Nama Informan: Ibu F. Untariningsih

Kita masih punya rencana untuk tahun depan mengundang kelompok- kelompok yang sudah dimodif untuk workshop agar tari tradisionalnya tidak dihilangkan. Pernah saat menyuguhi tamu di kabupaten ada yang komplein kok sekarang tari Dolalaknya Purworejo begini ya. 10. Apa harapan untuk Kesenian Tari Dolalak kedepannya? Biar semakin maju, paling tidak setiap desa atau kelurahan sudah ada kelompok kesenian. Setiap desa membentuk kelompok Dolalak.

2. Nama Informan: Ibu F. Untariningsih

Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 5 Desember 2015 1. Bagaimana awal mula Kesenian Tari Dolalak di sini? Kami baru pulang dari padepokan bagong jadi materinya masih sesuai dengan Padepokan Bagong, produksi bagong sudiarjo. Sebenarnya dalam program itu tidak hanya mempelajari tari kreasi baru, tradisional klasik tetapi juga tari tradisional kerakyatan. Karena Purworejo punya khas tari tradisional kerakyatan Dolalak, maka kami mengajarkan Dolalak kepada anak-anak. Tahun 90an menghadirkan Bapak R. Tjipto Siswojo untuk mengajar di sanggar karena tidak memiliki basic Dolalak makannya menghadirkan pakarnya. Ketika kami sudah bisa menampilkan Dolalak kemudian dilirik oleh pemerintah dan dipilih mewakili Purworejo dalam festival tari kerakyatan tingkat provinsi pada tahun 1995. Dari situ kami menjadi juara satu penyaji terbaik tingkat provinsi. Jadi pisan melu langsung nyantel. 2. Apakah ada perubahan antara Kesenian Tari Dolalak yang dulu dan sekarang? Mengapa berubah? Ada perubahan. Dulu kami hanya mengemas bunga rampai yaitu mengambil beberapa tarian kemudian di gabung, misalnya 5 tarian di gabung. Kemudian dieksplorasi tanpa meninggalkan akarnya, hingga akhirnya menjadi kaya, menjadi indah, berkembang. Dengan adanya perubahan dapat semakin diterima oleh kalangan anak muda dan orang tua. Karya eksplorasinya mbak Nia bernuasa kekinian tapi itu tetap Dolalak, pijakannya tetap Dolalak. Kekinian ini bisa waktu maupun umur. Untuk anak-anak ya koreonya mendekati anak-anak, dan lalin- lain. Contohnya saat-saat remaja suka berdandan, ditambah gerakan bersolek; bersendagurau bersama. 3. Pesan apa yang ingin disampaikan dari Kesenian Tari Dolalak? Awalnya secara umum peduli dulu menjadi cinta. Ada yang peduli menjadi cinta, ada yang sudah cinta kemudian peduli mencari dan ayo bersama-sama dengan kami. Peduli tapi tidak ada bakat seni, setidaknya mendukung, menjadi penonton yang baik, menjadi relawan perhatian berupa kasih maupun financial. 4. Apa visi dan misi dari kelompoksanggar ini? Melestarikan dan mengembangkan kesenian khusunya seni tari dengan pola “Asih Asah Asuh”. Jadi kami kasih dulu nomor satu kemudian kalo sudah nyambung kasihnya kemudian mengasah dan mengasuh. Diasah rasanya, diasah kepinteranne, diasah etikanya. Diasuh, diarahkan, kamu harusnya menjadi, kamu bisanya menjadi perias, kamu selain bisa merias juga bisa menjadi penari, kamu bisanya menjadi ini. Saya bukan selaku guru yang mengajari, saya tidak mengajar secara tutorial tapi prosesnya bareng, saling belajar bersama-sama. 5. Apakah tujuan tersebut telah tercapai? Tujuannya melestarikan dan mengembangkan. Kami sudah melakukan tapi untuk target kan tidak ada. Seni itu sulit sulit dicari