Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut : Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung, Kabupaten Pontianak-Kalimantan Barat

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI
DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN
GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK
KALIMANTAN BARAT

MALTA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kompetensi Petani Jagung dalam
Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa
Limbung, Kabupaten Pontianak – Kalimantan Barat, adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Mei 2008

Malta
NIM I32060081

ABSTRACT
MALTA. 2008. Competency of Corn Farmers in Growing Corn in Peatlands:
Case Study of Corn Farmers in Peatlands at Limbung Village in Pontianak
District, Province of West Borneo. Under direction of RICHARD W.E.
LUMINTANG, and BASITA G. SUGIHEN.
Agricultural development is a series of efforts to increase farmers‟ income,
to create employment, to alleviate poverty, to assure food security, and to
encourage regional economic development. By increasing agricultural products, it
is hoped that farmers will be able to improve their income. In line with this effort,
the quality of human resources in the field of agriculture is one of the essential
factors in increasing agricultural products.
The aims of this study were (1) to learn the competency level of corn
farmers in peatlands, (2) to identify the factors related to the competency of corn
farmers in peatlands, and (3) to find out the corn farmers‟ performance in

peatlands and the relationship between the competency of corn farmers in
peatlands and their performance. The research method used was descriptivecorelational. The research population consisted of 38 corn farmers in peatlands at
Limbung village in Pontianak district, while the data collection was conducted on
census basis from the 38 farmers. The data collection was carried out from August
until September 2007. The analysis of the data was performed by using the
correlation test of Rank Spearman.
The research results showed that (1) the competency of corn farmers was of
average level, (2) the competency was closely related to the production support
and farmers‟ interaction with the extension educator, (3) the farmers‟ performance
was of low level and the competency was positively correlated with the
performance level of corn farmers in peatlands.
Key words: corn farmer, competency, performance, peatlands

RINGKASAN
MALTA. 2008. Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani Jagung di Lahan
Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung Kabupaten
Pontianak – Kalimantan Barat. Dibimbing oleh RICHARD W.E. LUMINTANG
and BASITA G. SUGIHEN.
Pembangunan pertanian merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan,

memantapkan ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Melalui peningkatan produksi hasil pertanian dapat diupayakan peningkatan
pendapatan petani.
Salah satu upaya untuk memacu produksi hasil pertanian adalah dengan
program ekstensifikasi lahan gambut. Potensi gambut Indonesia mempunyai
luasan sekitar 20 juta ha. Luas lahan gambut di Provinsi Kalimantan Barat
mencapai 1.993.519 ha dan diperkirakan sekitar 15 persen (299.028 hektar) dapat
dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Lahan gambut sudah sejak lama dijadikan sebagai lahan usahatani, terutama
untuk komoditas jagung dan padi, namun teknologi yang diterapkan oleh petani
masih bersifat tradisional, sehingga hasilnya relatif masih rendah yaitu sekitar 1
sampai 1,6 ton per hektar. Salah satu upaya peningkatan produksi jagung adalah
dengan meningkatkan kompetensi petani.
Pengelolaan lahan gambut untuk usahatani jagung membutuhkan keseriusan
dan harus menggunakan teknologi yang tepat, antara lain dalam pengolahan lahan
dan teknis budidaya (penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama
dan penyakit, panen, dan pascapanen), disamping kompetensi petani dalam
merencanakan kegiatan usahatani dan memasarkan hasil.
Kompetensi petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut masih rendah
karena belum memperhatikan keterkaitan faktor-faktor penentu yang berpengaruh.

Upaya-upaya dalam mengembangkan kompetensi dapat dilakukan dengan
mengetahui sejauhmana tingkat kompetensi yang telah dimiliki oleh petani dalam
berusahatani jagung di lahan gambut dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan tingkat kompetensi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
(1) Sejauhmanakah tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut ? (2) Faktor
– faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung di lahan
gambut? (3) Sejauhmanakah tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi
dengan kinerja petani jagung di lahan gambut?
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2007 di desa
Limbung kabupaten Pontianak. Populasi penelitian adalah 38 petani jagung di
lahan gambut di desa Limbung kabupaten Pontianak, dan pengumpulan data
dilakukan secara sensus kepada 38 petani tersebut. Data dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung
dari responden dan informan penelitian, melalui wawancara dan pengamatan
langsung di lapangan. Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif,
serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan digunakan uji korelasi Rank
Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi petani jagung di

lahan gambut di desa Limbung termasuk kategori sedang, sedangkan tingkat
kinerja petani termasuk kategori rendah; faktor yang penting diperhatikan untuk
mengembangkan kompetensi petani adalah: umur, pendidikan formal, pengalaman
berusahatani, interaksi dengan penyuluh, sarana produksi, dan keterlibatan dalam
kelompoktani. Usaha meningkatkan kompetensi petani dapat dilakukan dengan
meningkatkan interaksi penyuluh dengan petani; penyuluh dan petugas pertanian
hendaknya memotivasi petani supaya terlibat aktif dalam kelompoktani dan
mendorong pengembangan kelompoktani sebagai wadah belajar para petani
dengan program-program yang dibutuhkan petani.

Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI
DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN
GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK
KALIMANTAN BARAT

MALTA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

JUDUL TESIS : KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM
BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI

JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG,
KABUPATEN PONTIANAK – KALIMANTAN BARAT
NAMA
NIM

: MALTA
: I 352060081

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA
Ketua

Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, M.A.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian: 29 April 2008

Tanggal Lulus:

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S.

