Sistem penunjang keputusan manajemen Rantai Pasok Karet Alam dengan pendekatan Sustainable Balanced Scorecard di PT. X

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN MANAJEMEN RANTAI
PASOK KARET ALAM DENGAN PENDEKATAN
SUSTAINABLE BALANCED SCORECARD DI PT. X

WIBISONO ADHI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul: Sistem Penunjang
Keputusan Manajemen Rantai Pasok Karet Alam dengan Pendekatan Sustainable
Balanced Scorecard di PT. X, adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Wibisono Adhi
NIM F34100088

ABSTRAK
WIBISONO ADHI. Sistem Penunjang Keputusan Manajemen Rantai Pasok Karet
Alam dengan Pendekatan Sustainable Balanced Scorecard di PT. X. Dibimbing
oleh MARIMIN dan M ARIF DARMAWAN.
Sistem penunjang keputusan (SPK) dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan di dalam manajemen rantai pasok
dengan lebih efisien sehingga dapat meningkatan produktivitas dari agroindustri
karet alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rantai pasok karet alam
serta merancang model pengambilan keputusan dan model pengukuran kinerja
rantai pasok dengan menggunakan pendekatan sustainable balanced scorecard dan
selanjutnya menggunakan model tersebut untuk mengembangkan SPK. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam penelitian ini juga
dilakukan analisis seven green waste untuk penggambaran green value stream map

(GVSM) yang menunjukan bahwa terdapat potensi penghematan air sebesar
1 877 364 liter dan energi sebesar 761 kWh perbulan dalam proses produksi ribbed
smoked sheet (RSS) di salah satu kebun karet milik PT. X. Hasil penilaian pakar
pada model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks dengan metode fuzzy AHP
merekomendasikan adanya perbaikan perilaku sadap. Hasil penilaian pakar pada
model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok dengan metode analisis
SWOT merekomendasikan strategi penekanan biaya produksi dengan melakukan
berbagai efisiensi dan pengutamaan kualitas produk sebagai nilai saing utama
dengan perusahaan lain. Pembobotan indikator kinerja utama (IKU) dengan metode
fuzzy AHP di dalam model pengukuran kinerja menunjukan bahwa perspektif
pelanggan memiliki bobot kepentingan yang paling besar sebesar 0.318 sedangkan
IKU dengan bobot yang paling besar adalah net profit margin yang dipicu oleh
penurunan biaya operasional rantai pasok karet alam. Model-model ini
diterjemahkan dalam pemodelan berorientasi obyek yang kemudian
diimplementasikan dalam sebuah paket program komputer yang akan membantu
pengguna SPK dalam menentukan keputusan dan melakukan pengukuran kinerja.
Kata kunci: Sustainable Balanced Scorecard, SPK, rantai pasok, karet alam, fuzzy
AHP, GVSM.

ABSTRACT

WIBISONO ADHI. Decision Support Systems for Natural Rubber Supply Chain
Management with Sustainable Balanced Scorecard Approach in PT. X. Supervised
by MARIMIN and M ARIF DARMAWAN.
Decision support system (DSS) can be used for performance evaluation and
decision making in supply chain management to increase the productivity of natural
rubber agroindustry. This research objectives were to identify the natural rubber
supply chain decision-making models and to formulate its performance
measurement model by using sustainable balanced scorecard approach and then to

develop a decision support system prototype. This study was conducted by using a
systems approach. This study also analyzed seven green waste to describe the green
value stream map (GVSM), the result shown that there is a potential savings of
1 877 364 liters of water and an energy of 761 kWh per month in the ribbed smoked
sheet (RSS) production process in one of the gardens owned by PT. X. The results
of expert judgment by using fuzzy AHP method in latex quality improvement
strategy selection model shown that there are some needs of tapping behavior
improvement. The results of expert judgment in supply chain performance
improvement strategies selection model of by SWOT analysis method recommended
cost reduction strategy by perform several production efficiency and using product
quality as the key value to compete with other companies. Weighting of key

performance indicators (KPI) with fuzzy AHP method in performance measurement
model shown that the customer perspective has the greatest importance weight of
0.318 while the KPI with the greatest weight is net profit margin which is triggered
by a decrease in operating costs of natural rubber supply chain. These models were
translated into an object-oriented modeling and implemented in a package of
computer programs that could assist users in decision making and performance
measurement.
Keywords: Sustainable Balanced Scorecard, DSS, supply chain, natural rubber,
fuzzy AHP, GVSM.

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN MANAJEMEN RANTAI
PASOK KARET ALAM DENGAN PENDEKATAN
SUSTAINABLE BALANCED SCORECARD DI PT. X

WIBISONO ADHI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “ Sistem
Penunjang Keputusan Manajemen Rantai Pasok Karet Alam dengan Pendekatan
Sustainable Balanced Scoredcrad di PT. X” dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, penlis mendapatkan
bantuan serta bimbingan dari banyak pihak. Maka dari itu dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, khususnya kepada:
1. Prof Dr Ir Marimin, MSc selaku dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan karya ilmiah.
2. M. Arif Darmawan, STP MT selaku dosen pembimbing kedua atas segala
waktu yang diberikan dalam memberikan bimbingan kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
3. Dr Andes Ismayana, STP MT selaku dosen penguji yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan
karya ilmiah ini.
4. Prof Sudirman Yahya, Dr Ir sinung Hendratno, dan Dr Ir Dadi Maspanger
selaku pakar yang telah memberikan bantuan kepada penulis saat
melakukan penelitian.
5. Panti Yudilestari, STP, Budi Rein Wirawan, ST, Sinta Setyarini, STP, dan
Bapak Imron Rosyadi sebagai pakar dari pihak PT. X yang telah
memberikan bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian.
6. Bapak Husein Syirod TS, Bapak Tri Wahyudi, Teguh Widodo STP, Pudjo
Hari Prastowo, SE, dan Bapak Sukirno sebagai narasumber dalam
pengumpulan data selama penelitian.
7. Kedua orang tua penulis Bapak Wargantono Adhi dan Ibu Winiati P Rahayu
atas doa serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Kepada Kakak
dan Adik penulis Widanto P Adhi dan Wardianto Adhi yang memberikan
semangat kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah.

