EKSISTENSI KESENIAN DOLALAK SEBAGAI KEBUDAYAAN DAERAH DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI

Oleh: RATNA MAYASARI K8408097

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

commit to user ii

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ratna Mayasari

NIM

: K8408097

Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Sosiologi Antropologi

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “EKSISTENSI KESENIAN DOLALAK SEBAGAI KEBUDAYAAN DAERAH DI DESA MLARAN KECAMATAN

GEBANG KABUPATEN PURWOREJO” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 10 Juli 2012 Yang membuat pernyataan

Ratna Mayasari

commit to user iii

DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

Oleh: RATNA MAYASARI K8408097

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

commit to user iv

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 10 Juli 2012

Pembimbing I

Drs. Tentrem Widodo, M.Pd NIP. 1949122111979031001

Pembimbing II

Drs. H.M. Haryono, M.Si NIP.195101011981031005

commit to user v

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Drs, M.H. Sukarno, M.Pd

------------------ Sekertaris

: Drs. Slamet Subagya, M.Pd

------------------ Anggota I

: Drs. Tentrem Widodo, M.Pd

------------------ Anggota II

: Drs. H.M. Haryono, M.Si ------------------

Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan u.b. Pembantu Dekan 1

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si

NIP. 1966604151991031002

commit to user vi

Ratna Mayasari. EKSISTENSI KESENIAN DOLALAK SEBAGAI KEBUDAYAAN DAERAH DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG

KABUPATEN PURWOREJO. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) alasan kesenian Dolalak mampu dijadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo, (2) peran kesenian Dolalak dalam kehidupan masyarakat, (3) strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus terpancang tunggal. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Subjek penelitian, informan, peristiwa dan tempat, dokumen dan arsip, studi pustaka. Teknik informasi diambil berdasarkan kunci dan informan pendukung. Data yang diperoleh dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data diuji menggunakan teknik Trianggulasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga jalur kegiatan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) desa Mlaran yang terletak di Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo memiliki kesenian tradisional bernama kesenian Dolalak. (2) Alasan kesenian Dolalak menjadi identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo adalah dilihat dari segi historisnya dan keunikan yang digemari penonton. Kesenian ini lahir di Purworejo dan memiliki ciri khas tersendiri yaitu kostum, tarian, lagu, musik, dan kebiasaan trance yang dilakukan oleh penarinya. (3) Kesenian Dolalak memiliki peran dalam kehidupan masyarakat serta dapat menunjang kemajuan dan perkembangan mayarakat Purworejo pada umumnya. Dari segi sosial, kesenian ini bersifat menghibur dan meningkatkan kesejahteraan anak yaitu dengan menyumbangkan hasil dari pementasan kesenian Dolalak untuk memenuhi kebutuhan dan hak anak yang tidak mampu. Segi ekonomi, kesenian ini dapat menjadi mata pencaharian tambahan yang diperoleh dari hasil pementasan kesenian Dolalak. Segi pendidikan anak akan menjadi lebih aktif dan kreatif di bidang seni serta akan mengenal kebudayaannya sendiri dan pada akhirnya akan timbul rasa bangga pada diri anak terhadap kesenian daerahnya yang nantinya akan menjadi awal dari timbulnya rasa nasionalisme yang tinggi pada anak tersebut. (4) Strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak khususnya di Desa Mlaran yaitu dengan mendirikan sanggar tari dan group kesenian Dolalak agar tetap eksis dan berkembang lebih luas di masyarakat pada umumnya. Pelestarian dari pihak pemerintah daerah yaitu dengan mencanangkannya kesenian dolalak ke dalam mata pelajaran muatan lokal di tingkat SD se Kabupaten Purworejo.

Kata Kunci: eksistensi kesenian, identitas kebudayaan

commit to user vii

Ratna Mayasari. THE EXISTENCE OF DOLALAK ART AS LOCAL CULTURE

IN MLARAN VILLAGE OF GEBANG SUBDISTRICT OF PURWOREJO

REGENCY. Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.

The objective of research is to find out (1) the reason of why Dolalak art can become a local cultural identity in Purworejo Regency, (2) the role of Dolalak art in society life, and (3) the strategy that should be taken to preserve Dolalak art in Purworejo Regency.

This study was a qualitative research with a single embedded case study. The data source in this research derived from research subject, informant, event and place, document and archive, library study. Information technique was taken based on the key and supporting informant. The data was collected using observation, interview, and documentation. Data validity was tested using Triangulation technique. Technique of analyzing data used in this research included three activities: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification.