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
pertolongan-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian adalah
“Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani
Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung, Kabupaten Pontianak – Kalimantan
Barat.”
Penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada komisi pembimbing
yaitu: Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA dan Bapak Dr. Ir. Basita G.
Sugihen, M.A. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga ingin penulis
sampaikan kepada :
(1) Ibu dan kakak-kakak yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.
(2) Sekretariat Badan Litbang Pertanian yang telah menyediakan sebagian dana
untuk penelitian, melalui program Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian
dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) anggaran tahun 2007.
(3) Kepala UPTD Pertanian dan Peternakan Kecamatan Sungai Raya dan
Penyuluh di desa Limbung Kabupaten Pontianak.
(4) Para enumerator yang telah membantu pengumpulan data.
(5) Semua responden/petani jagung di desa Limbung Kabupaten Pontianak yang
telah berkenan diwawancarai dalam pengumpulan data penelitian.
(6) Ade‟ “Ume” atas segala curahan waktu, semangat, fikiran, serta tenaga yang
didekasikan.
(7) Teman-teman mahasiswa S2 dan S3 PPN - SPs IPB: Pa‟ Lukman, Bu Anna,
Pa‟ Sihab, Bu Syam, Bu Maria, Pa‟ Yo, Bu Riana, Pa‟ Hatta, Pa‟ Ayat, Bu
Suci, mas Ba‟do, Pa‟ Eka, Pa‟ Oos, Pa‟ Eko, Pa‟ Dirlan, Pa‟ Mardin, dan Pa‟
Ikhsan, atas segala bantuan, masukan dan semangatnya.


Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2008
Malta

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI
DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN
GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK
KALIMANTAN BARAT

MALTA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kompetensi Petani Jagung dalam

Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa
Limbung, Kabupaten Pontianak – Kalimantan Barat, adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2008

Malta
NIM I32060081

ABSTRACT
MALTA. 2008. Competency of Corn Farmers in Growing Corn in Peatlands:
Case Study of Corn Farmers in Peatlands at Limbung Village in Pontianak
District, Province of West Borneo. Under direction of RICHARD W.E.
LUMINTANG, and BASITA G. SUGIHEN.
Agricultural development is a series of efforts to increase farmers‟ income,
to create employment, to alleviate poverty, to assure food security, and to
encourage regional economic development. By increasing agricultural products, it
is hoped that farmers will be able to improve their income. In line with this effort,
the quality of human resources in the field of agriculture is one of the essential
factors in increasing agricultural products.
The aims of this study were (1) to learn the competency level of corn
farmers in peatlands, (2) to identify the factors related to the competency of corn
farmers in peatlands, and (3) to find out the corn farmers‟ performance in
peatlands and the relationship between the competency of corn farmers in
peatlands and their performance. The research method used was descriptivecorelational. The research population consisted of 38 corn farmers in peatlands at
Limbung village in Pontianak district, while the data collection was conducted on
census basis from the 38 farmers. The data collection was carried out from August
until September 2007. The analysis of the data was performed by using the
correlation test of Rank Spearman.
The research results showed that (1) the competency of corn farmers was of
average level, (2) the competency was closely related to the production support
and farmers‟ interaction with the extension educator, (3) the farmers‟ performance
was of low level and the competency was positively correlated with the
performance level of corn farmers in peatlands.
Key words: corn farmer, competency, performance, peatlands

RINGKASAN
MALTA. 2008. Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani Jagung di Lahan
Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung Kabupaten
Pontianak – Kalimantan Barat. Dibimbing oleh RICHARD W.E. LUMINTANG
and BASITA G. SUGIHEN.
Pembangunan pertanian merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan,
memantapkan ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Melalui peningkatan produksi hasil pertanian dapat diupayakan peningkatan
pendapatan petani.
Salah satu upaya untuk memacu produksi hasil pertanian adalah dengan
program ekstensifikasi lahan gambut. Potensi gambut Indonesia mempunyai
luasan sekitar 20 juta ha. Luas lahan gambut di Provinsi Kalimantan Barat
mencapai 1.993.519 ha dan diperkirakan sekitar 15 persen (299.028 hektar) dapat
dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Lahan gambut sudah sejak lama dijadikan sebagai lahan usahatani, terutama
untuk komoditas jagung dan padi, namun teknologi yang diterapkan oleh petani
masih bersifat tradisional, sehingga hasilnya relatif masih rendah yaitu sekitar 1
sampai 1,6 ton per hektar. Salah satu upaya peningkatan produksi jagung adalah
dengan meningkatkan kompetensi petani.
Pengelolaan lahan gambut untuk usahatani jagung membutuhkan keseriusan
dan harus menggunakan teknologi yang tepat, antara lain dalam pengolahan lahan
dan teknis budidaya (penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama
dan penyakit, panen, dan pascapanen), disamping kompetensi petani dalam
merencanakan kegiatan usahatani dan memasarkan hasil.
Kompetensi petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut masih rendah
karena belum memperhatikan keterkaitan faktor-faktor penentu yang berpengaruh.
Upaya-upaya dalam mengembangkan kompetensi dapat dilakukan dengan
mengetahui sejauhmana tingkat kompetensi yang telah dimiliki oleh petani dalam
berusahatani jagung di lahan gambut dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan tingkat kompetensi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
(1) Sejauhmanakah tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut ? (2) Faktor
– faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung di lahan
gambut? (3) Sejauhmanakah tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi
dengan kinerja petani jagung di lahan gambut?
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2007 di desa
Limbung kabupaten Pontianak. Populasi penelitian adalah 38 petani jagung di
lahan gambut di desa Limbung kabupaten Pontianak, dan pengumpulan data
dilakukan secara sensus kepada 38 petani tersebut. Data dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung
dari responden dan informan penelitian, melalui wawancara dan pengamatan
langsung di lapangan. Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif,
serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan digunakan uji korelasi Rank
Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi petani jagung di
lahan gambut di desa Limbung termasuk kategori sedang, sedangkan tingkat
kinerja petani termasuk kategori rendah; faktor yang penting diperhatikan untuk
mengembangkan kompetensi petani adalah: umur, pendidikan formal, pengalaman
berusahatani, interaksi dengan penyuluh, sarana produksi, dan keterlibatan dalam
kelompoktani. Usaha meningkatkan kompetensi petani dapat dilakukan dengan
meningkatkan interaksi penyuluh dengan petani; penyuluh dan petugas pertanian
hendaknya memotivasi petani supaya terlibat aktif dalam kelompoktani dan
mendorong pengembangan kelompoktani sebagai wadah belajar para petani
dengan program-program yang dibutuhkan petani.

Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI
DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN
GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK
KALIMANTAN BARAT

MALTA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

JUDUL TESIS : KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM
BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI
JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG,
KABUPATEN PONTIANAK – KALIMANTAN BARAT
NAMA
NIM

: MALTA
: I 352060081

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA
Ketua

Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, M.A.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian: 29 April 2008

Tanggal Lulus:

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S.

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
pertolongan-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian adalah
“Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani
Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung, Kabupaten Pontianak – Kalimantan
Barat.”
Penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada komisi pembimbing
yaitu: Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA dan Bapak Dr. Ir. Basita G.
Sugihen, M.A. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga ingin penulis
sampaikan kepada :
(1) Ibu dan kakak-kakak yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.
(2) Sekretariat Badan Litbang Pertanian yang telah menyediakan sebagian dana
untuk penelitian, melalui program Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian
dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) anggaran tahun 2007.
(3) Kepala UPTD Pertanian dan Peternakan Kecamatan Sungai Raya dan
Penyuluh di desa Limbung Kabupaten Pontianak.
(4) Para enumerator yang telah membantu pengumpulan data.
(5) Semua responden/petani jagung di desa Limbung Kabupaten Pontianak yang
telah berkenan diwawancarai dalam pengumpulan data penelitian.
(6) Ade‟ “Ume” atas segala curahan waktu, semangat, fikiran, serta tenaga yang
didekasikan.
(7) Teman-teman mahasiswa S2 dan S3 PPN - SPs IPB: Pa‟ Lukman, Bu Anna,
Pa‟ Sihab, Bu Syam, Bu Maria, Pa‟ Yo, Bu Riana, Pa‟ Hatta, Pa‟ Ayat, Bu
Suci, mas Ba‟do, Pa‟ Eka, Pa‟ Oos, Pa‟ Eko, Pa‟ Dirlan, Pa‟ Mardin, dan Pa‟
Ikhsan, atas segala bantuan, masukan dan semangatnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2008
Malta

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Inderapura – Sumatera Barat pada tanggal 7 Agustus
1975 dari ayah H. Munir, B.A. (Alm) dan Ibu Hj. Sariani. Penulis merupakan
putra kelima dari lima bersaudara.
Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Padang dan pada tahun yang
sama penulis melanjutkan studi ke Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi
Industri Universitas Bung Hatta Padang. Penulis pernah bekerja sebagai Site
Engineer di PT Uni Seraya Indonesia - Batam tahun 2000 - 2001, dan sebagai
Supervisor di PT Oriental Electronics Indonesia – Bekasi tahun 2002 – 2005.
Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Magister Sains pada Sekolah
Pascasarjana Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, dengan biaya
sendiri.

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................
Masalah Penelitian ................................................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................................
Manfaat Penelitan ..................................................................................

1
3
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Usahatani di Lahan Gambut .................................................................
Faktor Internal Petani ...........................................................................
Faktor Eksternal Petani ........................................................................
Kompetensi ...........................................................................................
Unsur-unsur Kompetensi ......................................................................
Perilaku .................................................................................................
Kinerja ..................................................................................................
Kompetensi yang Perlu Dikuasai Petani dalam Usahatani Jagung
di Lahan Gambut ...................................................................................
Hubungan Faktor Internal dengan Kompetensi ....................................
Hubungan Faktor Eksternal dengan Kompetensi .................................

5
6
9
13
17
20
22
23
29
32

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka Berpikir ................................................................................
Hipotesis Penelitian ..............................................................................

35
37

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Rancangan Penelitian ...........................................................................
Definisi Operasional .............................................................................
Instrumentasi ........................................................................................
Pengumpulan Data ...............................................................................
Analisis Data ........................................................................................

38
38
38
38
45
46
47

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Penelitian ......................................................
Deskripsi Petani Jagung di Desa Limbung ...........................................
Faktor Internal Petani Jagung di Lahan Gambut ..................................
Faktor Eksternal Petani Jagung di Lahan Gambut ...............................
Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani Jagung
di Lahan Gambut ..................................................................................
Korelasi Faktor Internal dengan Kompetensi Petani ............................

