Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan debitur KUR Mikro sektor agribisnis kasus Bank BRI Unit Purbasari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN
DEBITUR KUR MIKRO SEKTOR AGRIBISNIS
KASUS BANK BRI UNIT PURBASARI

MUHAMMAD HAKIM HAEKAL

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Keputusan Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Studi Kasus
Bank BRI Unit Purbasari adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Muhammad Hakim Haekal
NIM H34100166

ABSTRAK
MUHAMMAD HAKIM HAEKAL. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan
Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Kasus Bank BRI Unit Purbasari.
Dibimbing oleh DWI RACHMINA
Kondisi pelaku agribisnis pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) membutuhkan modal yang besar untuk membangun dan
mengembangkan usahanya. Dalam rangka untuk mendapatkan pinjaman,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menciptakan produk
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. KUR disalurkan melalui beberapa bank
seperti Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Islam, dan Bank daerah
lainnya. Pemerintah memberikan jaminan terhadap risiko KUR sebesar 70 persen
sedangkan 30 persen sisanya ditanggung oleh bank pelaksana. Penelitian ini
menunjukkan bagaimana proses pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis

terhadap KUR mikro Bank BRI. Tahapan proses pengambilan keputusan adalah
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Setelah itu, diidentifikasi faktor-faktor
seperti faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan debitur
pelaku agribisnis dalam memilih KUR Mikro Bank BRI. Penelitian ini
menggunakan analisis top two boxes untuk menentukan faktor-faktor apa yang
paling mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih produk
KUR mikro Bank BRI unit Purbasari. Dari hasil penelitian, faktor internal
memiliki pengaruh kuat dari faktor eksternal . Hal ini dapat menjadi informasi
bagi Bank BRI unit Purbasari dalam menciptakan strategi pemasaran untuk
mendapatkan lebih banyak debitur baru dan mempertahankan yang lama.
Kata kunci: UMKM, KUR, proses pengambilan keputusan, analisis top two boxes

ABSTRACT
MUHAMMAD HAKIM HAEKAL. Factors Affective Decision Against Debtor
KUR Mikro Agribusiness Sector Case Study of Bank BRI Unit Purbasari.
Supervised by DWI RACHMINA
Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) of agribusiness require
substantial capital to build and expand its business. Speaking of loan problem
solivng, the Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises creates

products People's Business Credit (KUR) Micro. KUR channeled through several
banks such as Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Islamic Bank, and other
regional bank. The government gives a guarantee against the risk by 70 percent
while KUR remaining 30 percent is borne by the executing bank. This study
shows how the decision-making process of the debtor to KUR micro agribusiness
BRI. Stages of the decision-making process are problem recognition, information
search, evaluation of alternatives, purchase decision, postpurchase behaviour.
After that, the identified factors such as internal factors and external factors
affecting the debtor 's decision in choosing KUR agribusiness Micro BRI. This

study uses analysis of top two boxes to determine what factors most affect a
debtor's decision in choosing products agribusiness KUR micro Purbasari BRI
units. From the research, the internal factors have a stronger influence than
external factors. This can be information for BRI unit Purbasari in creating a
marketing strategy to get more new debtors and retain previous ones.
Keyword :MSME, KUR, decision-making process, top two boxes analysis

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang

dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini memiliki judul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Kasus Bank
BRI Unit Purbasari.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Dwi Rachmina, M Si sebagai
dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi,
dosen penguji Eva Yolynda Aviny, SP MM dan Dr Ir Netti Tinaprilla, MM, pihak
kantor pusat Bank BRI divisi bisnis program, pihak Bank BRI Cabang Dewi
Sartika Bogor, Bank BRI unit Purbasari yang telah memberi izin dan
mendampingi penulis dalam penelitian ini. Penulis juga sampaikan terima kasih
kepada para debitur Bank BRI unit Purbasari yang telah membantu dalam
pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ayah, Ibu, Adik,serta seluruh keluarga, atas segala doa dan restu serta kepada
teman-teman Agribisnis 47 IPB yaitu Josia Anajohn, Galih Puntadewa, Putri
Anggraeni, Putri Gunanti, Tuty Rachmawati, Riska Prorina.
Semoga karya ilimiah ini memberikan banyak manfaat.

Bogor, Juli 2014

Muhammad Hakim Haekal


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengertian Proses Pengambilan Keputusan
Pengertian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Pengertian Kredit
Kerangka Pemikiran operasional
METODE
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk Kredit
KUR Bank BRI
Gambaran umum Bank BRI unit Purbasari
Karakteristik Responden
Proses Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1
1
2
3
3
3
4
4
5
5
5
7
8
10
11

12
12
12
15
15
15
16
16
18
20
23
23
24
25
27
45

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5

Realisasi dan NPL penyaluran KUR Bank Nasional
Karakteristik debitur KUR Mikro Bank BRI
Proses pengambilan keputusan debitur KUR Mikro Bank BRI
Faktor internal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku
agribisnis KUR Mikro Bank BRI
Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku
agribisnis KUR MIkro Bank BRI

2
16
18
25
27

DAFTAR GAMBAR
1


Kerangka alur pemikiran

12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Realisasi KUR menurut Sektor Ekonomi (31 Juli 2013)
Realisasi KUR menurut propinsi (31 Juli 2013)
Perhitungan validitas dan reliabilitas
Hasil olahan faktor-faktor yang mempengaruhi
menggunakan top two boxes

