Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Berguna di Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan Daerah Istimewa Yogyakarta

POTENSI DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN BERGUNA
DI KAWASAN SUAKA MARGASATWA PALIYAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WULANDARI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi dan
Pemanfaatan Tumbuhan Berguna di Suaka Margasatwa Paliyan Daerah Istimewa
Yogyakarta, adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Wulandari
NIM E34090077

ABSTRAK
WULANDARI. Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Berguna di Suaka
Margasatwa Paliyan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibimbing oleh SISWOYO
dan AGUS HIKMAT.
Suaka Margasatwa (SM) Paliyan merupakan kawasan suaka alam yang
memiliki ekosistem unik berupa pegunungan karst dengan spesies-spesies
tumbuhan yang tahan dengan kondisi iklim kering. Hasil analisis vegetasi dengan
metode kombinasi jalur dan garis berpetak diperoleh 86 spesies dari 34 famili.
Keanekaragaman tumbuhan di SM Paliyan tergolong sedang dan kemerataannya
tergolong rendah. Potensi tumbuhan berguna di SM Paliyan tergolong tinggi,
yaitu sebanyak 73 spesies (85%). Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di
sekitar SM Paliyan juga tergolong tinggi yaitu sebanyak 93 spesies dari 37 famili.

Kegunaan terbesar yaitu tumbuhan obat, tumbuhan penghasil pangan, dan
tumbuhan penghasil pakan ternak.
Kata kunci: masyarakat, pemanfaatan, potensi, Suaka Margasatwa Paliyan,
tumbuhan.

ABSTRACT
WULANDARI. Potential and Utilization Alternative Use of Herbs in Paliyan
Wildlife Sanctuary, Yogyakarta Special District. Supervised by SISWOYO and
AGUS HIKMAT.
Paliyan Wildlife Sanctuary is a natural sanctuaries that having unique
ecosystem, there are karst mountains with resistant plants species in drier climatic
conditions. Vegetation analysis in the forest was using combination of strip and
line quadrat method give result 86 species that belong into 34 families. The plants
diversity in Paliyan Wildlife Sanctuary are classified as medium and the evennes
are low. Potential alternative use of herbs in Paliyan Wildlife Sanctuary are
classified as high, there are 73 species (85%). People utilization of herb in Paliyan
Wildlife Sanctuary also classified as high, there are 93 species that belong into 37
families. The largest uses was medicinal plants, food-producing plants, and plants
producing animal feed.
Keywords: Paliyan Wildlife Sanctuary, people, plant, potential.


POTENSI DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN BERGUNA
DI KAWASAN SUAKA MARGASATWA PALIYAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WULANDARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Berguna di Kawasan
Suaka Margasatwa Paliyan Daerah Istimewa Yogyakarta
Wulandari

E340900n

Disetujui oleh

Ir Siswoyo, MSi
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

Dr Ir Agus Hikmat, MScF
Pembimbing II

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Berguna di Kawasan
Suaka Margasatwa Paliyan Daerah Istimewa Yogyakarta
: Wulandari
: E34090077

Disetujui oleh

Ir Siswoyo, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Agus Hikmat, MScF
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2013 ini
ialah tumbuhan berguna, dengan judul Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan
Berguna di Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo M Si dan Bapak Dr Ir
Agus Hikmat M Sc F selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada pihak BKSDA Yogyakarta, Bapak Widodo Kepala Resort
Paliyan, Bapak Agus Polisi Kehutanan Paliyan, Bapak Gunawan supervisor PT.
Rimba Partikel Indonesia Site Paliyan, Bapak Slamet, Bapak Radiyo, Bapak
Surahman, Bapak Joko, Bapak Bowo dan Ibu Wari yang telah membantu
kelancaran penulis selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, mamak, dan adik
tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa pula penulis ucapkan
terimakasih kepada keluarga besar Departemen KSHE, HIMAKOVA, Keluarga
Mahasiswa Klaten, “PAINEM” Paseduluran IPB Papat Enem (Nur Rahma, Indri,

Anggit, Usi, Cholil, Zaim, Aan, Alfian), Anggrek Hitam 46, dan seluruh sahabat
(Diah, Azza, Sahri, Gayuh, Yuka, Devi Desiawati) atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Desember 2013
Wulandari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2


Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan dan Alat

3

Prosedur

3

Pengolahan Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7


Kondisi Umum Lokasi Penelitian

7

Komposisi Tumbuhan di SM Paliyan

8

Klasifikasi Kelompok Kegunaan

14

Bentuk Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat

25

Interaksi Masyarakat dengan SM Paliyan

27


SIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

28

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

54

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Jenis data yang dikumpulkan
Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan
Persen habitus tumbuhan di SM Paliyan
Tumbuhan dengan INP ≥10% dari berbagai tingkat pertumbuhan
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan
Evennes di SM Paliyan
Rekapitulasi kegunaan tumbuhan di dalam dan di sekitar SM Paliyan
Potensi tumbuhan penghasil pangan di SM Paliyan
Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan di SM Paliyan
Potensi tumbuhan penghasil kayu bakar di SM Paliyan
Potensi tumbuhan penghasil pakan ternak di SM Paliyan
Potensi tumbuhan bahan pewarna dan tannin di SM Paliyan
Potensi tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan di SM Paliyan
Potensi tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan di SM Paliyan
Potensi tumbuhan hias di SM Paliyan
Potensi tumbuhan penghasil minyak atsiri di SM Paliyan
Potensi tumbuhan untuk penggunaan lain di SM Paliyan

3
5
10
11
13
14
15
18
18
20
21
21
22
23
24
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Lokasi penelitian
Bentuk metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi
Famili yang memiliki spesies ≥3
Spesies benguk (Mucuna pruriens)
Hamparan nipongan di bawah tegakan jati petak 138
Kimpul wungu sebagai tumbuhan penghasil pangan
Tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat (a) pinisilin (b) dadap
serep
Kayu munggur (Samanea saman) sebagai bahan bangunan
Kulit batang munggur sebagai kayu bakar
Pakan ternak yang terdiri dari suket-suketan dan kolonjono
Katimus sebagai tumbuhan bahan pewarna hijau
Bambu dan serat pisang untuk mengikat kayu bakar
Opo-opo sebagai tumbuhan untuk ritual adat
Suplir sebagai potensi tumbuhan hias
Wedusan sebagai tumbuhan penghasil minyak atsiri
Rirendet berpotensi untuk pupuk hijau
Famili yang memiliki jumlah spesies ≥3 individu
Persentase habitus tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat
Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat
Komposisi tumbuhan berguna hasil analisis vegetasi dan wawancara
masyarakat di SM Paliyan

2
4
9
10
12
15
17
17
19
19
20
22
23
23
24
24
26
26
27
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Daftar jenis tumbuhan berguna di SM Paliyan
Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar SM Paliyan
Potensi tumbuhan obat di SM Paliyan
Data responden masyarakat sekitar SM Paliyan
Hasil perhitungan INP tumbuhan di SM Paliyan