48
49
51
56
63
76

Korelasi Faktor Eksternal dengan Kompetensi Petani ......................
Kinerja Petani .......................................................................................
Korelasi Kompetensi dengan Kinerja Petani ........................................

80
85
86

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

88

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

90

LAMPIRAN ...................................................................................................

98

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Peubah, Indikator dan Kategori .................................................................

40

2. Deskripsi Faktor Internal Petani Jagung ...……………………….....…...

51

3. Deskripsi Faktor Eksternal Petani Jagung .................................................

56

4. Skor Pengetahuan Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut .

64

5. Skor Sikap Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut ............

67

6. Skor Keterampilan Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut

71

7. Korelasi Faktor Internal dengan Kompetensi Petani ..............................

76

8. Korelasi Faktor Eksternal dengan Kompetensi Petani ...........................

80

9. Korelasi Kompetensi dengan Kinerja Petani .........................................

86

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ......……………………………………………….

99

2. Kuesioner Penelitian …….....……….…………………………………… 100
3. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman ..……………………………………. 109

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan,
memantapkan ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah
(Deptan, 2005a). Melalui peningkatan produksi hasil pertanian dapat diupayakan
peningkatan pendapatan petani (Soekartawi, 1995).
Salah satu upaya untuk memacu produksi hasil pertanian adalah dengan
program ekstensifikasi lahan gambut (Nursyamsi et al., 2000). Lahan gambut
merupakan sumberdaya alam yang melengkapi keanekaragaman kekayaan alam
Indonesia. Potensi lahan gambut Indonesia mempunyai luasan sekitar 20 juta
hektar (Kristijono, 2003). Kalimantan Barat merupakan propinsi yang memiliki
lahan gambut terluas di Indonesia. Luas lahan gambut di Kalimantan Barat
mencapai 1.993.519 hektar dan diperkirakan sekitar 15 persen (299.028 ha) dapat
dimanfaatkan untuk lahan pertanian (Harniati, 2000).
Subsektor

tanaman

pangan

dan

hortikultura

menghadapi

kendala

penyusutan luas lahan pertanian (Rasahan, 2000). Hal ini disebabkan makin
menyempitnya

lahan

subur

akibat

penggantian

penggunaan

ke

sektor

nonpertanian, seperti jalan, jembatan, bangunan-bangunan, industri dan lain-lain.
Sejak tahun 1980-an, setiap tahun lahan pertanian di Indonesia selalu terjadi
pengurangan antara 10.000 hingga 30.000 hektar (Utomo, 1989), sehingga
kebutuhan akan lahan pengganti sudah dirasakan sangat mendesak dan salah satu
solusinya adalah memanfaatkan lahan gambut untuk lahan pertanian.
Salah satu tanaman yang banyak dikembangkan di lahan gambut adalah
tanaman jagung (Zea mays L). Jagung adalah salah satu komoditas pertanian yang
dapat diusahakan dengan baik di lahan gambut. Jagung merupakan komoditas
pangan utama nasional, di samping beras dan kedelai; sehingga memiliki nilai
ekonomis yang strategis. Jagung digunakan sebagai makanan pokok kedua setelah
beras dan dapat juga diproses lebih lanjut sebagai pakan ternak atau bahan baku
industri sehingga mempunyai prospek pemasaran yang sangat baik (Harniati,
2000).

Peluang pasar hasil panen tanaman jagung di tingkat nasional maupun di
Kalimantan Barat cukup besar. Kebutuhan jagung nasional mencapai 13,8 juta ton
per tahun, sedangkan produksi jagung dalam negeri 13,2 juta ton; sehingga sekitar
600 ribu ton jagung diimpor dari negara lain (Prabowo, 2007). Kebutuhan jagung
untuk Kalimantan Barat mencapai + 52.232 ton per tahun, sedangkan persediaan
jagung yang dapat dihasilkan oleh produksi dalam daerah Kalimantan Barat hanya
38.246 ton; berarti masih kekurangan sebesar 13.986 ton setiap tahunnya yang
didatangkan dari luar Kalimantan (Deptan, 2005b). Data ini menunjukkan bahwa
peluang pasar jagung sangat cerah.
Lahan gambut sudah sejak lama dijadikan sebagai lahan usahatani, terutama
untuk komoditas jagung dan padi, namun teknologi yang diterapkan oleh petani
masih bersifat tradisional, sehingga hasilnya relatif masih rendah yaitu sekitar 1
sampai 1,6 ton jagung per hektar (Pasandaran dan Faisal, 2003); padahal
penelitian Suastika dan Inu, melalui usahatani jagung di lahan gambut dapat
menghasilkan jagung 4,5 ton/ha (Harniati, 2000).
Pengelolaan lahan gambut untuk usahatani jagung membutuhkan keseriusan
dan harus menggunakan teknologi yang tepat, hal ini berkaitan dengan keahlian
dalam pengolahan lahan dan teknis budidaya (penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pascapanen),
disamping kompetensi petani dalam merencanakan kegiatan usahatani dan
memasarkan hasil.
Kompetensi berusahatani adalah kemampuan petani untuk berpikir,
bersikap, dan bertindak dalam merencanakan usahatani untuk memperoleh
keuntungan berusahatani, membangun kerjasama antar subsistem pertanian,
mengelola pascapanen pangan untuk meraih nilai tambah produk pertanian, serta
mewujudkan kegiatan pertanian yang berkelanjutan. Kompetensi seseorang
merupakan indikator yang dapat memperkirakan kinerjanya, yaitu segala sesuatu
yang hendak dilakukan dan dicapai dalam kegiatannya (Spencer dan Spencer,
1993; Woolfolk, 1993; Ilyas, 2002).
Adi (2003) menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kekuatan
dari dalam diri (inner force) yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhannya; di dalam diri manusia terdapat potensi, namun potensi tersebut