8. Keluarga besar TIN 47, yang senantiasa berbagi ilmu selama kegiatan
perkuliahan di Fakultas Teknologi Pertanian.

Bogor, Oktober 2014
Wibisono Adhi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Pertanyaan Penelitian

2

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

3

METODE


3

Kerangka Pemikiran

3

Tata Laksana Penelitian

3

Prosedur Penelitian

3

Pemodelan Sistem

5

Pengguna SPK


5

Konfigurasi Sistem

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Mekanisme Rantai Pasok

7

Analisis Seven Green Waste

8

Hasil Analisis Sistem Berorientasi Obyek


8

Implementasi Perangkat Lunak Sistem Penunjang Keputusan

14

Subsistem Pemilihan Produk Prospektif

15

Subsistem Pemilihan Strategi peningkatan Mutu Lateks

15

Subsistem Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok

17

Subsistem Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

20

Subsistem Informasi Karet Alam

23

Verifikasi dan Validasi Perangkat Lunak Sistem Penunjang Keputusan

24

Uji validitas Subsistem Pemilihan Produk Prospektif

25

Uji validitas Subsistem Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja
Rantai Pasok

25

Uji Validitas Subsistem Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

25

Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

27
29
29

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram alir penelitian
Gambar 2 Konfigurasi sistem penunjang keputusan
Gambar 3 Current-state green value stream map
Gambar 4 Future-state green value stream map
Gambar 5 Diagram skenario kasus SPK
Gambar 6 Diagram aktivitas subsistem pemilihan produk prospektif
Gambar 7 Diagram aktivitas subsistem pengukuran kinerja rantai pasok
Gambar 8 Diagram status SPK
Gambar 9 Tampilan halaman splash screen
Gambar 10 Tampilan halaman Menu Utama
Gambar 11 Tampilan halaman Pemilihan Produk Prospektif
Gambar 12 Tampilan halaman muka Pemilihan Strategi Peningkatan
Mutu Lateks
Gambar 13 Hasil pembobotan strategi peningkatan mutu lateks dalam hierarki
fuzzy AHP
Gambar 14 Tampilan halaman Lihat Hasil Penilaian Pakar
Gambar 15 Tampilan halaman Penilaian Sendiri
Gambar 16 Tampilan halaman muka Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja
Rantai Pasok
Gambar 17 Tampilan halaman Analisis SWOT dengan Satu Orang Penilai
Gambar 18 Matrik SWOT
Gambar 19 Tampilan hasil penilaian pada bulan Juni 2014
Gambar 20 Peta strategi manajemen rantai pasok karet alam
Gambar 21 Hasil pembobotan IKU dalam hierarki fuzzy AHP
Gambar 22 Tampilan halaman Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Gambar 23 Fragmen tampilan halaman pada subsistem informasi karet alam
(halaman current-state dan future-state green value stream map)
Gambar 24 Hasil uji validitas model pemilihan produk prospektif
Gambar 25 Hasil uji validitas model pemilihan strategi peningkatan kinerja
rantai pasok
Gambar 26 Tampilan halaman Rekomendasi Strategi hasil uji validitas
Gambar 27 Hasil evaluasi kinerja untuk pengukuran tahun 2014
Gambar 28 Rekomendasi perbaikan untuk pengukuran tahun 2014

4
5
9
10
11
12
12
13
14
14
15
16
16
17
17
18
18
19
19
21
22
23
24
25
26
26
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir pengembangan model pemilihan produk prospektif
Lampiran 2 Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi peningkatan
mutu lateks
Lampiran 3 Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi peningkatan
kinerja rantai pasok
Lampiran 4 Diagram alir pengembangan model pengukuran kinerja rantai
pasok
Lampiran 5 Pola aliran rantai pasokan karet alam PT. X
Lampiran 6 Uraian perhitungan penghematan pada future-state GVSM
Lampiran 7 Notasi pada diagram UML
Lampiran 8 Diagram aktivitas SPK AHAt. 01.
Lampiran 9 Diagram kelas SPK AHAt. 01.
Lampiran 10 Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, serta prosedur
instalasi dan pengoperasian program AHAt. 01.
Lampiran 11 Tampilan alat batu hitung model pemilihan strategi peningkatan
mutu lateks
Lampiran 12 Rumus yang digunakan pada model pengukuran kinerja rantai
pasok
Lampiran 13 Tampilan halaman pada subsistem informasi karet alam
Lampiran 14 Analisis kebutuhan SPK

31
31
32
33
34
34
39
41
43
44
45
46
47
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Pada tahun 2012
luas areal perkebunan karet Indonesia merupakan yang terluas di dunia, namun
Indonesia memiliki rata-rata produktivitas karet alam yang masih rendah yaitu
sekitar 40% dari potensi produksinya (Ditjenbun 2013). Di sisi lain permintaan
akan karet alam terus meningkat karena didorong oleh pertumbuhan industri
otomotif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatan produktivitas
perusahaan perkebunan karet alam adalah dengan memperbaiki manajemen rantai
pasok. Kinerja rantai pasok yang optimal akan mendorong perusahaan untuk dapat
terus berkembang (Vorst 2006).
Kompleksitas rantai pasok karet alam mulai dari penyadapan lateks hingga
dihasilkan produk olahan karet memerlukan perhatian khusus agar target
perusahaan dalam manajemen rantai pasok tercapai. Beberapa keputusan penting
yang harus diambil dalam manajemen rantai pasok karet alam diantaranya adalah
pemilihan produk prospektif, pemilihan strategi peningkatan mutu lateks, serta
pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Pemilihan produk prospektif
diperlukan untuk menentukan produk yang potensial berdasarkan beberapa kriteria
tertentu. Pemilihan peningkatan mutu lateks menjadi penting untuk menghasilkan
bahan olah yang berkualitas sehingga dapat digunakan untuk memproduksi produk
olahan karet yang berkualitas. Pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok
diperlukan untuk meningkatkan produktivitas di sepanjang rantai pasok karet alam.
Dalam rangka memperbaiki kinerja rantai pasok dibutuhkan pengukuran kinerja
rantai pasok sebagai kunci untuk dapat terus mengevaluasi dan memperbaiki
kinerja rantai pasok (Marimin dan Maghfiroh 2010). Proses pengukuran kinerja
rantai pasok dapat dilakukan secara tepat dan efisien dengan menggunakan sistem
pengukuran kinerja rantai pasok.
Sistem pengukuran kinerja rantai pasok digunakan untuk menentukan
parameter pengukuran yang harus selalu dimonitor untuk menciptakan kesesuaian
antara strategi rantai pasok dan tujuan perusahaan (Pujawan 2005). Pengukuran
kinerja rantai pasok diperlukan perusahaan untuk menentukan strategi baru atau
mengambil tindakan koreksi sebelum masalah yang ada di sepanjang rantai pasok
tersebut meluas. Sistem pengukuran kinerja rantai pasok holistik diperlukan untuk
menghasilkan pengukuran yang baik (Gunasekaran et al. 2004). Salah satu
pendekatan untuk menilai tingkat kinerja rantai pasok adalah dengan pendekatan
metode Sustainable Balanced Scorecard (SBSC).
Pendekatan SBSC dalam manajemen rantai pasok memungkinkan
perusahaan untuk berkembang secara berkelanjutan. Konsep ini mengupayakan
perusahaan membaik dalam tiga dimensi keberlanjutan yakni dimensi ekonomi,
sosial, dan lingkungan secara bersamaan. Aspek lingkungan dan sosial dapat
dimasukkan di bawah empat perspektif Balanced Scorecard (BSC) yang ada seperti
semua aspek strategis lain yang relevan dan potensial (Figge et al. 2001 dalam
Figge et al. 2002). Hal ini berarti aspek lingkungan dan sosial terintegrasi dalam
empat perspektif melalui sasaran strategis yang bersangkutan atau pada kinerja
pemicu dan kinerja hasil serta target dan langkah-langkah yang dirumuskan dalam

