Produktivitas dan Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN
MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN
TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI

PARDI AZINUDDIN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas dan
Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan
Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Pardi Azinuddin
NIM E14090002

ABSTRAK
PARDI AZINUDDIN. Produktivitas dan Biaya Kegiatan Penyaradan
Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di PT.
Wirakarya Sakti, Jambi. Dibimbing oleh UJANG SUWARNA.
Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan pemindahan kayu dari
hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan kayu. Indikator keberhasilan
pemanenan hutan adalah produksi kayu yang optimal dengan biaya yang
ekonomis dan tingkat kerusakan lingkungan yang rendah. Penelitian ini bertujuan
untuk menghitung dan membandingkan produktivitas dan biaya kegiatan
penyaradan dengan menggunakan alat skidder dan bulldozer. Hasil penelitian
menunjukan rata-rata produktivitas penyaradan menggunakan skidder sebesar
42.51 m3/jam lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produktivitas
menggunakan bulldozer yaitu sebesar 35.50 m3/jam. Berdasarkan perhitungan
analisis biaya diperoleh biaya usaha penyaradan dengan menggunakan skidder

adalah Rp 476 644/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 11 213/m3,
sedangkan dengan menggunakan bulldozer menghasilkan biaya usaha sebesar Rp
526 932/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 14 834/m3. Penyaradan
menggunakan skidder menghasilkan produktivitas yang lebih besar dan ekonomis
jika dibandingkan bulldozer.
Kata kunci: pemanenan kayu, penyaradan, produktivitas, biaya.

ABSTRACT
PARDI AZINUDDIN. Productivity and cost of skidding activity use skidder and
bulldozer in Industrial Plantation Forest in PT Wirakarya Sakti. Supervised by
UJANG SUWARNA.
Timber harvesting is a series of timber removal activity from forest to the
places where the wood is used or processed. The success indicators of timber
harvesting are optimal production at an economical cost and lowest environmental
damage. The objectives of this study are to calculate and compare the productivity
and cost of skidding use skidder and bulldozer. The study showed that an average
productivity using skidder is 42.51 m3/hr, greater than bulldozer that is equal of
skidding to 35.50 m3/hr. Base on this study, operating costs and skidding cost, are
Rp 476 644/hr and Rp 11 213/m3 respectively for skidder, and are Rp 526 932/hr
and Rp 14 834/m3 for bulldozer. Skidding productivity using skidder is more

economical better than bulldozer.
Keywords: timber harvesting, skidding, productivity, cost.

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN
MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN
TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI

PARDI AZINUDDIN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Produktivitas dan Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan
Skidder dan Bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di PT.
Wirakarya Sakti, Jambi
Nama
: Pardi Azinuddin
NIM
: E14090002

Disetujui oleh

Dr Ujang Suwarna, S.Hut, MSc.F
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc. F.Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Produktivitas
dan Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan
Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Abdul Salam, ibunda
Rusnah, kakak, adik serta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang serta
dorongan moral dan material kepada penulis. Kepada Bapak Dr Ujang Suwarna,
S.Hut, MSc.F selaku pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, arahan
dan nasehat berharga kepada penulis. Segenap pimpinan serta staf PT. Wirakarya
Sakti, khususnya pada Bapak Hud Huda, Bapak Suyuti, Bang Arif Rahman Putra
dan Bapak Rachimi yang telah membantu proses pengumpulan data selama
penelitian. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada teman dan sahabat tim
PKL di PT. Wirakarya Sakti Jambi serta seluruh teman-teman di Fakultas
Kehutanan IPB khususnya MNH angkatan 46 atas bantuan dan dukungannya
kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembangunan kehutanan yang

berkelanjutan dan lestari.

Bogor, April 2014
Pardi Azinuddin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian


2

Bahan

2

Alat

2

Jenis Data

2

Metode Pengumpulan Data di Lapang

2

Prosedur Analisis Data


3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Alat Sarad

6

Kegiatan Penyaradan

7

Waktu Kerja Penyaradan


9

Produktivitas Kerja Penyaradan

11

Biaya Penyaradan

12

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran


14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Spesifikasi skidder caterpilar 525B
Spesifikasi bulldozer caterpilar D6G
Waktu kerja penyaradan dengan skidder
Waktu kerja penyaradan dengan bulldozer
Produktivitas kerja penyaradan
Biaya penyaradan

6
7
9
10
12
13

DAFTAR GAMBAR
1 Skidder caterpilar 525B
2 Bulldozer caterpilar D6G
3 Denah kegiatan Penyaradan

6
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data biaya skidder caterpilar 525B
2 Data biaya bulldozer caterpilar D6G
3 Hari kerja distrik 3 tahun 2012