terbatas sehingga perlu upaya-upaya untuk mengembangkannya. Manusia
merupakan unsur penggerak utama untuk memanipulasi dan mengintervensi
sumberdaya alam dan sosial, yaitu menggunakan kapasitas diri, tingkat
kemampuan atau kompetensi yang dimiliki (Tjitropranoto, 2005). Tingkat
kompetensi petani menentukan keputusan dan tindakan yang tepat serta
kinerjanya, dalam rangka menghadapi permasalahan dan tuntutan kebutuhan
dalam berusahatani.
Sejauhmana tingkat kompetensi petani jagung dalam berusahatani di lahan
gambut dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kompetensi tersebut
sangat penting dikaji, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengembangan kompetensi petani.

Masalah Penelitian
Petani jagung di lahan gambut di desa Limbung kabupaten Pontianak telah
lama menggeluti usahatani jagung, namun tingkat keberhasilan masih kecil;
ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kesejahteraan petani. Berusahatani
jagung di lahan gambut memerlukan pengolahan lahan yang tepat untuk
menghasilkan produksi yang tinggi dan pertanian yang berkelanjutan.
Oleh karena itu perlu diupayakan pengembangan kompetensi petani dalam
berusahatani jagung di lahan gambut. Upaya-upaya dalam mengembangkan
kompetensi dapat dilakukan terlebih dahulu dengan mengetahui sejauhmana
tingkat kompetensi yang telah dimiliki oleh petani dalam berusahatani jagung di
lahan gambut dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
tingkat kompetensi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Sejauhmanakah tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut ?
2. Faktor – faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kompetensi petani
jagung di lahan gambut?
3. Sejauhmanakah tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi dengan
kinerja petani jagung di lahan gambut?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung
di lahan gambut.
3. Mengetahui tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi dengan kinerja
petani jagung di lahan gambut.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini mengarahkan perhatian utama pada petani jagung di lahan
gambut sebagai pelaku usahatani, sehingga diharapkan dapat memberikan
informasi yang mendalam mengenai unsur-unsur kompetensi yang harus dimiliki
dan dikuasai oleh petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut serta faktorfaktor yang berhubungan dengan kompetensi tersebut.
Hasil penelitian ini secara akademis diharapkan akan memberikan perluasan
wawasan tentang kompetensi petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut
melalui pemahaman yang tepat tentang hubungan berbagai faktor yang
berhubungan dengan pengembangan kompetensi petani.
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan berguna bagi pemerintah dan
instansi terkait lainnya sebagai masukan untuk pengembangan kompetensi petani
jagung dalam berusahatani di lahan gambut.

TINJAUAN PUSTAKA
Usahatani di Lahan Gambut
Gambut adalah lahan yang mengandung bahan organik lebih dari 30 persen,
yang terbentuk dari hasil dekomposisi bahan-bahan organik seperti daun, ranting,
semak belukar, dll, yang berlangsung dalam kecepatan lambat dan dalam suasana
anaerob. Berdasarkan ketebalannya, gambut dibagi menjadi empat tipe, yaitu: (1)
gambut dangkal dengan ketebalan 0,5 – 1 m, (2) gambut sedang dengan ketebalan
1 – 2 m, (3) gambut dalam dengan ketebalan 2 – 3 m, dan (4) gambut sangat
dalam dengan ketebalan > 3 m (Nakertrans, 2005).
Kesuburan alamiah lahan gambut sangat beragam tergantung pada beberapa
faktor antara lain: (1) ketebalan lahan gambut, (2) komposisi tanaman penyusun
gambut, dan (3) lahan mineral yang berada di bagian bawah lapisan lahan gambut.
Lahan gambut mempunyai tingkat kemasaman yang sangat tinggi dan akan
menurun bersamaan dengan kedalamannya. Sebagian besar lahan gambut bereaksi
masam hingga sangat masam (pH < 4,0). Kapasitas Tukar Kation (KTK) gambut
tinggi, dan kejenuhan basa (KB) rendah. Sehingga ketersediaan basa-basa pada
lahan gambut rendah. Ketersediaan hara makro dan mikro juga rendah seperti N,
P, Cu, Co, dan Mo (Hatta dan Dwi, 2002).
Lebih lanjut Hatta dan Dwi (2002) menyebutkan bahwa dengan
keterbatasan yang dimiliki lahan gambut, diperlukan metode usahatani yang tepat
supaya produktivitas sesuai harapan. Berusahatani di lahan gambut memerlukan
perlakuan khusus oleh petani, sehingga diperlukan kompetensi tertentu dari
petani.
Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat (2003),
upaya konservasi lahan gambut dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Pengelolaan drainase untuk pengaturan tata air dalam lahan gambut.
Pengelolaan tata air perlu dilakukan untuk menghindari kering tidak balik dan
penurunan permukaan gambut yang dipercepat.
(2) Pemberian amelioran, untuk menaikkan pH lahan dan penyediaan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman. Kapur sangat efektif untuk meningkatkan pH lahan
dan kejenuhan basa, serta meningkatkan pertumbuhan tanaman (seperti
kedelai dan jagung). Alternatif lain adalah dengan menambah abu (misalnya

