KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

ABSTRAK
KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA
BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(CONTRIBUTION OF PRIVATE FOREST ON FARMERS INCOME IN BUANA SAKTI
VILLAGE SU DISTRICT OF BATANGHARI DISTRICT OF
LAMPUNG TIMUR)
Oleh/By
Lina Nur Aminah1), Rommi Qurniaty2), Wahyu Hidayat2)
E-mail : [email protected]
Nomor Telepon : 081957195277
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi pengelolaan hutan rakyat terhadap
pendapatan total petani di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2012. Responden adalah 40 petani hutan rakyat
yang dipilih secara purposive. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode pengamatan
langsung di lapangan, wawancara, dan studi pustaka. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas rata-rata hutan rakyat
milik petani sebesar 0,98 ha dikelola dengan pola monokultur,polikultur dan pola agroforestri.
Pada pola monokultur petani menanam tanaman akasia (Acacia mangium), pada pola polikultur
petani menanam tanaman akasia (Acacia mangium) dan karet (Hevea brassiliensis) sedangkan
pada pola agroforestri petani menanam tanaman akasia (Acacia mangium) dan dkombinasikan
dengan lebah madu.

Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan petani tergolong tinggi
sebesar Rp 17.619.649 per tahun (70,54%) dari rata-rata pendapatan total rumah tangga petani
sebesar Rp 24.984.774 per tahun.
Kata kunci: Hutan rakyat, Kontribusi, Pendapatan petani.
ABSTRACT
This study objective is to determine the contribution of private forest management on farmers
total income. This study was conducted in March-May 2012 in the Buana Sakti Village, Sub
District of Batanghari, District of Lampung Timur. The number of respondent of this study were
40 private forest farmers. Data were collected by direct field observation, interview, and
literature review. Data were then analyzed using qualitative and quantitative analysis methods.
The results revealed that the average area of private forest owned by farmers were 0,98 ha. The
private forest were managed by monoculture, polyculture and agroforestry system. In
monoculture system the farmers planted Acacia mangium, in polyculture system the farmers
planted Acacia mangium and Hevea brasiliensis while in agroforesty system the farmers combine
their land with Acacia mangium, with honey enterprises. The results showed that private forest
contribute Rp 17.619.649 every year (70,54%) of the total farmers household income of
Rp 24.984.774 every year.
Key words; private forest, contributions, farmers income.
1) Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
2) Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

1) Student at Department of Forestry Faculty of Agriculture University of Lampung

2) Lecturer

KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN
PETANI DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN
BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Skripsi)

Oleh
LINA NUR AMINAH

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

1

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani


PENDAHULUAN

umumnya

lebih

pendapatan

atau

memusatkan

pada

Hutan rakyat merupakan hutan yang
faktor

ekonominya

pendapatan


merupakan

dibangun oleh masyarakat pada lahan milik
dikarenakan
rakyat. Hutan rakyat tetap penting, karena
penentu bagi kelangsungan hidup petani.
selain secara ekologi dapat mendukung
Untuk itu diperlukan penelitian kontribusi
lingkungan (menahan erosi, mengurangi
pendapatan

yang

diperoleh

dari

bahaya banjir, perbaikan tata air, dan
pengelolaan hutan rakyat di Desa Buana

penyerapan karbon). Hutan rakyat mampu
Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten
menghasilkan kayu yang mempunyai nilai
Lampung Timur.
ekonomi

cukup

baik

karena

dapat

memberikan tambahan pendapatan bagi

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

masyarakat (Jaffar, 1993 dalam Elmira,


besar kontribusi yang dihasilkan dari

2009).

pengelolaan

hutan

rakyat

terhadap

pendapatan total petani di Desa Buana
Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari
Sakti.

Penelitian ini diharapkan dapat

Kabupaten Lampung Timur merupakan
memberikan informasi kepada masyarakat

salah satu desa yang mengelola lahan
tentang kontribusi hutan rakyat, sehingga
hutan rakyat, dengan luas hutan rakyat
dapat membangun kesadaran masyarakat
137,5 ha (Profil Desa Buana Sakti, 2011).
untuk mengoptimalkan pengelolaan hutan
Pengelolaan hutan rakyat di Desa Buana
rakyat dan mendorong perluasan hutan
Sakti memberikan banyak manfaat bagi
rakyat dan dapat digunakan sebagai bahan
masyarakat,

tidak

hanya

memperoleh
acuan untuk penelitian lebih lanjut yang

manfaat dari hasil hutan kayu, melainkan

terkait.
juga hasil hutan nonkayu, baik untuk
menambah pendapatan maupun digunakan

Lina Nur Aminah

2

Sampel

METODE PENELITIAN

dipilih

dengan

menggunakan

rumus sebagai berikut (Arikunto, 2000):
Penelitian ini dilakukan di Desa Buana

Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten

n

N
N e2

1

Lampung Timur. Penelitian dilaksanakan
n adalah jumlah responden, N adalah
pada bulan Maret-Mei 2012. Adapun alat
jumlah total kepala keluarga (KK) semua
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dusun yang menjadi sampel dan e adalah
alat

tulis,

kamera,


kuesioner,

dan
presisi 15%. Jumlah KK yang memiliki

seperangkat

komputer.

