Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) disektor agribisnis (kasus pada BRI Unit Harjasari-Bogor)

(1)

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS

(KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR)

SKRIPSI

IMMANUEL SEMBIRING H34104111

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

RINGKASAN

IMMANUEL SEMBIRING. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (kasus pada BRI Unit Harjasari-Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI)

Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia selama ini menunjukkan posisi strategisnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, UMKM di Indonesia terdapat sekitar 53.823.732 unit atau sekitar 99 persen lebih dari total unit usaha yang ada, dimana usaha mikro berjumlah 53.207.500 unit, usaha kecil sekitar 573.601 unit, sedangkan usaha besar hanya 42.631 unit. Permodalan merupakan hambatan utama bagi UMKM. Salah satu program pemerintah guna mengatasi masalah permodalan tersebut yaitu yaitu melalui program KUR, KUR adalah skim penjaminan yang khusus diperuntukkan bagi usaha UMKM yang usahanya feasible namun belum

bankable. Pemerintah meningkatkan plafon KUR Mikro dari lima juta menjadi 20 juta rupiah.

BRI merupakan salah satu bank pelaksana yang ditunjuk oleh pemerintah dalam penyaluran program KUR. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR perlu menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh BRI.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis mekanisme penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada sektor agribisnis di BRI Unit Harjasari, (2) Mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada sektor agribisnis di BRI Unit Harjasari. Penelitian ini dilaksanakan di BRI Unit Harjasari. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, berlangsung pada bulan Maret 2012 sampai Agustus 2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah para debitur KUR yang bergerak di sektor agribisnis yang masih aktif. Sampel yang digunakan adalah sama dengan jumlah populasi debitur KUR yang bergerak di sektor agribisnis yaitu 37 debitur. Semua faktor yang diduga berpengaruh terhadap realisasi KUR dianalisis menggunakan analisis Deskriptif dan Regresi. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR dengan menggunakan model analisis Regresi Linear Berganda, sehingga dapat diketahui variabel-variabel independent

yang berpengaruh secara nyata terhadap realisasi kredit sebagai variabel

dependent. Variabel-variabel independent yaitu agunan, umur responden, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, Pendapatan Bersih Responden dan frekuensi pinjaman. Pengolahan data dengan aplikasi minitap 14 for windows.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, karakteristik responden sebagai penerima realisasi KUR yaitu (1) Pendapatan Bersih berkisar antara Rp 212.000,- hingga Rp 5.900.000,- perbulannya, (2) frekuensi pinjaman kredit satu hingga lima kali (3) umur responden berkisar 23 tahun hingga 65 tahun, (4) tingkat pendidikan dari SD hingga S1, (5) pengalaman usaha satu hingga 25 tahun, dan (6) tanpa aguan dan dengan agunan.


(3)

Berdasarkan hasil analisis regesi linear berganda, faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR di BRI Unit Harjasari meliputi Frekuensi pinjaman kredit dan Pendapatan bersih perbulan.

BRI Unit Harjasari diharapkan kedepannya lebih dapat menilai karakteristik calon nasabah lainnya, tidak hanya sebatas faktor-faktor yang diduga berpengaruh pada realisasi KUR baik yang secara signifikansi atau tidak. Selain itu juga diharapkan BRI Unit Harjasari dapat melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada nasabah KUR BRI mengenai daya serap solusi modal pada kegiatan usahanya, dan dapat memikirkan solusi yang baik terhadap realisasi KUR BRI kepada pengusaha mikro kecil dan menengah dari sisi pendapatan bersih responden dan frekuensi kredit nasabah.


(4)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS

(KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR)

IMMANUEL SEMBIRING H34104111

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(5)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) disektor Agribisnis (kasus pada BRI Unit Harjasari-Bogor)

Nama : Immanuel Sembiring

NIM : H34104111

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir Andriyono Kilat Adhi

NIP. 19600611 198403 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit usaha Rakyat (KUR) disektor Agribisnis (kasus pada BRI Unit Harjasari-Bogor)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Immanuel Sembiring H34104111


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Immanuel Sembiring dilahirkan pada tanggal 25 Mei 1989 di Tebing tinggi, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Daniel Sembiring dan Ibu Karta Br Ginting.

Pendidikan formal penulis diawali di Sekolah Dasar (SD) Negeri 010215 (Tg. Kubah), pada tahun 1995-2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Air Putih, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Air Putih, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2007. Selama melaksanakan pendidikan di SMA Negeri 1 Air Putih, penulis juga aktif berorganisasi dengan menjadi anggota OSIS dan Pramuka.

Tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan dengan diterima di Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjalankan kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi seperti Forma Mahasiswa kristen (FMK) Diploma IPB.

Setelah menyelesaikan pendidikan program diploma di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010, penulis langsung melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana. Penulis diterima di Program Alih Jenis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan tersaji dengan sebenar-benarnya. Penyusunan kajian ini merupakan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Alih Jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi realisasi Kredit usaha Rakyat (KUR) disektor Agribisnis (kasus pada BRI Unit Harjasari-Bogor)”. Penulisan kajian ini merupakan hasil dari kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2012 di BRI Unit Harjasari. Inti sari dari penyusunan kajian ini penulis mencoba megidentifikasi debitur KUR BRI Unit Harjasari berdasarkan realisasi KUR, dan menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi realisasi KUR.

Kajian ini merupakan gladi karya yang dihasilkan oleh penulis dari penerapan ilmu perkuliahan di lapangan. Harapannya kajian ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemangku kepentingan sekaligus pihak-pihak yang terkait dengan kondisi perberasan di Indonesia pada khususnya. Namun penulis sadar bahwa kajian ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik membangun akan sangat diapresiasi oleh penulis sebagai bahan masukan untuk penulisan kedepannya.

Bogor, Januari 2013 Immanuel Sembiring


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang terkait. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbinganya mulai dari persiapan hingga penyelesaian skripsi ini baik secara teoritis maupun teknis.

2. Dr.Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan keritik dan sarannya demi perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MS sebagai dosen evaluator pada saat kolokium yang telah memberikan waktu, saran dan masukan guna perbaikan penelitian ini. 4. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dorongan dan semangat baik

secara moril, materil dan yang terpenting adalah do’a.

5. Direksi dan seluruh staf karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Bogor-Jawa Barat. Bapak Ubaidillah selaku kepala Unit BRI Unit Harjasari. Seluruh staf account officer, customer service, teller, dan seluruh staf operasional

6. Teman-temanku yang memberikan do’a, semangat, dan bantuan selama penyusunan skripsi ini yang tak akan terlupakan dan akan menjadi kenangan dimasa tua kita nanti special to my friend Mart Nova Elita, Ade Racmana Fajrin

7. Teman–teman di Program Alih Jenis Departemen Agribisnis khususnya angkatan 1, serta Semua teman-teman, keluarga, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih telah mendukung dan mendoakan penulis.

Bogor, Januari 2013


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 10

2.2 Perbankan dan Perkreditan ... 11

2.3 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit ... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 19

IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 23

4.3 Metode Penentuan Responden... 24

4.4 Metode Analisis Data ... 25

V GAMBARAN UMUM BRI UNIT HARJASARI... 28

5.1 Gambaran Umum ... 29

5.2 Struktur Organisasi BRI Unit Harjasari ... 29

5.3 Bidang Usaha BRI Unit Harjasari ... 31

VI MEKANISME PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT DI BRI UNIT HARJASARI ... 33

6.1 Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Harjasari ... 33

6.1.1 Persyaratan Administratif bagi Calon Debitur ... 38

6.2. Karakteristik Responden di BRI Unit Harjasari ... 39

6.2.1 Usia Responden ... 40

6.2.2 Tingkat Pendidikan ... 41

6.2.3 Lama Usaha ... 42

6.2.4 Pendapatan Bersih per Bulan ... 42

6.2.5 Frekuensi Peminjaman Kredit ... 43

6.2.6 Agunan ... 45

VII ANALISIS REALISASI KREDIT DI BRI UNIT HARJASARI ... 47


(11)

7.2 Tingkat Pendidikan ... 50

7.3 Lama Usaha Berjalan ... 51

7.4 Pendapatan bersih ... 51

7.5 Frekuensi Peminjaman Kredit ... 52

7.6 Agunan ... 53

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

8.1 Kesimpulan ... 54

8.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010 ... 1 2. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala

Usaha Tahun 2009-2010 ... 2 3. Jumlah dan Proporsi UMKM menurut Jenis Kesulitan Utama... 3 4. Jumlah Penyaluran dana KUR di Indonesia Tahun 2008 ... 5

5. Trend Pengajuan dan Realisasi KUR di BRI Unit Harjasari Periode Juli 2011 – Januari 2012 ... 6

6. Posisi KUR di BRI Unit Harjasari Menurut Sektor Ekonomi Periode Juli 2011 - Januari 2012 ... 7 7. Jumlah dan Persentase Responden KUR di BRI Unit Harjasari

Menurut Umur (2012) ... 40 8. Jumlah dan Persentase Responden Peminjam KUR BRI Unit Harjasari Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2012 ... 41 9. Jumlah dan Persentase Responden Peminjam KUR BRI Unit Harjasari Menurut Pengalaman Usaha, Tahun 2012 ... 42 10. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Harjasari menurut Pendapatan Bersih per Bulan. ... 43 11. Jumlah dan Proporsi responden Debitur KUR BRI Unit Harjasari

menurut Frekuensi Pinjaman kredit ... 44 12. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Harjasari

menurut Jenis Agunan ... 46 13. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Harjasari

menurut Agunan ... 46

14. Hasil analisis terhadap faktor faktor yang mempengaruhi realisasi KUR pada BRI Unit Harjasari ... 47


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Prosedur Umum Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 8