dari sekam, kayu gergaji atau gunung api) dengan takaran 3-5 ton per hektar
dalam larikan, atau menambah tanah mineral lempung dengan takaran 3-5 ton
per hektar, atau dapat juga dengan mencampur lapisan gambut dengan lapisan
tanah mineral yang ada dibawahnya, hal ini dapat dilaksanakan jika
gambutnya cukup dangkal dengan memanfaatkan tanah mineral yang
terangkat ke permukaan lahan ketika membuat parit.
(3) Pemupukan berimbang
(4) Tidak melakukan pembakaran vegetasi di lahan gambut yang dapat
mengakibatkan terbakarnya gambut, sehingga dapat merusak lingkungan.

Faktor Internal Petani
Sampson (Rakhmat, 2001) menyatakan faktor internal individu merupakan
ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek
kehidupan dengan lingkungannya. Faktor internal meliputi variabel seperti umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi, bangsa, agama, dan
sebagainya, yang saling berinteraksi satu sama lain dalam proses pemberdayaan.
Faktor internal petani menentukan pemahaman petani terhadap informasi
pertanian. Menurut Rogers dan Shoemaker (1986), faktor internal petani
berpengaruh dalam penyebaran suatu ide baru. Adapun faktor internal petani
adalah: umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, dan motivasi.
Umur
Padmowihardjo (1994: 36) mengatakan umur bukan merupakan faktor
psikologis, tetapi sesuatu yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.
Terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan
dengan umur. Faktor pertama adalah mekanisme belajar dan kematangan otak,
organ-organ sensual dan otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi
pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar lainnya. Wiraatmadja (1990: 13)
mengemukakan bahwa umur petani akan mempengaruhi penerimaan petani
terhadap hal-hal baru.
Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan
harus terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga
terdapat keragaman tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki (Bettinghaus,

1973: 84). Rakhmat (2001) mengatakan bahwa kelompok orangtua melahirkan
pola tindakan yang pasti berbeda dengan anak-anak muda. Kemampuan mental
tumbuh lebih cepat pada masa anak-anak sampai dengan pubertas, dan agak
lambat sampai awal dua puluhan, dan merosot perlahan-lahan sampai tahun-tahun
terakhir (Berelson dan Garry, 1973).
Umur merupakan aspek yang berhubungan terhadap kemampuan fisik,
psikologis, dan biologis seseorang (Setiawan et al., 2006: 47). Umur dengan
demikian merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan seseorang
dalam belajar, baik dalam proses belajar maupun mengaktualisasikan hasil belajar
dalam pengalaman hidup. Umur dalam penelitian ini adalah jumlah tahun hidup
petani.
Pendidikan Formal
Menurut Soekartawi et al., (1986), salah satu faktor yang dapat mengubah
pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan. Pendidikan menunjukkan
tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin luas pengetahuannya.
Pendidikan

merupakan

proses

pembentukan

watak

seseorang,

sehingga

memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku (Winkel, 1986:
19-20). Gonzales (Jahi, 1988) merangkum pendapat beberapa ilmuwan bahwa
pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan
pengetahuan. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif dan
derajat ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Russel (1993: 39) mengatakan bahwa pendidikan senantiasa mempunyai
dua sasaran, yaitu pengajaran dan pelatihan perilaku yang lebih baik. Pengertian
secara sempit, pendidikan berarti perubahan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan. Pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan
sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan (Syah, 2002: 10). Salam (1997: 12) mengemukakan bahwa
pendidikan

pada

hakekatnya

merupakan

usaha

yang

disadari

untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di
dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Slamet

(2003a)

mendefinisikan

pendidikan

sebagai

usaha

untuk

menghasilkan perubahan pada perilaku manusia. Soekanto (2002: 327-328)
menyatakan bahwa pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam
kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama
dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara
berpikir secara ilmiah.
Pendidikan dengan demikian merupakan proses yang dijalani seseorang
untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang kemudian menghasilkan
perubahan perilaku. Pendidikan dalam penelitian ini dibatasi pada jumlah tahun
pendidikan formal yang telah ditempuh oleh petani.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman seseorang bertambah sejalan dengan bertambahnya usia.
Pengalaman dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan jumlah tahun seseorang
dalam bidang usahatani; serta pengalaman yang bersifat kualitatif. Konsekuensi
masa depan ditentukan oleh pengalaman masa lalu, dampak dari pengalaman,
serta pengamatan seseorang terhadap yang lain (Bandura, 1986).
Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
aktivitas petani dalam usahataninya. Cita-cita petani berdasarkan pangalaman
yang baik, mengenai cara bercocok tanam yang baik dan menguntungkan akan
mempengaruhi terlaksananya pembangunan pertanian (Mosher, 1987: 47).
Tohir (1983: 180) menyatakan bahwa dalam mengelola usahataninya,
petani masih banyak menggunakan pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain dan perasaan (feeling). van den Ban dan Hawkins (1999: 314)
mengemukakan bahwa seseorang yang belajar dapat memperoleh atau
memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap, melalui
pengalaman dan praktek.
Pengalaman berusahatani dengan demikian dapat berupa pengalaman
kuantitatif yaitu jumlah tahun berusahatani dan pengalaman kualitatif yaitu proses
belajar yang dialami selama berusahatani yang mempengaruhi tindakan petani
dalam usahataninya. Pengalaman berusahatani dalam penelitian ini adalah
lamanya waktu dalam tahun yang telah dicurahkan oleh petani jagung dalam
berusahatani di lahan gambut. Pengalaman petani jagung dalam berusahatani di

