Pengaruh Persepsi Sebagai Petani Dan Adopsi Teknologi Pertanian Terhadap Minat Transfer Pertanian Keluarga Pada Generasi Selanjutnya

PENGARUH PERSEPSI SEBAGAI PETANI DAN ADOPSI
TEKNOLOGI PERTANIAN TERHADAP MINAT TRANSFER
PERTANIAN KELUARGA PADA GENERASI SELANJUTNYA

FAUZIYAH AGHUTSTINA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Persepsi
Sebagai Petani dan Adopsi Teknologi Pertanian Terhadap Minat Transfer
Pertanian Keluarga pada Generasi Selanjutnya adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
.
Bogor, Agustus 2015
Fauziyah Aghutstina
NIM I24110041

ABSTRAK
FAUZIYAH AGHUTSTINA. Pengaruh Persepsi Sebagai Petani dan Adopsi
Teknologi Pertanian terhadap Minat Transfer Pertanian Keluarga pada
Generasi Selanjutnya. Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persepsi
sebagai petani dan adopsi teknologi pertanian terhadap minat transfer pertanian
keluarga pada generasi selanjutnya. Penelitian ini menggunakan desain cross
sectional study dan melibatkan 141 keluarga petani pemilik dan penggarap
serta mempunyai anak remaja yang dipilih secara purposive. Responden
dalam penelitian ini adalah suami atau istri yang mempunyai peran penting
dalam pengambilan keputusan keluarga. Analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa separuh dari responden mempunyai tingkat persepsi

sebagai petani kurang baik dan hampir seluruh responden mempunyai tingkat
adopsi teknologi pertanian yang rendah. Berdasarkan regresi logistik
menunjukkan bahwa persepsi tidak berpengaruh terhadap minat transfer
pertanian, semantara adopsi teknologi pertanian dan pendapatan pertanian
berpengaruh secara langsung terhadap minat transfer pertanian keluarga.
Kata kunci: Adopsi teknologi pertanian, minat transfer pertanian keluarga,
persepsi

ABSTRACT
FAUZIYAH AGHUTSTINA. The Influence of perception as a farmer and
adoption of farm technology toword interest to family farm transfer to the next
generation. by LILIK NOOR YULIATI
The aim of this study was to analyze the influence of the perception as a
farmer and adoption of agricultural technology to the interest of family
agricultural transfer in the next generation. This research used cross sectional
study design and involved in 141 farmer families owners, workers who had
teenagers that were chosen purposively. The respondents of this study were
husbands or wifes who had important roles in family decision making. The
analyses used were descriptive analysis and logistic regression analysis. The
result showed that half of respondents did not have good farmer perception and

almost all respondents had low adoption of agricultural technology. Based on
logistic regression, it showed that the perception as a farmer did not influence
the interest of agriculture transfer, meanwhile adoption of agricultural
technology and agricultural income directly influenced the interest of family
agricultural transfer.
Keywords: Adoption of agriculture technology, interest of family agricultural
transfer, perception as a farmer

PENGARUH PERSEPSI SEBAGAI PETANI DAN ADOPSI
TEKNOLOGI PERTANIAN TERHADAP MINAT TRANSFER
PERTANIAN KELUARGA PADA GENERASI SELANJUTNYA

FAUZIYAH AGHUTSTINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pengaruh Persepsi Sebagai Petani dan Adopsi Teknologi
Pertanian terhadap Minat Transfer Pertanian Keluarga pada
Generasi Selanjutnya
Nama
: Fauziyah Aghutstina
NIM
: I24110041

Disetujui oleh

Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA
Pembimbing

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah Swt atas segala karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi
Sebagai Petani dan Adopsi Teknologi Pertanian Terhadap Minat Transfer
Pertanian Keluarga Pada Generasi Selanjutnya”. Rasa syukur juga penulis
haturkan pada junjungan nabi Muhammad Saw yang telah menjadi motivator
penulis didalam kehidupan. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr Ir Lilik Noor Yuliati MFSA selaku dosen pembimbing skripsi dan
dosen pembimbing akademik Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, MSi atas
bimbingan, doa dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc selaku dosen penguji pertama, Nur
Islmiah, SPsi, MPsi selaku dosen pemandu sidang, Inne Nur Ajizah dan
Evi Oktavianti sebagai pembahas seminar atas saran yang diberikan.
3. Pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian, petugas kecamatan
Sukamakmur, kepala Desa Sirnajaya dan Wargajaya, keluarga bapak
Okim Sumarna, keluarga ust. Eeh, Bapak Asep Saepudin SP, Ka
Ruddy, Ka Billy dan Ka Uup atas bantuan, dukungan dan
kerjasamanya.
4. Kedua orangtua, Bapak Abdul Halim dan Ibu Fatimah yang selalu
memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya yang tidak pernah
berhenti serta keluarga besar “Halim’s Family” yang selalu
memberikan dukungan serta semangatnya.
5. Teman satu bimbingan penelitian, Agisti Fatimah, Risti Nuramalia,
Dita Aditya Lestari dan Fathimah Solihah yang saling membantu,
bekerjasama, memberikan masukan dan memotivasi penulis selama
penelitian ini.
6. Teman-teman IKK 48 serta pengurus HIMAIKO 2014 atas
kebersamaan dan kerjasamanya selama penulis kuliah di Departemen
Ilmu Keluarga dan Konsumen.

Penulis mengetahui bahwa karya ini belum sempurna, sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga penelitian
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan informasi yang
terdapat didalamnya.