2. Kurva Permintaan dan Penawaran Kredit ... 18

3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 22


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Hasil Responden Debitur KUR BRI Unit Harjasari ... 59 2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 60 3. Plot Komponen Normal Probababilty Plot dan Histogram

of the Residual Menurut Variabel Dependent (Realisasi KUR BRI Unit Harjasari) ... 61 4. Plot Komponen Standardize Residual Menurut

Variabel Dependent (Realisasi KUR BRI Unit Harjasari) ... 62 5. Tabel Angsuran ... 63 6. Form pengajuan KUR ... 64


(15)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia selama ini menunjukkan posisi strategisnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang ditandai dengan salah satu sektor perekonomian Indonesia yang masih dapat bertahan pada saat krisis ekonomi tahun 1997. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terus berkembang dan memiliki keunggulan komparatif dalam berkontribusi pada pendapatan daerah maupun perndapatan nasional. Perkembangan jumlah pelaku Usaha menurut skala usaha Tahun 2009-2010, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010

No Skala Usaha

Tahun 2009 Tahun 2010 Perkembangan

Jumlah (Orang)

Pangsa (%)

Jumlah (Orang)

Pangsa (%)

Jumlah

(Orang) (%)

1. Usaha Mikro (UM) 52.176.795 98,88 53.207.500 98,85 1.030.705 1,98

2. Usaha Kecil (UK) 546.675 1,04 573.601 1,07 26.926 4,93

3. Usaha Menengah

(UM) 41.133 0,08 42.631 0,08 1.498 3,64

A.Total Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) 52.764.603 99,99 53.823.732 99,99 1.059.129 2,01

B. Usaha Besar (UB) 4.677 0,01 4.838 0,01 161 3,43

Jumlah Unit Usaha(A+B) 52.769.280 53.828.569 1.059.289 2,01

Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (2011)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada tahun 2010 dapat terlihat dari jumlah UMKM di Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 2,01 persen, yaitu dari 52.764.603 unit pada tahun 2009 menjadi 53.823.732 unit pada tahun 2010. Sedangkan untuk unit usaha besar mengalami peningkatan sebesar 3,43 persen, yaitu dari 4.677 unit pada tahun 2009 menjadi 4,838 unit pada tahun 2010. Perkembangan jumlah UMKM selama periode 2009 sampai dengan 2010 menunjukkan pertumbuhan rata-rata 2,01 persen atau tumbuh 1.059.129 unit setiap tahunnya, yakni dari 52.764.603 unit tahun 2009 terus meningkat menjadi sekitar 53.823.732 unit pada tahun 2010. dapat di lihat pada Tabel 1. Hal ini


(16)

disebabkan oleh proporsi unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap perekonomian nasional serta penyediaan lapangan kerja.

UMKM merupakan jenis usaha yang memanfaatkan tenaga kerja dalam jumlah yang besar sehingga mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah perekonomian Indonesia. Terdapatnya banyak penganguran di Indonesia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja. UMKM dapat menjadi solusi peluang alternatif lapangan kerja baru karena dalam pengerjaanya banyak membutuhkan tenaga sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Pada tahun 2010, kontribusi UMKM pada penyerapan tenaga kerja baru mencapai 99.401.775 orang atau sekitar 97,22 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010

Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Repoblik Indonesia, (2011)

Pada tahun 2010 peran usaha mikro dalam perekrutan tenaga kerja perlu mendapat apresisai yang cukup tinggi yang di tandai dengan jumlah penyerapan tenaga kerja 93.014.759 orang atau sekitar 90,98 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa usaha mikro lebih unggul dalam merekrut tenaga kerja di banding usaha lainnya. Usaha mikro memiliki peran yang lebih besar dalam mengatasi masalah pengangguran secara nasional.

Dalam usaha kecil dan menengah beberapa masalah yang sering muncul adalah kurangnya permodalan, kemitraan dan peluang usaha. Modal merupakan

No Skala Usaha

Tahun 2009 Tahun 2010 Perkembangan

Jumlah ( Orang )

Pangsa (%) Jumlah (unit) Pangsa (%) Jumlah

(unit) (%)

1. Usaha Mikro (UM) 90.012.694 91,03 93.014.759 90,98 3.002.065 3,34

2. Usaha Kecil (UK) 3.521.073 3,56 3.627.164 3,55 106.091 3,01

3. Usaha

Menengah(UM) 2.677.565 2,71 2.759.852 2,70 82.287 3,07

A.Total Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

96.211.332 97,30 99.401.775 97,22 3.190.443 3,32

B. Usaha Besar (UB) 2.674.671 2,70 2.839.711 2,78 165.040 6,17

Jumlah Tenaga Kerja


(17)

salah satu penghambat utama bagi pengusaha untuk melalukan perluasan atau pengembangan usahanya. Oleh karena itu dibutuhkan lembaga yang dapat membantu pengusaha dalam penyediaan modal usahanya. Salah satu lembaga tersebut adalah bank. Sebagai lembaga yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut, maka diharapkan bank dapat membantu pengusaha untuk meningkatkan skala usaha melalui kredit yang diberikannya.

Salah satu usaha mikro yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah usaha agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia bahan makanan bagi penduduk Indonesia, penyedia lapangan pekerjaan dan juga sebagai sumber devisa negara. Salah satu kondisi yang menyebabkan sektor agribisnis kurang berkembang adalah kurangnya penyediaan modal bagi petani untuk mengembangkan usahanya. Jumlah dan proporsi UMKM menurut jenis kesulitan utama, dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah dan Proporsi UMKM menurut Jenis Kesulitan Utama Tahun 2009

Jenis Kesulitan Utama Jumlah UMKM

(Unit usaha)

Proporsi (%)

Permodalan 806.758 37,82

Pemasaran 495.123 23,21

Bahan Baku 483.468 22,67

BBM/Energi 34.759 1,63

Transportasi 39.571 1,86

Keterampilan 68.162 3,19

Upah Buruh 20.884 0,98

Lainnya 184.408 8,64

Jumlah 2.133.133 100

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)

Agribisnis merupakan suatu kesatuan sistem usaha dimana antara subsistem dengan sistem lainnya (mulai dari penyediaan faktor produksi, budidaya, pengolahan, hingga distribusi pemasaran) saling terkait. Keterkaitan tersebut di jalin oleh suatu kelembagaan yang memiliki peranan sebagai penunjang dalam usaha agribisnis. Sistem tersebut akan berfungsi dan dapat


(18)

berkembang dengan baik apabila tidak ada penghambat dalam salah satu sistem. Salah satu penghambat dalam pengembangan usaha pada sektor agribisnis adalah kurangnya modal kerja, jadi dibutuhkan lembaga yang dapat membantu pengusaha agribisnis dalam penyediaan modal usahanya. Salah satu lembaga tersebut adalah lembaga perbankan. Sebagai lembaga yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut, maka diharapkan bank dapat membantu pengusaha agribisins untuk meningkatkan produktivitas sektor agribisnis Indonesia melalui kredit yang diberikannya.

Sifat produk agribisnis yang sangat bergantung pada aspek musim dan sifatnya yang perishable menjadikan salah satu penghambat bagi pihak perbankan untuk menyalurkan dananya bagi usaha agribisnis. Hal ini dapat terlihat dari sifat perbankan yang cenderung lebih menyukai untuk memberikan pinjaman modal kepada sektor lain seperti perdagangan dan jasa.

Salah satu lembaga keuangan yang memiliki perhatian khusus terhadap perkembangan sektor agribisnis skala mikro adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pinjaman yang disalurkan oleh BRI terdiri dari Kupedes (kredit komersil untuk modal kerja dan investasi), Golbertap (kredit untuk pegawai yang berpenghasilan tetap), Cash Collateral (jaminan deposito) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Salah satu program unggulan BRI dalam rangka membantu pengusaha agribisnis mikro untuk membantu penyediaan modal usaha mikro adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Salah satu program pemerintah ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha sektor agribisnis dalam penyediaan modal usahanya.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai diluncurkan pemerintah sejak 5 November 2007. Adanya KUR ini diharapkan para pengusaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat menerima pinjaman modal minimal hanya dengan melengkapi surat keterangan usaha (SKU) dari Kepala Desa saja. Dalam hal ini, KUR adalah program pemerintah dimana jaminannya dijamin oleh pemerintah. Penjamin yang bekerjasama dengan pemerintah adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).


(19)

Tabel 4. Jumlah Penyaluran dana KUR di Indonesia Tahun 2008

Nama Bank Total

(miliar Rp)

Debitur (orang)

Rata-rata (juta Rp)

Bank Mandiri 499,500 13.443 44,75

Bank BRI 301,128 2.240 134,43

Bank BNI 20,300 149 136,20

BTN 2,000 29 70

Bank Bukopin 21,795 51 175,90

BSM (Bank Syariah Mandiri) 6,751 34 175,90

Total 851,474 15.946 737,13

Sumber : Departemen koperasi, 2008

Sejak awal diluncurkannya program KUR oleh pemerintah pada bulan November 2007, banyak pelaku usaha baik mikro, menengah ataupun makro yang memanfaatkannya untuk tambahan modal usahanya. Hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja, sudah terdapat 15.946 debitur yang sudah mendapatkan bantuan dana KUR dengan total dana yang sudah disalurkan sebesar 851.474 miliar rupiah. Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa Bank Mandiri dan Bank BRI merupakan bank yang paling banyak menyaluran dana KUR (Kredit Usaha Rakyat).