The result of research showed (1) Mlaran village located in Gebang subdistrict, Purworejo Regency had traditional art named Dolalak art. (2) The reason of why Dolalak art could become local cultural identity in Purworejo Regency could

be seen from historical aspect and peculiarity the spectators are fond of. This art was born in Purworejo and had its own characteristics such as costume, dance, song, music, and trance habit the dancer usually undertakes. (3) Dolalak art played a role in society life as well as supported the progress and development of Purworejo society in general. From social aspect, this art was entertaining and improved the child welfare by giving the result of Dolalak art performance to fulfill the poor child’s needs and right. From economic aspect, this art could be a secondary livelihood obtained from the result of Dolalak art performance. The child education aspect would be more active and creative in art field as well as would be familiar to his/her culture, thereby feeling of proud of their culture would emerge within the children, that in turn would be a starting point of high nationalism feeling within them. (4) The strategy needed to take to preserve Dolalak art, particularly in Mlaran Village was to establish a dance studio and Dolalak art group in order to keep existing and developing more widely within the society in general. The preservation from the local government was to launch Dolalak art into local content subject at elementary schools throughout Purworejo Regency.

Keywords: art existence, cultural identity.

commit to user viii

“Semakin tinggi ilmu, maka seseorang semakin tenang hidupnya. Sebaliknya, semakin banyak harta, maka seseorang semakin tidak tenang karena takut

kehilangan” (Lentera Hati)

“Jika kau ingin memiliki sesuatu yang belum kau punyai, maka kau harus melakukan sesuatu yang belum pernah kau kerjakan”

(Lentera Hati)

“Kesia-siaan adalah kufur nikmat. Semakin banyak perkataan dan perbuatan sia-sia, akan semakin tak nyaman di hati dan mengundang berbagai masalah yang tak

perlu” ( aa gym)

Setetes keringat orang tuaku seribu langkahku harus maju.

(Penulis)

commit to user ix

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya kecil ini kepada:

1. Orang tua tercinta Bapak Suparman Hadi dan Ibu Nur Hayati yang telah memberikan cinta dan kasih sayang tanpa pamrih.

2. Mas Eko, Mbak Dewi, Mas Agus, Mas Safiq, Mbak Anit, Mbak Ninda, Mas Afin, dan Mega yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan motivasinya.

3. Teman-teman Pendidikan Sosiologi- Antropologi ’08 khususnya kelas A yang telah menjadi partner belajar selama kurang lebih empat tahun. Terima kasih atas pelajaran, pengalaman dan persahabatan yang solid selama ini.

4. Almamater

commit to user x

Segala puji dan syukur Kami haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga proses penelitian dan penyusunan skripsi ini berjalan dengan cukup baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah dan terlimpahkan pada junjungan Kita Rasullulah SAW. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi- Antropologi Jurusan Imu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama masa penyelesaian skripsi ini, cukup banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan, dan berkat karunia Allah SWT dan peran berbagai pihak, kesulitan yang pernah timbul dapat diatasi. Tidak lupa, ucapan terima kasih diucapkan kepada yang terhormat:

1. Prof.Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta,

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP UNS,

3. Drs. MH Sukarno, M.Pd Ketua Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta,

4. Drs. Tentrem Widodo , M.Pd Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini sekaligus sebagai Pembimbing Akademik.

5. Drs. Haryono, M.Si Pembimbing II yang telah memberikan ide, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi,

6. Bapak Bambang Kepala Desa Mlaran yang telah memberikan ijin observasi.

7. Informan yang telah memberikan informasi menganai Kesenian Dolalak.

8. Masyarakat Desa Mlaran yang telah membantu saya dalam melengkapi data penelitian.

commit to user xi

doa, semangat, inspirasi, motivasi, hikmah serta ilmu yang berguna bagi kehidupan penulis.

10. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Semoga segala amal baik dan keikhlasan membantu penulis tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT dan semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 10 Juli 2012

Penulis

commit to user xiv

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi .......................................

36

H. Prosedur Penelitian .........................................................................

2. Pengumpulan Data .....................................................................

38

3. Analisis Data ..............................................................................

38

4. Penyusunan Laporan Penelitian .................................................

38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 39

A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ...................................................

39

1. Gambaran Umum Desa Mlaran .................................................

39

2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ...........................................

42

3. Eksistensi Kesenian Dolalak di Desa Mlaran ............................

43

B. Deskripsi Temuan Penelitian ............................................................

48

1. Makna yang Terkandung dalam Kesenian Dolalak ................... 49

2. Alasan Kesenian Dolalak Mampu Dijadikan sebagai Identitas Kebudayaan Daerah Kabupaten Purworejo ...............................

63

3. Peran Kesenian Dolalak dalam Kehidupan Masyarakat di Desa Mlaran ........................................................................................

66

4. Strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak di Desa Mlaran .............................................................

70

C. Pembahasan ...................................................................................... 73

1. Eksistensi Kesenian Dolalak Sebagai Identitas Kebudayaan Daerah Kabupaten Purworejo ....................................................

73

2. Peran Kesenian Dolalak Dalam Kehidupan Masyarakat di Desa Mlaran ...............................................................................

75

3. Strategi dalam Melestarikan Kesenian Dolalak di Desa Mlaran

79

commit to user xv

A. Simpulan ........................................................................................... 83

B. Implikasi ........................................................................................... 86

C. Saran ................................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89 LAMPIRAN .................................................................................................... 92

commit to user xvi

Tabel Halaman

1. Cabang Seni .............................................................................................

10

2. Waktu Penelitian ......................................................................................

28

3. Karakteristik Kesenian Dolalak ...............................................................

47

4. Kaitan Antara Karakteristik Kesenian Dolalak dengan Masyarakat

Purworejo .................................................................................................