Bogor, Agustus 2015
Fauziyah Aghutstina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA BERPIKIR
TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi

Adopsi teknologi pertanian
Transfer pertanian keluarga
METODE
Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Jumlah dan teknik Penarikan contoh
Jenis dan Cara Pengambilan Data
Pengukuran, pengolahan dan analisis data
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umun LokasiPenelitian
Karakteristik petani
Karakteristik Pertanian
Persepsi Sebagai Petani
Adopsi Teknologi Pertanian
Minat Transfer Pertanian
Hubungan karakteristik petani, karakteristik pertanian dengan persepsi
sebagai petani dan adopsi teknologi pertanian
Hubungan antara karakteristik petani, karakteristik pertanian, persepsi,
adopsi teknologi pertanian dengan minat transfer pertanian keluarga

Pengaruh karakteristik petani, karakteristik pertanian, persepsi dan adopsi
teknologi terghadap minat transfer pertanian keluarga
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
13
13
2
3
3
4
5

5
6
7
7
7
8
8
8
11
11
11
11
12
13
14
16
17
20
21
21

22
27
27
27
28
33
34

DAFTAR TABEL
1 Variabel, skala dan penyajian data deskriptif
2 Sebaran responden berdasarkan karakteristik petani
3 Sebaran respondan berdasarkan karakteristik pertanian
4 Sebaran respondan berdasarkan tingkat persepsi sebagai petani
5 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat persepsi
sebagai petani
6 Sebaran responden berdasarkan tingkat persetujuan persepsi sebagai
petani
7 Sebaran responden berdasarkan tingkat adopsi teknologi pertanian
8 Sebaran responden berdasarkan partisipasi penyuluhan dan
pemaanfaatan teknologi pertanian
9 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat adopsi
teknologi pertanian
10 Sebaran respondenberdasarkan jenis kelamin dan minat transfer
petanian
11 Sebaran responden berdasarkan minat transfer pertanian dan tingkat
persepsi sebagai petani
12 Sebaran responden berdasarkan minat transfer pertanian dan tingkat
adopsi teknologi pertanian
13 Sebaran respondeen berdasarkan urutan anak yang akan ditransfer
petnian keluarga
14 Sebaran respondeen berdasarkan alasan tidak berminat untuk
mentransfer pertanian keluarga
15 Nilai koefisien korelasi spearman antara karakteristik petani,
karakteristik pertanian, persepsi sesbagai petani dan adopsi teknologi
pertanian
16 Nilai koefisien korelasi chi-square antara karakteristik petani,
karakteristik pertania, perspsi sebagai petani, adopsi teknologi
pertanian dan minat trasfer pertanian kearga
17 Model analisis regresi logistik faktor yang mempengaruhi minat
transfer pertanian keluarga

10
13
14
14
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20

20

21
22

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran responden berdasarkan tingkat persetujuan adopsi
teknologi pertanian
2 Sebaran nilai uji normalitas
3 Sebaran nilai uji multikolinearitas

33
33
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu aspek kehidupan yang paling penting dan
menjadi sorotan utama dalam perekonomian suatu negara, khususnya negaranegara berkembang seperti Indonesia. Namun, perkembangan teknologi dan
industri saat ini mampu menggeser posisi pertanian. Tidak sedikit masyarakat
yang beralih pada aktivitas industri dan meninggalkan lahan-lahan pertanian
mereka. Berdasarkan Survei Pertanian yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS
2013) menyatakan bahwa RTP (Rumah Tangga Pertanian) pengguna lahan
pertanian gurem di Kabupaten Bogor mengalami penurunan sebanyak 18.4
persen dari 249566 rumahtangga (2003) menjadi 203585 rumahtangga (2013)
dan RTP pengguna lahan pertanian non-gurem menurun sebanyak 23.1 persen
dari 215322 rumahtangga (2003) menjadi 165696 rumahtangga (2013).
Pergeseran alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, industri, wisata,
serta masuknya pengaruh globalisasi menuntut keluarga di perdesaan untuk
bekerja lebih keras dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pergeseran alih
fungsi lahan tersebut berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Sejalan
dengan munculnya berbagai aktivitas ekonomi yang membuka lapangan kerja
baru bagi masyarakat (Lily 2014). Oleh karena itu dalam memenuhi kebutuhan
hidup keluarga, tidak sedikit dari pemuda dan orangtua di desa kini lebih memilih
bekerja diluar sektor pertanian seperti karyawan swasta, pedagang, buruh pabrik,
bahkan pemulung dibandingkan menjadi petani. Selain itu, pandangan seseorang
terhadap pertanian kini semakin buruk. Menurut Rini (2004) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda kurang berminat dengan
pertanian yaitu karena bukan zamannya lagi bagi pemuda untuk tinggal di desa
dan bertani. Hasil pertanian kurang mendukung kebutuhan ekonomi dan cara
bertani tradisional dinilai kurang efektif, banyak masalah, termasuk kesuburan
tanah, hama, dan penyakit. Selain itu masyarakat belum mempunyai keterampilan
pengolahan hasil pertanian, kurang informasi dan pengalaman, kurang motivasi
dari orangtua, dan lebih tergiur dengan merantau. Kusprianto (2010) menyatakan
bahwa generasi muda yang dilahirkan dan dibesarkan di perdesaan yang ruang
lingkup mata pencahariannya adalah bertani memilih untuk bekerja di kota-kota
besar.
Persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu objek. Persepsi
sebagai petani berarti proses bagaimana seorang memandang profesi petani.
Persepsi sesorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal (jenis kelamin, usia,
status perkawinan dan pendidikan) dan faktor eksternal (sosialisasi, kepemilikan
lahan dan teknologi). Menurut Herlina (2012) menyatakan bahwa seseorang yang
memiliki tingkat pedidikan yang rendah cederung mempunyai persepsi yang lebih
baik dibadingkan yang memiliki pendidikan tinggi. Mereka yang berpendidikan
rendah menganggap bahwa akan sulit bagi mereka untuk bekerja menjadi
karyawan swasta atau sebatas pekerja pabrik. Namun berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ayuningtias. Pemuda yang mempunyai tingkat pendidikan
tinggi akan mempunyai persepsi yang baik terhadap pertanian. Pemuda yang

