Kajian Tablet Aktinomiset Endofit terhadap Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Padi

KAJIAN TABLET AKTINOMISET ENDOFIT TERHADAP
PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DAN
PENINGKATAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

LAILI HUSNIYAH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Tablet
Aktinomiset Endofit terhadap Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri dan
Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Padi adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Laili Husniyah
NIM G34080058

ii

ABSTRAK

LAILI HUSNIYAH. Kajian Tablet Aktinomiset Endofit terhadap Pengendalian
Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Padi.
Dibimbing oleh YULIN LESTARI dan RATIH DEWI HASTUTI.
Hawar daun bakteri (HDB) merupakan penyakit penting pada tanaman padi
yang menyebabkan penurunan produksi. Aktinomiset endofit diketahui berperan
penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Tujuan penelitian ini
adalah mengkaji kemampuan tablet aktinomiset endofit dalam mengendalikan

penyakit HDB dan meningkatkan pertumbuhan tanaman padi secara in planta
serta mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit HDB tersebut. Aktinomiset
endofit terpilih yaitu isolat AB131-1, AB131-2, dan PS4-16 yang diproduksi
menggunakan media modifikasi molase-kedelai dan kemudian diformulasi dalam
bentuk tablet. Aplikasi produk dilakukan dengan cara seed coating dan
perendaman akar bibit. Identifikasi bakteri penyebab HDB menggunakan kit API
20 NE. Perlakuan tablet aktinomiset sebanyak 200 g ha-1 di lapangan mampu
meningkatkan 4% tinggi tanaman padi dibandingkan dengan kontrol. Tablet
aktinomiset endofit mampu menekan perkembangan penyakit HDB hingga 74%.
Berdasarkan karakter morfologi dan hasil uji identifikasi, bakteri penyebab
penyakit HDB yang diisolasi dari daun yang terserang HDB di lapangan
terindikasi sebagai Sphingomonas paucimobilis. Hasil uji postulat Koch
menunjukkan bahwa S. paucimobilis merupakan bakteri patogen endofit pada
tanaman padi yang menyebabkan penyakit dengan gejala mirip hawar daun.
Kata kunci: aktinomiset endofit, hawar daun bakteri, padi, Sphingomonas
paucimobilis, tablet aktinomiset endofit

ABSTRACT

LAILI HUSNIYAH. Study of Endophytic Actinomycetes Tablet in Controlling

of Bacterial Leaf Blight and Promoting Growth of Rice Plants. Under direction of
YULIN LESTARI and RATIH DEWI HASTUTI.
Bacterial leaf blight (BLB) is an important disease in rice plants that cause
production to decrease. Endophytic actinomycetes has been known to have an
important role in enhancing rice plant’s growth. This research aimed to assess the
capability of endophytic actinomycetes based product in controlling BLB disease,
to improve rice plant’s growth, and to identify bacteria causing the BLB disease.
Selected endophytic actinomycetes (AB131, AB131-2, and PS4-16) biomass were
produced using modified molasses-soybeans medium and formulated into tablet.
Biological product application was done by seed coating and soaking the roots of
seedlings. Identification of bacteria causing the BLB disease was done using API

iii

20 NE kit. Application of endophytic actinomycetes tablet at 200 g ha-1 in the
field was able to increase plant height by 4% higher than control. Endophytic
actinomycetes tablet could reduced BLB disease severity up to 74%. Based on
morphological and biochemical characters, bacteria causing BLB disease which
was isolated from the affected leaves in the field was indicated as Sphingomonas
paucimobilis. Result of Koch's postulates test showed that S. paucimobilis

produced similar symptoms with BLB disease in rice plant.
Key words: bacterial leaf blight, biological product, endophytic actinomycetes,
rice, Sphingomonas paucimobilis

iv

KAJIAN TABLET AKTINOMISET ENDOFIT TERHADAP
PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DAN
PENINGKATAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

LAILI HUSNIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kajian Tablet Aktinomiset Endofit terhadap Pengendalian Penyakit
Hawar Daun Bakteri dan Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Padi
: Laili Husniyah
Nama
: G34080058
NIM

Disetujui oleh

Y ulin Lestari
Pembimbing I

Tanggal Lulus :

Dr If Ratih Dewi Hastuti, MSc
Pembimbing II


v

Judul Skripsi : Kajian Tablet Aktinomiset Endofit terhadap Pengendalian Penyakit
Hawar Daun Bakteri dan Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Padi
Nama
: Laili Husniyah
NIM
: G34080058

Disetujui oleh

Dr Ir Yulin Lestari
Pembimbing I

Dr Ir Ratih Dewi Hastuti, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Yulin Lestari dan Dr Ir Ratih
Dewi Hastuti, MSc selaku pembimbing, serta kepada seluruh staf laboratorium
Mikrobiologi dan teman seperjuangan selama penelitian atas bantuan dan saran
yang telah diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
seluruh keluarga, teman Biologi 45, dan para sahabat atas segala doa, dukungan,
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

Laili Husniyah

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan Penelitian
Manfaat penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Metode Percobaan
Analisis Tanah, Kandungan Hara, dan Iklim
Analisis Total Bakteri dan Aktinomiset dalam Tanah
Persentase Kejadian Penyakit HDB
Persentase Keparahan Penyakit HDB
Isolasi Bakteri Penyebab HDB
Pengamatan Morfologi dan Pewarnaan Gram
Uji Postulat Koch
Persiapan Media Tanam
Persiapan Tanaman
Uji Patogenisitas
Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit HDB
HASIL
Kondisi Tanah, Total Mikrob, dan Iklim.
Pertumbuhan Tanaman Padi
Kejadian dan Keparahan Penyakit HDB

Postulat Koch dan Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit HDB

1
1
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
5
5
5
5
5
6

6
6
8
9
11

PEMBAHASAN

12

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan
Saran

15
16

DAFTAR PUSTAKA

16

RIWAYAT HIDUP

24

viii

DAFTAR TABEL

1
2
3
4

Kondisi kesuburan dan tekstur tanah lahan percobaan Cikarawang
Analisis total bakteri dan total aktinomiset dalam tanah
Data iklim bulan Juli-Oktober 2012 di wilayah Dramaga, Bogor
Hasil identifikasi bakteri penyebab penyakit HDB dengan kit API 20 NE

6
7
8
12

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi uji in planta di desa Cikarawang, Dramaga, Bogor
2 Pengaruh perlakuan tablet aktinomiset endofit
terhadap tinggi tanaman padi
3 Pengaruh perlakuan tablet aktinomiset endofit
terhadap jumlah anakan padi
4 Persentase kejadian penyakit HDB di lapangan
5 Persentase keparahan penyakit HDB di lapangan
6 Morfologi S. paucimobilis pada media YDCA
7 Kondisi uji postulat Koch isolat S1 pada tanaman padi

6
8
9
10
10
11
11

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8

Komposisi media peremajaan dan kultur
Tabel Persentase kejadian penyakit HDB di lapangan
Tabel persentase keparahan penyakit di lapangan
Uji Lavene terhadap tinggi Tanaman
Analysis of variance data tinggi tanaman
Uji Lavene terhadap jumlah anakan
Analysis of variance data jumlah anakan
Uji Friedman terhadap skor keparahan penyakit HDB