48

commit to user xvii

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ....................................................................................

27

2. Peta Desa Mlaran .....................................................................................

39

3. Jalan yang Rusak ......................................................................................

40

4. Alat Musik Pengiring Kesenian Dolalak .................................................

44

5. Kostum dan Aksesoris Penari Dolalak .....................................................

45

6. Pose Gerak Pencik ...................................................................................

52

7. Pose Gerak Kirig ......................................................................................

52

8. Pose Gerak Ngetol ...................................................................................

53

9. Pose Gerak Siak .......................................................................................

53

10. Pose Gerak Kesutan .................................................................................

54

11. Pose Gerak Kiprah ...................................................................................

55

commit to user xviii

Lampiran Halaman

1. Catatan Lapangan (Fieldnote) ...................................................................

92

2. Pedoman Wawancara (Interview Guides) dan Observasi ......................... 108

3. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 133

4. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ................................................ 154

5. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS .......................................................... 155

6. Surat Keterangan ...................................................................................... 156

7. Surat Permohonan Ijin Observasi ............................................................. 157

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang mengenal keindahan. Aristoteles berpendapat tentang “khatharsis”, yaitu suatu proses pemurnian rasa yang

dinyatakan bahwa setelah berolah seni dan apresiasi seni maka manusia merasakan semacam kepuasan, terbebas dari kekangan jiwa, yang sering tidak disadari. Namun kreativitas untuk berolah seni adalah aktivitas jiwa manusia yang komplek dan cukup tinggi (Bates Howrey, 1966:7). Dalam hal ini seni merupakan salah satu hasil upaya budi manusia yang menumbuhkan keindahan, dan rasa puas yang dicapai melalui olah seni, garap seni, serta apresiasi seni mempunyai nilai khusus yang tidak terdapat pada kepuasan yang lain. Indonesia kaya akan kesenian dan segala sesuatu yang berbau keindahan. Bentuk-bentuk seni di suatu daerah Indonesia berbeda dengan daerah lain. Aturan, kebiasaan, keadaan wilayah di suatu daerah dapat menciptakan seni yang sesuai. Hingga timbullah istilah multikultural. Hal ini yang menjadikan suatu identitas di suatu daerah. Dimana suatu daerah memiliki ciri khas dalam mengekspresikan seninya.

Perbincangan mengenai “identitas” di dalam konteks masyarakat kontemporer kita yang kini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh arus globalisasi sesungguhnya adalah perbincangan mengenai perjuangan, perang, tekanan, pengaruh, perubahan, transformasi, pergeseran, kontradiksi, dan paradox identitas.

Artinya perbincangan mengenai identitas adalah perbincangan mengenai “dinamika identitas” itu sendiri yang selalu berpindah dan berubah sebagai akibat dari sebuah dunia yang dibentuk oleh ketergantungan yang tinggi, saling mempengaruhi dan persaingan yang tajam diantara unsur-unsurnya. Identitas itu juga ditujukan sebagai benteng agar daerah tersebut tetap diakui keberadaannya.

commit to user

identitas dilihat sebagai sesuatu yang bersifat melampaui sejarah, ahistoris, berlangsung kontinuitas ruang dan waktu. Identitas merefleksikan pengalaman sejarah bersama serta kode cultural yang dimiliki bersama dalam sekelompok masyarakat, yang memberi mereka kerangka acuan dan makna kehidupan yang tidak berubah serta berkelanjutan. Kedua, identitas merupakan proses menjadi sebuah rantai perubahan terus menerus, sebuah rentang sejarah,. Dalam hal ini identitas mempunyai peluang yang sama sebagai pelestarian masa lalu serta tranformasi dan perubahan masa depan. Identitas tidak hanya berorientasi ke masa lalu yang bersifat primordial (warisan budaya) tapi juga ke masa depan. Identitas mengalami tranformasi dan perubahan secara terus menerus.

Menurut Muji Sutrisno (2005), “seni tidak hanya berperan sebagai pembentuk identitas tetapi seni merupakan roh kehidupan, pendamai kehidupan, pemulia kehidupan ”. Sebagai roh kehidupan, seni berperan besar dalam menghindarkan manusia dari perangkap pengerdilan makna kehidupan. Identitas hanya dijadikan sebagai alat menciptakan benteng-benteng kokoh kecurigaan dan resistensi terhadap manusia, bangsa dan kebudayaan lain yang dapat menimbulkan konflik. Padahal seni sebagai pendamai kehidupan, seni menghargai bebagai perbedaan dan keanekaragaman budaya yang dapat menjadi sebuah karya yang mendamaikan kehidupan dunia. Jadi, peran seni dalam pembentukan dan dinamika identitas pada kenyataannya bersifat kontekstual. Seni menjadi roh kehidupan dan juru damai dalam masyarakat. Identitas dijadikan sebagai alat perusak. Seni menjadi wacana pengayaan informasi ketika masyarakat terperangkap dalam penyeragaman informasi dan hegemoni cultural. Seni juga sebagai alat politik ketika kehidupan politik masyarakat dibentuk oleh politisasi identitas.

