Karakter Reproduktif Gandum (Triticum aestivum L.) Toleran Suhu Tinggi di Dataran Tinggi dan Sedang
KARAKTER REPRODUKTIF GANDUM (Triticum aestivum L.)
TOLERAN SUHU TINGGI DI DATARAN TINGGI DAN
SEDANG
WULAN RAMADHANI RISTANTI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENG ETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Karakter
Reproduktif Gandum (Triticum aestivum L.) Toleran Suhu Tinggi di Dataran
Tinggi dan Sedang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Wulan Ramadhani Ristanti
NIM G34090097
ABSTRAK
WULAN RAMADHANI RISTANTI. Karakter Reproduktif Gandum (Triticum
aestivum L.) Toleran Suhu Tinggi di Dataran Tinggi dan Sedang. Dibimbing oleh
TATIK CHIKMAWATI dan MIFTAHUDIN.
Gandum (T. aestivum L.) merupakan tanaman serealia anggota famili
Gramineae yang berasal dari daerah subtropis. Pemberian putresin diduga dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman gandum yang ditanam di daerah tropis
sehingga tahan terhadap cekaman suhu tinggi dan mampu meningkatkan produksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan putresin pada
karakter reproduktif dari tiga varietas gandum (T. aestivum L.) toleran suhu tinggi
pada ketinggian 600 m dpl di Cisarua dan 1100 m dpl di Cipanas, Jawa Barat.
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama
adalah pemberian putresin dengan konsentrasi 0, 1.25 dan 2.5 mM, dan faktor
kedua adalah tiga varietas gandum, yaitu SBR, ASTREB dan Nias. Varietas
mempengaruhi tinggi tanaman dan beberapa karakter reproduktif berupa umur
berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah spikelet, jumlah floret, jumlah
floret hampa dan bobot biji per malai. Selain itu, perbedaan ketinggian tempat
penanaman yang mencerminkan perbedaan suhu sekitar 4 0 C mempengaruhi
tinggi tanaman dan jumlah anakan, tetapi tidak mempengaruhi karakter
reproduktif. Karakter reproduktif juga tidak menunjukkan respon terhadap
perlakuanputresin. Tiga varietas yang digunakan bersifat toleran terhadap suhu
tinggi, sehingga ketiga varietas tersebut dapat tumbuh di kedua lokasi penanaman.
Kata kunci: Putresin, reproduktif gandum, toleran suhu, Triticum aestivum L.
ABSTRACT
WULAN RAMADHANI RISTANTI. Reproductive Characters of High
Temperature-Tolerant Wheat (Triticum aestivumL.) at High and Medium Altitude.
Supervised by TATIK CHIKMAWATI and MIFTAHUDIN.
Wheat (T. aestivumL.) is a cereal crop and member of the family Gramineae
originated from subtropic region. It is suggested that putrescine aplication may
improve wheat growth in tropical environment indicating that wheat crop might
be resistant to high temperature stress and also able to increase its production.
This study aimed to observe the effect of putrescine treatment to the reproductive
characters of three cultivated varieties of high temperature-tolerant wheat that
were plantedin Cisarua 600 m asl and Cipanas 1100 m asl, West Java. This
experiment was designed as a factorial experiment with 2 factors. The first factor
was putrescine with three consentrations 0, 1.25, and 2.5 mM. The second factor
was wheat varieties, SBR, ASTREB and Nias. Wheat varieties influenced plant
height and some reproductive characters including flowering and harvesting age,
panicle length, number of spikelet, number of floret, number of empty floret, and
seed weight per panicle. Moreover, altitude affected the plant height and number
of tillers, but it did not affect the reproductive characters. Reproductive characters
did not respond to putrescien application. The three cultivated varieties are high
temperature-tolerant, therefore the varieties can be grown in two planting location.
Keywords : Putrescine, wheat reproductive, tolerant temperature, Triticum
aestivum L.
KARAKTER REPRODUKTIF GANDUM (Triticum aestivum L.)
TOLERAN SUHU TINGGI DI DATARAN TINGGI DAN
SEDANG
WULAN RAMADHANI RISTANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENG ETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Karakter Reproduktif Gandum (Triticum aestivum L.) Toleran
Suhu Tinggi di Dataran Tinggi dan Sedang
Nama
: Wulan Ramadhani Ristanti
NIM
: G34090097
Disetujui oleh
Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Miftahudin, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Karakter ReproduktifGandum (Triticum aestivum L.) Toleran
Suhu Tinggi di Dataran Tinggi dan Sedang
: Wulan Ramadhani Ristanti
Nama
: G34090097
NIM
Disetujui oleh
-
Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
2
4
" ,.,.,
f. ,J
Dr I r M iftahudin, MS i
P emb imb ing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karuniaNya sehingga penulisan karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2013 dengan judul
“Karakter Reproduktif Gandum (Triticum aestivum L.) Toleran Suhu Tinggi di
Dataran Tinggi dan Sedang”. Penelitian dilaksanakan di daerah Cipanas dan
Cisarua.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi. dan Dr
Ir Miftahudin, MSi. Selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan
penulisan karya ilmiah. Terima kasih kepada Bapak Adeel Abdulkarim Fadhl
Altuhaish yang telah banyak membantu dan menyediakan tempat untuk
terlaksananya penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang
tua tercinta dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, doa,
semangat dan bantuannya selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya
ilmiah.
Terima kasih kepada Bapak Misbah (karyawan Balithi) dan Bapak Ujang
(Cisarua) yang telah membantu dalam perawatan dan pengambilan data. Terima
kasih kepada Syasti, Firdha, Yuli dan Dian yang bersedia menemani di
Laboratorium. Terima kasih kepada kepada keluarga kecilku Bob, Puput, Mirah
dan Fadil yang selalu memberikan support, terimakasih kepada team saya Yusi,
Shely dan Sandi, serta seluruh mahasiswa/i biologi 46 atas kebersamaannya
selama mengikuti perkuliahan.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi yang berguna dan
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Februari 2014
Wulan Ramadhani Ristanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Bahan Tanaman
Metode Penelitian
HASIL
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Pertumbuhan Tanaman
Karakter Reproduktif Tanaman
Bunga dan Umur Berbunga
Umur Panen
Panjang Malai
Jumlah Spikelet per Malai
Jumlah Floret per Malai
Jumlah Biji dan Kehampaan Biji per Malai
Bobot Biji per Malai
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
ix
ix
1
1
1
2
2
2
2
4
4
4
6
6
7
8
8
8
8
9
9
11
12
13
17
DAFTAR TABEL
1 Tinggi tanaman dan jumlah anakan minggu ke 8 dari tiga varietas
gandum toleran suhu tinggi di Cipanas dan Cisarua
5
2 Karakter reproduktif tiga varietas gandum (T. aestivum) toleran suhu tinggi
yang ditanam di Cipanas dan Cisarua
6
DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan tinggi tanaman tiga varietas gandum toleran suhu tinggi yang
ditanamdi Cipanas dan Cisarua.
SBR Cipanas,
ASTREB Cipanas,
Nias Cipanas,
SBR Cisarua,
ASTREB Cisarua,
Nias Cisarua 5
2 Perbungaan gandum. Malai gandum (a), spikelet (b), floret (c), struktur
bunga (d) ovary dan anther (e)
7
3 Perawakan gandum siap panen
8
4 Biji gandum. Var SBR (a), var ASTREB (b) dan var Nias (c) di Cisarua
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas
cahaya di Cipanas pada tahun 2013
2 Rata-rata suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas
cahaya di Cisarua pada tahun 2013
3 Sidik ragam karakter vegetatif dan reproduktif tanaman gandum di lokasi
penelitian Cipanas
4 Sidik ragam karakter vegetatif dan reproduktif tanaman gandum di lokasi
penelitian Cisarua
13
14
15
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan tanaman serealia yang termasuk
kedalam famili Gramineae dan berasal dari daerah subtropis. Tanaman gandum
memiliki bunga dengan tipe majemuk (Stoskoff 1985). Dalam satu malai biasanya
terdiri atas banyak kumpulan bunga disebut spikelet yang bertumpuk satu sama
lain. Tiap spikelet terdiri dari beberapa bulir dan kulit ari (lemma dan palea).
Setiap bulir gandum mempunyai batang yang sangat kecil yang disebut rachilla.
Umumnya dalam setiap spikelet menghasilkan dua sampai tiga biji (Poehlman dan
Sleper 1995).
Gandum banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok manusia, pakan
ternak dan bahan baku dalam industri (Muchtadi dan Sugiyono 1992). Indonesia
menjadi negara pengimpor gandum dengan total impor 4.5 juta ton/tahun dan
angka ini terus meningkat dengan laju 2.6% per tahun (Loppies 2010). Menurut
Sovan (2002), Indonesia perlu melakukan upaya produksi gandum dalam negeri
untuk menekan impor gandum. Salah satu upaya untuk memperoleh gandum yang
dapat tumbuh dengan baik di Indonesia ialah dengan cara mengadaptasikan
gandum subtropis di lingkungan tropis Indonesia. Kondisi agroklimat yang
berbeda sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi gandum di Indonesia
(Natawijaya 2012).
Tahun 1993 telah dilepas varietas gandum dari hasil pemuliaan tanaman
melalui metode introduksi yaitu varietas Nias. Varietas Nias berasal dari galur
Thai-88 yang diintroduksi dari Thailand. Introduksi merupakan upaya pemuliaan
tanaman dengan cara mendatangkan sumber genetik baru dari luar negeri,
selanjutnya dilakukan uji adaptasi di daerah setempatdan dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian 900 m dpl (Jusuf 2002). Tahun 2003 telah berhasil dirilis
varietas gandum yang lebih adaptif pada ketinggian 1000 m dpl yaitu varietas
Selayar dan Dewata (Dahlan et al. 2003). Akan tetapi penanaman gandum di
dataran tinggi bersaing dengan tanaman hortikultura yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi sehingga pengembangan gandum di Indonesia perlu
diarahkan ke wilayah dataran sedang yang sampai saat ini belum dimanfaatkan
secara maksimal untuk produksi gandum. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan
dataran sedang di Indonesia memungkinkan tanaman gandum dapat mengalami
cekaman lingkungan khususnya cekaman suhu tinggi. Salah satu upaya
meningkatkan kemampuan tanaman gandum agar dapat beradaptasi pada
lingkungan suhu yang lebih tinggi adalah dengan memberikan perlakuan putresin.
Putresin diketahui dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
gandum tahan terhadap cekaman suhu tinggi dan mampu meningkatkan produksi
gandum. Sunita dan Gupta (2011) menyatakan bahwa aplikasi putresin pada
gandum dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, jumlah, dan bobot biji.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh perlakuan putresin pada
karakter reproduktif dari tiga varietas gandum (Triticum aestivum L.) toleran suhu
tinggi pada ketinggian 600 m dpl di Cisarua dan 1100 m dpl di Cipanas, Jawa
Barat.
2
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai dengan Juni 2013 di dua
agroekosistem yang berbeda, yaitu dataran tinggi (1100 m dpl) dengan suhu
harian rata-rata 21.6 0 C yang berlokasi di kebun percobaan Balai Penelitian
Tanaman Hias (Balithi), C ipanas dan dataran sedang (600 m dpl) dengan suhu
harian rata-rata 25.2 0 C yang berlokasi di kebun milik petani, Cisarua.
Pengamatan untuk beberapa peubah dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan
Biologi Molekular Tumbuhan, Departemen Biologi FMIPA, IPB.
Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gandum
varietas lokal, yaitu Nias dan dua varietas gandum introduksi, yaitu SBR
D/I/09/38 (SBR) dan ASTREB 2/CBRD (ASTREB) yang berasal dari CIMMYT.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan yang terpisah, yaitu percobaan di
Cipanas dan percobaan di Cisarua. Pada tiap lokasi, percobaan lapang yang
dilakukan merupakan percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor
pertama adalah pemberian putresin dengan konsentrasi 0, 1.25, dan 2.5 mM.
Faktor kedua adalah tiga varietas gandum yang terdiri dari satuvarietas gandum
lokal yaitu Nias dan duavarietas gandum introduksi yaitu SBR dan ASTREB.
Percobaan lapang ini menggunakan desain split blok dengan tiga ulangan. Sebagai
petak utama adalah pemberian putresin dan pada anak petak ditempatkan tiga
varietas gandum, sehingga secara keseluruhan terdapat 27 satuan percobaan. Tiap
varietas gandum ditanam pada petak berukuran 1.5 x 4 m. Setiap petak ditanam 5
baris tanaman dengan jarak antar baris 25 cm. Setiap baris ditanam 6 g benih
gandum.