27
38
29

keputusan
37

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) umumnya memiliki
keterbatasan modal. UMKM membutuhkan dana untuk modal dan meningkatkan
skala usahanya. Untuk mendapatkan pinjaman dana dari lembaga keuangan
terutama bank, suatu usaha harus produktif, layak, dan bankable. UMKM
memiliki beberapa persyaratan tersebut tetapi umumnya belum bankable. Belum
bankable adalah UMKM yang belum dapat memenuhi persyaratan
perkreditan/pembiayaan dari bank pelaksana anatara lain dalam penyediaan
agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan/pembiayaan yang sesuai dengan
ketentuan bank pelaksana. Agar UMKM dapat memperoleh pinjaman maka
pemerintah yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah meresmikan
program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun 2007. KUR dinilai penting
untuk mengembangkan usaha dan menambah produktivitas usaha.
KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber
dana sepenuhnya berasal dari dana bank. KUR disalurkan melalui beberapa bank
seperti Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, serta
beberapa bank pembangunan daerah. Pemerintah memberikan penjaminan
terhadap risiko KUR sebesar 70 persen sementara 30 persen sisanya ditanggung
oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan
akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan
perekonomian nasional. Pada UMKM banyak terdapat pelaku agribisnis dengan
usaha di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan yang memiliki
keterbatasan modal dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya.
Pada tahun 2012, realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
mencapai Rp. 34.230 triliun, jumlah ini melampaui target pemerintah sebesar
Rp.30 triliun1. Oleh karenanya pada tahun 2013 Pemerintah meningkatkan target
KUR menjadi Rp. 36 triliun. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta
Rajasa optimis target penyaluran KUR 2013 akan melampaui target seperti
realisasi penyaluran KUR di 2012 yang mencapai Rp. 34.230 triliun. Penyaluran
kredit terbesar disalurkan oleh Bank BRI yang mencapai Rp. 19 triliun, dan Bank
BNI sebesar Rp. 4,17 triliun.
Berdasarkan data pada Tabel 1, per tanggal 31 Augustus 2013 tercatat
Bank BRI adalah penyalur KUR terbesar dengan total plafond mencapai Rp. 75,9
triliun. Selain sektor ritel BRI juga menyalurkan KUR di sektor mikro yang
masing-masing plafondnya sebesar Rp. 15,3 triliun dan Rp. 60,6 triliun dengan
debitur 89.434 UMK dan 8.132.842 UMK. Bank BRI memiliki NPL yang rendah
dengan penyaluran dan pengelolaan KUR yang baik dan tepat sasaran
dibandingkan dengan NPL KUR di Bank lainnya.
1

http://www.komite-kur.com/ [2 November 2013]

2
Dilihat dari sisi sektor ekonomi (lampiran 1) penyaluran KUR oleh Bank
Pelaksana masih didominasi oleh sektor perdagangan. Penyaluran di sektor ini
mencapai Rp. 70,477 triliun. Sektor pertanian menjadi sektor kedua terbesar
menyerap KUR dari bank pelaksana yaitu sebesar Rp. 20,2 triliun.
Dari sebaran wilayahnya (Lampiran 2), penyerapan KUR masih
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Jawa Barat menduduki peringkat ketiga terbesar
yang menyerap KUR.
Tabel 1 Realisasi dan NPL penyaluran KUR Bank Nasional (31 Agustus 2013)
Realisasi Penyaluran KUR
Plafon

Outstanding

Bank

1
2

BNI
BRI (KUR
Ritel)
BRI (KUR
Mikro)

14 085 347

4 701 435

223 884

62.9

4.9

15 385 931

6 435 103

91 745

167.7

3.4

60 601 244

18 534 819

8 350 952

7.3

1.8

4

Bank Mandiri

12 329 576

6 178 851

243 199

50.7

3.7

5

BTN

3 932 124

2 136 527

22 238

176.8

7.9

6

Bank Bukopin

1 745 102

715 658

11 669

149.6

4.2

7

Bank Syariah
Mandiri

3 293 281

1 635 387

44 891

73.4

7.2

123 070

91 736

878

140.2

3.5

8

BNI Syariah

(Rp juta)

Debitur

(%)

No

3

(Rp juta)

NPL
Rata-rata
Kredit
(Rp
juta/debitur)

Total
111 495 674
40 429 517 8 989 456
12.4
3.3
Sumber : Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013

Dari Tabel 1. di atas, jumlah debitur yang hampir mencapai 9 juta debitur
menunjukkan bahwa banyak pelaku agribisnis yang membutuhkan dana kredit
guna membangun dan mengembangkan usahanya. Bila dibandingkan dengan
jumlah UKM yaitu 55,2 juta unit maka masih banyak UKM yang belum
memanfaatkan fungsi dari KUR tersebut. Mempertimbangkan data diatas, penulis
tertarik untuk menelaah lebih jauh penyaluran produk KUR di Bank BRI,
khususnya di Bank BRI unit Purbasari Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Bank BRI unit Purbasari merupakan salah satu kantor unit Bank BRI dari
5,001 kantor unit yang berada di wilayah Bogor. Secara umum fungsi dan tujuan
yang dimilikinya sama dengan kantor unit Bank BRI lainnya yang ada di seluruh
Indonesia. Bank BRI menyalurkan berbagai macam produk kredit, dan salah
satunya KUR yang merupakan program pemerintah.
Produk KUR yang disalurkan oleh Bank BRI unit Purbasari memiliki NPL
yang paling rendah. Ini menandakan bahwa Bank BRI selektif dalam menyalurkan
KUR kepada debitur dan tepat sasaran. Hal tersebut merupakan keunggulan Bank
BRI dibandingkan bank penyalur lainnya.