2

BSC konvensional (Kaplan and Norton 2001). Melalui derivasi top-down, aspek
lingkungan dan sosial yang relevan dan strategis dalam kerangka BSC dapat
diidentifikasi dan secara otomatis terintegrasi di dalamnya serta memiliki hubungan
sebab-akibat dan hirarkis yang berorientasi pada perspektif finansial dan konversi
sukses dari strategi bisnis (Figge et al. 2002).
Pengambilan keputusan dan pengukuran kinerja di dalam manajemen rantai
pasok membutuhkan beberapa tahapan proses serta analisis dari pakar yang ahli di
bidang manajemen rantai pasok. Pengambilan keputusan dan pengukuran kinerja
yang menggunakan hasil analisis dari pakar membutuhkan waktu yang relatif lama
dan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk
membantu proses pengambilan keputusan dan mengevaluasi kinerja di dalam
manajemen rantai pasok. Alternatif lain tersebut antara lain dapat berupa sistem
penunjang keputusan (SPK). Sebuah SPK dimaksudkan untuk menjelaskan secara
rinci elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan
keputusan. Evaluasi dan pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan dengan
lebih efisien karena lebih cepat, hemat biaya, dan lebih praktis.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang teridentifikasi, muncul
beberapa pertanyaan yang perlu dijawab agar dapat menyelesaikan permasalahan
yang ada. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain:
1. Bagaimana mekanisme rantai pasok karet alam di PT. X?
2. Bagaimana bentuk model pengambilan keputusan dalam manajemen rantai
pasok yang perlu dibuat untuk membantu proses pengambilan keputusan?
3. Bagaimana bentuk model pengukuran kinerja rantai pasok yang perlu dibuat
dengan menggunakan pendekatan SBSC?
4. Bagaimana model pengambilan keputusan dan model pengukuran kinerja
rantai pasok digunakan dalam pengembangan SPK?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi mekanisme rantai pasok dan membuat green value stream
map panen dan pascapanen dalam proses produksi untuk produk olahan karet
alam ribbed smoked sheet (RSS) di PT. X.
2. Merancang model pengambilan keputusan (model pemilihan produk
prospektif, model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks, dan model
pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok karet alam) dan model
pengukuran kinerja rantai pasok karet alam dengan menggunakan pendekatan
SBSC.
3. Menggunakan model pengambilan keputusan dan model pengukuran kinerja
rantai pasok tersebut untuk mengembangkan SPK.

3

Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian adalah pengembangan SPK manajemen rantai pasok karet
alam untuk PT. X yang merupakan perusahaan perkebunan milik negara. Cakupan
rantai pasok dalam penelitan ini diawali pada proses pembibitan tanaman karet dan
diakhiri pada proses pengiriman produk hingga gudang penyimpanan.
Pengembangan SPK dilakukan berdasarkan analisis seven green wastes pada proses
budidaya dan pengolahan produk di dalam salah satu kebun karet milik PT. X,
model pengukuran kinerja rantai pasok dengan pendekatan SBSC, dan tiga model
pengambilan keputusan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian dibatasi pada
produk RSS yang di produksi oleh PT. X hingga bulan Juni 2014.

METODE
Kerangka Pemikiran
Proses pembuatan sistem pengambilan keputusan ini dimulai dengan
pengumpulan data. Selanjutnya dilakukan identifikasi dan pemodelan sistem.
Untuk menunjang proses pengambilan keputusan dalam manajemen rantai pasok
karet alam, sistem ini dilengkapi dengan empat model utama yakni model
pemilihan produk prospektif, model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks,
model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok, dan model pengukuran
kinerja rantai pasok. Model pemilihan produk prospektif menggunakan metode
perbandingan eksponensial (MPE). Model pemilihan strategi peningkatan mutu
lateks mengunakan metode fuzzy Analytical Hierarchy Process (fuzzy AHP). Model
pengukuran kinerja rantai pasok dibuat dengan pendekatan SBSC yang kemudian
dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode fuzzy AHP. Model pemilihan
strategi peningkatan kinerja rantai pasok dikembangkan dengan analisis SWOT.
Sistem ini juga dilengkapi dengan informasi Green Value Stream Map (GVSM)
untuk proses produksi RSS dan informasi mekanisme rantai pasok karet alam.
Informasi tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengambilan
keputusan di dalam manajemen rantai pasok.
Tahapan pengembangan sistem dilakukan dengan metode pengembangan
sistem berorientasi obyek berbasis Unified Modelling Language (UML) (Kendall
dan Kendall 2003) yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase identifikasi masalah, fase
analisis sistem dan fase perancangan atau desain sistem. Selanjutnya dilanjutkan
dengan verifikasi dan validasi sistem. Diagram alir penelitian disajikan pada
Gambar 1.
Tata Laksana Penelitian
Prosedur Penelitian
Tahap pertama adalah mengumpulkan informasi mengenai mekanisme rantai
pasok karet alam serta analisis seven green wastes yang dikembangkan oleh Wills
(2009) yang dilanjutkan dengan pembuatan GVSM pada proses budidaya dan
proses produksi bahan olahan karet di salah satu kebun karet milik PT. X. Tahap

4

ini diikuti dengan formulasi permasalahan dan identifikasi sistem. Tahap kedua
adalah tahap pemodelan sistem yang dilakukan bersama dengan pakar. Kegiatan
diskusi kelompok dan wawancara pakar dilakukan di kantor direksi PT. X; Institut
Pertanian Bogor; dan Pusat Penelitian Karet di Bogor. Tahap pemodelan
selanjutnya adalah pengembangan sistem berorientasi obyek yang dilakukan
dengan menggunakan Power Designer 16.5. Tahap ketiga adalah implementasi
model-model tersebut dalam SPK. Pembuatan paket program menggunakan bahasa
pemrograman Java menggunakan IDE Netbeans versi 7.0.1. Pelaksanaan penelitian
dilakukan mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus tahun 2014.
Mulai
Pengumpulan Data
Identifikasi Rantai Pasok dan Analisis Seven Green Wastes
Identifikasi Sistem
Pemodelan Sistem
Model Pemilihan
Produk
Prospektif

Model Pemilihan
Strategi
Peningkatan
Mutu Lateks

Penyaringan Alternatif
dan Kriteria (MPE)

Model
Pengukuran
Kinerja Rantai
Pasok (SBSC)

Penentuan Bobot pada Setiap
Elemen Hierarki (fuzzy AHP)
Implemantasi Sistem

Tidak
Sesuai
Ya
Verifikasi Sistem
Validasi Sistem
Tidak
Sesuai
Ya
SPK SCM
Gambar 1 Diagram alir penelitian

Model Pemilihan
Strategi
Peningkatan
Kinerja Rantai
Pasok (SWOT)
Penentuan Bobot
pada Faktor
Internal dan
Eksternal
(Perbandingan
Berpasangan)

