Aspek Yuridis Pencantuman Klausula Baku

yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai. e. Qardh Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis Perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari Bank ke nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan bersama sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus.

2. Aspek Yuridis Pencantuman Klausula Baku

Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang klausula baku, perlu diketahui tentang pengertian perjanjian, kredit dan perjanjian kredit karena dalam klausula baku terdapat aturan-aturan yang berupa perjanjian kredit yang isinya adalah hak dan kewajiban pihak kreditur maupun pihak debitur 36 Pasal 1313 KUH Perdata memberikan rumusan tentang “Perjanjian” sebagai berikut : perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih” . Menurut R. Setiawan, rumusan tersebut selain tidak lengkap juga sangat luas. Tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak. Sangat luas, karena dengan dipergunakannya perkataan “perbuatan”, mencakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan itu, perlu diadakan perbaikan mengenai dedfinisi tersebut, yaitu : 36 Munir Fuadi. “Hukum Perkreditan Kontemporer”. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1996 Hal. 24-28 Universitas Sumatera Utara 1. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum; 2. Menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam pasal 1313 KUHPerdata. Sehingga perumusannya menjadi : persetujuan adalah suatu perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Adapun pengertian kredit terdapat dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 1 butir 11, kredit adalah : penyediaan uang atau tagian yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengertian perjanjian kredit ditemukan dalam pasal 1 angka Rancangan Undang-Undang tentang Perkreditan Perbankan, yang menyebutkan bahwa : persetujuan dan atau kesepakatan yang dibuat bersama antara kreditur dan debitur atas sejumlah kredit deengan kondisi yang telah diperjanjikan, hal mana pihak debitur wajib untuk mengembalikan kredit yang telah diterima dalam jangka waktu tertentu disertai bunga dan biaya-biaya yang disepakati 37 Menurut pengertian perjanjian kredit tersebut diatas, terdapat beberapa hal yang penting untuk diketahui yaitu : . 1. Kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. 2. Adanya kesepakatan antara bank atau kreditur deengan penerima kredit, yang dituangkan dalam suatu perjanjian atau akad kredit, yang mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak. 37 Thomas Suyatno. “Dasar-dasar Hukum Perkreditan Edisi Ketiga”. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 1993. Hal 87 Universitas Sumatera Utara Bentuk perjanjian dalam KUH Perdata, maupun dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tidak ditemukan. KUHPerdata hanya mengatur tentang perjanjian-perjanjian tertentu yang harus dibuat dalam bentuk tertulis. Pada umumnya perjanjian kredit yang dibuat antara kreditur baik berupa lembaga keuangan Bank maupun lembaga keuangan lainnya dan debitur dituangkan dalam bentuk tertulis yang sudah dibakukan. Perjanjian semacam ini disebut dengan klausula baku. Pengertian klausula baku sesungguhnya telah diatur dalam pasal 1 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan : klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dn ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Hubungan hukum dalam transaksi perbankan antara Bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur, dituangkan dalam suatu perjanjian, yang disebut juga dengan perjanjian kredit. Perjanjian kredit tersebut dibuat dalam bentuk tertullis yang isinya tentang identitas kreditur dan debitur, berisi juga ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku mengikat kedua belah pihak dituangkn dalam bentuk tertulis. Ketentuan dan syaart-syarat tersebut dibuat oleh kreditur yang didalamnya berisi tentang ketentuan- ketentuan mengenai perjanjian term of conditions yang sudah tertulis tercetak lengkap yang pada dasarnya tidak dapat diubah lagi. Dalam hukum perjanjian ketentuan seperti ini disebut dengan klausula baku. Pemberlakuan klausula baku merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari dalam perjanjian kredit bank, karena klausula baku adalah kenyataan yang memang lahir dari kebutuhan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Calon debitur mengisi formulir sesuai dengan kenyataan dan bila permohonan calon debitur diterima berarti debitur harus memenuhi dan tunduk pada ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam formulir tersebut, walaupun perjanjian tersebut dibuat secara sepihak oleh Bank sebagai kreditur. Menurut ketentuan pihak Bank atau kreditur pengisian formulir oleh debitur merupakan hal yang penting, karena dengan mengisi formulir tersebut, untuk selanjutnya bila permohonan calon debitur diterima berarti debitur harus memenuhi dan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam formulir tersebut. hal ini berarti bahwa para pihak, baik hak dan kewajiban kreditur maupun debitur harus dilaksanakan sesuai dengan apa yang tercantum dalam formulir yang telah ditandatangani. Menurut pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan dalam pengaturan hukumnya bahwa : Perjanjian adalah sah jika : 1. Dibuat berdasarkan kata sepakat dari para ppihak, tanpa adanya paksaan, kekhilafan ataupun penipuan; 2. Dibuat oleh mereka yang cakap untuk bertindak dalam hukum; 3. Memiliki obyek perjanjian yang jelas; 4. Didasarkan pada klausula baku. Apabila suatu perjanjian telah memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, sesuai dengan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, maka perjanjian yang telah dibuat berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak. Perjanjian itu mengikat artinya para pihak wajib melaksanakannya. Universitas Sumatera Utara

3. Akibat Hukum Perjanjian Dengan Pencantuman Klausula Baku Terhadap Konsumen

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Ketentuan Kontrak Standar Pada Pembiayaan Syariah Bank Syariah Mandiri Dikaitkan Dengan Ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

1 78 148

Perlindungan Hukum Hak-Hak Nasabah atas Penerapan Klausula Baku dalam perjanjian Kredit dengan Bank Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada PT.Bank Sumut Medan )

1 20 88

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 11

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

PENERAPAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) PADANG).

1 3 8

KETENUTAN BAKU DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DAN HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

Perlindungan Konsumen Terhadap Pencantuman Klausula Baku Dihubungkan Dengan Asas - Asas Perjanjian Berdasarkan Kitab Undang - Undang Hukum Perdata Dan UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 2

Rekonstruksi Prinsip Syariah Dalam Penyusunan Klausula Baku Akad Pembiayaan Mudharabah Doc173

0 0 1

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

0 0 7

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen - Repository Unja

0 0 13