Khusus untuk Bank Rakyat Indonesia (BRI), awalnya KUR hanya diberlakukan di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu (KCP) yang disalurkan untuk sektor ekonomi produktif dengan bunga maksimum 16 persen pertahun dan jumlah kredit maksimum Rp 500.000.000,- per debitur. Kredit ini difokuskan pada tujuh sektor usaha yakni pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan perdagangan. Untuk BRI Unit sendiri, program Kredit Usaha Rakyat (KUR) baru mulai berlaku sejak Maret 2008 dengan bunga 13,5 persen pertahun dengan jumlah plafond kredit maksimal adalah Rp 5.000.000,-. Namum sejak tanggal 16 September 2010 jumlah plafond kredit maksimal menjadi Rp 20.000.000,-. Diharapkan dengan adanya program KUR, pengusaha mikro yang ada di unit BRI dapat dilayani dalam keperluan tambahan modal usahanya.


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah program pemerintah bagi pengusaha mikro maupun makro dalam penyediaan modal pengembangan usaha. Oleh karena itu pemerintah mempercayakan BRI untuk memberikan KUR kepada pengusaha mikro, kecil dan menengah yang besar plafond pinjaman adalah sampai dengan Dua Puluh juta rupiah. Semakin meningkatnya usaha-usaha mikro, kecil dan menengah, mengakibatkan tumbuhnya persaingan yang semakin tinggi sehingga mengharuskan para pengusaha untuk dapat tetap bertahan dan terus menerus meningkatkan pengembangan usahanya.

BRI Unit Harjasari merupakan salah satu unit kerja BRI Cabang Bogor Dewi Sartika dengan pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang cukup tinggi. Adanya program KUR membuat banyak minat pengusaha untuk memanfaatkannya sebagai tambahan modal usaha. Oleh karena itu BRI Unit Harjasari harus lebih selektif dalam merealisasikan KUR kepada nasabah, sehingga sasaran untuk penambahan modal bagi pengusahan dapat tercapai.

Tabel 5. Trend Pengajuan dan Realisasi KUR di BRI Unit Harjasari Periode Juli 2011 – Januari 2012 (dalam juta rupiah)

Trend Bulan Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Deb Rp Deb Rp Deb Rp Deb Rp Deb Rp Deb Rp Deb Rp Pengajuan 11 27 18 73 25 112 22 104 12 75 16 83 13 92 Realisasi 8 19 10 66 7 42 7 51 7 67.5 11 66 9 77 Sumber : BRI Unit Harjasari, 2012

Tabel 5 memperlihatkan bahwa hampir setiap bulannya rata-rata pengajuan KUR mencapai 16 orang dengan plafond 566.000.000,- rupiah, sedangkan rata-rata realisasi setiap bulannya hanya 9 orang dengan plafond 307.000.000,- rupiah. Banyaknya jumlah pengajuan KUR tidak sebanyaknya jumlah KUR yang dicairkan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang belum dipenuhi oleh pengusaha sebagai syarat untuk menerima pinjaman KUR. BI

Checking, Usaha yang belum layak, kondisi perekonomian rumah tangga dan karakter pengusaha merupakan faktor penting yang dijadikan acuan dalam realisasi pinjaman.


(21)

Tabel 6. Posisi KUR di BRI Unit Harjasari Menurut Sektor Ekonomi Periode Juli 2011 - Januari 2012 (dalam juta rupiah)

Sektor KUR Bulan Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Deb Plfnd Deb Plfnd Deb Plfnd Deb Plfnd Deb Plfnd Deb Plfnd Deb Plfnd

Pertanian 1 5 1 6

Perdagangan 8 49.2 9 41 6 37 6 31 6 39 9 58 5 54

Jasa 2 10 1 5 1 20 2 8.5 1 3 2 19

Industri 1 15 1 20 1 4

Total 8 49.2 12 66 7 42 7 51 9 67.5 11 66 9 77 Sumber: BRI Unit Harjasari, 2012

Pada Tabel 6 dapat terlihat bahwa pada BRI Unit Harjasari menyalurkan KUR paling banyak pada sektor agribisnis yang pada umumnya pada bidang perdagangan dan jasa. Hal ini menandakan bahwa di Harjasari banyak pengusaha agribisnis mikro dan menengah yang sedang tumbuh dan berkembang sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi nasabah dalam realisasi kredit KUR nantinya. Pengajuan kredit pada pihak perbankan melalui beberapa tahap atau prosedur, dimulai dari tahap permohonan kredit hingga tahap pengawasan kredit. Adapun prosedur ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Tingginya proporsi kredit yang diberikan kepada sektor agribisnis di BRI Unit Harjasari disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun salah satu faktor tersebut adalah tingginya tingkat kebutuhan masyarakat di daerah Kecamatan Ciawi, Bogor Selatan dan Megamendung terhadap kredit agribisnis untuk memperluas skala usaha, penambahan modal usaha ataupun untuk penambahan jumlah komoditi usahanya. Dengan alasan tersebut, mereka berusaha untuk mengajukan permintaan terhadap KUR yang ada di BRI Unit Harjasari. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh kemudahan prosedur yang diberikan oleh BRI Unit Harjasari dalam memberikan pinjaman kredit untuk sektor agribisnis.

Suku bunga yang relatif rendah (13,5 persen/tahun) membuat KUR ini menjadi target utama pengusaha kecil dalam pemenuhan kebutuhan modal usahanya. Hampir sebagian besar pengusaha mikro mengajukan pinjaman modal di BRI Unit Harjasari dengan harapan mereka nantinya dapat memperoleh dana pinjaman dari bank. Namun dari keseluruhan pengajuan yang masuk ke BRI Unit Harjasari hanya sebagian kecil saja yang berhak menerima pinjaman dari BRI


(22)

Unit Harjasari. Usaha yang kurang layak ataupun karakter yang kurang baik merupakan sebagian kecil alasan mengapa nasabah yang mengajukan pinjaman modal tidak dapat memperoleh realisasi pinjaman dari BRI Unit Harjasari. Oleh karena itu maka pihak BRI harus dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pinjaman KUR kepada nasabah.

Gambar 1. Prosedur Umum Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh perumusan masalah yang akan dibahas di penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk sektor agribisnis di BRI Unit Harjasari, Cabang Dewi Sartika, Jawa Barat?

Pengajuan Kredit penuhan Kelengkapan Berkas

pemenuhan Kelengkapan Berkas

Mengisi Permohonan Kredit

Analisis Kredit Usaha

Keputusan Kredit (diterima/ditolak)

Bila Ditolak: Berkas Dikembalikan Bila diterima:

Realisasi Kredit

Pengawasan Kredit

Pelunasan Kredit


(23)

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi realisasi pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada sektor agribisnis di BRI Unit Harjasari, Cabang Dewi Sartika, Jawa Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Setelah memaparkan dan menjelaskan latar belakang yang mendasari perumusan masalah dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis mekanisme penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada sektor agribisnis di BRI Unit Harjasari, Cabang Dewi Sartika, Jawa Barat.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada sektor agribisnis di BRI Unit Harjasari, Cabang Dewi Sartika, Jawa Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi BRI, penulis maupun mahasiswa.

1. Bagi pihak BRI Unit Harjasari, sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan yang bermanfaat dalam penentuan kebijakan selanjutnya.

2. Bagi penulis, sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengalaman praktis dalam dunia perbankan.

3. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan.


(24)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang biasa disingkat dengan UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi masyarakat yang cukup penting. Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah yang meningkat memerlukan upaya yang serius dari pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk dapat membina dan melindungi agar nantinya UMKM dapat menjadi sektor unggulan bagi perekonomian Indonesia.

Usaha mikro merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang berskala kecil dan masih bersifat tradisional, dalam artian belum terdaftar, belum tercatat dan belum memiliki badan hukum. Usaha mikro biasanya memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak sekitar Rp 100.000.000,- atau kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (Departemen Koperasi dan UKM, 2006).

Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995. Penjelasan mengenai usaha kecil tradisional pada pasal ini adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya. Adapun kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- dan sudah berbentuk usaha perorangan.

Usaha menengah atau besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil. Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 tentang pemberdayaan usaha Menengah memberlakukan kriteria usaha menengah yaitu memiliki kekayaan bersih lebih besar dan Rp 200.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan sudah berbentuk usaha perorangan.


(25)

Menurut Gadeke dan Tootelian (2003), karakteristik UMKM adalah :

a. UMKM dimiliki oleh individu atau keluarga, Selain pemilik usaha mereka juga bertindak sebagai pengelola usaha tersebut.

b. Operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan modal.

c. Wilayah operasi terbatas pada lingkungan sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya.

d. Ukuran perusahaan kecil dalam hal jumlah pekerja atau satuan lainnya yang signifikan.

2.2 Perbankan dan Perkreditan

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berperan untuk menghimpun dana dari masyarakat (baik dalam bentuk tabungan ataupun deposito) dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman/kredit. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga perantara bagi masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang membutuhkan dana. Oleh karena itu, bank harus dapat dipercaya oleh masyarakat sehingga nantinya bank dapat dipercaya oleh masyarakat untuk menyimpankan uangnya di bank.