2
mendapatkan pendidikan akan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan
akan mempengaruhi cara pandang dan berpikir (Ayuningtias 2009).
Adopsi teknologi pertanian merupakan salah satu strategi yang dapat
dilakukan petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Adopsi teknologi
pertanian merupakan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pertanian yang
meliputi peralatan, penggunaan pupuk, pemilihan benih yang berkualitas.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD 2014)
menjelaskan bahwa adopsi teknologi pertanian mampu mendorong permintaan,
menekan biaya produksi dan meningkatkan hasil panen pertanian. Oleh karena itu,
adopsi teknologi menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam proses
transfer pertanian keluarga
Dalam rangka mempertahankan pertanian keluarga, penting bagi orangtua
untuk melakukan perencanaan transfer pertanian keluarga pada generasi
selanjutnya. Hal ini dilakukan agar pertanian keluarga tidak hilang. Perencanaan
transfer pertanian keluarga merupakan proses perubahan dalam jangka panjang
atau pendek yang penting untuk dilakukan. Keluarga merencanakan untuk
mentransfer pengetahuan, peran, keterampilan, kontrol manajemen, dan
kepemilikan usaha pertanian keluarga kepada generasi penerusnya (Bohak dan
Borec 2009).
Beberapa penelitian lain seperti Sambrook (2005) mengartikan perencanaan
transfer bisnis keluarga sebagai proses perencanaan yang dilakukan pemilik
bisnis untuk mentransfer masa depan kepemilikan bisnis keluarganya kepada
salah satu anggota keluarga. Biasanya petani mewarisi kepemilikan aset atau
lahan pertanian mereka dari orang tua mereka sebagai hadiah pernikahan. Oleh
karena itu, penting bagi keluarga petani untuk mempersiapkan setidaknya satu
dari anaknya untuk mengambil alih pertanian keluarga saat orangtua masuk dalam
masa pensiun (Mutunga dan Gachuga 2013). Keberhasilan transfer pertanian
keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah persepsi petani
terhadap pertanian. Menurut Willey et al. (2005) menyatakan bahwa keberhasilan
suksesi pertanian kelurga dipengaruhi oleh pengetahuan, persepsi, pendidikan
serta hubungan sosial antar generasi. Persepsi sebagai petani merupakan
pandangan atau penilaian seseorang terhadap profesi petani. Oleh sebeb itu,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi sebagai petani dan
adopsi teknologi pertanian terhdap minat transfer pertanian keluarga

Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang memiliki lahan
pertanian yang cukup produktif. Dilihat dari produktivitas lahan pertaniannya,
kabupaten Bogor berada pada urutan ketiga setelah Depok dan Garut dengan
produktivitas lahan pertanian sekitar 57,9 Ku/Ha mampu memproduksi padi
sawah sebesar 485.627.00 (DEPTAN 2012). Menurut (IFAD 2011) menyatakan
bahwa 75% komunitas pertanian perdesaan bergantung pada lahan untuk
keberlanjutan hidup. Keluarga dalam komunitas tersebut memiliki cukup lahan,
sumberdaya air, teknik turun-temurun dan pengetahuan keluarga yang berguna
untuk keberlanjutan pertanian. Namun saat ini pemanfaatan lahan petanian
semakin berkurang hingga 15.4 persen dari tahun 2003 (BPS 2013). Selain itu,

3
hasil senus pertanian 2013 menyatakan bahwa jumlah petanii utama adalah lakilaki dan masih berada pada kategori usia produktif (25-34 tahun)
Pergeseran alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan pabrikpabrik di daerah penelitian, mempengaruhi kehidupan ekonomi di daerah tersebut.
Sebelum terjadinya pergeseran, umumnya masyarakat bekerja dibidang pertanian,
namun setelah terjadi pergeseran masyarakat lebih memilih untuk bekerja di luar
pertanian. Hal tersebut dapat merubah persepsi sebagai petani terhadap pekarjaan
disektor pertanian. Oleh karena itu pengetahuan tentang pertanian sangat
diperlukan untuk merubah persepsi orangtua terhadap profesi sebagai petani serta
adopsi teknologi inovasi pertanian diduga mampu meningkatkan produktivitas
pertanian keluarga sehingga akan mempengaruhi petani untuk mempertahankan
pertanian keluarganya dan mewariskan pada generasi selanjutnya. Oleh karena itu,
penelitian ini ingin menjawab permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Karakteristik petani dan kerakteristik pertanian keluarga?
2. Bagaimana persepsi sebagai petani, adopsi teknologi pertanian petani dan
minat transfer pertanian keluarga ?
3. Bagaiman pengaruh persepsi sebagai petani dan adopsi teknologi pertanian
terhadap minat transfer pertanian keluarga ?

Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi karakteristik petani dan kerakteristik pertanian keluarga
2. Mengidentifikasi persepsi sebagai petani, adopsi teknologi pertanian dan
minat transfer pertanian keluarga
3. Menganalisis pengaruh persepsi dan adopsi teknologi pertanian terhadap
minat transfer pertanian keluarga

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk
penulis. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan transfer pertanian keluarga dan alasan pengambilan keputusan generasi
muda untuk menerima transfer pertanian keluarga. Bagi institusi pendidikan (IPB)
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan terkait
dengan pengambilan keputusan keluarga dalam Manajemen Sumber Daya
Keluarga (MSDK) dan pengembangan teknologi pertanian yang dapat
meningkatkan produtivitas pertanian. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapakan
dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan
terkait dengan pendidikan petani baik formal maupun informal, pemanfaatan
teknologi pertanian dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Bagi
masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu melatih kepekaan generasi muda
terhadap fenomena sosial masyarakat yang berhubungan dengan pertanian.

4

KERANGKA BERPIKIR
Teori manajemen sumberdaya keluarga menjelaskan bahwa bagaimana
individu atau keluarga memutuskan, merencanakan dan bertindak untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Dalam hal ini keluarga merupakan
unit yang menjalankan proses dalam pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai
tujuan keluarga yaitu memepertahankan pertanian keluarga. Menurut
Bronfrenbrenner (1979), anak merupakan inti dalam keluarga dan juga dipandang
sebagai investasi dan aset keluarga dalam mencapai kesejahteraan keluarga.
Berdasarkan pendekatan perilaku konsumen bahwa proses yang dilakukan dapat
dipengarhi oleh faktor internal dan eksternal keluarga.
Transfer pertanian keluarga merupakan suatu proses yang dilakukan
orangtua (petani) untuk mempertahankan pertanian keluarga dengan cara
mewariskan pertanian kepada generasi selanjutnya (anak) mulai dari pengetahuan
tentang pertanian hingga aset pertanian yang dimiliki keluarga. Menurut Ambrose
(1983) menyatakan bahwa penting bagi orangtua untuk menyiapkan dan
mendorong generasi muda untuk meneruskan pertanian keluarga. Transfer
petanian keluarga dipengaruhi oleh dinamika keluarga petani, nilai sosial budaya,
dan faktor ekonomi. Karakteristik petani (jenis kelamin, besar keluarga, usia dan
lama pendidikan) akan berhubungan dengan dengan minat transfer pertanian
keluarga (Gale 1993). Selain itu, karakteristik pertanian (luas lahan, pengalaman
bertani dan pendapatan pertanian) akan berhubungan dengan ketahanan pertanian
dan minat untuk melanjutkan pertanian keluarga atau tidak (Tietje, 2003).
Persepsi petani terhadap pertanian akan berhubungan dengan karakteristik
petani dan karakteristik pertanian. Menurut Kusnaya (2014) menyatakan bahwa
persepsi petani dipengaruhi oleh pendidikan. Selain itu faktor lain yang
mempengaruhi persepsi seseoang yaitu motivasi, minat dan pengalaman (Robbins
2002). Menurut Atkinson RL, Atkinson RC, Hilgard ER (1983) menyatakan
bahwa pengalaman masa lampau mempengaruhi setiap hipotesis persepsi yang
dibentuk ketika pertama kali melihat sesuatu.
Adopsi teknologi pertanian merupakan pemanfaatan teknologi pertanian
(alat dan informasi) untuk meningkatkan prosuktivitas pertanian keluarga. Dalam
penelitian ini, adopsi teknologi pertanian diduga akan berhubungan dengan
karakteristik petani dan karakteristik pertanian. Menurut Kusmiati (2007) dan
Saridewi dan Siregar (2010) dalam penelitiannya menejelaskan bahwa lama
pendidikan dan pengalaman bertani mempunyai hubungan yang positif terhadap
adopsi teknologi pertanian.
Persepsi sebagai petani dan adopsi teknologi pertanian diduga akan
memengaruhi minat petani untuk mentransfer pertanian keluarga pada generasi
selanjutnya. menurut Karbler (2012) menyatakan bahwa transfer pertanian
keluarga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pandangan tradisi dan persepsi
terhadap pertanian. Sementara itu, karakteristik pertanian keluarga berpengaruh
terhadap transfer pertanian keluarga (Kimhi dan Nechleli N, 2004). Menurut
Isnail et al. (2013) menyatakan bahwa petani yang mempunyai persepsi yang
baik terhadap pertanian memiliki kacenderungan untuk mempertahankan
pertanian keluarganya yaitu dengan mewariskan pada generasi selanjutnya (anak).
Begitu pula dengan tingkat adopsi teknologi pertanian. Menurut Saridewi dan