31
37
43
47
47

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suaka Margasatwa (SM) Paliyan merupakan kawasan suaka alam yang
memiliki ekosistem unik berupa pegunungan karst dengan spesies-spesies
tumbuhan yang tahan dengan kondisi iklim kering. Dahulunya, Suaka
Margasatwa Paliyan merupakan hutan tanaman jati milik Dinas Kehutanan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan ini berada pada petak 136 sampai dengan
petak 141 yang berada di wilayah Bagian Daerah Hutan (BDH) Paliyan. Alih
fungsi kawasan hutan produksi menjadi suaka margasatwa ditunjuk berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 171/Kpts-II/2000 tentang
penunjukan kawasan hutan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas
total 434,60 ha (BKSDA DIY 2011).
Keberadaan SM Paliyan berfungsi untuk pengawetan keanekaragaman
hayati yang ada di dalamnya, namun berbagai permasalahan yang timbul
mengancam kelestarian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Permasalahan yang timbul antara lain: perambahan kawasan oleh masyarakat
sekitar kawasan, pencurian kayu jati, rusaknya habitat monyet ekor panjang yang
berimbas ke masyarakat dan masalah kekeringan.
Kelestarian kawasan dapat dilakukan melalui pengelolaan kolaborasi yang
melibatkan masyarakat. Masyarakat akan ikut serta melestarikan kawasan apabila
masyarakat memperoleh manfaat dari adanya kawasan tersebut. Manfaat itu dapat
berasal dari tumbuhan maupun satwa yang ada di dalamnya. Keinginan untuk
melestarikan kawasan SM Paliyan akan semakin tinggi jika diketahui manfaat dari
berbagai spesies tumbuhan yang ada di dalamnya. Sehubungan dengan hal itu,
kegiatan pelestarian SM Paliyan perlu didukung ketersediaan data potensi
tumbuhan di SM Paliyan, sehingga perlu adanya penelitian mengenai potensi
tumbuhan berguna di SM Paliyan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan di SM Paliyan.
2. Mengidentifikasi kegunaan spesies tumbuhan di SM Paliyan.
3. Mengidentifikasi bentuk pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar SM
Paliyan.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat menjadi
informasi dan data dasar bagi pengelola dan masyarakat sekitar SM Paliyan.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pihak pengelola dalam
pengelolaan SM Paliyan yang berkelanjutan.

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan SM Paliyan, Gunung Kidul, Yogyakarta
dan desa-desa sekitar SM Paliyan, yaitu Desa Karangasem dan Kepek. Waktu
penelitian di lapang selama satu bulan, yaitu dari bulan Mei-Juni 2013. Lokasi
penelitian tersaji pada Gambar 1.

PETA SUAKA MARGASATWA PALIYAN

136

137

138

141

139

140

Keterangan :

Desa yang diwawancarai,

Jalur analisis vegetasi

Gambar 1 Lokasi penelitian

3
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan yaitu kompas, golok, pita meter, pita ukur, patok,
gunting, alat semprot, perekam suara, kamera digital dan alat tulis. Bahan yang
digunakan yaitu alkohol 70%, tali rafia, kertas koran, plastik spesimen (trashbag),
tally sheet dan panduan wawancara. Objek yang diteliti yaitu spesies tumbuhan
dan masyarakat sekitar kawasan SM Paliyan.

Prosedur
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan yaitu kondisi umum lokasi penelitian,
potensi keanekaragaman tumbuhan dan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat,
seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data
1. Kondisi umum
lokasi penelitian

2. Potensi
keanekaragaman
tumbuhan
3. Pemanfaatan
tumbuhan oleh
masyarakat

Aspek yang dikaji
1) Sejarah, letak dan
luas kawasan
2) Topografi dan
kelerengan
3) Iklim dan
hidrologi
4) Geologi dan jenis
tanah
5) Flora dan fauna
6) Sosial, ekonomi
dan budaya
masyarakat sekitar
kawasan
1) Nama lokal
2) Nama ilmiah
3) Famili
4) Habitus
1) Nama lokal
2) Nama ilmiah
3) Famili
4) Habitus
5) Manfaat
6) Bagian tumbuhan
yang digunakan

Sumber data
BKSDA
Yogyakarta,
Kecamatan
Paliyan

Metode
Studi literatur

Lapang
(SM Paliyan)

Analisis
vegetasi,
pengambilan
herbarium.
Wawancara

Lapang
(masyarakat
sekitar
kawasan di
Desa
Karangasem
dan Kepek)

4
Teknik Pengumpulan Data
Data-data dikumpulkan melalui analisis vegetasi, pembuatan spesimen
herbarium, identifikasi spesies tumbuhan, dan studi literatur. Penjelasan dari
tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:
1) Analisis Vegetasi
Pengumpulan data potensi tumbuhan dilakukan dengan metode analisis
vegetasi kombinasi jalur dengan garis berpetak, ukuran jalur yaitu 20 m x 200 m.
Peletakan jalur secara sistematis dengan jarak antar jalur 50 m. Peletakan jalur
pertama dibuat secara purposive sampling, yaitu berjarak 50 m dari batas terluar
kawasan dan tegak lurus garis kontur. Pembuatan jalur mewakili setiap petak
yaitu 6 petak, masing-masing petak dibuat 2 jalur, sehingga jumlah jalur untuk
analisis vegetasi sebanyak 12 jalur. Bentuk unit contoh untuk analisis vegetasi
disajikan pada Gambar 2.
c
d

b
a

Arah

a
b
d
c

Keterangan:
a : 2m x 2m (semai, tumbuhan bawah)
b : 5m x 5m (pancang)

c : 10m x 10m (tiang)
d : 20m x 20m (pohon)

Gambar 2 Bentuk metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi
2) Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan untuk membantu kegiatan identifikasi
spesies-spesies tumbuhan. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium
adalah sebagai berikut:
a. Mengambil contoh herbarium, yaitu ranting lengkap dengan daun serta bunga
dan buah jika ada.
b. Memotong bahan herbarium dengan panjang ± 40 cm, kemudian diberi label
gantung berukuran 3cm x 5cm yang berisi nomor koleksi, nama lokal, tanggal
pengumpulan, lokasi pengumpulan dan nama kolektor.
c. Bahan herbarium disemprot alkohol 70%, kemudian masing-masing
herbarium dibungkus dengan koran.
d. Herbarium disusun dalam sasak dan dioven pada suhu 80oC selama 2 hari.
e. Kemudian herbarium yang sudah kering lengkap dengan keteranganketerangan yang diperlukan diidentifikasi nama ilmiahnya.

5
3) Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan SM
Paliyan. Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling, yaitu
menentukan responden kunci (key person). Responden kunci adalah orang yang
memiliki pengetahuan luas mengenai nama lokal tumbuhan dan manfaat atau
kegunaan tumbuhan tersebut serta memiliki intensitas tinggi dalam pemanfaatan
tumbuhan. Wawancara dilakukan di Desa Karangasem dan Kepek dengan jumlah
responden sebanyak 7 orang (Lampiran 4).
4) Kajian Pustaka
Kajian pustaka dilakukan untuk pengumpulan data dasar mengenai kondisi
umum kawasan meliputi: sejarah, letak dan luas kawasan, topografi dan
kelerengan, iklim dan hidrologi, geologi dan jenis tanah, flora dan fauna, sosial
ekonomi dan budaya masyarakat sekitar kawasan SM Paliyan. Pengumpulan data
dilakukan dengan merekapitulasi data-data dari literatur yang ada, baik penelitian
yang dilakukan oleh pengelola maupun dari hasil penelitian pihak lain.
5) Identifikasi Spesies Tumbuhan Berguna
Spesies tumbuhan hasil analisis vegetasi kemudian diidentifikasi dengan
dua tahap, yaitu: (a) identifikasi spesies tumbuhan secara umum dan (b)
identifikasi spesies tumbuhan berguna. Identifikasi spesies tumbuhan berguna
dilakukan dengan cek silang dari berbagai literatur tentang tumbuhan berguna
yaitu Heyne (1987). Klasifikasi tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan tersaji
pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kelompok kegunaan
Tumbuhan obat
Tumbuhan hias
Tumbuhan penghasil pangan
Tumbuhan pakan ternak
Tumbuhan penghasil minyak atsiri (tumbuhan aromatik)
Tumbuhan bahan pewarna dan tannin
Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan
Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan
Tumbuhan penghasil kayu bakar
Lainnya

Sumber: Purwanto dan Walujo (1992).

Pengolahan Data
Pengolahan data terhadap potensi tumbuhan dilakukan dengan menghitung
Indeks Nilai Penting (INP), indeks keanekaragaman spesies, indeks kemerataan
spesies, persen potensi tumbuhan berguna, persen habitus, persen bagian yang
dimanfaatkan, dan persen budidaya.

6
Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting (INP) suatu spesies dalam tiap tingkat pertumbuhan
dikerjakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Soerianegara &
Indrawan 1998) :
mla in i i s a spesies
in a
e apa an
as sel
pe ak
e apa an s a
e apa an sel

e apa an ela i

spesies
spesies

F ek ensi F

mla pe ak i mpai s a spesies
mla sel
pe ak

F ek ensi ela i

F

ominansi

F ek ensi s a
F ek ensi sel

spesies
spesies

as i ang asa s a spesies
m
as sel
pe ak

ominansi ela i
n eks ilai en ing

ominansi s a
ominansi sel
n k

m

a

spesies
spesies

an a a semai pan ang
F

n eks

lai en ing

n k iang an po on
F

Indeks Keanekaragaman Spesies (H’)
Indeks keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan ShannonWiener Index (Ludwig & Reynold 1988), yaitu:


Nilai Pi diperoleh dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
H’ n eks keaneka agaman Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu setiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
Indeks Kemerataan Spesies (E)
Derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies dapat
ditentukan dengan indeks kemerataan spesies tumbuhan (Magurran 2004), yaitu:

7

Keterangan :
E = Indeks kemerataan
H’ n eks keaneka agaman spesies
S = jumlah spesies
Persen Potensi Tumbuhan Berguna
Hasil analisis vegetasi dihitung persen potensi tumbuhan berguna (Hidayat
2009), dengan rumus:
e sen

m

an e g na

spesies
sel

spesies

Persen Habitus
Habitus merupakan perawakan dari suatu tumbuhan. Habitus yang ada
meliputi pohon, semak, perdu, liana, dan herba. Rumus perhitungan persen
habitus (Atok 2009) yaitu:
e sen a i s

spesies
sel

a i s

Persen Bagian yang Dimanfaatkan
Pemanfaatan bagian tumbuhan meliputi akar, daun, bunga, buah, batang,
umbi, kulit batang, kulit buah, dan rimpang. Rumus perhitungan persen bagian
yang dimanfaatkan (Atok 2009), yaitu:
e sen agian yang iman aa kan

agian
sel

yang iman aa kan
agian yang iman aa kan

Persen Budidaya
Status budidaya tumbuhan dibagi menjadi dua kelompok yaitu tumbuhan
budidaya dan tumbuhan liar. Rumus perhitungan persen budidaya tumbuhan
yaitu:
spesies
i aya
e sen
i aya
sel
spesies

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
SM Paliyan dengan luas total 434,60 ha dahulunya merupakan wilayah
pangkuan hutan produksi Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
yang berada pada petak 136 sampai dengan petak 141 di wilayah Bagian Daerah
Hutan (BDH) Paliyan. Topografi kawasan SM Paliyan berupa perbukitan karst
dengan lapisan tanah yang tipis dan berada dalam kategori Pegunungan Seribu

8
(Gunung Sewu). SM Paliyan terletak pada ketinggian tempat 100 sampai 300
mdpl, sehingga secara alami termasuk tipe ekosistem hutan dataran rendah dan
memiliki kelerengan di atas 40 %.
SM Paliyan memiliki jenis tanah latosol atau tanah lempung dengan
kedalaman tanah yang minim, yaitu rata-rata < 50 cm. Solum tanah yang tipis dan
bentuk topografi yang berbukit menyebabkan pemanfaatan lahan untuk pertanian
sangat sedikit dan lahan sangat rawan terhadap ancaman proses erosi tanah. Selain
itu, SM Paliyan yang berada di wilayah Pegunungan Sewu memiliki karakteristik
tanah terrarossa, karena sumber materialnya memang berasal dari daerah tersebut
dengan pH normal (6-7). Namun semakin ke utara tanahnya beralih menjadi tanah
grumusol atau margalit dengan struktur pejal dengan permeabilitas tinggi.
Kawasan SM Paliyan dahulunya adalah hutan produksi dengan tanaman
utama berupa jati (Tectona grandis) dan sonokeling (Dalbergia latifolia). Di
dalam kawasan ini terdapat beberapa pohon jati dan dijadikan monumen pohon
yang dinamakan plot Jati Megawati. Monumen pohon ini ditanam langsung oleh
Megawati Presiden RI, Taufik Kiemas, Menteri Kehutanan, Menkokesra dan
Gubernur DIY. Perambahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar
menyebabkan rusaknya SM Paliyan. Pengelola bekerjasama dengan PT Mitsui
Sumitomo pada tahun 2005 untuk melakukan reboisasi SM Paliyan, sehingga
sebagian besar vegetasi yang terdapat di dalam kawasan SM Paliyan adalah hasil
reboisasi. Ada 30 jenis tanaman yang ditanam oleh PT Mitsui Sumitomo.
Sebagian besar tanaman yang digunakan untuk reboisasi SM Paliyan adalah
tanaman buah sebagai sumber pakan satwa seperti: jambu biji, jambu mete,
nangka, mangga, duwet, mengkudu, sirsak, srikaya, talok, dan lain-lain. Oleh
karena itu, pohon yang berukuran besar sangat jarang ditemui di dalam kawasan
ini.
SM Paliyan memiliki satwa utama yaitu monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis). Populasinya yang tinggi dan keterbatasan pakan di dalam kawasan
menyebabkan satwa ini sering menimbulkan gangguan. Satwa ini merusak
tanaman penduduk terutama saat musim kemarau. Persebaran monyet ekor
panjang saat ini berada di hutan rakyat atau pekarangan penduduk. Selain itu, SM
Paliyan juga memiliki 40 jenis burung yang terbagi dalam 19 famili. Salah satu
diantaranya adalah jenis burung yang termasuk kategori vulnerable (rentan)
berdasarkan status IUCN, yaitu bubut jawa (Centopus nigrorufus), sedangkan
jenis yang mendominasi adalah cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), tekukur
biasa (Streptopelia chinensis), dan bentet kelabu (Lanius schach). Beberapa jenis
burung lainnya yaitu: elang ular bido, cekakak jawa, cekakak cina, walet sarang
hitam, kapinis rumah, walet linchi, perkutut jawa, wiwik kelabu, wiwik uncuing,
cabai jawa, srigunting hitam, ayam hutan hijau, perenjak jawa, dan cinenen jawa.
Komposisi Tumbuhan di SM Paliyan
Hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan di SM Paliyan diperoleh
sebanyak 86 spesies dari 34 famili. Daftar jenis tumbuhan yang ditemukan di SM
Paliyan dapat dilihat pada Lampiran 1.