16
17
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan pemindahan kayu dari
hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan kayu untuk dimanfaatkan secara
optimal, dengan pertimbangan biaya yang ekonomis dan kerusakan lingkungan
yang rendah. Kegiatan pemanenan kayu terdiri dari beberapa tahapan yang
meliputi tahapan penebangan, penyaradan, pembagian batang, muat bongkar, dan
pengangkutan. Salah satu kegiatan pemanenan kayu berupa penyaradan
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena kegiatan
penyaradan menghasilkan biaya pengeluaran yang cukup besar. Penyaradan
merupakan kegiatan memindahkan kayu dari tempat pohon ditebang ke tempat
pengumpulan sementara melalui jalan sarad yang telah disiapkan secara maksimal
(Dulsalam dan Sukadaryati 2002).
Sistem penyaradan mekanis yang banyak digunakan di hutan tanaman
adalah penyaradan menggunakan traktor. Penyaradan dengan taktor mempunyai
kapasitas yang lebih besar dibandingkan penyaradan sistem manual (tenaga
manusia). Penerapan sistem penyaradan mekanis di hutan tanaman
memungkinkan tercapainya target produksi yang lebih tinggi dan dapat
mempertahankan kontinyuitas hasil. Banyak jenis traktor yang digunakan dalam
kegiatan penyaradan dan beberapa jenis traktor tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing baik ditinjau dari aspek teknis maupun biaya. Masalah
yang sering dihadapi oleh perusahaan dalam kegiatan penyaradan adalah
penentuan teknik dan jenis traktor yang akan digunakan. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemilihan alternatif alat penyaradan yang tepat dalam menjalankan
kegiatan usaha sehingga mendapatkan hasil produksi yang optimal dengan biaya
yang minimal.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung dan membandingkan
produktivitas dan biaya kegiatan penyaradan dengan menggunakan alat skidder
dan bulldozer.

Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan kepada
pihak perusahaan guna mengetahui produktivitas dan biaya kegiatan penyaradan
yang dilakukan dengan alat mekanis.

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sub-Distrik RKJ Distrik 3 pada petak SKS 0014100
dan DKP 0009600 IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Pengambilan data
dilaksanakan pada bulan april 2013.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu yang disarad dan
data rincian biaya produksi unit penyaradan berupa: harga alat, pemakaian bahan
bakar, pelumas, dan spare part.

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, tally sheet,
stopwatch, meteran, patok kayu, kalkulator, kamera, laptop, skidder caterpilar
525B, dan bulldozer caterpilar D6G. Perangkat lunak pengolahan data dilakukan
dengan software microsoft office 2010 (microsoft excel dan microsoft word).

Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dari pengukuran langsung di lapang yaitu jarak sarad,
volume kayu yang disarad, waktu kerja efektif, dan tidak efektif dari alat
penyaradan di lapangan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi kondisi umum
lokasi penelitian, harga alat sarad yang digunakan, biaya pemeliharaan dan
perawatan alat, kebutuhan bahan bakar alat dan pelumas, nilai suku bunga bank,
upah operator dan upah pembantu operator.

Metode Pengumpulan Data di Lapang
Jarak sarad
Jarak sarad diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran ini dilakukan
dari lokasi tunggak hingga tempat pengumpulan kayu sementara (TPn) yang
berada di tepi jalan angkutan.
Volume sarad
Volume sarad diukur dengan menghitung jumlah batang kayu yang disarad
per tripnya, sehingga dapat dihitung dengan rumus (Vadenicum kehutanan 1976):

3
Keterangan:
V = volume (m3)
= konstanta (3.14)
L = panjang batang rata-rata (m)
D = diameter rata-rata (cm)
f = angka bentuk akasia (0.7)
Pengukuran Waktu Kerja
Metode yang digunakan dalam pengamatan waktu kerja tersebut adalah
metode berhenti dan kembali ke nol. Dalam metode ini, waktu kerja yang
sesungguhnya dari setiap unsur kerja dibaca pada saat alat pengukur waktu yang
setiap permulaan selalu dikembalikan ke nol untuk setiap unsur kerja. Pengukuran
waktu kerja dimulai dari titik awal, dimana kegiatan dimulai bergerak sampai
dengan selesai.
a. Waktu efektif
Waktu kerja dilakukan secara berturut-turut menggunakan stopwatch dengan
mencatat setiap unsur kerja. Waktu kerja penyaradan merupakan jumlah
waktu dalam menit yang dipergunakan untuk melakukan unsur-unsur kerja
sebagai berikut:
1. Penyaradan kosong: waktu dihitung dari titik nol ketika alat sarad berjalan
kosong di jalan sarad yang telah ada.
2. Pengikatan muatan: waktu ketika memasang pengait untuk mengikat kayu
yang disarad.
3. Penyaradan muatan: waktu memindahkan kayu dari lokasi tunggak ke
tempat pengumpulan kayu sementara (TPn).
4. Pembongkaran: melepaskan muatan dari ikatan.
5. Penyusunan: merapikan dan menyusun kayu yang akan dimuat.
b. Waktu tidak efektif
Waktu tidak efektif dapat terjadi karena antara lain adanya waktu mengobrol,
merokok, melepas lelah, mesin rusak atau kejadian tidak terduga lainnya.

Prosedur Analisis Data
Penelitian produktivitas dan biaya kegiatan penyaradan dilakukan dengan
metode deskriptif dengan mengumpulkan data melalui pengamatan langsung,
diskusi, dan wawancara dengan pelaksana kegiatan penyaradan. Tahapan analisis
data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Hari Kerja Efektif
Hari kerja efektif berdasarkan data curah hujan tahun 2012 dihitung dengan:
H = JH – F
Keterangan:
H = hari kerja efektif (hari)
JH= jumlah hari dalam 1 bulan (hari)
F = frekuensi hari hujan (hari)

4
Produktivitas penyaradan
Produktivitas penyaradan dihitung dengan mencatat waktu sarad, jarak sarad
dan volume kayu yang disarad, sehingga produktivitas penyaradan dapat dihitung
(ILO 1975):
P=
Keterangan:
P = produktivitas penyaradan (m3/jam)
V = volume kayu yang disarad (m3)
W= waktu Kerja (jam)
Analisis Biaya
Pengumpulan data biaya produksi penyaradan dilakukan dengan mencatat
dan menghitung semua variabel yang terkait dengan pengeluaran biaya baik
secara langsung maupun tidak langsung. Indikator perhitungan yang digunakan
untuk mengetahui biaya usaha alat penyaradan adalah sebagai berikut (FAO
1992):
1. Depresiasi (Penyusutan)
2.

