Telah Infestasi Lipas (Insecta Dictyoptera) Pada Bus Dan Kaitannya Dengan Pengelolaan Moda Transportasi
TELAAH INFESTASI LIPAS (INSECTA: DICTYOPTERA)
PADA BUS DAN KAITANNYA DENGAN
PENGELOLAAN MODA TRANSPORTASI
ARI TJAHYADI RAFIUDDIN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Telaah Infestasi Lipas
(Insecta: Dictyoptera) pada Bus dan Kaitannya dengan Pengelolaan Moda
Transportasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Ari Tjahyadi Rafiuddin
NIM B252120021
RINGKASAN
ARI TJAHYADI RAFIUDDIN. Telaah Infestasi Lipas (Insecta: Dictyoptera)
pada Bus dan Kaitannya dengan Pengelolaan Moda Transportasi. Dibimbing oleh
UPIK KESUMAWATI HADI dan SUSI SOVIANA.
Lipas adalah makhluk hidup yang tergolong serangga primitif yang hidup
sejak 200-300 juta tahun lalu pada Zaman Kaboniferus, bahkan sebelum Zaman
Dinosaurus. Periode geologik ini kadang-kadang disebut Zaman Lipas
(Age of Cockroaches) karena lipas yang sangat melimpah. Lipas mengalami
metamorfosis sederhana, kehidupan berawal dari telur, nimfa dan dewasa. Lipas
aktif di malam hari, mengkontaminasi makanan, dan menginfestasi permukiman
juga berbagai moda transportasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis lipas, menentukan
sebaran dan derajat infestasi lipas, dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi infestasi lipas pada moda transportasi bus.
Penelitian dilaksanakan sejak Juli hingga September 2014, pada enam area
pemberhentian akhir bus di Bogor.
Pengamatan lipas dilakukan pada 30% sampel bus yang ada pada setiap
pool bus. Deteksi keberadaan lipas dilakukan pada lima spot di dalam bus yaitu
pada kursi, lantai, celah, rak, jendela dan WC. Lipas dikoleksi secara manual,
yaitu menyemprotkan aerosol secara langsung pada ke lima spot pengamatan.
Lipas yang tertangkap baik dalam keadaan hidup maupun mati dimasukkan ke
dalam kantung-kantung plastik dan diberi tanda. Pengamatan dilakukan selama
30 menit per bus pada malam hari sejak pukul 22.00 WIB. Selanjutnya lipas
diidentifikasi dengan kunci identifikasi lipas. Derajat infestasi lipas diukur
berdasarkan kategori negatif sampai dengan infestasi sangat tinggi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi infestasi lipas diukur menggunakan kuisioner tertutup yang
meliputi biosekuriti personal, biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti
lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua jenis lipas yang ditemukan di
setiap area pool bus yaitu Blattella germanica (1353 lipas) dan
Periplaneta americana (273 lipas). Sebaran infestasi lipas tertinggi di dalam bus,
terdapat pada celah (48.68%) dan terendah pada rak (12.60%). Derajat infestasi
lipas sangat tinggi ditemukan pada area pool bus 6 dengan infestasi 673 lipas.
Terdapat hubungan yang lemah (-0.116) antara infestasi lipas dengan biosekuriti
personal, korelasi sedang (-0.406) antara infestasi lipas dengan biosekuriti
tempat/peralatan, dan sangat kuat (-0.841) dengan biosekuriti lingkungan.
Kata kunci: insecta, infestasi lipas, bus, pool bus, pengelolaan transportasi
SUMMARY
ARI TJAHYADI RAFIUDDIN. Review Cockroach Infestations (Insecta:
Dictyoptera) on the Buses and the Relation to the Management of Transportation
Mode. Supervised by UPIK KESUMAWATI HADI and SUSI SOVIANA.
Cockroaches were classified as a primitive insects who live since 200-300
million years ago during the Age of Kaboniferus, even before the Age of
Dinosaurs. This geological period was sometimes called the Age of Cockroaches
because cockroaches were very abundant. Metamorphosed of cockroach was
simple, life begin from the egg, nymph and adult. The cockroaches was nocturnal,
food contaminating, and infested the settlement and various modes of
transportation.
The purpose of this study was to identify of cockroaches, determine the
distribution and the infestation degree of cockroaches, and analyze the factors that
influence the infestation of cockroaches on bus transportation modes.
The study was conducted from July to September 2014, at six bus pool
area in Bogor.
Observations of cockroaches was carried out on 30% of the bus samples
that existing at any bus pool. The detection of cockroaches presence was carried
out at five spots in the bus were on the seats, floor, gaps, shelves, windows and
WC. Cockroach was collected manually, that sprayed an aerosol directly to fivespot of observations. Cockroach caught either alive or dead put in the plastic bags
and labeled. Observations was carried out for 30 minutes per bus at night from
22:00 pm. Further cockroaches was identified using the identification keys. The
degree of cockroach infestation was measured by the negative category up to very
high infestations category. Factors affecting the cockroach infestation was
measured using a closed questionnaire that includes personal biosecurity,
place/equipment biosecurity and environment biosecurity.
The results of study showed that two species of cockroaches were found in
every area of buses pools i.e. Blattella germanica (1353 cockroaches) and
Periplaneta americana (273 cockroaches). The highest distribution of
cockroaches infestations in the buses, were on the gap (48.68%) and the lowest on
the shelf (12.60%). The highest degree of cockroaches infestations were found in
the pool bus 6 area with 673 cockroaches. There was a weak correlation (-0116)
between the infestation of cockroaches with personal biosecurity, moderate
correlation (-0406) between the infestation of cockroaches with place/equipment
biosecurity, and very strong (-0841) with environment biosecurity.
Keywords: insecta, cockroach infestations, bus, pool of bus, the management of
the transportation
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i
TELAAH INFESTASI LIPAS (INSECTA: DICTYOPTERA)
PADA BUS DAN KAITANNYA DENGAN
PENGELOLAAN MODA TRANSPORTASI
ARI TJAHYADI RAFIUDDIN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
drh Risa Tiuria, MS, PhD
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhannahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini yaitu Telaah Infestasi Lipas (Insecta: Dictyoptera)
pada Bus dan Kaitannya dengan Pengelolaan Moda Transportasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr drh Upik Kesumawati
Hadi, MS dan Ibu Dr drh Susi Soviana, MSi selaku pembimbing. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, saudara serta seluruh keluarga,
atas segala do’a dan dukungannya. Selain itu ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof Dr drh Singgih Harsojo Sigit, MSc, Bapak
Dr drh FX. Koesharto, MSc, Ibu Dr drh Dwi Jayanti Gunandini, MSi, Bapak
Dr drh Ahmad Arif Amin, MSc, yang selama ini telah memberikan ilmunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para staf di Bagian Parasitologi
dan Entomologi Kesehatan (PEK) Bapak Heri, Bapak Supriyono, Ibu Juju,
Ibu Een dan teman-teman mahasiswa PEK yang telah memberi bantuan saran dan
pemikiran. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Kristina Ivana
Nainggolan, teman-teman yang telah banyak membantu selama penelitian, dan
pihak pengelola area pool bus di Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016
Ari Tjahyadi Rafiuddin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
2
2
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis Lipas di Permukiman
Gangguan Akibat Infestasi Lipas
Upaya Pengendalian Lipas
2
2
3
4
3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Metode
Analisis Data
6
6
6
6
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Area Pool Bus
Ragam Jenis Lipas yang Ditemukan
Rataan Jumlah Jenis Lipas di Setiap Bus
Sebaran dan Derajat Infestasi Lipas di Dalam Bus
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infestasi Lipas di Dalam Bus
7
7
8
9
11
13
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
19
19
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
29
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata infestasi jenis lipas di setiap bus pada enam pool bus di
Bogor, September 2014
2 Sebaran infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
3 Derajat infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
4 Distribusi frekuensi total unsur-unsur variabel biosekuriti personal,
biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan
9
11
13
14
DAFTAR GAMBAR
1 Area pool bus; A: pool 1; B: pool 2; C: pool 3; D: pool 4; E: pool 5;
F: pool 6
2 Jenis lipas; A: Blattella germanica; B: Periplaneta americana
7
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Distribusi frekuensi unsur variabel biosekuriti personal dengan faktorfaktor yang mempengaruhi infestasi lipas
2 Distribusi frekuensi unsur variabel biosekuriti tempat/peralatan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas
3 Distribusi frekuensi unsur variabel biosekuriti lingkungan dengan
faktor-faktor penyebab infestasi lipas
4 Hasil Uji Korelasi Spearman hubungan infestasi lipas dengan
biosekuriti personal, tempat/peralatan dan lingkungan di enam area pool
bus di Bogor
5 Data umur bus yang positif terinfeksi lipas pada setiap area pool bus
di Bogor
24
25
26
27
28
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lipas adalah makhluk hidup yang tergolong cukup tua di muka bumi, dan
sedikit sekali mengalami perubahan bentuk dalam evolusinya. Lipas tergolong
serangga primitif yang hidup sejak 200-300 juta tahun lalu pada Zaman
Kaboniferus, bahkan sebelum Zaman Dinosaurus. Periode geologik ini kadangkadang disebut Zaman Lipas (Age of Cockroaches) karena populasi lipas sangat
melimpah. Saat itu iklim di bumi hangat dan lembab, kondisi ideal bagi kehidupan
lipas meski sekarang kondisi iklim lebih dingin dan kurang lembab. Jenis-jenis
lipas zaman sekarang sama sekali mirip dengan fosil yang ditemukan pada masa
lalu (Hadi 2006).
Lipas tumbuh dan berkembang secara metamorfosis sederhana, kehidupan
berawal dari telur, nimfa dan dewasa. Generasinya tumpang tindih, sehingga
semua stadium dapat ditemukan pada setiap saat dalam satu tahun. Sifatnya yang
lincah, selalu berkeliaran mencari makan kesana kemari pada malam hari
(nokturnal) baik di rumah maupun di tempat-tempat kotor di luar rumah (Hadi
2012). Lipas berpotensi membahayakan kesehatan manusia karena bergerak bebas
dari bangunan ke bangunan atau dari saluran pembuangan ke tempat tinggal
manusia. Bahaya yang ditimbulkan termasuk kontaminasi makanan, reaksi
dermatologis, reaksi asma, dan merupakan sumber penting alergen (Cochran
1999; Baumholtz et al. 1997; Lopata et al. 2005).
Lipas juga penting sebagai vektor mekanik berbagai jenis parasit, bakteri
dan patogen lainnya (Lee et al. 2003; Etim et al. 2013). Bala dan Sule (2012)
melaporkan di Sokota, Nigeria, dalam tubuh lipas ditemukan enam jenis parasit
penting yaitu Entamoeba histolytica, Ascaris lumbricoides, Enterobius
vermicularis, Schistosoma mansoni, Schistosoma haematobium dan Trichuris
trichura.
Shahraki (2013) menyatakan lipas merupakan hama yang paling penting
dalam masyarakat perkotaan. Di lokasi perumahan, apartemen dan asrama di Iran,
Blattella germanica merupakan jenis yang paling banyak ditemukan (99.2%).
Menasria et al. (2014) melaporkan di dalam dan di luar tubuh B. germanica
ditemukan bakteri yang paling banyak yaitu Pseudomonas (23.5%) dan Serratia
(13.2%). Patogen lainnya yang ditemukan adalah Staphylococcus aureus, serta
patogen oportunistik seperti Klebsiella dan bakteri pembusuk makanan seperti
jenis Enterobacter dan Citrobacter di lingkungan rumah sakit di Aljazair.
Carrasco et al. (2014) melaporkan di dalam usus belakang B. germanica
ditemukan beberapa jenis mikroorganisme seperti Anaerofustis, Cetobacterium,
Enterobacter, dan Hydrogenoanaerobacterium. Kassiri dan Kazemi (2012) di
Khorramshahr, Iran, melaporkan Periplaneta americana mengandung
mikroorganisme medis penting yang diisolasi dari permukaan tubuhnya, yaitu
bakteri patogen Klebsiella, Pseudomonas, Escherichia coli, Staphylococcus,
Enterobacter, Streptococcus, Serratia, Bacillus, dan Proteus.
Song et al. (2003) bahwa pada tahun 1993 telah dilakukan pemeriksaan
957 kapal yang berlabuh di pelabuhan Dalian, China. Sebanyak 511 kapal
(53.4%) terinfestasi lipas. Kapal yang terinfestasi lipas diduga datang dari negara
2
Asia lainnya dan negara di kawasan pasifik. Mouchtouri et al. (2008) melaporkan
B. germanica pada 11 kapal ferry telah tersebar pada ruang utama kapal yang
datang di Yunani, di ruang dapur dan lainnya tersebar di dalam bar, ruang makan,
dan gudang makanan. Mandagie (2011) menemukan lipas dan vektor lainnya pada
ruang gudang makanan, dapur, tempat penyajian makanan, tempat sampah pada
kapal motor Ratu Maria di Manado-Talaud.
Moda transportasi udara juga dapat terjadi infestasi lipas. Song et al.
(2003) mengemukakan bahwa pada tanggal 18 Juli 1989, 17 pesawat yang tiba di
Bandara Guangzhou Baiyun, China, dilakukan disinseksi dengan insektisida
residual spray karena telah terinfestasi oleh lipas sebanyak 13.262 B. germanica
yang ditemukan dalam pesawat tersebut. Pada tanggal 24 Oktober 1987
ditemukan B. germanica sebanyak 43, dan tanggal 28 Oktober 1987 ditemukan
B. germanica sebanyak 32 pada pesawat yang tiba di Bandara Beijing, China.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beragam moda transportasi.