9
Komposisi Tumbuhan Berdasarkan Famili
Fabaceae merupakan famili yang memiliki jumlah spesies terbanyak.
Beberapa famili yang memiliki jumlah spesies lebih dari 3 individu disajikan pada
Gambar 3.

Poaceae

Famili

Moraceae
Fabaceae
Euphorbiaceae
Annonaceae
Asteraceae
0

5

10
15
Jumlah spesies

20

25

Gambar 3 Famili yang memiliki jumlah spesies > 3
Salah satu spesies yang berasal dari suku Fabaceae adalah tayuman
(Bauhinia hirsuta). Tumbuhan ini banyak ditemukan di dalam kawasan SM
Paliyan dan digunakan sebagai tanaman pagar pembatas lahan garapan dan pakan
ternak. Selain itu, beberapa tumbuhan dari famili ini dapat digunakan sebagai
penyubur tanah seperti: kacang panjang, kacang tanah, flamboyan, putri malu dan
rirendet. Tumbuhan yang berasal dari famili Fabaceae memiliki kelebihan, yaitu
dapat mengikat unsur N dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium yang ada di
akarnya (Wawo 2003), sehingga digunakan untuk penyubur tanah pada
rehabilitasi SM Paliyan.
Penelitian Polosakan (2011) mengatakan bahwa suku Fabaceae dan
Euphorbiaceae sangat toleran terhadap kondisi lingkungan. Beberapa jenis dari
suku Euphorbiaceae dikenal mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi
lingkungan. Cemendilan atau lebih dikenal dengan nama meniran (Phyllanthus
niruri) juga banyak hidup di dalam kawasan SM Paliyan. Tumbuhan ini
bermanfaat sebagai obat, yaitu sebagai antibodi atau untuk menjaga kekebalan
tubuh. Meniran yang tumbuh di hutan Gunung Kidul Yogyakarta banyak dipanen
dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan jamu di berbagai perusahaan jamu
tradisional.
Komposisis Tumbuhan Berdasarkan Habitus
Habitus merupakan perawakan dari suatu tumbuhan atau bentuk pada
tumbuhan (Prent et al. 1969 diacu dalam Prinando 2011). Habitus tumbuhan dapat
pula dikatakan sebagai bentuk pertumbuhan. Penelitian ini menggunakan
klasifikasi habitus menurut Indriyanto (2006), yaitu bentuk pertumbuhan yang
umum diantaranya berupa pohon, semak, perdu, herba dan liana. Persen habitus
tumbuhan di SM Paliyan disajikan pada Tabel 3.

10
Tabel 3 Persen habitus tumbuhan di SM Paliyan
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Habitus
Pohon
Semak
Perdu
Liana
Herba

Jumlah spesies
31
12
17
1
25

Persen habitus (%)
36
14
20
1
29

Pohon memiliki nilai persen habitus tertinggi yaitu 36%. SM Paliyan
memiliki 30 spesies tumbuhan berhabitus pohon dari rehabilitasi oleh PT. Mitsui
Sumitomo, yaitu 15 spesies penghasil buah sebagai sumber pakan satwa dan 15
spesies penghasil kayu. Namun tidak semua spesies tersebut masuk dalam plot
penelitian. Jati merupakan tumbuhan berhabitus pohon yang banyak ditemukan di
SM Paliyan.
Tumbuhan yang berhabitus semak memiliki persen habitus 14%. Semak
dapat tumbuh subur pada lahan yang kosong atau terganggu. Selain itu, tumbuhan
berhabitus ini dapat mengganggu pertumbuhan tumbuhan asli sehingga disebut
sebagai tumbuhan invasif, tetapi beberapa diantaranya memiliki kegunaan dan
bermanfaat sebagai obat maupun pakan ternak. Spesies yang bermanfaat sebagai
tumbuhan obat adalah tapak liman (Elephantopus scaber). Tumbuhan yang
banyak hidup di tepi-tepi jalan ini bermanfaat sebagai obat radang hati akut
karena khasiatnya sebagai pereda demam, antibodi, antiradang, menghilangkan
bengkak, meningkatkan produksi urin dan penawar racun. Selain itu, tapak liman
dapat digunakan juga untuk pengobatan sesudah bersalin, peluruh dahak,
pelembut kaki, peluruh haid, beri-beri, malaria, bisul, eksim dan afrodisiak
(Dalimartha 2006).
Tumbuhan yang berhabitus liana hanya ditemukan satu jenis dengan
persen habitus sebesar 1% yaitu benguk (Mucuna pruriens). Spesies ini memiliki
kegunaan sebagai bahan pangan. Tumbuhan yang berasal dari famili Fabaceae ini
diolah menjadi tempe oleh masyarakat sekitar kawasan SM Paliyan. Tempe
benguk dapat menjadi bahan pangan alternatif karena kandungan gizinya tidak
kalah dengan tempe kedelai.

Gambar 4 Spesies benguk (Mucuna pruriens)

11
Dominansi Spesies Tumbuhan
Soegianto (1994) diacu dalam Nurdia (2012) menyatakan INP (Indeks
Nilai Penting) adalah parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk
menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan. Jika INP suatu spesies tinggi maka spesies tersebut sangat
mempengaruhi kestabilan ekosistem. Sutisna (1981) diacu dalam Rosalia (2008)
menyatakan bahwa suatu spesies tumbuhan dikatakan berperan atau berpengaruh
dalam suatu komunitas jika memiliki INP untuk tingka semai ≥
begitu pula
dengan tumbuhan bawah. Spesies-spesies m an engan

ai
berbagai tingkat pertumbuhan disajikan pada Tabel 4.
Ta el 4 T m
No. Nama local
Tumbuhan bawah
1.
Nipongan
2.
Wedusan
3.
Telo
4.
Kolonjono
Semai
1.
Gamal
2.
Tayuman
3.
Sonokeling
4.
Mlanding
5.
Jati
Pancang
1.
Gamal
2.
Tayuman
3.
Jambu kluthuk
4.
Sirsat
5.
Asem
Tiang
1.
Jati
2.
Johar
3.
Flamboyan
4.
Gamal
5.
Saga
Pohon
1.
Jati
2.
Flamboyan
3.
Munggur
4.
Johar

an engan



a i e agai ingka pe

Nama ilmiah

m

an.