Obyek dalam
lahan hutan rakyat di Desa Buana Sakti

penelitian ini adalah rumah tangga petani
adalah 373 KK sehingga responden dalam
yang mengelola lahan hutan rakyat. Data
penelitian ini adalah sebanyak 40 KK.
yang diambil dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.


Data

Jumlah responden tiap dusun dihitung

primer meliputi data umum rumah tangga

secara

dan data potensi ekonomi rumah tangga.

perhitungan, jumlah sampel yang diperoleh

Sedangkan data sekunder meliputi data

tiap dusun berbeda-beda yaitu Dusun

keadaan umum lokasi penelitian, data

Sidomukti sebanyak 16 orang, Dusun

statistik,

data

Sidomakmur sebanyak 11 orang, Dusun

kelompok tani dan buku-buku literatur

Sidoluhur sebanyak 7 orang, dan Dusun

lain. Pengumpulan data primer dilakukan

Sidowaras sebanyak 6 orang. Data yang

dengan

telah dihitung dimasukan kedalam tabel.

identitas

cara

penduduk,

pengamatan

langsung

proporsional.

Berdasarkan

dilapangan, dan wawancara. Pengumpulan

Persamaan-persamaan

data

dalam pengolahan data pendapatan adalah

sekunder

dilakukan

menggunakan studi pustaka.

dengan

yang

digunakan

sebagai berikut (Hernanto, 1988 dalam
Saefudin, 2007):

Lina Nur Aminah

3

1. Pendapatan dari hutan rakyat:
R= Pe – B
Keterangan:
R = Pendapatan petani dari hutan
rakyat (Rp/Ha/Tahun)
Pe = Penerimaan dari hutan rakyat
(Rp/Ha/Tahun)
B = Biaya pengelolaan hutan rakyat
(Rp/Ha/Tahun)
2. Pendapatan dari pertanian
Pp = Ppe – B
Pp = Pendapatan petani dari pertanian
(Rp/Ha/Tahun)
Ppe = Penerimaan dari pertanian
(Rp/Ha/Tahun)
B = Biaya pengelolaan pertanian
(Rp/Ha/Tahun)
3. Pendapatan dari hewan ternak
Ph = Pph – B
Ph = Pendapatan petani dari hewan
ternak (Rp/Tahun)
Pph= Penerimaan petani dari hewan
ternak (Rp/Tahun)
B = Biaya perawatan hewan ternak
(Rp/Tahun)
4. Pendapatan dari pekerjaan lain
Pn = Pl – B
Pn = Pendapatan petani dari pekerjaan
lain (Rp/Tahun)
Pph= Penerimaan petani dari pekerjaan
lain (Rp/Tahun)
B = Biaya (Rp/Tahun)
5. Pendapatan total rumah tangga petani:
Pt = R + Pp + Ph + Pn
Keterangan:
Pt = Pendapatan total petani hutan
rakyat (Rp/Tahun)
R = Pendapatan dari hutan rakyat
(Rp/Ha/Tahun)
Pp = Pendapatan dari pertanian (jumlah
panen dikalikan harga tiap
komoditas pertanian (Rp/Ha/Tahun)
Ph = Pendapatan dari hewan ternak
(Rp/Tahun)

Pn = Pendapatan dari lainnya (PNS,
wiraswasta, buruh dll
(Rp/Tahun)
6. Kontribusi hutan rakyat terhadap ratarata pendapatan total petani:
Keterangan:
Kr = Kontribusi hutan rakyat
(Rp/Ha/Tahun)
R = Pendapatan dari hutan rakyat
(Rp/Ha/Tahun)
Pt =Pendapatan total petani hutan
rakyat (Rp/Ha/Tahun).
Data yang telah diperoleh dianalisis secara
deskriptif kualitatif, dan disajikan dalam
bentuk tabulasi dan gambar.

PEMBAHASAN

Komposisi Tanaman Hutan Rakyat
Desa Buana Sakti merupakan salah satu
desa yang 37% penduduknya mengelola
lahan

yang

dimiliki

manjadi

lahan

pertanian dan hutan rakyat. Hutan rakyat
di Desa Buana Sakti seluas 137,5 ha
dengan status kepemilikan lahan milik
masyarakat. Petani mengelola lahan hutan
rakyat

dengan

sistem

monokultur,

polikultur dan sistem agroforestri.