Kasmir (2009) menyatakan bahwa bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan Deposito. Kemudian Bank juga dikenal sebagai tempat peminjaman uang (Kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran listrik, telpon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya. Menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan penyalurannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kredit merupakan bentuk penyaluran dana yang dilakukan oleh perbankan kepada masyarakat dengan tujuan agar dana dapat tersalurkan bagi mereka yang membutuhkan. Salah satu bentuk kredit yang diberikan adalah penambahan modal kerja kepada pengusaha agribisnis. Pemerintah sendiri mulai memperkenalkan


(26)

kredit program bagi agribisnis sejak pendirian Padi Sentra (tahun 1959) yang menangani penyuluhan, penyaluran dan pemberian kredit. Kredit tersebut diperuntukkan bagi pembelian sarana produksi dan uang untuk biaya hidup (cost of living). Setelah itu barulah mulai muncul program Bimas pada tahun 1966, dimana pemerintah membenahi sistem kelembagaan perkreditan untuk mendukung program intensifikasi padi.

Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan. Jadi oleh karena itu, dalam kredit harus terdapat unsur kepercayaan baik dari si pemberi kredit kepada penerima kredit. Undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 menjelaskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa kredit dapat berbentuk uang atau tagihan lainnya yang dimana nilanya dapat diukur dengan uang. Dengan pengertian tersebut, maka dalam memberikan kredit akan ada suatu perjanjian antara peminjam dan yang meminjam mengenai hak dan kewajiban masing-masing. Baik itu jangka waktu kredit, bunga yang sudah ditetapkan ataupun sanksi-sanksi apa yang akan didapatkan apabila perjanjian kredit dilanggar.

Berdasarkan sumbernya, kredit dapat dibedakan antara kredit formal dan kredit non formal (Rachmina,1994). Kredit formal adalah kredit yang berasal dari lembaga keuangan formal, baik lembaga yang berciri bank atau bukan bank. Sedangkan kredit non formal adalah kredit yang berasal dari lembaga keuangan non formal, seperti pelepas uang/rentenir, pedagang/tengkulak, keluarga dan sebagainya.

Peran kredit sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Karena dengan adanya kredit, maka kebutuhan akan tambahan modal akan dapat terpenuhi bagi masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi terdapat tiga komponen penting, yaitu pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi, dan pengurangan jumlah kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat ditunjukkan dari adanya peningkatan produksi (output). Dimana peningkatan


(27)

produksi (output) tersebut hanya dapat dicapai dengan cara menambahkan jumlah input atau adanya penerapan teknologi yang baru. Dan untuk penerapan teknologi baru tersebut, maka akan dibutuhkan modal pula. Dengan kata lain, bahwa untuk melaksanakan pembangunan dibutuhkan peningkatan penggunaan modal pula. Modal dapat bersumber dari modal sendiri ataupun dari pinjaman (kredit). Namun mengingat modal sendiri umumnya kurang mencukupi untuk penggunaan modal, maka kebutuhan akan kredit yang tepat waktu akan sangat diperlukan.

Menurut Kasmir, (2009) menyatakan bahwa dalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur kredit, yaitu:

1. Kepercayaan

Adanya unsur kepercayaan sangat dibutuhkan dalam transaksi kredit. Karena dengan memberikan kepercayaan kepada si peminjam dalam bentuk uang, barang ataupun jasa maka diharapakan juga peminjam dapat memberikan kepercayaan kepada pemberi pinjaman dengan membayar kredit tepat waktu. Kepercayaan timbul karena sebelumnya pemberi kredit sudah melakukan analisis lapangan terhadapa kemampuan calon nasabah dalam membayar kembali kredit yang diberikan tepat waktu.

2. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa dalam bentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 3. Risiko

Tingkat resiko yang dihadapi sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu antara orang yang memberi pinjaman dengan orang yang diberi pinjaman. Dengan kata lain bahwa semakin lama jangka waktu kredit yang diberikan, maka akan semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Dikarenakan waktu yang mempunyai unsur ketidakpastian dan tidak dapat diperhitungkan akan menyebabkan timbulnya unsur resiko.

4. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara sipemberi kredit dengan sipenerima kredit. Keesepakatan ini


(28)

dituangkan didalam suatu perjanjian dimana masing masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing masing.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga yang merupakan keuntungan bank. sedangkan bank dalam prinsip syariah ditentukan dalam bentuk bagi hasil.

Tahap analisis sumber kredit formal memiliki penilaian-penilaian sebelum memberikan kredit. Adapun tujuannya adalah untuk menjamin bahwa kredit tersebut nantinya dapat dikembalikan tepat waktu dan tidak ada tunggakan nantinya. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan dan sudah menjadi standar penilaian setiap bank dengan kriteria yang biasa disebut “prinsip 5C” yaitu character, capacity, capital, collateral dan condition of economic.

1. Character (Karakter)

Pemberian kredit harus memiliki sifat saling percaya antara si pemberi kredit dengan yang akan diberi pinjaman. Oleh karena itu pemberi kredit harus melihat bagaimana karakter dari orang yang akan diberi pinjaman nantinya, sehingga tujuan kredit yang diharapkan dapat tercapai. Kejujuran, integritas dan tekad baik dari peminjam akan dinilai sebelum kredit diberikan.

2. Capacity (Kapasitas)

Penilaian yang diberikan kepada calon peminjam mengenai kemampuan dalam melunasi kewajibannya yang dapat dilihat dari kegiatan usaha yang akan diberikan tambahan kredit dari bank. Dengan analisis ini maka pihak bank akan dapat mengukur sampai sejauh mana calon peminjam mampu mengembangkan usahanya dari tambahan modal yang akan diberikan pihak bank nantinya dan juga untuk mengetahui kemampuan penerima pinjaman dalam membayar kembali kewajibannya sebagai peminjam.

3. Capital (Modal)

Penilaian terhadap capital yang dimaksudkan adalah penilaian terhadap jumlah dana yang tersedia ataupun jumlah modal yang dimiliki calon peminjam sehingga nantinya akan dapat diketahui bagaimana kondisi keuangannya.


(29)

4. Collateral (Jaminan)

Collateral merupakan jaminan yang diserahkan oleh peminjam sebagai jaminan atas kreditnya. Jaminan penerima kredit juga dinilai agar pihak pemberi kredit merasa aman, dimana apabila sewaktu-waktu kredit yang dipinjam tidak dikembalikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka pihak pemberi kredit dapat menggunakan jaminan si peminjam untuk digadaikan.

5. Condition of Economic (Kondisi Ekonomi)

Condition berarti kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi usaha tersebut baik yang akan mendukung usaha atau juga kondisi-kondisi tersebut dapat berupa kondisi ekonomi, politik, bahkan kondisi internal rumah tangga yang akan mempengaruhi prospek usaha tersebut ke depannya. Kondisi ekonomi tersebut dapat menjadi penghalang usaha maupun pendukung usaha yang dapat meningkatkan keuntungan nantinya.

2.3 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

Penilaian Febrio (2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit solusi modal di Bank Danamon simpan pinjam Unit Cibinong Kabupaten Bogor, menyimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap perealisasian pinjaman di Bank Danamaon Unit Cibinong merupakan tingkat pengalaman usaha, dan sisa tanggungan pinjaman, serta beberapa variable dalam merealisasikan kredit terdiri atas pendapatan perbulan, pengalaman usaha, waktu perealisasian, frekuensi pinjaman, usia dan jenis kelamin. Alat analisis yang digunakan untuk meneliti faktor yang mempengaruhi permintaan adalah regresi linear berganda.

Tarigan (2006) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) dalam sektor pertanian di BRI Unit Parung, Bogor. Melalui hasil pendugaan model linear berganda diperoleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruhi dalam permintaan Kupedes di BRI Unit Parung adalah omzet usaha, pengalaman mengambil kredit, dan jumlah agunan yang dimiliki. Agunan digunakan sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal.


(30)

Irawati (2011) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia unit Cibinong Cabang Bogor Jawa Barat. Melalui hasil pendugaan model regresi linear berganda diperoleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruhi Realisasi KUR adalah usia debitur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal, jenis usaha, lama usaha, omset usaha perbulan, pendapatan bersih perbulan, frekuensi peminjaman kredit, nilai agunan, jumlah kredit yang diajukan, waktu perealisasian KUR dan hasil regresi tersebut menghasilkan hanya pada variabel jenis kelamin, jumlah kredit yang diajukan dan waktu perealisasian yang mempunyai hubungan yang signifikan.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat di sektor agribisnis di BRI Unit Harjasari ini menggunakan analisis deskriptif dan kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui mekanisme penyaluran kredit, bagaimana syarat-syarat yang harus dipenuhi dan prosedur dalam memperoleh kredit usaha rakyat (KUR) di BRI Unit Harjaari, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi realisasi pinjaman.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah melihat bagaimana perilaku bank terhadap program realisasi kredit yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dilihat dari wilayah lokasi penelitian yaitu BRI Unit Harjaari. Hasil penelitian terdahulu juga belum ada yang membahas tentang faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI Unit Harjasari.

Adapun persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari faktor-faktor yang dianalisis dan alat analisis yang digunakan. Terdapat beberapa kesamaan dari faktor yang dianalisis pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu pendapatan bersih, tingkat pendidikan, agunan, dan frekuensi pinjaman


(31)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berkembang atau tidaknya suatu usaha salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan modal. Penyediaan modal oleh pengusaha dapat diperoleh melalui modal sendiri ataupun modal dari luar (kredit). Modal sendiri adalah modal yang dimiliki secara pribadi yang digunakan untuk usahanya, sedangkan modal dari luar adalah modal yang berasal dari orang lain dengan tujuan untuk pengembangan usahanya. Modal dari luar dapat juga berasal dari kredit.