5
Siregar (2012) menyatakan bahwa adopsi teknologi pertanian berpengaruh
terhadap produktivitas pertanian. etani yang mempunyai tingkat produktivitas
pertanian yang tinggi maka akan meningkatkan pendapatan dari hasil
pertaniannya. Hal tersebut dapat meningkatkan minat petani untuk
mempertahankan pertanian keluarganya.
Karakteristik Petani
Jenis Kelamin
Usia
Lama Pendidikan

Karakteristik Pertania
Besar Lahan
Pendapatan Pertanian
Pengalaman Bertani

Persepsi Sebagai Petani

Adopsi Teknologi Pertaian

Adopsi Teknologi Pertaian

Ket

:

Dianalisis hubungan dan pengaruhnya

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh karakteristis orangtua, karakteristik
pertanian, persepsi sebagai petani dan adopsi teknologi terhadap
minat transfer pertanian keluarga.

TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi
Persepsi merupakan proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan
pola stimulus dari dalam lingkungan. Berdasarkan teori analis dengan sintesis ini
memandang persepsi sebagai proses aktif yang menguji hipotesis yang
dipengeruhi konteks dan pengalaman lampau. Dalam hal ini, penghayatan
menggunakan benda, konteks dan pengalaman untuk mendapatkan “terkaan yang
jitu” tentang apa yang dilihat (Atkinson R L, Atkinson R C. Hilgard E R, 1983).
Persepsi merupakan proses pengenalan atau identifikasi sesuatu melalui proses

6
berpikir dan belajar serta dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa persepsi sebagai petani merupakan proses dimana seorang petani
memandang profesi sebagai petani. Pengetahuan dan pengalaman seseorang
dalam pertanian akan memengaruhi cara pandang seseorang terhadap pertanian
tersebut.
Persepsi petani terhadap pertanian dipengaruhi oleh faktor internal (tingkat
pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan dan usia), faktor eksternal
(sosialisasi, kepemilikan lahan dan teknologi). Herlina (2002) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa pemuda yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah
(hanya lulus SD), akan mempunyai persepsi terhadap pekerjaan di sektor
pertanian yang lebih baik daripada pemuda yang memiliki tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Pemuda yang memiliki tingkat pendidikan rendah memandang
sangat kecil peluang untuk bekerja di luar sektor pertanian. Pemuda yang
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mereka menganggap bekerja di
sektor pertanian sebagai pekerjaan yang kotor dan melelahkan.

Adopsi teknologi pertanian
Teknologi adalah suatu alat yang digunakan manusia untuk mempermudah
menjalankan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan dasar (Ahmadi
2004). Habibie (1994) dalalm Bafdal (2012) menyatakan bahwa transformasi
teknologi disuatu negara akan mengalami empat tahapan alih teknologi, yaitu; (1)
tahap adaptasi teknologi; (2) tahap integrasi teknologi; (3) tahap pengembangan
teknoogi dan (4) tahap penelitian dasar. Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan teknologi yaitu mutu produk, biaya murah dan tepat waktu.
Menurut Bafdal (2012) menyatakan bahwa teknologi pertanian merupakan
teknologi yang dibutuhkan masyarakat yang disesuaikan dengan wilayah serta
merupakan pengembangan dari pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuandan
teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah dalam bidang pertanian. Adopsi
teknologi pertanian merupakan perilaku seseorang untuk memanfaatkan alat dan
sumberdaya yang dimiliki untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas pertanian. Organization for Economic Co-operatinon and
Development (OECD, 2014), adopsi teknologi pertanian mendorong permintaan,
menekan biaya produksi namun menghasilkan lebih baik. Oleh karena itu, adopsi
teknologi pertanian menjadi salah satu faktor yang dipertimbanngkan dalam
proses suksesi pertanian keluarga.
Adopsi teknologi pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa
diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan luas lahan.
Menurut Saridewi dan Siregar (2010) menyatakan bahwa petani yang memiliki
tingkat pendidikan yang lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan
adopsi teknologi bagitu pula sebaliknya. Fudjaja (2002) menjelaskan petani yang
mempunyai latar belakang pendidikan rendah karena sulitnya mencari pekerjaan,
adanya pembatasan pengetahuan dan kemampuan sehingga tidak lagi
membutuhkan pendidikan formal, namun lebih membutuhkan pendidikan yang
bersifat informal seperti penyuluhan pertanian. Panurat (2014) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa pendidikan formal petani tidak berpengaruh