Transportasi darat yang terdiri atas bus, angkutan kota, kereta api. Transportasi
laut yang terdiri atas kapal ferry, kapal barang. Transportasi udara yang terdiri
atas pesawat terbang. Moda transportasi tersebut menjadi kebutuhan sehari-hari
penduduk untuk berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Berbagai
masalah pada moda transportasi tidak bisa dihindarkan, salah satunya adalah
infestasi lipas.
Banyaknya alat transportasi bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang
diketahui memiliki tempat pemberhentian akhir di Bogor, memungkinkan lipas
terdapat pada salah satu alat transportasi darat ini. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian mengenai lipas, selain karena laporan kajian mengenai
infestasi lipas pada alat transportasi bus sampai saat ini belum ada di Indonesia.
Tujuan Penelitian
1 Mengidentifikasi jenis lipas pada moda transportasi bus.
2 Menentukan sebaran dan derajat infestasi lipas pada moda transportasi bus.
3 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas pada moda
transportasi bus.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai lipas
pada moda transportasi bus dan kaitannya dengan pengelolaan bus, serta menjadi
bahan pertimbangan untuk menyusun strategi pengendalian.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis Lipas di Permukiman
Fosil lipas tertua yang diketahui adalah Paleoblatta douvillei, ditemukan
dalam lapisan Carboniferous dari periode Devonian. Habitat yang disukai di
3
antara tumbuhan pakis rendah, daerah lembab sepanjang tepi sungai dan rawarawa (Garfield 1990). Klass (2009) melaporkan lipas merupakan salah satu
serangga tertua – terdapat sisa-sisa fosil lipas berasal dari 200 juta tahun. Lipas
bertahan begitu lama karena telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk
beradaptasi dengan berbagai habitat. Lebih lanjut Moore (2008) menjelaskan lipas
awalnya berukuran lebih besar dari yang ada saat ini, tetapi secara morfologis
sedikit berubah sekitar 300 juta tahun. Tiga jenis lipas utama, P. americana,
Blatta orientalis dan B. germanica, semua berasal dari Afrika Utara dan Afrika
Barat. Tersebar di seluruh dunia dengan awalnya terbawa pada kapal
perdagangan. B. germanica dan B. orientalis ditemukan dalam perjalanan dari
Afrika ke Eropa di Abad Pertengahan, lalu P. americana beberapa abad kemudian
awalnya melalui kapal dari Eropa.
Di Valencia, Spanyol Timur, P. americana adalah jenis lipas yang banyak
ditemukan pada saluran pembuangan di daerah pemukiman (Mari et al. 2013). Di
Ekuador, total terdapat 114 jenis, 6 famili dan 44 genus, dan laporan penelitian di
Brasil, terdapat 3 jenis lipas yang umum dijumpaikan pada daerah permukiman,
yaitu P. americana, B. germanica dan B. orientalis (Vidlicka 2013; Sarinho et al.
2004). Menurut Vargo et al. (2014) penyebaran B. germanica sering terjadi di
kota-kota di Amerika Serikat dan Eurasia. Lopata et al. (2005) melaporkan lipas
merupakan sumber alergen utama di berbagai negara, terutama daerah tropis.
Prevalensi sensitivitas terhadap lipas bervariasi antara 30% dan 70%, dengan
penyebaran alergen terhadap P. americana dan B. orientalis berada di daerah
beriklim sedang dan pesisir Afrika Selatan, sedangkan sensitivitas untuk
B. germanica berada di daerah dataran tinggi seperti Pretoria dan Harare.
Jenis-jenis lipas yang paling banyak terdapat di lingkungan permukiman di
Indonesia adalah B. germanica dan P. americana. Di samping itu terdapat juga
jenis-jenis lain tetapi jarang, seperti Periplaneta australasiae, Periplaneta
brunnea, Neostylopyga rhombifolia, Nauphoeta cinerea, Symploce Sp. dan
B. orientalis (Hadi 2006). Di Malaysia, B. germanica merupakan hama yang
paling penting di industri persiapan makanan. Di kota Busan dan Seoul, Republik
Korea, B. germanica, P. americana dan Periplaneta fuliginosa ditemukan di
apartemen, rumah hunian, villa. B. germanica adalah yang dominan dari semua
tempat tinggal (Lee 1998; Lee et al. 2003).
Gangguan Akibat Infestasi Lipas
Lipas dianggap sebagai pengganggu kesehatan karena kedekatannya
dengan hewan, manusia dan umumnya berkembang biak dan mencari makan di
daerah yang kotor, seperti tempat sampah, saluran pembuangan, dan septik teng.
Makanan serangga ini dari makanan yang masih dimakan manusia sampai dengan
kotoran manusia. Di samping itu, lipas mempunyai perilaku mengeluarkan
makanan yang baru dikunyah atau memuntahkan makanan dari lambungnya.
Karena sifat inilah, mereka mudah menularkan penyakit pada manusia (Hadi
2012). Cochran (1999) melaporkan meskipun banyak protozoa non-patogen telah
dikaitkan dengan lipas, hanya empat jenis dianggap patogen untuk vertebrata.
Jenis patogen adalah Balantidium coli, Entamoeba histolytica, Giardia intestinalis
dan Toxoplasma gondi.
4
Penelitian di Afrika Selatan, melaporkan lipas penyebab alergi terdeteksi
tidak hanya di rumah, tetapi juga di sekolah dan di tempat kerja (Lopata et al.
2005). Di Kota Sanandaj, Iran, menunjukkan bahwa dua jenis lipas utama
B. germanica dan P. americana adalah jenis yang paling umum di rumah-rumah.
Karena sebagian besar lipas terinfeksi bakteri, disimpulkan bahwa lipas memiliki
peran penting dalam penularan agen patogen seperti bakteri. Di Addis Ababa,
Ethiopia, peran lipas dinilai sebagai potensi vektor bakteri patogen terhadap
makanan. Total 1600 lipas dewasa, dikoleksi dari empat rumah sakit dan empat
restoran, diidentifikasi sebagai B. germanica. Pengkulturan bilasan/cucian
permukaan luar usus dihomogenkan dengan menggabungkan sepuluh dari
kumpulan lipas dihasilkan 12 isolat Salmonella spp., 2 Shigella flexneri, 2
Escherichia coli O157, 17 Staphylococcus aureus, dan 25 Bacillus cereus (Vahabi
et al. 2011; Tachbele et al. 2006).
Garfield (1990) menyampaikan gejala yang paling umum dari alergi lipas
adalah bersin, asma, dan radang kulit. Penelitian di Thailand, Tungtrongchitr et al.
(2004) melaporkan P. americana adalah lipas yang paling umum dan
menyebabkan penyakit alergi, terutama asma. Lopata et al. (2005) laporan di
Afrika bagian selatan, B. germanica, P. americana dan B. orientalis, merupakan
faktor risiko utama rhinitis dan asma. Di Afrika, prevalensi sensitivitas terhadap
lipas bervariasi antara 30% dan 70%. Shahraki et al. (2010) menjelaskan infestasi
lipas berhubungan dengan sanitasi yang buruk. Program pendidikan yang
komprehensif terhadap faktor-faktor tidak sehat seperti keadaan kotor dan
berantakan, dan sisa makanan di tempat-tempat terbuka, menjadi penting karena
mampu mengurangi infestasi lipas.
Upaya Pengendalian Lipas
Penguasaan pengetahuan akan bioekologi dan perilaku lipas merupakan
hal utama dalam upaya pengendalian lipas. Pengendalian lipas yang efektif di
dalam maupun di luar gedung atau bangunan biasanya bergantung kepada; upaya
sanitasi dan higien yang dapat mengurangi makanan dan tempat-tempat
berlindungnya lipas, dan aplikasi insektisida dengan cara yang dapat
memungkinkan kontak dengan serangga sasaran (Hadi 2006). Oleh karena itu
pengendalian dan manajemen infestasi lipas dilakukan untuk mengurangi
penyebarannya, dengan pengosongan dan pembuangan sampah, penghilangan
habitat lipas.
Teknik pengendalian lipas secara mekanis sangat dianjurkan karena akibat
efek sampingnya tidak ada atau sangat kecil. Pengendalian lipas secara mekanik
antara lain dengan cara (1) Jar Trap yaitu perangkap terdiri 0.45 liter umpan gelas
jar dengan seperempat bagian roti direndam. Campuran lapisan petroleum
jeli/minyak (3:1) dioleskan 3 cm pada bagian atas dari gelas jar untuk mencegah
keluarnya lipas yang terperangkap. Plester penutup digunakan untuk menutupi
lapisan luar kaca jar untuk meningkatkan efikasi perangkap karena nimfa (instar
pertama-kelima) tidak mampu memanjat permukaan kaca vertikal (Tee et al.
2011). (2) Perangkap lem, efektif digunakan sebagai alat untuk memantau dan
mengendalikan populasi lipas, ditempatkan pada arah pergerakannya. Jika
sejumlah besar perangkap yang digunakan dan sering diganti, juga dapat
5
mengurangi jumlah lipas (Shahraki 2013; Kaakeh dan Bennett 1997; Cochran
1999). (3) Vacuum Cleaner, penggunaannya efektif dalam upaya pengendalian
lipas, dengan melakukan penyedotan pada tempat yang teridentifikasi lipas
sehingga dapat mengubah distribusi dan pola gerakan lipas. Sangat penting
terutama bagi pengendalian lipas di pabrik makanan, restoran, farmasi dan rumah
sakit serta fasilitas yang sensitif terhadap penggunaan pestisida. Di samping
efisien dan aman, penggunaan alat ini juga membantu dalam menjaga kebersihan,
serta dapat mengurangi 50% atau lebih populasi dalam satu aktifitas (Kaakeh dan
Bennett 1997; Hadi 2006).
Teknik pengendalian lipas secara kimia dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia (insektisida) residual dan nonresidual. Insektisida residual
(Bendiocarb 50% WP, Chlorpyrifos 30% EC, Deltamethrin 1% SC, Permethrin
25% WP, Propoxur 20% EC, Propoxur 80% WP) dengan cara meninggalkan
bahan residu pada permukaan yang disemprot sehingga membunuh lipas pada
periode yang berbeda-beda. Insektisida nonresidual (Dichlorvos dengan formulasi
aerosol/fogging tekanan tinggi, Pyrethrins dan Piperonyl Butoxide dengan
formulasi aerosol/fogging tekanan tinggi, Hydroprene dengan formulasi sekali
semprotan aerosol) membunuh lipas dengan cara kontak langsung dengan
insektisida saat aplikasi (Hadi 2006).
Pengendalian lipas dapat dilakukan dengan menggunakan bahan dust
(insektisida bubuk) dengan bubuk asam borat 1% yang merupakan racun kontak,
bermanfaat ditabur pada tempat-tempat yang sangat dalam di celah-celah, retakan
dan lubang-lubang dinding. Tubuh lipas akan tertempel bubuk pada saat melintas
daerah perlakuan dan juga akan tertelan ketika lipas melakukan proses grooming
(Hadi 2006).
Penyemprotan bahan aerosol (insektisida semprotan) efektif bila
digunakan melawan lipas yang bersembunyi di celah dan retakan. Keuntungan
utamanya adalah mudah digunakan dan tersedia dengan mudah (Ogg et al. 2006;
Cochran 1999). Penyemprotan aerosol ke daerah yang lebih rentan dari tubuh
lipas, mesotoraks, efektif dalam melumpuhkan lipas. Di India, di perumahan
daerah perkotaan, pengendalian infestasi B. germanica yaitu dengan
menggunakan insektisida semprotan; propoxur (2%) dan piretroid sintetis (0.02%
deltametrin dan 0.13% aletrin) (Sugiura et al. 2011; Agrawal et al. 2005).
Pengendalian lipas dengan metoda pengumpanan juga dapat dilakukan.
Kebanyakan bahan bait (umpan) adalah zat yang dapat dimakan atau menarik,
dicampur dengan bahan aktif terbaik, bertindak lambat yang memastikan umpan
cukup untuk dimakan oleh lipas untuk membunuhnya. Bahan umpan mudah
diterapkan dan dapat dihapus ketika pengendalian selesai (Cochran 1999; Nasirian
2007).
Informasi dasar dan langkah-langkah pencegahan memainkan peran
penting dalam pengelolaan hama serangga. Upaya sanitasi dalam program
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada infestasi lipas, dilakukan dengan
mensurvei pada faktor-faktor tidak sehat terkait dengan makanan, air dan tempat
bersembunyinya lipas. Selanjutnya kemajuan program PHT dapat dilakukan
dengan meningkatkan pendidikan kepada masyarakat dan pelatihan teknisi PHT,
dan tingkat inspeksi pencegahan hama dan pemeliharaan, serta penghilangan
tindakan penggunaan bahan aktif insektisida (Naeem et al. 2014; Shahraki 2013;
Juneau et al. 2011).
6
3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan pada moda transportasi bus di enam area
pemberhentian akhir bus (pool bus) di Bogor, yaitu area pool bus 1, area pool bus
2, area pool bus 3, area pool bus 4, area pool bus 5 dan area pool bus 6. Penelitian
dilaksanakan sejak Juli hingga September 2014.
Metode
1. Pengamatan Jumlah Jenis Lipas, Sebaran dan Derajat Infestasi Lipas
Kegiatan pengamatan lipas dilakukan pada 30% sampel bus yang terdapat
di enam area pool bus di Bogor. Deteksi keberadaan lipas dewasa dan lipas
pradewasa dilakukan pada enam titik pengamatan lipas di dalam bus, yaitu
1) kursi, 2) lantai, 3) celah, 4) rak, 5) jendela, dan 6) WC.
