Pengaruh Motivasi Anak Dan Sosialisasi Pertanian Terhadap Minat Anak Menjadi Petani Pada Anak Keluarga Petani Padi Sawah

PENGARUH MOTIVASI ANAK DAN SOSIALISASI
PERTANIAN TERHADAP MINAT ANAK MENJADI PETANI
PADA ANAK KELUARGA PETANI PADI SAWAH

RISTI NUR AMALIA

ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Motivasi
Anak Dan Sosialisasi Pertanian Terhadap Minat Anak Menjadi Petani Pada Anak
Keluarga Petani Padi Sawah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Risti Nur Amalia
NIM I24110064

ABSTRAK
RISTI NUR AMALIA. Pengaruh Motivasi Anak dan Sosialisasi Pertanian
Terhadap Minat Anak Menjadi Petani Pada Anak Keluarga Petani Padi Sawah.
Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI.
Transfer pertanian merupakan bagian dari keberlanjutan antargenerasi
pertanian keluarga yang menjadi langkah sangat penting untuk keberhasilan
mempertahankan aset pertanian keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi karakteristik anak petani, karakteristik keluarga, karakteristik
usaha pertanian dan menganalisis pengaruh motivasi, sosisalisasi pertanian
terhadap minat meneruskan pertanian pada anak remaja keluarga petani. Desain
penelitian ini menggunakan cross sectional study dengan metode survei yang
dilakukan di keluarga petani pemilik lahan di Desa Sirnajaya dan Wargajaya,
Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan 141 anak
remaja petani yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara responden
laki-laki dan perempuan dalam hal motivasi dan sosialisasi pertanian. Terdapat
perbedaan yang signifikan pada minat anak antara responden laki-laki dan
perempuan. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa motivasi, sosialisasi pertanian
dan usia anak meningkatkan peluang minat anak pada pertanian keluarga.
Kata kunci: transfer pertanian keluarga, motivasi anak, sosialisasi orangtua,
minat anak menerima transfer pertanian

ABSTRACT
RISTI NUR AMALIA. The Effect Motivation of Children and Farming
Socialization to Children Intention Became a Farmer In Children of Rice Farming.
Supervised by LILIK NOOR YULIATI.
Transferring on farming that a part of intergenerational family farming
continuation which become very important for success asset of farming. The aim
of this research was to identification analyze the effect of farm children
characteristics, family’s characteristics, farm bussiness characteristics, and
analyze the effect of motivation, farming socialization to children intention of
adolescent in farm. The design of this research used cross sectional study with
survey method which conducted in family farming on Sirnajaya and Wargajaya
village, District Sukamakmur, Bogor. This research involved 141 farming

adolescents selected by purposive based on gender. The result showed there was
no significant differences between male and female on children motivation and
farming socialization. There were significant difference between male and female
on children intention. Regression analysis showed that children intention affected
by children motivation, farming socialization and age of children.
Keywords: family farming transfer, children motivation, farm socialization,
children intention to family farming transfer

PENGARUH MOTIVASI ANAK DAN SOSIALISASI
PERTANIAN TERHADAP MINAT ANAK MENJADI PETANI
PADA ANAK KELUARGA PETANI PADI SAWAH

RISTI NUR AMALIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen


ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala
karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur juga
penulis haturkan pada junjungan nabi Muhammad SAW yang telah menjadi
motivator penulis didalam kehidupan.
Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
terimakasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyusun skripsi ini. Atas bantuannya, terimakasih kepada:
1. Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, doa dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini.
2. Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, Msi selaku dosen pemandu seminar hasil dan
dosen penguji, Dr Tin Herawati SP, Msi selaku dosen pembimbing
akademik dan pemandu sidang atas arahan dan masukannya.

3. Hamira Sabania dan Nunky Ajeng Arifinda selaku pembahas pada seminar
hasil.
4. Pihak pihak Kecamatan Sukamakmur Kepala Desa Sirnajaya Idim
Dimyati, Kepala Desa Wargajaya Sumri Setiawan, Keluarga bapak Okim
Sumarna; Keluarga ustad Eeh, Bapak Asep Saepudin S.P, serta Ka Ruddy
Andi Sumarna, Ka Billy, Ka Uup, Ka Reza Ali, Ka Nenny Vini dan Ka
Desi atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya.
5. Teman satu penelitian payung, Agisti Fatimah, Fauziyah Aghutstina, Dita
Aditya Lestari dan Fathimah Solihah yang saling membantu, bekerjasama,
memberikan masukan dan memotivasi penulis selama penelitian ini.
6. Kedua orangtua, ayahanda Sahri Sudirman dan ibunda Suprapti yang
selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya yang tidak pernah
berhenti. Adik Nita Ayu Dwiyanti dan Muhammad Irfan Aditya serta
keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
7. Shelly Diah Anggraeni, Putri Anggun Sari, Risa Umasyah, Trisya
Novyanis Pangestu sahabat yang selalu memberikan semangat, motivasi,
doa serta kebersamaan yang indah. Teman-teman IKK atas kebersamaan
dan kerjasamanya selama penulis kuliah di Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang

membutuhkan informasi yang terdapat didalamnya

Bogor, Agustus 2015
Risti Nur Amalia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

vi
vi
1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

KERANGKA PEMIKIRAN

4

TINJAUAN PUSTAKA

6

METODE


8

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh

9

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

9

Pengolahan dan Analisis Data

10

Definisi Operasional


12

HASIL

12

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

12

Karakteristik anak

14

Karakteristik Keluarga

15

Karakteristik usaha pertanian


16

Motivasi anak

17

Sosialisasi Pertanian

18

Keterlibatan dan partisipasi anak pada kegiatan pertanian

18

Minat anak terhadap transfer pertanian

20

Minat antargenerasi terhadap usaha pertanian keluarga


21

Faktor-faktor yang memengaruhi minat anak

22

PEMBAHASAN

22

SIMPULAN DAN SARAN

26

Simpulan

26

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

31
39

DAFTAR TABEL
1 Variabel, skala data, dan penyajian data deskriptif
2 Nilai minimum, nilai maksimum, rataan, dan uji beda jenis kelamin
3 Sebaran karakteristik anak
4 Nilai maksimum, nilai minimum, rataan, dan uji beda
5 Sebaran karakteristik keluarga
6 Nilai maksimum, nilai minimum, rataan, dan uji beda
7 Sebaran karakteristik pertanian keluarga
8 Sebaran motivasi anak
9 Sebaran sosialisasi pertanian
10 Rata-rata waktu keterlibatan anak
11 Partisipasi anak pada kegiatan pertanian
12 Minat anak menerima transfer pertanian
13 Minat petani dan anak terhadap transfer pertanian
14 Nilai koefisien regresi logistik faktor-faktor yang memengaruhi minat

10
14
14
15
15
16
17
17
18
19
20
21
21
22

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan motivasi
terhadap minat anak
2 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan sosialisasi
pertanian terhadap minat anak
3 Hasil uji korelasi Pearson antar variabel

32
35
38

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian di Indonesia adalah bidang pembangunan yang penting bagi
perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Hal ini disebabkan potensi
terbesar Indonesia pada dasarnya berbasis sumber daya pertanian (Rachmat 2010).
Potensi sumberdaya pertanian di Indonesia dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
sumber kehidupan khususnya bagi masyarakat petani di perdesaan. Menurut
Nasdian (2006) keluarga komunitas perdesaan dari segi kehidupannya sangat
terikat dan tergantung pada pertanian. Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun
2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pasal 1 no 6
menyebutkan bahwa kawasan perdesaan merupakan wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam. Kehidupan
petani yang populasinya masih cukup besar, memberikan dukungan dalam
perekonomian nasional dan penyediaan pangan. Sektor pertanian memberikan
kontribusi lapangan pekerjaan sebanyak 37.9% (Putra 2009). Namun disisi lain,
selama beberapa dekade pembangunan, gambaran petani pada umumnya adalah
keluarga miskin. Badan Pusat Statistik (2015a) menyatakan bahwa penduduk
miskin di Indonesia mencapai 27.73 juta jiwa sekitar 62.65% bekerja di pertanian
dan 56.11% merupakan masyarakat petani miskin di perdesaan. Selain itu,
Adanya pengaruh-pengaruh yang datang dari luar membuat komunitas perdesaan
mulai mengenal hukum, ilmu pengetahuan, sistem pendidikan modern dan
teknologi (Nasdian 2003). Hal tersebut mendorong terjadinya migrasi penduduk
dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan. Hasil penelitian Ball & Wiley
(2005) petani tidak ingin anaknya mengalami kerugian dan stres seperti yang
dialaminya. Selain itu, tidak semua keluarga petani menyiapkan anaknya untuk
meneruskan usaha pertanian keluarga (Sottomayor et al. 2011).
Pertanian keluarga sering dianggap sebagai usaha antargenerasi dan
dijalankan turun-temurun. Salah satu aspek keberhasilan transfer yaitu petani telah
menyiapkan generasi penerusnya (Wiley et al. 2005). Transfer pertanian
merupakan hal penting untuk mempertahankan kepemilikan aset keluarga melalui
sosialisasi (Kerbler 2003; Salamon 1992). Hal tersebut juga merupakan aspek
fundamental kelanjutan pertanian dan pembangunan perdesaan. Banyaknya
pertanian keluarga yang dapat bertahan tergantung dari keberhasilan transfer
antargenerasi (Mishra & Johnson 2003). Disisi lain, adanya kecenderungan
pemuda yang mulai menjauh dari pekerjaan pertanian dan meninggalkan daerah
perdesaan (FAC 2010). Generasi muda baik laki-laki maupun perempuan saat ini
dapat dengan bebas keluar dari desa (Posel 2003). Pusat Tenaga Kerja Kementrian
Pertanian (2015) menyatakan bahwa setiap tahun jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian mengalami penurunan 5.5% sekitar 38.69 juta tahun 2010 menjadi 35.76
juta tahun 2014. Selain itu, generasi muda yang dilahirkan dan dibesarkan di
perdesaaan yang ruang lingkup mata pencahariannya petani memilih untuk
bekerja di kota-kota besar, walaupun hanya bekerja sebagai buruh pabrik, kuli
bangunan, tukang ojek, bahkan pemulung (Kusprianto 2010). Masalah tentang
keterlibatan pemuda yang bernilai bagi keberlanjutan pertanian dan pembangunan
perdesaan penting untuk dibahas.

2
Hasil penelitian Gidarakou et al. (2000); Taylor et al. (1998) menemukan
bahwa transfer pertanian keluarga lebih mengutamakan anak laki-laki sebagai
generasi penerusnya. Sebagian besar sumberdaya manusia antara anak laki-laki
dan perempuan menjadi petani bukan karena pilihan tetapi secara tradisional
melalui prosess sosialisasi dan warisan beragam sumberdaya meliputi sumberdaya
lahan pertanian. Beberapa penelitian menurut Penatua & Conger (2000); Salamon
& Keim (1979) dalam Willey et al. (2005); Mishra & Johnson (2003); Salamon
(1992); Inwood (2013) terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan transfer pertanian keluarga. Dalam hal ini, motivasi antar kedua
pihak harus diidentifikasi dan diteliti. Berkaitan dengan banyak hal yang
mendorong minat kedua generasi untuk melakukan dan menerima sosialisasi
pertanian keluarga. Motivasi adalah dorongan yang dapat membuat kedua
generasi terus bergerak maju, memunculkan kreativitas dan ingin terus tumbuh
berkembang. Faktor- faktor motivasi anak dan sosialisasi pertanian tergantung
dari yang diberikan orangtua pada anak. Hal tersebut akan memengaruhi minat
meneruskan pertanian keluarga. Menurut Ambrose (1983) pentingnya
mengidentifikasi kesiapan generasi penerus untuk meneruskan atau menolak
pertanian keluarga. Tanggung jawab yang diberikan kepada anak tentang
pertanian dapat membentuk komitmen dan motivasi awal. Selain itu, Salamon &
O’Relly (1979) menyatakan bahwa sosialisasi adalah tahap pertama yang penting
dilakukan dalam proses transfer pertanian keluarga. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi anak dan sosialisasi pertanian
terhadap minat anak menjadi petani.

Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah penting yang
memberikan kontribusi dalam produksi pangan berbasis lahan sawah (Rachmat
2012). Luas lahan sawah produktif provinsi Jawa Barat sekitar 925 042 00
(Pusdatin 2013). Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang
juga memiliki potensi lahan pertanian tinggi. Menurut Pusat Data dan Informasi
Pertanian (2013) sebagian besar luas lahan di Kabupaten Bogor digunakan untuk
areal persawahan sekitar 45 511 ha. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Jawa Barat (2015b)
menyatakan bahwa tingkat pengangguran Kabupaten Bogor sebesar 7.65%
dengan persentase kemiskinan mencapai 8.50%. Sektor pertanian merupakan
sektor yang strategis untuk pengentasan kemiskinan dan pengangguran di
Kabupaten Bogor, khususnya pada kawasan perdesaan. Pertanian masih menjadi
sektor mata pencaharian yang diandalkan sekitar 20.21% penduduk sebagai
petani. Menurut Departemen Pertanian (2012) Bogor menjadi wilayah urutan
ketiga setelah Depok dan Garut dengan produktivitas lahan pertanian yang tinggi
sebesar 57.86 Ku/Ha dengan total produksi padi sawah sebesar 485 627 00.
Keluarga petani di perdesaan tersebut memiliki cukup lahan, sumberdaya air,
teknik turun-temurun dan pengetahuan keluarga yang berguna untuk
keberlanjutan pertanian. Disisi lain, berdasarkan Sensus Pertanian yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2013) jumlah rumah tangga usaha

3
pertanian Kabupaten Bogor mengalami penurunan sebanyak 50 756 rumah tangga
dari 255 224 tahun 2003 menjadi 204 468 tahun 2013.
Penurunan jumlah petani di Kabupaten Bogor disebakan oleh penurunan
produktivitas pertanian. Produktivitas tanaman padi sawah sekitar 4 sampai 5
ton/Ha menjadi 2 sampai 3 ton/Ha. Hasil pertanian juga kurang mendukung
kebutuhan ekonomi, cara bertani tradisional masih kurang efektif, masalah
kesuburan tanah, hama, dan penyakit. Hal tersebut menurunkan minat petani dan
calon penerusnya untuk mempertahankan usaha pertanian keluarga. Pemuda di
perdesaan mulai menghindari bekerja di sektor pertanian dan memandangnya
sebagai pekerjaan melelahkan, dan hanya cocok dengan generasi tua. Transfer
usaha pertanian keluarga menjadi penting untuk mempertahankan aset keluarga.
Dalam hal ini, sosialisasi pertanian kepada anak menjadi tahap pertama yang
penting untuk keberhasilan transfer pertanian. Namun, rumitnya transfer pertanian
keluarga menyebabkan kurangnya anggota keluarga yang minat dan memiliki
tujuan yang sama pada usaha pertanian keluarga.
Berdasarkan Survei Pertanian yang dilakukan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor (2013), Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor merupakan
kecamatan dengan jumlah rumah tangga pertanian tertinggi sebesar 12 406 jiwa
dengan pertumbuhan rumah tangga pertanian sebesar 19.17%. Kecamatan
Sukamakmur memiliki 10 desa, Desa Sirnajaya sekitar 2368 jiwa dan Desa
Wargajaya sekitar 2532 menjadi wilayah terbanyak yang bermatapencaharian
sebagai petani pemilik lahan. Namun, ditinjau dari fasilitas, akses informasi,
sarana pendidikan dan ekonomi membuat adanya kesenjangan di sektor pertanian.
Pekerjaan bertani bagi masyarakat wilayah Kecamatan Sukamakmur sebagian
besar menjadi sumber kehidupan utama turun-temurun. Sementara itu, disisi lain
infrastruktur di Kecamatan Sukamakmur masih kurang menunjang aktivitas
masyarakat khususnya di sektor pertanian. Akses pasar kurang dan petani yang
cenderung pasif dengan kegiatan kelompok tani. Sebagian besar anak petani
sekolah di luar kecamatan seperti sekolah pesantren atau sekolah di Kota Bogor
karena kurangnya sarana pendidikan. Meninjau kepada fenomena diatas,
penelitian ini ingin menjawab pertanyaan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik anak, keluarga dan pertanian keluarga?
2. Apakah terdapat perbedaan masalah motivasi dan sosialisasi pertanian
berdasarkan jenis kelamin pada anak keluarga petani?
3. Bagaimana pengaruh motivasi anak dan sosialisasi pertanian terhadap
minat anak keluarga petani?

Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi karakteristik anak, karakteristik keluarga dan usaha
pertanian keluarga.
2. Menganalisis perbedaan masalah motivasi anak dan sosialisasi orangtua
berdasarkan jenis kelamin pada anak keluarga petani.
3. Menganalisis pengaruh motivasi anak dan sosialisasi pertanian terhadap
minat anak untuk meneruskan atau tidak pertanian kelurga.

4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai masalah
transfer pertanian keluarga dan analisis perbedaan minat pada anak petani untuk
meneruskan pertanian keluarga. Berdasarkan informasi tersebut, penelitian ini
dapat menjadi acuan penelitian-penelitian selanjutnya terkait topik minat anak
dalam transfer pertanian keluarga. Bagi peneliti dan pembaca, penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya tentang pengambilan keputusan mengelola sumberdaya keluarga.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kesadaran mahasiswa dan juga masyarakat akan pentingnya keberlanjutan
pertanian dalam kehidupan.
Bagi institusi pendidikan (IPB) diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan keilmuan dibidang konsumen khususnya dalam
pengambilan keputusan mengelola sumberdaya keluarga. Bagi pemerintah,
peneltian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan
dalam menetapkan kebijakan terkait minat keluarga petani untuk menurunkan
pertanian keluarga kepada generasi penerusnya.

KERANGKA PEMIKIRAN
Teori manajemen sumberdaya keluarga memandang bahwa keluarga
merupakan suatu unit yang menjalankan proses dalam penggunaan sumberdaya
untuk mencapai tujuan keluarga. Berdasarkan teori ekologi keluarga anak menjadi
inti dalam keluarga juga dipandang sebagai investasi dan aset keluarga untuk
mencapai kesejahteraan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan microsystem
utama bagi perkembangan anak. Cara pandang, pikiran, cerita, dan sosisalisasi
pertanian dari orangtua menciptakan konsep dan cara pikir remaja tentang
pertanian. Hal tersebut diperkaya oleh pendekatan teori perilaku konsumen bahwa
proses mengelola sumberdaya keluarga yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Transfer pertanian kepada generasi berikutnya
merupakan proses yang dilakukan keluarga untuk mempertahankan aset pertanian
yang dimiliki. Penting bagi keluarga petani untuk menyiapkan dan mendorong
anaknya dalam proses transfer untuk meneruskan pertanian keluarga. Orangtua
sebagai pengaruh eksternal anak memiliki peran untuk mendorong minat anak
pada pertanian keluarga. Peran ayah sangat berpengaruh terhadap transfer
pertanian keluarga. Ayah yang mempunyai keinginan agar anaknya ingin
melanjutkan pertanian keluarga cenderung memiliki rencana yang lebih matang
untuk melakukan transfer pertanian. Orangtua berperan sebagai pihak sosialisasi
pertanian kepada anak. Sosialisasi merupakan tahap pertama yang penting
dilakukan sebelum melakukan transfer pertanian keluarga. Transfer pertanian
keluarga dapat dipengaruhi oleh dinamika keluarga petani, nilai-nilai sosial,
kepemilikan lahan, suksesi, dan faktor masyarakat yang berkaitan dengan kondisi
ekonomi. Mengidentifikasi strategi dan cara petani dalam melakukan transfer
pertanian harus mempertimbangkan aspek demografis dan harapan transfer.
Penting bagi peneliti untuk mengenali karakteristik demografi responden.