20
21
21
21
21
22
22
23

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional terutama beras perlu terus
diupayakan. Produksi padi tahun 2011 kurang lebih 65.39 juta ton gabah kering
giling (GKG) dan mengalami penurunan sebesar 1.08 juta ton (1.63%)
dibandingkan tahun 2010 (BPS 2011). Berdasarkan data SJKP PDSIP (2012)
kebutuhan beras di tingkat nasional mencapai 102 kg/kapita/tahun. Penurunan
produksi beras antara lain disebabkan oleh serangan hama dan penyakit yang
tentunya sangat merugikan petani. Pemupukan dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT) menggunakan pestisida kimia dalam jangka waktu
lama dapat membawa dampak negatif bagi lingkungan.
Penyakit penting yang disebabkan oleh serangan mikrob adalah hawar daun
bakteri (HDB). HDB merupakan penyakit penting pada padi dan menyerang
tanaman inang pada usia vegetatif maksimum. Keparahan penyakit yang dialami
tergantung pada tingkat kerentanan kultivar padi dan kondisi lingkungan,
sehingga keparahannya di wilayah tropik dan subtropik berbeda. Penyakit tersebut
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 50%
(Elings et al. 1997). Salah satu mikrob penyebab penyakit HDB pada tanaman
padi adalah Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Bakteri lain yang berasosiasi
pada tanaman dan kemungkinan terkait dengan penyakit HDB pada tanaman padi
adalah Spingomonas paucimobilis yang dulu disebut sebagai Pseudomonas
paucimobilis. Bakteri S. paucimobilis dapat mendegradasi senyawa hidrokarbon
dan memproduksi senyawa polisakarida yaitu gellan yang bermanfaat di dunia
industri. Lebih lanjut, S. paucimobilis diketahui juga masih berkerabat dekat
dengan Rhizomonas dan termasuk patogen tanaman (White et al. 1996).
Pengendalian penyakit menggunakan pestisida dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan sehingga pemanfaatan agen hayati perlu digalakkan
melalui program ‘Go Organik’ pemerintah. Agen hayati yang siap diaplikasikan
di lapangan contohnya adalah tablet aktinomiset endofit. Aktinomiset merupakan
bakteri Gram positif, berfilamen, bercabang membentuk konidia, tidak mengkilat,
dan melekat kuat pada media pertumbuhannya (Madigan et al. 2006). Aktinomiset
endofit hidup dalam jaringan tanaman tanpa menyebabkan kerusakan pada
tanaman. Aktinomiset mampu memproduksi IAA sampai 99.2 ppm yang berperan
dalam memacu pertumbuhan tanaman padi (Yusepi 2011) dan memiliki
kemampuan untuk melarutkan fosfat (Hamdali et al. 2008a; Hamdali et al. 2008b;
Widawati et al. 2008).
Aktinomiset golongan Streptomyces dapat menghasilkan senyawa
antibiotik tunikamisin, mampu menghidrolisis pati, protein, selulase, mereduksi
nitrat dan mendekomposisi urea (Atta 2012). Senyawa antimikrob yang dimiliki
aktinomiset juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen baik bakteri
Gram positif, Gram negatif, maupun fungi (Papuangan 2009; Atta 2012).
Senyawa metabolit sekunder dan senyawa antimikrob itulah yang membuat
aktinomiset memiliki nilai komersial tinggi karena manfaatnya dalam pengelolaan

2

penyakit tanaman dan peningkatan hasil produksi (Winarni 2004). Oleh karena itu
pengujian tablet aktinomiset endofit yang mampu menurunkan keparahan
penyakit hawar daun padi penting dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji kemampuan tablet aktinomiset endofit
dalam mengendalikan penyakit HDB dan meningkatkan pertumbuhan tanaman
padi secara in planta serta mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit HDB.

Manfaat penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya
dalam mengembangkan tablet aktinomiset endofit dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi serta sebagai agen pengendali penyakit hawar daun
bakteri. Tablet aktinomiset endofit bersifat ramah lingkungan, murah, mudah
diaplikasikan, dan mudah diproduksi sehingga diharapkan dapat membantu dan
meningkatkan produktivitas padi untuk ketahanan pangan nasional.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai Agustus 2013 di
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA IPB, rumah kaca Departemen Biologi FMIPA
IPB, Laboratorium Balai Penelitian Tanah Litbang Pertanian Bogor, dan di Kebun
Percobaan padi sawah IPB, Cikarawang-Bogor.

Metode Percobaan

Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok
lengkap (RAKL) dengan dua perlakuan dan dua ulangan sehingga terdapat
empat satuan percobaan. Dua perlakuan tersebut yaitu perlakuan tablet
aktinomiset endofit 200 g ha-1 dan kontrol.

3

Persiapan inokulan dan formulasi tablet aktinomiset endofit menggunakan
acuan metode Rahayu (2012). Tablet aktinomiset endofit tersebut memiliki total
aktinomiset 3.2 x 106 cfu/g dengan kadar air 1,23% pada suhu ruang. Kriteria
tersebut sudah memenuhi kriteria pupuk hayati menurut Kementan 2011 yaitu
pupuk hayati minimal memiliki kandungan total aktinomiset ≥ 104 cfu/g dengan
kandungan air ≤ 20%.
Tablet aktinomiset endofit yang diperoleh digunakan untuk seed coating
pada proses penyemaian. Benih yang digunakan adalah benih padi Ciherang.
Benih padi direndam dalam air kemudian benih yang mengambang dibuang.
Setelah itu benih direndam kembali dalam air selama 24 jam. Setelah 24 jam,
benih (36 bulir/g) ditiriskan dan dilapisi dengan tablet aktinomiset endofit (25
g/kg benih) kemudian didiamkan semalam dalam ruang gelap guna memecah
perkecambahan. Benih yang sudah berkecambah disemai ke lahan selama 21 hari.
Bibit yang berusia 21 hari direndam akarnya dalam larutan tablet
aktinomiset endofit (25 g L-1) selama 15 menit sebelum dipindahkan ke lahan
tanam (Hastuti et al. 2012). Bibit ditanam sebanyak 4 bibit perlubang tanam
dengan jarak antar bibit 25 cm x 25 cm pada masing-masing petak berukuran
8x9 m2. Petak satu dan lainnya memiliki saluran drainase terpisah. Selama
penyemaian dan penanaman tidak diberikan perlakuan pupuk apapun kecuali
tablet aktinomiset endofit dan tidak dilakukan penyemprotan pestisida.
Pemeliharaan di lapangan dilakukan dengan melakukan pengairan secara
rutin dan membersihkan area tanam dari rumput dan gulma. Penempatan sampel
di lapangan mengikuti pola zigzag. Pengamatan dilakukan setiap dua mingu
selama 10 minggu dengan parameter pengamatan: tinggi tanaman, jumlah anakan,
dan kejadian serta keparahan penyakit HDB.
Data pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah anakan diuji dengan uji
Lavene, sedangkan persentase keparahan penyakit diuji dengan uji Friedman pada
taraf P=0.05. Kedua uji tersebut diolah menggunakan statistical product and
service solutions (SPSS) 16.0 per 2 minggu setelah tanam (MST).

