Pengembangan Social Forestry pada Hutan Tanaman Melalui Pola Kemitraan Pengalaman PT. Wirakarya Sakti

Pengembangan Social Forestry Pada Hutan Tanaman Meialul Pola Kernitraan
Pengalaman PT. Wi~akarya~ a k t i '

%%?

OIeh : Dr. ir. Hari witono2

Dalam 5 tahun terakhir masalah keamanan di Indonesia merupakan mamiah yang sangat
sen'us yang telah menyita perhatian banyak pihak tidak terkecuali perusahaan-penrsahaan
swasta. Masalah kearnanan ini menjadi sangat sulit diatasi terutama untuk perusahaanperusahaan yang beroperasi dalam lingkup usaha yang memanfaatkan sumberdaya (ahan
yang luas seperti perusahaan perkebunan dan kehutanan. Gangguan oleh masyarakat
sekitarnya dapat berupa penjarahan hasil produksi dan harta perusahaan, okupasi areal
konsesi maupun tuntutan terhadap hak atas tanah yang secara hukum masih dalam prnses
perizinan maupun areal yang telah sah dikuasai dan dikelola oleh perusahaan.
Pendekatan keamanan yang berhasil diterapkan selama lebih dari 30 tahun pada masa orde
baru dengan melibatkan aparat keamanan (TMI dan POLRI) tidak dapat lagi diandalkan,
karena era refomasi telah menyebabkan masyarakat mengalami eupho~ademokrasi, yang
pada awalnya menuntut kebebasan berpendapat dan berekspresi, pada akhirnya menjadi
masyarakat yang cenderung terlalu bebas dan tidak lagi taat akan hukurn dan atumn-aturan
umurn yang berlaku dalam masyarakat.
Demikian halnya PT Wirakarya Sakti sebagai perusahaan yang bergem-ak.di bidang hutan

tanaman tidak terlepas dari masalah keamanan yang di alami oleh perusahaan sejenis
lainnya. Untuk mengatasi masalah keamanan tindakan represif tidak lagi merupakan
tindakan yang diprioritaskan sehingga untuk itu diperlukan pendekatan baru untuk
mewurangi darnpak negatif dari euphois demokrasi dengan melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui program social foresty yang dikaitkan dengan program Pengembangan
Masyarakat, dengan rnisi "Mendomng manfaat ekonomi hutan dan menelorong peran serta
masyarakat setempat yang kehidupannya terganfung kepada hutan baik Iangsung maupun
tidak langsung secara turun ternurn':
Dengan rnisi ini perusahaan sadar bahwa pengelolaan hutan secara lestari hanya akan
dicapai jika tercipta hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan pelaku usaha dan
sumberdaya hutan itu sendiri, sehingga dengan demikian diperiukan adanya kemitraan
antara perusahaan dab masyarakat sekitamya. Melalui pola kemitraan dihampkan akses
masyarakat terhadap sumberdaya hutan dapat diakornodasikan.

PT. WKS dengan konsesi seluas 251,218 Ha dikelilingi oleh lebih dari 75 Desa tersebar di I 6
kernmatan $an 4 kabupaten, yang sebagian merupakan desa-desa miskin terpencil dengan
sarana dan prasarana fisik seperti sekolah, pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
Pendapatan masyarakat sangat tergantung pada sektor pertanian dan kegiatan
pentanenanipengumpM hasil hutan kayu yang umumnya berupa kegiahn pembalakan liar
(illegal logging). Dari konsesi tersebut baru dapat tedanam seluas 98.000 Ha.


' Disampaikan dalam Pekan llmiah Kehutanan Nasional 2003, Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor, 7
r-.