5
Karakteristik demografi berhubungan dengan minat anak untuk menerima transfer
pertanian keluarga. Minat dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Terdapat beberapa faktor intrinsik yang memengaruhi minat yaitu rasa suka,
kesengangan, motivasi, dan aktivitas. Dukungan keluarga, sosial ekonomi, dan
lingkungan menjadi faktor eksternal. Karakteristik pertanian berhubungan dengan
ketahanan pertanian dan minat anak untuk melanjutkan atau tidak pertanian
keluarga.
Motivasi menjadi dorongan bagi anak petani untuk meneruskan,
menciptakan ide baru, tetap mempertahankan dan terus bergerak maju mengelola
pertanian keluarga. Masalah motivasi anak berhubungan dengan karakteristik
keluarga dan pertanian keluarga. Karakteristik budaya dan keluarga yang berbeda
memengaruhi motivasi dan dapat memengaruhi struktur pertanian keluarga. Dua
pihak memiliki perbedaan motivasi terhadap pertanian keluarga. Motivasi anak
berhubungan dengan sosialisasi pertanian keluarga yang dilakukan oleh orangtua.
Motivasi akan membentuk komitmen awal yang akan menentukan minatnya
terhadap pertanian. Masalah perbedaan proses sosialisasi pertanian bahwa hanya
sedikit perempuan yang disosialisasikan sebagai generasi pengganti. Proses
transfer seringkali dilakukan oleh ayah kepada anak laki-laki atau saudara lakilaki sebagai ahli waris.
Karakteristik
keluarga:
- Usia
- Lama pendidikan
- Besar keluarga

Karakteristik pertanian:
- Luas lahan
- Pengalaman bertani
- Pendapatan pertanian

Sosialisasi
orangtua

Karakteristik anak:
- Jenis kelamin
- Usia
- Lama pendidikan
- Urutan lahir

Motivasi anak

Minat anak menerima
transfer pertanian keluarga
Keterangan:

Gambar 1

dianalisis hubungan dan pengaruhnya

Kerangka pemikiran pengaruh motivasi anak dan sosialisasi orangtua
terhadap minat anak menerima transfer pertanian keluarga.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Motivasi
Motivasi menjadi dorongan bagi anak petani untuk meneruskan pertanian,
menciptakan ide baru, mempertahankan dan terus bergerak maju mengelola
pertanian keluarga (Disjardin 1996). Motivasi adalah keinginan untuk melakukan
sesuatu, minat atau drive ke arah tujuan yang diinginkan. Usia Remaja merupakan
masa transisi dan pergerakan menuju dewasa. Selama masa transisi, remaja
mencari hal yang menarik bagi dirinya. Anak remaja di lingkungan pertanian
memandang pertanian berdasarkan pengalaman orangtuanya. Latar belakang
pertanian berpengaruh terhadap motivasi anak untuk menjadi petani. Anak-anak
yang berasal dari keluarga petani memiliki motivasi lebih besar untuk berminat
menjadi petani (Swendener 2012). Menurut (Muwi 2012) beberapa pemuda
termotivasi untuk mengambil alih usaha pertanian sebagai sumber mata
pencaharian masa depan karena orangtua mereka memberikan peternakan dan
pertanian sebagai bentuk investasi masa depan. Bagi seorang individu untuk
terlibat dalam suatu kegiatan atau untuk mengejar rencana masa depan mereka
biasanya termotivasi untuk melakukannya. Motivasi remaja untuk terlibat dalam
pertanian karena mereka memiliki beberapa aspek yang menarik bagi mereka
ketika berada di lahan pertanian.
Menurut Lindsley (1957) motivasi sebagai kombinasi dari kekuatan yang
memulai, mempertahankan, dan perilaku langsung menuju tujuan. Menurut
Travers (1970) motivasi adalah istilah yang menggambarkan kegelisahan batin
yang mendesak organisme ke dalam aktivitas tertentu. Ketegangan Id sering
bervariasi disebut drive, kebutuhan, keinginan, dan sejenisnya. Dalam teori
Hirarki Kebutuhan Maslow bahwa faktor yang mendorong individu termotivasi
untuk melakukan sesuatu karena empat dorongan. Keempat dorongan motivasi
tersebut yaitu basic needs, rasa aman, cinta kasih, self esteem, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan dasar atau fisiologis mengacu kebutuhan tersebut diperlukan
untuk mempertahankan hidup sendiri. Cinta kasih dapat disebut sebagai afiliasi
atau penerimaan karena manusia adalah makhluk sosial sehingga perlu diterima
oleh orang lain. Self esteem kebutuhan merujuk pada fakta bahwa setelah orang
mulai memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri mereka cenderung ingin
dijunjung baik oleh diri sendiri dan orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri
mengacu keinginan individu untuk mewujudkan satu potensi untuk penuh.
Menurut Ile (1999) implikasi dari teori Maslow adalah bahwa banyak peluang
untuk pemenuhan kebutuhan ini harus dibangun ke dalam lingkungan kerja untuk
membentuk perilaku motivasi positif. Teori ini akan digunakan untuk menentukan
motivasi untuk mau bekerja di pertanian.
Petani multigenerasi (MG) dan petani generasi pertama (FG) aalah istilah
yang didefinisikan oleh Departemen Pertanian Amerika sebagai petani yang
menjalankan usaha pertanian kurang lebih 10 tahun. Dua sub kelompok petani
yang mewujudkan motivasi berbeda untuk usaha pertanian. Pada dasarnya kedua
generasi tersebut menunjukkan motivasi ekonomi yang sama untuk mencapai dan
mempertahankan mata pencaharian (Inwood 2013). Namun, dapat menjadi
hambatan besar jika mereka memiliki keterampilan pertanian terbatas.

