Sistem Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Tebo, Provinsi lambi dengan Pendekatan Rantai Pasok
SISTEM PEMASARAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN
TEBO PROVINSI JAMBI DENGAN PENDEKATAN
RANTAI PASOK
RIKKY HERDIYANSYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sistem Pemasaran Karet
Rakyat di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi dengan Pendekatan Rantai Pasok adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Agustus 2015
Rikky Herdiyansyah
NIM H351130381
RINGKASAN
RIKKY HERDIYANSYAH. Sistem Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Tebo,
Provinsi Jambi dengan Pendekatan Rantai Pasok. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA dan RATNA WINANDI ASMARANTAKA
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya
pertaniannya. Pertanian di Indonesia terbagi menjadi lima subsektor diantaranya
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dimana
subsektor perkebunan menyumbang PDB tahun 2013 sebesar 17.4% (BPS 2014).
Pengembangan subsektor perkebunan merupakan salah satu pilihan yang cukup
realistis sebagai bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia dengan
komoditas karet yang menjadi salah satu penyumbang devisa Negara. Tujuan utama
ekspor karet Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Negara
konsumen lainnya.
Perkebunan karet yang ada di Provinsi Jambi merupakan perkebunan karet
rakyat yang diusahakan secara turun temurun, sehingga karet telah menjadi bagian
dari budaya dan kebiasaan masyarakat Jambi. Perkebunan karet di Jambi
mempunyai luas sekitar 588.043 Ha, dengan hasil karet 312 925 ton yang
melibatkan lebih dari dari 254 746 orang petani. Perkembangan komoditas karet
tidak terlepas dari berbagai permasalahan baik dari aspek produksi maupun aspek
pemasaran. Permasalahan yang dihadapi oleh petani karet yaitu kurangnya akses
terhadap informasi harga, rendahnya produktivitas karet, tingginya proporsi areal
tanaman karet tua, pemasaran bahan olah karet yang belum efisien, harga jual yang
tidak seimbang. ketersediaan sarana produksi pertanian tingkat petani yang masih
terbatas, sehingga tidak cukup hanya dengan meningkatkan prodiktivitas karet,
namun harus diikuti usaha penyempurnaan atau perbaikan dalam sistem pemasaran.
Perbaikan bidang pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk memperbesar
tingkat efisiensi pemasaran. Oleh sebab itu, rantai pasok dibutuhkan oleh pabrik
untuk memperoleh produk yang berkualitas sehingga konsumen puas akan output
yang dihasilkan oleh pabrik. Sehingga, tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi sistem pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo, menganalisis
adanya rantai pasok karet rakyat di Kabupaten Tebo dengan pendekatan SCN
(Supply Chain Network) meliputi struktur rantai pasok, proses bisnis rantai pasok,
manajemen rantai pasok, sumber daya rantai, sasaran rantai dan kinerja rantai pasok
dengan pendekatan margin, farmer’s share dan ᴨ/C ratio, menganalisis pengaruh
adanya rantai pasok terhadap pemenuhan kualitas dan meningkatkan efisiensi
pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo.
Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Kabupaten
Tebo dimulai dari Desember 2014 sampai Februari 2015. Lokasi dipilih secara
purposive berdasarkan pertimbangan Kabupaten Tebo memiliki pasar lelang karet
(PLK) yang aktif dan juga terdapat pabrik pengolahan karet (crumb rubber) sebagai
alternatif pemasaran karet oleh petani. Jumlah petani yang diambil yaitu sebanyak
80 orang. Dari hasil penelitian, sistem pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
terdapat empat saluran pemasaran. Saluran pemasaran pertama terdiri dari petani
karet – pedagang desa - pedagang kecamatan – pedagang besar dan pabrik karet,
Saluran kedua melibatkan petani karet – pedagang desa – pabrik karet. Saluran
ketiga terdiri dari petani karet – pasar lelang karet – pabrik karet, dan saluran ke
empat terdiri dari petani karet – pabrik karet melalui Unit Pengolahan dan
Pemasaran Bokar dengan program kerja sama SDO (Sourcing Development
Officer). Dilihat dari pendeketan efisiensi operasional pada saluran 1, saluran 2 dan
saluran 3 masih belum efisien. Berbeda halnya dengan saluran 4 yang memiliki
rantai pasok, marjin pemasaran yang dihasilkan paling rendah, farmer’s share yang
paling tinggi ,sehingga pada saluran keempat relatif lebih efisien dibandingkan
ketiga saluran. Adanya penerapan rantai pasok meliputi struktur rantai pasok,
proses bisnis, manajemen rantai pasok, sumberdaya rantai pasok, sasaran rantai
pasok, kinerja rantai pasok pada saluran empat dapat disimpulkan bahwa saluran
empat relative lebih efisien dibandingkan yang tidak memiliki rantai pasok.
Kata Kunci : Efisiensi Pemasaran, , Rantai Pasok Karet, Saluran Pemasaran.
SUMMARY
RIKKY HERDIYANSYAH. Smallholder Rubber Marketing System in Tebo
Regency, Jambi by Supply Chain Approach. Supervised by RITA NURMALINA
and RATNA WINANDI ASMARANTAKA
Indonesia is an agricultural country that rich in agricultural resources.
Agriculture in Indonesia is divided into five sub-sectors including food crops,
plantations, forestry, fishery and animal husbandry where the plantation subsector
accounted for the GDP in 2013 amounted to 17.4% (BPS 2014). The development
of plantation sub-sector is one option that is quite realistic as strategic business and
mainstay in the Indonesian economy with rubber which became one of the State
foreign exchange earner. Indonesia rubber export destinations include the United
States, Japan, Singapore, and other consumer countries.
Rubber plantations in Jambi Province is smallholder rubber plantations
cultivated for generations, so that the rubber has become part of the culture and
customs of the people of Jambi. Rubber plantations in Jambi has an area of about
588 043 hectares, with 312 925 tons of rubber results involving more than 254 746
farmers. The development of rubber can not be separated from the various problems
both from the aspect of production and marketing aspects. As for the problems
faced by rubber farmers is the lack of access to price information, the low
productivity of rubber, the high proportion of old rubber plantation area, though the
marketing of rubber material that has not been efficient, the price is not balanced,
the availability of agricultural inputs the farm level is still limited.
In other words, it is not enough just to increase rubber’s productivities, but
must be followed by refinement or improvement effort in the marketing system.
Improvements in marketing carried out with the aim to increase the level of
marketing efficiency. Therefore, supply chain required by the manufacturer to
obtain a quality product so that consumers are satisfied with the output generated
by the plant. Thus, the purpose of this study is to identify the channel and functions
of marketing agencies smallholder rubber in Tebo regency, identify the supply
chain of smallholder rubber in Tebo regency with SCN approach (Supply Chain
Network) covers the structure of the supply chain, supply chain business processes,
supply chain management, resources power chain, targeting the chain and supply
chain performance with margin approach, the farmer's share and ᴨ/C ratio, analyze
the impact of the supply chain to the fulfillment of the quality and increase the
marketing efficiency of smallholder rubber in Tebo.
This research was conducted in the area of smallholder rubber production
centers in Tebo starting from December 2014 to February 2015. The location
selected purposively based on consideration of Tebo has a rubber auction market
(PLK) is active and there is also a rubber processing factory (crumb rubber) as an
alternative marketing rubber by farmers. The number of farmers and respondents
drawn as many as 80 people. From the research results, marketing systems
smallholder rubber in Tebo regency there are four marketing channels. The first
marketing channel shall be composed of rubber farmers - village traders - traders
districts - wholesalers and rubber factories, the second channel involves rubber
farmers - traders village - a rubber factory, a third channel consists of rubber farmers
- auction markets rubber - rubber factories, and channels to four consisting of rubber
farmers - rubber factory through the Processing and Marketing Unit Bokar with
cooperation programs SDO (Sourcing Development Officer). Judging from
operational efficiency approach on first channel , second channel and third channel
is still not efficient. Unlike the case with fourth channel which has a supply chain,
marketing margin generated the lowest, the farmer's share of the most high such
that the fourth channel is relatively more efficient than the three channels. So with
the implementation of supply chain includes supply chain structures, business
processes, supply chain management, supply chain resources, supply chain
objectives, supply chain performance on four channels can be concluded that the
channel is relatively more efficient than the four who did not have the supply chain.
Keyword : Marketing Channel, Marketing Eficiency, Supply Chain Rubber.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutka sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
SISTEM PEMASARAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN
TEBO, PROVINSI JAMBI DENGAN PENDEKATAN
RANTAI PASOK
RIKKY HERDIYANSYAH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis
: Dr. Ir. Netti Tinaprila MM
Penguji Program Studi
: Dr. Amzul Rifin SP MA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul Sistem Pemasaran Karet Rakyat
di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi dengan Pendekatan Rantai Pasok dapat
diselesaikan. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan
dari banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
khususnya kepada:
1. Prof Dr Ir Rita Nurmalina MS selaku Ketua Komisi Pembimbing sekaligus
Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis dan Dr. Ir. Ratna Winandi
Asmarantaka MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan,
arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir Netti Tinaprilla, MS selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium
proposal penelitian dan Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan
banyak arahan dan masukan dalam penyempurnaan tesis.
3. Dr Ir Suharno selaku Wakil Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis
sekaligus Dosen Penguji Perwakilan Program Studi pada ujian tesis atas saran
dan kritikan membangun dalam penyempurnaan tesis ini serta seluruh staf
Program Studi Magister Sains Agribisnis atas bantuan dan kemudahan yag
diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
4. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Dinas Perindustrian Perdagangan
Provinsi Jambi atas bantuan informasi dan data yang diperlukan dalam
penyusunan tesis ini
5. Ketua Unit Pengolahan dan Pemasaran Karet (UPPB) Maju lancer serta manajer
sub pemasaran PT Anugerah Bungo Lestari yang telah membantu dalam
pemberian informasi dan data yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini.
6. Kepada pedagang pengumpul terutama pedagang pengumpul desa pak Jumikan
yang telah banyak membantu penulis baik dalam pemberian informasi,
transprotasi serta tempat tinggal selama melakukan penelitian di Kabupaten
Tebo.
7. Pemberi dana beasiswa yaitu BPPDN (Beasiswa Pascasarjana Pendidikan
Dalam Negeri) yang telah memberikan bantuan dana sehingga penulis dapat
meneyelesaikan program S2 dengan lancar
8. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Heriyanda dan Ibu Desi
Morrita, serta keluarga besar yang memberikan doa dan dukungannya.
9. Kepada Putri Amalia yang selalu membantu dan memberikan dukungan serta
pertolongan di setiap waktu, menemani penulis ketika susah maupun senang
dan memberikan motivasi dan semangat.
10. Teman-teman seperjuangan Angkatan 4 dan Fasttrack Angkatan 2 pada
Program Studi Magister Sains Agribisnis atas diskusi dan bantuan selama
penulis mengikuti pendidikan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian tesis ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi pihak yang
memerlukan.