Keberadaan lipas diamati dengan koleksi secara manual, yaitu dengan
menyemprotkan aerosol secara langsung pada enam titik pengamatan lipas di
dalam bus kemudian lipas dikumpulkan dengan bantuan senter. Lipas yang
tertangkap baik dalam keadaan hidup maupun mati dimasukkan ke dalam
kantung-kantung plastik yang telah disediakan dan diberi tanda per titik, per bus
dan per pool. Pengamatan dilakukan dalam waktu 30 menit per bus. Kegiatan ini
diamati pada malam hari pukul 22.00 WIB. Lipas yang terkoleksi dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan proses pinning, pelabelan dan identifikasi.
Identifikasi lipas dilakukan dengan menggunakan Kunci Identifikasi Pratt (1953).
2. Pengamatan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infestasi Lipas
Faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas di dalam bus diukur
dengan menggunakan kuisioner tertutup. Pertanyaan diajukan kepada pihak
pengelola pool bus hingga para penumpang secara langsung. Aspek yang diamati
meliputi identitas responden, pendidikan terakhir responden, serta hal-hal yang
terkait dengan biosekuriti personal, biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti
lingkungan dari pengelola pool bus.
Analisis Data
1. Rataan jumlah jenis lipas dalam bus dinyatakan dengan menghitung rata-rata
jumlah setiap jenis lipas yang tertangkap pada setiap bus.
2. Sebaran lipas di 6 titik pengamatan lipas dalam bus dianalisis dalam bentuk
persentase. Derajat infestasi lipas diukur berdasarkan kategori Hadi dan Rusli
(2006), yaitu kategori 0 (nol) atau tanpa lipas untuk infestasi negatif, 1-5 ekor
untuk infestasi ringan, 6-10 ekor untuk infestasi sedang, 11-20 ekor untuk
infestasi tinggi, dan kategori ˃ 20 ekor lipas untuk infestasi sangat tinggi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas di dalam bus dengan
mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan biosekuriti personal, biosekuriti
tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan area pool bus, selanjutnya data
yang diperoleh dari hasil wawancara responden diinput menggunakan SPSS
7
16. Statistik Nonparametrik (uji korelasi Spearman) untuk mengetahui
hubungan faktor risiko yang mempengaruhi infestasi lipas. Colton dalam Dini
et al. (2010) tentang tingkat hubungan kekuatan korelasi yaitu tidak ada
hubungan/lemah (r = 0.00-0.25), sedang (r = 0.26-0.50), kuat (r = 0.51-0.75)
dan sangat kuat/sempurna (r = 0.76-1.00).
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum Area Pool Bus
Gambar 1
A
B
C
D
E
F
Area pool bus; A: pool 1; B: pool 2; C: pool 3; D: pool 4;
E: pool 5; F: pool 6
8
Area pool bus 1 (Gambar 1 A) memiliki area pool bus yang sempit,
berpagar dengan 1 pintu, jarak/tata parkir bus rapat, kurangnya fasilitas listrik,
memiliki TPA (Tempat Pembuangan Air), lingkungan area bus dijumpai basah,
tidak memiliki SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) sehingga air kotor sisa
pencucian bus tampak tergenang di sekitar area bus, tersedia sumber air yang
cukup. Selain itu area pool bus ini juga dekat dengan area permukiman warga.
Kondisi area pool bus 2 (Gambar 1 B) memiliki halaman bus yang luas,
tersedianya tempat sampah dan sumber air bersih, jarak/tata parkir bus rapat dan
kurangnya fasilitas listrik. Area bus berpagar dengan 2 pintu, kantor/area bus
ditata pada lokasi yang sama, memiliki TPA, lingkungan area bus terlihat basah
dan memiliki SPAL sebagai tempat saluran air kotor sisa pencucian bus. Area
pool bus berdekatan dengan permukiman dan aktifitas warga sekitar dan dijumpai
keadaan yang kotor.
Lingkungan area bus yang luas salah satunya terdapat pada area pool bus
ini dan dekat dengan area permukiman warga. Kondisi kotor terlihat dengan
tampak sampah berserakan walau tersedianya tempat sampah. Area pool bus 3
(Gambar 1 C) memiliki sumber air bersih dalam kegiatan pencucian bus tetapi
tidak memiliki SPAL yang baik sehingga genangan air sisa pencucian bus terlihat
pada halaman parkir bus. Jarak dan tata parkir bus terlihat rapat dan kurangnya
fasilitas listrik. Hal ini mengakibatkan gangguan infestasi lipas dapat terjadi di
dalam bus.
Selanjutnya pada area pool bus 4 (Gambar 1 D) diketahui merupakan area
pool dengan halaman parkir bus yang sempit sehingga terlihat rapat jarak/tata
parkir antar bus. Area ini berhubungan langsung dengan area permukiman warga
dan dekat dengan pasar. Suasana kotor tampak terlihat dengan ditemukannya
sampah berserakan di sekitar halaman parkir bus. Hal lain bahwa pagar area pool
bus dengan 2 pintu masuk dan kurangnya fasilitas listrik, juga berpengaruh
terhadap kejadian infestasi lipas.
Umumnya infestasi lipas yang terjadi di area pool bus dipengaruhi oleh
keadaan yang kotor. Area pool bus 5 (Gambar 1 E) terlihat memiliki area yang
sempit dengan jarak/tata parkir antar bus tampak rapat dan kurangnya fasilitas
listrik. Sampah tampak berserakan dan air sisa pencucian bus dibiarkan tergenang
di halaman parkir bus sehingga mengindikasikan sanitasi yang buruk. Area pool
bus ini diketahui berdekatan area permukiman warga.
Area pool bus 6 (Gambar 1 F) memiliki area pool bus yang luas, jarak/tata
parkir bus rapat, kurangnya fasilitas listrik, dan lingkungan parkir bus terlihat
basah. Kegiatan sanitasi pada area pool bus ini dinilai cukup buruk dengan tampak
sampah yang berserakan. Area pool bus berpagar dengan 1 pintu, kantor/area bus
ditata pada lokasi yang sama, memiliki TPA, tidak memiliki SPAL yang baik dan
berdekatan dengan area permukiman warga.
2. Ragam Jenis Lipas yang Ditemukan
Ragam jenis lipas yang ditemukan pada moda transportasi di dalam bus di
enam area pool bus di Bogor adalah B. germanica (lipas Jerman) dan
P. americana (lipas Amerika). Keberadaan kedua jenis lipas tersebut ditemukan
hampir di seluruh bus yang diamati di setiap pool bus.
B. germanica disebut juga sebagai lipas Jerman. Ciri morfologi
B. germanica mempunyai warna tubuh coklat muda dan panjang tubuh 10-15 mm,
9
pronotum berwarna coklat, terdapat dua garis longitudinal berwarna hitam pada
pronotum yang dapat digunakan sebagai identifikasi, dan dua garis
longitudinal mulai terlihat pada stadium nimfa. B. germanica terdiri atas 6-8 instar
nimfa. Telur terdapat di dalam ooteka yang mempunyai panjang 7-9 mm dan
terdapat 40 telur di dalamnya. Ooteka B. germanica ini terus menempel pada
tubuh induknya sampai dengan telur siap untuk ditetaskan (Hadi dan Soviana
2012).
P. americana mempunyai panjang tubuh 27-40 mm, lebar 13-15 mm dan
tubuh berwarna coklat kemerah-merahan dengan sayap yang berkembang baik.
Pada daerah pronotum tidak terdapat garis vertikal yang khas untuk dapat
membedakan dengan jenis lain. Telur terbungkus oleh ooteka yang mempunyai
panjang 8-10 mm dan terdiri atas 16 telur. Lipas jenis ini hidup kosmopolit,
sehingga hampir dapat ditemukan di seluruh dunia (Stankus et al. 1990). Serkus
terlihat memanjang dan tipis pada ujung abdomen dengan bentuk ujungnya
meruncing seperti cemeti. Fase instar nimfa P. americana memiliki tahapan
sebanyak 13 instar nimfa (Hadi dan Soviana 2012).
B
A
Gambar 2 Jenis lipas; A: Blattella germanica; B: Periplaneta americana
3. Rataan Jumlah Jenis Lipas di Setiap Bus
Rata-rata infestasi jenis lipas di setiap bus pada enam pool bus di Bogor,
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata infestasi jenis lipas di setiap bus pada enam pool bus di Bogor,
September 2014
Area
Jumlah
bus
Pool 1
Pool 2
Pool 3
Pool 4
Pool 5
Pool 6
2
10
10
3
6
10
Blattella germanica
Jumlah
Rata-rata±SD
1
0.5±0.71
275
27.5±30.85
338
33.8±25.12
4
1.3±2.31
71
11.8±14.01
664
66.4±56.07
Periplaneta Americana
Jumlah
Rata-rata±SD
38
19±1.41
37
3.7±3.23
0
0±0
37
12.3±12.06
152
25.3±25.73
9
0.9±1.91
10
Tabel 1 menunjukkan B. germanica ditemukan terbanyak pada bus di area
pool bus 6 (66.4±56.07), dengan rata-rata jumlah lipas 66.4, sedangkan
P. americana ditemukan terbanyak pada bus di area pool bus 5 (25.3±25.73), ratarata jumlah lipas 25.3. Secara umum, B. germanica dominan ditemukan di setiap
area pool bus.
B. germanica dijumpai sebagai lipas dengan jumlah tertinggi pada area
pool bus 6. Area ini memiliki halaman parkir bus yang sangat luas dari area pool
bus lainnya, dan dijumpai kondisi lingkungan area bus tampak basah dan kotor
serta sampah tampak berserakan. Air sisa pencucian bus juga tampak dibiarkan
menggenangi area parkir bus karena tidak memiliki SPAL yang baik. Area pool
bus 5 yaitu kondisi lingkungan area busnya sempit dan tampak basah, serta
kurangnya penerangan lampu. Air sisa pencucian bus juga diketahui dibiarkan
menggenangi area parkir bus karena tidak memiliki saluran pembuangan SPAL
yang baik. Permukiman warga yang berdekatan langsung dengan area pool bus
mengakibatkan lipas ditemukan terinfestasi di dalam bus.
Rata-rata jumlah P. americana di area pool bus 1 tercatat tertinggi dari
B. germanica. Halaman parkir bus terlihat sempit sehingga kondisi jarak tata
parkir bus menjadi rapat. Infestasi lipas di dalam bus pada area pool bus ini
dijumpai karena kurangnya fasilitas penerangan listrik di lingkungan area bus,
selain itu tidak adanya SPAL yang baik menyebabkan air sisa pencucian bus
sering menggenangi area bus. Area sekitar pool bus yang berdekatan dengan
permukiman dan aktifitas warga sekitar terlihat juga menciptakan keadaan kotor.
Hal ini sangat berpengaruh sehingga ditemukannya lipas di lingkungan area bus
pool bus dan di dalam bus.
Jumlah lipas pada area pool bus 2 terhadap infestasi lipas di dalam bus
didominasi oleh B. germanica, dan P. americana ditemukan dalam jumlah yang
sedikit. Kondisi area pool bus ini memiliki area bus yang luas, minim fasilitas
penerangan listrik dan berdekatan langsung dengan area terminal bus. Lingkungan
parkir bus sering basah karena diketahui air sisa pencucian bus dibiarkan
menggenangi area parkir. Hal tersebut sangat mempengaruhi infestasi lipas di
dalam bus, khususnya B. germanica. Rata-rata jumlah lipas ini cukup tinggi
sehingga mengindikasikan kegiatan sanitasi yang buruk.
B. germanica mendominasi area pool bus 3, yaitu terbanyak kedua setelah
area pool bus 6, dengan tanpa ditemukan P. americana. Area pool bus ini cukup
luas, tetapi kurang pada fasilitas penerangan listrik. Kondisi lingkungan area
parkir bus sering basah karena tidak memiliki SPAL, menyebabkan air sisa
pencucian bus langsung menggenangi area bus. Selain itu sampah masih dijumpai
berserakan pada lingkungan area parkir. Tingginya nilai rata-rata infestasi
B. germanica juga dipengaruhi oleh lingkungan karena berdekatan langsung
dengan area permukiman warga. Selain itu, infestasi lipas di dalam bus dapat
disebabkan oleh sisa sampah para penumpang sehingga lipas dijumpai melimpah
jumlahnya.
Lipas pada area pool bus 4 memiliki jumlah terendah kedua setelah area
pool bus 1, rata-rata jumlah lipas didominasi P. americana daripada
B. germanica. Area pool bus ini terhadap infestasi lipas, selain dipengaruhi oleh
sanitasi area pool bus juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan area sekitar. Area
permukiman warga dan area pasar sangat mempengaruhi infestasi lipas, karena
suasana kotor sehingga halaman parkir bus dan di dalam bus dapat terinfestasi
11
oleh lipas. Sampah yang terlihat berserakan pada area pool bus, fasilitas listrik
yang kurang dan air sisa pencucian bus yang dibiarkan tergenang, juga
menyebabkan lipas dapat berkeliaran untuk mencari tempat bersembunyi dan
mencari makan.
Aspek sanitasi menjadi penting dalam pengelolaan moda transportasi.
Sanitasi yang buruk akan menimbulkan permasalahan baik secara fisik, kesehatan
dan estetika. Sanitasi yang buruk seperti menumpuknya sampah, kebersihan
lingkungan area bus dan ruang kendaraan, dan kebersihan air tidak diperhatikan
dapat menjadi tempat berkembangbiaknya lipas. Laporan penelitian menyatakan
bahwa infestasi lipas juga terjadi pada moda transportasi lainnya, moda
transportasi laut. Penyelidikan yang dilakukan Song et al. (2003) bahwa
pemeriksaan 957 kapal, sebanyak 511 kapal (53.4%) terinfestasi lipas.