lahan gambut dapat berasal dari pengalaman sebagai petani jagung dan dapat juga
dari pengalaman sebelumnya sebagai petani yang menanam komoditas selain
jagung di lahan gambut (di lahan yang sama).
Motivasi
Morgan et al., (1963) mengemukakan bahwa konsep motivasi tidak bisa
dilepaskan dari adanya motif (motive), dorongan (drive) dan kebutuhan (needs).
Tindakan yang bermotif dapat dikatakan sebagai tindakan yang didorong oleh
kebutuhan yang dirasakannya, sehingga tindakan tersebut tertuju ke arah suatu
tujuan yang diidamkan.
Menurut Padmowihardjo (1994: 135), motivasi merupakan usaha yang
dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan
tindakan. Sudjana (1991: 162) mengatakan motivasi belajar adalah motivasi
insentif. Motivasi tersebut menggambarkan kecenderungan asli manusia untuk
menggerakkan, mendominasi dan menguasai lingkungan di sekelilingnya.
Suparno (2000: 83-90) mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan
sesuatu jika mengharapkan akan melihat hasil, memiliki nilai (value) atau
manfaat. Perasaan berhasil (the experience of success) akan menimbulkan
motivasi seseorang untuk mempelajari dan melakukan sesuatu.
Motivasi dengan demikian merupakan dorongan yang berasal dari dalam
maupun luar diri seseorang untuk melakukan tindakan dalam upaya mencapai
suatu tujuan. Motivasi dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mendorong
petani untuk berusahatani jagung di lahan gambut.

Faktor Eksternal Petani
Menurut Sampson (Rakhmat, 2001) faktor eksternal adalah ciri-ciri yang
menekan seseorang yang berasal dari luar dirinya, yang merupakan salah satu
faktor yang penting dalam rangka mengetahui upaya seseorang untuk melakukan
suatu

usaha.

Pengertian

faktor

eksternal

dalam

penelitian

ini

adalah

keadaan/peristiwa yang mempengaruhi petani yang berasal dari luar diri, seperti:
lahan, interaksi dengan penyuluh, sarana produksi, keterlibatan dalam
kelompoktani dan akses kredit.

Lahan
Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi
dan vegetasi yang saling mempengaruhi potensi penggunaannya. Lahan garapan
adalah lahan yang diusahakan, baik lahan milik sendiri maupun sewa (BPS,
2003). Menurut Hernanto (1993: 46), lahan merupakan unsur produksi asli.
Menurut Tjakrawiralaksana (1996) lahan merupakan manifestasi atau
pencerminan dari faktor-faktor alam yang berada di atas dan di dalam permukaan
bumi, dan berfungsi sebagai: (1) tempat diselenggarakan kegiatan pertanian,
seperti bercocok tanam dan memelihara ternak atau ikan, (2) tempat pemukiman
keluarga tani. Hernanto lebih lanjut menyatakan luas lahan usahatani dapat
digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu (1) sempit, dengan luas < 0,5 ha
(2) sedang, dengan luas 0,5 – 2 ha (3) luas, jika lebih dari 2 ha.
Mardikanto (1993: 217) mengatakan bahwa luas lahan usahatani merupakan
aset bagi petani dalam menghasilkan produksi total, dan sekaligus sumber
pendapatan. Pada umumnya, petani dengan kepemilikan lahan usaha yang luas
akan menempati posisi status sosial lebih tinggi di lingkungan sosialnya.
Lahan dengan demikian merupakan tempat diselenggarakan kegiatan
pertanian untuk menghasilkan produk pertanian sebagai sumber pendapatan
ataupun tempat pemukiman petani. Lahan dalam penelitian ini dibatasi pada
luasan lahan gambut yang digunakan oleh petani untuk berusahatani jagung.
Interaksi dengan Penyuluh
Menurut Gerungan (1996: 57-58), interaksi adalah suatu hubungan antara
dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau
sebaliknya.
Hubungan antara petani dengan penyuluh terjadi karena adanya interaksi
dengan penyuluh. Wiriaatmadja (1990: 29-30) menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan penyuluhan, seorang penyuluh harus mengadakan hubungan dengan
petani, hubungan tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan komunikasi.
Komunikasi yang baik akan berjalan timbal balik atau terjadi feedback. Hal ini
penting bagi penyuluh, karena dapat mengambil tindakan-tindakan selanjutnya,