7
terhadap minat petani untuk berusaha tani dengan kontribusi 6.9 persen, karena
petani lebih membutuhkan pengetahuan dan keterampilan langsung dari
penyuluhan.
Luas lahan mempunyai pengaruh yang besar dalam pemanfaatan teknologi
pertanian. Yusnita (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin besar
luas lahan yang dimiliki petani mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hasil
pertanian lebih tinggi meskipun resiko yang ditanggung juga semakin besar. Oleh
karena itu, adopsi teknologi pertanian penting dilakukan untuk mengurangi resiko
pertanian.
Transfer pertanian keluarga
Transfer pertanian keluarga (family farm succession) pada generasi
selanjutnya merupakan proses perubahan dalam jangka pendek maupun panjang,
dalam hal ini keluarga merencanakan untuk mentransfer pengetahuan,
keterampilan, serta kepemilikan pertanian keluarga kepada generasi berikutnya
(Bohak & Borec 2009). Sambrook (2005) mendefinisikan perencanaan suksesi
atau transfer pertanian keluarga merupakan proses perencanaan yang dilakukan
orangtua untuk mentransfer masa depan kepemilikan bisnis keluarga kepada salah
satu anggota keluarga. Menurut Ambrose (1983) menyatakan bahwa pentingnya
menyiapkan dan mendorong generasi berikutnya untuk meneruskan pertanian
keluarga.
Kesiapan masa depan anak di sektor pertanian terjadi secara formal dan
informal dalam suatu sistem ekologis yang saling bergantung, termasuk sekolah
dan orangtua. Seperti orangtua lain, orangtua dalam sektor pertanian bertanggung
jawab untuk menghasilkan generasi penerus mereka di tengah arus era globalisasi.
Orangtua harus mempersiapkan setidaknya satu anak untuk mengambil alih bisnis
keluarga di masa dewasa. Proses transfer pertanian keluarga dikatakan berhasil
ketika ketika pewaris atau generasi penerus menerima transfer pertanian keluarga
dari generasi sebelumnya. Penyelesaian ini bergantung pada kemampuan penerus
untuk melatih kepemimpinan yang tepat dalam berbisnis. Selain itu, menurut
Ambrose (1993) menyatakan bahwa pentingnya mengatahui kesiapan generasi
penerus untuk meneruskan atau menolak pertanian keluarga.

METODE
Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung yang bertema “Transfer
Pertanian Keluarga pada Generasi Berikutnya”. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan di Desa
Sinarjaya dan Desa Wargajaya Kecamatan Sukamakmur. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan Desa Sirnajaya dan
Wargajaya kecamatan Sukamakmur kabupaten Bogor masih mempunyai jumlah
Rumah Tangga Pertanaian (RTP) yang cukup tinggi. Waktu penelitian

8
dilaksanakan mulai bulan februari hingga bulan juli 2015 yang meliputi
pembuatan proposal penelitian, pengambilan data, pengolahan data, analisis data
hingga pelaporan hasil penelitian.
Jumlah dan teknik Penarikan contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga petani padi sawah yang
mempunyai lahan pertanian sendiri dan menggarapnya sendiri serta mempunyai
anak usia remaja laki-laki maupun perempuan (12-18 tahun) di desa Sirnajaya dan
desa Wargajaya. Responden dalam penelitian ini adalah suami atau istri yang
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan untuk mentransfer pertanian
keluarga pada genarasi selanjutnya. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara
purposive untuk mendapatkan contoh sebanyak 141 keluarga dengan karakteristik
yang sesuai dengan penelitian.
Berdasarkan data yang diperoleh dari dua desa tersebut, tercatat populasi
sebanyak 273 keluarga petani yang termasuk dalam kriteria penelitian. Kemudian
peneliti mengambil 50 persen dari jumlah populasi untuk diteliti yaitu 137
keluarga. Namun untuk menghindari kekurangan data dalam analisis maka
peneliti menambahkan jumlah contoh menjadi 150 keluarga. Akan tetapi setelah
dilakukan pengolahan data ternyata terdapat beberapa data pencilan yang dapat
membuat hasil analisis menjadi bias sehingga peneliti melakukan cleaning data
dan didapatkan jumlah contoh yang dapat dianalisis dalam penelitian ini adalah
141 keluarga.

Jenis dan Cara Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara kuesioner dengan responden.
Variabel–variabel yang diteliti meliputi karakteristik petani (lama pendidikan,
besar keluarga, jenis kelamin dan usia), karakteristik pertanian (besar lahan,
pendapatan pertanian dan pengalaman bertani), persepsi sebagai petani dan adopsi
teknologi pertanian, serta minat transfer pertanian keluarga (Lihat Tabel 1).

Pengukuran, pengolahan dan analisis data
Data diperoleh dari hasil wawancara kuesioner. Variabel persepsi sebagai
petani diukur menggunakan 14 item pertanyaan dengan lima skala likert, yaitu (1)
sangat tidak setuju; (2) setuju; (3) netral; (4) setuju; (5) sangat setuju. Instrumen
kuesioner persepsi di buat berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul “Persepsi
Dan Minat Pemuda Terhadap Usaha Peternakan Di Desa Sengonagung
Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan” oleh Isnail et al. (2013) dan
“Mengubah Paradigma Mahasiswa IPB Tentang Dunia Pertanian” oleh Rahmat
(2010). Variabel adopsi teknologi pertanian diukur menggunakan 15 item
pertanyaan dengan lima skala likert, yaitu (1) tidak pernah; (2) pernah; (3)

9
kadang-kadang; (4) sering; (5) selalu. Instrumen kuesioner adopsi teknologi
pertanian dibuat berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul “Hubungan Faktor
Sosial Ekonomi Petani Dengan Penerapan Teknologi Pada Usahatani Padi
Sawah Di Kec. Rumbia Kab. Bombana” oleh Rosmalah (2013). Variabel minat
transfer pertanian keluarga diukur menggunakan 1 item pertanyaan dengan 2 skala
Guttman yaitu (0) tidak; (1) ya. Kemudian diuji reliabilitas dan validitas dengan
SPSS 16. Variabel persepsi sebagai petani mempunyai nilai cronbach α 0.757 dan
variabel adopsi teknologi pertanian mempunyai nilai cronbach α 0.630.
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan proses editing, coding,
scoring, entering, cleaning, dan analyzing. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social
Sciences (SPSS) 16 for Windows. Skor yang telah diperoleh dari masing-masing
variabel diindeks dan dikategorikan. Variabel persepsi sebagai petani dibagi
dalam tiga kategori yaitu kurang baik (0-60), cukup baik (60.1-80) dan baik (80.1100), sementara variabel adopsi teknologi pertanian dibagi dalam tiga kategori
yaitu rendah (0-60), sedang (60.1-80) dan tinggi (80.1-100).
\
Indeks =