3
Dalam penetrasi pasar KUR, perlu diketahui faktor-faktor yang membuat
para debitur KUR memilih produk tersebut. Banyaknya lembaga keuangan yang
menawarkan produk sejenis, memberikan beragam pilihan bagi debitur untuk
memilih dan mengambil keputusan produk mana yang paling cocok untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan daya saing produknya adalah mengetahui bagaimana perilaku
debitur pelaku agribisnis khususnya pada proses pengambilan keputusan, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis dalam
memilih produk kredit untuk UMKM. Secara garis besar masalah yang akan
dibahas dan dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses keputusan bagi calon debitur dalam memilih produk
kredit KUR Mikro di Bank BRI Unit Purbasari?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi debitur pelaku agribisnis dalam
pengambilan keputusan memilih produk kredit KUR Mikro di Bank BRI
Unit Purbasari?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penulisan ini yaitu :
1. Menganalisis proses keputusan debitur pelaku agribisnis dalam pemilihan
produk KUR Mikro Bank pada Bank BRI di Unit Purbasari Bogor.
2. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan debitur
pelaku agribisnis dalam memilih produk kredit KUR Mikro pada Bank
BRI Unit Purbasari.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi
bagi Bank BRI secara keseluruhan dan khususnya Bank BRI unit Purbasari untuk
menyusun strategi pemasarannya, untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi
keputusan debitur pelaku agribisnis, dan untuk mengetahui atribut apa saja yang
memberikan dampak paling berpengaruh dalam memilih produk KUR Mikro di
Bank BRI. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan dan
pengembangan produk KUR Mikro selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan informasi bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan
penelitian pada bidang yang sejenis.
Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian atau penulisan ini dilakukan pada debitur Bank BRI
unit Purbasari Bogor dengan pertimbangan bahwa Bank ini merupakan salah satu
Bank terbesar di Bogor yang dikenal masyarakat di Kabupaten Bogor. Objek yang
diteliti adalah proses dalam pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis serta
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis. Lingkup
objek penelitian ini dibatasi pada debitur pengguna Kredit Usaha Rakyat (KUR)
di sektor agribisnis seperti usaha tani, perdagangan barang, dan perdagangan jasa.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengambilan keputusan
Hatta (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pada tahap
pengenalan kebutuhan, tujuan menabung adalah untuk mengantisipasi keperluan
mendadak. Pada tahap pencarian informasi, diperoleh melalui informasi dari pihak
bank dan fokus perhatian dalam memilih tabungan adalah fasilitas yang didapat.
Pada tahap evaluasi, pertimbangan utama adalah fasilitas yang didapat. Pada tahap
pengambilan keputusan, nasabah memutuskan memilih “Danamon Lebih” adalah
karena fasilitas tabungan yang menarik. Fasilitas tabungan yang lebih disukai
adalah bebas biaya administrasi. Pada tahap pasca pembelian, sebagian besar
nasabah menyatakan suka dan puas. Nasabah bersedia untuk mempromosikan
tabungan Danamon Lebih kepada orang lain.
Pada penelitian Nugraha (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Tingkat Kepuasan Debitur Terhadap Pelayanan Kredit UMKM Swamitra
Bank Bukopin Cabang Bogor. Responden pengguna Kredit UMKM Swamitra
didominasi oleh debitur berjenis kelamin laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa
ternyata laki-laki lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita. Dilihat dari
segi usiapresentase tertinggi berusia 26-35 tahun yang menunjukkan usia
produktif. Dilihatdari segi pekerjaan, presentase tertinggi berprofesi sebagai
pengusaha. Berdasarkan analisis tingkat kepentingan, ada tiga atribut yang
dianggap sangatpenting yaitu kemudahan melakukan prosedur pinjaman dan tidak
berbelit-belit,ketepatan waktu dalam merealisasikan pinjaman swamitra kepada
debitur, sertakaryawan tidak pilih-pilih dalam melayani debitur.
Tsuraya (2010) dalam penelitiannya, terdapat hubungan antara pengenalan
kebutuhan pencarian informasi, dan keputusan pembelian dengan perilaku pasca
pembelian lebih lemah dibandingkan dengan hubungan antara evaluasi alternatif
dengan perilaku pasca pembelian.
Putri (2011) dalam penelitiannya Analisis Proses Keputusan Konsumen
Dalam Pemilihan Produk KUR Bank Jabar Banten (BJB), Proses keputusan
konsumen terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian.
Pada tahap pengenalan kebutuhan yang paling berhubungan adalah kebutuhan
untuk investasi, pada tahap pencarian informasi yang paling berhubungan adalah
informasi yang diperoleh dari media elektronik, yang paling berhubungan pada
tahap evaluasi alternatif adalah evaluasi plafond, pada tahap keputusan pembelian
yang paling berhubungan adalah pengaruh media iklan, serta pada tahap evaluasi
pasca pembelian yang paling berhubungan adalah kemauan konsumen untuk
menyarankan KUR kepada orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
Pada penelitian Hatta (2009) menghasilkan empat faktor. Pada faktor
pertama, atribut yang paling berpengaruh adalah cepat tanggap terhadap keluhan.
Pada faktor kedua adalah fasilitas produk tabungan seperti bebas biaya

5
administrasi dan cashback. Pada faktor ketiga adalah bunga yang diperoleh. Pada
faktor keempat adalah promosi yang dilakukan.
Mulyanto (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
realisasi KUR melalui studi kasus Bank BRI unit Leuwiliang. Metode
pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan
jumlah responden sebanyak 80 debitur yang dianalisis menggunakan analasis
deskriptif dan regresi linier berganda. Variable respon dalam analisis tersebut
adalah jumlah realisasi kredit dalam satuan rupiah, sedangkan variable-variabel
prediktornya meliputi tingkat pendapatan per bulan, aset keluarga, aset usaha, dan
lama pendidikan formal. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi realisasi KUR ada empat yaitu pendapatan, frekuensi pengambilan
kredit, lama usaha, dan modal usaha.
Pada penelitian Nugraha (2009), responden pengguna Kredit UMKM
Swamitra didominasi oleh debitur berjenis kelamin laki-laki, hal ini menunjukkan
bahwa ternyata laki-laki lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita.
Dilihat dari segi usiapresentase tertinggi berusia 26-35 tahun yang menunjukkan
usia produktif. Dilihatdari segi pekerjaan, presentase tertinggi berprofesi sebagai
pengusaha.Berdasarkan analisis tingkat kepentingan, ada tiga atribut yang
dianggap sangatpenting yaitu kemudahan melakukan prosedur pinjaman dan tidak
berbelit-belit,ketepatan waktu dalam merealisasikan pinjaman swamitra kepada
debitur, serta karyawan tidak pilih-pilih dalam melayani debitur.
Pada penelitian Putri (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen terhadap produk KUR BJB yaitu faktor dukungan keluarga, faktor gaya
hidup usaha, serta faktor pengalaman pernah menggunakan KUR sebelumnya.
Wijayanti dan Agus (2004) melakukan penelitian pada BMT di
Purwokerto. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa faktor-faktor
motivasi internal dan eksternal menjadi pertimbangan konsumen dalam
menyimpan dana di BMT. Faktor motivasi internal tersebut terbagi atas lima
faktor yaitu faktor menjalankan syariat Islam, hasil bagi yang halal, rela member I
bantuan, bagi hasil yang jujur, serta faktor kemauan sendiri. Faktor motivasi
eksternal terbagi atas enam faktor yaitu faktor promosi, orang lain, anggota
keluarga, pelayanan, informasi keuangan yang transparan, dan kecepatan
transaksi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
faktor.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran teoritis dari berbagai
penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Kerangka
pemikiran teoritis yang digunakan, dijelaskan di bawah ini.

