dilakukan selain berdasarkan ketentuan UU No. 101998 tentang Perbankan, UU No.212008 tentang Perbankan Syariah dan hukum perjanjian. Adapun akad-akad
pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Cabang Utama Medan didasarkan pada prinsip- prinsip syariah, seperti murabahah. Sedangkan jenis produk akad pembiayaan syariahnya
bervariasi, ada yang bersifat jasa dan ada pula yang bersifat investasi. Semua jenis produk ini dibuat dengan bentuk pembiayaan yang menggunakan klausula baku. Begitu juga
dengan akad murabahah sebagai salah satu akad yang paling diminati oleh konsumen . Sepanjang keberadaan PT. Bank Muamalat Cabang Utama Medan, akad murabahah ini
juga merupakan akad yang paling pesat perkembangannya di hampir seluruh bank syariah di Indonesia karena akad ini menawarkan pembiayaan-pembiayaan konsumtif kepada
konsumen. Berdasarkan hal tersebut di atas serta untuk lebih mengetahui tentang alasan dimasukannya klausula baku dalam perjanjian akad pembiayaan pada perbankan syariah
dan untuk meneliti lebih lanjut materi yang ada, maka penelitian dengan judul ”Pencantuman Klausula Baku Dalam Akad Pembiayaan Syariah Dikaitkan Dengan
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Studi Pada PT.Bank Muamalat Cabang
Utama Medan”menjadi penting untuk dilakukan.
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah yang menjadi latar belakang pencantuman klausula baku dalam
akad pembiayaan paa PT. Bank Muamalat Cabang Utama Medan? 2.
Bagaimanakah penerapan klausula baku dalam akad pembiayaan di PT. Bank Muamalat Cabang Utama Medan dikaitkan dengan Undang-Undang
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun hal yang menjadi tujuan dilakukannya penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latar belakang pencantuman klausula baku dalam akad
pembiayaan paa PT. Bank Muamalat Cabang Utama Medan 2.
Untuk mengetahui penerapan klausula baku dalam akad pembiayaan di PT. Bank Muamalat Cabang Utama Medan dikaitkan dengan Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Sedangkan yang menjadi manfaat dilakukannya penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan akan menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya hukum
perbankan.
2. Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
sumbangan pemikiran upaya pembaharuan hukum ekonomi, khususnya dalam memberikan masukan bagi dunia perbankan
mengenai Pencantuman Klausula Baku Dalam Akad Pembiayaan Syariah Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia
perbankan dalam membuat dan menjalankan kebijakan tentang
Universitas Sumatera Utara
Pencantuman Klausula Baku Dalam Akad Pembiayaan Syariah Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
masyarakat, khususnya bagi nasabah untuk lebih mengetahui tentang Pencantuman Klausula Baku Dalam Akad Pembiayaan Syariah
Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pencantuman Klausula Baku Dalam Akad Pembiayaan Syariah
Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Studi Pada PT.Bank Muamalat Cabang Utama Medan”. Jadi penelitian ini dapat disebut “asli” sesuai dengan
asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang “Pencantuman Klausula Baku Dalam
Akad Pembiayaan Syariah Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Studi Pada PT.Bank Muamalat Cabang Utama Medan”, dan juga pemeriksaan terhadap
hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal-hal di atas, ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama oleh peneliti lainnya baik di
lingkungan Universitas Sumatera Utara.
E. Tinjauan Kepustakaan
Untuk mengetahui tentang Pencantuman Klausula Baku Dalam Akad Pembiayaan Syariah Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Studi
Universitas Sumatera Utara
Pada PT.Bank Muamalat Cabang Utama Medan perlu didasarkan kepada kerangka pemikiran dari berbagai literatur yang ada sehingga didapatkan hasil penelitian yang
maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek. Timbulnya perjanjian baku di dalam lalu lintas Hukum Perjanjian Nasional dan
Internasional dilandasi oleh kebutuhan akan pelayanan yang efektif dan efisien terhadap kegiatan transaksi. Oleh karena itu, karakter utama dari sebuah perejanjian baku adalah
pelayanan yang cepat efisien terhadap kegiatan transaksi yang berfrekuensi tinggi, namun tetap dapat memberikan kekuatan serta kepastian hukum efektif. Agar perjanjian
baku dapat memberikan pelayanan yang cepat, isi dan syarat conditional perjanjian baku harus ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis dalam bentuk formulir, kemudian
digandakan dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Formulir-formulir tersebut kemudian ditawarkan kepada para konsumen secara massal, tanpa memperhatikan
perbedaan kondisi mereka satu dengan yang lain. Yang dimaksud dengan perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.
Perjanjian baku ini pada umumnya hanya menguntungkan pihak kreditur sedangkan konsumen debitur seringkali dirugikan dengan perjanjian baku ini. Untuk melindungi
hak-hak konsumen agar tidak dirugikan dengan perjanjian baku, maka pemerintah mengatur hal ini dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, dimana Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini mengatur tentang pencantuman klausula baku.
Hukum dan sistem sosial masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dimana hukum ada karena kehendak dari mayarakat dan tujuan dari
dibentuknya hukum adalah untuk masyarakat. Hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami sistem sosial terlebih dahulu, karena hukum merupakan suatu proses dan
sistem hukum merupakan pencerminan daripada suatu sistem sosial sebagai bagian dari
Universitas Sumatera Utara
sistem sosial itu sendiri. Hukum secara sosiologis adalah penting, dan merupakan suatu lembaga kemasyarakatan social institution yang merupakan himpunan nilai- nilai,
kaidah-kaidah dan pola-pola perilaku yang berkisar pada kebutuhan-kebutuhan pokok manusia.
Klausula baku merupakan aturan sepihak yang dilakukan oleh pelaku usaha yang biasanya dicantumkan ke dalam bentuk kwitansi, faktur atau bon, dan perjanjian atau
dokumen lainnya dalam jual beli yang di dalamnya biasanya menyatakan bahwa “Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan”, “Barang tidak diambil dalam
waktu 2 minggu dalam nota penjualan kami batalkan”, dan sebagainya. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Penerapan klausula baku yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lemah yaitu konsumen, atau hal ini biasa dikenal dengan istilah “penyalahgunaan keadaan” misbruik
van omstadigheden. Perjanjian baku dengan klausula eksonerasi yang meniadakan atau membatasi kewajiban salah satu pihak untuk membayar kerugian pada pihak lain
memiliki ciri sebagai berikut: 1.
Pada umumnya isinya ditetapkan oleh pihak yang posisinya lebih kuat; 2.
Pihak lemah pada umumnya tidak ikut dalam menentukan isi perjanjian yang merupakan unsur aksidentalia dalam perjanjian;
3. Terdorong oleh kebutuhannya, pihak lemah terpaksa menerima perjanjian
tersebut; 4.
Bentuknya tertulis; 5.
Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian