terdiri dari LDR, FACR, NPL, APB, BOPO, IRR, ROA dan NIM. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya rasio Return On Asset

signifikan dalam memprediksi perubahan laba Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia sedangkan Loan to Deposit Ratio, Fixed Asset Capital Ratio, Non Performing Loan, Aktiva Produktif Bermasalah, Beban Operasional Pendapatan Operasional, Interest Rate Risk, serta Net Interest Margin tidak signifikan dalam memprediksi perubahan laba Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

Paramita Herda (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Tingkat Kesehatan Bank dengan Pertumbuhan Laba Perbankan Syariah di Indonesia. Variabel dependen yang digunakan adalah Pertumbuhan Laba, sedangkan variabel independennya terdiri dari CAR, NPL, ROA, BOPO, dan FDR. Hasil penelitian menunjukan bahwa CAR, BOPO dan FDR memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan dengan pertumbuhan laba, sedangkan rasio NPL memiliki hubungan positif dan tidak signifikan dan rasio ROA memiliki hubungan positif dan signifikan dengan pertumbuhan laba.


(44)

Handisteresia (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Whole Sale and Retail Trade yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2008. Variabel dependen yang digunakan adalah Pertumbuhan Laba, sedangkan variabel independennya terdiri dari rasio lancar, rasio quick, rata-rata umur piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva, rasio total hutang terhadap total asset, profit margin, return on total assets, return on equity. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel independen rasio lancar, rasio quick, rata-rata umur piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva, profit margin, ROA dan ROE secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba sedangkan untuk rasio total hutang terhadap total asset mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba.

Santi (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Tingkat Kesehatan Bank dan Perubahan Laba pada Bank Pembangunan Daerah. Variabel depeden yang digunakan adalah tingkat kesehatan bank dan perubahan laba, sedangkan variabel independennya terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NIM, CR, LDR, IRR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL dan ROE signifikan dalam memprediksi tingkat kesehatan BPD dan hanya rasio ROA dan BOPO yang berpengaruh signifkan untuk memprediksi laba pada BPD.


(45)

Perbankan di Indonesia. Variabel dependen yang digunakan adalah Pertumbuhan Laba, sedangkan variabel independen terdiri dari Non Performing Loan (NPL),

Liquidity Risk, Interest Rate Risk (IRR), Deposit Ratio, Fixed Asset to Capital Ratio (FACR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE),

Net Interest Margin (NIM), Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil penelitian menunjukan bahwa NPL, BOPO berpengaruh signifikan negatif, Liquidity Risk,

IRR, ROA, ROE dan NIM berpengaruh positif signifikan sedangkan rasio Deposit Ratio, FACR dan CAR tidak berpengaruh tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peniliti terdahulu dapat disajikan dalam Tabel 2.4 berikut ini:


(46)

Tabel 2.4

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Alat analisis Hasil Penelitian 1 Abubakar

(2006)

Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ

Dependen:

Pertumbuhan Laba Independe:

Debt Ratio, Asset Manajemen Ratio, Earning dan Liquidity

Analisis Regresi Berganda

Analisis AMOS

Seluruh rasio keuangan tidak berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi

pertumbuhan laba, analisis AMOS diperoleh bahwa debt ratio berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi

pertumbuhan laba 2 Rosalia (2009) Analisis Rasio

Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Bank Swasta Nasional Devisa di Indonesia

Dependen:

Pertumbuhan Laba Independe:

LDR, FACR, NPL, APB, BOPO, IRR, ROA dan NIM

Analisis Regresi Linier Berganda

Return On Asset

signifikan dalam memprediksi

perubahan laba, Loan to Deposit Ratio, Fixed Asset Capital Ratio, Non Performing Loan, Aktiva Produktif Bermasalah, Beban Operasional

Pendapatan

Operasional, Interest Rate Risk, serta Net Interest Margin tidak signifikan dalam memprediksi

perubahan laba 3 Paramitha

(2011)

Analisis Hubungan Tingkat

Kesehatan Bank Dengan

Pertumbuhan Laba Perbankan Syariah di Indonesia.