Mouchtouri et al. (2008) menambahkan lipas sebanyak 431 individu yang tersebar
pada ruang utama kapal, ruang dapur sebanyak 394 individu, 37 individu lainnya
tersebar di dalam bar, ruang makan, dan gudang makanan, diketahui sebagai
B. germanica.
4. Sebaran dan Derajat Infestasi Lipas di dalam Bus
Data sebaran dan derajat infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool
bus di Bogor disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 2 Sebaran infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
Jumlah lipas yang ditemukan (%)
RataTitik
Jenis
rata
Area
Area
Area
Area
Area
Area
pengamatan Lipas
(%)
pool 1 pool 2 pool 3 pool 4 pool 5 pool 6
Kursi
B.g.
0
28.7
20.1
50
58
16
28.8
P.a.
8
32.4
0
11
28.3
22.2
16.98
Lantai
B.g.
0
20.7
30
0
14.1
34.3
16.52
P.a.
37
35.1
0
19
48
11.1
25.03
Celah
B.g.
0
35.3
23.1
50
13
25.5
24.48
P.a. 34.2
16.2
0
49
12.5
33.3
24.20
Rak
B.g.
0
32.6
11.2
0
2.8
7.1
4.12
P.a. 13.2
5.4
0
8.1
2
22.2
8.48
Jendela
B.g.
0
11.6
14
0
13
17.2
9.3
P.a.
3
11
0
14
9.2
11.1
8.05
WC
B.g.
100
0
2.1
0
0
0
17.02
P.a.
5.3
0
0
0
0
0
0.88
Rata-rata
16.73 16.67
8.38
16.76 16.74 16.67
Keterangan: B.g. = Blattella germanica; P.a. = Periplaneta americana
Hasil penelitian menunjukkan lipas pada area pool bus 1, yaitu
B. germanica, dan P. americana, sebagai jenis lipas yang mendominasi. Titik
pengamatan lipas di kursi diketahui tidak ditemukan adanya B. germanica, seperti
halnya pada lantai, celah, rak, jendela, dan hanya ditemukan terdapat pada WC
(100%). P. americana ditemukan tersebar pada tiap titik pengamatan di dalam
bus, dan lantai memiliki nilai sebaran lipas tertinggi (37%) dibandingkan titik
pengamatan lainnya. Area pool bus ini memiliki rata-rata umur bus yaitu 6 tahun
(5 tahun/umur ideal bagi operasional bus). Hal ini bahwa operasional bus dengan
kondisi umur bus tersebut memiliki risiko beberapa bagian dari elemen bus
12
terdapat mengalami penuaan/rusak, sehingga memungkinkan terjadinya infestasi
lipas di dalam bus.
Area pool bus 2 ditemukan sebaran infestasi B. germanica tertinggi
ditemukan pada celah (35.3%), P. americana pada lantai (35.1%), dan kondisi bus
pada area pool bus ini diketahui dengan rata-rata umur bus yaitu 7 tahun. Sebaran
infestasi kedua jenis lipas hampir dijumpai pada semua titik pengamatan, kecuali
pada WC. Tingginya dominasi sebaran B. germanica pada area pool bus 2
diketahui juga dipengaruhi oleh kondisi umur bus. Lipas ini mampu hidup pada
kondisi lingkungan yang kotor dan pada sumber-sumber makanan/sampah di
dalam bus sehingga mampu menempati celah bersembunyi dan berkembangbiak.
Sebaran infestasi lipas di area pool bus 3 hanya terdapat satu jenis lipas
yang mendominasi yaitu B. germanica, tanpa ditemukan P. americana.
B. germanica ditemukan tersebar pada semua titik pengamatan lipas, dan secara
umum sebaran infestasi tertinggi dijumpai pada lantai (30%). Kondisi rata-rata
umur bus pada area pool bus ini yaitu 4 tahun, tetapi dijumpai sebaran lipas cukup
tinggi di dalam bus. Hal ini selain disebabkan oleh kondisi faktor lingkungan area
pool bus, juga dapat disebabkan oleh faktor penumpang bus. Sisa-sisa
sampah/makanan di dalam bus dapat mempengaruhi lipas banyak dijumpai, selain
ikut terbawa oleh barang bawaan para penumpang.
Area pool bus 4 menunjukkan P. americana adalah lipas yang dominan
ditemukan hampir pada semua titik pengamatan lipas. Sebaran lipas di dalam bus
pada area pool ini dijumpai B. germanica pada kursi dan celah dengan nilai
sebaran lipas tertinggi (50%), sedangkan P. americana yaitu pada celah (49%).
Kondisi bus kedua area pool bus ini diketahui memiliki rata-rata umur bus di
bawah/sama dengan 5 tahun, masing-masing adalah 4 tahun dan 5 tahun. Faktor
lain yang mempengaruhi kejadian infestasi lipas di dalam bus diketahui dapat pula
disebabkan oleh kondisi lingkungan area pool bus, bahwa lingkungan area parkir
bus yang buruk akan sanitasi dan kebersihan memungkinkan adanya gangguan
infestasi lipas.
P. americana ditemukan dominan dan tersebar hampir di semua titik
pengamatan lipas pada area pool bus 5. Sebaran infestasi B. germanica tertinggi
yaitu pada kursi (58%), dan P. americana pada lantai (48%). Kondisi area pool
bus ini sama dengan area pool bus sebelumnya, area pool bus 1 dan area pool bus
2, yaitu memiliki rata-rata umur bus di atas 5 tahun (7 tahun). Kejadian infestasi
lipas di dalam bus disebabkan oleh penuaan fisik bus, dan akibatnya lipas dapat
menempati beberapa elemen bus yang tua/rusak untuk tinggal dan
berkembangbiak. Hal lain dapat pula disebabkan karena area pool bus ini
berdekatan langsung dengan area permukiman warga.
B. germanica pada area pool bus 6 diketahui merupakan jenis lipas dengan
jumlah yang dominan dibandingkan P. americana, dan ditemukan hampir semua
titik pengamatan di dalam bus. Sebaran infestasi B. germanica tertinggi terdapat
pada lantai (34.4%), dan celah (33.3%) untuk P. americana. Hubungan kondisi
bus area pool bus ini dengan infestasi lipas bahwa rata-rata umur bus diketahui
yaitu 4.5 tahun (di bawah 5 tahun). Selain itu infestasi lipas di dalam bus sangat
dipengaruhi oleh kondisi faktor lingkungan. Area pool bus ini dengan jumlah
infestasi lipas tertinggi dari semua area pool bus lainnya, diketahui memiliki area
parkir bus yang buruk terhadap kegiatan sanitasi dan kebersihan.
13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sebaran infestasi lipas
di dalam bus pada setiap area pool bus didominasi oleh B. germanica. Celah
(48.68%) dengan nilai persentase tertinggi dari setiap area pool bus dan terendah
pada rak (12.60%). Hadi (2006) menerangkan tingginya jumlah lipas di celah
dikarenakan sifat alamiah lipas, thigmotactic, yaitu beristirahat di dalam celahcelah dinding/retakan dalam waktu lama (tiga per empat hari), dalam bentuk
kelompok secara bersama-sama untuk dapat berlindung dengan baik.
Derajat infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
disajikan pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa area pool bus 6
secara umum memiliki derajat infestasi lipas tertinggi dari area pool bus lainnya
dengan total 673 individu, dan terendah 39 individu pada area pool bus 1.
B. germanica (664 individu) merupakan lipas yang dominan ditemukan pada area
pool bus 6, dan P. americana (152 individu) mendominasi area pool bus 5 dari
keseluruhan area pool bus. Derajat infestasi lipas di dalam bus rata-rata dijumpai
hampir pada semua titik pengamatan. Lipas yang tidak ditemukan yaitu hanya
pada area pool bus 3, dan merupakan P. americana.
Tabel 3 Derajat infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
Jenis
Titik pengamatan
Area
lipas
Kursi
Lantai
Celah
Rak
Jendela
WC
Pool 1 B.g. Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Ringan
P.a. Ringan
Tinggi
Tinggi
Ringan
Ringan
Ringan
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Pool 2 B.g.
Sedang
Negatif
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
Sangat
P.a.
Tinggi
Tinggi
Sedang
Ringan
Negatif
tinggi
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Pool 3 B.g.
Sedang
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
P.a. Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Pool 4 B.g. Ringan Negatif Ringan Negatif Negatif Negatif
P.a. Ringan Sedang
Tinggi
Ringan
Ringan
Negatif
Sangat
Pool 5 B.g.
Sedang Sedang
Ringan
Sedang Negatif
tinggi
Sangat
Sangat
P.a.
Tinggi
Ringan
Tinggi
Negatif
tinggi
tinggi
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Pool 6 B.g.
Negatif
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
P.a. Ringan Ringan Ringan
Ringan
Ringan
Negatif
Keterangan: B.g. = Blattella germanica; P.a. = Periplaneta americana
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infestasi Lipas di Dalam Bus
Faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas pada penelitian diperoleh
melalui kuisioner. Faktor yang mempengaruhi infestasi lipas diukur didasarkan
atas jumlah jawaban responden, dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”.
Responden dengan jawaban “Ya” diketahui lebih banyak daripada jawaban
“Tidak” terhadap unsur-unsur variabel biosekuriti personal, biosekuriti
tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan (Tabel 4). Hasil uji korelasi
14
Spearman menunjukkan bahwa hubungan infestasi lipas dengan variabel
biosekuriti personal, biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan di
enam area pool bus yaitu dengan hasil bervariasi (Lampiran 4).
Tabel 4 Distribusi frekuensi total unsur-unsur variabel biosekuriti personal,
biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan
Area pool 1
(N = 6)
Ya
Tidak
95
5
Biosekuriti
tempat/
peralatan
(%)
98
2
Area pool 2
(N = 6)
Ya
Tidak
90
10
92
8
92
8
312
Area pool 3
(N = 8)
Ya
Tidak
91
9
94
6
90
10
338
Area pool 4
(N = 7)
Ya
Tidak
91
9
94
6
99
1
41
Area pool 5
(N = 9)
Ya
Tidak
71
29
82
18
90
10
223
Area pool 6
(N = 10)
Ya
Tidak
94
6
93
7
88
12
673
Jawaban responden
Biosekuriti
personal
(%)
Biosekuriti
lingkungan
(%)
Jumlah
infestasi
lipas
93
7
39
Hubungan Infestasi Lipas dengan Biosekuriti Personal
Area pool bus 1 merupakan area pool bus dalam penyelenggaraan
biosekuriti personal akan sanitasi dan kebersihan bus para petugas kebersihan
tanpa menggunakan seragam khusus, kaos tangan/masker, alas kaki (sepatu
khusus), makan/merokok, dan tidak dipengaruhi rasa kantuk. Demikian halnya
area pool bus 1, pada area pool bus 2 diketahui sama di dalam penyelenggaraan
biosekuriti personal. Area pool bus 3 penyelenggaraan biosekuriti personal yaitu
dengan menggunakan seragam khusus, tidak menggunakan kaos tangan/masker,
memakai alas kaki (sepatu khusus), tidak makan/merokok dan tidak dipengaruhi
rasa kantuk. Area pool bus 4 pun diketahui sama dengan area pool bus 1 dan area
pool bus 2 dalam penyelenggaraan biosekuriti personal, sedangkan area pool bus
5 dan area pool bus 6 pada dasarnya juga sama dengan area pool bus sebelumnya,
hanya di dalam kegiatan sanitasi dan kebersihan bus dijumpai para petugas
kebersihan bertugas sambil merokok.
Infestasi lipas area pool bus 5 (223 individu) terhadap unsur variabel
biosekuriti personal, diketahui memiliki persentase responden menjawab “Tidak”
lebih besar daripada persentase responden menjawab “Tidak” lainnya pada setiap
15
area pool bus. Area pool bus 5 yaitu responden menjawab “Tidak” sebesar 29%,
dan responden menjawab “Ya” sebesar 71% (Lampiran 1). Indikator unsur
variabel biosekuriti personal yaitu mencuci tangan dan ganti seragam setelah
pencucian bus, menggunakan alas kaki saat pencucian bus, memakai seragam
khusus saat pencucian bus, dan mendapat pengarahan petugas kebersihan pool
bus, merupakan indikator-indikator terhadap jawaban “Tidak” responden dan
dapat menjadi salah satu penyebab kejadian infestasi lipas di bus, sehingga
mempengaruhi program biosekuriti personal area pool bus terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja bagi personal pekerja. Jumlah lipas terbanyak ditemukan adalah
P. americana (152 individu), daripada B. germanica (71 individu). Tingginya
jumlah P. americana pada area pool bus 5 dikarenakan lingkungan sekitar area
pool bus berdekatan langsung dengan permukiman warga. Kassiri dan Kazemi
(2012) menjelaskan P. americana ditemukan berkaitan dengan permukiman
tempat tinggal manusia dan memiliki penyebaran di seluruh dunia. Lebih lanjut
Klass (2009) P. americana bersembunyi pada waktu siang hari di tempat yang
terlindung. Keluar dalam bangunan untuk mencari makanan di malam hari, dan
jika terganggu, berlari cepat untuk bersembunyi.
Taraf signifikan hasil uji korelasi Spearman yang menjelaskan hubungan
korelasi infestasi lipas dengan biosekuriti personal (P = 0.827) lebih besar dari
angka kepercayaan (α = 0.05), menunjukkan bahwa hubungan korelasi tidak
signifikan. Walaupun demikian, indikator-indikator unsur variabel biosekuriti
personal dapat berpengaruh terhadap infestasi lipas di area pool bus. Angka
koefisien korelasi (R = -0.116) termasuk dalam kategori lemah. Tanda negatif (-)
pada koefisien korelasi menunjukkan arah korelasi yang berlawanan.