INP (%)

Austroeupatorium inulifolium
Ageratum conyzoides
Manihot esculenta
Pennisetum purpureum

58,24
39,48
13,32
10,34

Gliricidia maculata
Bauhinia hirsuta
Dalbergia latifolia
Leucaena leucocephala
Tectona grandis

53,97
33,31
22,98
18,57
16,02

Gliricidia maculata
Bauhinia hirsuta
Psidium guajava
Annona muricata
Tamarindus indica

38,96
17,24
15,97
13,32
11,72

Tectona grandis
Cassia siamea
Delonix regia
Gliricidia maculata
Adenanthera pavonina

169,65
41,65
21,24
13,62
10,85

Tectona grandis
Delonix regia
Samanea saman
Cassia siamea

199,3
57,84
21,84
15,05

Nipongan memiliki INP tertinggi pada tingkat tumbuhan bawah. Spesies
ini juga ditemukan dihampir setiap plot ukur terutama di petak 138 (Gambar 5).

12
Petak 138 merupakan tegakan jati dengan kerapatan tinggi. Petak 138 berbeda
dengan petak yang lain karena pada petak ini tidak ada lahan garapan petani,
sehingga tumbuhan bawah dapat tumbuh subur, yang didominasi oleh nipongan
dan wedusan. Selain itu, tumbuhan bawah dapat hidup subur jika memperoleh
cahaya matahari. Pada petak 138, diameter jati masih dalam tingkat tiang dan
tajuknya pun tidak terlalu rapat sehingga cahaya matahari dapat menjangkau
lantai hutan.
Selain mendominasi, nipongan merupakan salah satu spesies invasif.
Penelitian Agustian (2013) menjelaskan bahwa pengendalian terhadap spesies ini
dapat dilakukan dengan cara pembabatan bagian di atas permukaan dan kemudian
dilanjutkan dengan pembakaran akar didalam tanah sebagai upaya pencegahan
tumbuhnya tunas baru. Meskipun nipongan tergolong dalam spesies invasif,
spesies ini memiliki kegunaan sebagai obat luka. Masyarakat sekitar kawasan SM
Paliyan memperoleh pengetahuan turun temurun dari nenek moyang mereka
tentang pengobatan dengan daun nipongan. Caranya yaitu daun nipongan yang
masih muda dikunyah lalu ditempelkan pada bagian yang luka.
Tingkat pertumbuhan semai dan pancang didominasi oleh gamal. Gamal
merupakan salah satu spesies pioner dan fast growing spesies atau spesies yang
cepat tumbuh. Spesies ini ditanam untuk reboisasi hutan Paliyan pada tahun 2005
karena sifat ekologisnya yang sesuai untuk kondisi hutan Paliyan. Tumbuhan ini
juga banyak ditanam oleh masyarakat sekitar untuk pakan ternak. Spesies dari
famili Fabaceae ini sangat baik digunakan untuk pakan ternak karena kandungan
seratnya yang tinggi dan memiliki pertumbuhan yang cepat, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan pakan ternak bagi masyarakat sekitar SM Paliyan. Selain
ditemukan semai dari spesies-spesies untuk reboisasi hutan Paliyan, ditemukan
pula spesies-spesies semai baru yaitu pulai (Alstonia scholaris), walikukun
(Schoutenia ovata), kutu (Uvaria sp.) dan ki layu (Ficus montana).
Jati adalah spesies yang mendominasi pada tingkat pancang dan pohon.
Spesies ini juga ditanam untuk reboisasi hutan Paliyan pada tahun 2005. Tegakan
jati dengan kerapatan tinggi berada pada petak 138. Selain itu, pada petak 138
terdapat monumen jati Megawati yaitu pohon jati yang ditanam langsung oleh
beliau saat masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Gambar 5 Hamparan nipongan di bawah tegakan jati petak 138

13
Keanekaragaman dan Kemerataan Tumbuhan
Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan kemerataan Evennes
spesies di SM Paliyan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan
Evennes di SM Paliyan

No. Tingkat pertumbuhan
1.
2.
3.
4.
5.

Tumbuhan bawah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon

Keanekaragaman spesies
(H')
2,07
2,17
2,73
1,51
0,98

Kemerataan spesies
(E)
0,52
0,74
0,56
0,28
0,20

Fachrul (2008) menyatakan bahwa e a a keaneka agaman (H’) alam
suatu komunitas 3 maka keaneka agamannya inggi.
Nilai indeks keanekaragaman sedang terlihat pada tingkat pertumbuhan tumbuhan
bawah, semai, pancang, dan tiang, sedangkan pada tingkat pertumbuhan pohon
nilai indeks keanekaragamannya rendah.
Vegetasi yang ada di SM Paliyan merupakan hasil reboisasi yang
dilakukan oleh pihak BKSDA Yogyakarta bekerjasama dengan PT. Mitsui
Sumitomo pada tahun 2005. Ada 30 spesies tumbuhan yang ditanam diantaranya
15 spesies tumbuhan kayu dan 15 spesies tumbuhan buah (BKSDA Yogyakarta
2011). Sehingga keanekaragaman jenis pohon yang ada di SM Paliyan tergolong
rendah. Namun karena adanya regenerasi, ditemukan spesies baru baik tumbuhan
bawah maupun tumbuhan berkayu.
Krebs (1972) diacu dalam Nurdia (2012) menyatakan bahwa nilai indeks
kemerataan yang mendekati satu menunjukkan bahwa suatu komunitas tumbuhan
semakin merata, sedangkan jika mendekati nol maka semakin tidak merata.
Tingkat pertumbuhan semai, pancang dan tumbuhan bawah memiliki nilai indeks
kemerataan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tiang dan pohon, sehingga
dapat dikatakan bahwa spesies-spesies pada tingkat tiang dan pohon kurang
merata, sedangkan spesies-spesies pada tingkat semai, pancang, dan tumbuhan
bawah lebih merata.
Status Budidaya Tumbuhan
Hasil perhitungan terhadap persen budidaya tumbuhan di SM Paliyan
diperoleh 42% adalah tumbuhan budidaya dan 58% adalah tumbuhan liar. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi regenerasi hutan SM Paliyan yang ditandai dengan
munculnya spesies lain di luar spesies yang digunakan untuk reboisasi hutan SM
Paliyan.