Dependen: Laba Independen:

CAR, NPL, ROA, BOPO, dan FDR

Analisis

Deskriptif dan Korelasi

CAR, BOPO, FDR berpengaruh negatif signifikan terhadap laba , NPLberpengaruh positif tidak signifikan, ROA berpengaruh positif dan Signifikan terhadap pertumbuhan laba.


(47)

4 Handisteresia (2010)

Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada

Whole Sale and Retail Trade yang Go Public

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2008

Dependen:

Pertumbuhan Laba Independen: rasio lancar, rasio quick, rata-rata umur piutang, perputaran persediaan,

perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva, rasio total hutang terhadap total asset,

profit margin, return on total assets, return on equity.

Analisis Regresi Linier Berganda

Rasio lancar, rasio quick, rata-rata umur piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva, profit margin, ROA dan ROE secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi

pertumbuhan laba, sedangkan rasio total hutang terhadap total asset mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi

pertumbuhan laba. 5 Santi (2011) Pengaruh

Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Tingkat

Kesehatan Bank dan Perubahan Laba pada Bank Pembangunan Daerah

Depeden: Tingkat kesehatan bank dan perubahan laba. Independen: CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NIM, CR, LDR, IRR

Analisis Regresi Linier Berganda

NPL dan ROE signifikan dalam memprediksi tingkat kesehatan BPD dan hanya rasio ROA dan BOPO yang berpengaruh signifkan untuk memprediksi laba pada BPD.

6 Rizki (2013) Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan BUMN sektor Perbankan di Indonesia.

Dependen:

Pertumbuhan Laba Independen:

NPL, Liquidity Risk, Interest IRR,

Deposit Ratio, FACR, ROA, ROE, NIM, BOPO, CAR

Analisis Regresi Linier Berganda

NPL, BOPO berpengaruh signifikan negatif, Liquidity Risk, IRR, ROA, ROE dan NIM berpengaruh positif signifikan sedangkan rasio

Deposit Ratio, FACR dan CAR tidak berpengaruh tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.


(48)

2.3 Kerangka Konseptual

Dengan semakin ketatnya persaingan antar perbankan, membuat bank pembangunan daerah dituntut untuk memiliki kinerja yang bagus agar dapat bersaing dalam memperebutkan pasar perbankan nasional di Indonesia. BI juga semakin memperketat dalam pengaturan dan pengawasan perbankan nasional. Karena BI tidak ingin mengulangi peristiwa di awal krisis ekonomi pada tahun 1997 dimana banyak bank likuidasi karena kinerjanya tidak sehat, yang pada akhirnya merugikan masyarakat.

Mengenai sistem penilaian tingkat kesehatan bank dapat diukur berdasarkan sistem penilaian yang berdasarkan pendekatan Risiko (Risk-Based Bank Rating/RBBR) yang terdiri dari Profil Risiko, Good Corporate Governance

(GCG), Rentabilitas dan Permodalan (sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP 25 Oktober 2011). Namun, peneliti tidak menggunakan seluruh komponen dari RGEC tersebut , hanya menggunakan komponen Profil Risiko meliputi Risk Profil yang dihitung dengan menggunakan rasio NPL (Non Performing Loan), Rentabilitas (earning) yang dihitung dengan menggunakan rasio keuangan yakni Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM), Faktor permodalan (Capital) dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yakni Capital Adequency Ratio (CAR). sementara Good Corporate Governance tidak ikut digunakan dalam penelitian ini dikarenakan keterbatasan data yang ada.


(49)

NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio untuk mengukur risiko kegagalan kredit yang diberikan bank kepada debitur. Semakin tinggi rasio NPL, mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi pula risiko kegagalan kredit yang akan diderita perbankan sehingga akan mengurangi laba yang pada akhirnya pertumbuhan laba menjadi menurun (Ismail, 2010:218).