Bunga modal

3.

Pajak

4.

Biaya tetap

5.

Biaya variabel

6.

Biaya mesin

7.

Biaya usaha
Keterangan:
D
= penyusutan (Rp/jam)
M
= harga alat (Rp)
R
= nilai sisa alat pada akhir umur ekonomis (Rp)
N
= umur ekonomis alat (tahun)
B
= bunga modal (Rp/jam)
0,0p = tingkat bunga yang ditetapkan (%)
i
= pajak (Rp/jam)
n
= nilai pajak (%)
BT
= biaya tetap (Rp/jam)
BV
= biaya variabel (Rp/jam)
Bo
= biaya oli (Rp/jam)
BB
= biaya bahan bakar (Rp/jam)
Bpp = biaya pemeliharaan dan perawatan (Rp/jam)
BM = biaya mesin (Rp/jam)

5
BU
Up

= biaya usaha (Rp/jam)
= upah tenaga kerja (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak Geografis
PT. Wirakarya Sakti merupakan salah satu perusahaan yang mendapatkan
Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas
293 812 ha (berdasarkan SK Menhut No 346/Menhut-II/2004). Secara geografis
PT. Wirakarya Sakti terletak antara 0o45’00’’-01o36’00”LS dan 102o46’00”-103o
49’00”BT. Areal PT. WKS berada pada 8 distrik yang tersebar di 5 Kabupaten di
Provinsi Jambi, yakni Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Batanghari,
Muaro Jambi dan Tebo.
Jenis Tanah dan Topografi
Kondisi tanah di PT. Wirakarya Sakti terdiri dari dua jenis tanah yaitu tanah
mineral dan tanah organik. Tanah organik mempunyai ordo histosol sedangkan
untuk jenis tanah mineral mempunyai ordo ultisol, incepsol, dan spodosol.
PT. Wirakarya Sakti memiliki kondisi topografi datar 70.55%, landai
17.09%, bergelombang 11.55%, serta agak curam 0.81%. Daerah datar, datar agak
cekung melandai ke arah pantai, dan sungai memiliki kelerengan 0-5% dengan
ketinggian 0-15 meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah bergelombang hingga
berbukit memiliki kemiringan 5-25% dengan ketinggian dibawah 50 mdpl.
Iklim
Menurut Klasifikasi Schmidt dan Ferguson, areal PT. Wirakarya Sakti
awalnya termasuk bertipe iklim A (sangat basah), namun sekarang berubah
menjadi tipe B (basah) bahkan ada yang bertipe C (kering). Hal ini dikarenakan
adanya pembangunan HTI dan pembukaan hutan primer menjadi areal-areal lain
seperti pemukiman, perkebunan sawit, dan perladangan penduduk. Tipe hutannya
termasuk hutan tropika basah dengan kondisi tempat kering sampai basah. Curah
hujan di areal hutan PT. WKS termasuk kategori tinggi karena antara musim
hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan yang terlihat jelas. Banyaknya
curah hujan sepanjang tahun menyebabkan daerah tersebut dapat dikatakan daerah
basah meskipun terkadang suhu sangat panas. Hal ini disebabkan karena arealnya
didominasi oleh areal rawa dan sedikit dataran tinggi.
Kondisi Hutan
P T. Wirakarya Sakti memiliki tiga jenis tanaman pokok yaitu Acacia
mangium, Acacia crassicarpa, dan Eucaliptus pellita. Luasan untuk tanaman
pokok tersebut ±70% dari total luas wilayah. Selain itu pada total luasan tersebut
juga ditanami tanaman unggulan seperti Meranti, Sungkai, Pulai, Jabon,
Bulian/ulin, Jelatung, dan kacang-kacangan seluas ±10% dari total areal. Tanaman
kehidupan seperti Nangka, Pinang, Kemiri, Durian, dan Sukun seluas ±5% dari

6
total luas wilayah. Selebihnya digunakan sebagai kawasan lindung ±10% dan
sarana dan prasarana ±5%.

Alat Sarad
Alat sarad yang digunakan pada penelitian ini yaitu skidder caterpilar 525B
(ban karet) yang dibeli pada tahun 2006 dan bulldozer caterpilar D6G (ban baja)
yang dibeli pada tahun 2009. Alat sarad ini merupakan milik kontraktor Rimba
Karya Jaya (RKJ) yang bekerja sama dengan PT. WKS untuk melakukan kegiatan
pemanenan di areal distrik 3. Tabel 1 dan Tabel 2 menyajikan spesifikasi dari
kedua alat sarad yang digunakan.
Tabel 1 Spesifikasi skidder caterpilar 525B
Uraian
Merk
Tipe
Jenis
Tenaga
Model engine
Kecepatan mesin
Jumlah silinder
Berat total
Panjang
Lebar
Tinggi
Jarak roda
Bahan bakar
Kapasitas tangki bahan bakar

Spesifikasi
Caterpilar
525B
wheel skidder (ban karet)
180 horse power
cat 3126 DITA diesel
2200 revolution per minute
6 buah
16 238 kg
6.19 meter
3.38 meter
3.23 meter
3533 mm
solar
315 liter