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Pengolahan lahan dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Penanaman
dilakukan dengan jarak 25 cm antar baris dan disebar menggunakan metode larik.
Setelah benih disebar kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan dilakukan
dengan cara dilarik setiap petak. Pemupukan pertama diberikan 10 hari setelah
tanam (HST) dengan dosis 112.5 g Urea, 150 g SP36, dan 75 g KCl per petak
percobaan sedangkan pemberian pupuk kedua diberikan pada usia 30 HST denga n
dosis 112.5 g Urea per petak percobaan. Pengendalian gulma dilakukan secara
manual. Hama dan penyakit tanaman dikendalikan sesuai dengan tingkat serangan
dengan menggunakan pestisida.
3
Perlakuan Putresin
Pemberian putresin dengan konsentrasi 0, 1.25, dan 2.5 mM dilakukan pada
waktu satu minggu sebelum dan satu minggu setelah antesis. Pemberian putresin
dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman pada masing- masing petak
sesuai konsentrasi yang ditentukan dengan volume 300 ml per petak.
Pengamatan Iklim Mikro
Pengamatan iklim mikro dilakukan selama pertumbuhan tanaman gandum.
Iklim mikro yang diamati meliputi suhu, kelembaban udara, kecepatan angin da n
intensitas cahaya. Suhu dan kelembaban udara diukur dengan menggunakan
thermo-hygrometer, kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer
dan intensitas cahaya diukur dengan menggunakan luxmeter.
Penentuan Sampel
Tanaman gandum yang diamati sebanyak 5 sampel dalam 1 petak.
Penentuan sampel tanaman dilakukan secara random.
Pengamatan Peubah Pertumbuhan
Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran mulai
dari pangkal batang hingga ujung daun atau malai. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu sampai dengan pemberian
putresin ke dua.
Jumlah anakan. Jumlah anakan dihitung pada setiap rumpun dari sampel.
Penghitungan jumlah anakan tanaman gandum dilakukan secara manual pada saat
tanaman berumur 3 minggu sampai dengan pemberian putresin ke dua.
Pengamatan Peubah Reproduktif
Umur berbunga. Umur bunga ditentukan dengan cara menghitung tanggal
awal penanaman hingga malai muncul dan mekar bunga 50% dalam setiap petak.
Kemekaran bunga ditandai dengan terlihatnya benang sari yang mulai menjuntai
keluar dari bunga.
Struktur bunga. Struktur bunga gandum diamati pada saat bunga gandum
telah anthesis. Pada bunga tersebut dapat diamati bagian-bagian seperti benangsari,
tangkai sari, kepala putik, tangkai putik dan bakal buah. Selain itu, diamati juga
jumlah floret pada setiap spikelet serta jumlah anther setiap floret.
Umur Panen. Umur panen ditentukan pada saat malai dan batang sudah
terlihat matang secara fisiologi yaitu penampilan malai dan batang yang telah
mulai menguning sebanyak 50% per petak. Panen dilakukan secara bertahap
bergantung pada tingkat kematangan setiap varietas. Cara panen dilakukan dengan
memotong batang gandum bagian atas menggunakan gunting atau cutter. Hasil
panen dikeringkan dalam oven pada suhu 60 0 C selama 24 jam.
4
Panjang malai. Sebelum gandum dirontokkan, panjang malai gandum
diukur dari spikelet pangkal muncul sampai spikelet ujung tidak termasuk rambut
malai dan dilakukan setelah dikeringkan.
Jumlah spikelet per malai. Jumlah spikelet per malai dihitung setelah
dilakukan pengukuran panjang malai.
Jumlah floret per malai. Jumlah floret per malai dihitung setelah
dilakukan pengukuran panjang malai dan penghitungan jumlah spikelet per malai
dengan cara merontokkan spikelet dari malai.
Jumlah biji dan kehampaan biji per malai. Jumlah biji diambil dari 5
malai sampel dan dihitung dengan cara merontokkan malai gandum. Biji yang
telah rontok dihitung secara manual. Kehampaan biji dihitung dengan cara
mengurangkan jumlah floret pada setiap malai dengan jumlah biji.
Kehampaan Biji = ( ∑ Floret/malai ) – ( ∑ Biji/malai )
Bobot biji per malai. Setelah penghitungan biji selanjutnya dilakukan
penimbangan bobot biji pada setiap malai.
Analisis Data
Analisis data menggunakan sidik ragam dengan uji F pada taraf uji 5%.
Apabila hasil pengujian menunjukkan pengaruh nyata dari perlakuan yang
diberikan, maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada α =0.05.
HASIL
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Rata-rata suhu udara harian selama percobaan berlangsung di Cipanas (1100
m dpl) adalah 21.8 0 C, kelembaban udara sebesar 78.4%, kecepatan angin 2.6 m/s
dan intensitas cahaya sebesar 19.77 lux (Lampiran 1), sedangkan rata-rata suhu
udara harian di Cisarua (700 m dpl) adalah 27.5 0 C, kelembaban udara sebesar
82.9%, kecepatan angin sebesar 0.5 m/s dan intensitas cahaya sebesar 2733 lux
(Lampiran 2).
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi tanaman gandum terlihat mengalami peningkatan setiap minggu.
Tinggi tanaman yang diukur pada 3-6 minggu setelah tanam (MST) tidak terlihat
adanya perbedaan di kedua lokasi penelitian (Cipanas dan Cisarua). Tanaman
gandum mengalami peningkatan yang signifikan di 7 dan 8 MST sehingga
tanaman gandum di Cipanas lebih tinggi dibandingkan tanaman gandum di
Cisarua (Gambar 1).
5
100
90
Tinggi Tanaman (cm)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
3
4
5
6
Umur Tanaman (MST)
7
8
Gambar 1 Pertu mbuhan tinggi tanaman t iga varietas gandum toleran suhu tinggi yang ditanam
di Cipanas dan Cisarua.
SBR Cipanas,
ASTREB Cipanas,
Nias
Cipanas,
SBR Cisarua,
ASTREB Cisarua,
Nias Cisarua
Tinggi tanaman pada minggu ke 8 di kedua lokasi dipengaruhi oleh varietas
tanaman (Tabel 1, Lampiran 3 dan 4), tetapi tidak dipengaruhi oleh pemberian
putresin dan interaksi antar putresin dan varietas. Tinggi tanaman gandum yang
ditanam di Cisarua lebih pendek dibanding tinggi tanaman di Cipanas.
Tabel 1 Tinggi tanaman dan jumlah anakan minggu ke 8 dari tiga varietas
gandum toleran suhu tinggi di Cipanas dan Cisarua
Varietas
SBR
ASTREB
Nias
SBR
ASTREB
Nias
Tinggi tanaman (cm)
Cipanas
87.5c
80.4a
84.7b
Cisarua
a
63.7
69.9b
70.1b
Jumlah anakan
8
8
8
8
7
6
Keterangan: Angka pada kolo m yang sama yang diikuti o leh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DM RT pada α=0.05, sedangkan angka yang tidak diikuti o leh huruf
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji F pada α=0.05
Jumlah anakan tidak dipengaruhi baik oleh pemberian putresin, varietas
tanaman maupun interaksinya (Tabel 1, Lampiran 3 dan 4), sehingga jumlah
anakan yang diperoleh tidak berbeda nyata antar varietas gandum di kedua lokasi
penelitian (Cipanas dan Cisarua), tetapi jumlah anakan tanaman gandum yang
ditanam di Cisarua cenderung lebih sedikit dibandingkan jumlah anakan di
Cipanas.
6
Karakter Reproduktif Tanaman
Karakter reproduktif yang diamati pada ketiga varietas gandum di kedua
lokasi penelitian menunjukkan beberapa peubah yaitu umur bunga, umur panen,
panjang malai, jumlah spikelet per malai dan jumlah floret hampa per malai
dipengaruhi oleh varietas gandum, sedangkan pemberian putresin dan interaksinya
dengan varietas tidak berpengaruh. Beberapa peubah yang tidak dipengaruhi
secara nyata oleh varietas, contohnya jumlah biji per malai di kedua lokasi,
jumlah floret per malai, jumlah biji per malai serta bobot per malai di lokasi
Cisarua (Tabel 2).
Tabel 2 Karakter reproduktif tiga varietas gandum (T. aestivum) toleran suhu
tinggi yang ditanam di Cipanas dan Cisarua
Varietas
UB
UP
PM
SBR
ASTREB
NIAS
63b
54a
56a
93b
88a
88a
9.3b
8.0a
8.5a
SBR
ASTREB
NIAS
64b
55a
53a
92b
82a
82a
10.3b
9.9b
9.1a
JS
JF
Cipanas
20c
69b
a
16
58a
b
17
60a
Cisarua
22b
82
17a
68
17a
76
JFH
JB
BB
37c
21a
30b
33
37
30
0.6b
0.7b
0.5a
51b
30a
27a
38
39
41
0.9
1.0
0.9
Keterangan: UB= Umur Bunga, UP= Umu r Panen, PM= Panjang Malai, JS= Ju mlah Sp ikelet per
Malai, JF= Ju mlah Floret per Malai, JFH= Ju mlah Floret Hampa per Malai, JB=
Jumlah Biji per Malai, BB= Bobot Biji per Malai. Angka yang diikuti oleh huruf
yang sama pada kolo m yang sama tidak berbeda nyata pada taraf u ji DM RT pada
α=0.05, sedangkan angka yang tidak diikuti oleh huruf menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji F pada α=0.05
Bunga dan Umur Berbunga
Bunga gandum merupakan bunga majemuk dengan tipe malai, satuan bunga
disebut floret yang terletak pada satu spikelet (Gambar 2a). Dalam satu spikelet
terdapat 2- 4 floret. Struktur bunga gandum yang diamati terdiri dari rachis, glume,
lemma, palea, awn, putik, bakal buah dan benangsari (Gambar 2). Bunga gandum
yang diamati, terdapat tiga floret dalam satu spikelet dan dalam setiap floret
ditemui tiga benangsari. Struktur bunga tanaman gandum tidak menunjukkan
adanya perbedaan baik yang ditanam di lokasi Cipanas maupun Cisarua.
Perlakuan putresin dan varietas gandum juga tidak berpengaruh terhadap
komponen bunga gandum.
Umur berbunga tanaman di kedua lokasi penelitian dipengaruhi oleh
varietas tanaman gandum. Varietas yang lebih cepat berbunga adalah ASTREB
(Cipanas) dan Nias (Cisarua), sedangkan varietas yang paling lama berbunga pada
kedua lokasi adalah SBR. Jika dibandingkan antara umur bunga tanaman di
Cipanas dan Cisarua diperoleh hasil bahwa umur bunga tanaman di kedua lokasi
tidak berbeda. Hal ini berarti menunjukkan tanaman gandum dari ketiga varietas
dapat tumbuh dengan baik di kedua lokasi (Tabel 2, Lampiran 3 dan 4).
7
Gambar 2 Perbungaan gandum. Malai gandum (a), spikelet (b), floret (c), struktur bunga (d) ovary
dan anther (e)
Bunga gandum memiliki bentuk kepala putik seperti bulu (plumose) yang
bercabang dua. Posisi kepala sari (anther) lebih tinggi dari kepala putik
menyebabkan bunga gandum melakukan penyerbukan sendiri. Fertilisasi terjadi
saat serbuk sari yang jatuh ditangkap oleh kepala putik. Bunga gandum tidak
memiliki sepal atau petal, namun memiliki lodikul sebagai modifikasi dari
perhiasan bunga yang terletak di dasar ovarium (Jacobs et al 2008).
Umur Panen
Umur panen tanaman gandum dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak
dipengaruhi oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Tanaman gandum yang
ditanam di Cipanas memiliki umur panen lebih lama dibanding tanaman gandum
di Cisarua. Varietas yang lebih cepat dipanen adalah ASTREB dan Nias,
sementara varietas gandum yang lebih lama dipanen adalah SBR (Tabel 2,
Lampiran 3 dan 4). Jika dibandingkan antara umur panen tanaman di Cipanas dan
Cisarua diperoleh hasil bahwa umur panen tanaman di kedua lokasi tidak berbeda.
Hal ini menunjukkan bahan tanaman gandum dari ketiga varietas dapat tumbuh
dengan baik di kedua lokasi. Gandum siap panen memiliki ciri-cirimalai dan
batang sudah terlihat menguning/mengering. Biji-biji gandum sudah mengeras yang
diperiksa dengan cara mengambil satu bulir atau lebih dari malai kemudian ditekan
menggunakan jari atau digigit (Gambar 3).