7
Sosialisasi Pertanian
Tahap pertama dalam melakukan transfer pertanian keluarga adalah
sosialisasi pertanian kepada anak (Salamon & O’Reilly 1979). Sosialisasi
pertanian terjadi dalam konteks interaksi petani dan anak melalui kegiatan di
lahan pertanian keluarga. Dalam deskripsi dari siklus perkembangan transfer
pertanian keluarga bahwa pentingnya sosialisasi pertanian kepada anak untuk
menjadi petani dan proses yang efektif dilakukan sejak anak usia dini yang dapat
mengembangkan komitmen pertanian generasi berikutnya (Salamon et al. 1986
dalam Defrancesco et al. 2006). Menurut Vigotsky (1981) dalam Ball & Wiley
(2005) keputusan anak untuk menerima transfer pertanian keluarga berhubungan
dengan kualitas interaksi orangtua dengan anak. Hubungan sosial atau hubungan
dengan orang-orang secara genetis akan membentuk pola pikir dan menjadi dasar
keputusan, aspirasi anak. Keterlibatan dan partisipasi anak ikut serta bekerja dan
mencoba di lahan pertanian keluarga membuat anak merekam hal-hal yang
dilakukannya (Rogof 2000). Hal ini juga dapat meningkatkan keeratan hubungan
antara petani dan anak untuk keberhasilan transfer pertanian keluarga. Orangtua
memiliki peran penting dan sebagai agen utama sosialisasi pertanian pada anak
(Muwi 2012).
Menurut (Jones 2009) bahwa rumah dianggap sebagai agen sosialisasi
utama bagi anak remaja. Pengalaman orangtua dan sosialisasi tentang pertanian
dapat memengaruhi pandangan remaja terhadap pertanian keluarga (Morarji
2010). Selain itu, anak-anak seringkali dipandang sebagai aset keluarga sehingga
sosialisasi pertanian akan menentukan minat menerima transfer (Chan 2001). Cara
pandang orangtua, pemikiran, cerita, sosialisasi tentang pertanian akan
menciptakan konsep pertanian yang menyenagkan pada anak remaja sehingga
mereka tertarik untuk ikut serta di pertanian (Ball & Willey 2005). Orangtua
secara baik langsung maupun tidak langsung mampu menjadi pendorong dan
pengaruh bagi remaja untuk berminat pada pertanian. Orangtua yang mengajarkan
pengetahuan, ketrampilan, sukacita tentang pertanian membentuk pengalaman
menyenangkan anak tentang pertanian (Erickson 1963) menyatakan pengalaman
langsung yang terbentuk melalui konteks keluarga.
Beberapa berpendapat bahwa ibu yang bertani mempunyai peran penting
dalam melakukan sosialisasi pertanian kepada anaknya dengan tujuan agar mereka
berminat untuk bertani (Penatua & Conger, 2000; Salamon & Keim, 1979 dalam
Defrancesco et al. 2006). Selain itu, peran ayah sangat berpengaruh terhadap
transfer pertanian keluarga (Salamon 1992). Ayah yang mempunyai keinginan
agar anaknya mau melanjutkan bisnis pertanian keluarga cenderung memiliki
rencana yang lebih matang untuk melakukan suksesi pertanian keluarga (Penatua
& Conger, 2000; Salamon & Keim 1979 dalam Willey et al. 2005).
Transfer Pertanian Keluarga
Transfer antargenerasi usaha pertanian keluarga diikuti oleh tiga proses
keterhubungan yaitu inheritance, succession dan retirement (Gasson & Errington
2000). Transfer usaha pertanian yaitu memberikan alih pertanian dari generasi
senior kepada generasi junior (Ball & Wiley 2005). Transfer usaha pertanian
keluarga pada generasi selanjutnya merupakan proses perubahan dalam jangka

8
pendek maupun panjang. Dalam hal ini keluarga merencanakan untuk mentransfer
pengetahuan, keterampilan, serta kepemilikan pertanian keluarga kepada generasi
berikutnya (Bohak et al. 2009). Pengalihan bisnis pertanian generasi sebelumnya
kepada generasi junior (Wiley et al. 2005). Seperti orang tua lain, orang tua
pertanian bertanggung jawab untuk menyiapkan keturunan mereka. Tahap
pertama dalam transfer antar generasi keluarga petani adalah sosialisasi semua
anak untuk menjadi petani (Salamon & O'Reilly 1979). Sosialisasi ini terjadi
dalam interaksi kerja dan konteks keluarga konteks di pertanian karena hubungan
antara orangtua dengan anak dapat memengaruhi masa depan usaha pertanian
keluarga.
Dalam konteks pertanian modern dan kecenderungan kerjasama kedua
generasi pertanian, banyak petani tidak ingin anak-anak mereka menderita
kerugian dan stres (Ball & Wiley 2005). Lainnya justru ingin memiliki anak yang
mengambil alih usaha pertanian keluarga sebagai sumber pendapatan (Salamon,
1992). Para peneliti dan pembuat kebijakan mengetahui bahwa kekuatan sosial
dan kekuatan budaya penting bagi kelangsungan pertanian rumah tangga dan
suksesinya (Inwood 2013). Hal tersebut penting tanpa mengesampingkan aspek
demografi, sosial, perbedaan budaya dalam prosedur dan pertimbangan dalam
membuat kebijakan yang baik dan program yang responsif terhadap perbedaan
kedua generasi pertanian. Transfer dalam usaha pertanian keluarga menjadi dasar
keberlanjutan dan perkembangan pertanian keluarga. Menurut (Laband & Lentz
1983) kondisi- kondisi yang memengaruhi keberhasilan transfer usaha pertanian
keluarga yaitu hubungan keluarga yang baik, meningkatkan komunikasi, membuat
keputusan keluarga mengenai bisnis pertanian, menyelesaikan konflik keluarga
dan konflik bisnis pertanian. Dalam kajian panjang mengenai keluarga petani,
Penatua dan Conger (2000) menyatakan bahwa proses transfer usaha pertanian
keluarga hanya selesai ketika generasi penerus telah memeroleh legalitas secara
luas oleh para pemangku kepentigan. Penyelesaian ini bergantung pada
kemampuan penerus untuk melatih kepemimpinan yang tepat dalam berbisnis.