Sumber: Caterpillar Peformance Handbook 2006

Gambar 1 Skidder caterpilar 525B

7
Tabel 2 Spesifikasi bulldozer caterpilar D6G
Uraian
Merk
Tipe
Jenis
Tenaga
Model engine
Kecepatan mesin
Jumlah silinder
Berat total
Panjang
Lebar
Tinggi
Lebar ban baja
Bahan bakar
Kapasitas tangki bahan bakar

Spesifikasi
Caterpilar
D6G
crawler tractor dozer (ban baja)
155 horse power
3306 T
1900 revolution per minute
6 buah
15 430 kg
5 meter
2.39 meter
3.10 meter
508 mm
solar
300 liter

Sumber: Caterpillar Peformance Handbook 2006

Gambar 2 Bulldozer caterpilar D6G
Kegiatan Penyaradan
Sistem penyaradan yang digunakan di lokasi penelitian adalah tree length
system, dimana ukuran kayu yang disarad berupa sortimen-sortimen panjang
sekitar 10-12 meter. Pemotongan cabang dan tajuk dilakukan di tempat tebangan,
sedangkan pembagian batang dilakukan di TPn dengan panjang sortimen 2-2.6
meter. Areal kerja penyaradan memiliki lebar jalan sarad 3-3.5 meter dan jarak
antar jalan sarad ±30 meter. Kayu yang akan disarad telah ditumpuk oleh
excavator disisi jalan sarad yang mengarah ke TPn.

8
Satu regu sarad terdiri dari 1 orang operator dan 2 orang pembantu operator.
Operator bertugas untuk mengoperasikan alat sarad, menjaga dan merawat alat
sarad, dan apabila ada kerusakan melaporkannya pada mekanik lapangan. Tugas
pembantu operator adalah membantu operatornya, memasang dan melepas kabel
pada kayu yang disarad, serta memberikan aba-aba atau tanda ketika alat
melakukan manuver-manuver.
Regu sarad bekerja setelah regu penebang menyelesaikan tebangan dalam
petak tersebut. Sebelum alat sarad bekerja, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
mesin dan bagian lainnya seperti pengisian bahan bakar, penambahan pelumas
dan gemuk. Kegiatan persiapan tersebut memerlukan waktu ±30 menit. Apabila
terjadi kerusakan pada alat, operator akan melaporkan kepada mekanik lapangan.
Untuk 2 unit alat sarad ditangani oleh satu orang mekanik lapangan.

Gambar 3 Denah kegiatan Penyaradan (Sumber: Trilaksono 2013)
Tahap awal kegiatan penyaradan yaitu alat sarad berjalan tanpa muatan
menuju tumpukan kayu yang telah disusun oleh excavator. Alat melakukan
manuver sehingga posisi winch berada di depan tumpukan kayu yang akan
disarad. Operator membuka kunci kabel dan salah satu pembantu operator
menarik dan memasang kabel yang telah dilengkapi kait (chocker) pada ujung
tumpukan kayu yang akan disarad. Setelah kayu terikat, operator menggulung
kabel sehingga posisi kayu dekat dengan winch dan alat sarad berjalan menuju
TPn.
Setelah alat sarad sampai di TPn, kunci kabel dibuka dan pembantu operator
melepaskan kait yang terikat pada kabel. Operator menggulung kembali kabel
yang telah dilepas dari kayu. Selanjutnya alat menyusun dan mengatur posisi kayu
yang telah disarad agar memudahkan untuk dikeluarkan dari TPn. Alat sarad
kembali lagi mulai dari kegiatan awal untuk menyarad kayu di tumpukan
berikutnya, sehingga ini merupakan suatu siklus kerja penyaradan.

9
Waktu Kerja Penyaradan
Waktu kerja penyaradan merupakan waktu yang diperlukan seseorang
operator alat sarad untuk menyelesaikan pekerjaan penyaradan. Penelitian ini
dilakukan pada musim kemarau sehingga pada saat melakukan pengambilan data
kondisi lapangan dalam keadaan kering. Berdasarkan data curah hujan tahun 2012
diperoleh rata-rata waktu kerja penyaradan di distrik 3 PT. WKS adalah 8
jam/hari.
Tabel 3 Waktu kerja penyaradan dengan skidder
No

Unsur kerja

1

Unsur kerja efektif
- Berjalan tanpa muatan
- Berjalan dengan muatan
- Ikat sling
- Lepas sling
- Susun log
Total unsur kerja efektif
Unsur kerja tidak efektif
- Meratakan jalan
- Membersihkan jalan
- Minum dan menerima telepon
- Roda selip
- Ikatan lepas
- Kabel sling menyangkut di kayu
Total unsur kerja tidak efektif
Jumlah Total

2

Waktu rata-rata
(menit)

Persentase
(%)