Disini jenis seni yang akan saya bahas adalah seni tari khususnya kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo dengan daerah yang akan dijadikan objek penelitian adalah Desa Mlaran. Hal ini karena menurut saya, kesenian Dolalak memiliki

commit to user

Dolalak merupakan salah satu kesenian khas Kabupaten Purworejo yang lahir di Desa Mlaran. Kabupaten Purworejo (Bahasa Jawa: purwareja), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota berada di kota Purworejo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Kabupaten Kulon Progo (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di sebelah barat.

Purworejo memiliki kesenian yang khas, yaitu Dzikir Saman mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah (arab, artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. Diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. Pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang direquest oleh penonton).

Kemudian kesenian Incling, Riwayat singkat Kesenian Incling ini sebenarnya bersumber dari sebuah cerita yang terdapat di Jawa Timur dan khususnya Karesidenan Madiun yang berpusat di Ponorogo. Jenis iringan yang digunakan yaitu Angklung, Kempul, Gong Suwuk, Bende, Kendang, Bedug, Kecrek. Jenis tarian yang digunakan yaitu Balapan, Adu Jago, Baris, Perang gaman. Jenis pakaian yang digunakan yaitu Onclong, Prajurit, Penthul Tembem, Barongan.

Ada juga kesenian khas Purworejo yang bernama Ching Pho Ling, Pisowanan dalam pertunjukan Ching Pho Ling, merupakan fenome-na sosio-kultural ketika seorang demang melaporkan tugasnya di wilayah kekuasaannya. Untuk melakukan pisowanan, seorang demang diikuti oleh pengawal yang menunjukkan semangat patriotisme yang mengandung nilai-nilai, perjuangan, kesetiaan, kemerdekaan, kebersamaan, dan lain-lainnya. Dalam pisowanan berbentuk barisan/arak-arakan dengan membawa alat-alat senjata untuk menjaga keselamatan rombongan. Selain itu juga membawa peralatan musik sederhana yang dibunyikan untuk menghilangkan kepenatan selama perjalanan. Bentuk arak-arakan tersebut

commit to user

ber fungsi menjadi sebuah tontonan, sehingga kesenian Ching Pho Ling di Purworejo merupakan kesenian yang dikembangkan dari budaya pisowanan yaitu arak-arakan seorang demang saat menuju ke kadipaten. Kreativitas muncul adalah pada pengembangan gerak, iringan maupun busananya, sehingga bentuknya menjadi menarik sebagai tontonan yang berfungsi sebagai hiburan masyarakat. Keberadaan kesenian ini sangat memprihatinkan yang jumlahnya hanya tinggal satu di Kabupaten Purworejo, namun masih tetap eksis. Untuk mengantisiasi kepunahan seni itu perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pihak pemerintah.

Kesenian khas lainnya yaitu Dolalak, tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). Kostum mereka terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering disebut juga dengan nama Dolalak. Tari dolalak sudah dipatenkan menjadi tarian khas daerah Purworejo. Tari ini merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Pada masa penjajahan Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam militernya dan diiringi dengan nyanyian yang berisi sindiran sehingga merupakan pantun. Kata dolalak sebenarnya berasal dari notasi Do La La yang merupakan bagian dari notasi do re mi fa so la si do yang kemudian berkembang dalam logat Jawa menjadi Dolalak yang sampai sekarang ini tarian ini menjadi Dolalak. Kesenian ini juga merupakan kesenian tradisional yang dijadikan sebagai identitas Kabupaten Purworejo.

Menurut Suwaji Bastomi (1988:8), “suatu kesenian dikatakan sebagai suatu identitas di suatu daerah jika seni itu lahir di tengah-tengah masyarakat yang sifatnya

commit to user

merupakan salah satu dari kesenian yang tersebut di atas. Karena kesenian ini lahir di tengah-tengah masyarakat pada masa penjajahan dan memiliki unsur-unsur mistik yang masih melekat pada masyarakat sampai sekarang ini. Namun kesenian ini masih simpang siur tempat asal mulanya dan penciptanya belum diketahui. Ada yang mengatakan kesenian Dolalak berasal dari Mlaran, ada yang mengatakan dari Kaligesing, ada juga yang mengatakan dari Sejiwan. Kesenian ini juga telah mengalami banyak perubahan. Walaupun kesenian Dolalak sudah mengalami banyak perubahan namun kesenian ini masih tetap eksis dan intinya masih tetap sama dengan aslinya, hanya saja mendapat penambahan-penambahan tertentu pada bagian- bagian tertentu seperti syair, musik pengiring dan penarinya.