taergetnya. Terus saja melestarikan. Seni itu tidak tau titik awalnya kapan, apalagi akhirnya. Seni itu di dalam hidup e. 6. Media apa saja yang sudah pernah digunakan untuk menginformasikan tentang Kesenian Tari Dolalak? Media yang digunakan yaitu media langsung melalui media pentas. Ketika pentas diambil wartawan menjadi bahan untuk masuk media cetak dari trans tv, trans 7, art tv, tvri. Media massa gencar tertarik karena kami sering membuat trik-trik baru yang tidak sama dengan yang biasa jadi mereka tertarik. Kami berteman baik dengan para teman-teman media. Menggunakan web dan youtube. Balai pelestarian nilai budaya jogja mengambil nara sumber dari sanggar untuk dibuat tayangan-tayangan berupa CD. Utamanya kepercayaan. Saya publikasi tentang sanggar pertama dengan selebaran dan sekarang lebih melihat bukti. Kebanyakn dari mulut ke mulut. Tapi kalau ada event-event menginformasikannya melalui brosur, poster. 7. Bagaimana segmentasi dari Kesenian Tari Dolalak? Untuk semua kalangan. Yang tidak bisa satu, untuk kalangan yang suka dengan trance kami tidak bisa melayani karena kami kemasan padat. 8. Bagaimana hubungan antar sesama pemain Kesenian Tari Dolalak, antar kelompoksanggar Kesenian Tari Dolalak, dan hubungan antar kelompoksanggar Kesenian Tari Dolalak dengan pemerintah dinas- dinas terkait? Hubungan antara penari – pengurus dekat seperti keluarga, baik yang tua maupun yang kecil tk. Kami tidak hanya interen sanggar kok, tapi keluar sanggar juga. Kasih itu berlaku ke semua, dengan grup- grup dolalak, grup-grup apapun yang tradisional. Misal mereka kesulitan membuat paket padat, kami membantu. Konsultasi kostum. Mereka kesulitan paket padat dengan pola lantai, kan berjam-jam dikemas menjadi paket padat beberapa menit kan sulit. Kalo sudah penggarapan biasa mereka kesulitan, sekolah juga sering minta tolong. 9. Bagaimana kelompoksanggar menghadapi lingkungan sekitar untuk mencapai tujuan utama mereka dan menciptakan motivasi bagi para pelaku kesenian di kelompoksanggar tersebut? Jika ada yang tidak baik ya itu kerikil-kerikil saja tidak masalah, itu butir-butir pasir di laut. Saya tetap mengasihi, mungkin karena mereka merasa tersaingi, kenapa bukan saya. Prinsip hidup legowo, ketika dikhianati, ketika dikritik, ketika diejek, karena tidak ada yang sempurna dan cukup untuk jadi bahan refleksi. Apapun yang datang negative itu kami jadikan refleksi. 10. Bagaimana cara kelompoksanggar dalam mempertahankan eksistensi Kesenian Tari Dolalak? Karena dasarnya cinta jadi sulit untuk berhenti, karena mencintai kami akan terus berkarya. Awalnya tidak mengenal, semakin dalam mengenal semakin mencintai dan semakin tidak bisa lepas. Seperti merawat tanaman kok daunnya layu ya diberi pukuk. Menjaga dan memelihara. 11. Apa harapan untuk Kesenian Tari Dolalak kedepannya? Tetap eksis dan tetap dicintai oleh pemiliknya dan dicintai oleh khalayak luas karena Dolalak bisa ditrima di semua kalangan. Kita rawat bareng. Saya pernah ditantang apakah mbak Un gak khawatir Doalak akan musnah, saya punya keyakinan tidak akan karena terbukti dari tahun 1915 hingga saat ini masih ada dan malah semakin bergelora. 100 tahun kenapa Dolalak masih dicintai oleh masyarakat.

3. Nama Informan: Bapak Bambang Ismanto