8
Gambar 3Perawakan gandum siap panen
Panjang Malai
Panjang malai gandum dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak dipengaruhi
oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Secara umum tanaman gandum yang
ditanam di Cisarua menghasilkan malai yang lebih panjang dibandingkan malai
yang dihasilkan dari tanaman di Cipanas (Tabel 2, Lampiran 3 dan 4). Malai
gandum paling panjang dihasilkan oleh varietas SBR (Cisarua) dan paling rendah
dihasilkan oleh varietas ASTREB (Cipanas).
Jumlah Spikelet per Malai
Jumlah spikelet per malai gandum juga dipengaruhi oleh varietas, tetapi
tidak dipengaruhi oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Jumlah spikelet per
malai di Cisarua lebih banyak dibandingkan di Cipanas. Jumlah spikelet
terbanyak dihasilkan oleh varietas SBR di Cisarua, sedangkan terendah dihasilkan
oleh varietas ASTREB di Cipanas. Hal ini berkaitan dengan panjang malai,
apabila malai gandum di Cisarua lebih panjang maka jumlah spikelet yang
dihasilkan akan lebih banyak dibanding tanaman di Cipanas (Tabel 2, Lampiran 3
dan 4). Jika dibandingkan antara jumlah spikelet per malai gandum di Cipanas dan
Cisarua diperoleh hasil bahwa jumlah spikelet per malai tidak berbeda di kedua
lokasi.
Jumlah Floret per Malai
Jumlah floret per malai gandum juga dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak
dipengaruhi oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Jumlah floret per malai di
Cisarua lebih banyak dibandingkan di Cipanas. Jumlah floret terbanyak dihasilkan
oleh varietas SBR di Cisarua, sedangkan terendah dihasilkan oleh varietas
ASTREB di Cipanas (Tabel 2, Lampiran 3 dan 4). Hal ini berkaitan dengan
jumlah spikelet per malai gandum, apabila jumlah spikelet per malai gandum di
Cisarua lebih banyak maka jumlah floret yang dihasilkan akan lebih banyak
dibanding tanaman di Cipanas.
Jumlah Biji dan Kehampaan Biji per Malai
Berbeda dengan peubah produksi lainnya, jumlah biji per malai tidak
berbeda nyata di kedua lokasi penelitian (Gambar 4). Jumlah biji terbanyak adalah
9
varietas Nias di Cisarua dan terendah adalah varietas SBR di Cipanas (Tabel 2,
Lampiran 3 dan 4). Jika dilihat dari banyaknya jumlah floret, jumlah biji di
Cipanas masih normal karena jumlah floret yang berisi biji setara dengan floret
hampa. Jumlah biji di Cisarua yang dihasilkan oleh varietas SBR terlihat tidak
normal karena jumlah floret yang berisi biji hanya sedikit dan lebih banyak yang
menjadi floret hampa.
Jumlah floret hampa per malai dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak
dipengaruhi oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Jumlah floret hampa per
malai di Cisarua lebih banyak dibandingkan di Cipanas. Jumlah floret hampa per
malai terbanyak dihasilkan oleh varietas SBR di Cisarua, sedangkan terendah
dihasilkan oleh varietas ASTREB di Cipanas (Tabel 2, Lampiran 3 dan 4).
Gambar 4 Biji gandum.Var SBR (a), varASTREB (b) dan varNias (c) di Cisarua
Bobot Biji per Malai
Bobot biji per malai juga dipengaruhi oleh varietas di lokasi Cipanas,
namun tidak berbeda nyata pada lokasi Cisarua. Bobot biji antar varietas di
masing- masing lokasi hasilnya tidak jauh berbeda. Bobot biji per malai tertinggi
dihasilkan oleh varietas SBR sebesar 0.6 g dan terendah adalah Nias sebesar 0.5 g
(Tabel 2, Lampiran 3 dan 4).
PEMBAHASAN
Gandum berasal dari lingkungan subtropis yang dapat tumbuh baik pada
suhu 10-21 0 C, namun gandum dapat tumbuh di daerah tropis dataran tinggi yang
memiliki suhu lebih rendah. Selain beradaptasi pada suhu rendah, gandum juga
membutuhkan kelembaban yang rendah. Gandum dapat tumbuh baik pada
kelembaban 40%, dengan suhu mencapai 28 0 C, namun gandum juga dapat
tumbuh pada suhu 23 0 C dengan kelembaban 80% (Ginkel dan Villareal 1996).
Data tersebut sesuai dengan hasil pengamatan iklim yang dilakukan di lokasi
penelitian. Gandum yang ditanam di daerah panas dan kekurangan air akan
menghasilkan produksi dan kualitas gandum yang lebih rendah dibandingkan
daerah lembab. Daerah tropis memiliki karakteristik lingkungan yang dicirikan
oleh suhu udara harian yang rata-rata lebih tinggi sepanjang tahun. Perbedaan
lingkungan merupakan komponen utama dalam penentu pertumbuhan,
perkembangan dan produksi tanaman. Semakin rendah suatu tempat maka variasi
10
suhu semakin meningkat. Suhu yang tinggi berpengaruh langsung terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Rahmah (2011) menyatakan
bahwa cekaman suhu dan ketinggian tempat tidak hanya mempengaruhi karakter
vegetatif tanaman gandum, namun dapat juga mempengaruhi karakter
reproduktiftanaman gandum.
Pertumbuhan tanaman gandum di C ipanas lebih baik dibandingkan di
Cisarua. Cipanas merupakan daerah dataran tinggi dimana tanaman gandum dapat
mencapai tinggi sebesar 102 cm (Subagyo 2001). Hal ini disebabkan suhu di
Cipanas sesuai dengan lingkungan asal tanaman gandum yang dapat tumbuh baik
pada suhu 10-21 0 C. Cisarua merupakan daerah dataran sedang yang memiliki
suhu rata-rata harian 25.2 0 C.
Tinggi tanaman di dua lokasi percobaan dipengaruhi ole h varietas tanaman,
namun jumlah anakan tidak dipengaruhi oleh varietas, perlakuan putresin maupun
interaksi antara putresin dan varietas. El- Tohamy et al. (2008) menyatakan bahwa
pemberian putresin dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibandingkan tanaman kontrol karena dapat mendorong pembelahan sel tanaman.
Tanaman gandum pada penelitian ini menunjukkan respon secara umum bahwa
pemberian putresin tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pada
seluruh karakter yang diamati di dua lokasi percobaan. Perbedaan hasil penelitian
ini dengan hasil studi sebelumnya mungkin disebabkan oleh putresin yang tidak
bekerja secara maksimal. Curah hujan yang tinggi saat percobaan berjalan
merupakan kendala utama tidak bekerjanya putresin terhadap pertumbuhan
tanaman.
Umur berbunga dan umur panen di dua lokasi penelitian tidak jauh berbeda.
Hasil ini tidak sesuai dengan Rahmah (2011) yang menyatakan bahwa ketinggian
tempat, suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya menyebabkan karakter
umur bunga dan umur panen berbeda. Penelitian dibeberapa daerah lainnya di
Indonesia membuktikan bahwa gandum di dataran rendah dapat berbunga lebih
cepat, yaitu 35-51 HST dibandingkan dengan gandum di dataran tinggi, yaitu 5560 HST (Aqil et al 2011).
Struktur bunga yang diamati pada masing- masing varietas gandum tidak
menunjukkan adanya perbedaan antar varietas gandum maupun perlakuan
putresin baik di Cipanas maupun Cisarua. Perbedaan hanya ditemukan pada saat
bunga masih tersusun dalam satu malai. Pada varietas SBR setiap spikelet
memiliki jarak yang tidak terlalu rapat, sedangkan varietas ASTREB dan Nias
setiap spikelet memiliki jarak yang lebih rapat.
Pembentukan biji terjadi kurang lebih 30 hari setelah bunga anthesis.
Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh bahwa hasil pengamatan reproduktif
gandum di Cisarua lebih besar dibandingkan di Cipanas. Perbedaan suhu,
kelembaban udara, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan ketinggian tempat
menunjukkan respon berbunga dan panen lebih cepat di Cisarua dibandingkan di
Cipanas. Malai gandum di Cisarua lebih panjang, jumlah spikelet dan jumlah
floret lebih banyak namun jumlah floret hampa yang dihasilkan juga lebih banyak.
Jumlah biji per malai gandum di Cipanas lebih banyak dibanding di Cisarua
karena jumlah floret hampa permalai yang dihasilkan di Cisarua lebih banyak.
Bobot biji per malai gandum Cisarua lebih berat dibandingkan di Cipanas karena
biji gandum yang dihasilkan di Cipanas banyak yang keriput sehingga bobotnya
11
lebih ringan sedangkan biji gandum di Cisarua lebih padat sehingga bobotnya
lebih berat.
Rendahnya nilai pada parameter reproduktif di Cipanas disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi pada masa pengisian biji sehingga mempengaruhi proses
pengisian biji. Curah hujan yang tinggi saat pengisian biji menyebabkan laju
fotosintesis rendah karena intensitas cahaya yang diperoleh rendah, sehingga
transfor hasil fotosintat ke biji menjadi berkurang. Biji-biji gandum yang ditanam
didataran rendah (Cisarua) lebih padat dan bobotnya lebih tinggi. Hal ini
disebabkan biji gandum tersebut terisi penuh didalam floret dan matang secara
fisiologis. Perbedaan hasil tersebut dimungkinkan karena pada saat pengisian biji
di Cipanas curah hujan sangat tinggi, suhu udara dan intensitas cahaya lebih
rendah dibanding di Cisarua, sehingga diperoleh hasil yang berbeda antara
Cipanas dan Cisarua meskipun ditanam pada musim yang sama (Yoshida 1981).
Varietas ASTREB memiliki tinggi tanaman dan jumlah anakan yang
moderat, umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat, tetapi panjang malai,
jumlah spikelet dan jumlah floret per malai rendah. Meskipun demikian, varietas
ASTREB memiliki jumlah floret hampa yang sedikit sehingga jumlah biji dan
bobot biji per malai lebih tinggi. Sebaliknya, varietas SBR memiliki tinggi
tanaman yang lebih tinggi dan jumlah anakan yang dihasilkan tidak terlalu rendah.
Umur berbunga dan umur panen relatif lebih lama, namun ukuran malai lebih
panjang sehingga jumlah spikelet dan jumlah floret per malai lebih banyak. Akan
tetapi, jumlah biji dan bobot biji yang diperoleh lebih rendah karena lebih banyak
jumlah floret hampa. Varietas Nias merupakan tanaman gandum lokal. Meskipun
varietas ini memiliki umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat, namun
pada beberapa karakter varietas Nias menunjukkan hasil yang lebih rendah. Hal
yang menarik adalah pada varietas yang sama tidak menunjukkan perbedaan
karakter reproduksi di kedua lokasi percobaan, namun pada karakter pertumbuhan
tinggi tanaman diperoleh hasil yang berbeda di kedua lokasi. Hal ini menunjukkan
bahwa tiga varietas tersebut bersifat toleran terhadap suhu tinggi, sehingga ketiga
varietas tersebut dapat tumbuh di kedua lokasi penanaman.
SIMPULAN
Varietas tanaman mempengaruhi tinggi tanaman gandum, namun tidak
mempengaruhi jumlah anakan. Umur berbunga dan umur panen hasilnya tidak
jauh berbeda pada kedua lokasi. Secara umum karakter reproduktif tanaman
gandum hanya dipengaruhi oleh varietas, namun tidak dipengaruhi oleh
pemberian putresin dan interaksi antara putresin dengan varietas. Respon karakter
reproduktif terhadap perbedaan lingkungan tidak berbeda. Tiga varietas yang
digunakan bersifat toleran terhadap suhu tinggi, sehingga k etiga varietas tersebut
dapat tumbuh di kedua lokasi penanaman.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aqil M, Marcia BP, Muslimah H. 2011. Inovasi gandum adaptif dataran rendah.
Majalah Sinar Tani Edisi 3390:12-13.
Dahlan M, Rudijanto, Murdianto J, dan Yusuf M . 2003. Usulan pelepasan varietas
gandum. Balai Penelitian Tanaman Serealia dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
El-Tohamy, El- Abagy, El- Greadly N. 2008. Studies effect of putrescine, Yeast
and Vitamin C on Growth, Yield and Physiological Responses of Eggplant
(Solanum melongena L.) Under Sandy Soil Condition. Australia Journal of
Basic and Applied Sciences. 2:296-300.