5

Pemodelan Sistem
Pengguna SPK
Sistem penunjang keputusan ini dibuat untuk membantu direktur atau kepala
bagian PT. X dalam proses pengambilan keputusan strategis di dalam manajemen
rantai pasok. Sistem ini mengintegrasikan pendapat pakar dan formulasi
matematika sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
terstuktur, cepat, dan hemat sumber daya.
Konfigurasi Sistem
Sistem penunjang keputusan yang dirancang terdiri dari beberapa bagian
utama yaitu: sistem pengolahan terpusat, sistem manajemen basis data (SMBD),
sistem manajemen basis model (SMBM), dan sistem manajemen dialog. Sistem
penunjang keputusan ini mengkomputasikan model pengambilan keputusan dan
pengukuran kinerja sehingga berfungsi sebagai penunjang dalam proses
pengambilan keputusan. Dalam hal ini, SMBM memberikan fasilitas pengelolaan
model untuk perhitungan dalam proses pengambilan keputusan dan pengukuran
kinerja. Hasil integrasi dari pendapat pakar dan formulasi matematika menjadi
komponen utama dari sistem ini. Konfigurasi SPK dapat dilihat pada Gambar 2.
Pengguna

Sistem Manajemen Dialog

Sistem Pengolahan Terpusat
Sistem Manajemen
Basis Data

Sistem Manajemen
Basis Model

Data Mekanisme Rantai Pasok
Karet Alam

Model Pemilihan Produk
Prospektif

Data GVSM

Model Pemilihan Strategi
Peningkatan Mutu Lateks

Data Produk Prospektif dan
Atributnya
Data Strategi Peningkatan Mutu
Lateks dan Atributnya
Data IKU dan Atributnya

Model Pengukuran Kinerja
Rantai Pasok
Model Pemilihan Strategi
Peningkatan Kinerja Rantai
Pasok Perusahaan

Data Strategi Peningkatan
Kinerja Rantai Pasok dan
Atributnya

Gambar 2 Konfigurasi sistem penunjang keputusan

6

Model Pemilihan Produk Prospektif
Model pemilihan produk prospektif dirancang untuk menentukan produk
olahan karet alam yang prospektif di pasaran dengan menggunakan metode
perbandingan eksponensial (MPE). Pada model ini analisis diawali dengan
penentuan alternatif dan kriteria prioritas produksi. Selanjutnya dilakukan
pembobotan terhadap kriteria-kriteria tersebut. Pemilihan alternatif dan kriteria
serta pembobotan dilakukan dengan melibatkan pakar. Diagram alir pengembangan
model pemilihan produk prospektif dapat dilihat pada Lampiran 1.
Model Pemilihan Strategi Peningkatan Mutu Lateks
Model ini dirancang untuk menentukan strategi terbaik dalam meningkatkan
mutu lateks yang dihasilkan perusahaan. Model ini menggunakan metode fuzzy
AHP. Penyusunan hierarki dan pembobotan dilakukan bersama pakar dari pihak
perusahaan, akademisi, dan peneliti di bidang karet. Model ini menghasilkan urutan
prioritas alternatif strategi. Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi
peningkatan mutu lateks dapat dilihat pada Lampiran 2.
Model Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok
Model ini dirancang untuk menentukan strategi terbaik dalam meningkatkan
kinerja rantai pasok berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman (analisis SWOT) pada perusahaan dalam mengelola manajemen rantai
pasok karet alam. Analisis diawali dengan identifikasi faktor-faktor internal dan
ekternal yang dimiliki oleh perusahaan. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan
kelemahan sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman.
Berdasarkan faktor-faktor yang telah diidentifikasi dibuat sebuah matrik SWOT
yang berisi alternatif strategi peningkatan kinerja rantai pasok.
Semua faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman telah memiliki
bobot berdasarkan tingkat kepentingannya. Bobot ini diperoleh dari wawancara
pakar dan tidak dapat diubah oleh pengguna. Pengguna perlu memberikan penilaian
dalam bentuk rating untuk semua faktor. Rating yang diberikan pengguna kemudian
diubah menjadi skor dengan cara mengalikan bobot dengan rating. Nilai evaluasi
faktor internal (EFI) didapatkan dengan cara mengurangi total skor kekuatan
dengan total skor kelemahan, sedangkan nilai evaluasi faktor eksternal (EFE)
didapatkan dengan cara mengurangi total skor peluang dengan total skor ancaman.
Nilai EFI dan EFE menunjukan posisi perusahaan di dalam diagram SWOT. Selain
informasi mengenai posisi perusahaan keluaran dari model ini adalah rekomendasi
strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Rekomendasi yang diberikan merupakan
rekomendasi yang sesuai dengan posisi perusahaan hasil analisis. Diagram alir
pengembangan model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok karet
alam dapat dilihat pada Lampiran 3.
Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Model ini dirancang untuk membantu pengguna dalam mengevaluasi kinerja
dan memberikan rekomendasi terhadap proses yang berlangsung dalam manajemen
rantai pasok. Model ini dibuat dengat pendekatan sustainable balanced scorecard
(SBSC). Dengan konsep ini diharapkan kinerja perusahaan membaik dalam tiga
dimensi keberlanjutan yakni dimensi ekonomi, dimensi sosial, dan dimensi
lingkungan secara bersamaan (Figge et al. 2002).
Analisis diawali dengan menyusun peta strategi manajemen rantai pasok
perusahaan. Peta strategi yang dikembangkan kemudian diverifikasi oleh pakar.