Faktor biosekuriti personal tidak mempengaruhi infestasi lipas di dalam
bus pada setiap area pool bus, tetapi indikator yang menjadi bagian dari
biosekuriti personal dapat mempengaruhi infestasi lipas di area pool bus. Hal ini
menjelaskan bahwa rendahnya tingkat biosekuriti personal maka memungkinkan
infestasi lipas semakin tinggi di area pool bus, dan demikian se
PADA BUS DAN KAITANNYA DENGAN
PENGELOLAAN MODA TRANSPORTASI
ARI TJAHYADI RAFIUDDIN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Telaah Infestasi Lipas
(Insecta: Dictyoptera) pada Bus dan Kaitannya dengan Pengelolaan Moda
Transportasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Ari Tjahyadi Rafiuddin
NIM B252120021
RINGKASAN
ARI TJAHYADI RAFIUDDIN. Telaah Infestasi Lipas (Insecta: Dictyoptera)
pada Bus dan Kaitannya dengan Pengelolaan Moda Transportasi. Dibimbing oleh
UPIK KESUMAWATI HADI dan SUSI SOVIANA.
Lipas adalah makhluk hidup yang tergolong serangga primitif yang hidup
sejak 200-300 juta tahun lalu pada Zaman Kaboniferus, bahkan sebelum Zaman
Dinosaurus. Periode geologik ini kadang-kadang disebut Zaman Lipas
(Age of Cockroaches) karena lipas yang sangat melimpah. Lipas mengalami
metamorfosis sederhana, kehidupan berawal dari telur, nimfa dan dewasa. Lipas
aktif di malam hari, mengkontaminasi makanan, dan menginfestasi permukiman
juga berbagai moda transportasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis lipas, menentukan
sebaran dan derajat infestasi lipas, dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi infestasi lipas pada moda transportasi bus.
Penelitian dilaksanakan sejak Juli hingga September 2014, pada enam area
pemberhentian akhir bus di Bogor.
Pengamatan lipas dilakukan pada 30% sampel bus yang ada pada setiap
pool bus. Deteksi keberadaan lipas dilakukan pada lima spot di dalam bus yaitu
pada kursi, lantai, celah, rak, jendela dan WC. Lipas dikoleksi secara manual,
yaitu menyemprotkan aerosol secara langsung pada ke lima spot pengamatan.
Lipas yang tertangkap baik dalam keadaan hidup maupun mati dimasukkan ke
dalam kantung-kantung plastik dan diberi tanda. Pengamatan dilakukan selama
30 menit per bus pada malam hari sejak pukul 22.00 WIB. Selanjutnya lipas
diidentifikasi dengan kunci identifikasi lipas. Derajat infestasi lipas diukur
berdasarkan kategori negatif sampai dengan infestasi sangat tinggi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi infestasi lipas diukur menggunakan kuisioner tertutup yang
meliputi biosekuriti personal, biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti
lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua jenis lipas yang ditemukan di
setiap area pool bus yaitu Blattella germanica (1353 lipas) dan
Periplaneta americana (273 lipas). Sebaran infestasi lipas tertinggi di dalam bus,
terdapat pada celah (48.68%) dan terendah pada rak (12.60%). Derajat infestasi
lipas sangat tinggi ditemukan pada area pool bus 6 dengan infestasi 673 lipas.
Terdapat hubungan yang lemah (-0.116) antara infestasi lipas dengan biosekuriti
personal, korelasi sedang (-0.406) antara infestasi lipas dengan biosekuriti
tempat/peralatan, dan sangat kuat (-0.841) dengan biosekuriti lingkungan.
Kata kunci: insecta, infestasi lipas, bus, pool bus, pengelolaan transportasi
SUMMARY
ARI TJAHYADI RAFIUDDIN. Review Cockroach Infestations (Insecta:
Dictyoptera) on the Buses and the Relation to the Management of Transportation
Mode. Supervised by UPIK KESUMAWATI HADI and SUSI SOVIANA.
Cockroaches were classified as a primitive insects who live since 200-300
million years ago during the Age of Kaboniferus, even before the Age of
Dinosaurs. This geological period was sometimes called the Age of Cockroaches
because cockroaches were very abundant. Metamorphosed of cockroach was
simple, life begin from the egg, nymph and adult. The cockroaches was nocturnal,
food contaminating, and infested the settlement and various modes of
transportation.
The purpose of this study was to identify of cockroaches, determine the
distribution and the infestation degree of cockroaches, and analyze the factors that
influence the infestation of cockroaches on bus transportation modes.
The study was conducted from July to September 2014, at six bus pool
area in Bogor.
Observations of cockroaches was carried out on 30% of the bus samples
that existing at any bus pool. The detection of cockroaches presence was carried
out at five spots in the bus were on the seats, floor, gaps, shelves, windows and
WC. Cockroach was collected manually, that sprayed an aerosol directly to fivespot of observations. Cockroach caught either alive or dead put in the plastic bags
and labeled. Observations was carried out for 30 minutes per bus at night from
22:00 pm. Further cockroaches was identified using the identification keys. The
degree of cockroach infestation was measured by the negative category up to very
high infestations category. Factors affecting the cockroach infestation was
measured using a closed questionnaire that includes personal biosecurity,
place/equipment biosecurity and environment biosecurity.
The results of study showed that two species of cockroaches were found in
every area of buses pools i.e. Blattella germanica (1353 cockroaches) and
Periplaneta americana (273 cockroaches). The highest distribution of
cockroaches infestations in the buses, were on the gap (48.68%) and the lowest on
the shelf (12.60%). The highest degree of cockroaches infestations were found in
the pool bus 6 area with 673 cockroaches. There was a weak correlation (-0116)
between the infestation of cockroaches with personal biosecurity, moderate
correlation (-0406) between the infestation of cockroaches with place/equipment
biosecurity, and very strong (-0841) with environment biosecurity.
Keywords: insecta, cockroach infestations, bus, pool of bus, the management of
the transportation
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i
TELAAH INFESTASI LIPAS (INSECTA: DICTYOPTERA)
PADA BUS DAN KAITANNYA DENGAN
PENGELOLAAN MODA TRANSPORTASI
ARI TJAHYADI RAFIUDDIN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
drh Risa Tiuria, MS, PhD
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhannahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini yaitu Telaah Infestasi Lipas (Insecta: Dictyoptera)
pada Bus dan Kaitannya dengan Pengelolaan Moda Transportasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr drh Upik Kesumawati
Hadi, MS dan Ibu Dr drh Susi Soviana, MSi selaku pembimbing. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, saudara serta seluruh keluarga,
atas segala do’a dan dukungannya. Selain itu ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof Dr drh Singgih Harsojo Sigit, MSc, Bapak
Dr drh FX. Koesharto, MSc, Ibu Dr drh Dwi Jayanti Gunandini, MSi, Bapak
Dr drh Ahmad Arif Amin, MSc, yang selama ini telah memberikan ilmunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para staf di Bagian Parasitologi
dan Entomologi Kesehatan (PEK) Bapak Heri, Bapak Supriyono, Ibu Juju,
Ibu Een dan teman-teman mahasiswa PEK yang telah memberi bantuan saran dan
pemikiran. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Kristina Ivana
Nainggolan, teman-teman yang telah banyak membantu selama penelitian, dan
pihak pengelola area pool bus di Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016
Ari Tjahyadi Rafiuddin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
2
2
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis Lipas di Permukiman
Gangguan Akibat Infestasi Lipas
Upaya Pengendalian Lipas
2
2
3
4
3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Metode
Analisis Data
6
6
6
6
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Area Pool Bus
Ragam Jenis Lipas yang Ditemukan
Rataan Jumlah Jenis Lipas di Setiap Bus
Sebaran dan Derajat Infestasi Lipas di Dalam Bus
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infestasi Lipas di Dalam Bus
7
7
8
9
11
13
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
19
19
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
29
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata infestasi jenis lipas di setiap bus pada enam pool bus di
Bogor, September 2014
2 Sebaran infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
3 Derajat infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
4 Distribusi frekuensi total unsur-unsur variabel biosekuriti personal,
biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan
9
11
13
14
DAFTAR GAMBAR
1 Area pool bus; A: pool 1; B: pool 2; C: pool 3; D: pool 4; E: pool 5;
F: pool 6
2 Jenis lipas; A: Blattella germanica; B: Periplaneta americana
7
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Distribusi frekuensi unsur variabel biosekuriti personal dengan faktorfaktor yang mempengaruhi infestasi lipas
2 Distribusi frekuensi unsur variabel biosekuriti tempat/peralatan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas
3 Distribusi frekuensi unsur variabel biosekuriti lingkungan dengan
faktor-faktor penyebab infestasi lipas
4 Hasil Uji Korelasi Spearman hubungan infestasi lipas dengan
biosekuriti personal, tempat/peralatan dan lingkungan di enam area pool
bus di Bogor
5 Data umur bus yang positif terinfeksi lipas pada setiap area pool bus
di Bogor
24
25
26
27
28
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lipas adalah makhluk hidup yang tergolong cukup tua di muka bumi, dan
sedikit sekali mengalami perubahan bentuk dalam evolusinya. Lipas tergolong
serangga primitif yang hidup sejak 200-300 juta tahun lalu pada Zaman
Kaboniferus, bahkan sebelum Zaman Dinosaurus. Periode geologik ini kadangkadang disebut Zaman Lipas (Age of Cockroaches) karena populasi lipas sangat
melimpah. Saat itu iklim di bumi hangat dan lembab, kondisi ideal bagi kehidupan
lipas meski sekarang kondisi iklim lebih dingin dan kurang lembab. Jenis-jenis
lipas zaman sekarang sama sekali mirip dengan fosil yang ditemukan pada masa
lalu (Hadi 2006).
Lipas tumbuh dan berkembang secara metamorfosis sederhana, kehidupan
berawal dari telur, nimfa dan dewasa. Generasinya tumpang tindih, sehingga
semua stadium dapat ditemukan pada setiap saat dalam satu tahun. Sifatnya yang
lincah, selalu berkeliaran mencari makan kesana kemari pada malam hari
(nokturnal) baik di rumah maupun di tempat-tempat kotor di luar rumah (Hadi
2012). Lipas berpotensi membahayakan kesehatan manusia karena bergerak bebas
dari bangunan ke bangunan atau dari saluran pembuangan ke tempat tinggal
manusia. Bahaya yang ditimbulkan termasuk kontaminasi makanan, reaksi
dermatologis, reaksi asma, dan merupakan sumber penting alergen (Cochran
1999; Baumholtz et al. 1997; Lopata et al. 2005).
Lipas juga penting sebagai vektor mekanik berbagai jenis parasit, bakteri
dan patogen lainnya (Lee et al. 2003; Etim et al. 2013). Bala dan Sule (2012)
melaporkan di Sokota, Nigeria, dalam tubuh lipas ditemukan enam jenis parasit
penting yaitu Entamoeba histolytica, Ascaris lumbricoides, Enterobius
vermicularis, Schistosoma mansoni, Schistosoma haematobium dan Trichuris
trichura.
Shahraki (2013) menyatakan lipas merupakan hama yang paling penting
dalam masyarakat perkotaan. Di lokasi perumahan, apartemen dan asrama di Iran,
Blattella germanica merupakan jenis yang paling banyak ditemukan (99.2%).
Menasria et al. (2014) melaporkan di dalam dan di luar tubuh B. germanica
ditemukan bakteri yang paling banyak yaitu Pseudomonas (23.5%) dan Serratia
(13.2%). Patogen lainnya yang ditemukan adalah Staphylococcus aureus, serta
patogen oportunistik seperti Klebsiella dan bakteri pembusuk makanan seperti
jenis Enterobacter dan Citrobacter di lingkungan rumah sakit di Aljazair.
Carrasco et al. (2014) melaporkan di dalam usus belakang B. germanica
ditemukan beberapa jenis mikroorganisme seperti Anaerofustis, Cetobacterium,
Enterobacter, dan Hydrogenoanaerobacterium. Kassiri dan Kazemi (2012) di
Khorramshahr, Iran, melaporkan Periplaneta americana mengandung
mikroorganisme medis penting yang diisolasi dari permukaan tubuhnya, yaitu
bakteri patogen Klebsiella, Pseudomonas, Escherichia coli, Staphylococcus,
Enterobacter, Streptococcus, Serratia, Bacillus, dan Proteus.
Song et al. (2003) bahwa pada tahun 1993 telah dilakukan pemeriksaan
957 kapal yang berlabuh di pelabuhan Dalian, China. Sebanyak 511 kapal
(53.4%) terinfestasi lipas. Kapal yang terinfestasi lipas diduga datang dari negara
2
Asia lainnya dan negara di kawasan pasifik. Mouchtouri et al. (2008) melaporkan
B. germanica pada 11 kapal ferry telah tersebar pada ruang utama kapal yang
datang di Yunani, di ruang dapur dan lainnya tersebar di dalam bar, ruang makan,
dan gudang makanan. Mandagie (2011) menemukan lipas dan vektor lainnya pada
ruang gudang makanan, dapur, tempat penyajian makanan, tempat sampah pada
kapal motor Ratu Maria di Manado-Talaud.
Moda transportasi udara juga dapat terjadi infestasi lipas. Song et al.
(2003) mengemukakan bahwa pada tanggal 18 Juli 1989, 17 pesawat yang tiba di
Bandara Guangzhou Baiyun, China, dilakukan disinseksi dengan insektisida
residual spray karena telah terinfestasi oleh lipas sebanyak 13.262 B. germanica
yang ditemukan dalam pesawat tersebut. Pada tanggal 24 Oktober 1987
ditemukan B. germanica sebanyak 43, dan tanggal 28 Oktober 1987 ditemukan
B. germanica sebanyak 32 pada pesawat yang tiba di Bandara Beijing, China.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beragam moda transportasi.
Transportasi darat yang terdiri atas bus, angkutan kota, kereta api. Transportasi
laut yang terdiri atas kapal ferry, kapal barang. Transportasi udara yang terdiri
atas pesawat terbang. Moda transportasi tersebut menjadi kebutuhan sehari-hari
penduduk untuk berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Berbagai
masalah pada moda transportasi tidak bisa dihindarkan, salah satunya adalah
infestasi lipas.