Analisis Tanah, Kandungan Hara, dan Iklim
Sampel tanah yang dianalisis diambil dari lima titik yang berbeda pada
tanah sawah yang sudah dibajak sebelum tanam. Analisis tersebut meliputi
analisis tekstur tanah dan kesuburan tanah yang dilakukan di Balai Penelitian
Tanah, Balitbang Pertanian, Kementan, Djuanda-Bogor, sedangkan data iklim
diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Balai Besar
Wilayah II, Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor.

Analisis Total Bakteri dan Aktinomiset dalam Tanah

Sampel tanah diambil pada lima titik yang berbeda pada lahan sebelum
tanam. Sampel tanah yang diambil diencerkan sampai 10-6 untuk analisis total

4

bakteri, sedangkan untuk analisis total aktinomiset cukup diencerkan sampai 10-2.
Total bakteri dan aktinomiset dianalisis menggunakan metode total plate count
(TPC) pada media nutrient agar (NA) untuk bakteri dan media humic acid
vitamin agar (HV) untuk aktinomiset. Media HV agar dipilih karena media
tersebut merupakan media selektif diferensial untuk aktinomiset.

Persentase Kejadian Penyakit HDB

Perhitungan persentase kejadian penyakit (Lampiran 2) menggunakan
rumus sebagai berikut:
KJ = a/b x 100%
Keterangan :
KJ = persentase kejadian penyakit HDB
a = jumlah tanaman yang menunjukkan gejala HDB
b = jumlah tanaman yang diamati

Persentase Keparahan Penyakit HDB

Perhitungan persentase keparahan penyakit (Lampiran 3) menggunakan
nilai skor yang telah ditentukan dalam pengamatan tanaman contoh yang
terserang HDB. Adapun nilai skor dan rumus perhitungan persentase penyakit
adalah sebagai berikut:
Skor 0 = tidak ada gejala HDB
Skor 1 = 0-20% gejala HDB
Skor 2 = 21-40% gejala HDB
Skor 3 = 41-60% gejala HDB
Skor 4 = 61-80% gejala HDB
Skor 5 = >80% gejala HDB

Keterangan:

KP = [Σ nivi/NV] x 100%
KP = persentase keparahan penyakit HDB
ni = jumlah tanaman dengan skor ke-i
vi = nilai skor penyakit
N = jumlah tanaman yang diamati
V = skor tertinggi

Isolasi Bakteri Penyebab HDB

Daun tanaman yang diduga terserang hawar daun bakteri dipotong-potong
dan direndam dalam larutan garam fisiologis 0.85% selama 10 menit, kemudian

5

divortex selama 15 menit. Suspensi bakteri diencerkan sampai 10-3 dan disebar
dengan metode cawan sebar pada media yeast extract dextrose calcium carbonate
agar (YDCA) kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 72 jam (Muneer et al.
2007; Jabeen et al. 2012). Selanjutnya hasil isolasi dimurnikan dengan metode
garis kuadran pada media yang sama.

Pengamatan Morfologi dan Pewarnaan Gram

Koloni bakteri diamati pada umur 72 jam (kondisi optimum pertumbuhan)
pada media YDCA. Isolat bakteri tersebut diremajakan kembali dan diinkubasi
selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram dan diamati di bawah
mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000 x.

Uji Postulat Koch

Persiapan Media Tanam
2 kg sampel tanah diambil dari kedalaman ± 20 cm dari permukaan. Tanah
tersebut disterilisasi basah menggunakan autoklaf, kemudian dipindahkan ke
dalam bak dan setiap harinya (selama seminggu) disiram air hingga teksturnya
menjadi halus dan berlumpur .

Persiapan Tanaman
Permukaan benih padi Ciherang yang terpilih disterilisasi dengan klorox 1%
kemudian direndam dalam air steril selama 20 menit, dilanjutkan perendaman
kembali selama 24 jam dalam air steril pada wadah tertutup. Selanjutnya benih
padi ditiriskan dan dipindahkan ke wadah yang telah dilapisi kertas buram lembab
dan steril, didiamkan selama 32 jam dalam wadah tertutup dan diletakkan di
tempat yang gelap guna memecah perkecambahan. Kecambah padi dipindahkan
ke dalam bak berisi tanah steril yang ditaburi dengan urea (150 kg ha-1). Padi
dipelihara di dalam rumah kaca selama 30 hari dengan melakukan penyiraman
dua hari sekali menggunakan air steril.

Uji Patogenisitas
Daun padi yang telah berumur 30 hari dipotong ± 7 cm dari ujung daun
dengan menggunakan gunting steril, kemudian dicelupkan ke dalam suspensi
bakteri uji (kerapatan 108 sel mL-1) ± 10 detik (Wahyudi et al. 2011). Pengamatan

6

penyakit HDB dilakukan pada hari ke-1, ke-3, dan ke-6 (Hoque dan Mansfield
2005). Selanjutnya dilakukan isolasi dan pemurnian kembali. Hasil positif apabila
bakteri hasil isolasi sama dengan bakteri yang diinokulasikan.

Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit HDB

Isolat yang diduga sebagai bakteri penyebab HDB diambil koloni murninya
dan diuji oksidase terlebih dahulu. Pengujian menggunakan kit API 20 NE dapat
dilanjutkan apabila hasil uji oksidase positif.

HASIL

Kondisi Tanah, Total Mikrob, dan Iklim.

Uji in planta (Gambar 1) dilakukan di kebun percobaan padi sawah IPB
yang terletak di Cikarawang, Dramaga-Bogor. Lokasi tersebut berada 250 m di
atas permukaan air laut dengan jenis tanah latosol yang tekstur dominannya
berupa debu sebanyak 52% (Tabel 1).

a

b

Gambar 1 Kondisi uji in planta di desa Cikarawang, Dramaga, Bogor (a) kondisi
lahan sebelum tanam, (b) tanaman padi umur 2 MST
Tabel 1 Kondisi kesuburan dan tekstur tanah lahan percobaan Cikarawang
Sifat-sifat tanah
Metode/ekstraktan
Nilai
Kriteria*
Tekstur
Pasir (%)
21
Debu (%)
52
Liat (%)
27
pH
H2O (1:5)
5.6
Agak masam
KCl (1:5)
4.6

7
Lanjutan tabel 1
Bahan Organik
C-organik (%)
N-total (%)
P dan K Potensial
P2O5 (
)
K2O (
)
P tersedia
P2O5 (ppm)
P2O5 (ppm)
K2O (ppm)
Nilai tukar kation
Ca
Mg
K
Na
Jumlah
KTK
Kejenuhan basa (%)
Kemasaman
Al3+
H+

Walkley & Black
Kjeldahl

1.33
0.13
10

Rendah
Rendah
Rendah

HCl 25%

125
24

Sangat tinggi

Olsen
Bray 1
Morgan
NH4-Acetat 1 N, pH 7

54
5.8
231

Sangat tinggi
Rendah

7.73
1.87
0.45
0.21
10.26
9.70
>100

Sedang
Sedang
Sedang
Rendah

KCl 1 N

Rendah
Sangat tinggi

0.00
0.04

Sumber: Balai Penelitian Tanah, Balitbang Pertanian, Kementan, Djuanda-Bogor
*
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)

Tekstur tanah dengan kandungan liat yang minim cenderung memiliki nilai
kapasitas tukar kation (KTK) yang rendah. Hal ini mempengaruhi proses
penjerapan ion dalam tanah, seperti penjerapan unsur nitrogen (N), phospor (P),
dan kalium (K), yang tentunya sangat mempengaruhi kesuburan tanah serta nutrisi
tanaman. Analisis total bakteri dan aktinomiset pada sampel tanah sebelum tanam
dan sesudah panen menunjukkan populasi sebelum tanam yang lebih tinggi
dibandingkan setelah panen (Tabel 2). Total bakteri mengalami penurunan
sebesar 95.6%, sedangkan total aktinomiset mengalami penurunan sebesar 36.5%
pada tanah yang diambil setelah panen. Indikasi ini menunjukkan bahwa kondisi
cuaca yang tidak stabil (Tabel 3) berpengaruh pada pertumbuhan mikrob dalam
tanah.