Menurut para sarjana, seni tari dapat memperkuat kemakmuran, dan keselamatan, bila tari itu berfungsi mengeluarkan atau menolak kekuatan buruk yang menyebabkan sakit dan bencana lain. Apalagi kalau tari itu diikuti dengan trance (tak sadarkan diri) dianggap mempunyai kekuatan yang lebih tinggi. Selain dihubungkan dengan kehidupan desa, kesenian ini berhubungan dengan kepercayaan animistic prasejarah dan ritual. Orang yang yakin kepada sesuatu yang dianggap gaib, sangat sulit ditemukan kebenarannya, sebab ia menganggap hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal tersebut maka diterimanya dan diyakini menjadi hal-hal yang gaib. Dari uraian tersebut,Kesenian Dolalak juga termasuk di dalamnya. Kesenian ini sarat dengan hal mistik dan masa lampau. Eksistansi yang bernuansa batin ini, kadang- kadang memang banyak mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak. Kesenian ini bisa saja terancam keberadaannya. Hal ini karena tidak sedikit generasi muda yang menyepelekan dan menganggap remeh bahkan kuno kesenian ini. Herusatoto (1991:2) mengemukakan bahwa dijaman modern yang serba ilmiah, rasional, praktis, pragmatis dan efisien, untuk apa kita membicarakan hal-hal yang bernada mistik? Namun pendapat tersebut tidak bisa sepenuhnya dijadikan patokan, karena kebudayaan yang identik dengan religi dan mistis sampai sekarang ini juga masih

commit to user

jaman dahulu yang lahir, tinggal, dan menetap di Jawa. Mereka sudah terbiasa dan mempercayai hal-hal mistis tersebut karena adanya bukti-bukti dari sanksi-sanksi yang timbul dari mistisnya kebudayaan tersebut.

Suryadi AG (1993:10-11) juga menegaskan bahwa budaya religi komunitas Jawa memang telah mapan dan tidak pernah tergoyahkan oleh berbagai –isme dan paham baru. Oleh karena itu untuk menghindari kepunahan tersebut, pemerintah daerah Purworejo melakukan berbagai program yang berkaitan dengan pelestarian budaya daerah setempat khususnya untuk pelestarian kesenian Dolalak. Beberapa diantaranya yaitu penetapan kesenian Dolalak ke dalam kurikulum muatan lokal di SD di daerah Purworejo. Pada hari-hari tertentu, diadakan pementasan kesenian Dolalak di tempat-tempat tertentu pula. Selain itu juga kesenian Dolalak tidak hanya di pertunjukkan di daerah Purworejo saja tetapi juga di daerah-daerah lain bahkan pernah dipertunjukkan di TMII.

Membahas kesenian Dolalak ini, kesenian ini diadakan pada masa tenggang yang tidak tetap dan untuk kejadian khas. Para pemain kebanyakan warga desa setempat yang berperan atau menari sebagai hobi atau untuk mendapatkan prestise. Kesenian ini masih tetap eksis walaupun sering mengalami perubahan baik dari segi gerakan, musik maupun para penarinya. Kesenian ini lebih sering ditampilkan di luar daerah asalnya keberadaannya pun juga dikenal baik oleh masyarakat daerah lainnya. Dahulu kesenian ini dilakukan oleh para kaum laki-laki. Seiring perkembangan jaman dan permintaan penonton, penarinya dilakukan oleh para wanita cantik. Musiknya pun diaransement dan dikemas dengan lebih modern. Untuk biaya pertunjukan, kesenian ini tidak memungut biaya, dengan kata lain masyarakat atau sponsor dan penonton datang secara gratis. Karena keseniaan ini sudah ada penyelenggaranya atau penanggapnya yang akan membayarnya. Namun untuk pertunjukan di sebuah acara seperti nikahan, khitanan, dan acara lainnya yang bersifat individu, kesenian ini ditanggap/dipertunjukan secara komersil.

commit to user

setempat. Salah satunya dari segi ekonomi, kesenian ini bisa saja menjadi mata pencaharian tambahan penduduk setempat. Dari segi kehidupan lainnya pun juga berpengaruh. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti segala sesuatu yang berhubungan dengan kesenian Dolalak. Maka untuk syarat meraih gelar sarjana strata

1, peneliti mengambil judul skripsi “Eksistansi Kesenian Dolalak Sebagai Identitas Budaya Daerah di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha menggali persoalan :

1. Mengapa kesenian Dolalak mampu dijadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo?

2. Apa saja peran kesenian Dolalak dalam kehidupan masyarakat?

3. Bagaimana strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mengapa kesenian Dolalak mampu dijadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo?

2. Untuk mengetahui apa saja peran kesenian Dolalak dalam kehidupan masyarakat?

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo?

commit to user

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan analisis bagi perkembangan khususnya daerah Kabupaten Purworejo mengenai kebudayaan.

b. Dari segi ini akan diperoleh gambaran makna dan fungsi terhadap fenomena kesenian Dolalak yang selama ini dianggap sarat akan mistiknya.

c. Bagi generasi muda sekarang ini diharapkan akan lebih yakin bahwa unsur- unsur yang terkandung di dalam kesenian ini adalah fenomena yang memiliki makna dan fungsi tertentu bagi kehidupan.