Banyaknya alat transportasi bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang
diketahui memiliki tempat pemberhentian akhir di Bogor, memungkinkan lipas
terdapat pada salah satu alat transportasi darat ini. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian mengenai lipas, selain karena laporan kajian mengenai
infestasi lipas pada alat transportasi bus sampai saat ini belum ada di Indonesia.
Tujuan Penelitian
1 Mengidentifikasi jenis lipas pada moda transportasi bus.
2 Menentukan sebaran dan derajat infestasi lipas pada moda transportasi bus.
3 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas pada moda
transportasi bus.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai lipas
pada moda transportasi bus dan kaitannya dengan pengelolaan bus, serta menjadi
bahan pertimbangan untuk menyusun strategi pengendalian.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis Lipas di Permukiman
Fosil lipas tertua yang diketahui adalah Paleoblatta douvillei, ditemukan
dalam lapisan Carboniferous dari periode Devonian. Habitat yang disukai di
3
antara tumbuhan pakis rendah, daerah lembab sepanjang tepi sungai dan rawarawa (Garfield 1990). Klass (2009) melaporkan lipas merupakan salah satu
serangga tertua – terdapat sisa-sisa fosil lipas berasal dari 200 juta tahun. Lipas
bertahan begitu lama karena telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk
beradaptasi dengan berbagai habitat. Lebih lanjut Moore (2008) menjelaskan lipas
awalnya berukuran lebih besar dari yang ada saat ini, tetapi secara morfologis
sedikit berubah sekitar 300 juta tahun. Tiga jenis lipas utama, P. americana,
Blatta orientalis dan B. germanica, semua berasal dari Afrika Utara dan Afrika
Barat. Tersebar di seluruh dunia dengan awalnya terbawa pada kapal
perdagangan. B. germanica dan B. orientalis ditemukan dalam perjalanan dari
Afrika ke Eropa di Abad Pertengahan, lalu P. americana beberapa abad kemudian
awalnya melalui kapal dari Eropa.
Di Valencia, Spanyol Timur, P. americana adalah jenis lipas yang banyak
ditemukan pada saluran pembuangan di daerah pemukiman (Mari et al. 2013). Di
Ekuador, total terdapat 114 jenis, 6 famili dan 44 genus, dan laporan penelitian di
Brasil, terdapat 3 jenis lipas yang umum dijumpaikan pada daerah permukiman,
yaitu P. americana, B. germanica dan B. orientalis (Vidlicka 2013; Sarinho et al.
2004). Menurut Vargo et al. (2014) penyebaran B. germanica sering terjadi di
kota-kota di Amerika Serikat dan Eurasia. Lopata et al. (2005) melaporkan lipas
merupakan sumber alergen utama di berbagai negara, terutama daerah tropis.
Prevalensi sensitivitas terhadap lipas bervariasi antara 30% dan 70%, dengan
penyebaran alergen terhadap P. americana dan B. orientalis berada di daerah
beriklim sedang dan pesisir Afrika Selatan, sedangkan sensitivitas untuk
B. germanica berada di daerah dataran tinggi seperti Pretoria dan Harare.
Jenis-jenis lipas yang paling banyak terdapat di lingkungan permukiman di
Indonesia adalah B. germanica dan P. americana. Di samping itu terdapat juga
jenis-jenis lain tetapi jarang, seperti Periplaneta australasiae, Periplaneta
brunnea, Neostylopyga rhombifolia, Nauphoeta cinerea, Symploce Sp. dan
B. orientalis (Hadi 2006). Di Malaysia, B. germanica merupakan hama yang
paling penting di industri persiapan makanan. Di kota Busan dan Seoul, Republik
Korea, B. germanica, P. americana dan Periplaneta fuliginosa ditemukan di
apartemen, rumah hunian, villa. B. germanica adalah yang dominan dari semua
tempat tinggal (Lee 1998; Lee et al. 2003).
Gangguan Akibat Infestasi Lipas
Lipas dianggap sebagai pengganggu kesehatan karena kedekatannya
dengan hewan, manusia dan umumnya berkembang biak dan mencari makan di
daerah yang kotor, seperti tempat sampah, saluran pembuangan, dan septik teng.
Makanan serangga ini dari makanan yang masih dimakan manusia sampai dengan
kotoran manusia. Di samping itu, lipas mempunyai perilaku mengeluarkan
makanan yang baru dikunyah atau memuntahkan makanan dari lambungnya.
Karena sifat inilah, mereka mudah menularkan penyakit pada manusia (Hadi
2012). Cochran (1999) melaporkan meskipun banyak protozoa non-patogen telah
dikaitkan dengan lipas, hanya empat jenis dianggap patogen untuk vertebrata.
Jenis patogen adalah Balantidium coli, Entamoeba histolytica, Giardia intestinalis
dan Toxoplasma gondi.
4
Penelitian di Afrika Selatan, melaporkan lipas penyebab alergi terdeteksi
tidak hanya di rumah, tetapi juga di sekolah dan di tempat kerja (Lopata et al.
2005). Di Kota Sanandaj, Iran, menunjukkan bahwa dua jenis lipas utama
B. germanica dan P. americana adalah jenis yang paling umum di rumah-rumah.
Karena sebagian besar lipas terinfeksi bakteri, disimpulkan bahwa lipas memiliki
peran penting dalam penularan agen patogen seperti bakteri. Di Addis Ababa,
Ethiopia, peran lipas dinilai sebagai potensi vektor bakteri patogen terhadap
makanan. Total 1600 lipas dewasa, dikoleksi dari empat rumah sakit dan empat
restoran, diidentifikasi sebagai B. germanica. Pengkulturan bilasan/cucian
permukaan luar usus dihomogenkan dengan menggabungkan sepuluh dari
kumpulan lipas dihasilkan 12 isolat Salmonella spp., 2 Shigella flexneri, 2
Escherichia coli O157, 17 Staphylococcus aureus, dan 25 Bacillus cereus (Vahabi
et al. 2011; Tachbele et al. 2006).
Garfield (1990) menyampaikan gejala yang paling umum dari alergi lipas
adalah bersin, asma, dan radang kulit. Penelitian di Thailand, Tungtrongchitr et al.
(2004) melaporkan P. americana adalah lipas yang paling umum dan
menyebabkan penyakit alergi, terutama asma. Lopata et al. (2005) laporan di
Afrika bagian selatan, B. germanica, P. americana dan B. orientalis, merupakan
faktor risiko utama rhinitis dan asma. Di Afrika, prevalensi sensitivitas terhadap
lipas bervariasi antara 30% dan 70%. Shahraki et al. (2010) menjelaskan infestasi
lipas berhubungan dengan sanitasi yang buruk. Program pendidikan yang
komprehensif terhadap faktor-faktor tidak sehat seperti keadaan kotor dan
berantakan, dan sisa makanan di tempat-tempat terbuka, menjadi penting karena
mampu mengurangi infestasi lipas.
Upaya Pengendalian Lipas
Penguasaan pengetahuan akan bioekologi dan perilaku lipas merupakan
hal utama dalam upaya pengendalian lipas. Pengendalian lipas yang efektif di
dalam maupun di luar gedung atau bangunan biasanya bergantung kepada; upaya
sanitasi dan higien yang dapat mengurangi makanan dan tempat-tempat
berlindungnya lipas, dan aplikasi insektisida dengan cara yang dapat
memungkinkan kontak dengan serangga sasaran (Hadi 2006). Oleh karena itu
pengendalian dan manajemen infestasi lipas dilakukan untuk mengurangi
penyebarannya, dengan pengosongan dan pembuangan sampah, penghilangan
habitat lipas.
Teknik pengendalian lipas secara mekanis sangat dianjurkan karena akibat
efek sampingnya tidak ada atau sangat kecil. Pengendalian lipas secara mekanik
antara lain dengan cara (1) Jar Trap yaitu perangkap terdiri 0.45 liter umpan gelas
jar dengan seperempat bagian roti direndam. Campuran lapisan petroleum
jeli/minyak (3:1) dioleskan 3 cm pada bagian atas dari gelas jar untuk mencegah
keluarnya lipas yang terperangkap. Plester penutup digunakan untuk menutupi
lapisan luar kaca jar untuk meningkatkan efikasi perangkap karena nimfa (instar
pertama-kelima) tidak mampu memanjat permukaan kaca vertikal (Tee et al.
2011). (2) Perangkap lem, efektif digunakan sebagai alat untuk memantau dan
mengendalikan populasi lipas, ditempatkan pada arah pergerakannya. Jika
sejumlah besar perangkap yang digunakan dan sering diganti, juga dapat
5
mengurangi jumlah lipas (Shahraki 2013; Kaakeh dan Bennett 1997; Cochran
1999). (3) Vacuum Cleaner, penggunaannya efektif dalam upaya pengendalian
lipas, dengan melakukan penyedotan pada tempat yang teridentifikasi lipas
sehingga dapat mengubah distribusi dan pola gerakan lipas. Sangat penting
terutama bagi pengendalian lipas di pabrik makanan, restoran, farmasi dan rumah
sakit serta fasilitas yang sensitif terhadap penggunaan pestisida. Di samping
efisien dan aman, penggunaan alat ini juga membantu dalam menjaga kebersihan,
serta dapat mengurangi 50% atau lebih populasi dalam satu aktifitas (Kaakeh dan
Bennett 1997; Hadi 2006).
Teknik pengendalian lipas secara kimia dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia (insektisida) residual dan nonresidual. Insektisida residual
(Bendiocarb 50% WP, Chlorpyrifos 30% EC, Deltamethrin 1% SC, Permethrin
25% WP, Propoxur 20% EC, Propoxur 80% WP) dengan cara meninggalkan
bahan residu pada permukaan yang disemprot sehingga membunuh lipas pada
periode yang berbeda-beda. Insektisida nonresidual (Dichlorvos dengan formulasi
aerosol/fogging tekanan tinggi, Pyrethrins dan Piperonyl Butoxide dengan
formulasi aerosol/fogging tekanan tinggi, Hydroprene dengan formulasi sekali
semprotan aerosol) membunuh lipas dengan cara kontak langsung dengan
insektisida saat aplikasi (Hadi 2006).
Pengendalian lipas dapat dilakukan dengan menggunakan bahan dust
(insektisida bubuk) dengan bubuk asam borat 1% yang merupakan racun kontak,
bermanfaat ditabur pada tempat-tempat yang sangat dalam di celah-celah, retakan
dan lubang-lubang dinding. Tubuh lipas akan tertempel bubuk pada saat melintas
daerah perlakuan dan juga akan tertelan ketika lipas melakukan proses grooming
(Hadi 2006).
Penyemprotan bahan aerosol (insektisida semprotan) efektif bila
digunakan melawan lipas yang bersembunyi di celah dan retakan. Keuntungan
utamanya adalah mudah digunakan dan tersedia dengan mudah (Ogg et al. 2006;
Cochran 1999). Penyemprotan aerosol ke daerah yang lebih rentan dari tubuh
lipas, mesotoraks, efektif dalam melumpuhkan lipas. Di India, di perumahan
daerah perkotaan, pengendalian infestasi B. germanica yaitu dengan
menggunakan insektisida semprotan; propoxur (2%) dan piretroid sintetis (0.02%
deltametrin dan 0.13% aletrin) (Sugiura et al. 2011; Agrawal et al. 2005).
Pengendalian lipas dengan metoda pengumpanan juga dapat dilakukan.
Kebanyakan bahan bait (umpan) adalah zat yang dapat dimakan atau menarik,
dicampur dengan bahan aktif terbaik, bertindak lambat yang memastikan umpan
cukup untuk dimakan oleh lipas untuk membunuhnya. Bahan umpan mudah
diterapkan dan dapat dihapus ketika pengendalian selesai (Cochran 1999; Nasirian
2007).
Informasi dasar dan langkah-langkah pencegahan memainkan peran
penting dalam pengelolaan hama serangga. Upaya sanitasi dalam program
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada infestasi lipas, dilakukan dengan
mensurvei pada faktor-faktor tidak sehat terkait dengan makanan, air dan tempat
bersembunyinya lipas. Selanjutnya kemajuan program PHT dapat dilakukan
dengan meningkatkan pendidikan kepada masyarakat dan pelatihan teknisi PHT,
dan tingkat inspeksi pencegahan hama dan pemeliharaan, serta penghilangan
tindakan penggunaan bahan aktif insektisida (Naeem et al. 2014; Shahraki 2013;
Juneau et al. 2011).
6
3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan pada moda transportasi bus di enam area
pemberhentian akhir bus (pool bus) di Bogor, yaitu area pool bus 1, area pool bus
2, area pool bus 3, area pool bus 4, area pool bus 5 dan area pool bus 6. Penelitian
dilaksanakan sejak Juli hingga September 2014.
Metode
1. Pengamatan Jumlah Jenis Lipas, Sebaran dan Derajat Infestasi Lipas
Kegiatan pengamatan lipas dilakukan pada 30% sampel bus yang terdapat
di enam area pool bus di Bogor. Deteksi keberadaan lipas dewasa dan lipas
pradewasa dilakukan pada enam titik pengamatan lipas di dalam bus, yaitu
1) kursi, 2) lantai, 3) celah, 4) rak, 5) jendela, dan 6) WC.
Keberadaan lipas diamati dengan koleksi secara manual, yaitu dengan
menyemprotkan aerosol secara langsung pada enam titik pengamatan lipas di
dalam bus kemudian lipas dikumpulkan dengan bantuan senter. Lipas yang
tertangkap baik dalam keadaan hidup maupun mati dimasukkan ke dalam
kantung-kantung plastik yang telah disediakan dan diberi tanda per titik, per bus
dan per pool. Pengamatan dilakukan dalam waktu 30 menit per bus. Kegiatan ini
diamati pada malam hari pukul 22.00 WIB. Lipas yang terkoleksi dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan proses pinning, pelabelan dan identifikasi.