ROA (Return On Asset) merupakan rasio kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aktiva-aktiva yang ada. Semakin tinggi rasio ROA mengindikasikan semakin baik kinerja bank dalam menggunakan aktiva yang ada sehingga mampu menambah laba yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan laba, sehingga ROA memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan laba (Taswan, 2010:167).

NIM (Net Interest Margin) merupakan rasio untuk mengukur tingkat pendapatan bunga bersih yang diterima oleh bank atas kegiatan operasionalnya. Dimana rasio NIM yang semakin tinggi, mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi pula pendapatan bunga bersih yang diterima oleh bank sehingga akan menambah laba dan pada akhirnya pertumbuhan laba akan semakin tumbuh. Pengaruh NIM terhadap pertumbuhan laba yang dikemukakan oleh Taswan (2010:153) menunjukan adanya pengaruh yang positif.

CAR (Capital Adequency Ratio) merupakan rasio untuk mengukur kekuatan modal dari suatu perusahaan perbankan. Semakin tinggi rasio CAR, mengindikasikan bahwa kekuatan modal suatu perbankan semakin besar sehingga


(50)

mampu menghasilkan laba yang besar pula yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan laba (Riyadi, 2006:161).

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis , dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada Gambar 2.1:

Rasio Tingkat Kesehatan Bank

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Sugiyono (2010:61)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Non Performing Loan (NPL) (X1)

Net Interst Margin (NIM) (X3)

Capital Adequancy Ratio (CAR) (X4)

Return On Asset (ROA) (X2)

Pertumbuhan Laba (Y)


(51)

Rasio tingkat kesehatan bank yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL),

Return On Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR), mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian menurut tingkat eksplanansi yaitu penelitian dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan kepada tujuan dan obyek-obyeknya. Dengan kata lain, penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dimana penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih (Ginting dan Sitomorang, 2008: 51). Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh variabel Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia melalui media internet dengan situs Bank Pembangunan Daerah masing-masing Bank dan situs www.bi.go.id.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari Februari 2015 sampai dengan Maret 2015.


(53)

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini terdiri atas hal-hal berikut ini:

1. Variabel Bebas (Independen Variable) dalam penelitian ini adalah rasio-rasio penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang terdiri atas Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR) Variabel terikat (dependent variable)

dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Laba.

2. Objek dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah di Indonesia periode tahun 2009-2013.

3.4 Definisi Operasional

Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab yang dilambangkan dengan (x). Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah rasio Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio (CAR)

1. Non Performing Loan (NPL), (X1)

Risiko kredit ditunjukkan dengan besaran Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank (Riyadi, 2006:160). Semakin rendah rasio ini maka kemungkinan bank


(54)

mengalami kerugian sangat rendah yang secara otomatis laba akan semakin meningkat (negatif). Rumus NPL adalah sebagai berikut:

2. Return On Asset (ROA), (X2)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Menurut Bank Indonesia, Return On Assets (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset dalam suatu periode. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan (laba) yang dicapai bank (positif). Besarnya nilai ROA dapat dihitung dengan rumus berikut (Riyadi, 2006:156):

3. Net Interest Margin (NIM), (X3)

Rasio digunakan untuk mengukur kemampuan kinerja manajemen bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat bergantung dari selisih antara suku bunga dari kredit yang disalurkan dengan suku bunga simpanan yang diterima (pendapatan bunga bersih). NIM merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (Riyadi,


(55)

2006:158). Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kemungkinan laba bank akan meningkat (positif). Rumus untuk menghitung besarnya nilai NIM sebagai berikut:

4. Capital Adequancy Ratio (CAR), (X4)

Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank guna menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit (Riyadi, 2006:161). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan (Kuncoro, 2009:50). Variabel dependen yang digunakan adalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba.