Keterangan
Indeks
Nilai aktual
Nilai minimal
Nilai maksimal

: skala nilai 0-100
: Nilai yang diperoleh responden
: nilai terendah yang seharusnya diperoleh responden
: Nilai tertinggi yang seharusnya diperoleh responden

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensia.
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui sebaran karakteristik petani dan
pertanian, sebaran skor persepsi sebagai petani dan skor adopsi teknologi
pertanian. Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi dan uji regresi.
Uji korelasi yang digunakan yaitu chi-square untuk melihat hubungan antara
karakteristik petani (usia, pendidikan, besar keluarga), karakteristik pertanian
(luas lahan, pengalaman bertani dan pendapatan pertanian), persepsi sebagai
petani dan adopsi teknologi pertanian dengan minat transfer pertanian keluarga.
Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik petani,
karakteristik pertanian, persepsi sebagai petani dan adopsi teknologi pertanian. Uji
regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel persepsi dan
adopsi teknologi pertanian terhadap minat transfer pertanian.
Data penelitian harus memenuhi syarat–syarat yang telah ditentukan terlebih
dahulu sebelum melakukan uji regresi. Pemenuhan syarat-syarat tersebut
dillakukan dengan melakukan asumsi uji klasik yang meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji normalital Kolmogorov-Smirnov. Data menyebar merata jika
memiliki nilai signifikansi kurang dari 0.05. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa data penelitian ini menyebar normal dengan nilai signifikan 0.016
(lampiran 2). Uji multikolinearitas adalah uji untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara variabel bebas yang diteliti. Cara untuk mengetahui

10
ada atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi yaitu dengan melihat
nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai
tolerance di bawah 0.1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10, maka
variabel tersebut terdapat multikolinearitas (Ghozali 2011). Data dalam
penelitian ini tidak terjadi multi kolinearitas karena variabel-variabel yang diteliti
mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dan nilai toleransi lebih dari 0.1 (lampiran
3).
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi dikatakan terjadi heterokedastisitas apabila
memiliki nilai signifikansi di bawah 0.05 dan pada grafik scatterplot titik-titik
tidak menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y (Ghozali
2011). Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada
korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1 dengan melihat nilai Durbin Watson dari model regresi. Apabila nilai
Durbin Watson mendekati +2, maka model regresi dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi, sehingga dapat dilakukan uji regresi (Ghozali 2011).
Tabel 1 Varibel, skala dan penyajian data deskriptif
Variabel
Karakteristk petani
Jenis kelamin
Besar keluarga

Pendidikan

Usia

Skala pada kuesioner
Nominal
Rasio

Ordinal

Rasio

Karakteristik pertanian
Luas lahan

Rasio

Pengalaman bertani

Rasio

Pendapatan
pertanian

Rasio

Kategori penyajian data deskriptif
1. Laki-laki
2. Perempuan
Berdasarkan BKKBN (2005)
1. kecil (0-4 orang)
2. sedang (4-7 orang)
3. besar (≥8 orang)
1. tidak tamat SD
2. tamat SD
3. tamat SMP
4. tamat SMA
Berdasarkan Sumarwan (2004)
1. dewasa awal (19-24 th)
2. dewasa lanjut (25-35 th)
3. paruhbaya (36-50 th)
4. tua (51-65 th)
5. lanjut usia (>65 th)
Berdasarkan BPS (2014)
1. kecil (0.86 ha)
Berdasarka Kusmiati et al. (2007)
1. pemula (< 4 tahun)
2. sedang (4-7.5 tahun)
3. lama (> 7.5 tahun)
1. dibawah rata-rata
2. dibawah rata-rata

11

Definisi Operasional
Pertanian dalam penelitian ini adalah pertanian tanaman pangan khususnya padi
sawah.
Luas lahan, merupakan ukuran batas lahan pertanian (padi sawah) yang dimiliki
oleh responden (ha)
Pendapatan pertanian adalah jumlah perolehan uang yang didapatkan dari hasil
usaha tani padi sawah
Persepsi sebagai petani adalah pendapat atau pandangan responden terhadap
profesi petani
Adopsi teknologi pertanian adalah pemanfaatan teknologi pertanian yang
digunakan petani dalam mempertahankan dan meningkatkan pertanian
keluarga, seperti penggunaan pupuk, pemilihan benih, penggunaan alat
atau mesin modern seperti traktor, perontok padi, serta pemanfaatan
informasi (internet, koran, TV, radio dll)
Minat transfer pertanian keluarga adalah keinginan atau niat orangtua untuk
mewariskan pertanian keluarga kepada generasi selanjutnya, mulai dari
cara mengelola lahan pertanian, cara bertani, cara penggunaan alat
pertanian, pemilihan benih, pemupukan hingga pengolahan paska panen
dan aset pertanian yang dimiliki keluarga

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umun LokasiPenelitian
Kabupaten Bogor bagian Timur mempunyai luas wilayah 1400 km2 yang
terbagi dalam sembilan kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan
Sukamakmur. Kecamatan Sukamakmur merupakan hasil dari pemekaran wilayah
Kecamatan Jonggol. Luas kecamatan Sukamakmur adalah 236.1 km2 dengan
jumlah penduduk sebanyak 62121 jiwa. Batas wilayah Kecamatan Sukamakmur,
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Citeureup dan Babakan Mandang.
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cipanas. Sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Jonggol dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Megamendung. Kecamatan Sukamakmur mempunyai sepuluh Desa, dua
diantaranya adalah Desa Sirnajaya dan Wargajaya yang dijadikan sebagai lokasi
penelitian. Desa Sirnajaya dan Wargajaya merupakan dua dari sepuluh Desa yang
mempunyai jumlah RTP (Rumah Tangga Pertanian) masih tinggi. Desa Sirnajaya
mempunyai luas wilayah 15.3 km2 dengan jumlah penduduk sebagai petani
sebanyak 2368 jiwa dan Desa Wargajaya mempunyai luas wilayah 14.6 km2
dengan jumlah penduduk petani sebanyak 2532 jiwa. Lahan pertanian yang