Memulai suatu usaha biasanya membutuhkan modal dari luar selain dari modal sendiri. Sumber modal yang berasal dari luar dapat berasal dari sumber formal ataupun sumber non formal. Sumber modal yang formal berasal dari lembaga keuangan formal bank dan non bank. Sumber non formal merupakan lembaga keuangan non formal, seperti pelepas uang (rentenir), pedagang ataupun pengijon.

Kebutuhan kredit memang dibutuhkan oleh seluruh bidang usaha termasuk juga agribisnis. Hampir sebagian pihak perbankan memberikan kemudahan kredit bagi para pelaku bisnis untuk mengembangkan usahanya. Terkadang pemberian kredit jarang diberikan oleh pihak perbankan bagi para pelaku agribisnis onfarm. Hal ini dikarenakan usaha agribisnis yang masih banyak tergantung pada alam. Sedangkan faktor alam merupakan salah satu faktor yang sangat sulit ditentukan untuk pengembangan usaha. Namun belakangan ini pihak perbankan sudah mulai memberikan perhatiannya kepada pengusaha pertanian untuk pengembangan usahanya, baik melalui program kredit komersil pada bank itu sendiri ataupun program kredit dari pemerintah. Dengan adanya pinjaman kredit ini diharapkan akan menggeser kurva penawaran modal ke arah kanan.

Pada Gambar 2 dapat dilihat kurva permintaan dan penawaran kredit yang menggambarkan hubungan antara tingkat bunga (i) dengan jumlah kredit (Q). Pada saat keseimbangan awal berada pada titik E0, dimana pada saat jumlah kredit

pada kondisi Q0 dan harga (tingkat bunga) pada i0. Jika permintaan terhadap kredit


(32)

tingkat bunga juga akan menurun menjadi i1. Dengan demikian tingkat

keseimbangan akan menjadi E1.

Untuk mencegah kenaikan tingkat suku bunga, maka pemerintah akan mengeluarkan berbagai kebijakan, salah satunya adalah program KUR (Kredit Usaha Rakyat). Dengan adanya KUR ini maka diharapkan kurva penawaran akan mengalami peningkatan (bergeser ke bawah), sesuai pada Gambar 2. Maka tingkat keseimbangan akan turun ke E1.

Gambar 2. Kurva Permintaan dan Penawaran Kredit

Analisis permintaan kredit dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung (Rachmina, 1994). Pendekatan langsung dilakukan melalui fungsi permintaan dimana kredit dianggap sebagai barang ekonomi. Berdasarkan teori ekonomi bahwa permintaan terhadap barang dan jasa terutama dipengaruhi oleh harga barang dan jasa tersebut. Permintaan akan barang dan jasa juga dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dan pendapatan ekonomi masyarakat. Hal ini juga berpengaruh terhadap permintaan kredit, dimana tinggi rendahnya permintaan kredit dipengaruhi oleh harga kredit. Harga kredit yang dimaksudkan disini adalah tingkat suku bunga kredit.

Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui fungsi produksi dimana kredit dianggap sebagai sumber modal dalam kegiatan produksi. Dalam hal ini perkreditan berperan dalam faktor-faktor produksi seperti input produksi. Dengan

Tingkat bunga (i)

i1

i0

Q0 Q1 Jumlah Kredit (Q)

S0

S1

E0

E1

D0


(33)

adanya pemberian kredit, maka diharapkan perusahaan akan dapat meningkatkan liquiditasnya. Maka dengan meningkatnya produksi perusahaan, maka akan memerlukan tambahan modal dan tambahan tenaga kerja. Salah satu cara untuk meningkatkan modal tersebut adalah melalui kredit.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfokus kepada penyediaan kredit kepada pengusaha kecil maupun menengah. Dalam visinya, BRI diharapkan dapat menjadi bank komersial yang akan selalu peduli pada nasabah baik itu nasabah simpanan maupun nasabah pinjaman. Berdasarkan visi tersebut, maka salah satu strategi yang dilakukan oleh BRI adalah dengan menyalurkan pinjaman kredit kepada nasabah. Dan salah satu kebijakan kredit yang dilakukan adalah dengan ikut mendukung pemerintah melalui pinjaman kredit usaha rakyat (KUR).

Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai diluncurkan pemerintah sejak 5 November 2007. Dengan KUR ini diharapkan para pengusaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat meminjamkan modal hanya dengan persyaratan minimal memiliki surat keterangan usaha (SKU) dari kepala desa atau pemerintah setempat saja. Dalam hal ini, KUR adalah program pemerintah yang dimana jaminannya dijamin oleh pemerintah. Penjamin yang bekerjasama dengan pemerintah adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).

Pada tahap awal, program KUR diikuti enam bank lainnya yaitu Bank Negara Indonesia, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank Tabungan Negara, dan Bank Syariah Mandiri. Penyaluran pola penjaminan difokuskan pada tujuh sektor usaha, seperti pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindutrian dan perdagangan. Tanggapan positif masyarakat di pelosok Tanah Air merupakan bukti nyata langkah positif BRI melaksanakan kebijakan pemerintah tersebut. Di masa mendatang diharapkan banyak pihak perbankan turut mendukung pemberian KUR sehingga kesejahteraan rakyat dapat terwujud.

Khusus untuk Bank Rakyat Indonesia (BRI), awalnya KUR hanya diberlakukan di Kantor Cabang Pembantu (KCP) yang disalurkan untuk sektor ekonomi produktif dengan bunga maksimum 16 persen pertahun dan jumlah


(34)

kredit maksimum lima ratus juta per debitur. Kredit ini difokuskan pada tujuh sektor usaha yakni pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan perdagangan. Untuk BRI Unit sendiri, program Kredit Usaha Rakyat (KUR) baru mulai berlaku sejak Maret 2008 dengan bunga 13,5 persen pertahun dan jumlah kredit maksimal adalah lima juta rupiah per debitur. Diharapkan dengan adanya program KUR ini, pengusaha mikro yang ada di sekitar unit- unit BRI dapat dilayani dalam keperluan tambahan modal usahanya. Jumlah proporsi KUR BRI yang dialokasikan ke sektor agribisnis rata-rata sekitar 20-30 persen setiap bulannya. Persentase ini terus meningkat dari sejak awal dicanangkannya program KUR bagi usaha mikro hingga bulan pelaporan skripsi ini.

Kredit Usaha Rakyat yang mulai dijalankan di BRI Unit sejak Maret 2008 ternyata mendapat respon yang sangat positif dari sebagian besar masyarakat. Suku bunga yang relatif rendah (13,5 persen/tahun) membuat KUR ini menjadi target utama pengusaha kecil dalam pemenuhan kebutuhan modal usahanya. Banyaknya nasabah yang mengajukan permohonan KUR ini ternyata tidak sejalan dengan banyaknya jumlah kredit yang dicairkan. Oleh karena itu maka pihak BRI harus dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pinjaman KUR kepada nasabah.

Pada penelitian ini terdapat enam variabel yang diduga dapat mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat yaitu lama usaha sudah berjalan, pendapatan bersih rumah tangga dalam sebulan, tingkat pendidikan, agunan, frekuensi pinjaman, dan usia nasabah. Lama usaha sudah berjalan menjadi variabel positif dalam realisasi pinjaman. Dimana semakin lama usaha sudah berjalan maka pinjaman yang akan dicairkan akan semakin besar dengan sudah lama berjalannya usaha tersebut maka nasabah diharapkan sudah banyak mengetahui kekurangan dan kelebihan dari usaha yang dijalankannya.

Pendapatan bersih rumah tangga per bulan diduga mempunyai hubungan yang positif terhadap realisasi kredit. Dengan kata lain bahwa semakin besar tingkat keuntungan usaha yang dimiliki, maka jumlah punjaman yang akan dicairkan akan semakin besar pula. Pendapatan bersih rumah tangga dalam


(35)

sebulan adalah pendapatan bersih yang diperoleh dari usaha maupun dari luar usaha.

Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang positif terhadap realisasi kredit. Semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka semakin baik pula manajemen yang diterapkan dalam menjalankan usahanya tersebut. Selain itu semakin tinggi tingkat pendidikan formal responden maka usaha yang dijalankan dalam volume yang besar sehingga memerlukan pinjaman untuk perkembangan dan perluasan usahanya dengan jumlah yang besar pula. Nilai agunan juga dapat mempengaruhi dalam proses realisasi kredit. Nilai agunan memiliki hubungan positif dengan jumlah pinjaman yang akan dicairkan nantinya. Nasabah yang mengikutsertakan jaminan dalam pinjaman kreditnya, memiliki peluang lebih besar dalam mendapatkan realisasi pinjaman. Pinjaman juga merupakan variabel dummy dalam penelitian ini karena yang dinilai dari agunan adalah ada atau tidaknya agunan. Dimana D = 0 merupakan nilai untuk tidak memiliki agunan dan D = 1 merupakan nilai untuk nasabah yang memiliki agunan.

Frekuensi peminjaman kredit mengindikasikan bahwa semakin sering meminjam maka debitur akan lebih memahami bagaimana pola kredit yang diambil dan bagaimana menggunakannya. Tingginya frekuensi peminjaman dapat meningkatkan kepercayaan bank sebagai kreditur dalam menyalurkan kreditnya sehingga faktor ini diduga berpengaruh positif terhadap proses realisasi kredit yang dapat diterima oleh debitur. Usia nasabah juga diduga memiliki hubungan yang positif terhadap realisasi kredit. Usia nasabah diperkirakan memiliki hubungan dengan lama usaha yang sudah dijalankan. Semakin tua umur nasabah maka semakin lama pengalaman usahanya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.