6
Pengertian Proses Pengambilan Keputusan
Kotler (2000) membedakan lima peran yang dapat dimainkan setiap
individu di dalam keputusn pembelian :
a. Pencetus
: Seorang yang pertama kali mengusulkan gagasan
untuk membeli produk dan jasa.
b. Pemberi pengaruh
: Seorang dengan pandangan atau saran yang
mempengaruhi keputusan.
c. Pengambil keputusan : Seseorang yang memutusakan setiap komponen
dari suatu keputusan pembelian apakah membeli, tidak membeli,
bagaimana membeli, dan dimanakah membeli.
Selanjutnya, Kotler (2000) menyatakan lima tahapan bagi konsumen
dalam membuat keputusan pembelian :
a. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya
dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat berasal
dari rangsangan internal atau eksternal.
b. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan mencari
informasi lebih lanjut. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam
empat kelompok :
- Sumber pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan.
- Sumber komersial : Iklan, wiranaga, penyalur, kemasan, pajangan.
- Sumber publik : Media massa, organisasi konsumen
- Sumber pengalaman : Penaganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
Sumber-sumber ini memberikan pengaruh yang relative berbeda-beda
sesuai dengan jenis produk dan karakteristik pembeli.
c. Evaluasi Alternatif
Konsumen membentuk penilaian atas produk terutama berdasarkan
kesadaran dan rasio. Beberapa konsep dasar untuk memahami proses
evaluasi. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan
yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan
kebutuhan ini. Konsumen memiliki sikap yang berbeda dalam memandang
atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting.
d. Keputusan Pembelian
Setelah mengadakan penilaian terhadap merek-merek yang ada, maka
selanjutnya konsumen akan membentuk suatu niat untuk membeli, manun
terdapat dua faktor yang berbeda diantara niat pembelian dengan
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah pendirian orang, tergantung
atas pendirian orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan
motivasi konsumen untuk meruti keinginan orang lain. Faktor kedua

7
adalah factor situasi yang tidal diantisipasi. Faktor ini dapat muncul dan
mengubah niat pembelian. Dalam menjalankan niat pembelian, konsumen
dapat membuat lima sub-keputusan yaitu keputusan merek, pemasok,
kuantutas, waktu, dan metode pembayaran.
e. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli suatu produk, akan mengalami tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan. Jika produk lebih rendah daripada harapan pembeli, maka
pembeli akan kecewa. Jika kinerja produk sesuai harapan pembeli, maka
pembeli akan merasa puas. Hal ini akan membedakan apakah pembeli
akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut pada
orang lain. Keputusan dan ketidakpuasan konsumen dengan produk yang
dibeli akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Apabila konsumen
puas, maka akan memperlihatkan peluang, pembeli yang lebih tinggi.
Namun jika tidak puas konsumen kemungkinan akan melakukan salah satu
tindakan seperti meninggalkan produk, mengembalikan produk, mencari
informasi lebih lanjut untuk mempertegas nilai guna produk tersebut,
menyampaikan keluhan pada perusahaan atau mendatangi ahli hukum.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal
dari lingkungan (eksternal). Engel (1995) membaginya sebagai berikut :
a. Faktor individual (internal)
1. Sumber daya konsumen
Waktu, uang dan perhatian merupakan sumber daya yang dimiliki
konsumen yang digunakan dalam setiap situasi pengambilan keputusan
2. Keterlibatan dan motivasi
Keterlibatan merupakan tingkat dari kepentingan atau ketertarikan
personal yang ditimbulkan oleh stimulus dalam situasi tertentu.
Terhadap tingkat keterlibatan yang hadir, konsumen di motivasi untuk
bertindak dengan pertimbangan untuk meminimalkan resiko dan untuk
memaksimalkan keutungan yang didapat dari penggunaan dan
pembelian. Keterlibatan adalah refleksi dari motivasi yang kuat di
dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan terhadap suatu
produk atau jasa di dalam konteks tertentu.
3. Pengetahuan
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam
ingatan. Informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk akan
sangat mempengaruhi pola pembelian mereka
4. Sikap
Sikap didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh, intensitas, dukungan
dan kepercayaan adalah sifat penting dari sikap. Pencarian informasi
dan evaluasi yang luas atas pelbagai kemungkinan akan menghasilkan
pembentukan suatu sikap terhadap alternatif-alternatif yang
dipertimbangkan.

8
5. Kepribadian
Kepribadian diartikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus
lingkungan. Kepribadian seseorang akan menentukan bagaimana
seseorang mengkonsumsi suatu produk
6. Gaya hidup
Gaya hidup diartikan sebagai pola dimana orang hidup dan
menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup yang dianut seseorang
juga menentukan dalam pemilihan serta keputusan pembelian sebuah
produk.
7. Demografi
Karakteristik demografi seperti usia, pendapatan dan pendidikan juga
membedakan bagaimana seseorang terlibat dalam pengambilan
keputusan konsumen.
b. Faktor lingkungan (eksternal)
1. Budaya
Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan,
artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu
individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi
sebagai anggota masyarakat. Perbedaan budaya juga menentukan jenis
produk yang dipilih untuk dikonsumsi.
2. Kelas sosial
Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari
individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama.
Status kelas sosial menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen
yang berbeda
3. Pengaruh kelompok dan keluarga
Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
dihubungkan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal
bersama. Keputusan pembelian individu sangat mungkin dipengaruhi
oleh anggota lain dalam keluarganya. Kelompok juga berpengaruh
dalam memberikan referensi mengenai suatu produk, toko dsb.
Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
menjadi Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, disebutkan
bahwa “kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara Bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan”. Kredit juga bisa berarti kemampuan untuk melaksanakan suatu
pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya
akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dikenal adanya prinsip 5C’s yang
meliputi:
a. Character; pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan yaitu adanya
keyakinan dari pihak Bank atau pemberi kredit bahwa peminjam memiliki