1.47
2.76
0.95
0.44
0.84
6.46

21.42
40.14
13.79
6.36
12.26
93.97

0.04
0.04
0.07
0.09
0.07
0.10
0.41
6.87

0.64
0.57
1.03
1.32
1.03
1.44
6.03
100.00

Tabel 3 menunjukan waktu kerja efektif dan tidak efektif kegiatan
penyaradan menggunakan skidder. Diperoleh waktu efektif sebesar 6.46
menit/trip atau 93.97% dari total waktu seluruh unsur kerja. Waktu tidak efektif
yang diperoleh sebesar 0.41 menit/trip atau 6.03% dari total waktu seluruh unsur
kerja. Waktu tidak efektif yang terjadi antara lain karena adanya waktu hilang
untuk meratakan jalan, membersihkan jalan, minum dan menerima telepon, roda
selip, ikatan lepas, dan kabel sling menyangkut di kayu.
Waktu kerja kegiatan penyaradan menggunakan skidder pada penelitian ini
lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Sulistiyanto (2001) di HPHTI PT.
Tanjung Redeb Hutani, Berau Kalimantan Timur. Waktu kerja efektif yang
diperoleh sebesar 11.58 menit/trip dan waktu tidak efektif sebesar 0.68 menit/trip.
Hal ini disebabkan pada penelitian Sulistiyanto (2001), alat skidder membutuhkan
waktu yang lebih lama dalam melakukan proses pengumpulan dan penjepitan
kayu di tempat tebangan yaitu sebesar 7.08 menit/trip sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan penyaradan menjadi lebih lama.

10
Tabel 4 Waktu kerja penyaradan dengan bulldozer
No
1

2

Unsur kerja
Unsur kerja efektif
- Berjalan tanpa muatan
- Berjalan dengan muatan
- Ikat sling
- Lepas sling
- Susun log
Total unsur kerja efektif
Unsur kerja tidak efektif
- Meratakan jalan
- Membersihkan jalan
- Minum dan menerima telepon
- Ikatan lepas
- Kabel sling menyangkut di kayu
Total unsur kerja tidak efektif
Jumlah Total

Waktu rata-rata
(menit)

Persentase
(%)

1.74
2.79
0.86
0.41
1.62
7.43

22.35
35.92
11.06
5.28
20.90
95.51

0.05
0.03
0.09
0.05
0.13
0.35
7.77

0.67
0.38
1.16
0.66
1.62
4.49
100.00

Tabel 4 menunjukan waktu kerja efektif dan tidak efektif kegiatan
penyaradan menggunakan bulldozer. Diperoleh waktu efektif sebesar 7.43
menit/trip atau 95.51% dari total waktu seluruh unsur kerja. Waktu tidak efektif
yang diperoleh sebesar 0.35 menit/trip atau 4.49% dari total waktu seluruh unsur
kerja. Waktu tidak efektif yang terjadi antara lain karena adanya waktu hilang
untuk meratakan jalan, membersihkan jalan, minum dan menerima telepon, ikatan
lepas dan kabel sling menyangkut di kayu. Penelitian yang dilakukan oleh Fajri
(2000) di IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti menunjukan waktu kerja efektif
kegiatan penyaradan menggunakan bulldozer D6D sebesar 11.53 menit/trip dan
waktu tidak efektif sebesar 0.50 menit/trip. Hasil ini lebih besar dibandingkan
waktu kerja kegiatan penyaradan menggunakan bulldozer D6G. Hal tersebut
disebabkan oleh tenaga mesin bulldozer D6D yang sebesar 140 horse power lebih
kecil dibandingkan dengan tenaga mesin bulldozer D6G yaitu sebesar 155 horse
power. Selain itu jarak sarad rata-rata yang ditempuh pada penelitian Fajri (2000)
lebih jauh yaitu 269.31 meter sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
dalam melakukan kegiatan penyaradan.
Waktu total kegiatan penyaradan menggunakan skidder lebih kecil
dibandingkan bulldozer. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan kecepatan
dari kedua alat. Skidder memiliki kecepatan mesin 2200 revolution per minute
(rpm) dengan tenaga 180 horse power (hp) lebih besar dibandingkan bulldozer
yang memiliki kecepatan mesin 1900 rpm dengan tenaga 155 hp, sehingga skidder
dapat lebih cepat dan lincah dalam melakukan kegiatan penyaradan. Kondisi tanah
yang kering pada lokasi penyaradan juga sangat mempengaruhi. Alat skidder yang
berjenis ban karet dapat lebih lincah dibandingkan bulldozer yang berjenis ban
baja walaupun kondisi topografi pada alat skidder lebih curam. Conway (1976)
menyatakan bahwa traktor beroda karet sangat cocok untuk menyarad di hutan
berkerapatan rendah, dengan ukuran kayu tidak terlalu besar dan bisa menyarad

11
kayu tertentu dengan kecepatan dua kali traktor berban rantai/baja. Hal ini
memungkinkan operator mampu menyarad dengan jarak yang lebih jauh dan
mampu pula mengumpulkan log lebih banyak.