(36)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI

Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Unit Harjasari Penyaluran KUR di BRI

Unit Harjasari

Banyak masyarakat yang mengajukan KUR tetapi

sedikit yang dicairkan Analisis Deskriptif

Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit

Harjasari

Variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi

KUR

Lama Usaha berjalan,

Pendapatan bersih rumah tannga dalam sebulan, Agunan,

Tingkat Pendidikan, Frekuensi peminjaman,

Usia Nasabah

Model Realisasi Kredit

Analisis Regresi

Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR

di BRI Unit Harjasari


(37)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bank Rakyat Indonesia. Bank ini dipilih karena dengan jaringan mikro terbesar dan memiliki jumlah realisasi salah satu terbanyak di bandingkan dengan bank agen lainnya di Indonesia.

Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah BRI Unit Harjasari, cabang Dewi Sartika, Bogor. BRI Unit Harjasari sengaja dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan BRI Unit Harjasari merupakan salah satu unit yang banyak memiliki debitur kredit di bidang agribisnis. Selain itu, dengan pertimbangan bahwa BRI Unit Harjasari merupakan bank yang fokus pada penyaluran program KUR pada usaha mikro di wilayah Ciawi dan sekitarnya dan berlangsung pada bulan Maret 2012 sampai Agustus 2012

4.2 Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang secara langsung diperoleh dari responden, baik dari pengusaha maupun dari BRI Unit Harjasari. Data yang diperoleh dari pelaku agribisnis adalah data yang diperoleh dari pengusaha agribisnis yang menjalin hubungan kerjasama dengan BRI Unit Harjasari dalam hal perkreditan. Selain itu, data primer yang didapat dari BRI Unit Harjasari adalah informasi perkreditan yang dilakukan oleh nasabah agribisnis khusus untuk pengajuan maupun realisasi program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Biaya yang diperlukan dalam pengajuan pinjaman tidak turut mempengaruhi realisasi KUR bagi pengusaha agribisnis mengingat dalam hal ini biaya yang diperlukan untuk realisasi KUR hanya berupa biaya materai dua buah. Lama usaha sudah berjalan, pendapatan bersih, tingkat pendidikan responden, nilai agunan yang dimiliki, frekuensi peminjaman nasabah dan umur merupakan hal-hal yang akan ditanyakan kepada nasabah. Dengan menayakan hal-hal tersebut maka akan diketahui alasan nasabah dalam melakukan pinjaman KUR di BRI Unit Harjasari.


(38)

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang diambil dari data yang telah ada baik dari internal maupun eksternal perusahaan yang diperoleh seperti surat permohonan pengajuan kredit, pedoman kerja BRI, modul-modul BRI, selebaran-selebaran yang berhubungan dengan kredit di BRI Unit, literatur, data-data dari BPS, jurnal-jurnal seperti skripsi, buku perbankan yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. dan lain-lain.

4.3 Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini debitur KUR yang bergerak dalam usaha Agribisnis. Adapun jumlah nasabah BRI Unit Harjasari sektor agribisnis adalah 139 nasabah baik itu nasabah lama ataupun nasabah baru, sedangkan nasabah pinjaman KUR agribisnis yang masih aktif berjumlah 85 nasabah. Jumlah responden yang akan dijadikan sampel adalah 37 nasabah yang sedang memanfaatkan pinjaman KUR. Jumlah ini masih dapat berubah tergantung kondisi di lapangan nantinya. Nasabah agribisnis yang dimaksudkan disini adalah nasabah yang tidak hanya melakukan proses budidaya pertanian (onfarm) saja, tetapi juga yang termasuk dalam pemasaran produk-produk pertanian (pedagang alat-alat pertanian, dagang buah dan lain sebagainya) maupun usaha lain di bidang agribisnis. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dalam hal ini BRI Unit Harjasari sudah mengacu pada pengertian agribisnis secara keseluruhan mulai dari hulu sampai hilir.

Besarnya jumlah sampel yang diambil mengacu pada pendapat Supranto (2001), yang menyatakan bahwa apabila jumlah variabel yang diambil adalah k, maka jumlah sampel yang diambil minimal harus sama dengan empat atau lima kali dari jumlah k. Sehingga dengan demikian jumlah responden sebesar 37 orang sudah dianggap cukup untuk mewakili. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan responden yaitu pengusaha yang sudah mendapat realisasi kredit dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Kuisioner tersebut berisi daftar pertanyaan kepada responden seputar usaha, kredit, dan lain–lain yang dimana nanti harapannya responden tersebut dapat memberikan respon positif terhadap pertanyaan-pertanyaan itu.


(39)

4.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan gambaran umum BRI, seperti syarat-syarat penyaluran kredit serta prosedur yang digunakan untuk memperoleh kredit yang dikeluarkan oleh BRI Unit Harjasari. Maka dengan demikian akan diketahui seperti apa mekanisme penyaluran KUR di BRI Unit Harjasari.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Regresi linear berganda adalah regresi dimana ada lebih dari satu variabel penjelas atau variabel bebas yang digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel tak bebas. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit usaha rakyat (KUR) akan dilakukan dengan menggunakan data dari keseluruhan responden, sehingga akan diperoleh model realisasi kredit usaha rakyat (KUR) seluruh nasabah BRI Unit Harjasari. Analisis kuantitatif ini akan menjelaskan faktor-faktor apa yang akan mempengaruhi realisasi kredit. Dalam hal ini akan digunakan metode pendekatan langsung. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit dengan pendekatan langsung dapat ditulis dengan

Y= b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e

Dimana :

Y = Banyaknya realisasi kredit (Rupiah) X1 = Usia nasabah (tahun)

X2 = Tingkat pendidikan nasabah

Tahun, 6 ; tingkat pendidikan SD

9 ; tingkat pendidikan SMP/SLTP 12 ; tingkat pendidikan SMA/SLTA 15 ; tingkat pendidikan DIPLOMA 16 ; tingkat pendidikan S1

X3 = Lama usaha sudah berjalan (tahun)

X4 = Pendapatan bersih rumah tangga per bulannya (dalam Rupiah)

X5 = Frekuensi peminjaman kredit

X6 = Nilai Agunan/ Jaminan,


(40)

Dalam membuat suatu keputusan ada tidaknya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka digunakan Uji F, Uji-t dan Koefisien Determinasi (R2). Dalam melakukan pengolahan data dengan alat analisis tersebut maka digunakan bantuan program komputer Minitab 14.

a. Uji-F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan variabel

independent secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y). Rumus Uju F adalah :

Uji F

=

/ ( )

/ ( ) Dimana :

n = jumlah data histories k = jumlah variabel independent

Bila f-hitung > f-tabel maka seluruh variabel independent secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

b. Uji-T

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam melihat pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan uji T. Rumus perhitungannya adalah:

Thitung =

) (bi S

i

bi

Dimana:

bi = koefisien regresi ke-i yang diduga

i

= parameter ke-I yang dihipotesiskan

S(bi) = standar deviasi atau simpangan baku dari bi i = 1,2,3,4

Bila t-hit > ttabel, maka tolak Ho artinya variabel-variabel bebas yang diuji

berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Jika t-hit <ttabel, maka terima Ho

artinya variabel-variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.


(41)

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan model. Semakin tinggi keragaman dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien determinasi. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

R2 =

JKT JKS

 1

= ∑( )

∑( ) Dimana :

R2 = koefisien determinasi JKS = Jumlah Kuadrat Sisa JKT = Jumlah Kuadrat Total

= nilai rataan respon Yi = nilai dugaan

d. Uji Normalitas

Normalitas atau disebut juga uji kenormalan data diperlukan dalam analisis regresi berganda. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal dan sebaliknya jika garis tidak terletak disekitar garis, maka data tidak normal.

e. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel independent. Adanya kolinear berganda ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tak stabil. Pendekatan terjadinya suatu koliner ganda dapat dilihat pada hasil VIF (Variance Inflation Factors). Dimana apabila nilai VIF sekitar angka satu dan memiliki nilai toleransi mendekati satu, maka suatu model regresi bebas multikolinearitas.


(42)

f. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji terjadinya ketidaksamaan varian dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka terjadi homokedastisitas, tetapi apaBila berbeda maka akan terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan cara membuat scatter plot dari model persamaan regresi. Jika membentuk pola tertentu misalnya bergelombang, melebar kemudian menyempit dan sebagainya maka akan terjadi heteroskedastisitas dengan kesalahan yang terjadi tidak acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya variabel bebas, sebaliknya jika tidak membentuk pola yang jelas, serta titik-titik tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(43)

V GAMBARAN UMUM BRI UNIT HARJASARI

5.1 Gambaran Umum

BRI Unit Harjasari merupakan salah satu unit di Cabang Bogor Dewi Sartika baru mulai online sejak Juli 2008. Berdirinya kantor unit ini tidak terlepas dari rencana untuk menjangkau lebih dekat masyarakat di daerah Harjasari yang diharapkan akan menjadi nasabah royal simpanan dan pinjaman di BRI Unit Harjasari.

BRI Unit Harjasari terletak di Jalan Raya Tajur No. 238 Bogor. Wilayah kerja BRI Unit Harjasari hanya terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Selatan. Untuk kecamatan Bogor Selatan sendiri meliputi kelurahan Empang, Lawang Gintung, Batutulis, Bondongan, Pamoyanan, Ranggamekar, Mulyaharja, Cikaret, Bojongkerta, Rancamaya, Kertamaya, Harjasari, Muarasari, Genteng, Pakuan, Cipaku. Letak kantor BRI Unit Harjasari cukup strategis karena terletak dekat dengan pasar Ciawi dan di depan jalan raya sehingga memudahkan nasabah maupun calon nasabah untuk bertransaksi.