Ginkel VM, Villareal RL. 1996. Triticum L.p.137-143 In Grubben GJH, Soetjipto
Partohardjono (Eds). Plant resourse of South-East Asia (PROSEA); No. 10.
Cereals. Leiden, Netherland (NL): Backhuys Publishers.
Jacobs SWL, Whalley RDB, Wheeler DJB. 2008. Grasses of New South Wales.
New England (GB) : University of New England.
Jusuf M. 2002. Hasil penelitian budidaya gandum dan strategi pengembangannya
di masa datang. Makalah Pertemuan Koordinasi Penelitian dan
Pengembangan Gandum 3-4 september 2002. Jakarta (ID): Departemen
Pertanian (DEPTAN)
Loppies RS. 2010. Produksi gandum lokal belum mencukupi kebutuhan industri.
[APTINDO] Asosiasi Produsen Terigu Indonesia. [terhubung berkala].
http://bataviase.co.id/node/436332. html [27 Desember 2012].
Muchtadi TR, Sugiyono.1992.Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Natawijaya A. 2012. Analisis genetik dan seleksi generasi awal segregan gandum
(Triticum aestivum L) berdaya hasil tinggi [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Poehlman JM, Sleper DA. 1995. Breeding Field Crops. 4th eds. Ames (US): Iowa
State University Press
Rahmah. 2011. Keragaan genetika dan adaptabilitas gandum (Triticum
aestivumL.) introduksi di lingkungan tropis [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sovan M. 2002. Penanganan pascapanen gandum. Makalah disampaikan pada
acara Rapat Koordinasi Pengembangan Gandum. Pasuruan, Jawa Timur, 35 September 2002. Jakarta (ID): Direktorat Serealia Jenderal Bina Produksi
Tanaman Pangan.
Stoskoff CN. 1985. Cereal Grain Crops. Virginia (US): Reston Publishing
Company, Inc.
Subagyo. 2001. Uji adaptasi atau persiapan pelepasan dan gandum di Jawa
Tengah. Seminar Nasional. Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih. Semarang
(ID): Tanaman Pangan dan Hortikultura II.
Sunita, Gupta. 2011. Field efficacy of exogenously applied putrescine in wheat
(Triticum aestivum) under water-stress conditions. Indian Journal of
Agricultural Sciences. 81:516-9.
Yoshida S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. Los Banos(US):
International Rice Research Institute.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1
Rata-rata suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin
danintensitas cahaya di Cipanas padatahun 2013
Cipanas
Januari
Jumlah
Ratarata
Februari
Maret
T
RH
KA
IC
T
RH
KA
IC
T
RH
KA
IC
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
-
-
-
-
23
77
2,8
18200
19,5
75
3,9
30100
-
-
-
-
19,5
81,4
0,9
15340
25,1
45,5
10,5
25900
-
-
-
-
23
75,4
4,3
38000
25,5
65,1
4,7
31400
-
-
-
-
25,3
76,8
0,2
19690
19,5
75
7,5
31900
-
-
-
-
23,7
76,7
3,6
35500
25,1
45,5
5,6
18420
-
-
-
-
20,7
87,8
2,8
5290
25,5
65,1
1,3
8140
-
-
-
-
20
78,2
3,5
35100
16,2
84,2
1,5
9330
-
-
-
-
22,9
72,5
2,5
21400
17,4
77,1
1,2
6480
-
-
-
-
20,1
80,5
3,3
10570
21,2
74,6
0,4
14890
-
-
-
-
21
80,9
2,5
18560
21,1
71,3
0,5
1848
-
-
-
-
21,3
82,3
2,4
11100
18,2
85,6
0,4
10000
-
-
-
-
25
78,3
3,3
3850
18,7
82,5
1
2800
-
-
-
-
22
78
1,9
16800
17,3
88,8
1
1203
-
-
-
-
21
64,5
1,3
9850
21,3
71,1
0,3
5900
-
-
-
-
22,3
81,9
1,2
18590
21,1
81,3
0,1
5940
-
-
-
-
20
83,2
1,9
10160
21,3
68,7
0,4
15330
-
-
-
-
19,6
76,2
5,8
12400
19,2
81,9
0,4
4410
-
-
-
-
18
79
2,2
15700
20,7
69,3
0,2
18640
24,6
63,9
1,9
18490
21,8
73,7
3,8
30500
25,5
65,2
0,2
15670
23,8
72,6
2
8450
20,2
78,9
4,3
15380
20,9
75,8
0,7
38400
20,6
70,3
4,5
11210
17,5
78,6
6,7
6640
21
70,4
0,4
25200
20
74,6
3,7
16200
18,1
83,3
4,5
19910
19,7
69,7
0,2
15430
20
81,7
2,8
9140
21
83,1
9,3
12010
26
63,6
0,3
24300
20
83,6
3,5
12770
20,2
73,3
12,5
17070
24,2
58,6
1,6
12160
21,1
90
1,9
13200
20
68,8
7,5
11700
21,1
69,2
1,3
19040
20,4
84,3
2,4
18850
21,5
75,6
6,4
7890
22,2
71,1
1,2
1202
22,6
73,1
3,3
19320
21
79,8
6,9
13510
23,2
70,4
1,3
13870
17,1
75
4,2
12930
20,9
67,3
3,4
17080
23,3
70
1,8
21400
18,3
82,3
2,2
15090
-
-
-
-
19,5
77,3
0
16540
20,7
80,2
2,6
9910
-
-
-
-
19,7
76,4
-
3530
21,1
84,4
2,3
24500
-
-
-
-
23,9
70,4
-
18750
270,3
1016
37,3
190060
590,6
2173
111,7
467790
664,1
2216
49,9
468123
20,8
78,2
2,9
14620
21,1
77,6
4,0
16706,8
21,4
71,5
1,7
15100,7
Keterangan: T= Temperatur, RH= kelembaban udara, KA=kecepatan angin, IC=intensitas cahaya
14
Lampiran 2
Rata-rata suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan
intensitas cahaya di Cisarua pada tahun 2013
Cisarua
Februari
Jumlah
Ratarata
Maret
April
T
RH
KA
IC
T
RH
KA
IC
T
RH
KA
IC
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
-
-
-
31600
26,4
78,1
2
16100
28,3
77,3
0
15900
-
-
-
3170
29,2
77,2
0,1
44500
27,2
80,9
0,6
18600
-
-
-
47200
29
71
1,4
35400
28
77,2
0
18300
-
-
-
8890
26,3
89,5
1,1
51500
28,6
86
0
42300
-
-
-
26700
26,1
83,7
1
33000
26,6
82
0,8
11400
27
78,3
-
7630
28,7
73,6
1,2
58000
29,9
70,7
0
36700
28,9
73,4
2,1
51100
30,3
68,9
1,3
61800
29,9
86,2
0
1770
27,8
75,7
1,2
37900
27,9
77,3
0,8
13800
28,7
81,2
0
45200
27,5
73,6
2,8
9940
26
84,3
0,7
12100
26,2
91,8
0,1
32100
26,4
81,8
0
1980
29,6
81,4
0
67100
26,1
83,9
0,7
20400
26,1
78,6
0,2
0
31,2
66,2
2,9
53500
25,2
85,8
0,2
201
26,1
85
0,7
0
31,5
63,1
0,4
50100
26,2
80,8
0,1
62900
26,1
-
-
48000
27,8
77
1,8
27800
25,4
79,5
0
15500
26,1
-
-
10700
32,6
63,8
1,2
48100
27,2
85,5
0
13800
25,9
80,5
0
11200
28,8
75,7
0
27200
27,2
83,1
0,6
37500
28,7
74,7
1,6
25200
28,7
75,6
1,2
48900
27,1
77,9
0,1
22600
23,9
83,9
0,6
7500
28,6
69,3
0,1
18800
27,1
91,1
0
27000
24,4
90,8
1,5
13800
31,1
66,1
0,7
47900
25,7
88,5
0
1160
26,6
81,7
0,2
14600
29,7
67,1
0,3
10000
25,8
84,3
0,1
5300
27,5
76
1,1
43700
29,7
79,3
0,2
26000
27,1
84,3
0
53900
25,2
76,7
3,3
15000
29,4
79,1
1,1
48600
27,1
91,5
0
5400
25,2
91,8
0
1410
28,9
78,5
0,8
39700
25,5
93,8
0,2
65800
23,9
92,4
0
3750
26,6
80,7
0,6
24600
26,5
92,1
0
61000
25,1
81,4
1,2
9970
28,6
79
1,7
19700
26,9
87,8
0,1
63100
24,4
82,2
0,2
7490
26,6
88,2
0
10500
26,9
88,3
0,8
7380
26,6
-
-
12500
29,2
80,5
0
40100
27
75,5
0,1
30900
26,6
-
-
29000
29,2
-
-
13300
27,1
-
-
-
34,6
70,4
0,7
55600
29,2
-
-
23500
-
-
-
-
-
-
-
-
29,2
-
-
46600
-
-
-
-
-
-
-
-
28,4
86,4
0
38800
-
-
-
-
-
-
-
-
31,1
86,1
1,8
45100
-
-
-
-
611
159
17,4
535530
680
2147
24,4
1102100
576
218
4,5
716111
26,5
80,5
1,0
19126
28,9
76,7
0,9
35552
27,1
84,1
0,2
27543
Keterangan: T= Temperatur, RH= kelembaban udara, KA=kecepatan angin, IC=intensitas cahaya
15
Lampiran 3 Sidik ragam karakter vegetatif dan reproduktif tanaman gandum dilokasi penelitian Cipanas
Cipanas
Sumber Keragaman
Blok
Putresin
Putresin * Blok
Varietas
Varietas * Putresin
Galat terkoreksi
db
2
2
4
2
4
12
TT
0.016
0.864
0.161
0
0.060
JA
0.003
0.282
0.415
0.895
0.245
UB
0.453
0.917
0.081
0
0.239
UP
0.111
0.444
0.736
0
0.342
Nilai P pada α = 0.05
PM
JS
0.417
0.871
0.935
1
0.494
0.445
0
0
0.372
0.689
JF
0.074
0.479
0.753
0
0.159
JFH
0.760
0.358
0.747
0
0.458
JB
0.043
0.255
0.839
0.120
0.779
BB
0.044
0.272
0.490
0.019
0.722
JFH
0.058
0.933
0.991
0.001
0.894
JB
0.491
0.519
0.449
0.491
0.533
BB
0.033
0.117
0.660
0.720
0.700
Lampiran 4 Sidik ragam karakter vegetatif dan reproduktif tanaman gandum di lokasi penelitian Cisarua
Cisarua
Sumber Keragaman
Blok
Putresin
Putresin * Blok
Varietas
Varietas * Putresin
Galat terkoreksi
db
2
2
4
2
4
12
TT
0.410
0.831
0.087
0.009
0.317
JA
0.790
0.160
0.834
0.137
0.873
UB
0.581
0.582
0.427
0.002
0.731
UP
0.460
0.548
0.446
0
0.586
Nilai P pada α = 0.05
PM
JS
0.582
0.263
0.690
0.198
0.137
0.613
0.001
0
0.283
0.288
JF
0.575
0.985
0.805
0.103
0.509
Keterangan : TT= Tinggi Tanaman, JA = Ju mlah Anakan, UB= Umur Bunga, UP= Umu r Panen, PM = Panjang Malai, JS= Jumlah Spikelet per Malai, JF= Ju mlah
Floret per Malai, JFH= Ju mlah Flo ret Hampa per Malai, JB= Ju mlah Biji per Malai, BB= Bobot Biji per Malai.
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kisaran, Sumatera Utara pada tanggal 26 Maret 1991,
dari Bapak Sumarianto dan Ibu Mestiawati. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta Yayasan Perguruan Nasional
(Yapenas) dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB melalui jalur Beasiswa Utusan
Daerah (BUD).
Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Tumbuhan Dasar pada
tahun ajaran 2012/2013. Penulis melaksanakan kegiatan studi lapangan di Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi dengan judul Kelelawar di Gua
Putih Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2011 di
bawah bimbingan Dr. Bambang Suryobroto. Penulis melaksanakan kegiatan
praktik lapangan di Batu-Malang dengan judul Budidaya Mawar melalui Teknik
Kultur Jaringan di PT Inggu Laut Abadi Batu, Jawa Timur pada tahun 2012 di
bawah bimbingan Prof Dr Ir Aris Tri Wahyudi, MSi.