Bogor, Agustus 2015
Rikky Herdiyansyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
4
6
6
6
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran Karet Rakyat
Rantai Pasok
Kinerja Rantai Pasok
7
7
8
10
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Pemasaran
Saluran Pemasaran
Efisiensi Pemasaran
Analisis Margin Pemasaran
Analisis Farmer’s Share
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
Rantai Pasok
Manajemen Rantai Pasok
Kerangka Pemikiran Operasional
10
10
13
14
16
17
18
18
23
24
4
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Marjin Pemasaran
Analisis Farmer’s Share
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
27
27
27
28
28
28
29
29
5
GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN
Gambaran Umum Kabupaten Tebo
Karakteristik responden karet rakyat di Kabupaten Tebo
Pengolahan Karet Rakyat
Pemasaran Karet Rakyat
30
30
31
33
37
6
SALURAN DAN FUNGSI PEMASARAN
Lembaga Pemasaran Karet Rakyat
Sistem Pemasaran Karet
Saluran Pemasaran Karet Rakyat
Fungsi-fungsi Pemasaran pada Setiap Lembaga Pemasaran
37
37
43
44
48
7
RANTAI PASOK KARET DI KABUPATEN TEBO
Struktur Hubungan Anggota Rantai Pasok
Proses Bisnis Rantai Khusus pada Saluran Pemasaran Empat
Manajemen Rantai dan Jaringan
Sumberdaya Rantai Pasok
Sasaran Rantai Pasok
49
49
54
57
59
62
8
KINERJA RANTAI PASOK KARET RAKYAT
Marjin Pemasaran
Farmer’s Share
64
64
67
9
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
68
68
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
70
74
78
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Luas lahan dan jumlah produksi karet alam di beberapa Kabupaten
di Provinsi Jambi tahun 2014
Jenis dan sumber data penelitian menurut data primer dan data sekunder
Sebaran jumlah tenaga kerja menurut sector pekerjaan dan jenis kelamin
Di Kabupaten Tebo pada tahun 2013
Sebaran 80 responden petani karet menurut jenis kelamin, usia, lama
Pendidikan dan pengalaman bertani di Kabupaten Tebo tahun 2014
Fungsi pemasaran karet rakyat pada setiap lembaga pemasaran
di Kabupaten Tebo
Marjin pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
Farmer’s share saluran pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
2
27
31
32
49
65
67
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Perkembangan volume ekspor karet Provinsi Jambi Tahun 2007 – 2014
Pola pergerakan harga karet ditingkat petani dan eksportir
Kurva margin pemasaran
Tingkatan kompleksitas rantai pasok
Diagram skematik rantai pasok dari perspektif pengolah dan supply
Chain Network (SCN)
Kerangka analisis deskriptif rantai pasok karet rakyat di Kabupaten Tebo
Kerangka pemikiran operasional
Peta wilayah Kabupaten Tebo
Pembekuan dan pencetakan bokar dengan berbagai bentuk bak cetak bokar
Tahap pengolahan bahan olahan karet (bokar) berbentuk slab
Bahan olahan karet (bokar) dengan kualitas rendah
Bahan olahan karet (bokar) dengan kualitas baik
Pasar lelang karet rakyat di Kabupaten Tebo
Sistem pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
Struktur rantai pasok karet rakyat di Kabupaten Tebo
Unit pengolahan dan pemasaran bokar Maju Lancar di Kabupaten Tebo
Struktur organisasi unit pengolahan dan pemasaran bokar Maju Lancar
Surat perjanjian kemitraan antara pabrik karet dengan UPPB
Proses pengolahan bokar di pabrik crumb rubber
1
4
17
19
20
22
26
30
35
36
36
36
42
44
50
52
53
61
62
DAFTAR LAMPIRAN
1 Produksi, ekspor karet alam Indonesia 2008 – 2013 (‘000)
2 Produksi karet alam Indonesia tahun 2007 – 2011 (‘000)
3 Rata-rata pangsa Luas Areal, produksi dan produktivitas menurut
Provinsi Penghasil utama karet alam Indonesia tahun 2009 – 2013
4 Luas areal, produksi dan jumlah tenaga kerja pada komoditi karet
di Provinsi Jambi tahun 2003 – 2013
5 Dokumentasi Penelitian tentang Sistem SDO
6 Biaya Pemasaran Karet, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi
7 Media pelayanan informasi harga karet rakyat dan kontrak pengiriman
karet pada pabrik crumb rubber
8 Surat perjanjian kemitraan antara pabrik karet dengan UPPB
74
74
74
74
75
76
76
76
1
I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya
pertaniannya. Pertanian di Indonesia terbagi menjadi lima subsektor diantaranya
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dimana
subsektor perkebunan menyumbang PDB tahun 2013 sebesar 17.4% (BPS 2014).
Pengembangan subsektor perkebunan merupakan salah satu pilihan yang cukup
realistis sebagai bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia dengan
komoditas karet yang menjadi salah satu penyumbang devisa Negara. Sumbangan
devisa Negara melalui sektor ekspor karet pada tahun 2013 mencapai 6.9 miliar
US$ dengan volume mencapai 2.7 juta ton karet kering. Tujuan utama ekspor karet
Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Negara konsumen
lainnya. (Direktorat Jenderal Perkebunan 2012). Laju perkembangan ekspor karet
alam Indonesia dapat terlihat pada Lampiran 1 mengalami peningkatan dari tahun
2008 sampai 2013, hal ini dikarenakan meningkatnya produksi karet dalam negeri
dan permintaan karet alam untuk industry berbasis karet di negara maju.
Produksi karet alam Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan
rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan negara, sehingga dapat disimpulkan
bahwa banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada komoditas karet
baik sebagai petani maupun sebagai pedagang pengumpul. Penyebaran wilayah
produksi karet alam di Indonesia sebagian besar berada pada Pulau Sumatera dan
Pulau Kalimantan. Wilayah produksi tertinggi di Pulau Sumatera berada pada
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Riau dan Provinsi
Jambi. Sedangkan di Pulau Kalimantan, daerah produksi berada pada Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah. Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah sentra
produksi karet alam di Indonesia berada pada wilayah produksi Pulau Sumatera.
Perkebunan karet di Provinsi Jambi merupakan perkebunan karet rakyat yang
diusahakan secara turun temurun, sehingga karet telah menjadi bagian dari budaya
dan kebiasaan masyarakat Jambi. Perkembangan ekspor karet di Provinsi Jambi
terlihat pada Gambar 1.
Ekspor (Kg)
500000000
400000000
300000000
200000000
100000000
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Gambar 1 Perkembangan volume ekspor karet Provinsi Jambi Tahun 2007 -2014
Sumber : BPS Provinsi Jambi 2014
2
Gambar 1 menunjukan perkembangan volume ekspor di Provinsi Jambi dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 cenderung meningkat, akan tetapi tahun 2012
sampai tahun 2014 cenderung menurun. Perkebunan karet di Jambi mempunyai
luas sekitar 588 043 Ha, dengan hasil karet 312 925 ton yang melibatkan lebih dari
dari 254 746 orang petani. Hasil olahan perkebunan karet pada umumnya diolah
menjadi bokar (bahan olahan karet rakyat) kemudian dijual ke pabrik crumb rubber
di sekitar Kota Jambi (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2013). Terdapat 10
Kabupaten berkontribusi menghasilkan karet di Provinsi Jambi dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1 Luas lahan dan jumlah produksi karet alam di beberapa Kabupaten di
Provinsi Jambi tahun 2014
Luas Tanam Produksi (Ton)
Produktivitas
Kabupten
(Ha)
(Ton/Ha)
Batang Hari
1
12.687
70.807
5,5811
Muaro Jambi
5,0232
5
6.305
31.671
Bungo
9
8.220
41.308
5,0253
Tebo
3,9478
1
12.501
49.351
Merangin
1,9655
60.772
1
30.919
Sarolangun
2,2459
56.552
1
25.179
Tanjab Barat
1,2761
7.737
1
6.063
Tanjab Timur
0,3449
7
7.750
2.673
Kerinci
0,1827
1
1.538
281
Kota Sungai Penuh
Sumber : Statistik Perkebunan Provinsi Jambi (2014)
Tabel 1 menunjukan bahwa Batang Hari sebagai penghasil utama Karet di
Provinsi Jambi berbeda halnya dengan Kabupaten Tebo yang menjadi penghasil
karet ke empat. Namun, jumlah pabrik di sekitar Kabupaten Tebo berjumlah 4
pabrik yang aktif melakukan pengolahan dan ekspor karet yang lebih banyak
dibandingkan dengan Kabupaten Batang Hari. Akan tetapi, produktivitas karetnya
lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Batang Hari yang disebabkan petani
karet di Kabupaten Tebo memiliki beberapa permasalahan. Menurut Zulkifli et al
(2006) menyatakan bahwa permasalahan yang sering dialami oleh petani karet
diantaranya seperti rendahnya mutu karet yang dilihat kadar air yang tinggi, tingkat
kebersihan karet dan komposisi karet dalam bokar menjadi kendala dalam
pemasaran karet.
Amalia (2013) mengatakan terdapat faktor lain yang menyebabkan petani
karet sulit untuk meningkatkan produktivitasnya ditinjau dari aspek permodalan
seperti adanya keterikatan petani dengan pedagang pengumpul yang merugikan
dalam hal peminjaman modal dikarenakan hutang petani terhadap pengumpul,
kemudian belum berfungsinya pasar lelang dengan baik, sarana dan prasarana serta
akses terhadap informasi pasar juga dapat menyebabkan petani tidak bisa
mengontrol perkembangan harga secara berkelanjutan. Menurut Masduki (1996)
terdapat masalah mendasar yang dialami oleh petani yaitu kurangnya akses
informasi harga sehingga harga di tingkat petani masih tergolong rendah yaitu
berkisar antara Rp 6 000 sampai dengan Rp 7 000 per Kg. Hal tersebut
3
menyebabkan pendapatan yang diperoleh petani rendah. Sementara menurut
Napitupulu (2007) menyatakan bahwa pabrik memerlukan karet dalam bentuk
bokar untuk diolah menjadi SIR 20 dengan mutu dan kualitas yang baik sehingga
dapat berdaya saing di lingkup internasional.
Standar kualitas karet yang umumnya diinginkan oleh pabrik menurut Asni
(2009) diantaranya seperti kadar kering karet 50 sampai 60 persen, tidak ada
sampah di dalam bokar, tidak ada kotoran, ketebalan lebih kurang 50 mm dan jenis
koagulan yang digunakan yakni berupa asam semut dan bahan lain yang tidak
merusak mutu karet. Akan tetapi, menurut Zulkifli et al (2006) petani masih
kesulitan dalam menghasilkan karet yang sesuai dengan keinginan pabrik. Adanya
kerjasama antara pabrik dengan petani melalui lembaga pemasaran dapat
membantu petani dalam hal penyediaan bokar yang berkualitas sesuai dengan
keinginan pabrik yang menyebabkan pabrik tidak lagi mengalami kekurangan
pasokan bokar. Oleh sebab itu analisis rantai pasok diperlukan sehingga dapat
membuktikan bahwa dengan adanya konsep rantai pasok di dalam sistem
pemasaran dapat memberikan keuntungan yang tinggi bagi petani, tingkat harga
dan stabilitas harga serta membantu pabrik dalam perolehan karet yang kualitas
sesuai dengan kebutuhan pabrik. Rantai pasok yang efisien dicerminkan oleh biaya
penanganan (transportasi, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan) yang rendah
serta keseimbangan margin yang diperoleh masing-masing pelaku pasar sesuai
dengan proporsi sumber daya (tenaga, waktu, biaya) yang dicurahkan (Swastika
dan Sumaryanto 2012).
Rantai pasok merupakan bagian dari sistem pemasaran karet. Boove and
Thill (1995) menyatakan bahwa sistem pemasaran merupakan proses pemindahan
barang dan jasa yang terdiri dari orang – orang dan organisasi yang didukung oleh
berbagai fasilitas, peralatan dan sumberdaya informasi. Sementara rantai pasok
merupakan bagian dari sistem pemasaran yang merupakan hubungan antara
lembaga-lembaga pemasaran yang dikoordinir oleh satu lembaga yakni pabrik ,
dimana saluran pemasaran merupakan proses pemindahan barang dari tangan
produsen ketangan konsumen (Beamon 1999).
Sistem pemasaran karet melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti
pedagang, pasar lelang karet dan pabrik crumb rubber (eksportir). Adanya
permintaan dari konsumen akhir karet menyebabkan pabrik membutuhkan pasokan
karet yang banyak dari beberapa lembaga pemasaran sehingga pabrik menjadi
pengatur atau penghela dalam pemenuhan pasokan karet. Pengaturan dalam saluran
pemasaran karet yang dilakukan oleh pabrik menyebabkan adanya suatu hubungan
kerjasama diantara lembaga pemasaran. Hubungan tersebut meliputi kontrak kerja,
kesepakatan kemitraan, penentuan mutu karet serta stabilitas harga akan
membentuk rantai pasok yang baik.
Dilana (2013) menyebutkan bahwa pemasaran yang efisien terlihat dari
tingkat harga dan stabilitas harga. Semakin tinggi harga jual karet, maka petani akan
semakin termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Dengan kata lain tidak
cukup hanya dengan meningkatkan prodiktivitas karet, namun harus diikuti usaha
penyempurnaan atau perbaikan dalam sistem pemasaran. Perbaikan dalam sistem
pemasaran bertujuan untuk memperbesar tingkat efisiensi pemasaran diupayakan
dengan memperbesar nilai yang diterima oleh petani, memperkecil biaya
pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen.
4
Perumusan Masalah
Tanaman karet (Havea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
penting karena sebagai salah satu sumber penghasil devisa non migas.