5.2 Struktur Organisasi BRI Unit Harjasari

BRI Unit Harjasari dipimpin oleh seorang Kepala Unit (Ka Unit) yang membawahi Mantri (Account Officer Mikro), Customer Service dan Teller

(Gambar 4). Masing – masing bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Adapun job description masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

a. Kepala Unit (Ka Unit)

Kepala Unit adalah seorang pemimpin dalam kantor BRI Unit. Peran dari Ka Unit adalah bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh BRI Unit tersebut. Di samping kegiatan operasional, Ka Unit juga mempunyai wewenang untuk melakukan putusan kredit sebatas Kuasa Memutuskan Permohonan Pinjaman (KMPP) yang dimilikinya. Dalam hal ini, Ka Unit BRI Harjasari mempunyai wewenang untuk memutuskan kredit sebesar Rp 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah), lebih dari nilai itu maka putusan harus


(44)

diproses di kantor cabang. Untuk plafond pinjaman di BRI Unit sendiri dibatasi sampai Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

b. Mantri (Account Officer Mikro)

Mantri bertugas sebagai tenaga pemasaran yang berfungsi ganda sebagai

lending and funding officer. Khusus untuk pinjaman, mantri berfungsi sebagai seorang marketing dan analisis kredit yang melakukan analisis dan merekomendasikan putusan kredit yang akan diberikan sekaligus sebagai Pembina bagi nasabah pinjaman.

c. Customer Service

Customer service bertugas untuk melayani kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi di BRI Unit yang lebih bersifat administratif. Customer service berfungsi untuk menjelaskan kepada nasabah tentang keseluruhan produk-produk BRI Unit khususnya simpanan dan pinjaman.

d. Teller

Teller bertugas untuk melakukan kegiatan transaksi tunai dan non tunai yang meliputi setoran, penarikan maupun transfer. Adapun beberapa contoh transaksi yang dilakukan oleh teler adalah penerimaan setoran tabungan, penerimaan setoran pinjaman, setoran kredit kendaraan bermotor, pembayaran telepon, pembayaran listrik, penarikan tabungan dan overbooking tabungan.

Gambar 4. Struktur Organisasi BRI Unit Harjasari

Sumber : BRI Unit Harjasari, 2011

Kepala Unit

Teller Customer Service

Mantri


(45)

5.3 Bidang Usaha BRI Unit Harjasari

Produk utama yang dimiliki oleh BRI Unit Harjasari adalah tabungan Simpedes, Britama, deposito berjangka dan pinjaman. Simpedes BRI merupakan salah satu produk unggulan unit dimana produk simpanan ini telah menjadi jawaban bagi masyarakat pedesaan untuk menabung dengan faktor keamanan yang terjamin, kemudahan dan likuiditas penarikan tabungan sewaktu-waktu. Britama merupakan salah satu produk simpanan cabang yang juga ditawarkan di unit untuk menunjang kebutuhan akan produk Britama.

Simpanan Simpedes dan Britama merupakan salah satu produk BRI Unit yang dimana penyetorannya dapat dilakukan setiap saat dengan minimal setoran adalah Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah). Frekuensi penarikannya juga tidak dibatasi selama saldo rekening mencukupi dan tidak kurang dari saldo minimal yang telah ditentukan yaitu Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) untuk simpedes dan Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) untuk Britama. Pasar yang dituju dari produk simpanan ini adalah perorangan dan badan usaha/yayasan (non perorangan) non bank. untuk perorangan, persyaratan yang dibutuhkan untuk pembukaan rekening hanyalah KTP domisili, sedangkan untuk badan usaha harus melengkapi persyaratan seperti akte pendirian usaha, surat pengangkatan ketua dan bendahara maupun surat kuasa pembukaan rekening dan debet rekening. Untuk deposito sendiri, BRI Unit memiliki deposito berjangka satu bulanan, tiga bulanan, enam bulanan, dan dua belas bulanan. Setoran awal untuk pembukaan Deposito berjangka adalah Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).

Kupedes merupakan salah satu fasilitas kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar untuk mengembangkan usaha mikro yang layak. Adapun tujuan dari produk Kupedes ini adalah untuk membiayai usaha masyarakat dalam pengembangan usahanya. Namun demikian, untuk memperluas jangkauan pelayanannya, Kupedes dapat juga disalurkan untuk sektor konsumsi bagi golongan berpenghasilan tetap (Golbertab) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Kupedes komersil merupakan salah satu jenis produk pinjaman yang dimiliki BRI Unit yang digunakan untuk membantu nasabah dalam memenuhi modal usahanya. Kupedes komersil diperuntukkan bagi nasabah yang sudah memiliki usaha di sekitar lokasi BRI Unit yang dimana usaha tersebut sudah


(46)

berjalan minimal enam bulan. Bunga yang diberikan adalah 24 persen pertahun. Jumlah plafond pinjaman untuk kupedes komersil adalah dari Rp 500.000,- sampai dengan Rp 100.000.000,- selama keuntungan yang diperoleh tiap bulannya melebihi jumlah angsuran bulanannya. Maksimal jangka waktu pinjamannya adalah 36 bulan.

Golongan Berpenghasilan Tetap (Golbertab) merupakan salah satu jenis kupedes yang diberikan kepada nasabah yang tidak memiliki usaha tetapi memiliki penghasilan tetap dari perusahaan tempat bekerja. Sistem pemberian pinjaman dengan menggunakan golbertap dilakukan dengan cara memotong gaji nasabah melalui bendahara yang sudah ditunjuk untuk melakukan pemotongan secara rutin tiap bulannya. Jumlah plafond pinjaman untuk golbertap adalah dari Rp 500.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- selama jumlah gaji yang dibayarkan tiap bulannya melebihi jumlah angsuran yang harus dibayar setiap bulannya (jumlah angsuran maksimal perbulan adalah 60 persen dari total gaji yang diperoleh). Maksimal jangka waktu pinjamannya adalah 120 bulan.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai diluncurkan pemerintah sejak 5 November 2007. Dengan adanya KUR ini diharapkan para pengusaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat meminjamkan modal hanya dengan surat keterangan usaha (SKU) saja. Dalam hal ini, KUR adalah program pemerintah yang dimana jaminannya dijamin oleh pemerintah. Penjamin yang bekerjasama dengan pemerintah adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).

Khusus Untuk Bank Rakyat Indonesia (BRI), awalnya KUR hanya diberlakukan di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu (KCP) yang disalurkan untuk sektor ekonomi produktif dengan bunga maksimum 16 persen pertahun dan jumlah kredit maksimum lima ratus juta per debitur. Kredit ini difokuskan pada tujuh sektor usaha yakni pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan perdagangan. Untuk BRI Unit sendiri, program Kredit Usaha Rakyat (KUR) baru mulai berlaku sejak Maret 2008 dengan bunga 13,5 persen pertahun dan jumlah plafond kredit maksimal adalah dua puluh juta rupiah. Diharapkan dengan adanya program KUR ini, pengusaha mikro yang ada di unit - unit BRI dapat dilayani dalam keperluan tambahan modal usahanya.


(47)

VI MEKANISME PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT

DI BRI UNIT HARJASARI

6.1 Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Harjasari

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat diharapkan dapat memenuhi persyaratan dan prosedur yang benar, sehingga nantinya diharapkan dapat lebih mengenal karakteristik nasabah secara menyeluruh. Secara umum prosedur realisasi KUR haruslah melewati tahap kelengkapan berkas, pengajuan permohonan, dan penilaian kredit apakah layak atau tidak untuk mendapatkan KUR. Kelengkapan berkas dilakukan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah seperti foto, fotocopy KTP, fotocopy kartu keluarga, surat keterangan usaha, foto usaha dan jaminan (apabila ada). Tahap pengajuan permohonan kredit dilakukan oleh nasabah dengan cara mengisi form pengajuan KUR dan mengisi data nasabah yang dibutuhkan (Lampiran 6). Kemudian tahap penilaian kredit dilakukan oleh Mantri (Account Officer) BRI Unit Harjasari untuk menentukan apakah nasabah layak untuk menerima KUR atau tidak. Kepala Unit BRI Unit Harjasari kemudian akan meneliti data yang sudah dikumpulkan Mantri dan mengambil keputusan apakah layak atau tidak untuk dicairkan.

Apabila suatu usaha dinilai layak untuk diberikan KUR, maka Kepala Unit dapat langsung memutuskan pemberian kredit tersebut. Dalam hal ini, plafond maksimal pemberian KUR di BRI Unit adalah sebesar Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Bila permohonan KUR tersebut tidak layak, maka Kepala Unit dapat langsung memberikan keputusan penolakan kepada nasabah.