9

b.

c.
d.
e.

moral, watak, ataupun sifat pribadi yang positif, kooperatif, dan juga
penuh rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi sebagai manusia,
anggota masyarakat, ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Capacity; yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai
kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang
dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukan yang akan dibiayai
oleh kredit dari Bank.
Capital; yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon
debitur.
Collateral; yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam
atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.
Condition of economy; yaitu situasi dan kondisi sosial, politik, ekonomi,
budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian suatu
negara pada suatu saat atau pada kurun waktu tertentu yang
kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari
perusahaan yang memperoleh kredit.

Suatu kredit disamping memberikan manfaat juga memberikan risiko yang
besar apabila kredit yang diperoleh digunakan untuk:
- Usaha-usaha yang sifatnya spekulatif
- Usaha-usaha yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik
- Kebutuhan konsumtif
- Penggunaan yang tidak tepat (side streaming), misalnya kredit modal kerja
dalam bentuk tunai digunakan untuk disimpan dalam bentuk deposito
Menurut Siamat (1999), kredit digolongkan ke dalam 6 (enam) bentuk :
1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu (maturity), antara lain
yaitu Kredit jangka pendek (short-term loan), kredit jangka menengah
(medium-term loan), kredit jangka panjang (long-term loan).
2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan (collateral), antara lain
yaitu kredit dengan jaminan (secured loan), kredit tanpa jaminan
(unsecured loan).
3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, farmasi, tekstil,
makanan, konstruksi dan sebagainya.
4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain yaitu kredit
komersil (commercial loan), yaitu kredit yang diberikan untuk
memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan, kredit
konsumtif (consumer loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif, kredit produktif (productive
loan), yaitu kredit yang diberikan dalam rangka membiayai kebutuhan
modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi.
5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain seperti kredit
modal kerja (working capital credit), yaitu kredit yang diberikan oleh
Bank untuk menambah modal kerja debitur, kredit investasi (invesment
credit), yaitu kredit yang diberikan oleh Bank kepada perusahaan untuk
digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal.

10
6. Kredit non kas (non cash loan) adalah kredit yang diberikan kepada
nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah
diperjanjikan telah direalisasikan atau efektif.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kondisi pelaku agribisnis yang tergolong pada UMKM membutuhkan
modal yang besar dalam membangun dan mengembangkan usahanya. Saat ini
pelaku agribisnis memiliki masalah kurangnya modal dan kurangnya akses ke
sumber-sumber permodalan seperti lembaga perbankan maupun lembaga non
perbankan.
Kebutuhan
Agribisnis

dana

Pelaku

Persaingan produk KUR Mikro

Memahami perilaku konsumen

Faktor-faktor yang memengaruhi proses pengambilan
keputusan nasabah :
- Faktor individual (internal); Sumber daya
nasabah, keterlibatan dan motivasi,
pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya
hidup, demografi
- Faktor lingkungan (eksternal); Budaya,
kelas sosial, pengaruh kelompok dan
keluarga.

Keputusan Debitur Pelaku
Agribisnis dalam memilih
produk KUR Mikro

Rekomendasi kebijakan
pemasaran produk KUR Bank
BRI untuk Strategi Pemasaran
Gambar 1 Alur Kerangka Pemikiran

Kebutuhan akan modal ini dilihat sebagai peluang oleh lembaga keuangan
untuk menawarkan berbagai produk kredit yang bisa memenuhi kebutuhan
tersebut. Beberapa persyaratan menyebabkan debitur tidak dapat menggunakan
dana dari Bank seperti usaha harus bankable dan feasible. Pemerintah dalam hal
ini membantu para pelaku usaha UMKM dengan menawarkan KUR Mikro
melalui Bank penyalur dana tersebut seperti Bank BRI. Keadaan ini menimbulkan
persaingan diantara lembaga keuangan dalam sektor produk kredit. Perusahaan

11
harus menyusun berbagai kebijakan pemasaran yang bisa meningkatkan
penyaluran kredit kepada pelaku usaha agribisnis yang tergolong UMKM. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing tersebut adalah
dengan memahami perilaku konsumen, khususnya proses pengambilan keputusan
produk. Hal ini diperlukan untuk menyusun strategi pemasaran yang tepat untuk
memasarkan produknya. Apabila proses tersebut sudah diketahui, maka mereka
dapat menarik kesimpulan faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi keputusan
seorang konsumen dalam memilih suatu produk ataupun jasa yang ditawarkan
kepadanya.
Pada penelitian ini diawali dengan mengetahui bagaimana proses
pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih produk KUR
Mikro Bank BRI. Setelah itu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan nasabah pelaku agribisnis dalam memilih produk KUR Mikro.
Penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang paling mempengaruhi keputusan nasabah pelaku agribisnis dalam
memilih produk KUR Mikro Bank BRI.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Bank BRI Unit Purbasari Bogor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena Bank BRI unit
Purbasari memiliki angka populasi debitur yang besar pada sektor agribisnis.
Meskipun unit Purbasari terlatak di urban area jumlah debitur sektor agribisnis
dapat disetarakan dengan unit lainnya yang ada di rural area seperti unit
Leuwiliang, Ciampea, dan lain sebagainya. Penelitian juga dilakukan di Kantor
Pusat BRI di JL Jendral Sudirman, Jakarta Pusat untuk mendapatkan informasi
mengenai produk KUR. Penelitian dilakukan selama bulan Oktober hingga bulan
Desember tahun 2013.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan memberikan kuisioner
kepada debitur pada sektor agrbisnis yang menggunakan produk KUR Mikro
Bank BRI Unit Purbasari. Kuisioner yang diberikan kepada debitur berupa
pertanyaan-pertanyaan mengenai biodata diri debitur, proses pengambilan
keputusan debitur dalam memilih kredit KUR Mikro di Bank BRI unit Purbasari,
dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan debitur dalam
mengambil kredit KUR Mikro di Bank BRI unit Purbasari. Data sekunder berupa
data informasi mengenai debitur diberikan oleh pihak Bank BRI unit Purbasari.
Data informasi debitur tersebut berisi nama, alamat, nomor telepon, besarnya
pinjaman, jangka waktu pinajaman, dan besar angsuran yang harus dibayar oleh
debitur. Data sekunder lainnya seperti infromasi produk KUR, KUR Mikro,