2. Secara Praktis

a. Membuka wawasan kepada masyarakat khususnya di daerah Kabupaten Purworejo untuk memanfaatkan kesenian Dolalak sebagai kesenian tradisional khas Kabupaten Purworejo yang telah dikolaborasikan dengan kesenian spiritual dan dikemas lebih modern sebagai bentuk sajian spesial yang menarik.

b. Masyarakat lebih menilai positif yang menguntungkan tentang kesenian Dolalak dan berupaya mempertahankan serta melestarikan keberadaannya dengan selalu bangga telah menjadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang kesenian Dolalak

a. Pengertian Kesenian

Kesenian berasal dari kata seni, apa sebenarnya seni itu? Kata orang pada umumnya yang disebut kesenian adalah sesuatu yang bersifat indah, itulah seni. Maka orang yang membuat seni disebut seniman. Menurut Suwaji Bastomi secara singkat dalam bukunya yang berjudul “Apresiasi Kesenian Tradisional”

mengemukakan bahwa seni menunjukkan gambaran tentang keadaan penciptanya, masyarakatnya, dan bangsanya (1988:6). Jadi seni merupakan pernyataan tentang keadaan batin pencipta, seni dapat dijadikan sebagai ungkapan batin yang dinyatakan dalam bentuk rupa, gerak, nada, sastra atau bentuk-bentuk lain yang mempesonakan penciptanya sendiri maupun orang lain yang dapat menerimanya. Seni juga merupakan lambang atau simbol sesuatu menurut subjektifitas pencipta yang objektif.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, seni adalah kecakapan membuat (menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah. Sesuatau karya yang dibuat (diciptakan) dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak, lukisan, ukir-ukiran dan sebagainya. Kalau Kita terjemahkan dalam bahasa yang sederhana dapat kita artikan menjadi “ kecakapan mencipta” sama dengan “Kelincahan membuat”. Dalam Bahasa Inggris seni sama dengat Zenith yang artinya asyik, sedangkan dalam Bahasa Belanda dikatakan Zenue dapat diartikan sinting. Jadi kesenian itu dalam bahasa Inggris adalah hal ikhwal yang membuat sesorang menjadi asyik dan riang gembira. Tetapi kalau diambil dari bahasa Belanda bahwa kesenian itu adalah sesuatu yang membuat seseorang menjadi sinting atau senewen, atau mabuk.

Kesenian kalau diambil dari definisi dalam Kamus Bahasa Indonesia , maka yang disebut berkesenian, atau sesuatu yang mempunyai seni, yaitu apabila seseatu itu mempunyai unsur kelincahan atau kecakapan yang luar

commit to user

mempunyai kelincahan dalam melakukan gerak sehingga menjadi trampil yang mengarah pada kerja yang mempunyai skill tinggi, hingga menjadi profesional. Pada Definisi yang kedua sesuatu disebut berkesenian jika mendatangkan keasyikan, hingga mendatangkan kegembiraan. Keasyikan dan Kegembiraan yang berlebihan akan menimbulkan senewen atau lupa daratan. Sering kita melakukan sesuatu saking asyiknya hingga lupa daratan, yang lebih parah lagi dapat membuat orang sinting.

Menurut Koentjaraningrat (2005:20), berdasarkan indera penglihatan manusia, maka kesenian dapat dibagi sebagai berikut: (1) seni rupa, yang terdiri dari (a) seni patung dengan bahan batu dan kayu,

(b) seni menggambar dengan media pensil dan crayon, (c) seni menggambar dengan media cat minyak dan cat air; (2) seni pertunjukkan yang terdiri dari (a) seni tari, (b) seni drama, (c) seni sandiwara.

Selain itu Koentjaraningrat (2005) juga memaparkan, kesenian Berdasrkan indera pendengaran ma nusia dibagi ke dalam: ”(1) seni musik (termasuk seni musik tradisional), dan (2) seni kesusasteraan ” (hlm. 20).

Tabel 2.1. Cabang-cabang Seni Berdasarkan Bentuk dan Medium Seni

No.

Cabang seni

Bentuk media

Indera penikmat

Penglihatan, peraba

2 dimensi atau

Suara,benda, manusia, gerak

Tubuh manusia,

gerak, musik

Penglihatan, pendengaran

3 dimensi

5. Teater

Manusia, benda/alam, akting, adegan, suara/musik

Penglihatan, pendengaran

3 dimensi

(Sumber: http://guruvalah.20m.com)

commit to user

Joan Kealiinohomoku, seorang ahli tarian tradisional yang berasal dari Samoa Island, meyakini bahwa dance is cultural and cultural is dance (Anya Peterson Royce, The Antropology of Dance, 1977:13). Seluruh konfigurasi estetika koreografi berlomba-lomba menyuguhkan aspek-aspek kehidupan sosial secara holistik: relasi kosmis, sastra, hiburan, seni rakyat, hidup sehari-hari, ritual, perkawinan, feminisme, konsep kekuasaan, budi pekerti, doa, kesejahteraan atau etis (Bdk. R.O. Simatupang, Dance in Indonesia, 1964:9).