Tabel 2 Analisis total bakteri dan total aktinomiset dalam tanah
Sampel
tanah

CKW A
CKW B

Jumlah koloni
Total bakteri pada
pengenceran 10-6 (cfu
176
8

)

Total aktinomiset pada
)
pengenceran 10-2 (cfu
40
23

Keterangan: CKW A diambil sebelum tanam, CKW B diambil setelah panen

8

Tabel 3 Data iklim bulan Juli-Oktober 2012 di wilayah Dramaga, Bogor
Parameter
Juli Agustus
September
Oktober
Temperatur rata-rata (oC)
25.6
25.8
26.0
26.3
Curah hujan (mm)
116.5
79.0
270.5
539.5
2
311.0
333.0
368.0
340.0
)
Intensitas matahari
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Balai Besar Wilayah II, Stasiun
Klimatologi Dramaga Bogor

Pertumbuhan Tanaman Padi

Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa perlakuan tablet
aktinomiset endofit berbanding lurus dengan tinggi tanaman (Gambar 2).
Perlakuan tablet aktinomiset endofit sebanyak 200 g ha-1 di lapangan mampu
meningkatkan 4% tinggi tanaman padi dibandingkan dengan kontrol.
80

Tinggi tanaman (cm)

70
60
50
40
30
20
10
0
2

4

6

8

10

Waktu (MST)
Pupuk hayati 0 g/ha

Pupuk hayati 200 g/ha

Gambar 2 Pengaruh perlakuan tablet aktinomiset endofit terhadap tinggi tanaman
padi
Data tinggi tanaman yang diperoleh diuji dengan uji Lavene. Uji Lavene
digunakan untuk mengukur kehomogenan suatu variansi data yang merupakan
syarat suatu data agar bisa diolah secara statistik. Hasil uji Lavene menunjukkan
bahwa semua data yang diuji homogen (Lampiran 4). Data yang telah dianalisis
menggunakan uji Lavene kemudian diolah menggunakan uji F. Uji F inilah yang
menentukan apakah antar perlakuan signifikan atau tidak. Hasil uji F pada data
tinggi tanaman hanya signifikan pada pengamatan pertama yaitu pada umur
tanaman 2 MST (Lampiran 5).
Parameter pertumbuhan kedua yang diamati adalah jumlah anakan.
Tanaman kontrol memiliki jumlah anakan yang lebih tinggi dibandingkan

9

Jumlah anakan/rumpun

tanaman dengan perlakuan tablet aktinomiset endofit 200 g ha-1 (Gambar 3). Hal
ini terjadi kemungkinan disebabkan curah hujan yang tidak stabil disertai
intensitas matahari yang tinggi. Lahan sawah pun mengalami kekeringan
pertanian sehingga anakan yang baru tidak dapat berkembang dengan baik karena
tidak tersedianya air yang mencukupi.
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2

4

6

8

10

Waktu (MST)
Pupuk hayati 0 g/ha

Pupuk hayati 200 g/ha

Gambar 3 Pengaruh perlakuan tablet aktinomiset endofit terhadap jumlah anakan
padi
Hasil analisis statistik pada data pengaruh perlakuan tablet aktinomiset
endofit terhadap jumlah anakan tidak signifikan. Perbedaan jumlah anakan pada
kedua perlakuan juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Data yang
diperoleh mempunyai nilai varians yang homogen berdasarkan uji Lavene
(Lampiran 6), dan hanya signifikan pada umur 2 MST (Lampiran 7).

Kejadian dan Keparahan Penyakit HDB
Perlakuan tablet aktinomiset endofit 200 g ha-1 mampu menekan
perkembangan penyakit HDB sebesar 74% atau 48% lebih tinggi penekanannya
dibandingkan tanaman kontrol pada percobaan in planta (Gambar 4 dan Gambar
5). Hal ini membuktikan bahwa sinergisme ketiga isolat aktinomiset endofit di
dalam tablet produk mampu menekan perkembangan bakteri penyebab penyakit
HDB padi. Persentase kejadian dan keparahan penyakit terparah terjadi pada
minggu ke-10 setelah tanam. Ini mengindikasikan bahwa bakteri penyebab HDB
menyerang pada usia vegetatif maksimum.

10

Kejadian penyakit (%)

60
50
40
30
20
10
0
2

4

6

8

10

Waktu (MST)
Pupuk hayati 0 g/ha

Pupuk hayati 200 g/ha

Gambar 4 Persentase kejadian penyakit HDB di lapangan

Keparahan penyakit (%)

60
50
40
30
20
10
0
2

4

6

8

10

Waktu (MST)
Pupuk hayati 0 g/ha

Pupuk hayati 200 g/ha

Gambar 5 Persentase keparahan penyakit HDB di lapangan

Analisis statistika untuk skor keparahan penyakit HDB tidak menggunakan
uji Lavene, tetapi menggunakan uji Friedman. Uji Friedman merupakan uji nonparametrik yang biasa digunakan pada RAK untuk data skor yang tidak menyebar
normal. Hasil uji Friedman menunjukkan bahwa hasil uji pada setiap MST tidak
signifikan (Lampiran 8).

11

Postulat Koch dan Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit HDB

Hasil isolasi bakteri yang didapatkan dari sawah dan postulat Koch
menunjukkan hasil yang sama. Koloni bakteri berwarna kuning terang, berlendir,
berbentuk bulat, cembung dengan tepian halus (Gambar 6). Pewarnaan Gram
menunjukkan bahwa bakteri tersebut termasuk bakteri Gram negatif batang
pendek. Hasil uji patogenisitas membuktikan bahwa bakteri tersebut mampu
menyebabkan penyakit dengan gejala mirip hawar daun (Gambar 7) dan hidup di
dalam jaringan tanaman yang diinfeksi. Semula bakteri ini diduga sebagai
Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang pada umumnya merupakan bakteri spesifik
penyebab penyakit HDB. Akan tetapi, hasil uji identifikasi menunjukkan bahwa
bakteri tersebut bukan Xanthomonas oryzae pv. oryzae melainkan Sphingomonas
paucimobilis (Tabel 4).

a

b
Gambar 6 Morfologi S. paucimobilis pada media YDCA, koloni tunggal, hasil
pewarnaan Gram perbesaran 1000 x (a) Isolat S1, (b) Isolat P1

a

b

c

Gambar 7 Kondisi uji postulat Koch isolat S1 pada tanaman padi (a) kondisi
tanaman, (b) kontrol, (c) gejala hawar daun dari uji patogenisitas