TOLERAN SUHU TINGGI DI DATARAN TINGGI DAN
SEDANG
WULAN RAMADHANI RISTANTI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENG ETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Karakter
Reproduktif Gandum (Triticum aestivum L.) Toleran Suhu Tinggi di Dataran
Tinggi dan Sedang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Wulan Ramadhani Ristanti
NIM G34090097
ABSTRAK
WULAN RAMADHANI RISTANTI. Karakter Reproduktif Gandum (Triticum
aestivum L.) Toleran Suhu Tinggi di Dataran Tinggi dan Sedang. Dibimbing oleh
TATIK CHIKMAWATI dan MIFTAHUDIN.
Gandum (T. aestivum L.) merupakan tanaman serealia anggota famili
Gramineae yang berasal dari daerah subtropis. Pemberian putresin diduga dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman gandum yang ditanam di daerah tropis
sehingga tahan terhadap cekaman suhu tinggi dan mampu meningkatkan produksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan putresin pada
karakter reproduktif dari tiga varietas gandum (T. aestivum L.) toleran suhu tinggi
pada ketinggian 600 m dpl di Cisarua dan 1100 m dpl di Cipanas, Jawa Barat.
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama
adalah pemberian putresin dengan konsentrasi 0, 1.25 dan 2.5 mM, dan faktor
kedua adalah tiga varietas gandum, yaitu SBR, ASTREB dan Nias. Varietas
mempengaruhi tinggi tanaman dan beberapa karakter reproduktif berupa umur
berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah spikelet, jumlah floret, jumlah
floret hampa dan bobot biji per malai. Selain itu, perbedaan ketinggian tempat
penanaman yang mencerminkan perbedaan suhu sekitar 4 0 C mempengaruhi
tinggi tanaman dan jumlah anakan, tetapi tidak mempengaruhi karakter
reproduktif. Karakter reproduktif juga tidak menunjukkan respon terhadap
perlakuanputresin. Tiga varietas yang digunakan bersifat toleran terhadap suhu
tinggi, sehingga ketiga varietas tersebut dapat tumbuh di kedua lokasi penanaman.
Kata kunci: Putresin, reproduktif gandum, toleran suhu, Triticum aestivum L.
ABSTRACT
WULAN RAMADHANI RISTANTI. Reproductive Characters of High
Temperature-Tolerant Wheat (Triticum aestivumL.) at High and Medium Altitude.
Supervised by TATIK CHIKMAWATI and MIFTAHUDIN.
Wheat (T. aestivumL.) is a cereal crop and member of the family Gramineae
originated from subtropic region. It is suggested that putrescine aplication may
improve wheat growth in tropical environment indicating that wheat crop might
be resistant to high temperature stress and also able to increase its production.
This study aimed to observe the effect of putrescine treatment to the reproductive
characters of three cultivated varieties of high temperature-tolerant wheat that
were plantedin Cisarua 600 m asl and Cipanas 1100 m asl, West Java. This
experiment was designed as a factorial experiment with 2 factors. The first factor
was putrescine with three consentrations 0, 1.25, and 2.5 mM. The second factor
was wheat varieties, SBR, ASTREB and Nias. Wheat varieties influenced plant
height and some reproductive characters including flowering and harvesting age,
panicle length, number of spikelet, number of floret, number of empty floret, and
seed weight per panicle. Moreover, altitude affected the plant height and number
of tillers, but it did not affect the reproductive characters. Reproductive characters
did not respond to putrescien application. The three cultivated varieties are high
temperature-tolerant, therefore the varieties can be grown in two planting location.
Keywords : Putrescine, wheat reproductive, tolerant temperature, Triticum
aestivum L.
KARAKTER REPRODUKTIF GANDUM (Triticum aestivum L.)
TOLERAN SUHU TINGGI DI DATARAN TINGGI DAN
SEDANG
WULAN RAMADHANI RISTANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENG ETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Karakter Reproduktif Gandum (Triticum aestivum L.) Toleran
Suhu Tinggi di Dataran Tinggi dan Sedang
Nama
: Wulan Ramadhani Ristanti
NIM
: G34090097
Disetujui oleh
Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Miftahudin, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Karakter ReproduktifGandum (Triticum aestivum L.) Toleran
Suhu Tinggi di Dataran Tinggi dan Sedang
: Wulan Ramadhani Ristanti
Nama
: G34090097
NIM
Disetujui oleh
-
Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
2
4
" ,.,.,
f. ,J
Dr I r M iftahudin, MS i
P emb imb ing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karuniaNya sehingga penulisan karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2013 dengan judul
“Karakter Reproduktif Gandum (Triticum aestivum L.) Toleran Suhu Tinggi di
Dataran Tinggi dan Sedang”. Penelitian dilaksanakan di daerah Cipanas dan
Cisarua.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi. dan Dr
Ir Miftahudin, MSi. Selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan
penulisan karya ilmiah. Terima kasih kepada Bapak Adeel Abdulkarim Fadhl
Altuhaish yang telah banyak membantu dan menyediakan tempat untuk
terlaksananya penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang
tua tercinta dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, doa,
semangat dan bantuannya selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya
ilmiah.
Terima kasih kepada Bapak Misbah (karyawan Balithi) dan Bapak Ujang
(Cisarua) yang telah membantu dalam perawatan dan pengambilan data. Terima
kasih kepada Syasti, Firdha, Yuli dan Dian yang bersedia menemani di
Laboratorium. Terima kasih kepada kepada keluarga kecilku Bob, Puput, Mirah
dan Fadil yang selalu memberikan support, terimakasih kepada team saya Yusi,
Shely dan Sandi, serta seluruh mahasiswa/i biologi 46 atas kebersamaannya
selama mengikuti perkuliahan.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi yang berguna dan
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Februari 2014
Wulan Ramadhani Ristanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Bahan Tanaman
Metode Penelitian
HASIL
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Pertumbuhan Tanaman
Karakter Reproduktif Tanaman
Bunga dan Umur Berbunga
Umur Panen
Panjang Malai
Jumlah Spikelet per Malai
Jumlah Floret per Malai
Jumlah Biji dan Kehampaan Biji per Malai
Bobot Biji per Malai
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
ix
ix
1
1
1
2
2
2
2
4
4
4
6
6
7
8
8
8
8
9
9
11
12
13
17
DAFTAR TABEL
1 Tinggi tanaman dan jumlah anakan minggu ke 8 dari tiga varietas
gandum toleran suhu tinggi di Cipanas dan Cisarua
5
2 Karakter reproduktif tiga varietas gandum (T. aestivum) toleran suhu tinggi
yang ditanam di Cipanas dan Cisarua
6
DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan tinggi tanaman tiga varietas gandum toleran suhu tinggi yang
ditanamdi Cipanas dan Cisarua.
SBR Cipanas,
ASTREB Cipanas,
Nias Cipanas,
SBR Cisarua,
ASTREB Cisarua,
Nias Cisarua 5
2 Perbungaan gandum. Malai gandum (a), spikelet (b), floret (c), struktur
bunga (d) ovary dan anther (e)
7
3 Perawakan gandum siap panen
8
4 Biji gandum. Var SBR (a), var ASTREB (b) dan var Nias (c) di Cisarua
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas
cahaya di Cipanas pada tahun 2013
2 Rata-rata suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas
cahaya di Cisarua pada tahun 2013
3 Sidik ragam karakter vegetatif dan reproduktif tanaman gandum di lokasi
penelitian Cipanas
4 Sidik ragam karakter vegetatif dan reproduktif tanaman gandum di lokasi
penelitian Cisarua
13
14
15
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan tanaman serealia yang termasuk
kedalam famili Gramineae dan berasal dari daerah subtropis. Tanaman gandum
memiliki bunga dengan tipe majemuk (Stoskoff 1985). Dalam satu malai biasanya
terdiri atas banyak kumpulan bunga disebut spikelet yang bertumpuk satu sama
lain. Tiap spikelet terdiri dari beberapa bulir dan kulit ari (lemma dan palea).
Setiap bulir gandum mempunyai batang yang sangat kecil yang disebut rachilla.
Umumnya dalam setiap spikelet menghasilkan dua sampai tiga biji (Poehlman dan
Sleper 1995).
Gandum banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok manusia, pakan
ternak dan bahan baku dalam industri (Muchtadi dan Sugiyono 1992). Indonesia
menjadi negara pengimpor gandum dengan total impor 4.5 juta ton/tahun dan
angka ini terus meningkat dengan laju 2.6% per tahun (Loppies 2010). Menurut
Sovan (2002), Indonesia perlu melakukan upaya produksi gandum dalam negeri
untuk menekan impor gandum. Salah satu upaya untuk memperoleh gandum yang
dapat tumbuh dengan baik di Indonesia ialah dengan cara mengadaptasikan
gandum subtropis di lingkungan tropis Indonesia. Kondisi agroklimat yang
berbeda sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi gandum di Indonesia
(Natawijaya 2012).
Tahun 1993 telah dilepas varietas gandum dari hasil pemuliaan tanaman
melalui metode introduksi yaitu varietas Nias. Varietas Nias berasal dari galur
Thai-88 yang diintroduksi dari Thailand. Introduksi merupakan upaya pemuliaan
tanaman dengan cara mendatangkan sumber genetik baru dari luar negeri,
selanjutnya dilakukan uji adaptasi di daerah setempatdan dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian 900 m dpl (Jusuf 2002). Tahun 2003 telah berhasil dirilis
varietas gandum yang lebih adaptif pada ketinggian 1000 m dpl yaitu varietas
Selayar dan Dewata (Dahlan et al. 2003). Akan tetapi penanaman gandum di
dataran tinggi bersaing dengan tanaman hortikultura yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi sehingga pengembangan gandum di Indonesia perlu
diarahkan ke wilayah dataran sedang yang sampai saat ini belum dimanfaatkan
secara maksimal untuk produksi gandum. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan
dataran sedang di Indonesia memungkinkan tanaman gandum dapat mengalami
cekaman lingkungan khususnya cekaman suhu tinggi. Salah satu upaya
meningkatkan kemampuan tanaman gandum agar dapat beradaptasi pada
lingkungan suhu yang lebih tinggi adalah dengan memberikan perlakuan putresin.
Putresin diketahui dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
gandum tahan terhadap cekaman suhu tinggi dan mampu meningkatkan produksi
gandum. Sunita dan Gupta (2011) menyatakan bahwa aplikasi putresin pada
gandum dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, jumlah, dan bobot biji.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh perlakuan putresin pada
karakter reproduktif dari tiga varietas gandum (Triticum aestivum L.) toleran suhu
tinggi pada ketinggian 600 m dpl di Cisarua dan 1100 m dpl di Cipanas, Jawa
Barat.
2
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai dengan Juni 2013 di dua
agroekosistem yang berbeda, yaitu dataran tinggi (1100 m dpl) dengan suhu
harian rata-rata 21.6 0 C yang berlokasi di kebun percobaan Balai Penelitian
Tanaman Hias (Balithi), C ipanas dan dataran sedang (600 m dpl) dengan suhu
harian rata-rata 25.2 0 C yang berlokasi di kebun milik petani, Cisarua.
Pengamatan untuk beberapa peubah dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan
Biologi Molekular Tumbuhan, Departemen Biologi FMIPA, IPB.
Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gandum
varietas lokal, yaitu Nias dan dua varietas gandum introduksi, yaitu SBR
D/I/09/38 (SBR) dan ASTREB 2/CBRD (ASTREB) yang berasal dari CIMMYT.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan yang terpisah, yaitu percobaan di
Cipanas dan percobaan di Cisarua. Pada tiap lokasi, percobaan lapang yang
dilakukan merupakan percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor
pertama adalah pemberian putresin dengan konsentrasi 0, 1.25, dan 2.5 mM.
Faktor kedua adalah tiga varietas gandum yang terdiri dari satuvarietas gandum
lokal yaitu Nias dan duavarietas gandum introduksi yaitu SBR dan ASTREB.
Percobaan lapang ini menggunakan desain split blok dengan tiga ulangan. Sebagai
petak utama adalah pemberian putresin dan pada anak petak ditempatkan tiga
varietas gandum, sehingga secara keseluruhan terdapat 27 satuan percobaan. Tiap
varietas gandum ditanam pada petak berukuran 1.5 x 4 m. Setiap petak ditanam 5
baris tanaman dengan jarak antar baris 25 cm. Setiap baris ditanam 6 g benih
gandum.