14
Klasifikasi Kelompok Kegunaan
Hasil identifikasi kelompok kegunaan tumbuhan diperoleh sebanyak 73
spesies (85%) dari 86 spesies memiliki kegunaan. Sebagian besar bermanfaat
sebagai tumbuhan obat dan pangan. Masyarakat sekitar SM Paliyan
memanfaatkan 93 spesies tumbuhan dari 36 famili untuk kehidupan sehari-hari.
Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat SM Paliyan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Rekapitulasi potensi kegunaan
tumbuhan di dalam dan sekitar SM Paliyan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Rekapitulasi kegunaan tumbuhan hasil analisis vegetasi dan wawancara
masyarakat sekitar SM Paliyan
No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kelompok kegunaan

Tumbuhan obat
Tumbuhan hias
Tumbuhan penghasil pakan ternak
Tumbuhan penghasil pangan
Tumbuhan penghasil minyak atsiri
Tumbuhan bahan pewarna dan
tannin
Tumbuhan penghasil bahan
bangunan
Tumbuhan keperluan ritual adat
dan keagamaan
Tumbuhan penghasil tali, anyaman
dan kerajinan
Tumbuhan penghasil kayu bakar
Lainnya

Hasil analisis
vegetasi

Hasil
wawancara
masyarakat
Jumlah Jumlah
spesies famili
30
16
5
4
14
8
28
16
4
3
2
2

Jumlah
spesies
50
4
20
28
3
4

Jumlah
famili
26
4
8
17
3
4

14

7

10

7

2

2

14

11

6

4

4

3

11
13

6
7

9
1

6
1

Tumbuhan Penghasil Pangan
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang sebagian besar
termasuk kerajaan tumbuh-tumbuhan dan disebut dengan bahan pangan nabati.
Menurut Purnawan (2006) tumbuhan penghasil pangan adalah segala sesuatu yang
tumbuh, hidup, berakar, berdaun, dan dapat dikonsumsi oleh manusia, seperti
buah, sayur, gandum dan padi. Potensi tumbuhan penghasil pangan di SM Paliyan
sebanyak 28 spesies dari 17 famili, yang tersaji pada Tabel 7.

15

Gambar 6 Kimpul wungu sebagai tumbuhan penghasil pangan
Masyarakat sekitar SM Paliyan memanfaatkan 28 spesies tumbuhan dari
18 famili untuk sumber pangan. Telo atau singkong merupakan makan pokok
masyarakat Gunung Kidul. Spesies ini menjadi sumber pangan utama karena
mampu beradaptasi dengan kondisi alam Gunung Kidul yang kering. Masyarakat
Gunung Kidul mengolah telo menjadi tiwul. Cara pengolahannya yaitu dengan
membuat tepung telo terlebih dahulu lalu dikukus. Selain telo, jagung juga
menjadi sumber pangan bagi masyarakat sekitar SM Paliyan. Jagung dapat diolah
menjadi nasi jagung dan beraneka panganan lainnya.
Tabel 7 Potensi tumbuhan penghasil pangan di SM Paliyan
No. Nama lokal

Nama ilmiah

1.

Telo*

Manihot esculenta

Bagian yang
digunakan
Umbi, daun

2.

Telo lung

Ipomoea batatas

Umbi, daun

3.

Mbayung*

Vigna unguiculata

Buah, daun

4.

Jagung*

Zea mays

Buah

5.
6.

Belimbingan
Mlanding

Buah
Biji

7.

Kacang*

Oxalis barrelieri
Leucaena
leucocephala
Arachis hypogaea

8.

Tebon*

Biji

9.

Gude

Polygonum
chinense
Cajanus cajan

Biji

Biji

Kegunaan
Umbi untuk nasi
tiwul, keripik,
daun untuk sayur
dan lalap
Umbi direbus atau
dibakar, keripik,
daun untuk
plencing.
Untuk pecel atau
sayur bobor
Untuk makanan
pokok, dibuat
grontol dan
brondong.
Untuk buah
Dibuat sayur
bothok
Untuk membuat
sambel pecel,
dibuat kacang
bawang
Biji dibuat nasi
canthel
Untuk sayur
bothok

16
Tabel 7 Potensi tumbuhan penghasil pangan di SM Paliyan (lanjutan)
No. Nama lokal

Nama ilmiah

10.
11.

Jambu klutuk
Bayem*

12.

Jambu mete

Psidium guajava
Amaranthus
spinosus
Anacardium
occidentale

13.
14.
15.
16.

Sirsat
Ketapang
Gayam
Turi

17.
18.

Kimpul
wungu*
Pare alas

19.

Bagian yang
digunakan
Buah
Daun
Buah, biji

Buah
Buah
Buah
Bunga

Lombok*

Annona muricata
Terminalia catappa
Inocarpus fagiferus
Sesbania
grandiflora
Colocasia
esculenta
Cardiospermum
helicacabum
Capsium frutescens

20.
21.
22.
23.
24.
25.

Benguk*
Talok*
Sawo
Srikoyo
Duwet
Pelem

Mucuna pruriens
Muntingia calabura
Manilkara zapota
Annona squamosa
Syzygium cumini
Mangifera indica

Biji
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah

26.

Asem

Tamarindus indica

Buah

27.

Nangka*

Artocarpus integra

Buah, biji

28.

Kates

Carica papaya

Buah, daun

Umbi
Buah
Buah

Kegunaan
Untuk buah
Untuk sayur dan
pecel
Untuk buah, biji
untuk kacang
koro
Untuk buah
Biji dapat direbus
Biji dapat direbus
Untuk pecel
Umbi dapat
direbus
Untuk sayur
Untuk sayur dan
lalapan
Dibuat tempe
Untuk buah
Untuk buah
Untuk buah
Untuk buah
Untuk buah,
manisan, rujak
Untuk sayur,
bahan bumbu
pecel
Untuk buah, biji
beton dapat
direbus, bahan
tahu dan tempe
Untuk buah,
rujak, daun untuk
lalapan

*dimanfaatkan masyarakat

Tumbuhan Obat
Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan (1994) mengartikan tumbuhan obat
sebagai tumbuhan yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat. Secara
medis, tumbuhan obat mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat
obat. SM Paliyan memiliki potensi tumbuhan obat yang cukup besar, yaitu 58%
dari seluruh tumbuhannya bermanfaat sebagai obat (Lampiran 3). Beberapa
diantaranya merupakan tumbuhan obat terkenal dan sudah banyak dijadikan bahan
baku produksi oleh perusahaan-perusahaan jamu. Pulai (Alstonia scholaris) adalah

17
contoh tumbuhan obat yang berkhasiat untuk obat gatal. Selain berkhasiat sebagai
obat, pulai juga dapat dimanafaatkan sebagai bahan baku pembuat kerajian patung.
Masyarakat sekitar SM Paliyan masih memanfaatkan tumbuhan sebagai obat.
Hasil wawancara diperoleh 30 spesies dari 16 famili dimanfaatkan sebagai obat.

(a)
(b)
Gambar 7 Tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat (a) pinisilin (b) dadap
serep
Tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan masyarakat yaitu pinisilin
(Jatropha multifida) dan dadap serep (Erythrina hypaphorus) (Gambar 7).
Pinisilin atau disebut yodium oleh masyarakat berguna sebagai obat luka baru,
caranya yaitu getah pinisilin dioleskan pada luka. Menurut Widyaningrum et al.
(2011), yodium memiliki rasa agak pahit dan bersifat netral, pada batangnya
mengandung alkaloid atau zat penggumpal darah. Sedangkan dadap serep berguna
untuk mengobati panas demam, caranya daun tersebut ditumbuk lalu ditempelkan
pada kening. Kedua tumbuhan ini banyak ditanam di pekarangan rumah.
Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang berasal dari kayu masih menjadi pilihan sebagian
besar masyarakat. Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan di SM Paliyan
sebanyak 14 spesies dari 7 famili. Daftar tumbuhan penghasil bahan bangunan di
SM Paliyan disajikan pada Tabel 8.