12
dimiliki masyarakat sebagian besar adalah lahan basah (sawah). Desa Sirnajaya
memiliki luas lahan sawah 4.3 km2 sedangkan Desa Wargajaya memiliki luas
lahan sawah 3.4 km2. Oleh kerena itu, hampir seluruh masyarakat memanfaatkan
lahan sawah untuk bertani padi. Selain itu, masyarakat sekitar memanfaatkan
lahan kering atau kebun untuk ditanami tanaman buah tahunan seperti manggis,
duku, durian dan sebagainnya.
Kecamatan Sukamakmur mempunyai sepuluh GAPOKTAN (Gabungan
Kelompok Tani) yang tersebar di masing-masing desa dan satu penyuluh
pertanian. Desa Sirnajaya mempunyai satu GAPOKTAN dengan nama
Mekarjaya. GAPOKTAN tersebut terdapat lima kelompok tani yang masingmasing kelompok mempunyai anggota antara 20-25 orang. Desa Wargajaya
mempunyai satu GAPOKTAN yang terdiri dari enam kelompok tani yang
masing-masing kelompok tani mempunyai anggota kelompok anatara 20-25
orang. Kelompok tani merupakan salah satu organisasi masyarakat sebagai wadah
bagi para petani untuk bertukar pikiran, saling berbagi ilmu dan pengalaman
bertani dengan petani lainnya.
Namun, keberadaan kelompok tani di dua Desa tersebut masih kurang
termanfaatkan dengan baik. Ditunjukkan dari kegiatan seperti musyawarah
bersama atau pertemuan-pertemuan antarpetani masih sangat jarang dilakukan,
sehingga informasi terkait teknologi pertanian tidak sampai pada petani. Oleh
karena itu, pengetahuan petani terkait pertanian saat ini juga belum berkembang.
Pandangan petani terhadap pertanian masih sangat tradisional yang menganggap
profesi petani hanyalah pekerjaan yang kasar dan rendahan. Tingkat pendidikan
yang masih rendah membuat masyarakat kurang terbuka dengan hal-hal yang baru
seperti rendahnya tingkat adopsi teknologi pertanian (penggunaan alat-alat
modern, penggunaan benih atau varietas unggul serta pemanfaatan teknologi
informasi)
Karakteristik petani
Karakeristik petani merupakan ciri-ciri yang ada dalam diri petani yang
meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan dan besar keluarga. Hasil analisis
deskriptif menunjukkan bahwa 67.4 persen responden berjenis kelamin laki-laki.
Hal ini disebabkan karena pemegang kekuasaan atau pengambil keputusan utama
dalam keluarga didominasi oleh suami. Rata-rata usia responden dalam penelitian
ini adalah 43.55 tahun. Sebanyak 58.9 persen usia responden berada pada kategori
paruh banya. Sumarwan (2004) membagi lima kategori kelompok usia yaitu
dewasa awal (19-24 tahun), dewasa lanjut (25-35 tahun), paruhbaya (36-50
tahun), tua (51-65 tahun) dan lanjut usia (>65 tahun). (Tabel 2)
Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2005) membagi
kategori besar keluarga menjadi tiga yaitu keluarga kecil (kurang dari empat orang
anak), keluarga sedang (4-7 orang anak) dan keluarga besar (lebih dari tujuh
orang anak). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 52.5 persen
responden mempunyai kurang dari empat orang anak. Hal ini terjadi karena
separuh dari responden masih berada pda usia paruhbaya dan termasuk dalam
kategori keluarga kecil dengan rata-rata besar keluarga yang dimiliki adalah lima
orang anak (Tabel 2).

13
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dikatakan masih
tergolong rendah. Sebanyak 73.8 persen hanya lulusan SD (Sekolah Dasar)
bahkan 22 persen tidak tamat SD. Hanya 3.5 persen tamatan SMP (Sekolah
Menengah Pertama) dan 0.7 persen tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas).
Rata-rata pendidikan yang ditempuh responden adalah 5 tahun. Hal ini terjadi
karena rendahnya persepsi masyarakat tentang pendidikan, mereka menganggap
bahwa sekolah memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu mereka lebih
memilih dan meminta anaknya untuk membantu bekerja di sawah dan bekerja
lainnya dibandingkan untuk sekolah. (Tabel 2)
Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan karakteristik petani
Variabel
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
Dewasa awal (19-24 tahun)
Dewasa lanjut (25-35 tahun)
Paruhbaya (36-50 tahun)
Tua (51-65 tahun)
Lanjut usia (>65 tahun)
Besar keluarga
Kecil (7 anak)
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA

Jumlah (n)

Persentase (%)
95
46

67.4
32.6

0
34
76
30
1

0
24.1
53.9
21.3
0.7

74
62
5

52.5
44.0
3.5

31
104
5
1

22.0
73.8
3.5
0.7

Karakteristik Pertanian
Berdasarkan karakteristik pertanian, sebagian besar responden mempunyai
pengalaman bertani yang lama. Tabel 3 menunjukkan bahwa hampir seluruh
responden mempunyai pengalaman bertani lebih dari tujuh setengah tahun
(94.3%) dengan rata-rata pengalaman bertani responden adalah 22.6 tahun.
Kusmiati et al. (2007) membagi pengalaman bertani kealam tiga kategori, yaitu
pemula (kurang dari empat tahun), sedang (4-7.5 tahun) dan lama (lebih
dari 7.5 tahun). Pengalaman bertani tersebut didapatkan dari orangtua terdahulu,
karena sebagian besar profesi petani yang saat ini ditekuni adalah pemberian atau
proses transfer dari generasi sebelumnya. Sebanyak 89.4 persen luas lahan yang
dimiliki petani berada dalam kategori sempit, hanya 10.6 persen responden
mempunyai lahan yang luas. 2Menurut BPS (2014) luas lahan dibagi dalam dua
kategori yaitu lahan sempit (< 0.86 ha) dan luas (> 0.86 ha). Rata-rata luas lahan
yang dimiliki responden adalah 0.38 ha.