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Pengolahan lahan dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Penanaman
dilakukan dengan jarak 25 cm antar baris dan disebar menggunakan metode larik.
Setelah benih disebar kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan dilakukan
dengan cara dilarik setiap petak. Pemupukan pertama diberikan 10 hari setelah
tanam (HST) dengan dosis 112.5 g Urea, 150 g SP36, dan 75 g KCl per petak
percobaan sedangkan pemberian pupuk kedua diberikan pada usia 30 HST denga n
dosis 112.5 g Urea per petak percobaan. Pengendalian gulma dilakukan secara
manual. Hama dan penyakit tanaman dikendalikan sesuai dengan tingkat serangan
dengan menggunakan pestisida.
3
Perlakuan Putresin
Pemberian putresin dengan konsentrasi 0, 1.25, dan 2.5 mM dilakukan pada
waktu satu minggu sebelum dan satu minggu setelah antesis. Pemberian putresin
dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman pada masing- masing petak
sesuai konsentrasi yang ditentukan dengan volume 300 ml per petak.
Pengamatan Iklim Mikro
Pengamatan iklim mikro dilakukan selama pertumbuhan tanaman gandum.
Iklim mikro yang diamati meliputi suhu, kelembaban udara, kecepatan angin da n
intensitas cahaya. Suhu dan kelembaban udara diukur dengan menggunakan
thermo-hygrometer, kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer
dan intensitas cahaya diukur dengan menggunakan luxmeter.
Penentuan Sampel
Tanaman gandum yang diamati sebanyak 5 sampel dalam 1 petak.
Penentuan sampel tanaman dilakukan secara random.
Pengamatan Peubah Pertumbuhan
Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran mulai
dari pangkal batang hingga ujung daun atau malai. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu sampai dengan pemberian
putresin ke dua.
Jumlah anakan. Jumlah anakan dihitung pada setiap rumpun dari sampel.
Penghitungan jumlah anakan tanaman gandum dilakukan secara manual pada saat
tanaman berumur 3 minggu sampai dengan pemberian putresin ke dua.
Pengamatan Peubah Reproduktif
Umur berbunga. Umur bunga ditentukan dengan cara menghitung tanggal
awal penanaman hingga malai muncul dan mekar bunga 50% dalam setiap petak.
Kemekaran bunga ditandai dengan terlihatnya benang sari yang mulai menjuntai
keluar dari bunga.
Struktur bunga. Struktur bunga gandum diamati pada saat bunga gandum
telah anthesis. Pada bunga tersebut dapat diamati bagian-bagian seperti benangsari,
tangkai sari, kepala putik, tangkai putik dan bakal buah. Selain itu, diamati juga
jumlah floret pada setiap spikelet serta jumlah anther setiap floret.
Umur Panen. Umur panen ditentukan pada saat malai dan batang sudah
terlihat matang secara fisiologi yaitu penampilan malai dan batang yang telah
mulai menguning sebanyak 50% per petak. Panen dilakukan secara bertahap
bergantung pada tingkat kematangan setiap varietas. Cara panen dilakukan dengan
memotong batang gandum bagian atas menggunakan gunting atau cutter. Hasil
panen dikeringkan dalam oven pada suhu 60 0 C selama 24 jam.
4
Panjang malai. Sebelum gandum dirontokkan, panjang malai gandum
diukur dari spikelet pangkal muncul sampai spikelet ujung tidak termasuk rambut
malai dan dilakukan setelah dikeringkan.
Jumlah spikelet per malai. Jumlah spikelet per malai dihitung setelah
dilakukan pengukuran panjang malai.
Jumlah floret per malai. Jumlah floret per malai dihitung setelah
dilakukan pengukuran panjang malai dan penghitungan jumlah spikelet per malai
dengan cara merontokkan spikelet dari malai.
Jumlah biji dan kehampaan biji per malai. Jumlah biji diambil dari 5
malai sampel dan dihitung dengan cara merontokkan malai gandum. Biji yang
telah rontok dihitung secara manual. Kehampaan biji dihitung dengan cara
mengurangkan jumlah floret pada setiap malai dengan jumlah biji.
Kehampaan Biji = ( ∑ Floret/malai ) – ( ∑ Biji/malai )
Bobot biji per malai. Setelah penghitungan biji selanjutnya dilakukan
penimbangan bobot biji pada setiap malai.
Analisis Data
Analisis data menggunakan sidik ragam dengan uji F pada taraf uji 5%.
Apabila hasil pengujian menunjukkan pengaruh nyata dari perlakuan yang
diberikan, maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada α =0.05.
HASIL
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Rata-rata suhu udara harian selama percobaan berlangsung di Cipanas (1100
m dpl) adalah 21.8 0 C, kelembaban udara sebesar 78.4%, kecepatan angin 2.6 m/s
dan intensitas cahaya sebesar 19.77 lux (Lampiran 1), sedangkan rata-rata suhu
udara harian di Cisarua (700 m dpl) adalah 27.5 0 C, kelembaban udara sebesar
82.9%, kecepatan angin sebesar 0.5 m/s dan intensitas cahaya sebesar 2733 lux
(Lampiran 2).
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi tanaman gandum terlihat mengalami peningkatan setiap minggu.
Tinggi tanaman yang diukur pada 3-6 minggu setelah tanam (MST) tidak terlihat
adanya perbedaan di kedua lokasi penelitian (Cipanas dan Cisarua). Tanaman
gandum mengalami peningkatan yang signifikan di 7 dan 8 MST sehingga
tanaman gandum di Cipanas lebih tinggi dibandingkan tanaman gandum di
Cisarua (Gambar 1).
5
100
90
Tinggi Tanaman (cm)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
3
4
5
6
Umur Tanaman (MST)
7
8
Gambar 1 Pertu mbuhan tinggi tanaman t iga varietas gandum toleran suhu tinggi yang ditanam
di Cipanas dan Cisarua.
SBR Cipanas,
ASTREB Cipanas,
Nias
Cipanas,
SBR Cisarua,
ASTREB Cisarua,
Nias Cisarua
Tinggi tanaman pada minggu ke 8 di kedua lokasi dipengaruhi oleh varietas
tanaman (Tabel 1, Lampiran 3 dan 4), tetapi tidak dipengaruhi oleh pemberian
putresin dan interaksi antar putresin dan varietas. Tinggi tanaman gandum yang
ditanam di Cisarua lebih pendek dibanding tinggi tanaman di Cipanas.
Tabel 1 Tinggi tanaman dan jumlah anakan minggu ke 8 dari tiga varietas
gandum toleran suhu tinggi di Cipanas dan Cisarua
Varietas
SBR
ASTREB
Nias
SBR
ASTREB
Nias
Tinggi tanaman (cm)
Cipanas
87.5c
80.4a
84.7b
Cisarua
a
63.7
69.9b
70.1b
Jumlah anakan
8
8
8
8
7
6
Keterangan: Angka pada kolo m yang sama yang diikuti o leh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DM RT pada α=0.05, sedangkan angka yang tidak diikuti o leh huruf
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji F pada α=0.05
Jumlah anakan tidak dipengaruhi baik oleh pemberian putresin, varietas
tanaman maupun interaksinya (Tabel 1, Lampiran 3 dan 4), sehingga jumlah
anakan yang diperoleh tidak berbeda nyata antar varietas gandum di kedua lokasi
penelitian (Cipanas dan Cisarua), tetapi jumlah anakan tanaman gandum yang
ditanam di Cisarua cenderung lebih sedikit dibandingkan jumlah anakan di
Cipanas.
6
Karakter Reproduktif Tanaman
Karakter reproduktif yang diamati pada ketiga varietas gandum di kedua
lokasi penelitian menunjukkan beberapa peubah yaitu umur bunga, umur panen,
panjang malai, jumlah spikelet per malai dan jumlah floret hampa per malai
dipengaruhi oleh varietas gandum, sedangkan pemberian putresin dan interaksinya
dengan varietas tidak berpengaruh. Beberapa peubah yang tidak dipengaruhi
secara nyata oleh varietas, contohnya jumlah biji per malai di kedua lokasi,
jumlah floret per malai, jumlah biji per malai serta bobot per malai di lokasi
Cisarua (Tabel 2).
Tabel 2 Karakter reproduktif tiga varietas gandum (T. aestivum) toleran suhu
tinggi yang ditanam di Cipanas dan Cisarua
Varietas
UB
UP
PM
SBR
ASTREB
NIAS
63b
54a
56a
93b
88a
88a
9.3b
8.0a
8.5a
SBR
ASTREB
NIAS
64b
55a
53a
92b
82a
82a
10.3b
9.9b
9.1a
JS
JF
Cipanas
20c
69b
a
16
58a
b
17
60a
Cisarua
22b
82
17a
68
17a
76
JFH
JB
BB
37c
21a
30b
33
37
30
0.6b
0.7b
0.5a
51b
30a
27a
38
39
41
0.9
1.0
0.9
Keterangan: UB= Umur Bunga, UP= Umu r Panen, PM= Panjang Malai, JS= Ju mlah Sp ikelet per
Malai, JF= Ju mlah Floret per Malai, JFH= Ju mlah Floret Hampa per Malai, JB=
Jumlah Biji per Malai, BB= Bobot Biji per Malai. Angka yang diikuti oleh huruf
yang sama pada kolo m yang sama tidak berbeda nyata pada taraf u ji DM RT pada
α=0.05, sedangkan angka yang tidak diikuti oleh huruf menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji F pada α=0.05
Bunga dan Umur Berbunga
Bunga gandum merupakan bunga majemuk dengan tipe malai, satuan bunga
disebut floret yang terletak pada satu spikelet (Gambar 2a). Dalam satu spikelet
terdapat 2- 4 floret. Struktur bunga gandum yang diamati terdiri dari rachis, glume,
lemma, palea, awn, putik, bakal buah dan benangsari (Gambar 2). Bunga gandum
yang diamati, terdapat tiga floret dalam satu spikelet dan dalam setiap floret
ditemui tiga benangsari. Struktur bunga tanaman gandum tidak menunjukkan
adanya perbedaan baik yang ditanam di lokasi Cipanas maupun Cisarua.
Perlakuan putresin dan varietas gandum juga tidak berpengaruh terhadap
komponen bunga gandum.
Umur berbunga tanaman di kedua lokasi penelitian dipengaruhi oleh
varietas tanaman gandum. Varietas yang lebih cepat berbunga adalah ASTREB
(Cipanas) dan Nias (Cisarua), sedangkan varietas yang paling lama berbunga pada
kedua lokasi adalah SBR. Jika dibandingkan antara umur bunga tanaman di
Cipanas dan Cisarua diperoleh hasil bahwa umur bunga tanaman di kedua lokasi
tidak berbeda. Hal ini berarti menunjukkan tanaman gandum dari ketiga varietas
dapat tumbuh dengan baik di kedua lokasi (Tabel 2, Lampiran 3 dan 4).
7
Gambar 2 Perbungaan gandum. Malai gandum (a), spikelet (b), floret (c), struktur bunga (d) ovary
dan anther (e)
Bunga gandum memiliki bentuk kepala putik seperti bulu (plumose) yang
bercabang dua. Posisi kepala sari (anther) lebih tinggi dari kepala putik
menyebabkan bunga gandum melakukan penyerbukan sendiri. Fertilisasi terjadi
saat serbuk sari yang jatuh ditangkap oleh kepala putik. Bunga gandum tidak
memiliki sepal atau petal, namun memiliki lodikul sebagai modifikasi dari
perhiasan bunga yang terletak di dasar ovarium (Jacobs et al 2008).
Umur Panen
Umur panen tanaman gandum dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak
dipengaruhi oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Tanaman gandum yang
ditanam di Cipanas memiliki umur panen lebih lama dibanding tanaman gandum
di Cisarua. Varietas yang lebih cepat dipanen adalah ASTREB dan Nias,
sementara varietas gandum yang lebih lama dipanen adalah SBR (Tabel 2,
Lampiran 3 dan 4). Jika dibandingkan antara umur panen tanaman di Cipanas dan
Cisarua diperoleh hasil bahwa umur panen tanaman di kedua lokasi tidak berbeda.
Hal ini menunjukkan bahan tanaman gandum dari ketiga varietas dapat tumbuh
dengan baik di kedua lokasi. Gandum siap panen memiliki ciri-cirimalai dan
batang sudah terlihat menguning/mengering. Biji-biji gandum sudah mengeras yang
diperiksa dengan cara mengambil satu bulir atau lebih dari malai kemudian ditekan
menggunakan jari atau digigit (Gambar 3).