(56)

Pertumbuhan Laba

Dalam pengukuran pertumbuhan laba diukur menggunakan laba pada tahun sekarang dikurangi dengan laba tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada tahun sebelumnya. Diperlukan minimal dua periode pada saat perusahaan menghasilkan laba agar dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan laba yang terjadi pada periode sekarang. Dengan demikian pertumbuhan laba dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Zainuddin dan Jogiyanto, 1999, p.67):

Dimana:

= Perubahan laba

Yt = Laba Periode tahun sekarang


(57)

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Sumber: Paramyta Herda (2011), dan Sutradisa (2013) dimodifikasi 3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:72). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang berjumlah 26 bank.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:73). Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Purposive sampling dimana peneliti memilih sampel Jenis

Variabel

Nama Variabel Definisi Pengukuran Skala

Independent

Non Perfoming Loan (X1)

Tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut.

Rasio

Return On Assets (X2) Rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan.

Rasio

Net Interest Margin (X3)

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan kinerja manajemen bank dalam menyalurkan kredit.

Rasio

Capital Adequancy Ratio (X4)

Rasio minimum yang mendasarkan kepada perbandingan antara modal dan aktiva berisiko,

Rasio

Dependent Pertumbuhan Laba (Y) Merupakan rasio antara laba periode saat ini dikurangi laba periode sebelumnya dibagi dengan laba periode sebelumnya.


(58)

berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik . Adapun kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Bank tersebut termasuk Bank Pembangunan Daerah yang ada di Indonesia.

2. Bank menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2009-2013

3. Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember dan telah diaudit.

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel

No Karakteristik Perusahaan Jumlah

1 Jumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) 26 2 Bank Pembangunan Daerah yang tidak

mempublikasikan laporan keuangan pertahun secara lengkap tahun 2009-2013

(6)

Jumlah Sampel 20

Sumber : Website Bank Pembangunan Daerah (BPD)

Berdasarkan karakteristik penarikan sampel tersebut, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 20 Bank Pembangunan Daerah. Terdapat 20 Bank Pembangunan Daerah yang menjadi sampel penelitian yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:


(59)

Tabel 3.3

Nama-Nama Bank Pembangunan Daerah

No DAFTAR BANK

1 PT BPD ACEH 2 PT BPD BALI 3 PT BPD BENGKULU 4 PT BPD DKI

5 PT BPD JAMBI

6 PT BPD JAWA TENGAH

7 PT BPD JAWA BARAT DAN BANTEN 8 PT BPD JAWA TIMUR

9 PT BPD KALIMANTAN TIMUR 10 PT BPD KALIMANTAN TENGAH 11 PT BPD KALIMANTAN BARAT 12 PT BPD KALIMANTAN SELATAN 13 PT BPD NUSA TENGGARA BARAT 14 PT BPD NUSA TENGGARA TIMUR 15 PT BPD RIAU KEPRI

16 PT BPD SULAWESI SELATAN DAN BARAT 17 PT BPD SULAWESI UTARA

18 PT BPD NAGARI

19 PT BPD SUMATERA UTARA 20 PT BPD YOGYAKARTA

Sumber: Website Bank Pembangunan Daerah

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia melalui situs

www.bi.go.id , website masing-masing Bank Pembagunan Daerah, buku-buku, jurnal-jurnal penelitian, surat kabar, majalah dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian (Amirullah & Widayat, 2002:63).


(60)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara melihat dokumen-dokumen untuk memperoleh data tentang objek penelitian data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk memperoleh gambaran masalah yang akan diteliti. Data-data yang diambil adalah laporan keuangan publikasi periode 2009-2013 yang terdapat dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan website masing-masing Bank Pembangunan Daerah.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam sebuah penelitian ini adalah teknik dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan model matematika dan statistika yang diklasfisikan dalam kategori tertentu untuk mempermudah menganalisis dengan menggunakan program SPSS 22.0 for windows. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembagunan Daerah.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(61)

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2013:19). Standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum menunjukkan hasil analisis terhadap dispersi variabel. Sedangkan skewness dan kurtosis menunjukkan bagaimana variabel terdistribusi. Varian dan standar deviasi menunjukkan penyimpangan variabel terhadap nilai rata-rata.