14
Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan karakeristik pertanian
Variabel

Jumlah (n)

Persentase (%)

Pengalaman bertani (th)
Pemula (7.5 th)
Luas lahan (ha)
Sempit (< 0.86 ha)
Luas (> 0.86 ha)
Pendapatan pertanian (rp/bulan)
Dibawah rata-rata (< Rp738179.45)
Diatas rata-rata (> Rp738179.45)

5
3
133

3.5
2.1
94.3

126
15

89.4
10.6

94
47

66.7
33.3

Pendapatan pertanian merupakan penghasilan yang diperoleh dari hasil
pertanian. Rata-rata pendapatan pertanian responden per bulan sebesar
Rp73179.45. Sebanyak 66.7 persen pendapatan yang diperoleh petani berada
diatas rata-rata. Namun 33.3 persen pendapatan responden masih dibawah ratarata (Tabel 3). Hal ini berkaitan dengan luas lahan yang dimiliki responden.
Semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin banyak produktivitas
pertaniannya sehingga pendapatan yang diperoleh dari hasil pertanian juga
semakin besar. Menurut Yusnita (2010) menyatakan bahwa luas lahan yang
dimiliki petani berpengaruh terhadap produktivitas pertaniannya. Artinya semakin
luas lahan yang dimiliki produktivitas pertaniannya semakin meningkat sehingga
pendapatan yang didapatkan semakin meningkat.
Persepsi Sebagai Petani
Persepsi sebagai petani dalam penelitian ini merupakan cara pandang
seseorang terhadap pertanian. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah pendidikan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
pendidikan yang baik. Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah
responden masih mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap pertanian
(56%). Responden menganggap bahwa pekerjaan petani merupakan pekerjaan
yang rendahan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup, tingkat
pendidikannya rendah. Namun terdapat 0.7 persen petani yang memiliki persepsi
yang baik. Rata-rata capaian tingkat persepsi sebagai petani adalah 56.7. Sejalan
dengan tingkat pendidikan responden yang hanya tamatan Sekolah Dasar (SD).
Tabel 4 Sebaran respponden berdasarkan tingkat persepsi sebagai petani
Variabel
Kurang baik (80)
Total

Jumlah (n)

Persentase (%)

79
61
1
141

56.0
43.3
0.7
100

15
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa responden laki-laki mempunyai
persepsi terhadap pertanian lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Sebanyak
52.6 persen responden laki-laki termasuk dalam kategori kurang baik sedangkan
capaian kategori kurang baik pada responden perempuan sebanyak 63 persen.
Hanya 1.1 persen responden laki-laki yang sudah mempunyai persepsi baik
terhadap pertanian. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persepsi pertanian
pada laki-laki dan perempuan (p=0.344)
Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat persepsi
sebagai petani
Persepsi
Kurang baik (skor)
Cukup baik (skor)
Baik (skor)
Total

Laki-laki
n
50
44
1
95

Perempuan
%
52.6
46,3
1.1
100

n
29
17
0
46

%
63
37
0
100

Tabel 6 menunjukkan bahwa kecenderungan responden menjawab sangat
tidak setuju pada item peryataan “penghasilan petani tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari” dan “bertani banyak gagal dibandingkan dengan berhasil”.
Dalam penelitian ini, petani menyatakan bahwa keberhasilan panen padi tidak
hanya ditentukan oleh faktor cuaca musim juga mempengaruhi seperti “musim
wereng, tikus dan lainnya”. Selain itu kecenderungan responden menjawab netral
yaitu pada pernyataan “bekerja di sektor pertanian lebih bergensgi dibandingkan
dengan non pertanian”. Artinya bahwa bekerja di pertanian ataupun diluar
pertanian tidak membuat petani minder atau sombong. Mereka menjelaaskan
bahwa “saya bangga dengan profesi saya sebagai petaani, karena memeang
pekerjaan saya hanya bertni, namun berbeda bagi yang pekerjaan petani hanya
sebagai pekerjaan sambilan.
Kecenderungan responden menjawab setuju yaitu pada pernyataan “bertani
bergantung musim”. Dalam hal ini, ketika terjadi musim kemarau yang
berkepanjangan maka parrra petani tidak dapat melakuka kegiatan bertani karena
lahan yang kering begitu pula sebaliknya ketika musim penghujan yang
berkepanjangan sawah mereka akan terendam air dengan debit yang cukup besar
yang akan berdampak pada hasil panen. Selain itu, kecenderungan responden
menjawab sangat setuju pada pernyataan “profesi petani yang membanggakan,
fisik petani harus kuat dan bertani pekerjaan yang menyenangkan”. Artinya bahwa
beberapa responden menikmati pekerjaan sebagai petani, meskipun menjadi
petani harus memiliki kondisi fisik yang kuat, namun bagi mereka bertani
merupakan kegiatan yang menyenangkan. Beberapa dari responden menyatkan
bangga karena merek dapat memberikan kehidupan masyarakat luas dengan
menyediakan beras sebagai bahan makanan pokok bgi msyaarakat Indonesia pada
umumnya.

16
Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat persetujuan persepsi sebagai
petani
Persepsi sebagai petani
Petani merupakan pekerjaan yang rendahan
Penghasilan petani tidak mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari
Tingkat pendidikan petani rendah
Petani profesi yang membanggakan
Petani hanya dilakukan oleh orangtua
Profesi petani hanya untuk laki-laki
Bertani merupakan sumber penghasilan utama
Waktu bekerja petani fleksibel
Fisik petani harus kuat
Menjadi petani tidak punya benyak waktu luang dengan
orang lain
Bertani bergantung musim
Bertani pekerjaan yang menyenangkan
Bekerja di sektor pertanian lebih bergengsi dibandingkan
dengan non pertanian
Bertani banyak gagal dibandingkan dengan berhasil
Tingkat pendidikan petani rendah
Petani profesi yang membanggakan
Petani hanya dilakukan oleh orangtua

STS
1
9

TS
44
49

N
48
40

S
41
35

SS
7
8

2
2
4
1
2
0
0
3

51
11
39
23
27
12
9
25

66
36
33
30
48
39
16
31

19
76
56
70
52
84
97
70

3
16
9
17
12
6
19
12

4
2
4

7
8
22

20
45
83

99
71
29

13
15
3

8
2
2
4

37
51
11
39

50
66
36
33

42
19
76
56

4
3
16
9

Adopsi Teknologi Pertanian
Adopsi teknologi pertanian merupakan pemanfaatan teknologi yang
meliputi alat-alat pertanian modern yang dapat memberikan peningkatan hasil
pertanian (OECD 2014). Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir
seluruh responden mempunyai tingkat adopsi teknologi pertanian yang masih
rendah (96.5%). Hal ini terjadi karena partisipasi petani dalam kegiatan
penyuluhan masih rendah (Tabel 7). Menurut Saridewi dan Siregar (2010)
menyatakan bahwa peran penyuluh sangat penting dalam meningkatkan
pengetahuan petani yang berkaitan de