Berdasarkan penelusuran yang saya kutip, seorang ahli sejarah tarian dan muzik Jerman bernama C. Sachs telah memberikan definisi seni tari sebagai gerakan yang berirama. Seni tari adalah pengucapan jiwa manusia melalui gerak- gerik berirama yang indah. Dalam kebudayaan melayu terdapat berbagai – bagai jenis tarian, ada tarian asli ataupun tarian yang telah dipengaruhi oleh unsur – unsur modern. Sedangkan menurut Jafar Mampak, tarian melayu asli terbagi kepada dua jenis. Pertama, tarian yang bercorak lemah lembut seperti tarian mak inang dan siti payung. Kedua, tarian rancak yang merupakan hasil daripada pengaruh tarian Portugis seperti tarian Ronggeng , Serampang Laut dan Singapura Dua.

Seni tari boleh dikategorikan dalam berbagai-bagai jenis. Antara pembahagian yang boleh dibuat terhadap seni tari melayu adalah seperti berikut :

1) Tarian-tarian yang bercorak seni tari istana yang dipersembahkan pada waktu perkahwinan, pertabalan, istiadat menyembah dan sebagainya. Tarian-tarian ini termasuklah tarian siti payung, mak inang, asyik, gamelan dan sebagainya.

2) Tarian-tarian yang memperlihatkan wujudnya pengaruh Arab dan Parsi seperti tarian rodat, hadrah dan sebagainya.

3) Tarian rakyat seperti, ndolalak, dondang sayang, ronggeng, joget dan sebagainya.

4) Tarian yang khusus ditarikan oleh kaum lelaki saja seperti tarian kuda kepang, tarian labi-labi, tarian berdayung dan sebagainya.

Dari jenis tarian di atas, Dolalak dikategorikan sebagai tarian rakyat. Asal mula kesenian Dolalak adalah akulturasi budaya barat (Belanda) dengan

commit to user

tempat melatih serdadu / tentara. Sebagaimana tentara pada jamannya, mereka berasal dari berbagai daerah, tidak hanya Purworejo saja dan dilatih oleh tentara/militer Belanda. Mereka hidup di tangsi / barak tentara.

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga (Teori-teori Kebudayaan, 2005:74). Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Sedangkan tari menjadi simbol keterpaduan aspek-aspek sang subjek pelaku, seperti makna-makna dari kesadaran, tindakan, kebiasaan jalan pikiran, perasaan, dan seperangkat norma yang diimaninya. Maksudnya, seorang penari di atas panggung sedang berkomunikasi dan menyusun sesuatu.

c. Pengertian Kesenian (Seni Tari) Tradisional

Ditinjau dari dasar penciptaannya, kesenian tradisional terjadi akibat dari perwujudan seni dari generasi ke generasi yang selalu berulang dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Kesenian tradisional memiliki ciri-ciri khusus yang menjadi identitas kesenian itu yaitu nilai-nilai yang dianut serta gagasan-gagasan yang melatar belakanginya. Pada kesenian tradisional terdapat tanda-tanda semangat kolektif para pencipta yang sangat kuat, disamping itu kesetiaan pencipta pada pola-pola penciptaan yang didasarkan pada kehidupan sosial masyarakat yang kuat pula. Oleh karena itu kesenian tradisional sangat menonjol pada identitas kolektif yang didukung oleh pandangan hidup kesukuan didaerahnya.

CA van Peursen menyatakan bahwa dalam magi, manusia ingin menguasai. Mitos lebih bersifat transenden sedangkat magis bersifat imanen (1976:50-51). Hal ini bisa diartikan dalam proses penciptaan kesenian tradisional akan terjadi hubungan antara subjek pencipta dengan kondisi lingkungan. Penciptaan kesenian tradisional biasanya terpengaruh oleh keadaan sosial budaya masyarakat di suatu tempat. Dalam hal ini banyak berkaitan dengan kepercayaan

commit to user

dengan mitos. Tetapi manusia menganggap bahwa dirinya mempunyai kekuatan untuk menguasai sesuatu melalui kepandaiannya. Manusia juga dapat mengambil tindakan melindungi diri. Tindakan tersebut adalah tindakan magis. Dalam mitos religius, manusia ingin mengabdi.

d. Pengertian Sistem Kepercayaan

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare , yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama. Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian. Dalam Kesenian Dolalak terdapat sistem kepercayaan, yaitu dalam tariannya terdapat bagian yang disebut trance yaitu tidak sadarkan diri. Hal ini dilakukan dengan cara mengundang makhluk halus yang dilakukan oleh paranormal dan menjadikan penari menjadi tidak sadarkan diri (kesurupan).