METODE
Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung bertema “Transfer Pertanian
Keluarga pada Generasi Berikutnya” menggunakan desain cross sectional study.
Pemilihan tempat penelitian dipilih secara purposive yaitu di Kabupaten Bogor
pada Kecamatan Sukamakmur (Desa Sirnajaya dan Desa Wargajaya).
Berdasarkan Survei Pertanian Kabupaten Bogor 2013, Kecamatan Sukamakmur
merupakan kecamatan dengan jumlah rumah tangga pertanian tertinggi sebesar
12.406 jiwa dengan pertumbuhan (19.17%). Kecamatan Sukamakmur menjadi
wilayah dengan tingkat penurunan rumah tangga pertanian terendah selama
sepuluh tahun terakhir. Informasi tersebut merupakan alat bantu untuk
menentukan lokasi secara purposive agar mendapatkan data untuk memilih contoh
penelitian karena ketiadaan data petani usia muda. Waktu penelitian terdiri dari
persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan pembuatan

9
laporan dilakukan dalam jangka waktu enam bulan terhitung mulai bulan
November 2014 sampai dengan Mei 2015.
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga petani padi sawah yang
tergabung dalam kelompok tani. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga
petani yang memiliki lahan dan menggarap sendiri serta mempunyai anak usia 12
sampai 18 tahun yang tinggal di Desa Sirnajaya dan Desa Wargajaya, Kecamatan
Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Responden penelitian ini adalah anak remaja
berusia 12 sampai 18 tahun yang berasal dari keluarga petani di Desa Sirnajaya
dan Wargajaya. Penentuan tempat penelitian berdasarkan informasi dan masukan
dari penyuluh dan perangkat Desa Sirnajaya dan Wargajaya dalam bentuk Data
Kelompok Tani 2013. Berdasarkan data tercatat sebanyak 273 keluarga petani
yang memiliki lahan pertanian (sawah) yang sesuai dengan keluarga kriteria
penelitian. Desa Sirnajaya memiliki 13 RT atau kampung sedangkan Desa
Wargajaya 19 RT. Selanjutnya setiap RT atau kampung pada kedua desa tersebut
dipilih secara purposive berdasarkan kriteria penelitian dan jarak antar responden.
Selanjutnya terpilihlah 3 RT atau kampung di Desa Sirnajaya dan 4 RT atau
kampung di Desa Wargajaya. Teknik penarikan contoh dilakukan secara
purposive melibatkan 141 orang remaja. Responden yang dipilih berdasarkan
pertimbangan penelti dan dianggap paling sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penggalian informasi yang dilakukan
melalui wawancara menggunakan kuesioner yang meliputi:
1. Karakteristik orangtua, anak dan usaha pertanian keluarga.
2. Motivasi anak menggunakan instrumen motivasi yang diadopsi dari teori empat
dorongan motivasi dan modifikasi jurnal “Why Succession”by Guide for the
successor- So, do you think your’e ready? Milik (Disjardin & Co 1996). Skala
yang digunakan dalam pengukuran adalah Skala Likert lima poin. Selang
pengukuran dimulai dari satu (sangat tidak setuju) sampai lima (sangat setuju).
Nilai reliabilitas 23 item pertanyaan instrumen motivasi sebesar 0,903 dengan
validitas 0.000 (p7 orang

Jenis kelamin
Usia

Nominal
Rasio

Besar keluarga

Rasio

Karakteristik anak:
Jenis kelamin
Tingkat pendidikan

Nominal
Rasio

Usia

Ordinal

Urutan lahir

Rasio

Karakteristik pertanian
Luas lahan

Rasio

Pendapatan pertanian

Rasio

Pengalaman bertani

Rasio

Motivasi anak
Sosialisasi pertanian
Minat anak

Ordinal
Ordinal
Ordinal

1) laki-laki; 2) perempuan
1) belum tamat SD; 2) SD; 3)
SMP; 4) SMA
(Hurlock
2003)........................
1) remaja awal 11-13 tahun; 2)
remaja menengah 14-16 tahun; 3)
remaja akhir 17-18 tahun
1) anak ke-1-ke-3; 2) anak ke-4ke-6; 3) anak ke-7- ke-10; 4) anak
ke-10 atas
(BPS 2014)...................................
1) sempit 0.86 Ha
1) kurang dari rataan< Rp738
179; 2) lebih dari rataan > Rp738
179
(Kusmiati et al. 2007)..................
1) pemula 7.5 tahun
Kuesioner skala likert 1-5
Kuesioner skala likert 1-5
Kuesioner
skala
Guttman
(Ya/Tidak)

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diproses ke tahap editing, coding, scoring,
entering, cleaning, dan analyzing. Data yang diperoleh akan dianalisis
menggunakan analisis deskriptif dan inferensia. Pengolahan data menggunakan
program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 16
for windows. Skala data yang digunakan dalam kuesioner meliputi skala ordinal,
dan nominal. Sedangkan pengkategorian disesuaikan dengan jenis variabel yang
diteliti.

11
Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini diberi skor penilaian
sesuai skala yang digunakan untuk masing-masing variabel. Variabel motivasi
terdiri dari 23 item pernyataan, sosialisasi pertanian terdiri dari 25 pernyataan dan
minat menerima transfer pertanian satu pertanyaan. Variabel motivasi anak dan
sosialisasi pertanian diukur menggunakan skala likert dengan lima penilaian yaitu
“sangat tidak setuju” dengan skor satu, “tidak setuju” dengan skor dua, “netral”
dengan skor tiga, “setuju” dengan skor empat, “sangat setuju” dengan skor lima.
Penggunaan skala likert dapat memberikan peluang kepada responden untuk
mengekspresikan perasaan dalam bentuk persetujuan terhadap suatu pernyataan.
Sedangkan variabel minat anak terdiri dari satu item pertanyaan diukur
menggunakan skala Guttman “minat” dengan skor satu dan “tidak minat” dengan
skor nol.
Skor dari setiap pernyataan selanjutnya dikompositkan berdasarkan masingmasing variabel. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala
0-100 dengan menggunakan rumus:

Indeks =

x 100

Keterangan:
Indeks
= skala nilai 0-100
Nilai aktual
= nilai yang diperoleh responden
Nilai minimum = nilai terendah yang seharusnya diperoleh responden
Nilai maksimum = nilai tertinggi yang seharusnya diperoleh responden
Setelah itu, skor indeks yang dicapai dimasukkan ke dalam kategori kelas. Skor
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Selanjutnya, dibutuhkan interval kelas untuk menentukan cut off variabel. Rumus
interval kelas adalah sebagai berikut:
Interval Kelas =

= 33.33

Cut off yang diperoleh untuk pengkategorian adalah sebagai berikut:
1. Rendah: 0.00 - 33.33
2. Sedang: 33.34 - 66.67
3. Tinggi: 66.68 – 100
Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan inferensia. Analisis
deskriptif (persentase, nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar
deviasi). Analisis deskriptif crosstab digunakan untuk melihat karakteristik anak
(jenis kelamin, usia, lama pendidikan, dan urutan lahir), karakteristik orangtua
(jenis kelamin, usia, lama pendidikan, besar keluarga), dan karakteristik pertanian
(pengalaman bertani, luas lahan, dan pendapatan pertanian). Analisis inferensia
yang dilakukan adalah uji regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen. Uji regresi logistik
digunakan untuk menguji pengaruh karakteristik anak, karakteristik orangtua,
karakteristik pertanian, motivasi anak, sosialisasi pertanian terhadap minat anak.