12
Realisasi dan Penyaluran NPL KUR Bank Nasional, Realisasi KUR Menurut
Sektor Ekonomi, dan Realisasi KUR Menurut Provinsi diperoleh dari kantor pusat
Bank BRI, studi pustaka, dan internet yang relevan dengan topik penelitian.
Metode Penentuan Data
Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode nonprobality sampling karena tidak semua angota populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk menjadi responden. Teknik probability sampling yang
digunakan adalah systematic random sampling. Menurut Sugiyono (2004),
Sistematic random sampling adalah sistem pengambilan sampe yang dilakukan
dengan menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Pada penelitian ini
terdapat 85 populasi yang terbagi atas 50 pada perdagangan, 20 pada on farm, dan
15 pada. Sistem pengambilan sampel dilakukan dengan menggnuakan selang
interval tertentu. Dari jumlah 85 tersebut diambil 30 responden yang terbagi
rataDari jumlah 50 perdagangan maka dilakukan pembagian rata lalu dari hasil
tersebut diambil
Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 30 sampel dari total populasi
85 orang. Sampel diteliti sebanyak 30 dengan pertimbangan kerahasiaan data yag
diberikan oleh Bank BRI unit Purbasari dibatasi dan juga pertimbangan karena
pembatasan waktu penelitian.

Metode Pengumpulan Data
Jenis dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
memberikan kuesioner kepada responden yaitu debitur pelaku agribisnis di Bank
BRI Unit Purbasari Bogor yang menggunakan produk KUR. Kuesioner berisikan
pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa
pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah tersedia, sehingga responden hanya
memilih satu dari beberapa alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka
adalah pertanyaan selain memberikan piihan juga menyediakan tempat untuk
menjawab secara bebas apabila jawaban responden ada di luar alternatif pilihan
yang ada.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah secara deskriptif dan kuantitatif, pengolahan data untuk
mengetahui karakteristik debitur dan proses keputusan debitur terhadap KUR
Mikro di Bank BRI Unit Purbasari dilakukan secara deskriptif. Pengolahan data
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi debitur terhadap KUR Mikro
dilakukan secara kuantitatif yaitu menggunakan SPSS versi 16.0.

13
Analisis Deskriptif
Faktor-faktor yang dianalisa selain statistik, dianalisa secara deskriptif.
Analisis ini digunakan untuk menganalisis karakteristik responden yang
menggunakan produk kredit KUR Mikro Bank BRI Unti Purbasari Cabang Bogor.
Data-data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama ke
dalam tabel. Data yang telah dikelompokkan ke dalam tabel, jawaban tersebut
dipresentasikan berdasarkan jumlah responden. Presentase terbesar merupakan
jawaban yang paling dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. Analisis
ini digunakan untuk menganalisis karakteristik debitur Bank BRI unit Purbasari di
sektor agribisnis dan proses pengambilan keputusan debitur dalam mengambil
KUR Mikro tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur KUR Mikro di Bank
BRI pada sektor agribisnis
Analisis dengan bentuk Top Two Boxes digunakan untuk mengetahui
perbandingan jumlah top option. Analisis ini diperoleh dari hasil perhitungan
persentase jumlah responden yang memberikan jawaban berpengaruh dan sangat
berpengaruh. Skala yang digunakan yaitu 1-5 dimana skala 4 dan 5 menunjukkan
tingkat pengaruh yang tinggi, sedangkan tingkat pengaruh yang rendah nasabah
dapat diperoleh dari skala 1-2 (sangat tidak setuju dan tidak setuju).
Analisis ini menggunalan software SPSS for windows versi 16,0. Analisis
ini dilakukan untuk mencari faktor perilaku nasabah pelaku agribisnis produk
KUR Mikro Bank BRI apa saja yang paling mempengaruhi keputusan pembelian
nasabah tersebut untuk memilih produk KUR Bank BRI, yang diamati yaitu
budaya (X1), budaya usaha (X2), budaya kredit (X3), dukungan keluarga (X4),
keluarga (X5), teman (X6), saran teman (X7), kelas sosial (X8), situasi (X9),
pendapatan (X10), jaminan (X11), motif usaha (X12), motif taraf hidup (X13),
pengetahuan informasi (X14), pencarian informasi (X15), sikap (X16), gaya hidup
kredit (X17), gaya hidup usaha (X18), kepribadian terbuka (X19), kepribadian
tertutup (X20), pengolahan informasi (X21), pembinaan dalam penggunaan (X22),
pengalaman tidak memuaskan (X23), pernah menggunakan sebelumnya (X24),
bunga yang rendah (X25), kemudahan prosedur/persyaratan (X26), waktu dalam
pencairan dana (X27), dan jarak tempuh yang dekat antara rumah dan Bank (X28).
Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang dikumpulkan pada penelitian ini diuji dengan uji validitas.
Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat
pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Uji
validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masingmasing pernyataan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk menguji
validitas kuesioner ini digunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai
berikut :

14

Dimana :





= Korelasi antara X dan Y
n = Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan
Y = Skor total