8
Gambar 3Perawakan gandum siap panen
Panjang Malai
Panjang malai gandum dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak dipengaruhi
oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Secara umum tanaman gandum yang
ditanam di Cisarua menghasilkan malai yang lebih panjang dibandingkan malai
yang dihasilkan dari tanaman di Cipanas (Tabel 2, Lampiran 3 dan 4). Malai
gandum paling panjang dihasilkan oleh varietas SBR (Cisarua) dan paling rendah
dihasilkan oleh varietas ASTREB (Cipanas).
Jumlah Spikelet per Malai
Jumlah spikelet per malai gandum juga dipengaruhi oleh varietas, tetapi
tidak dipengaruhi oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Jumlah spikelet per
malai di Cisarua lebih banyak dibandingkan di Cipanas. Jumlah spikelet
terbanyak dihasilkan oleh varietas SBR di Cisarua, sedangkan terendah dihasilkan
oleh varietas ASTREB di Cipanas. Hal ini berkaitan dengan panjang malai,
apabila malai gandum di Cisarua lebih panjang maka jumlah spikelet yang
dihasilkan akan lebih banyak dibanding tanaman di Cipanas (Tabel 2, Lampiran 3
dan 4). Jika dibandingkan antara jumlah spikelet per malai gandum di Cipanas dan
Cisarua diperoleh hasil bahwa jumlah spikelet per malai tidak berbeda di kedua
lokasi.
Jumlah Floret per Malai
Jumlah floret per malai gandum juga dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak
dipengaruhi oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Jumlah floret per malai di
Cisarua lebih banyak dibandingkan di Cipanas. Jumlah floret terbanyak dihasilkan
oleh varietas SBR di Cisarua, sedangkan terendah dihasilkan oleh varietas
ASTREB di Cipanas (Tabel 2, Lampiran 3 dan 4). Hal ini berkaitan dengan
jumlah spikelet per malai gandum, apabila jumlah spikelet per malai gandum di
Cisarua lebih banyak maka jumlah floret yang dihasilkan akan lebih banyak
dibanding tanaman di Cipanas.
Jumlah Biji dan Kehampaan Biji per Malai
Berbeda dengan peubah produksi lainnya, jumlah biji per malai tidak
berbeda nyata di kedua lokasi penelitian (Gambar 4). Jumlah biji terbanyak adalah
9
varietas Nias di Cisarua dan terendah adalah varietas SBR di Cipanas (Tabel 2,
Lampiran 3 dan 4). Jika dilihat dari banyaknya jumlah floret, jumlah biji di
Cipanas masih normal karena jumlah floret yang berisi biji setara dengan floret
hampa. Jumlah biji di Cisarua yang dihasilkan oleh varietas SBR terlihat tidak
normal karena jumlah floret yang berisi biji hanya sedikit dan lebih banyak yang
menjadi floret hampa.
Jumlah floret hampa per malai dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak
dipengaruhi oleh perlakuan putresin dan interaksinya. Jumlah floret hampa per
malai di Cisarua lebih banyak dibandingkan di Cipanas. Jumlah floret hampa per
malai terbanyak dihasilkan oleh varietas SBR di Cisarua, sedangkan terendah
dihasilkan oleh varietas ASTREB di Cipanas (Tabel 2, Lampiran 3 dan 4).
Gambar 4 Biji gandum.Var SBR (a), varASTREB (b) dan varNias (c) di Cisarua
Bobot Biji per Malai
Bobot biji per malai juga dipengaruhi oleh varietas di lokasi Cipanas,
namun tidak berbeda nyata pada lokasi Cisarua. Bobot biji antar varietas di
masing- masing lokasi hasilnya tidak jauh berbeda. Bobot biji per malai tertinggi
dihasilkan oleh varietas SBR sebesar 0.6 g dan terendah adalah Nias sebesar 0.5 g
(Tabel 2, Lampiran 3 dan 4).
PEMBAHASAN
Gandum berasal dari lingkungan subtropis yang dapat tumbuh baik pada
suhu 10-21 0 C, namun gandum dapat tumbuh di daerah tropis dataran tinggi yang
memiliki suhu lebih rendah. Selain beradaptasi pada suhu rendah, gandum juga
membutuhkan kelembaban yang rendah. Gandum dapat tumbuh baik pada
kelembaban 40%, dengan suhu mencapai 28 0 C, namun gandum juga dapat
tumbuh pada suhu 23 0 C dengan kelembaban 80% (Ginkel dan Villareal 1996).
Data tersebut sesuai dengan hasil pengamatan iklim yang dilakukan di lokasi
penelitian. Gandum yang ditanam di daerah panas dan kekurangan air akan
menghasilkan produksi dan kualitas gandum yang lebih rendah dibandingkan
daerah lembab. Daerah tropis memiliki karakteristik lingkungan yang dicirikan
oleh suhu udara harian yang rata-rata lebih tinggi sepanjang tahun. Perbedaan
lingkungan merupakan komponen utama dalam penentu pertumbuhan,
perkembangan dan produksi tanaman. Semakin rendah suatu tempat maka variasi
10
suhu semakin meningkat. Suhu yang tinggi berpengaruh langsung terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Rahmah (2011) menyatakan
bahwa cekaman suhu dan ketinggian tempat tidak hanya mempengaruhi karakter
vegetatif tanaman gandum, namun dapat juga mempengaruhi karakter
reproduktiftanaman gandum.
Pertumbuhan tanaman gandum di C ipanas lebih baik dibandingkan di
Cisarua. Cipanas merupakan daerah dataran tinggi dimana tanaman gandum dapat
mencapai tinggi sebesar 102 cm (Subagyo 2001). Hal ini disebabkan suhu di
Cipanas sesuai dengan lingkungan asal tanaman gandum yang dapat tumbuh baik
pada suhu 10-21 0 C. Cisarua merupakan daerah dataran sedang yang memiliki
suhu rata-rata harian 25.2 0 C.
Tinggi tanaman di dua lokasi percobaan dipengaruhi ole h varietas tanaman,
namun jumlah anakan tidak dipengaruhi oleh varietas, perlakuan putresin maupun
interaksi antara putresin dan varietas. El- Tohamy et al. (2008) menyatakan bahwa
pemberian putresin dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibandingkan tanaman kontrol karena dapat mendorong pembelahan sel tanaman.
Tanaman gandum pada penelitian ini menunjukkan respon secara umum bahwa
pemberian putresin tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pada
seluruh karakter yang diamati di dua lokasi percobaan. Perbedaan hasil penelitian
ini dengan hasil studi sebelumnya mungkin disebabkan oleh putresin yang tidak
bekerja secara maksimal. Curah hujan yang tinggi saat percobaan berjalan
merupakan kendala utama tidak bekerjanya putresin terhadap pertumbuhan
tanaman.
Umur berbunga dan umur panen di dua lokasi penelitian tidak jauh berbeda.
Hasil ini tidak sesuai dengan Rahmah (2011) yang menyatakan bahwa ketinggian
tempat, suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya menyebabkan karakter
umur bunga dan umur panen berbeda. Penelitian dibeberapa daerah lainnya di
Indonesia membuktikan bahwa gandum di dataran rendah dapat berbunga lebih
cepat, yaitu 35-51 HST dibandingkan dengan gandum di dataran tinggi, yaitu 5560 HST (Aqil et al 2011).
Struktur bunga yang diamati pada masing- masing varietas gandum tidak
menunjukkan adanya perbedaan antar varietas gandum maupun perlakuan
putresin baik di Cipanas maupun Cisarua. Perbedaan hanya ditemukan pada saat
bunga masih tersusun dalam satu malai. Pada varietas SBR setiap spikelet
memiliki jarak yang tidak terlalu rapat, sedangkan varietas ASTREB dan Nias
setiap spikelet memiliki jarak yang lebih rapat.
Pembentukan biji terjadi kurang lebih 30 hari setelah bunga anthesis.
Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh bahwa hasil pengamatan reproduktif
gandum di Cisarua lebih besar dibandingkan di Cipanas. Perbedaan suhu,
kelembaban udara, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan ketinggian tempat
menunjukkan respon berbunga dan panen lebih cepat di Cisarua dibandingkan di
Cipanas. Malai gandum di Cisarua lebih panjang, jumlah spikelet dan jumlah
floret lebih banyak namun jumlah floret hampa yang dihasilkan juga lebih banyak.
Jumlah biji per malai gandum di Cipanas lebih banyak dibanding di Cisarua
karena jumlah floret hampa permalai yang dihasilkan di Cisarua lebih banyak.
Bobot biji per malai gandum Cisarua lebih berat dibandingkan di Cipanas karena
biji gandum yang dihasilkan di Cipanas banyak yang keriput sehingga bobotnya
11
lebih ringan sedangkan biji gandum di Cisarua lebih padat sehingga bobotnya
lebih berat.
Rendahnya nilai pada parameter reproduktif di Cipanas disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi pada masa pengisian biji sehingga mempengaruhi proses
pengisian biji. Curah hujan yang tinggi saat pengisian biji menyebabkan laju
fotosintesis rendah karena intensitas cahaya yang diperoleh rendah, sehingga
transfor hasil fotosintat ke biji menjadi berkurang. Biji-biji gandum yang ditanam
didataran rendah (Cisarua) lebih padat dan bobotnya lebih tinggi. Hal ini
disebabkan biji gandum tersebut terisi penuh didalam floret dan matang secara
fisiologis. Perbedaan hasil tersebut dimungkinkan karena pada saat pengisian biji
di Cipanas curah hujan sangat tinggi, suhu udara dan intensitas cahaya lebih
rendah dibanding di Cisarua, sehingga diperoleh hasil yang berbeda antara
Cipanas dan Cisarua meskipun ditanam pada musim yang sama (Yoshida 1981).
Varietas ASTREB memiliki tinggi tanaman dan jumlah anakan yang
moderat, umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat, tetapi panjang malai,
jumlah spikelet dan jumlah floret per malai rendah. Meskipun demikian, varietas
ASTREB memiliki jumlah floret hampa yang sedikit sehingga jumlah biji dan
bobot biji per malai lebih tinggi. Sebaliknya, varietas SBR memiliki tinggi
tanaman yang lebih tinggi dan jumlah anakan yang dihasilkan tidak terlalu rendah.
Umur berbunga dan umur panen relatif lebih lama, namun ukuran malai lebih
panjang sehingga jumlah spikelet dan jumlah floret per malai lebih banyak. Akan
tetapi, jumlah biji dan bobot biji yang diperoleh lebih rendah karena lebih banyak
jumlah floret hampa. Varietas Nias merupakan tanaman gandum lokal. Meskipun
varietas ini memiliki umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat, namun
pada beberapa karakter varietas Nias menunjukkan hasil yang lebih rendah. Hal
yang menarik adalah pada varietas yang sama tidak menunjukkan perbedaan
karakter reproduksi di kedua lokasi percobaan, namun pada karakter pertumbuhan
tinggi tanaman diperoleh hasil yang berbeda di kedua lokasi. Hal ini menunjukkan
bahwa tiga varietas tersebut bersifat toleran terhadap suhu tinggi, sehingga ketiga
varietas tersebut dapat tumbuh di kedua lokasi penanaman.
SIMPULAN
Varietas tanaman mempengaruhi tinggi tanaman gandum, namun tidak
mempengaruhi jumlah anakan. Umur berbunga dan umur panen hasilnya tidak
jauh berbeda pada kedua lokasi. Secara umum karakter reproduktif tanaman
gandum hanya dipengaruhi oleh varietas, namun tidak dipengaruhi oleh
pemberian putresin dan interaksi antara putresin dengan varietas. Respon karakter
reproduktif terhadap perbedaan lingkungan tidak berbeda. Tiga varietas yang
digunakan bersifat toleran terhadap suhu tinggi, sehingga k etiga varietas tersebut
dapat tumbuh di kedua lokasi penanaman.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aqil M, Marcia BP, Muslimah H. 2011. Inovasi gandum adaptif dataran rendah.
Majalah Sinar Tani Edisi 3390:12-13.
Dahlan M, Rudijanto, Murdianto J, dan Yusuf M . 2003. Usulan pelepasan varietas
gandum. Balai Penelitian Tanaman Serealia dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
El-Tohamy, El- Abagy, El- Greadly N. 2008. Studies effect of putrescine, Yeast
and Vitamin C on Growth, Yield and Physiological Responses of Eggplant
(Solanum melongena L.) Under Sandy Soil Condition. Australia Journal of
Basic and Applied Sciences. 2:296-300.