7

Peta strategi terdiri dari empat perspektif utama SBSC. Setelah perumusan peta
strategi selesai selanjutnya ditentukan indikator kinerja utama (IKU) dan dilakukan
pembobotan dengan menggunakan metode fuzzy AHP. Pembobotan ini juga
dilakukan oleh pakar. Diagram alir pengembangan model pengukuran kinerja rantai
pasok dapat dilihat pada Lampiran 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Mekanisme Rantai Pasok
Rantai pasokan karet alam di PT. X berawal dari kegiatan persemaian
tanaman karet dan berakhir sampai dengan penyerahan produk kepada pihak
gudang (PT. Y). Selanjutnya perusahaan penyedia layanan pengiriman barang yang
telah ditunjuk oleh konsumen mengirimkan produk karet alam ke berbagai negara
di dunia. Komunikasi dengan pihak konsumen dilakukan oleh bagian pemasaran
PT. X. Sistem pemasaran produk karet alam di PT. X menggunakan sistem
pelelangan bersama yang diikuti oleh 14 perusahaan perkebunan BUMN
se-Indonesia yang dilakukan di PT. Z. Aliran finansial dalam rantai pasok ini
berawal dari hasil transaksi antara PT. X dengan konsumen. Aliran finansial ini
digunakan perusahaan untuk kegiatan produksi selanjutnya. Komisi untuk PT. Z
adalah sebesar 2.5% dari setiap nilai transaksi. Sedangkan pembayaran dengan PT.
Y dilakukan dengan sistem kontrak. Risiko operasional yang ada dalam rantai
pasok ini antara lain keadaan cuaca, munculnya penyakit tanaman karet dan
serangan binatang, serta kesalahan dari sumber daya manusia. Risiko kebijakan
ekternal umumnya berasal dari kebijakan pemerintah sebagai penentu kebijakan
negara. Pola aliran rantai pasokan karet alam disajikan pada Lampiran 5.
Berdasarkan SCC (2010) proses-proses di dalam rantai pasok dapat
dimodelkan dalam lima proses yang terintegrasi, yaitu perencanaan (plan),
pengadaan (source), produksi (make), distribusi (deliver), dan pengembalian
(return). Pada PT. X, perencanaan yang dilakukan meliputi dua hal yakni
perencanaan pengadaan bahan baku dan perencanaan produksi. Sistem perencanaan
yang digunakan adalah push system. Pada sistem ini proses produksi terus mengalir
tanpa mempertimbangkan bagaimana dan apa yang akan terjadi pada produk
setelah proses produksi. Proses pengadaan meliputi kegiatan negosiasi, komunikasi,
pembayaran, penerimaan barang, inspeksi, dan verifikasi barang. Proses produksi
dibagi menjadi dua yakni proses produksi bahan olah dan proses produksi ribbed
smoked sheet (RSS). Proses produksi bahan olah meliputi proses pembibitan,
pemeliharaaan tanaman karet dan pemanenan, sedangkan proses produksi RSS
diawali dengan penerimaan bahan olah lateks dan berakhir pada proses pengepakan.
Proses distribusi meliputi segala manajemen pengiriman barang baik pengiriman
bahan olah dari kebun ke pusat pengolahan maupun produk olahan dari pusat
pengolahan ke gudang penyimpanan produk. Proses pengembalian dilakukan jika
pihak gudang menolak barang yang dikirimkan dengan alasan tidak sesuainya
spesifikasi produk.

8

Analisis Seven Green Waste
Berdasarkan hasil analisis seven green waste pada kelompok kegiatan
budidaya diketahui bahwa penggunaan energi sebesar 947.3 kWh. Total air yang
dibutuhkan sebesar 945 000 liter perbulan. Total penggunaan material adalah
sebesar 240 411 Kg. Total jarak yang ditempuh adalah 35 293 Km perbulan. Emisi
yang dihasilkan berasal dari hasil konversi penggunaan solar dan bensin sebesar
13 498 CO2 per bulan. Sedangkan total luas areal biodiversitas yang digunakan
mencapai 1 627 Ha. Hasil analisis seven green waste pada kelompok pengolahan
RSS menunjukan bahwa untuk memproduksi RSS sebesar rata-rata 120 ton/bulan
atau 4 ton/hari, untuk satu bulannya dibutuhkan energi berupa listrik sebesar
157 365 kWh, air sebanyak 3 659 m3, material sebanyak 458 706 Kg, sampah sisa
hasil produksi sebesar 5 907 Kg, transportasi yang ditempuh sejauh 90.3 Km, emisi
yang ditimbulkan sebesar 2 337 Kg CO2, dan biodiversity yang dikorbankan seluas
1.26 ha.
Pada current-state green value stream map penggunaan energi total untuk
kegiatan produksi selama satu bulan adalah sebesar 4 697 kWh. Total air yang
diperlukan sebesar 4 604 616 liter, material sebanyak 699 118 Kg, dan sampah
sebesar 9 429 Kg. Adapun total transportasi yang ditempuh adalah sejauh
37 203 Km. Emisi yang dihasilkan sebesar 21 040 Kg CO2 dan biodiversitas yang
dikorbankan seluas 1 628 ha. Angka-angka ini merupakan total dari seven green
waste yang dihasilkan di kebun maupun di pabrik selama satu bulan. Current-state
green value stream map memberikan gambaran peluang untuk melakukan efisiensi
dari seven green waste. Setelah analisis dilakukan didapatkan beberapa solusi
efisiensi dari seven green waste dalam proses produksi RSS. Terdapat peluang
penghematan sumberdaya air yang besar dengan memperbaiki sarana produksi
khususnya pada stasiun pemanenan dan pengumpulan di kebun dan stasiun
pengolahan dan penggilingan di pusat pengolahan RSS. Penghematan energi listrik
juga dapat dilakukan dengan mengganti lampu dengan lampu hemat energi.
Current-state green value stream map disajikan pada Gambar 3. Hasil efisiensi
dapat dilihat pada future-state green value stream map pada Gambar 4. Uraian
perhitungan penghematan pada future-state green value stream map disajikan pada
Lampiran 6.
Hasil Analisis Sistem Berorientasi Obyek
Analisis sistem berorietasi obyek dengan UML digunakan untuk
menggambarkan rancangan SPK yang dikembangkan. Empat macam diagram
UML yang digunakan antara lain diagram skenario kasus, diagram aktivitas,
diagram kelas dan diagram kasus. Notasi yang digunakan dalam diagram UML
dapat dilihat pada Lampiran 7.
Diagram Skenario Kasus
Diagram skenario kasus digunakan untuk memberi gambaran interaksi antara
aktor dan fungsionalitas dari sistem yang diharapkan. Dalam diagram skenario
kasus terdapat istilah aktor, skenario kasus, dan hubungan skenario kasus. Dalam
sistem ini yang berperan sebagai aktor adalah pengguna SPK, pakar, dan aplikasi.
Gambar 5 menyajikan diagram skenario kasus pada SPK.

Pusat bibit
SUPPLIER
Kebun
Getas

ADMIN & SUPPORT
PT. X
Kebun Getas

Informasi kebutuhan
bibit 220 Kg/tahun

3x/tahun

Prakiraan Produksi
120 Ton/bulan

CUSTOMER

13 x /
bulan

Energi : 4 697 kWh
Air : 4 604 616 Liter
Informasi kebutuhan Lateks
rata-rata 460 000 L/bulan

Pengiriman
Transport : Emisi : -

Material : 699 118 Kg

Pengiriman
Transport : 1 820 Km
Emisi : 5 203 Kg CO2

Sampah : 9 429 Kg
Transportasi : 37 203 Km
Emisi : 21 040 Kg CO2

AFDELING
Kebun Getas

CUSTOMER

Pembibitan
Energi :
947.3 kWh
Air :
90 000 Liter
Material :
28 430.5 Kg
Sampah
O :
25 Kg
Emisi :
166.65 Kg CO2
Biodiversity :
57.83 ha

Perawatan
TBM+TM
Material :
211 080 Kg
Biodiversity :
1 568.75 ha

Biodiversity : 1 628 ha
Pemanenan dan
Pengumpulan
Air :
855 000 Liter
Material :
901.34 Kg
Sampah :
497 Kg
Transportasi :
17 100 Km
Emisi :
1 185 Kg CO2
Biodiversity :
0.46 ha