Menurut Umar (2003), jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r table maka
sahih dan semakin valid jika semakin mendekati 1,00. Uji validitas dilakukan
pada 30 responden dengan toleransi 5%, dimana nilai korelasi yang dihitung
dinyatakan valid karena nilai r lebih dari 0,361 (r tabel).
Pengujian validitas diolah dengan menggunakan software SPSS 16.
Selanjutnya alat ukur tersebut diuji reliabilitas (keandalan). Reliabilitas adalah
suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur
gejala yang sama (Umar, 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat
dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach, dengan rumus sebagai
berikut:

Dimana :

[

]

= Reliabilitas instrument
= Banyaknya butir pertanyaan
= Jumlah ragam butir
= Jumlah ragam total

Nilai ragam dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

n = Jumlah responden
X= Nilai skor yang dipilih

Menurut Triton (2003), menyatakan bahwa koefisien alpha cronbach
berada diantara 0,00 dan 1,00. Semakin mendekati angka 1,00 maka semakin baik
kekonsistenan instrumen yang diuji. Penilaian koefisien alpha cronbach
berdasarkan aturan berikut :
0,00 – 0,20 = Kurang reliabel
> 0,20 – 0,40 = Agak reliabel
> 0,40 – 0,60 = Cukup reliabel
> 0,60 – 0,80 = Reliabel
> 8,00 – 1,00 = Sangat reliabel

15
Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dimana reliabilitas variable
dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60 (Nugroho,
2005). Hasil uji reliable pada pertanyaan kuesioner diperoleh hasil alpha hitung
0,954 dan 0,875 maka kuesioner terbukti handal (lampiran 3).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk Kredit Bank BRI
Produk Kredit
Bank BRI memiliki banyak macam produk pinjaman yang terbagi atas
lima jenis pinjaman/kredit yaitu Pinjaman Mikro Bank BRI, Pinjaman Ritel Bank
BRI, Pinjaman menengah Bank BRI, Pinjaman Program Bank BRI, Pinjaman
KUR Bank BRI.
Untuk Pinjaman Mikro Bank BRI, nama produknya yaitu Kupedes yang
diperuntukkan bagi masyarakat pedesaan. Pada Pinjaman Ritel Bank BRI terdapat
lima belas macam pinjaman yaitu Kredit Agunan Kas, Kredit Investasi, Kredit
Modal Kerja, KMK Ekspor, KMK Konstruksi, KMK Konstruksi BOI, Kredit
BRIGuna, Kredit Waralaba, Kredit SPBU, Kredit Resi Gudang, Kredit Pemilikan
Gudang, KMK Talangan SPBU, Kredit Batubara, Kredit Waralaba Alfamart,
Kredit dengan Pola Angsuran Tetap. Pada jenis Pinjaman Menengah Bank BRI
terdapat Kredit Agribisnis. Pada Pinjaman Program Bank BRI terdapat KPEN-RP,
KKPE Tebu, KKPE, sedangkan pada Pinjaman KUR Bank BRI terdapat dua
macam yaitu KUR Mikro dan KUR Ritel.
KUR Bank BRI
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha
Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dalam bentuk modal kerja dan investasi yang
didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang
dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari
dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70
persen sementara sisanya 30 persen ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan
KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM pada sumber
pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Bank pelaksana yang menyalurkan KUR adalah Bank BRI, BNI, Bank
Mandiri, Bank Bukopin, BTN, Bank Syariah Mandiri, serta beberapa bank
pembangunan daerah. Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan
Menteri Keuangan No. 135/PMK. 05/ 2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit
Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
10/PMK. 05/2009 KUR Bank BRI merupakan kredit modal kerja atau kredit
investasi dengan pola executing yang diperuntukan bagi pelaku Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan usaha produktif dan juga merupakan
usaha dalam kategori feasible tetapi belum bankable. Feasible tetapi belum

16
bankable adalah usaha yang layak tetapi belum memenuhi persyaratan perkreditan
dalam hal penyediaan agunan dan atau ijin-ijin usaha.
Jenis KUR yang dimiliki Bank BRI yaitu KUR Mikro dan KUR Ritel.
Perbedaan pada kedua KUR tersebut yaitu pada plafond kredit yang disalurkan
maksimal sebesar Rp 20 juta untuk KUR Mikro, sedangkan plafond kredit yang
disalurkan pada KUR Ritel sebesar Rp 20 juta hingga Rp 500 juta.
Gambaran Umum Bank BRI Unit Purbasari
Bank BRI adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar dan tertua
di Indonesia. Saat ini nasabah Bank BRI terdapat kurang lebih 33 juta nasabah.
Pada Per akhir Maret 2013, Bank BRI memiliki jaringan kantor mencakup 18
Kantor Wilayah, 446 Kantor Cabang, 545 Kantor Cabang Pembantu, 5.001 Unit
BRI, 919 Kantor Kas, 1.804 Teras BRI, dan 350 Teras Mobile.
Salah satu wilayah yang menyumbangkan jumlah kredit terbesar yaitu Jawa
Barat. Bogor merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat. Bogor adalah salah satu
kabupaten yang potensial dimana banyak terdapat pelaku usaha UMKM terutama
pada bidang agribisnis. Pelaku usaha tersebut tentunya membutuhkan kredit untuk
modal usaha mereka dan untuk meningkatkan besar usaha mereka. Bank BRI unit
Purbasari merupakan salah satu unit di Bank BRI wilayah Dewi Sartika Bogor.
Bank BRI unit Purbasari ini terletak di Jalan Raya Gunung Batu kelurahan
Gunung Batu kecamatan Bogor Barat, letaknya sangat strategi karena dekat
dengan Pasar Gunung Batu dan pemukiman padat warga Bogor Barat. Sehingga
Bank BRI unit Purbasari memiliki banyak nasabah dan debitur dimana rata-rata
memiliki kredit mikro untuk usaha UMKM. Salah satu kredit mikro yang
digunakan debitur yaitu kredit usaha rakyat (KUR).