3.8.2 Analisis Linier Berganda

Menurut Ghozali (2013:96) untuk menguji model pengaruh dan hubungan variabel bebas yang lebih dari dua variabel terhadap variabel tergantung digunakan persamaan regresi linier berganda (multiple linear regression method). Dalam penelitian analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio tingkat kesehatan bank yang diproksikan dengan Non Performing Loan

(NPL), Return On Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel independen (x) terhadap dengan pertumbuhan laba sebagai variabel dependen (Y) pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia periode 2009-2013. Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:


(1)

19 SUMUT 2009 331.000 166.000 99.40 2010 561.628 331.000 69.68 2011 570.002 561.628 1.49 2012 533.633 570.002 (6.38) 2013 623.031 533.633 16.75

20 DIY 2009 71.954 64.662 11.28

2010 73.440 71.954 2.07 2011 88.704 73.440 20.78 2012 102.631 88.704 15.70 2013 128.334 102.631 25.04


(2)

N Range Minimum Maximum

Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

NPL 100 6.93 .09 7.02 1.7975 .13539 1.35386

ROA 100 5.00 1.27 6.27 3.5101 .10024 1.00242

NIM 100 12.89 5.15 18.04 8.8953 .21682 2.16818

CAR 100 23.37 8.34 31.71 18.4533 .48179 4.81786

Valid N

(listwise) 100

Descriptive Statistics

Mean

LAMPIRAN 3

HASIL OLAHAN SPSS

Analisis Deskriptif


(3)

Standardize d Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant)

-2.426 19.027 -.127 .899

NPL -.214 2.441 -.008 -.088 .930 .917 1.090

ROA 12.353 4.069 .354 3.036 .003 .602 1.661

NIM 2.024 1.882 .125 1.075 .285 .601 1.663

CAR -2.187 .681 -.301 -3.210 .002 .930 1.075

1

a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Laba

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 30.84620935 Most Extreme Differences Absolute .083

Positive .076

Negative -.083

Kolmogrov-Smirnov Z .083

Asymp. Sig. (2-tailed) .084c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


(4)

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .472a .223 .190 31.48891 1.692

Model Summaryb

Model

a. Predictors: (Constant), CAR, NPL, ROA, NIM b. Dependent Variable: Pertumbuhan_Laba

Standardize d Coefficients B Std. Error Beta (Constant)

23.134 12.808 1.806 .074

NPL .748 1.643 .048 .455 .650

ROA 1.182 2.739 .057 .432 .667

NIM .290 1.267 .030 .229 .819

CAR -.470 .459 -.108 -1.024 .308

1

a. Dependent Variable: absut

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

Uji Heterokedastisitas


(5)

Standardize d Coefficients B Std. Error Beta (Constant)

-2.426 19.027 -.127 .899

NPL -.214 2.441 -.008 -.088 .930

ROA 12.353 4.069 .354 3.036 .003

NIM 2.024 1.882 .125 1.075 .285

CAR -2.187 .681 -.301 -3.210 .002

a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Laba

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients t Sig. 1

Uji

Run Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .97585

Cases < Test Value 50 Cases >= Test Value 50

Total Cases 100

Number of Runs 39

Z -2.412

Asymp. Sig. (2-tailed) .116 a. Median

Analisis Regresi Linier Berganda

Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 26966.978 4 6741.745 6.799 .000b

Residual 94197.375 95 991.551

Total 121164.353 99

a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Laba b. Predictors: (Constant), CAR, NPL, ROA, NIM


(6)

Standardize d Coefficients B Std. Error Beta (Constant)

-2.426 19.027 -.127 .899

NPL -.214 2.441 -.008 -.088 .930

ROA 12.353 4.069 .354 3.036 .003

NIM 2.024 1.882 .125 1.075 .285

CAR -2.187 .681 -.301 -3.210 .002

a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Laba

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

1