September 2003.
Community Development Head PT. Wirakarya Sakti, Plaza 811, Tower 2 lantai 32, JI. MW. Thamrin No. 51, Jakart&.
*#

,

Sejalan dengan dibukanya jalan-jalan gembus dalam rangka pembangunan hutan tanaman
oleh penrsahaan, maka desa-desa yang sebelumnya terisolir dan terpencil saat ini menjadi
daerah yang terbuka dan mudah tejangkau oleh alat angkutan. Kondisi ini telah
nenlfebabkan ~eningkatanmobifitas penduduk dengan sangat pesat yang pada akhlrnya
menimbulkan akibat negatif bagi perusahaan, yaitu dengan munculnya tuntutan (klaim) atas
areal konsesi yang sebelumnya merupakan areal yang tidak diminati.
Kemudahan rnasuk ke areal-areal di sekitar konsesi dan semakin sulitnya memperoleh areal
bertani bagi masysrakat dan meningkatnya nilai jual tanah juga telah meningkatkan jumlah
pendatang dari luar kawasan (migran) untuk mengembangkan pemukirnan baru sepanjang
jalan ubma dan mengembangkan usaha .produktif yang lebih lanjut mendorong datangnya

pendatang baru iebih banyak lagi. Kegiatan para pendatang baru irbi telah secara langsung
meningkatkan terjadinya okupasi lahan dan klairn terhadap lahan di dalam konsesi, tanpa
adanya dasar hukum yang kuat terhadap kepemilikan lahan dimaksud.
.

lssue Pokok

.

Dengan melihat kondisi masyarakat baik yang ada dalam konsesi maupun di luar konsesi,
secara umum pennasalahan dan tantangan utarna yang dihadapi perusahaan dalam
kaitannya dengan masyamkat sekitarnya adalah sbb:
=

=
=
=
=

Klaim terhadap lahanjhutan

Okupasilpemukiman liar (illegal settlement)
Kesenjangan ekonomi dan sosial antara masyarakat dan perusahaan
Lemahnya kemampuan masyarakat untuk memberdayakan diri
Lemahnya dukungan pemerintah dalam mengawsi konfiik antara masyarakat
dengan perusahaan
Menurunnya kualihs sumberdaya alam (lingkungan) disekitar perusahaan
Keterbatasan alcses masyarakar atas sumberdaya hutan

Tujuan social forestry hutan tanaman dengan pola kemitraan ini adalah untuk :

*

Mengurangi resiko investasi
Menambah ketersediaan bahan baku serpih bagi perusahaan
Menciptakan peluang usaha bagi masyarakat
Menjalin hubungan baik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi operasi
perusahan
Serta berperan sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan kehutanan dan
pembangunan masyarakat
Pelaksanaan Program


Pola kemitraan ini muncul karena kesadaran perusahaan, bahwa pengeiolaan hutan secara
lestari hanya akan dicapai jika tercipta hubungan yang hamonis antara masyarakat dengan
pelaku usaha dan sumberdaya hutan sendiri. Sehingga membeikan akses masyarakat
kepada sumberdaya hutan adalah saiah satu bentuk kepedulian perusahaan. Selain itu
dalam rangka menyeiesaikan areal konsesi perusahaan yang di klaim oleh masyarakat maka
perusahaan mengembangkan suatu pola kemitraan yang melibatkan masyarakat yang
merasa merniliki hak atas areal tersebut. Dalam pola kemitraan ini dlbangun Hutan Tanaman
Pola Kemitraan (HTPK) di mana rnasyarakat memiliki hak atas hasil hutan dari areal yang
dimitrakan. Perusahaan juga mernberikan kesempatan kepada masyarakat. sekitar yang
memiliki sumberdaya lahan yang tidak produktif dengan menggalakkan kegiatan

16

I'n~siclin~
Scminar Masyarakar sekitar i-futaii-l'ckan Ilrniah kchutanan Nnsional Ii ?(HI.?, Hogor, 7 Scptcmbcr 2004

penghutanan kembali areal-areal tidak berhutan dan lahan tidur di luar areal konsesi, dengm
rnelakukan kejasarna dalam bentuk pembangunan Xutan Rakyat Pola Kemitraan (HRPK). .-a
WTPK merupakan kerjasama atau ~eny~!ssaisn

konrlik akibat adanya klaim areal konsesi
perusafiazn oleh masyarakat, sehingga dicarikan jalan tengah dengan membangun hutan
tanaman di mana masyarakat memiliki hak atas hasil hutan yang akan dipanen dari sebagian
areal yang diklaim tersebut setelah melalui kesepakatan. Sedangkan HRPK merupakan
kerjasama yang melibatkan masyarakat yang memiliki lahan tetapi tidak mampu mengelola
akibat terbatasnya sumberdaya setampat, sehingga pengelolaan diarahkan kepada hutan
rakyat.