Gambar 8 Kayu munggur (Samanea saman) sebagai bahan bangunan
Spesies yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan adalah jati.
Kayu jati dikenal awet dan sangat baik digunakan untuk bahan bangunan rumah.
Masyarakat menggunakan kayu jati sebagai tiang dan gunungan pada rumah joglo.
Sedangkan kayu munggur atau mahoni dapat digunakan untuk kusen dan kayu
kelapa atau disebut glugu digunakan untuk usuk.

18
Tabel 8 Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan di SM Paliyan
No. Nama lokal

Nama ilmiah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Leucaena leucocephala
Tectona grandis
Acacia auriculiformis
Dalbergia latifolia
Tamarindus indica
Alstonia scholaris
Swietenia macrophylla
Samanea saman
Artocarpus integra
Delonix regia
Cassia siamea
Ceiba pentandra
Terminalia catappa
Azadirachta indica

Mlanding
Jati*
Akasia*
Sonokeling*
Asem
Pulai
Mahoni*
Munggur
Nangka*
Flamboyan
Johar
Randu
Ketapang
Mimba

Status
budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Liar
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya

Bagian yang
digunakan
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu

*dimanfaatkan masyarakat

Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Menurut Sutarno (1996) diacu dalam Nurdia (2012), kriteria kayu bakar
yaitu kayu yang menghasilkan energi tinggi dan tahan lama, tahan terhadap
kekeringan dan toleran terhadap iklim, pertumbuhan tajuk baik, pertumbuhan
cepat, kadar air rendah, dan sebagainya.
Tabel 9 Potensi tumbuhan penghasil kayu bakar di SM Paliyan
No. Nama lokal

Nama ilmiah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jati*
Akasia*
Sonokeling
Gamal*
Asem
Munggur*
Nangka
Mahoni*
Nipongan

10.
11.

Tembelekan
Mimba

Tectona grandis
Acacia auriculiformis
Dalbergia latifolia
Gliricidia maculata
Tamarindus indica
Samanea saman
Artocarpus integra
Swietenia macrophylla
Austroeupatorium
inulifolium
Lantana camara
Azadirachta indica

Status
budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Liar

Bagian yang
digunakan
Ranting
Kayu
Kayu
Kayu
Kayu
Kulit kayu
Kayu
Kayu
Kayu

Liar
Budidaya

Kayu
Kayu

*dimanfaatkan masyarakat

Sebagian besar masyarakat sekitar SM Paliyan masih memanfaatkan kayu
bakar untuk memasak. Kayu tersebut diperoleh dari ladang berupa ranting-ranting

19
jati yang jatuh, kulit batang atau kliko munggur, maupun kayu sisa produksi dari
pabrik mebel. Kliko munggur lebih banyak dipilih oleh masyarakat karena nyala
api yang dihasilkan lebih besar dan awet sehingga untuk memasak lebih cepat
matang. Selain itu, kliko munggur juga banyak dijual di pabrik mebel karena kulit
munggur tidak dimanfaatkan dalam pembutan furniture.

Gambar 9 Kulit batang munggur sebagai kayu bakar
Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
SM Paliyan memiliki potensi tumbuhan penghasil pakan ternak sebanyak 20
spesies dari 8 famili. Potensi tersebut disajikan pada Tabel 10. Kolonjono
merupakan pakan ternak utama bagi hewan peliharaan masyarakat Gunung Kidul.
Spesies ini memiliki sifat yang tahan terhadap kondisi kering dan berpengaruh
sangat baik bagi produksi susu sapi (Heyne 1987). Selain itu, beberapa spesies
rumput yang ada di SM Paliyan juga berpotensi sebagai pakan ternak, yaitu suket
genjahan, suket dangon, krowot, dan sebagainya.
Ternak merupakan hal penting bagi masyarakat SM Paliyan, sehingga
mencari pakan ternak adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat
sekitar SM Paliyan. Pakan ternak yang terdiri dari suket-suketan dan tayuman
ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10 Pakan ternak yang terdiri dari suket-suketan dan kolonjono
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh masyarakat
sekitar SM Paliyan terdiri dari 14 spesies. Spesies yang sering dimanfaatkan
adalah suket-suketan, kolonjono, tayuman, dan gamal. Suket-suketan diperoleh
ditepi-tepi jalan. Kolonjono, tayuman dan gamal diperoleh dari ladang dan
sengaja ditanam oleh masyarakat. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan ini karena
pertumbuhannya yang cepat dan mengandung banyak serat yang baik untuk pakan
ternak.

20
Tabel 10 Potensi tumbuhan penghasil pakan ternak di SM Paliyan
No. Nama lokal

Nama ilmiah

Status budidaya

1.

Kolonjono*

Liar

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Genjahan
Krowot
Mbayung
Tayuman*
Nangka*
Mahoni*
Jagung*
Gude
Gayam
Gamal*
Suket
dangon*
Opo opo

Pennisetum
purpureum
Aneilema nudiflora
Cyperus rotundus
Vigna unguiculata
Bauhinia hirsuta
Artocarpus integra
Swietenia macrophylla
Zea mays
Cajanus cajan
Inocarpus fagiferus
Gliricidia maculata
Paspalum conjugatum

Bagian yang
digunakan
Daun

Liar
Liar
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Liar

Daun
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun
Tebon
Daun
Daun
Daun
Daun

Flemingia
macrophylla
Arachis hypogaea
Imperata cylindrica
Manihot esculenta
Ipomoea batatas
Eleusine indica

Liar

Daun

Budidaya
Liar
Budidaya
Budidaya
Liar

Rendeng
Daun
Onggok
Daun
Daun

Leucaena
leucocephala
Mimosa pudica

Budidaya

Daun

Liar

Daun

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Kacang*
Alang-alang
Telo*
Telo lung
Rumput
belulang
Mlanding*

20.

Putri malu

*dimanfaatkan masyarakat

Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tannin
Potensi tumbuhan sebagai pewarna dan tannin di SM Paliyan disajikan
pada Tabel 11. Salah satu spesies yang berpotensi sebagai bahan pewarna hijau
ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11 Katimus sebagai tumbuhan bahan pewarna hijau

21
Masyarakat sekitar SM Paliyan hanya memanfaatkan kunyit yang
menghasilkan warna kuning untuk pewarna makanan. Jati adalah salah satu
spesies yang dapat menghasilkan warna merah yang berasal dari pucuk daun
mudanya, dan menghasilkan warna coklat pada kulit akarnya. Namun masyarakat
tidak memanfaatkan pucuk jati sebagai bahan pewarna.
Tabel 11 Potensi tumbuhan bahan pewarna dan tannin di SM Paliyan
No. Nama lokal

Nama ilmiah

1.

Jati

Tectona grandis

2.
3.
4.

Katimus
Nangka
Mangga

Clitoria ternatea
Artocarpus integra
Mangifera indica

Bagian yang
digunakan
Kulit akar,
daun muda
Daun
Kulit, batang
Kulit batang

Kegunaan
Pewarna merah,
coklat
Pewarna hijau
Pewarna kuning
Pewarna coklat

Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, dan Kerajinan
Potensi tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan di SM Paliyan
terdiri dari 6 spesies dari 4 famili, yang disajikan pada Tabel 12. Klobot jagung
dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, yaitu untuk membuat bunga-bunga
pajangan. Masyarakat sekitar SM Paliyan masih memanfaatkan tumbuhan sebagai
tali, anyaman dan kerajinan. Bambu dimanfaatkan masyarakat untuk anyaman dan
tali (kepang).
Tabel 12 Potensi tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan di SM Paliyan
No. Nama lokal

Nama ilmiah

1.
2.