Perkembangan komoditas karet tidak terlepas dari berbagai permasalahan baik dari
aspek produksi maupun aspek pemasaran. Menurut Amalia (2013), aspek produksi
meliputi kadar air yang tinggi, kualitas kebersihan yang rendah, sementara dari sisi
aspek pemasaran meliputi banyaknya lembaga pemasaran mengambil selisih harga
tanpa menggunakan fungsi pemasaran dengan baik sehingga berdampak bagi
kesejahteraan petani. Sejalan dengan Zulkifli et al (2006) menyatakan kendala yang
dihadapi petani karet berupa rendahnya harga bokar yang diterima oleh petani. Hal
tersebut disebabkan kurangnya informasi harga yang diterima petani dan kualitas
bokar yang dihasilkan relatif kurang baik sehingga berpengaruh terhadap harga
jual yang ditentukan oleh pedagang pengumpul.
Fluktuasi harga karet alam dipasar dunia seringkali berakibat kepada
ketidakpastian dalam penetapan harga ditingkat petani sehingga tanaman karet
belum memberikan peran yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan
petani. Harga tersebut terbentuk karena permintaan dan penawaran karet oleh
negara konsumen. Dilain pihak harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul
sebenarnya sangat bergantung pada harga di tingkat eksportir dan pasar dunia. Pola
pergerakan harga karet ditingkat eksportir dan petani karet pada tahun 2008 sampai
tahun 2014 tertera pada gambar 2.
Harga (Rp)
harga eksportir
harga petani
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Gambar 2 Pergerakan harga karet ditingkat petani dan eksportir
Sumber : BPS Provinsi Jambi 2014
Terlihat pada Gambar 2 peningkatan harga di tingkat petani karet tidak
mengikuti peningkatan harga ditingkat eksportir . Harga di tingkat eksportir
meningkat cukup signifikan pada tahun 2008 – 2011. Sedangkan perkembangan
harga di tingkat petani hanya mengalami sedikit peningkatan. Kondisi yang
seharusnya terjadi adalah adanya keterkaitan harga ditingkat petani dan eksportir
sehingga pergerakan harga ditingkat eksportir sama dengan pergerakan harga
ditingkat petani yang menyebabkan tingginya harga jual karet oleh eksportir belum
sepenuhnya dirasakan petani dikarenakan mutu karet yang tidak sesuai dengan
permintaan pabrik (Amalia 2013). Sehingga pabrik menginginkan pasokan dari
petani sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Standar mutu yang
5
diinginkan oleh pabrik menurut Asni (2009) diantaranya seperti kadar kering karet
50 sampai 60 persen, tidak ada sampah di dalam bokar, tidak ada kotoran, ketebalan
lebih kurang 50 mm dan jenis koagulan yang digunakan berupa asam semut dan
bahan lain yang tidak merusak mutu karet. Dengan kata lain, tidak cukup hanya
dengan meningkatkan prodiktivitas karet, namun harus diikuti usaha
penyempurnaan atau perbaikan dalam sistem pemasaran.
Perbaikan bidang pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk memperbesar
tingkat efisiensi pemasaran dengan cara memperbesar nilai yang diterima petani
karet, memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas
kemampuan daya beli konsumen dengan cara dilakukannya kerjasama antara petani
dengan pabrik agar pabrik dapat memperoleh bokar sesuai standar kualitas yang
ditetapkan dan petani dapat memperoleh harga yang lebih baik. Oleh sebab itu
diperlukannya analisis rantai pasok untuk memperbaiki sistem pemasaran karet
rakyat di Kabupaten Tebo.
Rantai pasok pada dasarnya memiliki 3 tujuan utama yaitu penurunan biaya
(cost reduction), penurunan modal (capital rediction), dan perbaikan pelayanan
(service improvement). Rantai pasok dapat memberikan hasil produk yang baik
dan menambah nilai dari produk tersebut. Sejalan dengan penelitian Janvier James
(2012), Mathuramaytha (2011) mengatakan bahwa pada prinsipnya rantai pasok
memiliki peran untuk menambah nilai kepada produk. Penambahan nilai pada
rantai pasok dapat dilakukan pada aspek kualitas, mempercepat proses pengambilan
keputusan dalam menghantarkan produk tepat lokasi dengan biaya yang rendah.
Oleh sebab itu, rantai pasok dibutuhkan oleh pabrik untuk memperoleh produk yang
berkualitas sehingga konsumen puas akan output yang dihasilkan oleh pabrik.
Van der Vorst (2006) menyatakan bahwa penggunaan Supply Chain
Network dapat mengidentifikasi lebih dari satu proses bisnis, baik yang paralel
maupun berurutan dalam waktu. Akibatnya organisasi mungkin memainkan peran
yang berbeda dalam pengaturan rantai yang berbeda dank karena itu berkolaborasi
dengan mitra rantai yang berbeda, yang mungkin menjadi pesaing mereka dalam
pengaturan rantai lainnya. Aplikasi rantai pasok pada dasarnya memiliki 3 tujuan
utama yaitu penurunan biaya (cost reduction), penurunan modal (capital rediction),
dan perbaikan pelayanan (service improvement).
Kinerja rantai pasok dapat di ukur dengan menganalisis kinerja rantai
pasoknya (Wulansari 2013). Penilaian kinerja rantai pasok sangatlah penting untuk
dilakukan, karena pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
optimalisasi kegiatan pemasaran yang dilakukan anggota rantai pasok dan apabila
struktur rantai pasok telah terkoordinasi dengan baik diharapkan dapat memberikan
keuntungan yang tinggi bagi petani, tingkat harga dan stabilitas harga merupakan
salah satu faktor yang menentukan. Untuk meningkatkan kinerja rantai pasok
diperlukan integrasi didalam rantai pasok dengan cara perencanaan bersama,
mengurangi biaya pemesanan dengan melakukan outsourcing bahan baku setengah
jadi, mengurangi waktu siklus dan tingkat persediaan (Stank et al. 1999), serta
mengurangi ketidakpastian bisnis (Childerhouse et al. 2003) dengan penggunaan
teknologi informasi untuk berbagi informasi antar anggota rantai pasok. Maka yang
menjadi pertanyaan dalam penelitian adalah apakah dengan adanya rantai pasok
dapat meningkatkan efisiensi pemasaran karet di Kabupaten Tebo?
6
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka
rumusan penelitian ini secara umum adalah :
1. Bagaimana sistem pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo?
2. Apakah adanya rantai pasok dapat memenuhi kualitas sesuai permintaan pabrik
dan meningkatkan efisiensi pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah di
uraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah menganalisis
sistem pemasaran karet di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi serta secara khusus
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi saluran dan fungsi lembaga pemasaran karet rakyat di
Kabupaten Tebo
2. Menganalisis tingkat efisiensi pada setiap saluran pemasaran karet rakyat di
Kabupaten Tebo dengan pendekatan efisiensi operasional meliputi margin,
farmer’s share dan ᴨ/C ratio
3. Mengidentifikasi adanya rantai pasok karet rakyat di Kabupaten Tebo dengan
pendekatan SCN (Supply Chain Network) meliputi struktur rantai pasok, proses
bisnis rantai pasok, manajemen rantai pasok, sumber daya rantai, sasaran rantai
dan kinerja rantai pasok dengan pendekatan margin, farmer’s share dan ᴨ/C
ratio.
4. Menganalisis pengaruh adanya rantai pasok terhadap pemenuhan kualitas dan
meningkatkan efisiensi pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan informasi seperti petani, pemerintah, dan pembaca. Bagi lembaga
pemasaran dan anggota rantai pasok karet rakyat, diharapkan hasil dari penelitian
ini akan memberikan informasi yang bermanfaat terutama dalam hal perbaikan sisi
pemasaran dan struktur rantai pasok, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
petani dan anggota rantai pasok. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, diharapkan hasil penelitian ini akan
dijadikan salah satu sumber informasi dan rekomendasi kebijakan di Kabupaten
Tebo. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini nantinya akan menambah
pengetahuan dan dapat dijadikan sumber informasi serta pembanding dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang relevan.
Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perkebunan karet rakyat di Kabupaten Tebo
mencakup beberapa tahapan analisis. Analisis pertama mengidentifikasi saluran
pemasaran dan fungsi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran karet
rakyat di Kabupaten Tebo. Selanjutnya, menganalisis tingkat efisiensi di masing –
masing saluran pemasaran dengan menggunakan pendekatan efisiensi operasional.
Analisis berikutnya, mengidentifikasi adanya rantai pasok pada setiap saluran
pemasaran dengan menggunakan kerangka Supply Chain Network (SCN)
7
berdasarkan Van der Vorst (2006) yang dikaji menjadi enam unsur meliputi sasaran
rantai pasok, manajemen rantai pasok, struktur rantai pasok, proses bisnis rantai
pasok, sumber daya rantai pasok, dan kinerja rantai pasok dengan ruang lingkup
Kabupaten Tebo. Analisis terakhir yaitu menganalisis pengaruh rantai pasok
terhadap efisiensi pemasaran karet rakyat dengan pendekatan ekonomi dan
manajemen.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran Karet Rakyat
Pemasaran dalam sudut pandang ekonomi merupakan suatu sistem yang
terdiri dari sub-sub sistem (fungsi – fungsi pemasaran) yang merupakan aktifitas
bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk atau jasa pertanian dari
petani produsen sampai konsumen akhir. Sementara, pemasaran dalam sudut
manajemen merupakan proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat
individu atau kelompok yang menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain (Schaffner et al 1998).
Pemasaran yang efisien merupakan tujuan yang ingin dicapai pada sistem
pemasaran, dapat dilihat dari adanya kepuasan pihak-pihak yang terlibat, seperti
produsen, konsumen akhir dan lembaga-lembaga pemasaran. Perkebunan karet
rakyat dicirikan oleh produksi yang rendah, keadaan kebun yang kurang terawat,
serta rendahnya pendapatan petani. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan
oleh Siregar et al (2012), Nasution (2008), Anuja (2012) tentang karet rakyat
menyatakan permasalahan utama yang dihadapi perkebunan karet rakyat adalah
rendahnya produktivitas karet, tingginya proporsi areal tanaman karet tua,
pemasaran bahan olah karet yang belum efisien, harga jual yang tidak seimbang,
ketersediaan sarana produksi pertanian tingkat petani yang masih terbatas.
Rendahnya produktivitas perkebunan karet juga disebabkan oleh terbatasnya modal
yang dimiliki oleh petani, sehingga petani tidak mampu untuk menggunakan
teknik-teknik budidaya yang sesuai dengan syarat-syarat teknis yang diperlukan.
Usia pohon karet yang tua merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya
produksi tanaman karet.
Petani karet rakyat memiliki beberapa kelemahan salah satu diantaranya
menjual hasil produknya berupa bokar kepada pabrik pengolahan dengan melalui
pedagang perantara di tingkat desa, kecamatan dan tingkat Kabupaten dengan harga
jual yang rendah, padahal harga di pasar domestik dan pasar international cukup
tinggi, kemudian pengetahuan petani serta kurangnya informasi mengenai harga
(Amalia 2013). Beragam pola pemasaran tidak saja dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, tetapi juga faktor non ekonomi. Keterampilan petani yang rendah,
pengetahuan tentang kualitas karet dan standarisasi, penanganan pascapanen serta
minimnya pengatahuan informasi sangatlah erat kaitannya dengan permasalahan
dalam karet rakyat. Januar (1992) dalam penelitiannya dalam Analisis Keragaan
Pemasaran Karet Rakyat mengatakan, rendahnya bagian harga yang diterima petani
akibat inefisiensi sistem pemasaran karet menyebabkan petani kurang terangsang
8
untuk meningkatkan produksi maupun mutu bokar yang dihasilkan, petani lebih
cenderung memilih bokar bermutu rendah yang lebih mudah penanganannya.
Pemasaran yang efisien dalam perspektif ekonomi memiliki struktur pasar
persaingan sempurna (perfect competition), dimana ukuran efisiensi adalah
kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat
didalam mengalirkan barang/jasa, mulai dari petani sampai konsumen akhir. Sistem
pemasaran karet yang efisien merupakan keinginan atau tujuan dari partisipan
pemasaran, yaitu petani, perusahaan atau lembaga-lembaga pemasaran (pedagang,
pengolah dan pabrik), konsumen dan masyarakat umum.
Pemasaran bokar di Kabupaten Tebo dapat dikatakan belum bekerja dengan
efisien, karena masih dikuasai oleh lembaga pemasaran tertentu yang melakukan
praktek yang merugikan petani. Sejalan dengan Yuprin (2009) mengatakan bahwa
lembaga pemasaran karet rakyat ditingkat desa cenderung terkonsentrasi serta
terdapat hambatan masuk bagi lembaga pemasaran lainnya seperti : (1) petani dan
pedagang desa memiliki hubungan dalam bentuk langganan dan terikat dikarenakan
petani sebelumnya memiliki hutang dalam bentuk barang maupun uang; (2) tidak
mudah untuk mendapat kepercayaan bagi pedagang baru yang belum dikenal
dikarenakan pedagang bawah pada sebelumnya memiliki hubungan dalam bentuk
pinjaman modal tanpa bunga, melainkan hanya jaminan kepercayaan.