Pengiriman
Transportasi :
21 493 Km
Emisi :
12 147 Kg CO2

Penerimaan
Bahan Baku
Energi :
38.613 kWh
Air :
54 000 liter
Material :
455 885 kg
Emisi :
34.4 Kg CO2
Biodiversity :
0.06 ha

Pengolahan

Pengilingan

Energi :
157.2 kWh
Air :
1 002 816 liter
Material :
1 400 Kg
Sampah :148 Kg
Transportasi :
0.9 Km
Emisi : 140.4
Kg CO2
Biodiversity :
0.5 ha

Energi :
2 323 kWh
Air :
2 602 800 liter
Sampah :
87 Kg
Transportasi :
6 Km
Emisi :
2 069.68 Kg
CO2
Biodiversity :
0.1 ha

Pengasapan

Sortasi dan
Pengepakan

Energi :
95 976 kWh
Sampah :
4 320 Kg
Transportasi :
72 km
Biodiversity :
0.4 ha

Energi :
104.9 kWh
Material :
1 421.56 Kg
Sampah :
1 500 kg
Transportasi :
11.4 Km
Emisi : 93.46
Kg CO2
Biodiversity :
0.2 ha

Gambar 3 Current-state green value stream map

9

10

Pusat bibit
SUPPLIER
Kebun
Getas

ADMIN & SUPPORT
Energi : 760.37 kwh

Informasi kebutuhan
bibit 220 Kg/tahun

Prakiraan Produksi
120 Ton/bulan

Energi : 3 936 kWh + 326.43 kWh

3x/tahun

13 x /
bulan

Air : 2 727 252 liter
Informasi kebutuhan Lateks
rata-rata 460 000 L/bulan

Pengiriman
Transport : Emisi : -

CUSTOMER

Material : 699 118 Kg

Pengiriman
Transport : 1 820 Km
Emisi : 5 203 Kg CO2

Sampah : 5 109 Kg
Transportasi : 32 892 Km
Emisi : 21 040 Kg CO2

AFDELING
Kebun Getas

CUSTOMER

Pembibitan

Biodiversity : 1 628 ha

Perawatan
TBM+TM

Energi :
947.3 kWh
Air : 90 000 liter
Material :
28 430.5 Kg
Sampah : 25 Kg
Emisi :
166.65 Kg CO2
Biodiversity :
57.83 ha

Material :
211 080 Kg
Biodiversity :
1 568.75 ha

Pemanenan dan
Pengumpulan
Air : 285 000 liter
Trasport: 4 275 Km

Air :
570 000 liter
Material :
901.34 Kg
Sampah : 497 Kg
Transportasi :
3 450 Km
Emisi :
1 185 Kg CO2
Biodiversity :
0.46 ha

Pengiriman

Penerimaan
Bahan Baku

-

Air : 8 100 liter

Transportasi :
21 493 Km
Emisi :
12 147 Kg
CO2

Energi : 38 613
kWh
Air : 45 900 liter
Material :
455 885 kg
Emisi :
34.4 Kg CO2
Biodiversity :
0.06 ha

Pengolahan
Air : 351 864 liter

Energi :
157.2 kWh
Air :
650 952 liter
Material :
1 400 Kg
Sampah : 148 Kg
Transportasi :
0.9 Km
Emisi :
140.4 Kg CO2
Biodiversity :
0.5 ha

Gambar 4 Future-state green value stream map

Penggilingan
Air :
1 232 400 liter
Energi :
2 323 kWh +
326.43 kWh
Air :
1 370 400 liter
Sampah : 87 Kg
Transportasi :
6 Km
Emisi : 2 069.68
Kg CO2
Biodiversity :
0.1 ha

Pengasapan
Sampah :
4.320 Kg
Transpportasi :
36 Km
Energi :
95 976 kwh
Transportasi :
36 km
Biodiversity :
0.4 ha

Sortasi dan
Pengepakan

Energi :
104.9 kWh
Material :
1 421.56 Kg
Sampah :
1 500 kg
Transportasi :
11.4 Km
Emisi :
93.46 Kg CO2
Biodiversity :
0.2 ha

11

Sistem
Hasil dan Rekomendasi Pengukuran
Kinerja Rantai Pasok.

Pembobotan kinerja kunci
Pembobotan Faktor Internal dan
Ekstrenal
Pakar

Penyediaan Sistem Manajemen basis Model
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok.
pemberian skor kinerja kunci.
Penyediaan Sistem Manajemen basis Model
Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai
Pasok.

Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja
Rantai Pasok.

Pembobotan Tiap
Kriteria Produk

Pemberian Skor faktor Internal dan
Eksternal2
Pemilihan Produk Prospektif.

Penyediaan Sistem Manajemen basis Model
pemilihan Produk Prospektif.

Pengambil Keputusan dalam
SCM Karet Alam.

Pembobotan tiap Alternatif Strategi
Pemberian Skor untuk tiap Alternatif.

Penyediaan Sistem Manajemen basis Model
Pemilihan Strategi Peningkatan Mutu lateks.
Pemberian Skor untuk Tiap Alternatif
Strateg.
Pemilihan Strategi Peningkatan Mutu
Lateks
Identifikasi Mekanisme Rantai Pasok
Karet Alam.
Identifikasi Key Performence Indicator dalam
SPK.

Penyediaan Informasi untuk Menunjang
Pengambilan Keputusan dalam SCM.
Aplikasi

Identifikasi Peta Aliran Nilai
Hijau Panen dan Pasca Panen.

Gambar 5 Diagram skenario kasus SPK
Diagram Aktivitas
Diagram aktivitas digunakan untuk menggambarkan rangkaian aliran dari
aktivitas di dalam suatu sistem (Yasin 2012). Obyek yang ada dalam diagram ini
antara lain adalah titik mulai, aktivitas, swimline pelaku, aliran aktivitas, titik
keputusan, sinkronisasi dan titik selesai. Dalam pengembangan SPK ini diagram
aktivitas dibuat untuk masing-masing subsistem diantaranya subsistem pemilihan
produk prospektif, subsistem pemilihan strategi peningkatan kualitas lateks,
subsistem pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok, subsistem
pengukuran kinerja rantai pasok, dan subsistem pusat informasi. Gambar 6 dan 7
merupakan diagram aktivitas subsistem pemilihan produk prospektif dan diagram
aktivitas subsistem pengukuran kinerja rantai pasok. Diagram aktivitas untuk
subsistem yang lain disajikan pada Lampiran 8.
Diagram Kelas
Diagram kelas berfungsi untuk menjelaskan tipe dari obyek sistem dan
hubungannya dengan obyek lainnya. Obyek di dalam sistem ini antara lain kelas
lembar kerja pemilihan produk, kelas lembar kerja penilaian kinerja rantai pasok,
kelas lembar kerja penilian analisis SWOT, kelas lembar rekomendasi kinerja SCM,
kelas lembar pilihan strategi peningkatan kinerja SCM, kelas lembar penilaian
pakar peningkatan mutu lateks, kelas beri penilaian peningkatan mutu lateks, dan
kelas pusat informasi. Diagram kelas SPK dapat dilihat pada Lampiran 9.