12

Tabel 4 Hasil identifikasi bakteri penyebab penyakit HDB dengan kit API 20 NE
Hasil
Hasil
No.
Reaksi
identifikasi
Isolat S1 Isolat P1
1
Nitrifikasi
2
Indol
3
Fermentasi glukosa
4
Arginin dihidrolase
5
Urease
+
+
6
Esculin
7
Gelatin
+
+
8
-galactosidase (Para-nitrophenylD-galactopiranosidase) (PNPG)
Asimilasi:
9
Glukosa
+
+
Sphingomonas
10
Arabinosa
+
+
paucimobilis
11
Mannosa
+
+
12
Mannitol
13
N-asetil-glukosamin
+
+
14
Maltosa
+
+
15
Potassium glukonat
+
+
16
Capric acid
17
Adipic acid
18
Malat
+
+
19
Trisodium sitrat
+
+
20
Phenylacetic acid
21
Oksidase
+
+
Keterangan: Isolat S1 = isolat hasil isolasi dari sawah
Isolat P1 = isolat hasil isolasi dari postulat Koch

Hasil uji identifikasi menunjukkan bahwa bakteri penyebab HDB adalah S.
paucimobilis yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Penyakit HDB secara
umum disebabkan oleh bakteri Xoo. Bakteri S. paucimobilis dan Xoo mempunyai
beberapa kesamaan antara lain: berada pada satu filum Proteobacteria, Gram
negatif batang pendek, koloni berwarna kuning, memproduksi pigmen, merupakan
patogen tanaman, dan mampu hidup di dalam jaringan tanaman (Brenner et al.
2005).

PEMBAHASAN

Ketiga isolat aktinomiset endofit yang dikemas dalam tablet produk bekerja
secara sinergis sehingga mampu meningkatkan tinggi tanaman pada uji in planta.
Isolat PS4-16 terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman lebih baik

13

dari perlakuan isolat lain pada penelitian Ulya (2009). PS4-16 juga mampu
memproduksi IAA sebesar 93.4 ppm. Dua isolat lain yang terdapat dalam tablet
produk yaitu isolat aktinomiset endofit AB131-1 dan AB131-2 mampu
meningkatkan tinggi dengan cara memproduksi IAA sebesar 99.2 ppm. dan
terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 26%,
panjang akar 33.4% dan bobot kering total tanaman 206% melebihi pengaruh
penambahan IAA sintetik 0.1 ppm (Yusepi 2011). Rahayu (2012) juga
menyatakan bahwa aplikasi tablet aktinomiset 250 g ha-1 + 0.25 dosis pupuk NPK
rekomendasi pada tanah streril di rumah kaca mampu mengefisiensikan
penggunaan NPK sebesar 75%. Konsorsium aktinomiset endofit yang digunakan
juga telah dibuktikan mampu menambat N2 (Pratyasto 2012). Keberadaan N2 dan
nutrisi tanaman lainnya dipengaruhi oleh total mikrob dalam tanah. Tanah
pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikrob g-1. Produktivitas
dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikrob-mikrob tersebut. Mikrob
tanah memiliki banyak peran, antara lain: re-cycling hara tanaman, fiksasi
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol patogen
tanaman, dan membantu penyerapan unsur hara.
Perlakuan tablet aktinomiset endofit terbukti mampu meningkatkan tinggi
tanaman, tetapi berbeda halnya dengan perlakuan terhadap jumlah anakan. Hal ini
bukan karena tablet aktinomiset endofit tidak mampu meningkatkan jumlah
anakan, tetapi karena kekeringan pertanian yang dimulai pada umur 4 MST.
Selain itu kemiringan tanah yang tidak rata mengakibatkan tanaman pada bagian
tertentu tergenangi lebih banyak air dibandingkan tanaman pada bagian lainnya.
Ketersediaan air yang naik turun ini menyebabkan anakan per rumpun padi tidak
berkembang, karena anakan yang baru tumbuh ketika air tersedia akan mati ketika
minggu berikutnya tidak tersedia air. Begitu seterusnya hingga minggu ke 10
MST dan tanaman padi benar-benar mengalami puso. Jumlah anakan pada lahan
dengan perlakuan tablet aktinomiset endofit 200 g ha-1 lebih sedikit dibandingkan
kontrol karena mikrob pada lahan perlakuan mengalami gangguan metabolisme
sehingga menyebabkan tanaman padi juga terganggu proses metabolismenya dan
tumbuh abnormal. Curah hujan bulan Agustus 79 mm termasuk kategori di bawah
normal. Menurut teori Oldemann, curah hujan < 100 mm menyebabkan tanaman
menjadi stres dan kurang subur. Kekeringan yang terjadi ini termasuk ke dalam
kategori kekeringan pertanian karena berkurangnya kandungan air dalam tanah
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman (Sivakumar 2010).
Salah satu keunggulan tablet aktinomiset endofit ini selain meningkatkan
pertumbuhan tanaman adalah mampu menekan perkembangan penyakit HDB
pada padi. Tablet aktiomiset endofit terbukti mampu menekan kejadian dan
keparahan penyakit HDB sampai 30% pada musim kemarau. Penekanan tersebut
dihasilkan oleh sinergisme isolat di dalam tablet produk. Mekanisme
pengendalian hayati oleh aktinomiset dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Mekanisme langsung berupa mekanisme antibiosis yang dapat
menghambat mikrob patogen, produksi siderofor yang menghasilkan asam
salisilat untuk mengaktifkan gen yang menyandikan pathogenesis-related protein
(PR-protein) (Maurhofer et al. 1998), dan dihasilkannya asam sianida (HCN)
yang dapat mengambat pertumbuhan mikrob lainnya, serta dihasilkannya enzim
litik seperti kitinase, glukanase dan selulase. Mekanisme tidak langsung dapat
berupa indusi sistemik tanaman dan peningkatan kebugaran tanaman. Isolat