Penyaluran KUR tidak terlepas dari prinsip “5 C” yaitu Character,

Capacity, Capital, dan Condition of Economy. Untuk Collateral sendiri, tidak dilakukan penilaian, melainkan hanya pada sampai tahap melihat apakah jaminan tersebut benar milik nasabah yang mengajukan KUR. Untuk proses realisasi kredit di BRI Unit Harjasari membutuhkan waktu maksimal 10 hari kerja. Secara lebih jelas prosedur penyaluran KUR yang dilakukan oleh BRI Unit Harjasari adalah : a. Pemenuhan Kelengkapan Berkas

Pemenuhan kelengkapan berkas merupakan tahap awal dalam penyaluran KUR di BRI Unit Harjasari. Kelengkapan berkas diperiksa oleh Customer


(48)

Service. Adapun berkas yang harus dilengkapi oleh nasabah sebelum pengajuan KUR adalah :

1. Foto diri 4 x 6 (suami + istri jika sudah menikah) 2. Fotocopy KTP (suami + istri jika sudah menikah) 3. Fotocopy KK

4. Surat Keterangan Usaha dari Pemerintah setempat 5. Fotokopy Akta Nikah (jika sudah menikah) 6. Jaminan (jika ada)

Calon nasabah dapat menentukan jumlah dan jangka waktu angsuran yang sesuai dengan kemampuan dan dapat disesuaikan berdasarkan tabel angsuran yang sudah dibuat sebelumnya. Pada saat penentuan jumlah pinjaman dan jangka waktu angsuran, customer service dapat membantu nasabah dalam memberikan alternatif pinjaman sesuai kemampuan usahanya. Adapun brosur pinjaman di BRI Unit Harjasari dapat dilihat pada Lampiran 5.

b. Pendaftaran

Setelah seluruh kelengkapan berkas dipenuhi, maka akan dilakukan proses pendaftaran. Dalam hal ini, customer service bertugas untuk melengkapi form pengajuan KUR yang dibutuhkan sebelum dilakukan proses penilaian oleh Mantri. Selain itu, customer service juga akan menanyakan apakah nasabah pinjaman tersebut memang belum pernah sama sekali menikmati pinjaman di tempat lagi (baik pinjaman uang ataupun cicilan motor). Setelah itu kemudian berkas diberikan kepada Kepala Unit untuk diproses lebih lanjut.

Kepala Unit akan memeriksa kelengkapan persyaratan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh customer service. Setelah itu barulah Kepala Unit memberikan disposisi kepada Mantri untuk melakukan proses pemeriksaan kebenaran laporan yang disampaikan oleh nasabah dengan kondisi usaha yang sebenarnya.

c. Pemeriksaan Terhadap Usaha Calon Nasabah

Pemeriksaan terhadap aspe-aspek usaha calon nasabah juga sangat diperlukan untuk meminimalkan resiko terjadinya tunggakan apabila pinjaman dicairkan nantinya. Pemeriksaan langsung dilakukan oleh Mantri dengan cara datang langsung ke lokasi usaha maupun ke rumah calon nasabah untuk dapat


(49)

melakukan penilaian usaha dan mengetahui aktivitas nasabah setiap harinya. Pemeriksaan tersebut juga dapat dilakukan melalui wawancara langsung dengan tetangga ataupun relasi.

Prinsip 5 C harus diperhatikan dalam pemeriksaan ini. Oleh karena itu Mantri harus dapat mengamati dan memeriksa secara tepat guna mendapatkan data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis usaha calon nasabah. Adapun kriteria yang dilakukan dalam penilaian tersebut adalah :

1. Menilai apakah usaha yang dijalankan sesuai dengan surat keterangan usaha yang sudah dilengkapi.

2. Mengetahui apakah alamat nasabah sudah sesuai dengan alamat pada KTP.

3. Menilai apakah usaha yang dijalankan oleh calon nasabah memiliki prospek yang baik.

4. Mengetahui karakteristik nasabah baik melalui wawancara langsung dengan nasabah, wawancara dengan tetangga atau relasi.

5. Kebenaran agunan yang dijaminkan di bank.

Pemeriksaan terhadap usaha nasabah dapat dilihat pada aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek sosial ekonomi. Aspek pemasaran dianalisis untuk mengetahui prospek usaha dan laba untuk menjamin bahwa usaha tersebut akan terus berkembang. Aspek ini meliputi keadaaan pasar, baik permintaan maupun penawaran yang sudah ada untuk jenis usaha yang direncanakan dan diproduksi untuk dijual.

Penilaian terhadap aspek keuangan dilakukan dengan cara melihat data keuangan calon nasabah dari kegiatan usaha yang sudah dijalankan. Dengan adanya data tersebut, maka dapat diperkirakan sejauh mana keuntungan dari usaha yang dijalankan dimasa yang akan datang. Dengan mengetahui aspek keuangan ini, maka BRI Unit akan dapat mengetahui seberapa besar tingkat kesehatan usaha dan menjadi pertimbangan seberapa besar jumlah pinjaman KUR yang akan diberikan.

Aspek manajemen dapat mencerminkan bagaimana hubungan antara kemampuan, pengalaman, kejujuran, cara mengelola usaha serta hubungan antara pemilik dengan karyawannya. Hal ini dapat berhubungan dengan karakter calon


(50)

nasabah untuk mengetahui kemampuannya dalam mengembalikan pinjaman kredit. Aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari peran usaha calon nasabah tersebut terhadap lingkungan masyarakat disekitarnya apakah baik atau buruk. Misalnya adalah kasus flu burung, dimana secara tidak langsung berpengaruh terhadap usaha peternakan ayam maupun unggas lainnya., dimana masyarakat sekitar cenderung tidak menerima apabila di sekitar lingkungannya berdiri usaha peternakan tersebut.

d. Pembinaan dan Pengawasan Nasabah KUR

Kelancaran dalam pembayaran pinjaman merupakan hal yang sangat diinginkan oleh bank terhadap seluruh nasabah pinjaman KUR. Diharapkan melalui pembinaan dan pengawasan terhadap nasabah dapat mengurangi resiko terjadinya tunggakan dalam pembayaran angsuran. Formulir pembinaan akan dibawa pada waktu melakukan pembinaan dan pengawasan sehingga nantinya akan dapat diketahui apabila nasabah memiliki masalah dalam usahanya. Adapun sektor-sektor yang dibiayai oleh kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah :

1. Sektor pertanian : sektor yang termasuk dalam bagian ini adalah seluruh aktivitas pertanian baik usaha kecil dan retail atau pedagang besar yang bergerak dalam bidang pengadaan input pertanian atau menjual produk pertanian.

2. Perindustrian : seluruh usaha skala kecil yang bergerak di bidang pengolahan bahan mentah.

3. Perdagangan : pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan penjualan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pokok.

4. Jasa dan lainnya : usaha yang berhubungan dengan jasa seperti menjahit. Ketentuan umum dari pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) :

1. Persyaratan Calon Debitur/terjamin : merupakan individu yang melakukan usaha produktif pada semua sektor usaha yang feasible namun belum

bankable.

2. Pelayanan KUR Mikro hanya dapat dilaksanakan di BRI Unit.

3. Jenis kredit dan jangka waktu Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ini dapat diberikan untuk keperluan modal kerja atau investasi, dengan ketentuan sebagai berikut :


(1)

Lampiran 2.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Regression Analysis: Realisasi (Y) versus Umur(X1); Pendidikan(X2); ...

The regression equation is

Realisasi (Y) = 962488 - 28832 Umur(X1) + 29846 Pendidikan(X2)

+ 54575 lama usaha (X3) + 2,46 Pendapatan Bersih (X4) + 888234 frekuensi (X5) + 1109995 Agunan (X6)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 962488 2084309 0,46 0,648 Umur(X1) -28832 42681 -0,68 0,505 1,6 Pendidikan(X2) 29846 147030 0,20 0,841 1,3 lama usaha (X3) 54575 82446 0,66 0,513 1,5 Pendapatan Bersih (X4) 2,4648 0,3423 7,20 0,000 2,4 frekuensi (X5) 888234 423820 2,10 0,045 2,2 Agunan (X6) 1109995 916549 1,21 0,235 1,5

S = 2244622 R-Sq = 86,9% R-Sq(adj) = 84,3%

PRESS = 2,499160E+14 R-Sq(pred) = 78,36%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 6 1,00362E+15 1,67270E+14 33,20 0,000 Residual Error 30 1,51150E+14 5,03833E+12

Total 36 1,15477E+15

Source DF Seq SS Umur(X1) 1 1,19528E+14 Pendidikan(X2) 1 8,09557E+13 lama usaha (X3) 1 2,32631E+12 Pendapatan Bersih (X4) 1 7,68554E+14 frekuensi (X5) 1 2,48672E+13 Agunan (X6) 1 7,38952E+12

Unusual Observations

Obs Umur(X1) Realisasi (Y) Fit SE Fit Residual St Resid 21 35,0 3000000 8454391 845780 -5454391 -2,62R 23 24,0 20000000 15599311 1436851 4400689 2,55R 26 31,0 12000000 7719112 770294 4280888 2,03R

R denotes an observation with a large standardized residual.


(2)

Lampiran 3.

Plot Komponen

Normal Probababilty Plot

dan

Histogram of the

Residual

Menurut Variabel

Dependent

(Realisasi KUR BRI Unit

Harjasari)

Residual P e rc e n t 5000000 2500000 0 -2500000 -5000000 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1

Normal Probability Plot of the Residuals

(response is Realisasi (Y))

Fr e q u e n c y 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Histogram of the Residuals


(3)

Lampiran 4.

Plot Komponen

Standardize Residual

Menurut

Variabel Dependent

(Realisasi KUR BRI Unit Harjasari)

Fit t ed Value

R e s id u a l 20000000 15000000 10000000 5000000 0 5000000 2500000 0 -2500000 -5000000

Residuals Versus the Fitted Values

(response is Realisasi (Y))

Observat ion Order

R e s id u a l 35 30 25 20 15 10 5 1 5000000 2500000 0 -2500000 -5000000

Residuals Versus the Order of the Data


(4)

(5)

(6)