Saluran pemasaran karet rakyat yang panjang dapat membentuk margin
pemasaran yang besar, menunjukkan sistem pemasaran karet rakyat belum dalam
kondisi yang efisien sehingga dapat menyebabkan bagian pendapatan petani dari
penjualan produk nya (farmer’s share) menjadi kecil. Sejalan dengan penelitian
Napitupulu (2007) meneliti tentang pemasaran karet rakyat dalam bentuk bokar di
Provinsi Jambi, dalam hasilnya menyatakan rendahnya farmer’s share disebabkan
oleh panjang nya rantai pemasaran, besarnya margin pemasaran, tidak adanya
standar harga yang jelas di tingkat petani, serta penanganan pascapanen yang
cenderung menghasilkan bokar kualitas rendah. Bokar dengan kualitas rendah,
mengakibatkan turunnya produksi karet serta didukung dengan manajemen
pemasaran yang buruk dapat mengakibatkan sektor ini rentan dengan adanya
fluktuasi harga (Anuja 2012). Pemasaran karet di Indoenesia seharusnya lebih
dikembangkan, mengingat potensi yang diperoleh dari komoditas karet sangat
besar. Dorongan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan
klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya dapat ditingkatkan
seiring dengan meningkatnya harga karet alam yang relatif tinggi saat ini.
Rantai Pasok
Baemon (2000) menyatakan rantai pasokan merupakan fasilitas, persediaan,
pelanggan, produk dan metode pengendalian persediaan yang menghubungkan
antara pemasok dengan pelanggan, melewati beberapa tingkatan yang memiliki
beberapa fasilitas dimulai dengan produksi bahan baku dengan pemasok dan
berakhir dengan konsumsi produk oleh pelanggan.
Sistem rantai pasok merupakan pendekatan yang digunakan oleh
perusahaan atau organisasi untuk mengefisienkan secara integral antara pemasok,
pengolah, gudang dan konsumen akhir sehingga barang atau jasa diproduksi dan
didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat dan pada waktu yang
9
tepat dengan tujuan meminimalkan biaya ketika terdapat permintaan terhadap
kepuasan konsumen (Levi et al. 2000).
Rantai pasok merupakan strategi pemasaran yang tujuannya memberikan
hasil produk yang terbaik dan sesuai keinginan konsumen (consumen driven) dan
mengurangi biaya-biaya pada produk akhir. Pemasaran yang efisien merupakan
cerminan dari keberhasilan rantai pasok. Dalam sistem pemasaran tujuan utama
yang ingin dicapai adalah Efisiensi pemasaran. Untuk mencapai tujuan dalam
pemasaran diperlukan beberapa keputusan atau strategi yang tepat, strategi rantai
pasok yang baik sehingga dapat menurunkan biaya operasional dan
memaksimalkan efisiensi (UPS 2005). Selain itu ukuran penentuan efisiensi
pemasaran dapat dilihat dari adanya kepuasan pihak atau lembaga yang terlibat
didalamnya Dilana (2013).
Pemasar dalam mendistribusikan produknya kebanyakan bertindak relatif
independen antara satu dengan lainnya. Sebagai akibatnya setiap pelaku bertindak
hanya berdasarkan informasi lokal, sehingga sering mengakibatkan adanya distorsi
informasi disepanjang saluran distribusi produk dan akhirnya menyebabkan
pemenuhan permintaan pasar menjadi kurang efektif, pengiriman barang tidak tepat
waktu, salah kirim. Hal tersebut tentunya dapat dihindari apabila terdapat
kolaborasi yang baik antar rantai pasok.
Kolaborasi dalam rantai pasok dapat memberikan keuntungan bagi setiap
anggota rantai pasok. Kolaborasi dapat meliputi keterbukaan informasi, akurasi
jadwal. Hasil penelitian Mathuramaytha (2011), Wiengarten (2010) dan Wong et
al (2006) mengenai kolaborasi rantai pasok menyatakan bahwa akurasi, jadwal,
keterbukaan informasi yang baik antar anggota rantai pasok menjadi kunci
suksesnya kolaborasi rantai pasok, karena akan berdampak pada keberhasilan rantai
pasok sehingga dapat meningkatkan hubungan antar anggota rantai pasok melalui
pengambilan keputusan yang dapat mengahapus inefisiensi dalam pemasaran dan
meningkatkan kinerja rantai pasok. Keberhasilan rantai pasok direfleksikan pada
kepuasan, harga, kualitas, teknologi dan pengembangan produk (Mittal 2007).
Rantai pasok yang baik tentunya akan memberikan hasil produk yang baik
dan dapat menambah nilai dari produk tersebut. Sejalan dengan penelitian Janvier
James (2012), Mathuramaytha (2011) mengatakan bahwa pada prinsipnya rantai
pasok memiliki peran untuk menambah nilai kepada produk. Penambahan nilai
pada rantai pasok dapat dilakukan pada aspek kualitas, mempercepat proses
pengambilan keputusan dalam menghantarkan produk tepat lokasi dengan biaya
yang rendah.
Menurut Riadi et al. (2010) menyatakan bahwa Integrasi rantai pasok bahan
baku kayu dan karet mulai dari peremajaan hingga menjadi produk menghasilkan
nilai tambah yang signifikan dan lebih efisien dibandingkan dengan unit-unit usaha
yang dijalankan tidak terintegrasi penuh, model pengembangan ini terintegrasi
berbasis lateks dan kayu karet yang sesuai adalah kombinasi antara sistem wanatani
karet tipe-1 dan kontrak tani yang dikaitkan dengan peremajaan lahan karet seluas
10.000 hektar secara bertahap selama 15 tahun dengan mengganti karet tua dengan
karet muda sehingg akan meningkatkan produktivitas karet kering dari 779
kg/ha/tahun menjadi 1.146 kg/ha/tahun (naik 47%).
Rantai pasok pada komoditas karet umumnya terdiri dari empat sampai lima
anggota rantai pasok. Berdasarkan hasil penelitian Arifin (2012) rantai pasok yang
terlibat dalam pemasaran karet terdiri dari lima anggota rantai meliputi petani karet,
10
pengumpul tingkat desa, perantara kecamatan, pasar lelang dan pabrik karet. Rantai
pasok karet di Mandailing natal yang dijabarkan dalam hasil penelitian Siregar et
al (2012) terdiri dari petani karet, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul
kecamatan dan pabrik karet. Petani dalam memilih saluran pemasaran umumnya
didasarkan pada pertimbangan petani sendiri yang terkait dengan faktor kemudahan
transaksi ataupun faktor harga yang lebih baik. Sementara itu hasil penelitian
Tarmizi (2009) menyatakan rantai pasok karet alam di Provinsi Jambi terdiri dari
Petani Karet, pedagang pengumpul tingkat desa, pasar lelang karet dan pabrik karet.
Kinerja Rantai Pasok
Keberhasilan rantai pasok dapat dilihat dari tingkat kinerja yang
dimilikinya, menurut Pettersson (2008) kinerja rantai pasok dapat diukur melalui
perhitungan biaya total rantai pasok terdiri dari penjumlahan harga di tingkat petani,
biaya transportasi dan pengemasan, biaya mark-up, serta pemborosan akibat barang
susah dan biaya kehilangan dalam transportasi. Keragaan struktur rantai pasok
dapat dianalisis secara kualitatif, termasuk dalam menganalisis kinerja atau
performance yang dihasilkan. Analisis kinerja rantai pasok secara kualitatif perlu
didukung adanya ukuran kinerja yang kuantitatif agar menghasilkan hasil kinerja
yang lebih terukur dan objektif. Sebagai proses yang saling terintegrasi pengukuran
kinerja rantai pasok perlu menggunakan pendekatan tertentu.
Beamon (1999) menyatakan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok dapat
melalui pendekatan biaya, respon konsumen, activity time, dan fleksibilitas. Contoh
pengukuran kinerja rantai pasok yang menggunakan pendekatan biaya adalah
penelitian Dilana (2013) yang meneliti kakao dengan analisis marjin pemasaran,
farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya pada setiap lembaga pemasaran
dalam struktur rantai pasok biji kakao. Hasil penelitiannya menunjukan marjin
pemasaran terendah dan nilai farmer’s share tertinggi yaitu pada saluran ke-4
(petani-pedagang pengumpul tingkat kabupaten-pedagang besar) dengan nilai
marjin pemasaran sebesar Rp 929/kg dan nilai farmer’s share sebesar 94.37 persen.
Sedangkan nilai rasio keuntungan terhadap biaya terbesar pada saluran ke-3
(petani-pedagang pengumpul tingkat kecamatan-pedagang besar) yaitu sebesar
4.68.
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Pemasaran
Pemasaran dari perspektif ekonomi merupakan aktifitas atau kegiatan dalam
mengalirkan produk mulai dari petani (produsen primer) sampai ke konsumen akhir
dengan melibatkan banyak kegiatan produktif untuk menambah nilai guna (bentuk,
waktu, tempat dan kepemilikan) dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen
akhir (Asmarantaka 2012).
Kotler dan Amstrong (2004) menyatakan pemasaran manajerial merupakan
suatu proses sosial yang didalamnya terdapat individu dan kelompok untuk
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain. Pemasaran juga diartikan sebagai suatu fungsi organisasi dan kumpulan proses
mendesain perencanaan, menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai
11
kepada pelanggan untuk membangun hubungan yang efektif dengan cara yang
menguntungkan perusahaan dan stakeholders (Levens 2010). Pemasaran dapat
ditinjau dari dua aspek yaitu pemasaran dalam aspek ekonomi dan aspek
manajemen. Pemasaran dalam aspek ekonomi merupakan suatu sistem yang terdiri
dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan
fasilitas, fungsi-fungsi ini merupakan aktifitas bisnis atau kegiatan produktif dalam
mengalirnya produk dari petani produsen sampai konsumen akhir (Asmarantaka
2012).
Pemasaran dalam aspek manajemen merupakan suatu proses sosial yang
didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dengan menciptakan dan menawarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain sehingga manajemen pemasaran dapat dipandang suatu perusahaan dimana
perusahaan tersebut melakukan perencanaan, pelaksanaan pikiran, penetapan
harga, penyaluran gagasan untuk menciptakan pertukaran yang dapat memuaskan
pelanggan (Asmarantaka 2012). Adanya perencanaan, pengaturan yang dilakukan
oleh perusahaan untuk mencapai pasokan dalam produksinya serta melibatkan
beberapa lembaga pemasaran yang saling berhubungan. Rantai pasok merupakan
suatu sistem pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh perusahaan dengan
perencanaan melibatkan beberapa lembaga yang berhubungan satu sama lain,
sehingga rantai pasok merupakan bagian dari sistem pemasaran dalam aspek
manajemen.
Menurut Abbott dan Makeham (1990) bahwa terdapat beberapa hal yang
dapat menunjang keberhasilan suatu proses pemasaran yaitu : (1) pengaturan pasar.
Pemasaran dapat berjalan dengan baik apabila ada kekuatan legal yang memaksa
dalam perjanjian dan adanya perlindungan yang melawan praktek kecurangan. (2)
Informasi pasar. Informasi sangat diperlukan bagi perusahaan, pedagang, dan
konsumen untuk terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. (3). Penelitian pasar,
karena penelitian pasar dapat mengarahkan investasi dan kebijakan pemasaran serta
menurunkan biaya sehingga meningkatkan efisiensi. (4) penyuluhan dan pelatihan.
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja lembaga pemasaran sehingga proses
pemasaran lebih terorganisir sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pada sistem pemasaran tersebut. (5) Promosi Produk
Pemasaran secara luas diartikan oleh Kohls dan Uhl (2002) sebagai sistem.