Produktivitas Kerja Penyaradan
Menurut Dulsalam dan Sukadaryati (2002), produktivitas penyaradan kayu
adalah prestasi kerja atau hasil pemuatan kayu yang dihasilkan dalam kegiatan
penyaradan kayu dengan menggunakan alat penyaradan. Penelitian dilakukan
pada dua lokasi yaitu petak SKS 0014100 dengan luas 32.01 ha menggunakan alat
skidder dan petak DKP 0009600 dengan luas 39.99 ha menggunakan alat
bulldozer. Penyaradan kayu menggunakan alat skidder menghasilkan rata-rata
produktivitas sebesar 42.51 m3/jam dengan rata-rata volume sarad sebesar 4.32
m3/trip. Produktivitas penyaradan tertinggi sebesar 75.69 m3/jam pada ulangan
pengukuran ke-3, sedangkan produktivitas penyaradan terendah sebesar 28.50
m3/jam pada ulangan pengukuran ke-39. Jarak sarad terjauh dalam penelitian ini
adalah 220 meter dan jarak sarad terpendek adalah 50 meter. Produktivitas
penyaradan pada penelitian ini berbeda jauh dengan hasil penelitian Sulistiyanto
(2001) di HPHTI PT. Tanjung Redeb Hutani yang menunjukan rata-rata
produktivitas penyaradan kayu menggunakan alat skidder sebesar 6.75 m3/jam.
Perbedaan ini disebabkan oleh kecilnya volume kayu yang disarad pada penelitian
Sulistiyanto (2001) yaitu hanya sebesar 1.38 m3/trip.
Penyaradan kayu menggunakan alat bulldozer menghasilkan rata-rata
produktivitas sebesar 35.50 m3/jam dengan rata-rata volume sarad sebesar 4.20
m3/trip. Produktivitas penyaradan tertinggi sebesar 59.13 m3/jam pada ulangan
pengukuran ke-6, sedangkan produktivitas penyaradan terendah sebesar 25.85
m3/jam pada ulangan pengukuran ke-10. Jarak sarad terjauh dalam penelitian ini
adalah 239 meter dan jarak sarad terpendek adalah 25 meter. Produktivitas
penyaradan pada penelitian ini lebih besar dibandingkan produktivitas penyaradan
di HPH PT. Andalas Merapi Timber yang dilakukan oleh Muhdi et al. (2006)
menggunakan traktor komatsu D70 LE berban baja yang menunjukan hasil
sebesar 19.92 m3/jam. Hal ini disebabkan oleh jarak sarad rata-rata di HPH PT.
Andalas Merapi Timber lebih jauh yaitu 368.01 meter sehingga waktu kerja
penyaradan menjadi lebih lama dan produktivitasnya menjadi lebih kecil. Namun
hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Liyasmini (2012) di
HPH PT. Inhutani I Unit Manajemen Sambarata menggunakan bulldozer komatsu
D85E-SS-2 yang menghasilkan produktivitas penyaradan sebesar 35.69 m3/jam
walaupun dengan jarak sarad rata-rata lebih jauh yaitu 170.03 meter tetapi ratarata volume kayu yang disarad lebih besar yaitu sebesar 6.26 m3/trip.

12
Tabel 5 Produktivitas kerja penyaradan
Alat

Jarak sarad
rata-rata
(m)

Produktivitas
tertinggi
(m3/jam)

Skidder

136.08

75.69

Bulldozer

145.38

59.13

Produktivitas
terendah
(m3/jam)

Produktivitas rata-rata
(m3/jam)

(m3/jam.hm)

28.50

42.51

31.24

25.85

35.50

24.42

Tabel 5 menunjukan bahwa produktivitas penyaradan menggunakan alat
skidder lebih besar dibandingkan dengan alat bulldozer. Hal ini dapat terjadi
karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain waktu kerja
penyaradan skidder lebih kecil dibandingkan bulldozer. Waktu kerja sangat
mempengaruhi besar kecilnya produktivitas penyaradan karena produktivitas
penyaradan (m3/jam) diperoleh dari hasil bagi volume kayu (m3) dengan waktu
kerja (jam). Hal ini menunjukan produktivitas dan waktu kerja memiliki
hubungan yang erat, semakin tinggi produktivitas maka waktu kerja akan semakin
cepat dan sebaliknya semakin rendah produktivitas maka waktu kerja akan
semakin lama (Siswanto 2010).
Jarak sarad juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas.
Menurut Muhdi et al. (2004) semakin jauh jarak yang ditempuh oleh penyarad
maka produktivitas penyaradan akan semakin rendah dan sebaliknya semakin
pendek akan memperbesar produktivitas penyaradan. Rata-rata produktivitas
penyaradan skidder berdasarkan jarak sarad pada penelitian ini diperoleh sebesar
31.24 m3/jam.hm lebih besar dibandingkan bulldozer yaitu sebesar 24.42
m3/jam.hm.

Biaya Penyaradan
Biaya merupakan jumlah uang yang dibayarkan untuk penggunaan faktorfaktor produksi atau jasa dan merupakan komponen dalam menjalankan usaha
untuk suatu perusahaan (Elias 1987). Biaya penyaradan diperoleh dari
perhitungan biaya usaha dan prestasi kerja penyaradan. Biaya usaha penyaradan
diperoleh berdasarkan perhitungan biaya mesin ditambahkan dengan upah
operator dan pembantu operator.
Alat yang diamati dalam penelitian ini adalah skidder caterpilar 525B
seharga Rp 1 000 000 000 dengan masa pakai alat 8 tahun dan bulldozer
caterpilar D6G seharga Rp 1 500 000 000 dengan masa pakai alat 5 tahun. Dari
hasil perhitungan diperoleh biaya depresiasi skidder sebesar Rp 57 377/jam,
sedangkan bulldozer sebesar Rp 112 705/jam. Bunga modal untuk skidder sebesar
Rp 16 475/jam, sedangkan bulldozer sebesar Rp 32 582/jam. Biaya pajak dan
asuransi diambil 10% dari harga masing-masing alat yaitu skidder sebesar Rp 51
230/jam dan bulldozer sebesar Rp 76 844/jam. Dari penjumlahan biaya depresiasi,
bunga modal, pajak dan asuransi diperoleh biaya tetap penyaradan skidder sebesar
Rp 125 082/jam dan bulldozer sebesar Rp 222 131/jam.
Biaya variabel kegiatan penyaradan diperoleh dari total biaya pemeliharaan
alat, biaya ban, biaya bahan bakar dan pelumas sehingga diperoleh biaya variabel