14

PS4-16 mempunyai aktifitas penghambatan terhadap patogen tular tanah dan
aplikasinya secara tunggal juga efektif mengendalikan penyakit HDB dengan nilai
LADKP 1923 pada musim hujan dan LADKP 1458 pada musim kemarau (Hastuti
et al. 2012). Isolat tersebut juga mampu menurunkan luas area di bawah kurva
perkembangan penyakit (LADKP) sebesar 54.9% (Papuangan 2009). PS4-16
merupakan isolat dengan kemampuan hambat bakteri paling tinggi dibandingkan
isolat lain yang diuji dan mampu menghambat perkembangan Xoo sebesar 11 mm
(Ulya 2009). Isolat AB131-1 menghambat bakteri patogen dengan memproduksi
siderofor. Aktinomiset endofit AB131-2 juga mampu menghambat Xoo sebesar
12 mm melalui mekanisme antibiosisnya dan mampu memproduksi kitinase
(Hastuti 2012).
Aplikasi produk pada tanaman dengan cara seed coating dan perendaman
akar setelah semai. Langkah ini bertujuan untuk menghambat bakteri patogen
yang terdapat pada biji serta untuk penetrasi aktinomiset endofit ke akar tanaman
dan menghambat mikrob patogen yang mungkin masuk melalui luka pada akar
(Ou 1985). Reddy dan Yin (1972) menyatakan bahwa Xoo bertahan selama 7-8
bulan di dalam biji, dan hanya 3-4 bulan pada tunggul dan jerami padi. Uji yang
dilakukan Ikhwani (2010) menunjukkan bahwa seed coating merupakan cara
aplikasi terbaik. Hastuti et al. (2012) juga melaporkan bahwa aplikasi seed
coating dan perendaman akar bibit lebih efektif dalam mengendalikan penyakit
HDB dibandingkan perlakuan kontrol.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman yang terserang HDB
memiliki gejala berupa daun yang berwarna kuning kecoklatan. Bakteri Xoo
menginfeksi tanaman melalui hidatoda maupun luka pada tanaman, kemudian
menyebar melalui xilem (Rajarajeswari dan Muralidharan 2006; Chithrashree et al.
2011). Hal ini sesuai dengan pernyataan Rudolph (1993) bahwa HDB berkembang
pada ujung daun, dengan lesi berwarna kuning kecoklatan pada fase awal,
kemudian melebar ke bawah sepanjang vena dan tepi daun. Fase akhir
perkembangan penyakit HDB akan menyebabkan warna daun tampak putih
keabu-abuan dan dikolonisasi oleh banyak organisme saprofit (Ou 1985). Hasil
percobaan menunjukkan bahwa di lapangan jumlah tanaman yang terserang HDB
hanya sedikit. Hal ini dikarenakan musim tanam jatuh pada musim kemarau
sehingga tingkat angin dan curah hujan rendah. Penyebaran HDB ini meningkat
pada tingkat curah hujan, kelembaban, dan angin yang tinggi. Curah hujan harian
> 20 mm mendukung perkembangan penyakit HDB. Kelembaban yang tinggi
juga mendukung penyebaran penyakit tersebut karena pada kelembaban tinggi lesi
penyakit HDB yang berupa butiran-butiran kecil pada daun akan pecah dan
menyebar melalui angin maupun gesekan daun (Ou 1985).
Keparahan penyakit HDB tidak hanya dilihat dari keparahan daun yang
terserang penyakit, tetapi dibuktikan juga dengan analisis laboratorium melalui uji
postulat Koch. Uji tersebut dilakukan untuk menguji apakah penyakit yang
diamati di lapangan adalah benar HDB, dan membuktikan apakah bakteri
penyebab HDB tersebut benar bersifat patogen (Jabeen et al. 2012). Hasil uji
postulat Koch menunjukkan bahwa tanaman kontrol tidak terinfeksi HDB,
sedangkan tanaman yang diinfeksi dengan kultur isolat S1 menunjukkan gejala
mirip HDB. Isolasi bakteri hasil uji postulat Koch pada tanah steril di rumah kaca
menunjukkan hasil yang sama dengan bakteri hasil isolasi dari sawah. Morfologi
bakteri tersebut pada media YDCA berwarna kuning, berlendir, permukaan timbul,

15

dan tepian rata. Konfirmasi bakteri penyebab HDB dilanjutkan dengan uji
identifikasi menggunakan kit API 20 NE.
Hasil uji identifikasi dengan kit API 20 NE terdeteksi bahwa bakteri
penyebab HDB yang diperoleh adalah Sphingomonas paucimobilis.
Sphingomonas ini merupakan Proteobacteria yang sering berasosiasi dengan
tanaman. Bakteri ini sering ditemukan di tanah, air, dan tanaman. Banyak strain
diisolasi dari rizosfer, dan sebagian besar berkerabat dekat dengan Rhizomonas
yang merupakan patogen tanaman. Koloni Sphingomonas berwarna kuning dan
memproduksi pigmen nostoxanthin carotenoid , Gram negatif, dan aerob, (White
et al. 1996). Beberapa jenis Sphingomonas bersifat non motil dan non fermentatif.
S. paucimobilis ini memiliki beberapa kesamaan dengan bakteri Xoo penyebab
HDB pada umumnya, yaitu berada pada satu filum Proteobacteria, Gram negatif
batang pendek, koloni berwarna kuning, cembung, tepian rata, berlendir,
memproduksi pigmen, endofit tanaman, dan merupakan patogen tanaman
(Brenner et al. 2005). Berdasarkan uji biokimia Xoo dan S. paucimobilis memiliki
beberapa perbedaan, yaitu pada Xoo uji oksidase bersifat negatif atau positif
lemah, gelatin dan adipatnya negatif (Wahyudi 2011), sedangkan pada penelitian
ini S. paucimobilis menunjukkan hasil uji oksidase, gelatin dan adipat yang positif.
Sphingomonas banyak terdapat pada jaringan tanaman. Populasi maksimum
Sphingomonas 108 g-1 (berat basah) jaringan tanaman (Kim et al. 1998).
Penyebaran masing-masing spesies berbeda-beda, misalnya S. melonis, S.
yabuuchiae, S. parapaucimobilis, S. echinoides ditemukan di daun dan biji Oryza
sativa, sementara S. paucimobilis ditemukan pada akar O. sativa dan O. officinalis
dan merupakan endofit pemfiksasi nitrogen (Mano dan Morisaki 2008).
Sphingomonas dilaporkan sebagai patogen tanaman yang mampu menyebabkan
penyakit bercak coklat pada melon. Berg dan Ballin 1994 menyebutkan bahwa S.
paucimobilis mampu melawan fungi patogen Verticillium dahliae. S. paucimobilis
juga digunakan sebagai patogen target tanaman yang digunakan untuk uji in vitro
antibiosis pada tanaman kentang (Sturz et al. 1999). Sphingomonas sp. yang
diisolasi dari tanah diketahui sebagai pendegradasi hidrokarbon aromatik
polisiklik (Koh et al. 2000), γ-hexachlorocyclohexane (Senoo et al. 1996)
pendegradasi senyawa xenobiotic, dan pemfiksasi nitrogen (Katayama et al. 1988
dan Mueller et al. 1990). Berdasarkan telaah literatur belum pernah dilaporkan
hasil penelitian yang menyebutkan bahwa S. paucimobilis dapat menyebabkan
penyakit HDB, seperti hasil yang diperoleh dari penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Perlakuan pemberian tablet aktinomiset endofit 200 g ha-1 mampu
meningkatkan 4% tinggi tanaman dibandingkan dengan kontrol, serta mampu

16

menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri sebesar 74%. Bakteri
penyebab HDB yang diisolasi dari padi sawah adalah S. paucimobilis.

Saran

Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk dilakukan identifikasi
molekuler dan pengujian kembali penyakit HDB dengan membandingkan gejala
HDB yang disebabkan oleh Xoo dan S. paucimobilis.