Karena terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Sistem pemasaran
meliputi 2 jenis aktifitas utama, yaitu aktifitas penyaluran produk dari produsen ke
konsumen dimulai dari bahan baku menjadi barang jadi serta aktifitas pertukaran
dan proses penetapan harga dalam sistem pasar. Sedangkan Dahl dan Hammond
(1997) dalam Asmarantaka (2012), mendefinisikan pemasaran sebagai serangkaian
fungsi yang diperlukan dalam menggerakkan input atau produk dari tingkat
produksi primer sampai kon
TEBO PROVINSI JAMBI DENGAN PENDEKATAN
RANTAI PASOK
RIKKY HERDIYANSYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sistem Pemasaran Karet
Rakyat di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi dengan Pendekatan Rantai Pasok adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Agustus 2015
Rikky Herdiyansyah
NIM H351130381
RINGKASAN
RIKKY HERDIYANSYAH. Sistem Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Tebo,
Provinsi Jambi dengan Pendekatan Rantai Pasok. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA dan RATNA WINANDI ASMARANTAKA
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya
pertaniannya. Pertanian di Indonesia terbagi menjadi lima subsektor diantaranya
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dimana
subsektor perkebunan menyumbang PDB tahun 2013 sebesar 17.4% (BPS 2014).
Pengembangan subsektor perkebunan merupakan salah satu pilihan yang cukup
realistis sebagai bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia dengan
komoditas karet yang menjadi salah satu penyumbang devisa Negara. Tujuan utama
ekspor karet Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Negara
konsumen lainnya.
Perkebunan karet yang ada di Provinsi Jambi merupakan perkebunan karet
rakyat yang diusahakan secara turun temurun, sehingga karet telah menjadi bagian
dari budaya dan kebiasaan masyarakat Jambi. Perkebunan karet di Jambi
mempunyai luas sekitar 588.043 Ha, dengan hasil karet 312 925 ton yang
melibatkan lebih dari dari 254 746 orang petani. Perkembangan komoditas karet
tidak terlepas dari berbagai permasalahan baik dari aspek produksi maupun aspek
pemasaran. Permasalahan yang dihadapi oleh petani karet yaitu kurangnya akses
terhadap informasi harga, rendahnya produktivitas karet, tingginya proporsi areal
tanaman karet tua, pemasaran bahan olah karet yang belum efisien, harga jual yang
tidak seimbang. ketersediaan sarana produksi pertanian tingkat petani yang masih
terbatas, sehingga tidak cukup hanya dengan meningkatkan prodiktivitas karet,
namun harus diikuti usaha penyempurnaan atau perbaikan dalam sistem pemasaran.
Perbaikan bidang pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk memperbesar
tingkat efisiensi pemasaran. Oleh sebab itu, rantai pasok dibutuhkan oleh pabrik
untuk memperoleh produk yang berkualitas sehingga konsumen puas akan output
yang dihasilkan oleh pabrik. Sehingga, tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi sistem pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo, menganalisis
adanya rantai pasok karet rakyat di Kabupaten Tebo dengan pendekatan SCN
(Supply Chain Network) meliputi struktur rantai pasok, proses bisnis rantai pasok,
manajemen rantai pasok, sumber daya rantai, sasaran rantai dan kinerja rantai pasok
dengan pendekatan margin, farmer’s share dan ᴨ/C ratio, menganalisis pengaruh
adanya rantai pasok terhadap pemenuhan kualitas dan meningkatkan efisiensi
pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo.
Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Kabupaten
Tebo dimulai dari Desember 2014 sampai Februari 2015. Lokasi dipilih secara
purposive berdasarkan pertimbangan Kabupaten Tebo memiliki pasar lelang karet
(PLK) yang aktif dan juga terdapat pabrik pengolahan karet (crumb rubber) sebagai
alternatif pemasaran karet oleh petani. Jumlah petani yang diambil yaitu sebanyak
80 orang. Dari hasil penelitian, sistem pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
terdapat empat saluran pemasaran. Saluran pemasaran pertama terdiri dari petani
karet – pedagang desa - pedagang kecamatan – pedagang besar dan pabrik karet,
Saluran kedua melibatkan petani karet – pedagang desa – pabrik karet. Saluran
ketiga terdiri dari petani karet – pasar lelang karet – pabrik karet, dan saluran ke
empat terdiri dari petani karet – pabrik karet melalui Unit Pengolahan dan
Pemasaran Bokar dengan program kerja sama SDO (Sourcing Development
Officer). Dilihat dari pendeketan efisiensi operasional pada saluran 1, saluran 2 dan
saluran 3 masih belum efisien. Berbeda halnya dengan saluran 4 yang memiliki
rantai pasok, marjin pemasaran yang dihasilkan paling rendah, farmer’s share yang
paling tinggi ,sehingga pada saluran keempat relatif lebih efisien dibandingkan
ketiga saluran. Adanya penerapan rantai pasok meliputi struktur rantai pasok,
proses bisnis, manajemen rantai pasok, sumberdaya rantai pasok, sasaran rantai
pasok, kinerja rantai pasok pada saluran empat dapat disimpulkan bahwa saluran
empat relative lebih efisien dibandingkan yang tidak memiliki rantai pasok.
Kata Kunci : Efisiensi Pemasaran, , Rantai Pasok Karet, Saluran Pemasaran.
SUMMARY
RIKKY HERDIYANSYAH. Smallholder Rubber Marketing System in Tebo
Regency, Jambi by Supply Chain Approach. Supervised by RITA NURMALINA
and RATNA WINANDI ASMARANTAKA
Indonesia is an agricultural country that rich in agricultural resources.
Agriculture in Indonesia is divided into five sub-sectors including food crops,
plantations, forestry, fishery and animal husbandry where the plantation subsector
accounted for the GDP in 2013 amounted to 17.4% (BPS 2014). The development
of plantation sub-sector is one option that is quite realistic as strategic business and
mainstay in the Indonesian economy with rubber which became one of the State
foreign exchange earner. Indonesia rubber export destinations include the United
States, Japan, Singapore, and other consumer countries.
Rubber plantations in Jambi Province is smallholder rubber plantations
cultivated for generations, so that the rubber has become part of the culture and
customs of the people of Jambi. Rubber plantations in Jambi has an area of about
588 043 hectares, with 312 925 tons of rubber results involving more than 254 746
farmers. The development of rubber can not be separated from the various problems
both from the aspect of production and marketing aspects. As for the problems
faced by rubber farmers is the lack of access to price information, the low
productivity of rubber, the high proportion of old rubber plantation area, though the
marketing of rubber material that has not been efficient, the price is not balanced,
the availability of agricultural inputs the farm level is still limited.
In other words, it is not enough just to increase rubber’s productivities, but
must be followed by refinement or improvement effort in the marketing system.
Improvements in marketing carried out with the aim to increase the level of
marketing efficiency. Therefore, supply chain required by the manufacturer to
obtain a quality product so that consumers are satisfied with the output generated
by the plant. Thus, the purpose of this study is to identify the channel and functions
of marketing agencies smallholder rubber in Tebo regency, identify the supply
chain of smallholder rubber in Tebo regency with SCN approach (Supply Chain
Network) covers the structure of the supply chain, supply chain business processes,
supply chain management, resources power chain, targeting the chain and supply
chain performance with margin approach, the farmer's share and ᴨ/C ratio, analyze
the impact of the supply chain to the fulfillment of the quality and increase the
marketing efficiency of smallholder rubber in Tebo.
This research was conducted in the area of smallholder rubber production
centers in Tebo starting from December 2014 to February 2015. The location
selected purposively based on consideration of Tebo has a rubber auction market
(PLK) is active and there is also a rubber processing factory (crumb rubber) as an
alternative marketing rubber by farmers. The number of farmers and respondents
drawn as many as 80 people. From the research results, marketing systems
smallholder rubber in Tebo regency there are four marketing channels. The first
marketing channel shall be composed of rubber farmers - village traders - traders
districts - wholesalers and rubber factories, the second channel involves rubber
farmers - traders village - a rubber factory, a third channel consists of rubber farmers
- auction markets rubber - rubber factories, and channels to four consisting of rubber
farmers - rubber factory through the Processing and Marketing Unit Bokar with
cooperation programs SDO (Sourcing Development Officer). Judging from
operational efficiency approach on first channel , second channel and third channel
is still not efficient. Unlike the case with fourth channel which has a supply chain,
marketing margin generated the lowest, the farmer's share of the most high such
that the fourth channel is relatively more efficient than the three channels. So with
the implementation of supply chain includes supply chain structures, business
processes, supply chain management, supply chain resources, supply chain
objectives, supply chain performance on four channels can be concluded that the
channel is relatively more efficient than the four who did not have the supply chain.
Keyword : Marketing Channel, Marketing Eficiency, Supply Chain Rubber.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutka sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
SISTEM PEMASARAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN
TEBO, PROVINSI JAMBI DENGAN PENDEKATAN
RANTAI PASOK
RIKKY HERDIYANSYAH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis
: Dr. Ir. Netti Tinaprila MM
Penguji Program Studi
: Dr. Amzul Rifin SP MA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul Sistem Pemasaran Karet Rakyat
di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi dengan Pendekatan Rantai Pasok dapat
diselesaikan. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan
dari banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
khususnya kepada:
1. Prof Dr Ir Rita Nurmalina MS selaku Ketua Komisi Pembimbing sekaligus
Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis dan Dr. Ir. Ratna Winandi
Asmarantaka MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan,
arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir Netti Tinaprilla, MS selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium
proposal penelitian dan Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan
banyak arahan dan masukan dalam penyempurnaan tesis.
3. Dr Ir Suharno selaku Wakil Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis
sekaligus Dosen Penguji Perwakilan Program Studi pada ujian tesis atas saran
dan kritikan membangun dalam penyempurnaan tesis ini serta seluruh staf
Program Studi Magister Sains Agribisnis atas bantuan dan kemudahan yag
diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
4. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Dinas Perindustrian Perdagangan
Provinsi Jambi atas bantuan informasi dan data yang diperlukan dalam
penyusunan tesis ini
5. Ketua Unit Pengolahan dan Pemasaran Karet (UPPB) Maju lancer serta manajer
sub pemasaran PT Anugerah Bungo Lestari yang telah membantu dalam
pemberian informasi dan data yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini.
6. Kepada pedagang pengumpul terutama pedagang pengumpul desa pak Jumikan
yang telah banyak membantu penulis baik dalam pemberian informasi,
transprotasi serta tempat tinggal selama melakukan penelitian di Kabupaten
Tebo.
7. Pemberi dana beasiswa yaitu BPPDN (Beasiswa Pascasarjana Pendidikan
Dalam Negeri) yang telah memberikan bantuan dana sehingga penulis dapat
meneyelesaikan program S2 dengan lancar
8. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Heriyanda dan Ibu Desi
Morrita, serta keluarga besar yang memberikan doa dan dukungannya.
9. Kepada Putri Amalia yang selalu membantu dan memberikan dukungan serta
pertolongan di setiap waktu, menemani penulis ketika susah maupun senang
dan memberikan motivasi dan semangat.
10. Teman-teman seperjuangan Angkatan 4 dan Fasttrack Angkatan 2 pada
Program Studi Magister Sains Agribisnis atas diskusi dan bantuan selama
penulis mengikuti pendidikan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian tesis ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi pihak yang
memerlukan.