13
skidder sebesar Rp 306 919/jam dan bulldozer sebesar Rp 260 158/jam. Biaya
mesin alat skidder sebesar Rp 432 001/jam dan bulldozer sebesar Rp 482 290/jam.
Upah operator skidder maupun bulldozer sama yaitu sebesar Rp 44 643/jam.
Biaya usaha kegiatan penyaradan skidder adalah sebesar Rp 476 644/jam dengan
biaya penyaradan sebesar Rp 11 213/m3, sedangkan bulldozer sebesar Rp 526
932/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 14 843/m3.
Hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian Sulistiyanto
(2001) di HPHTI PT. Tanjung Redeb Hutani yang memperoleh biaya usaha
kegiatan penyaradan menggunakan skidder sebesar Rp 266 125/jam. Namun bila
dilihat dari biaya penyaradannya, pada penelitian Sulistiyanto (2001)
menghasilkan biaya yang lebih besar yaitu sebesar Rp 39 380/m3. Hal ini
disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara biaya usaha alat yang
dikeluarkan dengan produktivitas yang dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fajri (2000) menunjukan bahwa biaya usaha
kegiatan penyaradan menggunakan bulldozer D6D di IUPHHK-HT PT.
Wirakarya Sakti adalah sebesar Rp 140 931/jam dengan biaya penyaradan sebesar
Rp 7872/m3, lebih kecil dibandingkan dengan biaya penyaradan menggunakan
bulldozer D6G. Namun bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sagala (2010)
di HPH PT. Gajah Abadi menggunakan bulldozer D7G memperoleh biaya usaha
yang lebih besar yaitu sebesar Rp 629 419/jam dengan biaya penyaradan sebesar
Rp 47 136/m3. Perbedaan biaya usaha yang diperoleh pada beberapa penelitian
tersebut dengan biaya usaha yang diperoleh pada penelitian ini disebabkan karena
adanya perbedaan pada biaya tetap dan biaya variabel alat.
Tabel 6 Biaya penyaradan
Komponen biaya
Biaya depresiasi (Rp/jam)
Bunga modal (Rp/jam)
Pajak dan asuransi (Rp/jam)
Biaya tetap (Rp/jam)
Biaya variabel (Rp/jam)
Upah operator (Rp/jam)
Biaya usaha (Rp/jam)
Biaya penyaradan (Rp/m3)

Skidder
57 377
16 475
51 230
125 082
306 919
44 643
476 644
11 213

Bulldozer
112 705
32 582
76 844
222 131
260 158
44 643
526 932
14 843

Tabel 6 menunjukan bahwa kegiatan penyaradan menggunakan alat
bulldozer membutuhkan biaya yang lebih besar dari pada alat skidder. Hal
tersebut terjadi karena biaya tetap pada bulldozer lebih besar dibandingkan
skidder yang disebabkan harga alat bulldozer lebih mahal. Harga bulldozer lebih
mahal karena dibeli pada tahun 2009, sedangkan alat skidder dibeli pada tahun
2006. Faktor lain yang menyebabkan besarnya biaya penyaradan sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya produktivitas yang dihasilkan (m3/jam). Hal ini
karena biaya penyaradan per m3 diperoleh dengan membagi biaya usaha (Rp/jam)
dengan produktivitas penyaradan kayu yang dihasilkan (m3/jam).

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rata-rata produktivitas penyaradan menggunakan skidder pada jarak sarad
rata-rata 136.08 meter adalah sebesar 42.51 m3/jam lebih besar dibandingkan
dengan rata-rata produktivitas penyaradan menggunakan bulldozer sebesar 35.50
m3/jam pada jarak sarad rata-rata 145.38 meter. Biaya usaha yang harus
dikeluarkan untuk kegiatan penyaradan menggunakan skidder adalah sebesar Rp
476 644/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 11 213/m3 lebih kecil
dibandingkan dengan biaya usaha bulldozer sebesar Rp 526 932/jam dengan biaya
penyaradan sebesar Rp 14 843/m3.

Saran
1.
2.

Perlu adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara regu penebang dan
regu penyarad agar dapat memaksimalkan volume kayu yang dikeluarkan.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penyaradan
mekanis terhadap aspek ekologis dan silvikultur pembangunan Hutan
Tanaman Industri (HTI).