DAFTAR PUSTAKA

Anitha A, Rabeeth M. 2009. Kontrol of fusarium wilt of tomato by bioformulation
of Streptomyces griseus in green house condition. African J of Basic & Applied
Sciences. 1(1-2):9-14.
Atta HM. 2012. Biochemical studies on antibiotic production from Streptomyces
sp.: Taxonomy, fermentation, isolation, and biological properties. J of Saudi
Chemical Society. 30:1-10.doi: 10.1016/j.jscs.2011.12.011.
Berg G, Ballin G. 1994. Bacterial antagonists to Verticillium dahliae. J
Phytopathol. 141:99-110.
[BPS] Biro Pusat Statistik (ID). 2011. Berita Resmi Statistik No. 69/11/Th. XIV
[Internet]. [Diunduh 2013 Sep 10]. Tersedia pada:http://www.bps.go.id.
Brenner DJ, Krieg NR, Staley JT. 2005. Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology. New York (US): Springer.
Chithrashree, Udayashankar AC, Nayaka SC, Reddy MS, Srinivas C. 2011. Plant
growth-promoting rhizobacteria mediate induced systemic resistance in rice
against bacterial leaf blight caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Bio
Cont. 59:114-122.doi: 10.1016/j.biokontrol.2011.06.010.
Elings A, Reddy PR, Marimuthu T, Rossing WAH, Jansen MJW, Teng PS.
1997. Rice bacterial leaf blight: field experiments, systems analysis and
damage coefficients. Field Cr Research. 5(1):113-131.
Hamdali H, Bouizgarne B, Hafidi M, Lebrihi A, Virolle MJ, Ouhdouch Y. 2008.
Screening for rock phosphate solubilizing actinomycetes from Moroccan
phosphate
mines.
Appl
Soil
Ecology.
38:12-19.doi:
10.1016/j.apsoil.2007.08.007.
Hamdali H, Hafidi M, Virolle MJ, Ouhdouch Y. 2008. Growth promotion and
protection against damping-off of wheat by two rock phosphate solubilizing
actinomycetes in a P-deficient soil under greenhouse conditions. Appl Soil
Ecology. 40:510–517.doi: 10.1016/j.apsoil.2008.08.001.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

17

Hastuti RD. 2012. Potensi aktinomiset endofit dalam mengendalikan penyakit
hawar daun bakteri pada tanaman padi (Oryza sativa) [disertasi]. Bogor(ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hastuti RD, Lestari Y, Saraswati R, Suwanto A, Chaerani. 2012. Capability of
Streptomyces spp. in controlling bacterial leaf blight disease in rice plants. Am
J Agri & Biol Sci. 7(2):217-223. doi: 10.3844/ajabssp.2012.217.223
Hoque ME, Mansfield JW. 2005. A simple and reliable method for patogenicity
tests of bacterial blight disease of rice. Bangladesh J. Bot. 34(1):11-16.
Ikhwani N. 2010. Efektivitas Streptomyces spp. sebagai agensia hayati mikrob
patogen pada tanaman cabai besar (Capsicum annuum) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Jabeen R, Iftikhar T , Batool H. 2012. Isolation, characterization, preservation
and patogenicity test of Xanthomonas oryzae pv. oryzae causing BLB disease
in rice. Pak. J. Bot. 44(1):261-265.
Katayama Y, Nishikawa S, Murayama A, Yamasaki M, Morohoshi N, Haraguchi
T. 1988. The metabolism of biphenyl structures in lignin by the soil bacterium
(Pseudomonas paucimobilis SYK-6). FEBBS letter. 233:129-133.
[Kementan] Kementerian Pertanian (ID). 2011. Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah.
Jakarta: Direktorat Pupuk dan Pestisida.
Kim H, Nishiyama M, Kunito T, Senoo K, Kawahara K, Murakami K, Oyaizu H.
1998. High population of Sphingomonas spesies on plant surface. J Apll
microbiol. 85:731-736.
Koh S, Park Y, Koo Y, So J. 2000. Plant terpenes and lignin as natural
cosubstrates in biodegradation polyclorinated biphenyl (PCBs) and polycyclic
aromatic hydrocarbon (PAHs). Biotechnol Bioprocess Eng.5:164-168.
Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2006. Brock: Biology of Mikroorganims.
New Jersey American (US): Prentice Hall.
Mano H, Morisaki H. 2008. Endophytic bacteria in the rice plant. Microbs
Environ. 23:109-117. doi.10.1264/jsme.2.23.109.
Maurhofer M, Reimmann C, Schmidli-Sacherer P, Heeb P, Haas S, Defago G.
1998. Salicylic acid biosynthetic gene expressed in Pseudomonas
fluorecens strain P3 improve the induction of systemic resistance in
tobacco against Tobacco necrosis virus. Phytophatology. 88:678-684.
Mueller JG, Chapman PJ, Blattmann BO, Pritchard PH. 1990. Isolation and
characterization of a fluoranthene-utilizing strain of Pseudomonas
paucimobilis. Apll environ microbiol. 56:1079-1086.
Muneer N, Rafi A, Akhtar MA. 2007. Isolation and characterization of
Xanthomonas oryzae pv. oryzae isolates from North West Frontier Province
(NWFP) Pakistan. Sarhad J. Agric. 23(3):743-751.
Ou SH. 1985. Rice Diseases. England (GB): CAB
Papuangan N. 2009. Aktivitas penghambatan senyawa antimikrob Streptomyces
spp. terhadap mikrob patogen tular tanah secara in vitro dan in planta [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pratyasto AP. 2012. Kemampuan aktinomet endofit sebagai penambat nitrogen
dan perannya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.

18

Rahayu AT. 2012. Formulasi produk hayati berbasis aktinomiset endofit sebagai
pemacu pertumbuhan tanaman padi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Rajarajeswari NVL, Muralidharan K. 2006. Assessments of farm yield and district
production loss from bacterial leaf blight epidemics in rice. Crop Protect.
25:244-252. doi:10.1016/j.cropro.2005.04.013.
Reddy R, Yin SZ. 1972. Survival of Xanthomonas campestris pv. oryzae the
causal organism of bacterial blight of rice. Di dalam: Banta SJ, editor.
International Workshop on Bacterial blight of Rice; 1988 Maret 14-18;
Manila, Fiilipina. IRRI. 65-78.
Rudolph K. 1993. Infection of the plant by Xanthomonas.. Di dalam: Swings JG,
Civerolo EL, editor. Xanthomonas [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan
tidak diketahui]. Belanda(NL): Springer Netherland. hlm 193-197; [diunduh
2013 Apr 9]. Tersedia pada: http://link.springer.com/chapter/10.1007/978-94011-1526-1_4.
Sabaratnam S, Traquair JA. 2002. Formulation of a Streptomyces biokontrol agent
for the suppression of rhizoctonia damping-off in tomato transplants. Bio Cont.
23:245-253. doi:10.1006/bcon.2001.1014.
Senoo K, Nishiyama M, Matsumoto S. 1996. Bioremediation of -HCH-polluted
field soil by inoculation with an aerobic
-HCH-decomposing bacterium
(Sphingomonas paucimobilis SS86). Soil Sci Plant Nutr. 1:11-19.
Sivakumar MVK. 2010. Agricultural Drought —WMO Perspectives. Di dalam:
Sivakumar MVK, Motha RP, Wilhite DA, Wood DA, editor. Agricultural
Drought Indices. Proceedings of an Expert Meeting; 2010 Jun 2-4; Murcia,
Spanyol. Switzerland (CH): WMO. Hlm 22-34.
[SJKP PDSIP] Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian (ID). 2012. Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012.
Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian.
Sturz A, Christie BG, Matheson BG, Arsenaultb WJ, Buchanan NA. 1999.
Endophytic bacterial communities in the periderm of potato tubers and their
potential to improve resistance to soil-borne plant pathogens. Plant Pathol.
48:360–369.
Ulya J. 2009. Kemampuan penghambatan Streptomyces spp. terhadap mikrob
patogen tular tanah pada beberapa kondisi pertumbuhan: jenis media, waktu
produksi, pH, dan suhu [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wahyudi AT, Meliah S, Nawangsih AA. 2011. Xanthomonas oryzae pv. oryzae
bakteri penyebab hawar daun pada padi: isolasi, karakterisasi, dan telaah
mutagenesis dengan transposon. Makara Sains. 15(1):89-96.
White DC, Suttont SD, Ringelberg DB. 1996. The genus Sphingomonas:
physiology and ecology. Curr Opinion Biotechnol. 7:301-306.
Widawati S, Nurkanto A, Sudiana IM. 2008. Aktivitas pelarutan fosfat oleh
aktinomisetes yang diisolasi dari Waigeo, kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Biodiversitas. 9(2):87-90.
Winarni I. 2004. Kajian potensi Streptomyces sp. sebagai agen pengendali hayati
bakteri patogen pada benih padi dan kedelai [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Yusepi TT. 2011. Kemampuan aktinomiset endofit dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.) melalui aktivitas asam indol
asetat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