12
Data penelitian harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan terlebih
dahulu sebelum melakukan uji regresi. Pemeriksaan pemenuhan syarat-syarat
tersebut dilakukan dengan melakukan uji normalitas dan multikoleniaritas. Uji
normalitas digunakan untuk melihat sifat pendistribusian data. Variabel pada
penelitian ini tidak memenuhi nilai ketentuan maka data penelitian ini tidak
terdistribusi normal. Uji multikoleniaritas adalah uji untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara variabel bebas yang diteliti. Cara untuk mengetahui ada
atau tidaknya multikoleniaritas pada model regresi logistik yaitu dengan melihat
corelation matrix jika (p>0.6) maka tidak terdapat multikoleniaritas. Penelitian ini
tidak terdapat multikoleniaritas antar variabel (p0.05) maka data dan asumsi
yang digunakan sesuai untuk membangun model.

Definisi Operasional
Keluarga petani padi sawah adalah keluarga yang satu atau lebih anggotanya
bermatapencaharian sebagai petani yang mengelola lahan sawah
milik sendiri dan menggarap sendiri.
Transfer pertanian keluarga adalah memberikan alih pertanian keluarga dari
petani kepada anaknya berupa aset lahan dan perilaku seperti pengelolaan
atau penggarapan lahan pertanian.
Anak petani adalah remaja berusia 12 sampai 18 tahun berasal dari keluarga
petani pemilik lahan sawah dan yang menggarap sendiri.
Motivasi anak adalah pengukuran dorongan yang mendasari contoh terhadap
minat menerima transfer pertanian keluarga. Diukur dengan empat
dorongan motivasi yaitu motivasi biologis, emosi, rasional, dan sosial.
Sosialisasi pertanian adalah persepsi, praktik, cara mendidik, cerita, dan
pengalaman tentang pertanian yang diberikan orangtua kepada anak untuk
menerima transfer pertanian keluarga.
Keterlibatan dan partisipasi anak adalah jumlah waktu keikutsertaan anak
petani dalam kegiatan usaha pertanian keluarga
Minat anak adalah daya tarik anak petani untuk menerima transfer pertanian
keluarga dari orangtuanya.

HASIL
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk
tertinggi sebesar 4 771 932 jiwa dengan luas wilayah 1400 km² (BPS Kabupaten
Bogor 2013). Terbagi dalam sembilan kecamatan, salah satunya adalah

13
Kecamatan Sukamakmur yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Jonggol.
Luas Kecamatan Sukamakmur adalah 15 409 Ha dengan jumlah penduduk
sebesar 64 712 jiwa (BPS Kabupaten Bogor 2013). Batas wilayah sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Jonggol, sebelah selatan dengan Kecamatan
Megamendung, sebelah barat dengan Kecamatan Citeurep dan Babakan Madang,
sebelah timur dengan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. Keadaan alam
wilayah Sukamakmur sekitar 27% merupakan daratan, 63% perbukitan dan
pegunungan dengan keadaan lahan basah sawah sekitar 28% dan 78% lahan
kering. Luas lahan pertanian Kecamatan Sukamakmur 6690 Ha dengan hasil
pertanian padi 7 Ton/Ha.
Kecamatan Sukamakmur terdiri dari 10 Desa, diantaranya adalah Desa
Sirnajaya dan Desa Wargajaya. Desa Sirnajaya memiliki jumlah penduduk
sebesar 7956 jiwa dan sebesar 2368 jiwa bermatapencaharian petani. Luas
wilayah Desa Sirnajaya sekitar 1530 Ha, terdiri dari 6 RW dan 13 RT. Desa
Wargajaya memiliki jumlah penduduk sebesar 7804 jiwa dan sebesar 2532 jiwa
bermatapencaharian petani. Luas wilayah Desa Wargajaya sekitar 1460 Ha terdiri
dari 6 RW dan 19 RT. Desa Sirnajaya dan Wargajaya merupakan desa dengan
penduduk bermatapencaharian petani tertinggi di Kecamatan Sukamakmur dari 10
Desa lainnya. Luas lahan sawah Desa Sirnajaya sekitar 425 Ha sedangkan
Wargajaya sekitar 342 Ha. Desa Sirnajaya memiliki tiga gapoktan dan lima
kelompok tani sedangkan Desa Wargajaya memiliki tiga gapoktan dan enam
kelompok tani dengan satu penyuluh pertanian tiap kecamatan. Kegiatan
penyuluhan rutin dilakukan setiap satu bulan sekali. Petani di Kecamatan
Sukamakmur masih tergolong mandiri dilihat dari jumlah anggota keikutsertaan
dalam kelompok tani. Petani di Desa Sirnajaya yang tergabung dalam kelompok
tani sekitar 128 orang dari 2368 penduduk bermatapencaharian petani. Sementara
itu, petani di Desa Wargajaya yang tergabung dalam kelompok tani sekitar 145
orang dari 2532 penduduk bermatapencaharian petani.
Pekerjaan sampingan petani di Desa Sirnajaya dan Desa Wargajaya
sebagian besar adalah pedagang. Tanaman yang ditanam sebagian besar padi
sawah, palawija dan tanaman buah-buahan, namun jumlahnya tidak sebanyak padi
sawah. Infrastruktur di Kecamatan Sukamakmur masih kurang menunjang
aktivitas masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, maupun pendidikan. Hanya
terdapat satu pasar di Kecamatan Sukamakmur. Pasar di Kecamatan Sukamakmur
terdiri dari tiga toko kebutuhan sehari-hari, satu toko pertanian, satu toko
perlengkapan sekolah, sedangkan buah, dan sayur dijual menggunakan lapak
kayu. Pasar yang lebih lengkap dan besar berada di Citereup, dan dapat diakses
menggunakan kendaraan bermotor atau angkutan umum dengan biaya Rp15 000.
Kondisi jalan yang masih berbatu dan secara geografis bergunung-gunung,
membuat akses masyarakat terhadap dunia luar menjadi sulit. Sumberdaya alam
yang melimpah, namun pengusahaannya belum teroptimalkan oleh masyarakat
dan pemerintah daerah setempat. Sebagian besar warga menggunakan hasil panen
untuk konsumsi pribadi dan hanya sedikit yang dijual. Banyak keluarga yang
menyekolahkan anak-anaknya di pesantren dan tinggal di lokasi sekitar tempat
bersekolah. Kendaraan roda empat masuk ke daerah tersebut sejak tahun 1999
(Nuraviva et al. 2010).