dengan demikian maka komunikasi tersebut dapat dilanjutkan dan dipelihara
dengan baik.
Asngari (2001: 11) mengemukakan bahwa, dalam hal menyajikan atau
menyampaikan informasi dari agen pembaruan ke klien, berupa pengetahuan,
teknologi, gagasan, pengalaman, dan lainnya perlu adanya komunikasi yang
bersifat: (1) prosesnya harus komunikatif, isi pesannya harus bermakna bagi klien,
dengan anjuran/saran/alasan yang bermakna ini akan mengobarkan imajinasi,
yang selanjutnya membuat orang tergerak baik mental maupun fisik, (2) cara
penyampaiannya harus persuasif dan bukannya paksaan, (3) dapat diterima
dengan menyenangkan.
Interaksi dengan penyuluh merupakan hubungan yang selanjutnya terjadi
komunikasi untuk saling bertukar informasi antara petani dengan penyuluh.
Interaksi dengan penyuluh dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat kualitas dan
kuantitas hubungan petani dengan penyuluh dalam upaya mendapatkan
informasi/teknologi baru guna pengembangan kompetensi petani.
Sarana Produksi
Menurut Sudjati (1981: 83) sarana merupakan alat-alat yang diperlukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. van den Ban (1999: 67)
menyebutkan sarana usahatani meliputi: tanah atau lahan, pupuk, benih
bersertifikat, alat penyemprot, bahan bangunan, mesin pertanian, dan subsidi
produksi. Mosher (1987) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produksi
pertanian, memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi oleh
petani, diantaranya: bibit, pupuk, pestisida, makanan dan obat ternak serta
perkakas. Mosher lebih lanjut menyatakan bahwa tersedianya sarana merupakan
syarat pokok dalam pembangunan pertanian. Ketersediaan sarana produksi mutlak
diperlukan agar dapat menjadi pendukung dalam peningkatan produksi.
Lunandi (1993: 41) mengemukakan bahwa dalam hal tertentu penyediaan
materi (peralatan dan sarana produksi) dibutuhkan dalam suatu proses belajar ke
arah perubahan perilaku disamping pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
usaha atau kegiatan yang dilakukan.
Sarana produksi dengan demikian merupakan bahan-bahan dan alat-alat
yang diperlukan dalam proses produksi untuk mencapai target yang telah

ditentukan. Sarana produksi dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat kemudahan
petani dalam mendapatkan benih, pupuk, obat-obatan dan kelengkapan
penyediaannya untuk kegiatan proses produksi.
Keterlibatan dalam Kelompoktani
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 273 tahun 2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani (Deptan, 2007), kelompoktani adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Penumbuhan kelompoktani didasarkan atas faktor-faktor pengikat sebagai
berikut : (a) adanya kepentingan bersama antara anggotanya, (b) adanya kesamaan
kondisi sumber daya alam dalam berusahatani, (c) adanya kondisi masyarakat dan
kondisi sosial yang sama, (d) adanya saling percaya mempercayai antara sesama
anggota. Melalui pendekatan kelompok akan terjalin kerjasama antara individu
anggota kelompok dalam proses belajar, proses berproduksi, pengolahan hasil dan
pemasaran hasil untuk peningkatan pendapatan dan kehidupan yang layak (Abbas,
1995).
Slamet (2003b) mengemukakan bahwa pendekatan kelompok disarankan
bukan hanya karena pendekatan ini lebih efisien, tetapi karena pendekatan ini
menghasilkan interaksi antar petani dalam kelompok yang merupakan forum
komunikasi yang demokratis. Forum itu juga sebagai forum belajar sekaligus
forum pengambilan keputusan untuk memperbaiki nasib mereka sendiri. Melalui
forum semacam inilah pemberdayaan ditumbuhkan yang akan berlanjut pada
tumbuh dan berkembangnya kemandirian rakyat petani.
Keterlibatan dalam kelompoktani dengan demikian merupakan tindakan
petani menjadi anggota, mengikuti kegiatan kelompoktani, dan bekerjasama
antara sesama anggota untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
usahatani. Keterlibatan dalam kelompoktani dalam penelitian ini adalah tingkat
keaktifan petani dalam kegiatan kelompoktani sebagai wadah interaksi saling
bertukar informasi dan pengalaman sesama petani.

Akses Kredit
Menurut Mosher (1987), untuk memproduksi lebih banyak, petani harus
lebih banyak memerlukan uang untuk bibit unggul, pestisida, pupuk, dan alat-alat
pertanian. Pengeluaran-pengeluaran tersebut harus dibiayai dari uang sendiri atau
dengan meminjam selama jangka waktu antara saat pembelian sarana produksi
dan saat penjualan hasil panen. Badan-badan efisien yang memberikan kredit
produksi kepada petani dapat merupakan faktor pelancar penting bagi
pembangunan pertanian.
Menurut Hernanto (1993: 84), akses kredit adalah kemampuan untuk
mendapat barang atau jasa pada saat sekarang untuk dikembalikan di kemudian
hari. Soekartawi, et al., (1986: 113) mengemukakan bahwa kebutuhan kredit
tersedia pada pelepas uang atau bank dan petani dapat membayar bunga atau
jumlah pinjaman pokok dari arus pendapatan yang diproyeksikan.
Akses kredit dengan demikian merupakan sumber modal yang dapat diakses
dan dimanfaatkan petani dalam memperoleh uang, barang atau jasa untuk
kelangsungan kegiatan usahatani, yang dikembalikan dengan jumlah dan pada
waktu yang sesuai dengan perjanjian. Akses kredit dalam penelitian ini dibatasi
pada kemudahan mengakses sumber modal/kredit untuk kelanjutan dan
pengembangan usahatani jagung di lahan gambut.

Kompetensi
Menurut McAshan (Mulyasa, 2002: 38) “competency is