15

DAFTAR PUSTAKA
Caterpillar. 2006. Caterpillar Peformance Handbook. Caterpillar USA. Illinois.
Conway S. 1976. Logging Practices. Principle of Timber Harvesting System.
Miller freema Publication. Inc. Washington.
Dulsalam, Sukadaryati. 2002. Produktivitas dan biaya penyaradan kayu dengan
traktor type ford 5660 di Hutanan Tanaman Seramas Pulau Laut. Buletin
Penelitian Hasil Hutan. Volume 20 (1). Bogor (ID). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan.
Elias. 1987. Analisis Biaya Eksploitasi Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan
IPB.
Fajri J. 2000. Analisis biaya penyaradan dengan traktor caterpillar D6D di Hutan
Rawa Gambut (studi kasus di HPHTI PT. Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
FAO. 1992. Cost Control In Forest Harvesting and Road Construction. FAO
Forestry Paper No. 99. FAO of the UN. Rome.
[ILO]. International Labour Office. 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas.
Wetik JL, penerjemah Sadiman J, editor. Jakarta (ID): Erlangga.
Terjemahan dari Introduction to work study.
Liyasmini. 2012. Produktivitas penebangan, penyaradan dan pengangkutan kayu
di PT. Inhutani I Unit Manajemen Sambarata-Berau, Kalimantan Timur
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Muhdi, Elias, dan Bramasto N. 2004. Analisis biaya dan produktivitas kerja
penyaradan kayu dengan menggunakan sistem kuda-kuda di Hutan Rawa
Gambut. Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 39 (2). Program Ilmu Kehutanan.
Fakultas Pertanian. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Muhdi, Sucipto T, dan Widyanti M. 2006. Studi produktivitas penyaradan kayu
dengan menggunakan traktor komatsu D70 LE di Hutan Alam. Jurnal
Komunikasi Penelitian. Vol. 18 (3). Program Ilmu Kehutanan. Fakultas
Pertanian. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sagala J. 2010. Analisis masukan (input) dan keluaran (output) kegiatan
penyaradan di petak tebangan RKT 2008 di areal kerja PT. Gunung Gajah
Abadi Kalimantan Timur [skripsi]. Samarinda (ID): Universitas
Mulawarman.
Siregar GN. 2008. Penyusunan tabel tegakan hutan tanaman akasia (Acacia
crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) Studi Kasus Areal Rawa Gambut Hutan
Tanaman PT. Wirakarya Sakti [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Siswanto H. 2010. Kajian input dan output penyaradan pada pengusahaan hutan di
Kalimantan Timur. Jurnal eksis. Vol. 6 (2). Laboratorium Perencanaan
Hutan. Fakultas Kehutanan. Samarinda (ID): Universitas Mulawarman.
Sulistiyanto B. 2001. Prestasi kerja dan biaya pemanenan pada Hutan Tanaman
Industri (studi kasus di HPHTI PT. Tanjung Redeb Hutani, Berau
Kalimantan Timur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
United Tractors. 1984. Teknik dasar manajemen alat-alat berat. Jakarta (ID):
United Tractors.

16
Lampiran 1 Data biaya skidder caterpilar 525B
Harga alat (M)

: Rp 1 000 000 000

Nilai sisa alat (R)

: Rp 200 000 000

Umur pakai ekonomis alat (n)

: 5 tahun

Harga ban per set

: Rp 240 000 000

Biaya pelumas/oli
Oli mesin (250 jam) (10 kali ganti/tahun)

: Rp 3 000 000

Oli 10 T Hidrolik (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)

: Rp 2 250 000

Oli transmisi (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)

: Rp 2 250 000

Oli gardan (1000 jam) (2.5 ganti/tahun)

: Rp 3 000 000

Pajak dan asuransi (10% dari harga alat)

: Rp 100 000 000

Jumlah jam kerja
Per hari

: 8 jam

Per bulan

: 168 jam

Per tahun

: 1952 jam

Tahun pembelian alat

: 2006

Tempat pembelian alat

: PT. Hexindo

17
Lampiran 2 Data biaya bulldozer caterpilar D6G
Harga alat (M)

: Rp 1 500 000 000

Nilai sisa alat (R)

: Rp 400 000 000

Umur pakai ekonomis alat (n)

: 5 tahun

Biaya pelumas/oli
Oli mesin (250 jam) (10 kali ganti/tahun)

: Rp 7 600 000

Oli 10 T Hidrolik (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)

: Rp 3 750 000

Oli transmisi (500 jam) (5 kali ganti/tahun)

: Rp 6 000 000

Oli final trip (500 jam) (5 ganti/tahun)

: Rp 4 000 000

Under curiage (Rp 21 250/jam)

: Rp 53 125 000

Saw (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)

: Rp 76 000 000

Oli winch (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)

: Rp 3 000 000

Pajak dan asuransi (10% dari harga alat)

: Rp 150 000 000

Jumlah jam kerja
Per hari

: 8 jam

Per bulan

: 168 jam

Per tahun

: 1952 jam

Tahun pembelian alat

: 2009

Tempat pembelian alat

: PT. Trakindo

.18
Lampiran 3 Hari kerja distrik 3 tahun 2012
Bulan

Curah hujan
(mm/ hari)
1.50
4.89
4.55
12.26
6.25
2.33
4.02
1.70
1.17
4.60
8.62
3.45

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total (hari)
Rata-rata (hari/bulan)

Frekuensi curah
Hari
hujan (hari)
kerja(hari)
2
29
12
16
13
18
15
15
10
21
3
27
12
19
3
14
1
29
12
19
13
17
11
20
244
20.33

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bima pada tanggal 3 Juni 1991 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Abdul Salam dan Ibu Rusnah. Pada
tahun 2009 Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Bima dan pada tahun yang
sama penulis melanjutkan studi S-1 di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor Melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif di organisasi
mahasiswa daerah Forum Keakraban Mahasiswa Bima Bogor (FKMBB),
organisasi kemahasiswaan sebagai staf dan anggota Forest Management Student
Club (FMSC), Panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) tahun 2011, Panitia Temu
Manajer (TM) departemen Manajemen Hutan tahun 2011, panitia Ecologycal
Social Mapping (ESM) tahun 2011 serta mengikuti kepanitiaan lain dalam
berbagai acara di Fakultas Kehutanan dan IPB.
Selama pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan
Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat-Kamojang pada
tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
(TNGHS) pada tahun 2012, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HT PT.
Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi pada tahun 2013.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Insitut
Pertanian Bogor penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Produktivitas dan
Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan
Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi” dibawah bimbingan Dr Ujang
Suwarna S.Hut, MSc.F.