Ginkel VM, Villareal RL. 1996. Triticum L.p.137-143 In Grubben GJH, Soetjipto
Partohardjono (Eds). Plant resourse of South-East Asia (PROSEA); No. 10.
Cereals. Leiden, Netherland (NL): Backhuys Publishers.
Jacobs SWL, Whalley RDB, Wheeler DJB. 2008. Grasses of New South Wales.
New England (GB) : University of New England.
Jusuf M. 2002. Hasil penelitian budidaya gandum dan strategi pengembangannya
di masa datang. Makalah Pertemuan Koordinasi Penelitian dan
Pengembangan Gandum 3-4 september 2002. Jakarta (ID): Departemen
Pertanian (DEPTAN)
Loppies RS. 2010. Produksi gandum lokal belum mencukupi kebutuhan industri.
[APTINDO] Asosiasi Produsen Terigu Indonesia. [terhubung berkala].
http://bataviase.co.id/node/436332. html [27 Desember 2012].
Muchtadi TR, Sugiyono.1992.Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Natawijaya A. 2012. Analisis genetik dan seleksi generasi awal segregan gandum
(Triticum aestivum L) berdaya hasil tinggi [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Poehlman JM, Sleper DA. 1995. Breeding Field Crops. 4th eds. Ames (US): Iowa
State University Press
Rahmah. 2011. Keragaan genetika dan adaptabilitas gandum (Triticum
aestivumL.) introduksi di lingkungan tropis [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sovan M. 2002. Penanganan pascapanen gandum. Makalah disampaikan pada
acara Rapat Koordinasi Pengembangan Gandum. Pasuruan, Jawa Timur, 35 September 2002. Jakarta (ID): Direktorat Serealia Jenderal Bina Produksi
Tanaman Pangan.
Stoskoff CN. 1985. Cereal Grain Crops. Virginia (US): Reston Publishing
Company, Inc.
Subagyo. 2001. Uji adaptasi atau persiapan pelepasan dan gandum di Jawa
Tengah. Seminar Nasional. Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih. Semarang
(ID): Tanaman Pangan dan Hortikultura II.
Sunita, Gupta. 2011. Field efficacy of exogenously applied putrescine in wheat
(Triticum aestivum) under water-stress conditions. Indian Journal of
Agricultural Sciences. 81:516-9.
Yoshida S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. Los Banos(US):
International Rice Research Institute.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1
Rata-rata suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin
danintensitas cahaya di Cipanas padatahun 2013
Cipanas
Januari
Jumlah
Ratarata
Februari
Maret
T
RH
KA
IC
T
RH
KA
IC
T
RH
KA
IC
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
-
-
-
-
23
77
2,8
18200
19,5
75
3,9
30100
-
-
-
-
19,5
81,4
0,9
15340
25,1
45,5
10,5
25900
-
-
-
-
23
75,4
4,3
38000
25,5
65,1
4,7
31400
-
-
-
-
25,3
76,8
0,2
19690
19,5
75
7,5
31900
-
-
-
-
23,7
76,7
3,6
35500
25,1
45,5
5,6
18420
-
-
-
-
20,7
87,8
2,8
5290
25,5
65,1
1,3
8140
-
-
-
-
20
78,2
3,5
35100
16,2
84,2
1,5
9330
-
-
-
-
22,9
72,5
2,5
21400
17,4
77,1
1,2
6480
-
-
-
-
20,1
80,5
3,3
10570
21,2
74,6
0,4
14890
-
-
-
-
21
80,9
2,5
18560
21,1
71,3
0,5
1848
-
-
-
-
21,3
82,3
2,4
11100
18,2
85,6
0,4
10000
-
-
-
-
25
78,3
3,3
3850
18,7
82,5
1
2800
-
-
-
-
22
78
1,9
16800
17,3
88,8
1
1203
-
-
-
-
21
64,5
1,3
9850
21,3
71,1
0,3
5900
-
-
-
-
22,3
81,9
1,2
18590
21,1
81,3
0,1
5940
-
-
-
-
20
83,2
1,9
10160
21,3
68,7
0,4
15330
-
-
-
-
19,6
76,2
5,8
12400
19,2
81,9
0,4
4410
-
-
-
-
18
79
2,2
15700
20,7
69,3
0,2
18640
24,6
63,9
1,9
18490
21,8
73,7
3,8
30500
25,5
65,2
0,2
15670
23,8
72,6
2
8450
20,2
78,9
4,3
15380
20,9
75,8
0,7
38400
20,6
70,3
4,5
11210
17,5
78,6
6,7
6640
21
70,4
0,4
25200
20
74,6
3,7
16200
18,1
83,3
4,5
19910
19,7
69,7
0,2
15430
20
81,7
2,8
9140
21
83,1
9,3
12010
26
63,6
0,3
24300
20
83,6
3,5
12770
20,2
73,3
12,5
17070
24,2
58,6
1,6
12160
21,1
90
1,9
13200
20
68,8
7,5
11700
21,1
69,2
1,3
19040
20,4
84,3
2,4
18850
21,5
75,6
6,4
7890
22,2
71,1
1,2
1202
22,6
73,1
3,3
19320
21
79,8
6,9
13510
23,2
70,4
1,3
13870
17,1
75
4,2
12930
20,9
67,3
3,4
17080
23,3
70
1,8
21400
18,3
82,3
2,2
15090
-
-
-
-
19,5
77,3
0
16540
20,7
80,2
2,6
9910
-
-
-
-
19,7
76,4
-
3530
21,1
84,4
2,3
24500
-
-
-
-
23,9
70,4
-
18750
270,3
1016
37,3
190060
590,6
2173
111,7
467790
664,1
2216
49,9
468123
20,8
78,2
2,9
14620
21,1
77,6
4,0
16706,8
21,4
71,5
1,7
15100,7
Keterangan: T= Temperatur, RH= kelembaban udara, KA=kecepatan angin, IC=intensitas cahaya
14
Lampiran 2
Rata-rata suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan
intensitas cahaya di Cisarua pada tahun 2013
Cisarua
Februari
Jumlah
Ratarata
Maret
April
T
RH
KA
IC
T
RH
KA
IC
T
RH
KA
IC
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
(°C)
(%)
(m/s)
(lux)
-
-
-
31600
26,4
78,1
2
16100
28,3
77,3
0
15900
-
-
-
3170
29,2
77,2
0,1
44500
27,2
80,9
0,6
18600
-
-
-
47200
29
71
1,4
35400
28
77,2
0
18300
-
-
-
8890
26,3
89,5
1,1
51500
28,6
86
0
42300
-
-
-
26700
26,1
83,7
1
33000
26,6
82
0,8
11400
27
78,3
-
7630
28,7
73,6
1,2
58000
29,9
70,7
0
36700
28,9
73,4
2,1
51100
30,3
68,9
1,3
61800
29,9
86,2
0
1770
27,8
75,7
1,2
37900
27,9
77,3
0,8
13800
28,7
81,2
0
45200
27,5
73,6
2,8
9940
26
84,3
0,7
12100
26,2
91,8
0,1
32100
26,4
81,8
0
1980
29,6
81,4
0
67100
26,1
83,9
0,7
20400
26,1
78,6
0,2
0
31,2
66,2
2,9
53500
25,2
85,8
0,2
201
26,1
85
0,7
0
31,5
63,1
0,4
50100
26,2
80,8
0,1
62900
26,1
-
-
48000
27,8
77
1,8
27800
25,4
79,5
0
15500
26,1
-
-
10700
32,6
63,8
1,2
48100
27,2
85,5
0
13800
25,9
80,5
0
11200
28,8
75,7
0
27200
27,2
83,1
0,6
37500
28,7
74,7
1,6
25200
28,7
75,6
1,2
48900
27,1
77,9
0,1
22600
23,9
83,9
0,6
7500
28,6
69,3
0,1
18800
27,1
91,1
0
27000
24,4
90,8
1,5
13800
31,1
66,1
0,7
47900
25,7
88,5
0
1160
26,6
81,7
0,2
14600
29,7
67,1
0,3
10000
25,8
84,3
0,1
5300
27,5
76
1,1
43700
29,7
79,3
0,2
26000
27,1
84,3
0
53900
25,2
76,7
3,3
15000
29,4
79,1
1,1
48600
27,1
91,5
0
5400
25,2
91,8
0
1410
28,9
78,5
0,8
39700
25,5
93,8
0,2
65800
23,9
92,4
0
3750
26,6
80,7
0,6
24600
26,5
92,1
0
61000
25,1
81,4
1,2
9970
28,6
79
1,7
19700
26,9
87,8
0,1
63100
24,4
82,2
0,2
7490
26,6
88,2
0
10500
26,9
88,3
0,8
7380
26,6
-
-
12500
29,2
80,5
0
40100
27
75,5
0,1
30900
26,6
-
-
29000
29,2
-
-
13300
27,1
-
-
-
34,6
70,4
0,7
55600
29,2
-
-
23500
-
-
-
-
-
-
-
-
29,2
-
-
46600
-
-
-
-
-
-
-
-
28,4
86,4
0
38800
-
-
-
-
-
-
-
-
31,1
86,1
1,8
45100
-
-
-
-
611
159
17,4
535530
680
2147
24,4
1102100
576
218
4,5
716111
26,5
80,5
1,0
19126
28,9
76,7
0,9
35552
27,1
84,1
0,2
27543
Keterangan: T= Temperatur, RH= kelembaban udara, KA=kecepatan angin, IC=intensitas cahaya
15
Lampiran 3 Sidik ragam karakter vegetatif dan reproduktif tanaman gandum dilokasi penelitian Cipanas
Cipanas
Sumber Keragaman
Blok
Putresin
Putresin * Blok
Varietas
Varietas * Putresin
Galat terkoreksi
db
2
2
4
2
4
12
TT
0.016
0.864
0.161
0
0.060
JA
0.003
0.282
0.415
0.895
0.245
UB
0.453
0.917
0.081
0
0.239
UP
0.111
0.444
0.736
0
0.342
Nilai P pada α = 0.05
PM
JS
0.417
0.871
0.935
1
0.494
0.445
0
0
0.372
0.689
JF
0.074
0.479
0.753
0
0.159
JFH
0.760
0.358
0.747
0
0.458
JB
0.043
0.255
0.839
0.120
0.779
BB
0.044
0.272
0.490
0.019
0.722
JFH
0.058
0.933
0.991
0.001
0.894
JB
0.491
0.519
0.449
0.491
0.533
BB
0.033
0.117
0.660
0.720
0.700
Lampiran 4 Sidik ragam karakter vegetatif dan reproduktif tanaman gandum di lokasi penelitian Cisarua
Cisarua
Sumber Keragaman
Blok
Putresin
Putresin * Blok
Varietas
Varietas * Putresin
Galat terkoreksi
db
2
2
4
2
4
12
TT
0.410
0.831
0.087
0.009
0.317
JA
0.790
0.160
0.834
0.137
0.873
UB
0.581
0.582
0.427
0.002
0.731
UP
0.460
0.548
0.446
0
0.586
Nilai P pada α = 0.05
PM
JS
0.582
0.263
0.690
0.198
0.137
0.613
0.001
0
0.283
0.288
JF
0.575
0.985
0.805
0.103
0.509
Keterangan : TT= Tinggi Tanaman, JA = Ju mlah Anakan, UB= Umur Bunga, UP= Umu r Panen, PM = Panjang Malai, JS= Jumlah Spikelet per Malai, JF= Ju mlah
Floret per Malai, JFH= Ju mlah Flo ret Hampa per Malai, JB= Ju mlah Biji per Malai, BB= Bobot Biji per Malai.
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kisaran, Sumatera Utara pada tanggal 26 Maret 1991,
dari Bapak Sumarianto dan Ibu Mestiawati. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta Yayasan Perguruan Nasional
(Yapenas) dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB melalui jalur Beasiswa Utusan
Daerah (BUD).
Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Tumbuhan Dasar pada
tahun ajaran 2012/2013. Penulis melaksanakan kegiatan studi lapangan di Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi dengan judul Kelelawar di Gua
Putih Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2011 di
bawah bimbingan Dr. Bambang Suryobroto. Penulis melaksanakan kegiatan
praktik lapangan di Batu-Malang dengan judul Budidaya Mawar melalui Teknik
Kultur Jaringan di PT Inggu Laut Abadi Batu, Jawa Timur pada tahun 2012 di
bawah bimbingan Prof Dr Ir Aris Tri Wahyudi, MSi.