-

Dalam kerjasam dalam bentuk HRPK maupun HTPK dirasakan perlu ada dukungan dan
peran perusahaan untuk mendorong dan membantu masyarakat rnemberdayakan diri
sehingga selama menunggu saat panen tanaman pokok (Accasia mangium) selama 6 tahun.
masyarakat dapat memperoleh penghasilan yang memadai sebagai bentuk usaha
mecingkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat kemiskinan. Pemberdayaan
masyar~ltatdalam meningkatkan penghasilan ini dituangkan dalam program Community
Development yang implementasi operasionalnya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
seita kemampuan masyarakat lokal secara spesifik. Untuk mengetahui kekhasan masingrnasing daerah maka idealnya implementasi program harus didahului dengan survei sosial
atau battkan penelitian sosial, sehingga program yang diimpfementasikan benar-benar
sesuai dengan kebutuhan masyarakat bukan sekedar proyek rnercusuar yang tidak dapat

ditiru dan dipraktekkan oleh masyarakat secara berkesinambungan.

HRPK merupakan usaha perusahaan untuk memperluas areal hutan tanaman di luar
kawasan hutan dengan tujuan utama untuk menarnbah pasokan bahan baku serpih, sedang
tujuan lainnya adalah untuk memanfaatkan lahan tidak produktifltidur yang memiliki potensi
kebakaran setiap tahunnya.

Areal-areal berhutan dan tidak berhutan yang tidak produktif dan berada di b a r kawasan
hutan (APL) yang secara ekonomis dan secara ekologis tidak iestari dilakukan pendataan.
Bukli kepemilikan seeara regal umumnya tidak tersedia. Oleh sebab ilu inventarisasi
dilakukan secara berkelompok. Perusahaan membantu melakukan survei dan pengukuran
terhadap areal yang ditunjukkan oleh masyarakat, sehingga batas-batas areal rnenjadi jelas
untuk menghindari terjadinya sengketa antara penduduk dikemudian ha& Proses sosialisasi
terhadap program ini dilakukan dengan melibatkan aparat pemerintah setempat.

Perusahaan juga membantu masyarakat yang terlibat dalam prog;ram HRPK untuk
membentuk kelompok tani atau koperasi, sehingga dapat diiakukan pembinaan secara lebih
terarah dan terprogram dalam rangka pemberdayaan kelompok dirnaksud. Kelompok
tanilkoperasi ini kemudian menjadi wadah kegiatan produktif yang melibaan anggotanya di
rnana perusahaan berpefan sebagai mitra yang dapat menyediakan sumberdaya yang

dibutuhkan.

Kelola Bisnis
Melibatkan kelompok tani dalarn pengelolaan hutan tanaman dari mulai persiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan, baik sebagai peFerja langsung atau

I'rosidmg Seminar Masyankat srlcitar Hutnn-l'ekan llnunh kchutanan Nnslnnnl 11 2003, Hogor, 7 S ~ ~ r c r n b2004
cr

17

.

.-e
.-

x e m c
J m x m
~ m cr
Jr 2 =

.P

C

I-.

'
3
,
:

%
s&j
t C

C

5 ."

ge,mm

36

C2-e p

w

g3;:

Q

a 5

1 4

-ESgr

2
E
am


JGL3
m

g5

sG

aE;:

-3a, ry,
'3

e:.?jjiij4
m m + c
-a 3 . s m
73.- 3
.G 3 a

m

TC

-Q

6

a,

9%

g

1%

"
2? 'G

Y

X a , C

3

."

".$

se, 0g0 ~ c

--g
k ',
e

.-

"D

.z

C

e
r m

C

gm 2

k-58
C

amy-0

2

.O- em me
:
.'-a2 2

a o

m
t;-0 $,e .c
a

Y m

$Kg

2

g.g 2

g.Op a.
t o m J,
e,'E&
E gagu,

Q-

2.g
f"

.<

K

m =
g$

m c.-+

= g 3::
0
B C
t .- m m
E m ~ s

2-g

2 %'?

g s m c
"' m
e, .g .g=
2 0 ag

I co

e022a,
fz

L Y C
i Q

,,.zg
m

6c

El;

m2.Y

.=
m
m

b
"'
C 3% 0
5

sg"o

.lii-5z 8
0-36

n,O,m

%

- $.&
E

3

E

-

E

mm Lo
a,
3 c V)

-!