19

LAMPIRAN

20

Lampiran 1 Komposisi media peremajaan dan kultur
a.
No.
1
2
3

b.

Media yeast starch agar A (YSA-A)
Komposisi
Agar-agar
Soluble starch
Yeast extract

Takaran (g L-1)
15
10
2

Media oatmeal agar (OA)

No.

Komposisi

Takaran (g L-1)

1

Agar-agar oatmeal

23

c.

Media nutrient agar (NA)

No.

Komposisi

Takaran (g L-1)

1

Agar-agar nutrinet

23

d.

Media yeast extract dextrose calcium carbonate agar (YDCA)

No.

Komposisi

Takaran (g L-1)

1
2
3
4

CaCO3
Glukosa
Agar-agar
Yeast extract

20
20
15
10

e.

Media agar-agar asam humat mengandung vitamin B (HV)

No.

Komposisi

Takaran (g L-1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Asam humat
CaCO3
FeSO4.7H2O
KCl
MgSO4.7H2O
Na2HPO4
Agar-agar
Griseofulvin
Asam nalidiksat
Vitamin B

1*
0.02
0.01
1.71
0.05
0.5
18
0.05
0.02**
5 mL***

Keterangan : *) Dilarutkan dalam 40 ml 0.4% NaOH; **) Dilarutkan dalam 1 ml NaOH
0.4% + 3 ml akuades steril; ***) Satu butir vitamin B kompleks IPI dilarutkan
dalam 200 ml akuades steril

21

f.

Media modifikasi molase kedelai

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Takaran (g L-1)
10 mL
2
1
1
1
1
1
1.10-3
1.10-3
1.10-3
5 mL

Komposisi
Molase
CaCO3
Urea
SP-36
KCl
MgSO4.7H2O
NaCl
FeSO4.7H2O
MnCl2.7H2O
ZnSO4.7H2O
Sari Kedelai

Lampiran 2 Persentase kejadian penyakit HDB di lapangan
Perlakuan
2 MST 4 MST
6 MST
8 MST
Pupuk hayati 0 g/ha
0%
0%
30%
30%
Pupuk hayati 200 g/ha
0%
10%
0%
20%

10 MST
50%
20%

Lampiran 3 Tabel persentase keparahan penyakit di lapangan
Perlakuan
Pupuk hayati 0 g/ha
Pupuk hayati 200 g/ha

2 MST
0%
0%

4 MST
0%
10%

6 MST
20%
0%

Lampiran 4 Uji Lavene terhadap tinggi tanaman
2 MST
4 MST
6 MST
F
0.553
1.239
0.438
Db1
3
3
3
Db2
16
16
16
*
Sig
0.654
0.328
0.729

8 MST
20%
20%

8 MST
0.871
3
16
0.477

10 MST
50%
20%

10 MST
1.224
3
16
0.333

*: variansi data homogen (p>0.05)

Lampiran 5 Analysis of variance data tinggi tanaman
Sumber
Tinggi
Tanaman
Blok
Galat
Total

Jumlah
kuadrat

2 MST
Derajat
Kuadrat
bebas
tengah

F

Sig.

Notasi*

332.928

1

332.928

13.990

.002

s

51.842
404.560
789.330

1
17
19

51.842
23.798

2.178

.158

ns

22
Lanjutan lampiran 5
4 MST
Tinggi
Tanaman

.946

1

.946

.031

.861

ns

Blok

17.391

1

17.391

.577

.458

ns

Galat
Total

512.327
530.664

17
19

30.137

6 MST
Tinggi
Tanaman
Blok
Galat
Total

16.200

1

16.200

.360

.556

ns

5.618
763.970
785.788

1
17
19

5.618
44.939

.125

.728

ns

8 MST
Tinggi
Tanaman
Blok
Galat
Total

21.425

1

21.425

.547

.469

ns

27.612
665.269
714.306

1
17
19

27.612
39.133

.706

.413

ns

10 MST
Tinggi
Tanaman
Blok
Galat
Total

103.512

1

103.512

2.015

.174

ns

150.701
873.284
1127.498

1
17
19

150.701
51.370

2.934

.105

ns

*signifikan (p0.05)

Lampiran 7 Analysis of variance data jumlah anakan
2 MST
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Sumber
F
kuadrat
bebas
tengah
Pemupukan
6.050
1
6.050 10.658
Blok
.050
1
.050
.088
Galat
9.650
17
.568
Total
15.750
19

Sig.

Notasi

.005
.770

s
ns

23
Lanjutan lampiran 7
Pemupukan
Blok
Galat
Total

72.200
12.800
325.800
410.800

Pemupukan
Blok
Galat
Total

76.050
6.050
299.650
381.750

Pemupukan
Blok
Galat
Total

61.250
6.050
271.650
338.950

Pemupukan
Blok
Galat
Total

39.200
9.800
314.800
363.800

4 MST
1
1
17
19
6 MST
1
1
17
19
8 MST
1
1
17
19
10 MST
1
1
17
19

72.200
12.800
19.165

3.767
.668

.069
.425

ns
ns

76.050
6.050
17.626

4.315
.343

.053
.566

ns
ns

61.250
6.050
15.979

3.833
.379

.067
.546

ns
ns

39.200
9.800
18.518

2.117
.529

.164
.477

ns
ns

*signifikan (p0.05)

10 MST
1.65
1.35
10
1800
1
0.180

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 03 Februari 1990 dari ayah Ali
Hamdan dan ibu Karsi. Penulis merupakan putri terakhir dari lima bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA NEGERI I Tayu dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Penulis memilih mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten mata kuliah Fisiologi
Tumbuhan pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga terdaftar sebagai penerima
beasiswa Karya Salemba Empat selama 3 tahun berturut-turut, serta menjadi
pengajar sukarela di RUSA (Rumah Sahabat) KSE IPB pada tahun 2011-2