Identifikasi lipas dilakukan dengan menggunakan Kunci Identifikasi Pratt (1953).
2. Pengamatan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infestasi Lipas
Faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas di dalam bus diukur
dengan menggunakan kuisioner tertutup. Pertanyaan diajukan kepada pihak
pengelola pool bus hingga para penumpang secara langsung. Aspek yang diamati
meliputi identitas responden, pendidikan terakhir responden, serta hal-hal yang
terkait dengan biosekuriti personal, biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti
lingkungan dari pengelola pool bus.
Analisis Data
1. Rataan jumlah jenis lipas dalam bus dinyatakan dengan menghitung rata-rata
jumlah setiap jenis lipas yang tertangkap pada setiap bus.
2. Sebaran lipas di 6 titik pengamatan lipas dalam bus dianalisis dalam bentuk
persentase. Derajat infestasi lipas diukur berdasarkan kategori Hadi dan Rusli
(2006), yaitu kategori 0 (nol) atau tanpa lipas untuk infestasi negatif, 1-5 ekor
untuk infestasi ringan, 6-10 ekor untuk infestasi sedang, 11-20 ekor untuk
infestasi tinggi, dan kategori ˃ 20 ekor lipas untuk infestasi sangat tinggi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas di dalam bus dengan
mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan biosekuriti personal, biosekuriti
tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan area pool bus, selanjutnya data
yang diperoleh dari hasil wawancara responden diinput menggunakan SPSS
7
16. Statistik Nonparametrik (uji korelasi Spearman) untuk mengetahui
hubungan faktor risiko yang mempengaruhi infestasi lipas. Colton dalam Dini
et al. (2010) tentang tingkat hubungan kekuatan korelasi yaitu tidak ada
hubungan/lemah (r = 0.00-0.25), sedang (r = 0.26-0.50), kuat (r = 0.51-0.75)
dan sangat kuat/sempurna (r = 0.76-1.00).
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum Area Pool Bus
Gambar 1
A
B
C
D
E
F
Area pool bus; A: pool 1; B: pool 2; C: pool 3; D: pool 4;
E: pool 5; F: pool 6
8
Area pool bus 1 (Gambar 1 A) memiliki area pool bus yang sempit,
berpagar dengan 1 pintu, jarak/tata parkir bus rapat, kurangnya fasilitas listrik,
memiliki TPA (Tempat Pembuangan Air), lingkungan area bus dijumpai basah,
tidak memiliki SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) sehingga air kotor sisa
pencucian bus tampak tergenang di sekitar area bus, tersedia sumber air yang
cukup. Selain itu area pool bus ini juga dekat dengan area permukiman warga.
Kondisi area pool bus 2 (Gambar 1 B) memiliki halaman bus yang luas,
tersedianya tempat sampah dan sumber air bersih, jarak/tata parkir bus rapat dan
kurangnya fasilitas listrik. Area bus berpagar dengan 2 pintu, kantor/area bus
ditata pada lokasi yang sama, memiliki TPA, lingkungan area bus terlihat basah
dan memiliki SPAL sebagai tempat saluran air kotor sisa pencucian bus. Area
pool bus berdekatan dengan permukiman dan aktifitas warga sekitar dan dijumpai
keadaan yang kotor.
Lingkungan area bus yang luas salah satunya terdapat pada area pool bus
ini dan dekat dengan area permukiman warga. Kondisi kotor terlihat dengan
tampak sampah berserakan walau tersedianya tempat sampah. Area pool bus 3
(Gambar 1 C) memiliki sumber air bersih dalam kegiatan pencucian bus tetapi
tidak memiliki SPAL yang baik sehingga genangan air sisa pencucian bus terlihat
pada halaman parkir bus. Jarak dan tata parkir bus terlihat rapat dan kurangnya
fasilitas listrik. Hal ini mengakibatkan gangguan infestasi lipas dapat terjadi di
dalam bus.
Selanjutnya pada area pool bus 4 (Gambar 1 D) diketahui merupakan area
pool dengan halaman parkir bus yang sempit sehingga terlihat rapat jarak/tata
parkir antar bus. Area ini berhubungan langsung dengan area permukiman warga
dan dekat dengan pasar. Suasana kotor tampak terlihat dengan ditemukannya
sampah berserakan di sekitar halaman parkir bus. Hal lain bahwa pagar area pool
bus dengan 2 pintu masuk dan kurangnya fasilitas listrik, juga berpengaruh
terhadap kejadian infestasi lipas.
Umumnya infestasi lipas yang terjadi di area pool bus dipengaruhi oleh
keadaan yang kotor. Area pool bus 5 (Gambar 1 E) terlihat memiliki area yang
sempit dengan jarak/tata parkir antar bus tampak rapat dan kurangnya fasilitas
listrik. Sampah tampak berserakan dan air sisa pencucian bus dibiarkan tergenang
di halaman parkir bus sehingga mengindikasikan sanitasi yang buruk. Area pool
bus ini diketahui berdekatan area permukiman warga.
Area pool bus 6 (Gambar 1 F) memiliki area pool bus yang luas, jarak/tata
parkir bus rapat, kurangnya fasilitas listrik, dan lingkungan parkir bus terlihat
basah. Kegiatan sanitasi pada area pool bus ini dinilai cukup buruk dengan tampak
sampah yang berserakan. Area pool bus berpagar dengan 1 pintu, kantor/area bus
ditata pada lokasi yang sama, memiliki TPA, tidak memiliki SPAL yang baik dan
berdekatan dengan area permukiman warga.
2. Ragam Jenis Lipas yang Ditemukan
Ragam jenis lipas yang ditemukan pada moda transportasi di dalam bus di
enam area pool bus di Bogor adalah B. germanica (lipas Jerman) dan
P. americana (lipas Amerika). Keberadaan kedua jenis lipas tersebut ditemukan
hampir di seluruh bus yang diamati di setiap pool bus.
B. germanica disebut juga sebagai lipas Jerman. Ciri morfologi
B. germanica mempunyai warna tubuh coklat muda dan panjang tubuh 10-15 mm,
9
pronotum berwarna coklat, terdapat dua garis longitudinal berwarna hitam pada
pronotum yang dapat digunakan sebagai identifikasi, dan dua garis
longitudinal mulai terlihat pada stadium nimfa. B. germanica terdiri atas 6-8 instar
nimfa. Telur terdapat di dalam ooteka yang mempunyai panjang 7-9 mm dan
terdapat 40 telur di dalamnya. Ooteka B. germanica ini terus menempel pada
tubuh induknya sampai dengan telur siap untuk ditetaskan (Hadi dan Soviana
2012).
P. americana mempunyai panjang tubuh 27-40 mm, lebar 13-15 mm dan
tubuh berwarna coklat kemerah-merahan dengan sayap yang berkembang baik.
Pada daerah pronotum tidak terdapat garis vertikal yang khas untuk dapat
membedakan dengan jenis lain. Telur terbungkus oleh ooteka yang mempunyai
panjang 8-10 mm dan terdiri atas 16 telur. Lipas jenis ini hidup kosmopolit,
sehingga hampir dapat ditemukan di seluruh dunia (Stankus et al. 1990). Serkus
terlihat memanjang dan tipis pada ujung abdomen dengan bentuk ujungnya
meruncing seperti cemeti. Fase instar nimfa P. americana memiliki tahapan
sebanyak 13 instar nimfa (Hadi dan Soviana 2012).
B
A
Gambar 2 Jenis lipas; A: Blattella germanica; B: Periplaneta americana
3. Rataan Jumlah Jenis Lipas di Setiap Bus
Rata-rata infestasi jenis lipas di setiap bus pada enam pool bus di Bogor,
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata infestasi jenis lipas di setiap bus pada enam pool bus di Bogor,
September 2014
Area
Jumlah
bus
Pool 1
Pool 2
Pool 3
Pool 4
Pool 5
Pool 6
2
10
10
3
6
10
Blattella germanica
Jumlah
Rata-rata±SD
1
0.5±0.71
275
27.5±30.85
338
33.8±25.12
4
1.3±2.31
71
11.8±14.01
664
66.4±56.07
Periplaneta Americana
Jumlah
Rata-rata±SD
38
19±1.41
37
3.7±3.23
0
0±0
37
12.3±12.06
152
25.3±25.73
9
0.9±1.91
10
Tabel 1 menunjukkan B. germanica ditemukan terbanyak pada bus di area
pool bus 6 (66.4±56.07), dengan rata-rata jumlah lipas 66.4, sedangkan
P. americana ditemukan terbanyak pada bus di area pool bus 5 (25.3±25.73), ratarata jumlah lipas 25.3. Secara umum, B. germanica dominan ditemukan di setiap
area pool bus.
B. germanica dijumpai sebagai lipas dengan jumlah tertinggi pada area
pool bus 6. Area ini memiliki halaman parkir bus yang sangat luas dari area pool
bus lainnya, dan dijumpai kondisi lingkungan area bus tampak basah dan kotor
serta sampah tampak berserakan. Air sisa pencucian bus juga tampak dibiarkan
menggenangi area parkir bus karena tidak memiliki SPAL yang baik. Area pool
bus 5 yaitu kondisi lingkungan area busnya sempit dan tampak basah, serta
kurangnya penerangan lampu. Air sisa pencucian bus juga diketahui dibiarkan
menggenangi area parkir bus karena tidak memiliki saluran pembuangan SPAL
yang baik. Permukiman warga yang berdekatan langsung dengan area pool bus
mengakibatkan lipas ditemukan terinfestasi di dalam bus.
Rata-rata jumlah P. americana di area pool bus 1 tercatat tertinggi dari
B. germanica. Halaman parkir bus terlihat sempit sehingga kondisi jarak tata
parkir bus menjadi rapat. Infestasi lipas di dalam bus pada area pool bus ini
dijumpai karena kurangnya fasilitas penerangan listrik di lingkungan area bus,
selain itu tidak adanya SPAL yang baik menyebabkan air sisa pencucian bus
sering menggenangi area bus. Area sekitar pool bus yang berdekatan dengan
permukiman dan aktifitas warga sekitar terlihat juga menciptakan keadaan kotor.
Hal ini sangat berpengaruh sehingga ditemukannya lipas di lingkungan area bus
pool bus dan di dalam bus.
Jumlah lipas pada area pool bus 2 terhadap infestasi lipas di dalam bus
didominasi oleh B. germanica, dan P. americana ditemukan dalam jumlah yang
sedikit. Kondisi area pool bus ini memiliki area bus yang luas, minim fasilitas
penerangan listrik dan berdekatan langsung dengan area terminal bus. Lingkungan
parkir bus sering basah karena diketahui air sisa pencucian bus dibiarkan
menggenangi area parkir. Hal tersebut sangat mempengaruhi infestasi lipas di
dalam bus, khususnya B. germanica. Rata-rata jumlah lipas ini cukup tinggi
sehingga mengindikasikan kegiatan sanitasi yang buruk.
B. germanica mendominasi area pool bus 3, yaitu terbanyak kedua setelah
area pool bus 6, dengan tanpa ditemukan P. americana. Area pool bus ini cukup
luas, tetapi kurang pada fasilitas penerangan listrik. Kondisi lingkungan area
parkir bus sering basah karena tidak memiliki SPAL, menyebabkan air sisa
pencucian bus langsung menggenangi area bus. Selain itu sampah masih dijumpai
berserakan pada lingkungan area parkir. Tingginya nilai rata-rata infestasi
B. germanica juga dipengaruhi oleh lingkungan karena berdekatan langsung
dengan area permukiman warga. Selain itu, infestasi lipas di dalam bus dapat
disebabkan oleh sisa sampah para penumpang sehingga lipas dijumpai melimpah
jumlahnya.
Lipas pada area pool bus 4 memiliki jumlah terendah kedua setelah area
pool bus 1, rata-rata jumlah lipas didominasi P. americana daripada
B. germanica. Area pool bus ini terhadap infestasi lipas, selain dipengaruhi oleh
sanitasi area pool bus juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan area sekitar. Area
permukiman warga dan area pasar sangat mempengaruhi infestasi lipas, karena
suasana kotor sehingga halaman parkir bus dan di dalam bus dapat terinfestasi
11
oleh lipas. Sampah yang terlihat berserakan pada area pool bus, fasilitas listrik
yang kurang dan air sisa pencucian bus yang dibiarkan tergenang, juga
menyebabkan lipas dapat berkeliaran untuk mencari tempat bersembunyi dan
mencari makan.
Aspek sanitasi menjadi penting dalam pengelolaan moda transportasi.
Sanitasi yang buruk akan menimbulkan permasalahan baik secara fisik, kesehatan
dan estetika. Sanitasi yang buruk seperti menumpuknya sampah, kebersihan
lingkungan area bus dan ruang kendaraan, dan kebersihan air tidak diperhatikan
dapat menjadi tempat berkembangbiaknya lipas. Laporan penelitian menyatakan
bahwa infestasi lipas juga terjadi pada moda transportasi lainnya, moda
transportasi laut. Penyelidikan yang dilakukan Song et al. (2003) bahwa
pemeriksaan 957 kapal, sebanyak 511 kapal (53.4%) terinfestasi lipas.
Mouchtouri et al. (2008) menambahkan lipas sebanyak 431 individu yang tersebar
pada ruang utama kapal, ruang dapur sebanyak 394 individu, 37 individu lainnya
tersebar di dalam bar, ruang makan, dan gudang makanan, diketahui sebagai
B. germanica.
4. Sebaran dan Derajat Infestasi Lipas di dalam Bus
Data sebaran dan derajat infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool
bus di Bogor disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 2 Sebaran infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
Jumlah lipas yang ditemukan (%)
RataTitik
Jenis
rata
Area
Area
Area
Area
Area
Area
pengamatan Lipas
(%)
pool 1 pool 2 pool 3 pool 4 pool 5 pool 6
Kursi
B.g.