Jagung
Jati*

Zea mays
Tectona grandis

Bagian yang
digunakan
Klobot
Kayu

3.

Alangalang*
Benguk*
Pulai
Rumput
belulang

Imperata cylindrica

Daun

Kerajinan
Patung, meja
hias
Tali

Mucuna pruriens
Alstonia scholaris
Eleusine indica

Liana
Kayu
Daun

Tali
Patung
Tali

4.
5.
6.

Kegunaan

*dimanfaatkan masyarakat

Anyaman-anyaman bambu tersebut berupa gedhek, sebagai bilik atau
pembatas kamar, tenggok, tampah, besek, kalo, tompo, dan kurungan ayam.
Alang-alang dan benguk digunakan untuk mengikat pakan ternak dari kebun,
sedangkan pisang atau debhog yang sudah kering digunakan untuk mengikat
bungkusan tempe dan sayur-sayuran. Masyarakat sekitar SM Paliyan juga
memanfaatkan kayu jati untuk kerajinan patung dan kursi antik.

22

Gambar 12 Bambu dan serat pisang untuk mengikat kayu bakar
Tumbuhan Keperluan Ritual Adat dan Keagamaan
Setiap daerah memiliki adat dan ritual yang berbeda untuk menghormati
nenek moyang mereka ataupun untuk memperoleh keselamatan. Potensi
tumbuhan keperluan ritual adat di SM Paliyan disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Potensi tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan di SM Paliyan
No. Nama lokal

Nama ilmiah

1.

Alangalang*

Imperata cylindrica

2.

Opo-opo*

Flemingia
macrophylla

Bagian yang
digunakan
Daun

Daun

Kegunaan
Memberkati orang
yang akan
merantau
Memberkati orang
yang akan
merantau

*dimanfaatkan masyarakat

Alang-alang dan opo-opo dimanfaatkan masyarakat sekitar SM Paliyan
dalam ritual adat mereka. Kedua spesies ini digunakan untuk memberkati orang
yang akan merantau. Alang-alang dimaknakan halangan dan opo-opo berarti apaapa atau sesuatu, sehingga digunakan daun alang-alang dan opo-opo dimaksudkan
agar tidak ada halangan apapun kepada orang yang akan pergi merantau.
Masyarakat sekitar SM Paliyan masih memiliki kepercayaan terhadap
nenek moyang dan memiliki beberapa ritual adat. Kondangan atau kenduren
adalah salah satu adat yang masih ada hingga saat ini. Kenduren umumnya
diadakan saat keluarga mendapat kelahiran bayi atau jika ada kematian anggota
keluarga. Ritual adat ini bermaksud untuk memberkati atau mendoakan bayi yang
baru lahir atau orang yang sudah meninggal. Spesies yang digunakan dalan ritual
ini yaitu bambu, digunakan untuk membuat sarang sebagai tempat berkat. Daun
pace untuk alas berkat, serta pisang raja khusus untuk berkat orang meninggal.
Ritual lain yaitu ritual agar tidak gagal panen, spesies yang digunakan yaitu
bawang, kemiri dan asem.

23

Gambar 13 Opo-opo sebagai tumbuhan untuk ritual adat.
Tumbuhan Hias
Potensi tumbuhan hias di SM Paliyan sebanyak 4 spesies dari 4 famili
yang disajikan pada Tabel 14. Tanaman hias merupakan tanaman yang memiliki
karakteristik morfologi yang bernilai estetika dan eksotik (Ardiani 2012). Suplir
merupakan tumbuhan hias yang sudah terkenal. Dalam keadaan liar, tumbuhan ini
banyak ditemukan disekitar parit-parit. Tumbuhan ini memiliki daun majemuk
yang berukuran kecil dengan susunan yang rapi. Telo lung atau ubi rambat, juga
berpotensi sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini merambat dan memiliki daun
yang berwarna hijau muda. Dalam bidang petamanan, spesies ini sudah banyak
digunakan sebagai penghias taman kota maupun area hijau perkantoran.
Tabel 14 Potensi tumbuhan hias di SM Paliyan
No.
1.
2.
3.
4.

Nama local
Suplir
Kreket
Telo lung
Benikan

Nama ilmiah
Adiantum philippense
Portulaca oleracea
Ipomoea batatas
Gomphrena globosa

Status budidaya
Liar
Liar
Budidaya
Liar

Mawar dan melati merupakan tanaman hias yang sudah umum diketahui
oleh masyarakat. Kedua tanaman ini banyak ditanam di pekarangan rumah oleh
masyarakat sekitar SM Paliyan. Mawar memiliki warna-warna yang indah dan
juga mengeluarkan aroma wangi, begitu pula dengan melati. Tanaman lain yaitu
puring. Puring adalah tanaman hias yang memiliki banyak varietas. Varietas
tersebut dapat dilihat dari warna-warna daun yang berbeda-beda.

Gambar 14 Suplir sebagai potensi tumbuhan hias.
Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri
Potensi tumbuhan penghasil minyak atsiri di SM Paliyan disajikan pada
Tabel 15.

24
Tabel 15 Potensi tumbuhan penghasil minyak atsiri di SM Paliyan
No. Nama lokal

Nama ilmiah

1.
2.
3.

Ageratum conyzoides
Cyperus rotundus
Imperata cylindrica

Wedusan
Krowot
Alang-alang

Status
budidaya
Liar
Liar
Liar

Bagian yang
digunakan
Akar
Akar
Akar

Heyne (1987) menyatakan bahwa ketiga spesies tersebut berpotensi
menghasilkan minyak atsiri. Namun belum ada pemanfaatan langsung oleh
masyarakat sekitar SM Paliyan.

Gambar 15 Wedusan sebagai tumbuhan penghasil minyak atsiri
Tumbuhan untuk Penggunaan Lain
Selain penggunaan utama, tumbuhan di SM Paliyan juga memiliki potensi
untuk penggunaan lain yaitu sebagai pupuk nabati, pestisida nabati, perabot rumah
tangga, maupun pakan satwa yang disajikan pada Tabel 16.
Tumbuhan yang digunakan untuk penggunaan lain yaitu jati. Bagian yang
digunakan dari tumbuhan ini adalah daunnya. Daun jati digunakan oleh
masyarakat sekitar SM Paliyan untuk membungkus tempe, tiwul, cabe, dan lainlain. Daun ini digunakan karena memiliki permukaan daun yang lebar. Selain itu,
jati banyak tumbuh di dataran Gunung Kidul sehingga masyarakat lebih mudah
untuk memperolehnya.

Gambar 16 Rirendet berpotensi untuk pupuk hijau
Kilayu dan kalambing merupakan spesies yang termasuk dalam marga
Ficus. Spesies dari marga tersebut merupakan tumbuhan yang menghasilkan
buah-buah kecil yang bany