Dalam teori-teori penting mengenai asal mula dan inti religi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, terdapat teori yang menurut saya berkaitan dengan kesenian Dolalak, yaitu teori kekuatan luar biasa. Pendirian ini terutama diajukan pakar antropologi Inggris, R.R. Marett, dalam bukunya The Threshold Of Religion (1909). Teori ini dimulainya dengan kecaman terhadap anggapan

commit to user

seperti itu terlalu kompleks bagi pikiran makhluk manusia yang baru berada pada tingkat-tingkat awal dari kehidupannya di bumi ini. Ia juga mengatakan bahwa pangkal dari segala perilaku keagamaan ditimbulkan karena adanya perasaan tidak berdaya dalam menghadapi gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang dianggap luar biasa dalam kehidupan manusia. Alam tempat gejala-gejala dan peristiwa- peristiwa itu berasal, yang oleh manusia dianggap sebagai tempat adanya kekuatan-kekuatan yang melebihi kekuatan-kekuatan yang telah dikenalnya dalam alam sekelilingnya, disebut the supernatural. Gejala-gejala, hal-hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap sebagai akibat dari kekuatan supernatural (kekuatan sakti).

Kepercayaan pada suatu kekuatan sakti yang ada dalam gejala-gejala, hal-hal, peristiwa-peristiwa yang luar biasa tadi oleh Marett dianggap sebagai kepercayaan yang sudah dianut oleh manusia sebelum mereka mengenal makhluk halus dan ruh (sebelum ada kepercayaan animisme). Oleh karena itu bentuk religi yang diuraikan oleh Marett itu seringkali mendapat sebutan praeanimism. Lebih jelasnya tentang kesenian Dolalak bisa dilihat di poin berikut.

e. Pengertian Kesenian Tradisional Dolalak

Dolalak termasuk tarian rakyat jenis slawatan yang pementasannya dilakukan secara berpasang-pasangan. Pada kesenian tari khas Purworejo yang bernama Dolalak, para pernarinya juga diiringi suara bedug, terbang jawa, organ, dan kendang. Biasanya ketika para penari lainnya mundur teratur ada salah satu penari yang menggunakan kacamata hitam jingkrak-jingkrak agresif itu tandanya si penari sedang kesurupan roh halus. Asal mula kesenian Dolalak adalah akulturasi budaya barat (Belanda) dengan timur (Jawa). Pada jaman Hindia Belanda Purworejo terkenal sebagai daerah / tempat melatih serdadu / tentara. Sebagaimana tentara pada jamannya, mereka berasal dari berbagai daerah, tidak hanya Purworejo saja dan dilatih oleh tentara/militer Belanda. Mereka hidup di tangsi / barak tentara.

commit to user

Dinas Promosi Daerah (Disproda) yaitu gabungan Dinas Pariwisata dengan Departemen Penerangan, kesenian itu jadi andalan daerah. Bahkan ndolalak Sinar Muda dari Dukuh Sumbersari, Desa Kaligono, Kaligesing, sempat pentas di anjungan Jawa Tengah di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Tidak tanggung-tanggung Taman Impian Jaya Ancol menawarkan pentas 2 minggu sekali.

2. Tinjauan Tentang Kebudayaan Daerah Purworejo

a. Pengertian Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Dalam

bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia . Kebudayaan bisa dikatakan sebagai suatu sistem dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antar individu/kelompok dengan idnividu/kelompok lain sehingga menimbulkan suatu pola tertentu, kemudian menjadi sebuah kesepakatan bersama (baik langsung ataupun tidak langsung).

Menurut Koentjaraningrat (2005:19), umumnya bagi orang berbahasa Indonesia, kebudayaan adalah “kesenian”, yang bunyinya :

Kebudayaan (dalam arti kesenian) adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya (yaitu penglihat, penghirup, pengecap, perasa, dan pendengar).

Seorang antropolog yaitu E.B. Tylor dalam Soerjono Soekanto (2003: 172) mendefinisikan “kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup

commit to user

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Sedangkan Koenjaraningrat (2002: 180) “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan manusia yang dijadikan milik dari menusia dengan belajar”. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan

kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang berupa ide atau gagasan, hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang diciptakan oleh manusia yang diturunkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya baik secara lisan maupun tulisan.

Kebudayaan ada tiga wujud, yaitu:

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2) Wujud kebudayan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Dengan mengutip dari internet, ada beberapa pandangan kebudayaan

menurut beberapa ahli, yaitu Herskovits memandang “kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang kemudian disebut sebagai superorganic ”. Menurut Andreas Eppink, “kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat ”. Menurut Edward Burnett Tylor, “kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang di dapat seseorang sebagai anggota masyarakat ”. Menurut Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi, “kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,

commit to user

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.

Menurut Krober dan Kluckhohn (Teori-teori Kebudayaan, 2005:8-9) ada enam pemahaman pokok mengenai budaya, yaitu:

1) Definisi deskriptif, cenderung melihat budaya sebagai totalitas komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan sejumlah ranah (bidang kajian) yang membentuk budaya

2) Definisi historis, cenderung melihat budaya sebagai warisan yang dialih- turunkan dari generasi satu ke generasi berikutnya

3) Definisi normatif, bisa mengambil dua bentuk. Yang pertama, budaya adalah aturan atau jalan hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret. Yang kedua, menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

4) Definisi psikologis, cenderung memberi tekana peran budaya sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi, belajar, atau memenuhi kebutuhan material maupun emosionalnya

5) Definisi struktural, mau menunjuk pada hubungan atau keterkaitan antara aspek-aspek yang terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda dari perilaku konkret