0
28.7
20.1
50
58
16
28.8
P.a.
8
32.4
0
11
28.3
22.2
16.98
Lantai
B.g.
0
20.7
30
0
14.1
34.3
16.52
P.a.
37
35.1
0
19
48
11.1
25.03
Celah
B.g.
0
35.3
23.1
50
13
25.5
24.48
P.a. 34.2
16.2
0
49
12.5
33.3
24.20
Rak
B.g.
0
32.6
11.2
0
2.8
7.1
4.12
P.a. 13.2
5.4
0
8.1
2
22.2
8.48
Jendela
B.g.
0
11.6
14
0
13
17.2
9.3
P.a.
3
11
0
14
9.2
11.1
8.05
WC
B.g.
100
0
2.1
0
0
0
17.02
P.a.
5.3
0
0
0
0
0
0.88
Rata-rata
16.73 16.67
8.38
16.76 16.74 16.67
Keterangan: B.g. = Blattella germanica; P.a. = Periplaneta americana
Hasil penelitian menunjukkan lipas pada area pool bus 1, yaitu
B. germanica, dan P. americana, sebagai jenis lipas yang mendominasi. Titik
pengamatan lipas di kursi diketahui tidak ditemukan adanya B. germanica, seperti
halnya pada lantai, celah, rak, jendela, dan hanya ditemukan terdapat pada WC
(100%). P. americana ditemukan tersebar pada tiap titik pengamatan di dalam
bus, dan lantai memiliki nilai sebaran lipas tertinggi (37%) dibandingkan titik
pengamatan lainnya. Area pool bus ini memiliki rata-rata umur bus yaitu 6 tahun
(5 tahun/umur ideal bagi operasional bus). Hal ini bahwa operasional bus dengan
kondisi umur bus tersebut memiliki risiko beberapa bagian dari elemen bus
12
terdapat mengalami penuaan/rusak, sehingga memungkinkan terjadinya infestasi
lipas di dalam bus.
Area pool bus 2 ditemukan sebaran infestasi B. germanica tertinggi
ditemukan pada celah (35.3%), P. americana pada lantai (35.1%), dan kondisi bus
pada area pool bus ini diketahui dengan rata-rata umur bus yaitu 7 tahun. Sebaran
infestasi kedua jenis lipas hampir dijumpai pada semua titik pengamatan, kecuali
pada WC. Tingginya dominasi sebaran B. germanica pada area pool bus 2
diketahui juga dipengaruhi oleh kondisi umur bus. Lipas ini mampu hidup pada
kondisi lingkungan yang kotor dan pada sumber-sumber makanan/sampah di
dalam bus sehingga mampu menempati celah bersembunyi dan berkembangbiak.
Sebaran infestasi lipas di area pool bus 3 hanya terdapat satu jenis lipas
yang mendominasi yaitu B. germanica, tanpa ditemukan P. americana.
B. germanica ditemukan tersebar pada semua titik pengamatan lipas, dan secara
umum sebaran infestasi tertinggi dijumpai pada lantai (30%). Kondisi rata-rata
umur bus pada area pool bus ini yaitu 4 tahun, tetapi dijumpai sebaran lipas cukup
tinggi di dalam bus. Hal ini selain disebabkan oleh kondisi faktor lingkungan area
pool bus, juga dapat disebabkan oleh faktor penumpang bus. Sisa-sisa
sampah/makanan di dalam bus dapat mempengaruhi lipas banyak dijumpai, selain
ikut terbawa oleh barang bawaan para penumpang.
Area pool bus 4 menunjukkan P. americana adalah lipas yang dominan
ditemukan hampir pada semua titik pengamatan lipas. Sebaran lipas di dalam bus
pada area pool ini dijumpai B. germanica pada kursi dan celah dengan nilai
sebaran lipas tertinggi (50%), sedangkan P. americana yaitu pada celah (49%).
Kondisi bus kedua area pool bus ini diketahui memiliki rata-rata umur bus di
bawah/sama dengan 5 tahun, masing-masing adalah 4 tahun dan 5 tahun. Faktor
lain yang mempengaruhi kejadian infestasi lipas di dalam bus diketahui dapat pula
disebabkan oleh kondisi lingkungan area pool bus, bahwa lingkungan area parkir
bus yang buruk akan sanitasi dan kebersihan memungkinkan adanya gangguan
infestasi lipas.
P. americana ditemukan dominan dan tersebar hampir di semua titik
pengamatan lipas pada area pool bus 5. Sebaran infestasi B. germanica tertinggi
yaitu pada kursi (58%), dan P. americana pada lantai (48%). Kondisi area pool
bus ini sama dengan area pool bus sebelumnya, area pool bus 1 dan area pool bus
2, yaitu memiliki rata-rata umur bus di atas 5 tahun (7 tahun). Kejadian infestasi
lipas di dalam bus disebabkan oleh penuaan fisik bus, dan akibatnya lipas dapat
menempati beberapa elemen bus yang tua/rusak untuk tinggal dan
berkembangbiak. Hal lain dapat pula disebabkan karena area pool bus ini
berdekatan langsung dengan area permukiman warga.
B. germanica pada area pool bus 6 diketahui merupakan jenis lipas dengan
jumlah yang dominan dibandingkan P. americana, dan ditemukan hampir semua
titik pengamatan di dalam bus. Sebaran infestasi B. germanica tertinggi terdapat
pada lantai (34.4%), dan celah (33.3%) untuk P. americana. Hubungan kondisi
bus area pool bus ini dengan infestasi lipas bahwa rata-rata umur bus diketahui
yaitu 4.5 tahun (di bawah 5 tahun). Selain itu infestasi lipas di dalam bus sangat
dipengaruhi oleh kondisi faktor lingkungan. Area pool bus ini dengan jumlah
infestasi lipas tertinggi dari semua area pool bus lainnya, diketahui memiliki area
parkir bus yang buruk terhadap kegiatan sanitasi dan kebersihan.
13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sebaran infestasi lipas
di dalam bus pada setiap area pool bus didominasi oleh B. germanica. Celah
(48.68%) dengan nilai persentase tertinggi dari setiap area pool bus dan terendah
pada rak (12.60%). Hadi (2006) menerangkan tingginya jumlah lipas di celah
dikarenakan sifat alamiah lipas, thigmotactic, yaitu beristirahat di dalam celahcelah dinding/retakan dalam waktu lama (tiga per empat hari), dalam bentuk
kelompok secara bersama-sama untuk dapat berlindung dengan baik.
Derajat infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
disajikan pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa area pool bus 6
secara umum memiliki derajat infestasi lipas tertinggi dari area pool bus lainnya
dengan total 673 individu, dan terendah 39 individu pada area pool bus 1.
B. germanica (664 individu) merupakan lipas yang dominan ditemukan pada area
pool bus 6, dan P. americana (152 individu) mendominasi area pool bus 5 dari
keseluruhan area pool bus. Derajat infestasi lipas di dalam bus rata-rata dijumpai
hampir pada semua titik pengamatan. Lipas yang tidak ditemukan yaitu hanya
pada area pool bus 3, dan merupakan P. americana.
Tabel 3 Derajat infestasi lipas di dalam bus pada setiap area pool bus di Bogor
Jenis
Titik pengamatan
Area
lipas
Kursi
Lantai
Celah
Rak
Jendela
WC
Pool 1 B.g. Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Ringan
P.a. Ringan
Tinggi
Tinggi
Ringan
Ringan
Ringan
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Pool 2 B.g.
Sedang
Negatif
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
Sangat
P.a.
Tinggi
Tinggi
Sedang
Ringan
Negatif
tinggi
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Pool 3 B.g.
Sedang
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
P.a. Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Pool 4 B.g. Ringan Negatif Ringan Negatif Negatif Negatif
P.a. Ringan Sedang
Tinggi
Ringan
Ringan
Negatif
Sangat
Pool 5 B.g.
Sedang Sedang
Ringan
Sedang Negatif
tinggi
Sangat
Sangat
P.a.
Tinggi
Ringan
Tinggi
Negatif
tinggi
tinggi
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Pool 6 B.g.
Negatif
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
P.a. Ringan Ringan Ringan
Ringan
Ringan
Negatif
Keterangan: B.g. = Blattella germanica; P.a. = Periplaneta americana
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infestasi Lipas di Dalam Bus
Faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi lipas pada penelitian diperoleh
melalui kuisioner. Faktor yang mempengaruhi infestasi lipas diukur didasarkan
atas jumlah jawaban responden, dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”.
Responden dengan jawaban “Ya” diketahui lebih banyak daripada jawaban
“Tidak” terhadap unsur-unsur variabel biosekuriti personal, biosekuriti
tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan (Tabel 4). Hasil uji korelasi
14
Spearman menunjukkan bahwa hubungan infestasi lipas dengan variabel
biosekuriti personal, biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan di
enam area pool bus yaitu dengan hasil bervariasi (Lampiran 4).
Tabel 4 Distribusi frekuensi total unsur-unsur variabel biosekuriti personal,
biosekuriti tempat/peralatan dan biosekuriti lingkungan
Area pool 1
(N = 6)
Ya
Tidak
95
5
Biosekuriti
tempat/
peralatan
(%)
98
2
Area pool 2
(N = 6)
Ya
Tidak
90
10
92
8
92
8
312
Area pool 3
(N = 8)
Ya
Tidak
91
9
94
6
90
10
338
Area pool 4
(N = 7)
Ya
Tidak
91
9
94
6
99
1
41
Area pool 5
(N = 9)
Ya
Tidak
71
29
82
18
90
10
223
Area pool 6
(N = 10)
Ya
Tidak
94
6
93
7
88
12
673
Jawaban responden
Biosekuriti
personal
(%)
Biosekuriti
lingkungan
(%)
Jumlah
infestasi
lipas
93
7
39
Hubungan Infestasi Lipas dengan Biosekuriti Personal
Area pool bus 1 merupakan area pool bus dalam penyelenggaraan
biosekuriti personal akan sanitasi dan kebersihan bus para petugas kebersihan
tanpa menggunakan seragam khusus, kaos tangan/masker, alas kaki (sepatu
khusus), makan/merokok, dan tidak dipengaruhi rasa kantuk. Demikian halnya
area pool bus 1, pada area pool bus 2 diketahui sama di dalam penyelenggaraan
biosekuriti personal. Area pool bus 3 penyelenggaraan biosekuriti personal yaitu
dengan menggunakan seragam khusus, tidak menggunakan kaos tangan/masker,
memakai alas kaki (sepatu khusus), tidak makan/merokok dan tidak dipengaruhi
rasa kantuk. Area pool bus 4 pun diketahui sama dengan area pool bus 1 dan area
pool bus 2 dalam penyelenggaraan biosekuriti personal, sedangkan area pool bus
5 dan area pool bus 6 pada dasarnya juga sama dengan area pool bus sebelumnya,
hanya di dalam kegiatan sanitasi dan kebersihan bus dijumpai para petugas
kebersihan bertugas sambil merokok.
Infestasi lipas area pool bus 5 (223 individu) terhadap unsur variabel
biosekuriti personal, diketahui memiliki persentase responden menjawab “Tidak”
lebih besar daripada persentase responden menjawab “Tidak” lainnya pada setiap
15
area pool bus. Area pool bus 5 yaitu responden menjawab “Tidak” sebesar 29%,
dan responden menjawab “Ya” sebesar 71% (Lampiran 1). Indikator unsur
variabel biosekuriti personal yaitu mencuci tangan dan ganti seragam setelah
pencucian bus, menggunakan alas kaki saat pencucian bus, memakai seragam
khusus saat pencucian bus, dan mendapat pengarahan petugas kebersihan pool
bus, merupakan indikator-indikator terhadap jawaban “Tidak” responden dan
dapat menjadi salah satu penyebab kejadian infestasi lipas di bus, sehingga
mempengaruhi program biosekuriti personal area pool bus terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja bagi personal pekerja. Jumlah lipas terbanyak ditemukan adalah
P. americana (152 individu), daripada B. germanica (71 individu). Tingginya
jumlah P. americana pada area pool bus 5 dikarenakan lingkungan sekitar area
pool bus berdekatan langsung dengan permukiman warga. Kassiri dan Kazemi
(2012) menjelaskan P. americana ditemukan berkaitan dengan permukiman
tempat tinggal manusia dan memiliki penyebaran di seluruh dunia. Lebih lanjut
Klass (2009) P. americana bersembunyi pada waktu siang hari di tempat yang
terlindung. Keluar dalam bangunan untuk mencari makanan di malam hari, dan
jika terganggu, berlari cepat untuk bersembunyi.
Taraf signifikan hasil uji korelasi Spearman yang menjelaskan hubungan
korelasi infestasi lipas dengan biosekuriti personal (P = 0.827) lebih besar dari
angka kepercayaan (α = 0.05), menunjukkan bahwa hubungan korelasi tidak
signifikan. Walaupun demikian, indikator-indikator unsur variabel biosekuriti
personal dapat berpengaruh terhadap infestasi lipas di area pool bus. Angka
koefisien korelasi (R = -0.116) termasuk dalam kategori lemah. Tanda negatif (-)
pada koefisien korelasi menunjukkan arah korelasi yang berlawanan.
Faktor biosekuriti personal tidak mempengaruhi infestasi lipas di dalam
bus pada setiap area pool bus, tetapi indikator yang menjadi bagian dari
biosekuriti personal dapat mempengaruhi infestasi lipas di area pool bus. Hal ini
menjelaskan bahwa rendahnya tingkat biosekuriti personal maka memungkinkan
infestasi lipas semakin tinggi di area pool bus, dan demikian se