5 8 'g

a
E
c
mw
E% m
.3E
Y C m

ac 2
2
8 .i-J
3

a)
Y

2.2
$!
0 = a
"'g
2
" 25 -a%
%.e3

E2
g2

-2 5 g.

f~$
x Lo3

Z E E

.u,
- J=m

~

Oa

",E

$6 E

~

~

Realisasi Program MTPK

Realisasi dari program HTPK meliputi areal seluas 5.241 Ha yang melibatkan 1.876 KK, yangi
saat ini baru terealisasi seiuas 791 Ha atau 15%. Data secara rinci disajikan da!am Lampiran
2.
Mambatan Pelaksanaan Dan Resiko Investasi

Mambatan yang paling besar ditemukan dafam program HRPM, di rnana masyarakat tidak
dapat mernegang komitmen untuk melaksakan peijanjian sedara konsisten. Beberapa kasus
terjadi setelah panen daur pertama, masyarakat tidak mau meneruskan untuk daui kedua
dan ingin menggantikan dengan tanaman lain seperti kelapa sawit. Keadaan ini sangat
. menyulitkan perusahaan mengingat infrastruktur Galan, jembatan dan kana!) yang dibangun .
daiam rangka pernbangunan hutan tanaman masih merupakan aset perusahaan.yang belum
habis masa manfaatnya (bebum terdepresiasi secara penuh). Di samping itu banyak areal
yang diklaim oleh masyarakat dan telah sepakat un-iuk dibuat program HTPK namun
kenyataannya tetap tidak dapat dilaksanakan karena masyarakat tetap mempertahankan
tanaman non hutan yang ada di areal tersebut.
Sementara itu usaha pemberdapsan masyarakat rnelafui kegiatan produktif juga banyak
mengalami hambatan baik dari sisi teknis produksi maupun pemasarannya. Untuk itu
perusahaan tetap melakukan pendampingan dan menanggung resiko kerugian apabila
terjadi kegagalan produksi maupun kegagalan pemasaran.

Dalam ~angkameningkatkan kualitas ekosistem usaha menghutankan kembali areal-areal
yang telah tidak berhutan, semak belukar dan padang alang-alang maka pengembangan
pola Hutan Rakyat Pola Kemitcaan maupun Hutan Tanaman Pola Kemitraan menrpakan
'model yang dapat memperkaya program Social Forestry yang dimnangkan oieh Departemen
Kehutanan. Kendafa pengeloiaan kawasan akan menjadi issue utama apabila kepastian
hukurn terhadap izin yang dikeluarkan oleh peme~ntah tidak dapat dgamin dalarn
impiementasi program di lapangan. Untuk itu peran pemerintah dalam membantu
penyetesaian konflik yang terjadi akibat adanya klaim lahan hutan rnerupakan keharusan di
masa yang akan datang. Selain itu rnenghutankan lahan masyarakat yang tidak produktif dan
mempunyai potensi kebakaran lahan setiap tahunnya harus dipikirkan insentifnya apabila
dapat dijadikan Mutan Rakyat Pola Kernitraan, mengingat fungsi ekologis dapat dinikmati
oleh semua pihak.

Lampiran 1.

PEMBANGUNAN NUTAN RAKYAT POLA KEMIT

I-lariU i r c m c + l ' c n & " ~ m w nSocial Pcmstry p d a I4um 'Ihnamm mclalui I'clla Kcmstram

hmpiran 3 . (ladutan)
II. WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABCING B A W T

iV. WILAYAH

KABUPATEN TANJUNG JABUMG TlMUR

[ GWND TOTAL
Keterangan :

22

1 8,734

1 27,973.89

( 8,591.59

O = Dalam pelaksanaan panen daur 1

i'r(~siidngSeminar M a s y d a i sekiac Hutan-13el;nn Ilmiah kchutanan Nasional I I MH1.7, Bogor, 7 Srptcmber 2004