Bogor, Agustus 2015
Rikky Herdiyansyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
4
6
6
6
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran Karet Rakyat
Rantai Pasok
Kinerja Rantai Pasok
7
7
8
10
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Pemasaran
Saluran Pemasaran
Efisiensi Pemasaran
Analisis Margin Pemasaran
Analisis Farmer’s Share
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
Rantai Pasok
Manajemen Rantai Pasok
Kerangka Pemikiran Operasional
10
10
13
14
16
17
18
18
23
24
4
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Marjin Pemasaran
Analisis Farmer’s Share
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
27
27
27
28
28
28
29
29
5
GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN
Gambaran Umum Kabupaten Tebo
Karakteristik responden karet rakyat di Kabupaten Tebo
Pengolahan Karet Rakyat
Pemasaran Karet Rakyat
30
30
31
33
37
6
SALURAN DAN FUNGSI PEMASARAN
Lembaga Pemasaran Karet Rakyat
Sistem Pemasaran Karet
Saluran Pemasaran Karet Rakyat
Fungsi-fungsi Pemasaran pada Setiap Lembaga Pemasaran
37
37
43
44
48
7
RANTAI PASOK KARET DI KABUPATEN TEBO
Struktur Hubungan Anggota Rantai Pasok
Proses Bisnis Rantai Khusus pada Saluran Pemasaran Empat
Manajemen Rantai dan Jaringan
Sumberdaya Rantai Pasok
Sasaran Rantai Pasok
49
49
54
57
59
62
8
KINERJA RANTAI PASOK KARET RAKYAT
Marjin Pemasaran
Farmer’s Share
64
64
67
9
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
68
68
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
70
74
78
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Luas lahan dan jumlah produksi karet alam di beberapa Kabupaten
di Provinsi Jambi tahun 2014
Jenis dan sumber data penelitian menurut data primer dan data sekunder
Sebaran jumlah tenaga kerja menurut sector pekerjaan dan jenis kelamin
Di Kabupaten Tebo pada tahun 2013
Sebaran 80 responden petani karet menurut jenis kelamin, usia, lama
Pendidikan dan pengalaman bertani di Kabupaten Tebo tahun 2014
Fungsi pemasaran karet rakyat pada setiap lembaga pemasaran
di Kabupaten Tebo
Marjin pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
Farmer’s share saluran pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
2
27
31
32
49
65
67
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Perkembangan volume ekspor karet Provinsi Jambi Tahun 2007 – 2014
Pola pergerakan harga karet ditingkat petani dan eksportir
Kurva margin pemasaran
Tingkatan kompleksitas rantai pasok
Diagram skematik rantai pasok dari perspektif pengolah dan supply
Chain Network (SCN)
Kerangka analisis deskriptif rantai pasok karet rakyat di Kabupaten Tebo
Kerangka pemikiran operasional
Peta wilayah Kabupaten Tebo
Pembekuan dan pencetakan bokar dengan berbagai bentuk bak cetak bokar
Tahap pengolahan bahan olahan karet (bokar) berbentuk slab
Bahan olahan karet (bokar) dengan kualitas rendah
Bahan olahan karet (bokar) dengan kualitas baik
Pasar lelang karet rakyat di Kabupaten Tebo
Sistem pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
Struktur rantai pasok karet rakyat di Kabupaten Tebo
Unit pengolahan dan pemasaran bokar Maju Lancar di Kabupaten Tebo
Struktur organisasi unit pengolahan dan pemasaran bokar Maju Lancar
Surat perjanjian kemitraan antara pabrik karet dengan UPPB
Proses pengolahan bokar di pabrik crumb rubber
1
4
17
19
20
22
26
30
35
36
36
36
42
44
50
52
53
61
62
DAFTAR LAMPIRAN
1 Produksi, ekspor karet alam Indonesia 2008 – 2013 (‘000)
2 Produksi karet alam Indonesia tahun 2007 – 2011 (‘000)
3 Rata-rata pangsa Luas Areal, produksi dan produktivitas menurut
Provinsi Penghasil utama karet alam Indonesia tahun 2009 – 2013
4 Luas areal, produksi dan jumlah tenaga kerja pada komoditi karet
di Provinsi Jambi tahun 2003 – 2013
5 Dokumentasi Penelitian tentang Sistem SDO
6 Biaya Pemasaran Karet, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi
7 Media pelayanan informasi harga karet rakyat dan kontrak pengiriman
karet pada pabrik crumb rubber
8 Surat perjanjian kemitraan antara pabrik karet dengan UPPB
74
74
74
74
75
76
76
76
1
I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya
pertaniannya. Pertanian di Indonesia terbagi menjadi lima subsektor diantaranya
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dimana
subsektor perkebunan menyumbang PDB tahun 2013 sebesar 17.4% (BPS 2014).
Pengembangan subsektor perkebunan merupakan salah satu pilihan yang cukup
realistis sebagai bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia dengan
komoditas karet yang menjadi salah satu penyumbang devisa Negara. Sumbangan
devisa Negara melalui sektor ekspor karet pada tahun 2013 mencapai 6.9 miliar
US$ dengan volume mencapai 2.7 juta ton karet kering. Tujuan utama ekspor karet
Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Negara konsumen
lainnya. (Direktorat Jenderal Perkebunan 2012). Laju perkembangan ekspor karet
alam Indonesia dapat terlihat pada Lampiran 1 mengalami peningkatan dari tahun
2008 sampai 2013, hal ini dikarenakan meningkatnya produksi karet dalam negeri
dan permintaan karet alam untuk industry berbasis karet di negara maju.
Produksi karet alam Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan
rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan negara, sehingga dapat disimpulkan
bahwa banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada komoditas karet
baik sebagai petani maupun sebagai pedagang pengumpul. Penyebaran wilayah
produksi karet alam di Indonesia sebagian besar berada pada Pulau Sumatera dan
Pulau Kalimantan. Wilayah produksi tertinggi di Pulau Sumatera berada pada
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Riau dan Provinsi
Jambi. Sedangkan di Pulau Kalimantan, daerah produksi berada pada Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah. Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah sentra
produksi karet alam di Indonesia berada pada wilayah produksi Pulau Sumatera.
Perkebunan karet di Provinsi Jambi merupakan perkebunan karet rakyat yang
diusahakan secara turun temurun, sehingga karet telah menjadi bagian dari budaya
dan kebiasaan masyarakat Jambi. Perkembangan ekspor karet di Provinsi Jambi
terlihat pada Gambar 1.
Ekspor (Kg)
500000000
400000000
300000000
200000000
100000000
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Gambar 1 Perkembangan volume ekspor karet Provinsi Jambi Tahun 2007 -2014
Sumber : BPS Provinsi Jambi 2014
2
Gambar 1 menunjukan perkembangan volume ekspor di Provinsi Jambi dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 cenderung meningkat, akan tetapi tahun 2012
sampai tahun 2014 cenderung menurun. Perkebunan karet di Jambi mempunyai
luas sekitar 588 043 Ha, dengan hasil karet 312 925 ton yang melibatkan lebih dari
dari 254 746 orang petani. Hasil olahan perkebunan karet pada umumnya diolah
menjadi bokar (bahan olahan karet rakyat) kemudian dijual ke pabrik crumb rubber
di sekitar Kota Jambi (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2013). Terdapat 10
Kabupaten berkontribusi menghasilkan karet di Provinsi Jambi dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1 Luas lahan dan jumlah produksi karet alam di beberapa Kabupaten di
Provinsi Jambi tahun 2014
Luas Tanam Produksi (Ton)
Produktivitas
Kabupten
(Ha)
(Ton/Ha)
Batang Hari
1
12.687
70.807
5,5811
Muaro Jambi
5,0232
5
6.305
31.671
Bungo
9
8.220
41.308
5,0253
Tebo
3,9478
1
12.501
49.351
Merangin
1,9655
60.772
1
30.919
Sarolangun
2,2459
56.552
1
25.179
Tanjab Barat
1,2761
7.737
1
6.063
Tanjab Timur
0,3449
7
7.750
2.673
Kerinci
0,1827
1
1.538
281
Kota Sungai Penuh
Sumber : Statistik Perkebunan Provinsi Jambi (2014)
Tabel 1 menunjukan bahwa Batang Hari sebagai penghasil utama Karet di
Provinsi Jambi berbeda halnya dengan Kabupaten Tebo yang menjadi penghasil
karet ke empat. Namun, jumlah pabrik di sekitar Kabupaten Tebo berjumlah 4
pabrik yang aktif melakukan pengolahan dan ekspor karet yang lebih banyak
dibandingkan dengan Kabupaten Batang Hari. Akan tetapi, produktivitas karetnya
lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Batang Hari yang disebabkan petani
karet di Kabupaten Tebo memiliki beberapa permasalahan. Menurut Zulkifli et al
(2006) menyatakan bahwa permasalahan yang sering dialami oleh petani karet
diantaranya seperti rendahnya mutu karet yang dilihat kadar air yang tinggi, tingkat
kebersihan karet dan komposisi karet dalam bokar menjadi kendala dalam
pemasaran karet.
Amalia (2013) mengatakan terdapat faktor lain yang menyebabkan petani
karet sulit untuk meningkatkan produktivitasnya ditinjau dari aspek permodalan
seperti adanya keterikatan petani dengan pedagang pengumpul yang merugikan
dalam hal peminjaman modal dikarenakan hutang petani terhadap pengumpul,
kemudian belum berfungsinya pasar lelang dengan baik, sarana dan prasarana serta
akses terhadap informasi pasar juga dapat menyebabkan petani tidak bisa
mengontrol perkembangan harga secara berkelanjutan. Menurut Masduki (1996)
terdapat masalah mendasar yang dialami oleh petani yaitu kurangnya akses
informasi harga sehingga harga di tingkat petani masih tergolong rendah yaitu
berkisar antara Rp 6 000 sampai dengan Rp 7 000 per Kg. Hal tersebut
3
menyebabkan pendapatan yang diperoleh petani rendah. Sementara menurut
Napitupulu (2007) menyatakan bahwa pabrik memerlukan karet dalam bentuk
bokar untuk diolah menjadi SIR 20 dengan mutu dan kualitas yang baik sehingga
dapat berdaya saing di lingkup internasional.
Standar kualitas karet yang umumnya diinginkan oleh pabrik menurut Asni
(2009) diantaranya seperti kadar kering karet 50 sampai 60 persen, tidak ada
sampah di dalam bokar, tidak ada kotoran, ketebalan lebih kurang 50 mm dan jenis
koagulan yang digunakan yakni berupa asam semut dan bahan lain yang tidak
merusak mutu karet. Akan tetapi, menurut Zulkifli et al (2006) petani masih
kesulitan dalam menghasilkan karet yang sesuai dengan keinginan pabrik. Adanya
kerjasama antara pabrik dengan petani melalui lembaga pemasaran dapat
membantu petani dalam hal penyediaan bokar yang berkualitas sesuai dengan
keinginan pabrik yang menyebabkan pabrik tidak lagi mengalami kekurangan
pasokan bokar. Oleh sebab itu analisis rantai pasok diperlukan sehingga dapat
membuktikan bahwa dengan adanya konsep rantai pasok di dalam sistem
pemasaran dapat memberikan keuntungan yang tinggi bagi petani, tingkat harga
dan stabilitas harga serta membantu pabrik dalam perolehan karet yang kualitas
sesuai dengan kebutuhan pabrik. Rantai pasok yang efisien dicerminkan oleh biaya
penanganan (transportasi, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan) yang rendah
serta keseimbangan margin yang diperoleh masing-masing pelaku pasar sesuai
dengan proporsi sumber daya (tenaga, waktu, biaya) yang dicurahkan (Swastika
dan Sumaryanto 2012).
Rantai pasok merupakan bagian dari sistem pemasaran karet. Boove and
Thill (1995) menyatakan bahwa sistem pemasaran merupakan proses pemindahan
barang dan jasa yang terdiri dari orang – orang dan organisasi yang didukung oleh
berbagai fasilitas, peralatan dan sumberdaya informasi. Sementara rantai pasok
merupakan bagian dari sistem pemasaran yang merupakan hubungan antara
lembaga-lembaga pemasaran yang dikoordinir oleh satu lembaga yakni pabrik ,
dimana saluran pemasaran merupakan proses pemindahan barang dari tangan
produsen ketangan konsumen (Beamon 1999).
Sistem pemasaran karet melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti
pedagang, pasar lelang karet dan pabrik crumb rubber (eksportir). Adanya
permintaan dari konsumen akhir karet menyebabkan pabrik membutuhkan pasokan
karet yang banyak dari beberapa lembaga pemasaran sehingga pabrik menjadi
pengatur atau penghela dalam pemenuhan pasokan karet. Pengaturan dalam saluran
pemasaran karet yang dilakukan oleh pabrik menyebabkan adanya suatu hubungan
kerjasama diantara lembaga pemasaran. Hubungan tersebut meliputi kontrak kerja,
kesepakatan kemitraan, penentuan mutu karet serta stabilitas harga akan
membentuk rantai pasok yang baik.
Dilana (2013) menyebutkan bahwa pemasaran yang efisien terlihat dari
tingkat harga dan stabilitas harga. Semakin tinggi harga jual karet, maka petani akan
semakin termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Dengan kata lain tidak
cukup hanya dengan meningkatkan prodiktivitas karet, namun harus diikuti usaha
penyempurnaan atau perbaikan dalam sistem pemasaran. Perbaikan dalam sistem
pemasaran bertujuan untuk memperbesar tingkat efisiensi pemasaran diupayakan
dengan memperbesar nilai yang diterima oleh petani, memperkecil biaya
pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen.
4
Perumusan Masalah
Tanaman karet (Havea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
penting karena sebagai salah satu sumber penghasil devisa non migas.