Karakteristik Responden
Informasi karakteristik responden didapat berdasarkan kuisioner yang
disebarkan kepada 30 orang debitur Bank BRI unit Purbasari. Responden tersebut
yaitu yang pernah dan sedang menggunakan produk KUR Mikro Bank BRI di unit
Purbasari Bogor. Karakteristik responden dibagi menjadi beberapa macam.
Karakteristik responden debitur KUR Bank BRI berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 2 sebagian besar debitur KUR Bank BRI berjenis
kelamin laki-laki sebanyak Sebagian besar debitur KUR dalam penelitian berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56.66 persen dan sisanya sebanyak 43.33 persen
berjenis kelamin perempuan. Data ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak
yang mengambil risiko dengan mengambil KUR Mikro Bank BRI dibandingkan
wanita.
Karakteristik debitur berdasarkan usia debitur dibagi menjadi lima kelas
berdasarkan batas usia minimal dan maksimal Presentase tertinggi diperoleh
nasabah berusia 36-45 tahun sebesar 36.66 persen dan urutan kedua tertinggi
adalah usia 26-35 tahun sebesar 35 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kisaran
usia 36 – 45 tahun dan usia 26-35 tahun merupakan usia yang produktif, dimana
dalam rentang usia ini seseorang sedang mengembangkan karier atau

17
pekerjaannya. Urutan ketiga diperoleh debitur usia 46 – 55 tahun yaitu sebesar
13.33 persen. Urutan keempat diperoleh debitur usia diatas 55 tahun sebesar 3.33
persen. Jumlah responden dengan usia 46 tahun keatas relatif kecil dikarenakan
pada umur-umur tersebut seseorang relatif tidak berani mengambil risiko
meminjam uang di bank.
Tabel 2 Karakteristik Debitur KUR Mikro di Bank BRI Unit Purbasari
No
A
1
2
B
1
2
3
4
C
1
2
3
4
5
D
1
2
3
4
5
6
7
E
1
2
3
4
F
1
2
3
4

Keterangan
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan terakhir
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Diploma/Sederajat
Jenis Usaha
Pertanian
Perikanan
Peternakan
Perdagangan
Makanan minuman
Omzet
Rp0 - Rp3 Juta
Rp3.1 Juta - Rp6 Juta
Rp6.1 Juta - Rp9 Juta
Rp9.1 Juta - Rp12 Juta
Rp12.1 Juta - Rp15 Juta
Rp15.1 Juta - Rp20 Juta
Rp21 Juta - Rp25 Juta
Usia debitur
26-25 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
>55 tahun
Jumlah pinjaman
Rp0 - Rp5 Juta
Rp5.1 Juta - Rp10 Juta
Rp10.1 Juta - Rp15 Juta
Rp15.1 Juta - Rp20 Juta

Persentase(%)

n
17
13

56.66
43.33

8

26.66

5
14
13

16.66
46.66
10

3

10

3
3
10
11

10
10
33
36.66

16

53.33

4
2
1
6
0
1

13.33
6.66
3.33
20
0.00
3.33

14

46.66

11
4
1

36.66
13.33
3.33

9

30

10
4
7

10
13.33
23.33

Pada karakteristik tingkat pendidikan debitur mencakup persentase tingkat
pendidikan terakhir debitur KUR Mikro Bank BRI. Berdasarkan Tabel 2
persentase tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMA dan pada persentase
tertinggi kedua yaitu debitur dengan tingkat pendidikan SD sebesar 26.66%. Pada
debitur KUR Mikro Bank BRI ini tidak didapat debitur yang memiliki pendidikan

18
terakhir di tingkat sarjana/sederajat, banyak yang melanjutkan usaha karena
meneruskan usaha orang tua dan banyak pula yang memiliki keterbatasan dana
untuk kuliah sehingga memilih untuk berwirausaha.
Karakteristik debitur pelaku usaha agribisnis berdasarkan bidang usaha
yang digeluti terbagi menjadi enam sektor berupa pertanian, perikanan,
peternakan, kehutanan, perdagangan, dan makanan minuman. Persentase tertinggi
didapat pada bidang usaha pertanian dimana terdapat debitur yang memiliki usaha
di sayur-mayur dan buah-buahan. Persentase tertinggi kedua terdapat pada bidang
usaha perdagangan seperti menjual sembako dan gas.
Selain memiliki usaha-usaha tersebut, terdapat dua belas debitur memiliki
pekerjaan pada bidang jasa berupa laundry, security, penjahit, supir, lalu bidang
perdagangan seperti menjual mainan dan barang bekas, pada bidang pertanian
seperti bertani padi, pada bidang perikanan yaitu bertani ikan bawal, dan terdapat
juga responden yang bekerja menjadi TNI AD dan Guru SD.
Karakteristik pendapatan usaha debitur KUR Mikro pelaku agribisnis per
bulan dibagi menjadi tujuh bagian yaitu Rp`0,5 - Rp 3 juta, Rp 3.1 juta - Rp 6 juta,
Rp 6.1 juta - Rp 9 juta, Rp 9.2 juta -Rp 12 juta, Rp 12.1 juta - Rp15 Juta, Rp15.1
Juta - Rp20 Juta, dan Rp20.1 Juta - Rp25 Juta Rp juta dapat dilihat pada Gambar
5 Mayoritas debitur KUR Mikro tersebut memiliki pendapatan per bulan Rp0 –
Rp3 Juta, dapat diartikan bahwa mayoritas debitur yang besar usahanya mikro dan
kecil membutuhkan sokongan dana untuk modal usahanya. Persentase tertinggi
kedua yaitu debitur dengan pendapatan per bulan Rp12.1 Juta – Rp15 Juta.
Persentase terendah yaitu pada pendapatan per bulan Rp21 Juta – Rp25 Juta. Ratarata omzet yang diperoleh debitur yaitu Rp 6.3 Juta.
Besarnya nominal kredit yang dipinjam debitur dalam satu periode
peminjaman dibagi menjadi tujuh kelas, dapat dilihat pada Tabel 2. Nominal
kredit yang paling banyak dipinjam debitur yaitu Rp0-Rp5 Juta sebsesar 30 persen
dimana mayoritas pada nominal ini dipinjam oleh debitur yang memiliki usaha
seperti menjual sembako dan makanan minuman. Nominal kredit yang paling
sediki