1

1

Seminar Masyarakat Sekitar Wactara
Waktu

: Minggu, 7 September 2003

Tempat

: Ruang Sidang Sylva, Fakultas Kehutanan IPB

Tema

:

""Pengentbangan

sistarn

PHBM

Dalam

Upaya

Perekonomniian Masyarakat Dalarn Era Otonomi Daerah9'
~ u s u n a nacara :

Nlemperkuat

PELlNDUNG
Prof. Dr. Ir. C e e p Kusmana
(Dekan Fakultas Kehutanan IPB)
PENASEMAT
Dr. Ir. Supriyabto, DEA
(Pembantu Dekan II! Fakultas Kehutnan IPB)
PEMBlNA
P Prof. Girdung Darusman
9 Dr. Ir. Hariadi Ka~odiharjo,MSG
9 Ir. lwan Hikan, MS
P'lr. 'Havanto R. Putro, MS
PENANGGUNG JAWAB
Samsudin
( Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB)

PAN1'61A PENGARAH

> Atitng Trisnanto

;
.Dondy Anugrah
3. Punnrowidi A
> Benny EP
> Ery Permana
> Herdiyan
> Nur Mautana
3 lrmon P Langlang TB
> Agus haryani~

> Ariyadi Agustiono
> Ratih Darnayanti
). Esih

> Wahyu F
> Fotina Ari
> Rahman Pasha
> Seivyana EA

PAPllTlA PELAKSANA

:Widya Prasojo
Metua
Sekretarls
: Herdiansah
Bendahara I : Mutia Handayanl
Bendahara II : Etty Martina

O Rudi Hadianto
O lwan KaFtiwan
O Reni M

Biro Kesekretarlatan
Koordinator : Edwine SP
Anggota :
9 Memoi N19 M. Yazid
O kina
9 AI Chairi

O Alwiyah
O Siti Aisyah
O Agung Dwi

Biro Dana Usaha
Kmrdinator : Nanang TR
Anggota :
O M. naris
O Vulia H
O Danang HA
4- Agung SW O lndra Wiguna O Lugina R
O Gempaka Sari O Dini R
4 !wan S

O Dwi Yandhi
O Ari Nurlia
O Nurrung Ki~osng!

O lndra Saputra
O Ayurani P
O Ika R
4 lche lsma

Biro Acara
Koordinator : Mustaghfirin
Anggota :
O Laela Q
4 Udi Kusdinat
O Ade M
4 Tri Khurnia

Q Agus R
4 Rina Kristanti
4 Nurul SB
O Yofi M

Q Akbar sukmana
O Koswara
O- M. Reka P

Biro Hurnas
Koordinator : Toni lsmanto
Anggota :
Q Ahmad Rudi
4 Pipiet
4 Wawan

O .Lia
-3 Sri P

-+Eko Suwarno

Biro Publikasi dan Dokumentasi
Koordinator : Muji 5
Anggota :
4 M. Sofiyudin
4 Putra Agung
O. Buddy A
O Eka Susan
O Wahyu SP
O Ghani Fahmi
4 R. Juwarno O lndri Puji R
4 Rina WR
4 Acep Komara Q Dwi Cahya O Nurul I
O Suherman
4 Nurul W
4 Gemeliia TN
Biro Trarnsportasi dan Logistik
Koordinator : Catur SU
Anggota :
O M. Sukri
O- Priyo
O Erlina D
O- Permana Yoga
O Ari Susanto O Faisal OS O Kemas
4 M. Miftakhul
Q Nuwi Husna 4 Lia K
O Syufriandi
O Arya A

O Galih KS

4- Reza NU

Biro Konsumsi
Koordinator : Christian N.B
Anggota :
4 Billy M
Q Puri P
4 Berlian Putri
4 Siti Nurani 4 EIviena
O Lisbeth Yuni

4- Nia W

Seminar Masyarakat Sekitar Hutan
Koordinator : Soewarna
Anggota :

n. Kiki Amanda
n A. Faisal
n Rahmat B

n Ery Hartanto
n Yana A
n Ade NS

n Vudo Prarnono
n Anita K
n Rini S

a Rudi R
'n Agusti
n Benny EP n M. Ari
n Reni M n lwan S