Perkembangan komoditas karet tidak terlepas dari berbagai permasalahan baik dari
aspek produksi maupun aspek pemasaran. Menurut Amalia (2013), aspek produksi
meliputi kadar air yang tinggi, kualitas kebersihan yang rendah, sementara dari sisi
aspek pemasaran meliputi banyaknya lembaga pemasaran mengambil selisih harga
tanpa menggunakan fungsi pemasaran dengan baik sehingga berdampak bagi
kesejahteraan petani. Sejalan dengan Zulkifli et al (2006) menyatakan kendala yang
dihadapi petani karet berupa rendahnya harga bokar yang diterima oleh petani. Hal
tersebut disebabkan kurangnya informasi harga yang diterima petani dan kualitas
bokar yang dihasilkan relatif kurang baik sehingga berpengaruh terhadap harga
jual yang ditentukan oleh pedagang pengumpul.
Fluktuasi harga karet alam dipasar dunia seringkali berakibat kepada
ketidakpastian dalam penetapan harga ditingkat petani sehingga tanaman karet
belum memberikan peran yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan
petani. Harga tersebut terbentuk karena permintaan dan penawaran karet oleh
negara konsumen. Dilain pihak harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul
sebenarnya sangat bergantung pada harga di tingkat eksportir dan pasar dunia. Pola
pergerakan harga karet ditingkat eksportir dan petani karet pada tahun 2008 sampai
tahun 2014 tertera pada gambar 2.
Harga (Rp)
harga eksportir
harga petani
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Gambar 2 Pergerakan harga karet ditingkat petani dan eksportir
Sumber : BPS Provinsi Jambi 2014
Terlihat pada Gambar 2 peningkatan harga di tingkat petani karet tidak
mengikuti peningkatan harga ditingkat eksportir . Harga di tingkat eksportir
meningkat cukup signifikan pada tahun 2008 – 2011. Sedangkan perkembangan
harga di tingkat petani hanya mengalami sedikit peningkatan. Kondisi yang
seharusnya terjadi adalah adanya keterkaitan harga ditingkat petani dan eksportir
sehingga pergerakan harga ditingkat eksportir sama dengan pergerakan harga
ditingkat petani yang menyebabkan tingginya harga jual karet oleh eksportir belum
sepenuhnya dirasakan petani dikarenakan mutu karet yang tidak sesuai dengan
permintaan pabrik (Amalia 2013). Sehingga pabrik menginginkan pasokan dari
petani sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Standar mutu yang
5
diinginkan oleh pabrik menurut Asni (2009) diantaranya seperti kadar kering karet
50 sampai 60 persen, tidak ada sampah di dalam bokar, tidak ada kotoran, ketebalan
lebih kurang 50 mm dan jenis koagulan yang digunakan berupa asam semut dan
bahan lain yang tidak merusak mutu karet. Dengan kata lain, tidak cukup hanya
dengan meningkatkan prodiktivitas karet, namun harus diikuti usaha
penyempurnaan atau perbaikan dalam sistem pemasaran.
Perbaikan bidang pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk memperbesar
tingkat efisiensi pemasaran dengan cara memperbesar nilai yang diterima petani
karet, memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas
kemampuan daya beli konsumen dengan cara dilakukannya kerjasama antara petani
dengan pabrik agar pabrik dapat memperoleh bokar sesuai standar kualitas yang
ditetapkan dan petani dapat memperoleh harga yang lebih baik. Oleh sebab itu
diperlukannya analisis rantai pasok untuk memperbaiki sistem pemasaran karet
rakyat di Kabupaten Tebo.
Rantai pasok pada dasarnya memiliki 3 tujuan utama yaitu penurunan biaya
(cost reduction), penurunan modal (capital rediction), dan perbaikan pelayanan
(service improvement). Rantai pasok dapat memberikan hasil produk yang baik
dan menambah nilai dari produk tersebut. Sejalan dengan penelitian Janvier James
(2012), Mathuramaytha (2011) mengatakan bahwa pada prinsipnya rantai pasok
memiliki peran untuk menambah nilai kepada produk. Penambahan nilai pada
rantai pasok dapat dilakukan pada aspek kualitas, mempercepat proses pengambilan
keputusan dalam menghantarkan produk tepat lokasi dengan biaya yang rendah.
Oleh sebab itu, rantai pasok dibutuhkan oleh pabrik untuk memperoleh produk yang
berkualitas sehingga konsumen puas akan output yang dihasilkan oleh pabrik.
Van der Vorst (2006) menyatakan bahwa penggunaan Supply Chain
Network dapat mengidentifikasi lebih dari satu proses bisnis, baik yang paralel
maupun berurutan dalam waktu. Akibatnya organisasi mungkin memainkan peran
yang berbeda dalam pengaturan rantai yang berbeda dank karena itu berkolaborasi
dengan mitra rantai yang berbeda, yang mungkin menjadi pesaing mereka dalam
pengaturan rantai lainnya. Aplikasi rantai pasok pada dasarnya memiliki 3 tujuan
utama yaitu penurunan biaya (cost reduction), penurunan modal (capital rediction),
dan perbaikan pelayanan (service improvement).
Kinerja rantai pasok dapat di ukur dengan menganalisis kinerja rantai
pasoknya (Wulansari 2013). Penilaian kinerja rantai pasok sangatlah penting untuk
dilakukan, karena pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
optimalisasi kegiatan pemasaran yang dilakukan anggota rantai pasok dan apabila
struktur rantai pasok telah terkoordinasi dengan baik diharapkan dapat memberikan
keuntungan yang tinggi bagi petani, tingkat harga dan stabilitas harga merupakan
salah satu faktor yang menentukan. Untuk meningkatkan kinerja rantai pasok
diperlukan integrasi didalam rantai pasok dengan cara perencanaan bersama,
mengurangi biaya pemesanan dengan melakukan outsourcing bahan baku setengah
jadi, mengurangi waktu siklus dan tingkat persediaan (Stank et al. 1999), serta
mengurangi ketidakpastian bisnis (Childerhouse et al. 2003) dengan penggunaan
teknologi informasi untuk berbagi informasi antar anggota rantai pasok. Maka yang
menjadi pertanyaan dalam penelitian adalah apakah dengan adanya rantai pasok
dapat meningkatkan efisiensi pemasaran karet di Kabupaten Tebo?
6
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka
rumusan penelitian ini secara umum adalah :
1. Bagaimana sistem pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo?
2. Apakah adanya rantai pasok dapat memenuhi kualitas sesuai permintaan pabrik
dan meningkatkan efisiensi pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah di
uraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah menganalisis
sistem pemasaran karet di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi serta secara khusus
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi saluran dan fungsi lembaga pemasaran karet rakyat di
Kabupaten Tebo
2. Menganalisis tingkat efisiensi pada setiap saluran pemasaran karet rakyat di
Kabupaten Tebo dengan pendekatan efisiensi operasional meliputi margin,
farmer’s share dan ᴨ/C ratio
3. Mengidentifikasi adanya rantai pasok karet rakyat di Kabupaten Tebo dengan
pendekatan SCN (Supply Chain Network) meliputi struktur rantai pasok, proses
bisnis rantai pasok, manajemen rantai pasok, sumber daya rantai, sasaran rantai
dan kinerja rantai pasok dengan pendekatan margin, farmer’s share dan ᴨ/C
ratio.
4. Menganalisis pengaruh adanya rantai pasok terhadap pemenuhan kualitas dan
meningkatkan efisiensi pemasaran karet rakyat di Kabupaten Tebo
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan informasi seperti petani, pemerintah, dan pembaca. Bagi lembaga
pemasaran dan anggota rantai pasok karet rakyat, diharapkan hasil dari penelitian
ini akan memberikan informasi yang bermanfaat terutama dalam hal perbaikan sisi
pemasaran dan struktur rantai pasok, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
petani dan anggota rantai pasok. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, diharapkan hasil penelitian ini akan
dijadikan salah satu sumber informasi dan rekomendasi kebijakan di Kabupaten
Tebo. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini nantinya akan menambah
pengetahuan dan dapat dijadikan sumber informasi serta pembanding dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang relevan.
Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perkebunan karet rakyat di Kabupaten Tebo
mencakup beberapa tahapan analisis. Analisis pertama mengidentifikasi saluran
pemasaran dan fungsi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran karet
rakyat di Kabupaten Tebo. Selanjutnya, menganalisis tingkat efisiensi di masing –
masing saluran pemasaran dengan menggunakan pendekatan efisiensi operasional.
Analisis berikutnya, mengidentifikasi adanya rantai pasok pada setiap saluran
pemasaran dengan menggunakan kerangka Supply Chain Network (SCN)
7
berdasarkan Van der Vorst (2006) yang dikaji menjadi enam unsur meliputi sasaran
rantai pasok, manajemen rantai pasok, struktur rantai pasok, proses bisnis rantai
pasok, sumber daya rantai pasok, dan kinerja rantai pasok dengan ruang lingkup
Kabupaten Tebo. Analisis terakhir yaitu menganalisis pengaruh rantai pasok
terhadap efisiensi pemasaran karet rakyat dengan pendekatan ekonomi dan
manajemen.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran Karet Rakyat
Pemasaran dalam sudut pandang ekonomi merupakan suatu sistem yang
terdiri dari sub-sub sistem (fungsi – fungsi pemasaran) yang merupakan aktifitas
bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk atau jasa pertanian dari
petani produsen sampai konsumen akhir. Sementara, pemasaran dalam sudut
manajemen merupakan proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat
individu atau kelompok yang menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain (Schaffner et al 1998).
Pemasaran yang efisien merupakan tujuan yang ingin dicapai pada sistem
pemasaran, dapat dilihat dari adanya kepuasan pihak-pihak yang terlibat, seperti
produsen, konsumen akhir dan lembaga-lembaga pemasaran. Perkebunan karet
rakyat dicirikan oleh produksi yang rendah, keadaan kebun yang kurang terawat,
serta rendahnya pendapatan petani. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan
oleh Siregar et al (2012), Nasution (2008), Anuja (2012) tentang karet rakyat
menyatakan permasalahan utama yang dihadapi perkebunan karet rakyat adalah
rendahnya produktivitas karet, tingginya proporsi areal tanaman karet tua,
pemasaran bahan olah karet yang belum efisien, harga jual yang tidak seimbang,
ketersediaan sarana produksi pertanian tingkat petani yang masih terbatas.
Rendahnya produktivitas perkebunan karet juga disebabkan oleh terbatasnya modal
yang dimiliki oleh petani, sehingga petani tidak mampu untuk menggunakan
teknik-teknik budidaya yang sesuai dengan syarat-syarat teknis yang diperlukan.
Usia pohon karet yang tua merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya
produksi tanaman karet.
Petani karet rakyat memiliki beberapa kelemahan salah satu diantaranya
menjual hasil produknya berupa bokar kepada pabrik pengolahan dengan melalui
pedagang perantara di tingkat desa, kecamatan dan tingkat Kabupaten dengan harga
jual yang rendah, padahal harga di pasar domestik dan pasar international cukup
tinggi, kemudian pengetahuan petani serta kurangnya informasi mengenai harga
(Amalia 2013). Beragam pola pemasaran tidak saja dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, tetapi juga faktor non ekonomi. Keterampilan petani yang rendah,
pengetahuan tentang kualitas karet dan standarisasi, penanganan pascapanen serta
minimnya pengatahuan informasi sangatlah erat kaitannya dengan permasalahan
dalam karet rakyat. Januar (1992) dalam penelitiannya dalam Analisis Keragaan
Pemasaran Karet Rakyat mengatakan, rendahnya bagian harga yang diterima petani
akibat inefisiensi sistem pemasaran karet menyebabkan petani kurang terangsang
8
untuk meningkatkan produksi maupun mutu bokar yang dihasilkan, petani lebih
cenderung memilih bokar bermutu rendah yang lebih mudah penanganannya.
Pemasaran yang efisien dalam perspektif ekonomi memiliki struktur pasar
persaingan sempurna (perfect competition), dimana ukuran efisiensi adalah
kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat
didalam mengalirkan barang/jasa, mulai dari petani sampai konsumen akhir. Sistem
pemasaran karet yang efisien merupakan keinginan atau tujuan dari partisipan
pemasaran, yaitu petani, perusahaan atau lembaga-lembaga pemasaran (pedagang,
pengolah dan pabrik), konsumen dan masyarakat umum.
Pemasaran bokar di Kabupaten Tebo dapat dikatakan belum bekerja dengan
efisien, karena masih dikuasai oleh lembaga pemasaran tertentu yang melakukan
praktek yang merugikan petani. Sejalan dengan Yuprin (2009) mengatakan bahwa
lembaga pemasaran karet rakyat ditingkat desa cenderung terkonsentrasi serta
terdapat hambatan masuk bagi lembaga pemasaran lainnya seperti : (1) petani dan
pedagang desa memiliki hubungan dalam bentuk langganan dan terikat dikarenakan
petani sebelumnya memiliki hutang dalam bentuk barang maupun uang; (2) tidak
mudah untuk mendapat kepercayaan bagi pedagang baru yang belum dikenal
dikarenakan pedagang bawah pada sebelumnya memiliki hubungan dalam bentuk
pinjaman modal tanpa bunga, melainkan hanya jaminan kepercayaan.