14
Karakteristik anak
Karakteristik anak pada penelitian ini yaitu karakteristik sosio demografi
responden terdiri dari usia, lama pendidikan, dan urutan lahir. Berdasarkan Tabel
2, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden 14.81 tahun.
Berdasarkan lama pendidikan, rata-rata tingkat pendidikan responden laki-laki dan
perempuan adalah 8.45 tahun. Berdasarkan urutan lahir, antara responden laki-laki
dan perempuan berada pada urutan lahir anak ke-1 sampai ke-3. Urutan lahir
responden laki-laki terbesar adalah anak ke-13 dan perempuan anak ke-8. Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada usia, tingkat pendidikan, dan urutan lahir
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 2 Nilai minimum, nilai maksimum, rataan, dan uji beda jenis kelamin
Variabel
Usia (tahun)
Tingkat pendidikan (tahun)
Urutan lahir (orang)

Min-Max
12-18
5-12
1-13

p-value
0.766
0.875
0.935

Rata-rata ± SD
14.8 ± 1.80
8.45 ± 1.79
2.99 ± 2.09

Berdasarkan Tabel 3, hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
separuh responden (51.1%) berjenis kelamin perempuan dan sisanya (48.9%)
berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan usia, menurut Hurlock (2003) kategori
usia remaja dibagi menjadi tiga yaitu remaja awal (11-13 tahun), remaja
menengah (14-16 tahun), dan remaja akhir (17-18 tahun).
Tabel 3 Sebaran karakteristik anak
Variabel
Jenis kelamin
Usia

Total
Tingkat pendidikan

Total
Urutan lahir

Total

Kategori

Awal (11-13 tahun)
Menengah (14-16 tahun)
Remaja akhir (17-18 tahun)
Belum tamat SD
SD
SMP
SMA
Anak ke-1 sampai ke-3
Anak ke-4 sampai ke-6
Anak ke-7 sampai ke-10
Anak ke-10 sampai ke-13

Laki-laki
n

%
69
19
32
18
69
13
27
23
6
69
46
19
3
1
69

48.9
27.5
46.4
26.1
100
18.8
33.3
39.1
8.70
100
66.7
27.5
4.30
1.40
100

Perempuan
n

%
72
22
36
14
72
9
30
27
6
72
47
19
6
0
72

51.1
30.6
50.0
19.4
100
12.5
37.5
41.7
8.30
100
65.3
26.4
8.30
0
100

Separuh usia responden perempuan (50%) dan sisanya responden laki-laki
(46.4%) berada pada kelompok remaja menengah yaitu (14-16 tahun).
Berdasarkan tingkat pendidikan, lebih dari sepertiga tingkat pendidikan responden
laki-laki (39.1%) lebih banyak berada pada kategori SMP. Berdasarkan urutan
lahir, lebih dari separuh responden laki-laki (66.7%) dan responden perempuan
(65.3%) adalah anak ke-1 sampai ke-3.

15
Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga pada penelitian ini yaitu karakteristik sosio
demograsi orangtua responden laki-laki maupun perempuan. Karakteristik sosio
demografi meliputi usia ayah, usia ibu, tingkat pendidikan ayah, tingkat
pendidikan ibu, dan besar keluarga. Berdasarkan Tabel 4, rata-rata usia ayah
responden laki-laki maupun perempuan adalah (45.2) tahun dan usia ibu (40.5)
tahun. Usia ayah responden paling tinggi mencapai 70 tahun sedangkan ibu 65
tahun. Rata-rata pendidikan ayah lebih tinggi sebesar (5.85) tahun dibandingkan
ibu (5.33) tahun. Rata-rata besar keluarga responden sebesar 4.70. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada usia ayah, usia ibu, tingkat pendidikan ayah,
tingkat pendidikan ibu, dan besar keluarga.
Tabel 4 Nilai maksimum, nilai minimum, rataan, dan uji beda
Variabel
Usia ayah (tahun)
Usia ibu (tahun)
Tingkat pendidikan ayah (tahun)
Tingkat pendidikan ibu (tahun)
Besar keluarga (orang)

Min-Max
25-70
22-65
0-12
0-9
1-11

Rata-rata ± SD
45.2 ± 8.95
40.5 ± 8.46
5.85 ± 2.03
5.33 ± 1.07
4.70 ± 1.33

p-value
0.691
0.491
0.621
0.196
0.416

Berdasarkan Tabel 5, Usia ayah dan ibu dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi lima menurut Sumarwan (2010) yaitu dewasa awal (19-24 tahun), dewasa
lanjut (25-35 tahun), paruh baya (36-50 tahun), tua (51-65 tahun) dan lanjut usia
(>65 tahun).
Tabel 5 Sebaran karakteristik keluarga
Variabel
Usia ayah

Usia ibu

Tingkat pendidikan
ayah

Tingkat pendidikan
ibu

Besar keluarga

Kategori
Awal (19-24 tahun)
Lanjut (25-35 tahun)
Paruh baya (36-50 tahun)
Tua (51-65 tahun)
Lanjut usia (>65 tahun)
Awal (19-24 tahun)
Lanjut (25-35 tahun)
Paruh baya (36-50 tahun)
Tua (51-65 tahun)
Lanjut usia (>65 tahun)
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Kecil (7 orang)

Laki-laki
(n=69)
%
0
8.7
72.5
17.4
1.4
0
39.1
52.2
8.7
1.4
0
95.7
2.9
1.4
4.3
91.2
2.8
1.7
55.1
39.1
5.8

Perempuan
(n=72)
%
0
19.4
54.2
25.
1.4
1.4
34.7
50
13.9
0
1.4
94.4
4.2
0
4.2
90.3
5.5
0
50
48.6
1.4

16
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (72.5%) usia ayah
responden laki-laki lebih banyak berada pada kategori dewasa paruh baya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa usia petani berada di ujung usia produktif.
Berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu baik responden laki-laki maupun
perempuan pada penelitian ini masih tergolong rendah. Hampir seluruh tingkat
pendidikan ayah responden laki-laki (95.7%) dan perempuan (94.4%) hanya
berpendidikan SD. Sama halnya dengan tingkat pendidikan ibu antara responden
laki-laki (91.2%) dan perempuan (90.2%) yaitu berpendidikan SD. Hal ini
disebabkan ketersediaan sarana pendidikan di desa masih rendah. Besar keluarga
pada penelitian ini dikategorikan menjadi tiga menurut BKKBN (2005) yaitu
keluarga kecil (kurang dari 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), keluarga besar
(lebih dari 7 orang). Hasil