12

Diagram Status
Diagram status menggambarkan analisis tahapan-tahapan dan skenario yang
dilakukan sistem terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan pengguna terhadap
sistem. Diagram ini fokus pada transisi dari satu tahap ke tahap lain pada sistem.
Diagram status untuk sistem ini dimulai dengan status pilih menu utama. Diagram
status dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 6 Diagram aktivitas subsistem pemilihan produk prospektif

Gambar 7 Diagram aktivitas subsistem pengukuran kinerja rantai pasok

[Masuk sistem]

Pilihan menu
do / open
[Pilih Subsistem]
[pilih produk prospektif]

[Pilih Peningkatan Kinerja SCM]
[Pilih pusat Informasi]

[Pilih strategi peningkatan mutu lateks]

Produk prospektif
do / open
[Masuk subsistem 1]

Lembar Kerja pemilihan
produk prospektif
entry / Skor alternatif produk
[submit skor alternatif]

Pusat informasi

[Pilih Pengukuran kinerja SCM]

Strategi peningkatan mutu lateks

Pengukuran kinerja SCM

Peningkatan kinerja SCM

do / open

do / open

do / open

[Masuk subsistem 2]

[pilih beri
penilaian]

[Masuk subsistem 4]

Lembar kerja Penilaian analisis SWOT

[Pilih lihat hasil penilaian pakar]

Lembar kerja penilaian SCM

do / open

entry / Penilaian IKU

[pilih green
value stream]

[Submit penilaian]

[Pilih Iku dalam SCM]

Informasi Mekanisme rantai Pasok Karet
Alam

[Submit penilaian]

do / view

do / View

do / View

[pilih mekanisme
rantai pasok]

entry / rating tiap faktor

Beri Penilaian

[Keluar Subsistem]

[Keluar subsistem]

[Masuk Subsistem 3]

hasil Penilaian pakar
Hasil kalkulasi

[Pilih informasi]

do / open

Hasil Rekomendasi
Kinerja SCM

Hasil Penilaian SWOT
Informasi Green Value stream

do / view

do / View

do / view
[Keluar subsistem]

[Keluar subsistem]

Informasi IKU dalam SCM
do / view

Gambar 8 Diagram status SPK

13

14

Implementasi Perangkat Lunak Sistem Penunjang Keputusan
Dalam proses implementasi SPK dirancang dalam sebuah paket program
komputer yang diberi nama AHAt. 01. Program ini merupakan desain antarmuka
sebagai suatu manajemen dialog antara sistem dengan pengguna. Kebutuhan
fungsional untuk menjalankan SPK ini meliputi kebutuhan perangkat keras,
perangkat lunak, serta kebutuhan tenaga. Kemampuan dasar yang harus dimiliki
tenaga pengguna adalah kemampuan mengoperasikan sistem secara baik serta
memiliki pemahaman mengenai pengoperasian komputer secara umum. Kebutuhan
perangkat keras, perangkat lunak, serta prosedur instalasi dan pengoperasian
program AHAt. 01 disajikan pada Lampiran 10.
Ketika program AHAt. 01 dijalankan, program akan memasuki halaman
splash screen sebagai sarana persiapan sistem dan dilanjutkan dengan halaman
Profil sebagai pengantar sebelum memasuki halaman Menu Utama. Pada halaman
Menu Utama tersedia beberapa pilihan subsistem yang dapat diakses oleh pengguna
antara lain pemilihan produk prospektif, pemilihan strategi peningkatan mutu lateks,
pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok, pengukuran kinerja rantai
pasok, dan informasi karet alam. Halaman splash screen dan halaman Menu Utama
dapat diihat pada Gambar 9 dan 10.

Gambar 9 Tampilan halaman splash screen

Gambar 10 Tampilan halaman Menu Utama

15

Subsistem Pemilihan Produk Prospektif
Subsistem ini berisi model pemilihan produk prospektif. Pengguna harus
memberikan penilaian untuk masing-masing alternatif produk berdasarkan
kesesuaiannya terhadap masing-masing kriteria untuk menggunakan model ini.
Skala yang digunakan adalah 1-5. Angka 1 diberikan jika alternatif tersebut
memiliki penilaian yang sangat rendah terhadap kriteria dan angka 5 diberikan jika
alternatif tersebut memiliki penilaian yang sangat tinggi terhadap kriteria. Setiap
kriteria telah memiliki bobot berdsarkan tingkat kepentingannya. Bobot ini
diperoleh dari wawancara pakar dan tidak dapat diubah oleh pengguna. Penilaian
ini dapat diberikan oleh satu hingga empat orang. Alternatif, kriteria, dan bobot
kriteria dapat dilihat pada tampilan halaman Pemilihan Produk Prospektif dalam
Gambar 11.

Gambar 11 Tampilan halaman Pemilihan Produk Prospektif
Subsistem Pemilihan Strategi peningkatan Mutu Lateks
Subsistem ini berisi model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks.
Halaman muka subsistem ini akan memberikan pilihan kepada pengguna untuk
melihat hasil penilaian pakar atau memberikan penilaian sendiri terhadap hierarki
yang sudah ada. Tampilan halaman muka subsistem ini dapat dilihat pada Gambar
12.
Berdasarkan penilaian pakar, alternatif strategi memperbaiki prosedur
penyadapan tanaman karet agar sesuai dengan perilaku sadap yang baik memiliki
bobot tertinggi yakni 0.201. Diikuti dengan strategi mencari dan menerapkan
teknologi baru dengan bobot 0.159. Hasil pembobotan strategi peningkatan mutu
lateks dalam hierarki fuzzy AHP dapat dilihat pada Gambar 13. Tampilan halaman
Lihat Hasil Penilaian Pakar disajikan pada Gambar 14.

16

Gambar 12 Tampilan halaman muka Pemilihan Strategi Peningkatan Mutu Lateks
Untuk melakukan pembobotan sendiri pengguna harus mengunduh file
yang berisi kuesioner dan alat bantu hitung dalam bentuk file Excel pada link unduh
yang telah disediakan. Pembobotan dapat dilakukan oleh satu hingga empat orang.
Tampilan halaman Penilaian Sendiri dapat dilihat pada Gambar 15. Tampilan alat
bantu hitung dapat dilihat pada Lampiran 11. Dalam perhitungan bobot, baik untuk
penilaian pakar maupun penilaian sendiri, digunakan nilai α sebesar 0.5 yang
menunjukan para pakar memiliki tingkat kepercayaan rata-rata pada saat penilaian
dan indeks optimisme (ω) sebesar 0.5 yang menunjukan bahwa penilaian yang
diberikan tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis.