Saluran pemasaran karet rakyat yang panjang dapat membentuk margin
pemasaran yang besar, menunjukkan sistem pemasaran karet rakyat belum dalam
kondisi yang efisien sehingga dapat menyebabkan bagian pendapatan petani dari
penjualan produk nya (farmer’s share) menjadi kecil. Sejalan dengan penelitian
Napitupulu (2007) meneliti tentang pemasaran karet rakyat dalam bentuk bokar di
Provinsi Jambi, dalam hasilnya menyatakan rendahnya farmer’s share disebabkan
oleh panjang nya rantai pemasaran, besarnya margin pemasaran, tidak adanya
standar harga yang jelas di tingkat petani, serta penanganan pascapanen yang
cenderung menghasilkan bokar kualitas rendah. Bokar dengan kualitas rendah,
mengakibatkan turunnya produksi karet serta didukung dengan manajemen
pemasaran yang buruk dapat mengakibatkan sektor ini rentan dengan adanya
fluktuasi harga (Anuja 2012). Pemasaran karet di Indoenesia seharusnya lebih
dikembangkan, mengingat potensi yang diperoleh dari komoditas karet sangat
besar. Dorongan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan
klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya dapat ditingkatkan
seiring dengan meningkatnya harga karet alam yang relatif tinggi saat ini.
Rantai Pasok
Baemon (2000) menyatakan rantai pasokan merupakan fasilitas, persediaan,
pelanggan, produk dan metode pengendalian persediaan yang menghubungkan
antara pemasok dengan pelanggan, melewati beberapa tingkatan yang memiliki
beberapa fasilitas dimulai dengan produksi bahan baku dengan pemasok dan
berakhir dengan konsumsi produk oleh pelanggan.
Sistem rantai pasok merupakan pendekatan yang digunakan oleh
perusahaan atau organisasi untuk mengefisienkan secara integral antara pemasok,
pengolah, gudang dan konsumen akhir sehingga barang atau jasa diproduksi dan
didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat dan pada waktu yang
9
tepat dengan tujuan meminimalkan biaya ketika terdapat permintaan terhadap
kepuasan konsumen (Levi et al. 2000).
Rantai pasok merupakan strategi pemasaran yang tujuannya memberikan
hasil produk yang terbaik dan sesuai keinginan konsumen (consumen driven) dan
mengurangi biaya-biaya pada produk akhir. Pemasaran yang efisien merupakan
cerminan dari keberhasilan rantai pasok. Dalam sistem pemasaran tujuan utama
yang ingin dicapai adalah Efisiensi pemasaran. Untuk mencapai tujuan dalam
pemasaran diperlukan beberapa keputusan atau strategi yang tepat, strategi rantai
pasok yang baik sehingga dapat menurunkan biaya operasional dan
memaksimalkan efisiensi (UPS 2005). Selain itu ukuran penentuan efisiensi
pemasaran dapat dilihat dari adanya kepuasan pihak atau lembaga yang terlibat
didalamnya Dilana (2013).
Pemasar dalam mendistribusikan produknya kebanyakan bertindak relatif
independen antara satu dengan lainnya. Sebagai akibatnya setiap pelaku bertindak
hanya berdasarkan informasi lokal, sehingga sering mengakibatkan adanya distorsi
informasi disepanjang saluran distribusi produk dan akhirnya menyebabkan
pemenuhan permintaan pasar menjadi kurang efektif, pengiriman barang tidak tepat
waktu, salah kirim. Hal tersebut tentunya dapat dihindari apabila terdapat
kolaborasi yang baik antar rantai pasok.
Kolaborasi dalam rantai pasok dapat memberikan keuntungan bagi setiap
anggota rantai pasok. Kolaborasi dapat meliputi keterbukaan informasi, akurasi
jadwal. Hasil penelitian Mathuramaytha (2011), Wiengarten (2010) dan Wong et
al (2006) mengenai kolaborasi rantai pasok menyatakan bahwa akurasi, jadwal,
keterbukaan informasi yang baik antar anggota rantai pasok menjadi kunci
suksesnya kolaborasi rantai pasok, karena akan berdampak pada keberhasilan rantai
pasok sehingga dapat meningkatkan hubungan antar anggota rantai pasok melalui
pengambilan keputusan yang dapat mengahapus inefisiensi dalam pemasaran dan
meningkatkan kinerja rantai pasok. Keberhasilan rantai pasok direfleksikan pada
kepuasan, harga, kualitas, teknologi dan pengembangan produk (Mittal 2007).
Rantai pasok yang baik tentunya akan memberikan hasil produk yang baik
dan dapat menambah nilai dari produk tersebut. Sejalan dengan penelitian Janvier
James (2012), Mathuramaytha (2011) mengatakan bahwa pada prinsipnya rantai
pasok memiliki peran untuk menambah nilai kepada produk. Penambahan nilai
pada rantai pasok dapat dilakukan pada aspek kualitas, mempercepat proses
pengambilan keputusan dalam menghantarkan produk tepat lokasi dengan biaya
yang rendah.
Menurut Riadi et al. (2010) menyatakan bahwa Integrasi rantai pasok bahan
baku kayu dan karet mulai dari peremajaan hingga menjadi produk menghasilkan
nilai tambah yang signifikan dan lebih efisien dibandingkan dengan unit-unit usaha
yang dijalankan tidak terintegrasi penuh, model pengembangan ini terintegrasi
berbasis lateks dan kayu karet yang sesuai adalah kombinasi antara sistem wanatani
karet tipe-1 dan kontrak tani yang dikaitkan dengan peremajaan lahan karet seluas
10.000 hektar secara bertahap selama 15 tahun dengan mengganti karet tua dengan
karet muda sehingg akan meningkatkan produktivitas karet kering dari 779
kg/ha/tahun menjadi 1.146 kg/ha/tahun (naik 47%).
Rantai pasok pada komoditas karet umumnya terdiri dari empat sampai lima
anggota rantai pasok. Berdasarkan hasil penelitian Arifin (2012) rantai pasok yang
terlibat dalam pemasaran karet terdiri dari lima anggota rantai meliputi petani karet,
10
pengumpul tingkat desa, perantara kecamatan, pasar lelang dan pabrik karet. Rantai
pasok karet di Mandailing natal yang dijabarkan dalam hasil penelitian Siregar et
al (2012) terdiri dari petani karet, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul
kecamatan dan pabrik karet. Petani dalam memilih saluran pemasaran umumnya
didasarkan pada pertimbangan petani sendiri yang terkait dengan faktor kemudahan
transaksi ataupun faktor harga yang lebih baik. Sementara itu hasil penelitian
Tarmizi (2009) menyatakan rantai pasok karet alam di Provinsi Jambi terdiri dari
Petani Karet, pedagang pengumpul tingkat desa, pasar lelang karet dan pabrik karet.
Kinerja Rantai Pasok
Keberhasilan rantai pasok dapat dilihat dari tingkat kinerja yang
dimilikinya, menurut Pettersson (2008) kinerja rantai pasok dapat diukur melalui
perhitungan biaya total rantai pasok terdiri dari penjumlahan harga di tingkat petani,
biaya transportasi dan pengemasan, biaya mark-up, serta pemborosan akibat barang
susah dan biaya kehilangan dalam transportasi. Keragaan struktur rantai pasok
dapat dianalisis secara kualitatif, termasuk dalam menganalisis kinerja atau
performance yang dihasilkan. Analisis kinerja rantai pasok secara kualitatif perlu
didukung adanya ukuran kinerja yang kuantitatif agar menghasilkan hasil kinerja
yang lebih terukur dan objektif. Sebagai proses yang saling terintegrasi pengukuran
kinerja rantai pasok perlu menggunakan pendekatan tertentu.
Beamon (1999) menyatakan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok dapat
melalui pendekatan biaya, respon konsumen, activity time, dan fleksibilitas. Contoh
pengukuran kinerja rantai pasok yang menggunakan pendekatan biaya adalah
penelitian Dilana (2013) yang meneliti kakao dengan analisis marjin pemasaran,
farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya pada setiap lembaga pemasaran
dalam struktur rantai pasok biji kakao. Hasil penelitiannya menunjukan marjin
pemasaran terendah dan nilai farmer’s share tertinggi yaitu pada saluran ke-4
(petani-pedagang pengumpul tingkat kabupaten-pedagang besar) dengan nilai
marjin pemasaran sebesar Rp 929/kg dan nilai farmer’s share sebesar 94.37 persen.
Sedangkan nilai rasio keuntungan terhadap biaya terbesar pada saluran ke-3
(petani-pedagang pengumpul tingkat kecamatan-pedagang besar) yaitu sebesar
4.68.
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Pemasaran
Pemasaran dari perspektif ekonomi merupakan aktifitas atau kegiatan dalam
mengalirkan produk mulai dari petani (produsen primer) sampai ke konsumen akhir
dengan melibatkan banyak kegiatan produktif untuk menambah nilai guna (bentuk,
waktu, tempat dan kepemilikan) dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen
akhir (Asmarantaka 2012).
Kotler dan Amstrong (2004) menyatakan pemasaran manajerial merupakan
suatu proses sosial yang didalamnya terdapat individu dan kelompok untuk
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain. Pemasaran juga diartikan sebagai suatu fungsi organisasi dan kumpulan proses
mendesain perencanaan, menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai
11
kepada pelanggan untuk membangun hubungan yang efektif dengan cara yang
menguntungkan perusahaan dan stakeholders (Levens 2010). Pemasaran dapat
ditinjau dari dua aspek yaitu pemasaran dalam aspek ekonomi dan aspek
manajemen. Pemasaran dalam aspek ekonomi merupakan suatu sistem yang terdiri
dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan
fasilitas, fungsi-fungsi ini merupakan aktifitas bisnis atau kegiatan produktif dalam
mengalirnya produk dari petani produsen sampai konsumen akhir (Asmarantaka
2012).
Pemasaran dalam aspek manajemen merupakan suatu proses sosial yang
didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dengan menciptakan dan menawarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain sehingga manajemen pemasaran dapat dipandang suatu perusahaan dimana
perusahaan tersebut melakukan perencanaan, pelaksanaan pikiran, penetapan
harga, penyaluran gagasan untuk menciptakan pertukaran yang dapat memuaskan
pelanggan (Asmarantaka 2012). Adanya perencanaan, pengaturan yang dilakukan
oleh perusahaan untuk mencapai pasokan dalam produksinya serta melibatkan
beberapa lembaga pemasaran yang saling berhubungan. Rantai pasok merupakan
suatu sistem pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh perusahaan dengan
perencanaan melibatkan beberapa lembaga yang berhubungan satu sama lain,
sehingga rantai pasok merupakan bagian dari sistem pemasaran dalam aspek
manajemen.
Menurut Abbott dan Makeham (1990) bahwa terdapat beberapa hal yang
dapat menunjang keberhasilan suatu proses pemasaran yaitu : (1) pengaturan pasar.
Pemasaran dapat berjalan dengan baik apabila ada kekuatan legal yang memaksa
dalam perjanjian dan adanya perlindungan yang melawan praktek kecurangan. (2)
Informasi pasar. Informasi sangat diperlukan bagi perusahaan, pedagang, dan
konsumen untuk terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. (3). Penelitian pasar,
karena penelitian pasar dapat mengarahkan investasi dan kebijakan pemasaran serta
menurunkan biaya sehingga meningkatkan efisiensi. (4) penyuluhan dan pelatihan.
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja lembaga pemasaran sehingga proses
pemasaran lebih terorganisir sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pada sistem pemasaran tersebut. (5) Promosi Produk
Pemasaran secara luas diartikan oleh Kohls dan Uhl (2002) sebagai sistem.
Karena terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Sistem pemasaran
meliputi 2 jenis aktifitas utama, yaitu aktifitas penyaluran produk dari produsen ke
konsumen dimulai dari bahan baku menjadi barang jadi serta aktifitas pertukaran
dan proses penetapan harga dalam sistem pasar. Sedangkan Dahl dan Hammond
(1997) dalam Asmarantaka (2012), mendefinisikan pemasaran sebagai serangkaian
fungsi yang diperlukan dalam menggerakkan input atau produk dari tingkat
produksi primer sampai kon