Gambar 13 Hasil pembobotan strategi peningkatan mutu lateks dalam hierarki
fuzzy AHP

17

Gambar 14 Tampilan halaman Lihat Hasil Penilaian Pakar

Gambar 15 Tampilan halaman Penilaian Sendiri
Subsistem Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok
Subsistem ini berisi model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai
pasok. Halaman muka subsistem ini memberikan pilihan kepada pengguna untuk
memberikan penilaian terhadap faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman atau melihat hasil penilaian yang diberikan oleh pihak perusahaan pada
bulan Juni 2014. Halaman muka subsistem ini dapat dilihat pada Gambar 16.
Pengguna perlu memberikan rating untuk setiap faktor berdasarkan pengaruh
faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan untuk melakukan analisis SWOT.
Pemberian rating dalam model ini dapat diberikan oleh satu hingga empat orang.
Skala penilaian yang digunakan adalah likert 1-5. Angka 1 diberikan jika faktor
tersebut sangat tidak berpengaruh terhadap kondisi perusahaan dan angka 5
diberikan jika faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi perusahaan.
Tampilan halaman Analisis SWOT yang berisi lembar penilaian dan diagram
SWOT disajikan pada Gambar 17.

18

Gambar 16 Tampilan halaman muka Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai
Pasok
Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh pihak perusahaan pada bulan Juni
2014, PT. X berada pada kuadran II dengan nilai EFI sebesar 1.392 dan nilai EFE
sebesar -0.018. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah strategi yang bersifat
diversifikasi. Terdapat dua strategi yang direkomendasikan oleh sistem yakni
menekan biaya produksi dengan melakukan berbagai efisiensi dan mengutamakan
kualitas produk sebagai nilai saing utama dengan perusahaan lain. Strategi tersebut
diambil dari matrik SWOT yang dapat dilihat pada Gambar 18. Tampilan halaman
Hasil Penilaian Juni 2014 disajikan pada Gambar 19.

Gambar 17 Tampilan halaman Analisis SWOT dengan Satu Orang Penilai

19

KEKUATAN (S)
1. Nilai rasio laba/pendapatan yang
tinggi
2. Tersedianyaa dana untuk investasi
3. Kepercayaan pelanggan/loyalitas
pelanggan
4. Sarana dan prasarana produksi yang
baik
5. Kualitas produk yang baik
6. Kinerja karyawan yang baik

KELEMAHAN (W)
1. Jumlah lahan yang terbatas
2. Penanganan bahan yang belum
optimal
3. Teknologi pengolahan belum
berkembang
4. Pelatihan karyawan yang masih
sedikit
5. Tidak tersedianya pusat
pengolahan produk SIR

PELUANG (O)
1. Lahan kosong yang
dapat dimanfaatkan
2. Peningkatan
konsumsi karet alam
dunia
3. Berkembangnya ilmu
dan teknologi karet
4. Permintaan produk
SIR yang tinggi

SO
1. Pemanfaatan lahan kosong untuk
peluang budaya tanaman kayukayuan. (S2&O1)
2. Melakukan kegiatan produksi dengan
mengutamakan kualitas.
(S3,4,5,6&O2,3)
3. Mengusahakan terjadinya perluasan
pasar, baik dengan melakukan
promosi ataupun kerjasama dengan
perusahaaan lain. (S3,5&O2)
4. Membuat pusat pengolahan SIR.
(S1,2&O4)

WO
1. Membuat program pelatihan
terkait kegiatan produksi
kepada karyawan. (W2,3,4&O3)
2. Kerjasama dengan lembagalembaga penelitian dalam
menuntaskan berbagai
persoalan terkait teknologi
budidaya dan pengolahan karet
lebih ditingkatkan. (W2,4&O3)
3. Fokus pada menjaga kualitas
lateks. (W1,2,5&O3)

ANCAMAN (T)
1. Harga produk olahan
karet yang fluktuatif
2. Rendahnya biaya
produksi di negara
lain
3. Daya tawar pekerja
yang meningkat

ST
1. Mengutamakan kualitas produk
sebagai nilai saing utama dengan
perusahaan lain. (S5&T2)
2. Menekan biaya produksi dengan
melakukan berbagi efisiensi.
(S2,6&T1,3)

Internal

Eksternal

WT
1. Pembinaan yang lebih baik
kepada karyawan sehingga
kualitas bahan yang dihasilkan
baik. (W2,4,5&T2)
2. Penerapan TQM (W1-5&T1,2)

Gambar 18 Matrik SWOT

Gambar 19 Tampilan hasil penilaian pada bulan Juni 2014

20

Subsistem Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Subsistem ini berisi model pengukuran kinerja rantai pasok. Di dalam peta
strategi yang disusun perspektif yang berada di paling bawah adalah perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Perspektif ini berisi tiga hal yang menjadi sasaran
strategis perusahaan diantaranya keselamatan karyawan, kepuasan karyawan dan
peningkatan kapasitas karyawan.
Di atas perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terdapat perspektif proses
internal. Di dalam perspektif ini terdapat lima sasaran strategis dimana dua
diantaranya merupakan sasaran strategis yang mengacu pada aspek lingkungan.
Sasaran strategis yang digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pemeliharaan lingkungan sekaligus sebagai upaya efisiensi adalah sasaran strategis
efisiensi energi, air, bahan baku, dan modal kerja untuk produksi dan sasaran
strategis proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Efisiensi sumber daya
dipicu dengan peningkatan kualitas produksi dengan menjaga kualitas mesin dan
tata cara kerja karyawan. Sedangkan proses produksi yang lebih ramah lingkungan
dipicu dengan peningkatan kualitas penanganan limbah cair. Sasaran strategis yang
lain di dalam perspektif ini antara lain terpenuhinya pasokan bahan baku karet alam
dan optimalisasi performa pengiriman produk. Keempat sasaran strategis tersebut
secara langsung akan mendukung tercapainya sasaran strategis kelima yakni
peningkatan produktivitas dalam proses produksi.
Perspektif yang ketiga adalah perspektif pelanggan, sedangkan perspektif
yang berada di pucak adalah perspektif finansial. Perspektif pelanggan berisi empat
sasaran strategis. Sasaran strategis yang pertama adalah meningkatkan kepuasan
pelanggan yang dipicu dengan mengoptimalkan pelayanan kepada pelanggan dan
mitra. Kedua, menciptakan citra perusahaan yang ramah lingkungan yang dipicu
dengan memperbaiki sistem manajemen lingkungan untuk sertifikasi yang lebih
baik. Sasaran strategis ini termasuk perspektif yang mendukung perbaikan kinerja
dalam dimensi lingkungan. Sasaran strategis ketiga adalah hubungan masyarakat
yang baik disepanjang rantai pasok yang dipicu dengan mewujudkan kontribusi
sosial kepada masyarakat sekitar di sepanjang rantai pasok. Sasaran strategis ini
merupakan bentuk upaya dalam memperbaiki kinerja dalam dimensi sosial. Sasaran
strategis di dalam perspektif pelanggan yang terakhir adalah pertumbuhan pangsa
pasar yang dipicu dengan peningkatan pertumbuhan penjualan dengan
mengupayakan pengembangan pasar.
Perspektif finansial terdiri dari dua sasaran strategis yakni penurunan biaya
oper