Luas

Lina Nur Aminah

4

lahan yang dikelola oleh masing-masing

dua jenis tanaman kayu yaitu akasia

petani hutan rakyat rata-rata 0,98 ha.

(Acacia mangium) dan karet (Hevea

Petani yang melakukan pengelolaan lahan

brassiliensis). Sedangka pada lahan yang

dengan pola monokultur lebih memilih

dikelola dengan sistem agroforestri petani

tanaman akasia (Acacia mangium). Jarak

mengkombinasikan

tanam

(Acacia

yang

digunakan

petani

untuk

tanaman

akasia

mangium) dengan perlebahan

tanaman akasia (Acacia mangium) yaitu 3

(Apis cerana) yaitu sebanyak 16 petani

m x 3 m. Dengan jarak tanaman tersebut

(40%) pada lahan seluas 26 ha.

untuk lahan seluas 1 ha petani dapat
Pemilihan

tanaman

akasia

(Acacia

mangium)

dilakukan

karena

tanaman

menanam pohon akasia sebanyak 1.111
batang.

Petani berharap dengan jarak
tersebut dinilai sesuai dengan struktur

tanam

tersebut

jumlah

kayu

yang
tanah

dihasilkan dapat maksimal.

di

lahan

hutan

rakyat

yang

Hal ini
merupakan tanah berbatu. Hal ini sejalan

didukung

dengan

dilakukan

oleh

penelitian

yang
dengan hasil penelitian yang dilakukan

(Siarudin,

2007)
oleh Lestari (2012) yang menyebutkan

menyebutkan bahwa kayu akasia pada
bahwa tanaman akasia (Acacia mangium)
jarak tanam 3 m x 3 m memiliki diameter
merupakan tanaman yang mampu tumbuh
leih baik dibandingkan dengan jarak tanam
pada tanah berbatu, karena memiliki sistem
2 m x 3 m. Hal ini dikarenakan jarak tanam
perakaran yang dalam.

Tanaman akasia

cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan
(Acacia mangium) juga dapat dipanen pada
diameter, yaitu jarak tanam yang lebar
umur 7-8 tahun. Selain itu alasan lain yang
menghasilkan pertumbuhan diameter lebih
menyebabkan petani memilih tanaman
besar.
akasia (Acacia mangium) adalah karena
Petani yang melakukan pengelolaan lahan

saat awal berdirinya hutan rakyat di Desa

dengan pola polikultur, petani menanam

Buana

Sakti

tahun

2007,

petani

Lina Nur Aminah

5

memperoleh bantuan bibit akasia (Acacia

tahun,

mangium) dari Dinas Kehutanan setempat

dihasilkan setiap bulannya cukup banyak.

sehingga

jumlah

getah

yang

sehingga petani tidak perlu mengeluarkan
Hutan rakyat di Desa Buana Sakti tidak
biaya untuk pembelian bibit, akan tetapi
dikelola

dengan

menggunakan

sistem

pada perkembangannya pengadaan bibit
silvikultur

intensif.

Hal

tersebut

dilakukan oleh masyarakat sendiri.
ditandakan dengan petani tidak melakukan
Selain tanaman akasia (Acacia mangium),

penyemaian benih, penyulaman tanaman

petani juga menanam

karet

yang mati, dan pemangkasan cabang.

Alasan pemilihan

Petani hutan rakyat di Desa Buana Sakti

tanaman karet (Hevea braziliensis) tersebut

hanya melakukan pemupukan dan tidak

adalah karena karet (Hevea braziliensis)

melakukan pemangkasan cabang sebelum

merupakan salah satu tanaman kehutanan

tanaman berusia 6 bulan.

yang memberikan sumbangan pendapatan

penelitian yang dilakukan oleh Sudomo

bagi petani. Hasil non kayu dari tanaman

(2007) menyebutkan bahwa pemangkasan

karet dapat dipanen seminggu dua kali,

cabang pada akasia (Acacia mangium)

sedangkan hasil kayunya akan dipanen

sebaiknya dilakukan sebelum tanaman

ketika usia tanaman tersebut sudah tidak

berumur 6 bulan agar diperoleh batang

produktif lagi untuk menghasilkan getah

lurus tanpa cacat mata kayu serta agar

yaitu pada usia 20-25 tahun jadi hasil kayu

tidak terjadi pertumbuhan menggarpu.

(Hevea braziliensis).

tanaman

Berdasarkan

dari tanaman karet bagi petani di Desa
Buana Sakti hanya dianggap sebagai hasil

Pendapatan Petani dari Hutan Rakyat
di Desa Buana Sakti

sampingan. Tanaman karet di Desa Buana

Keberadaan hutan rakyat di Desa Buana

Sakti saat ini sudah berusia produktif untuk

Sakti memberikan manfaat secara ekonomi

menghasilkan getah yaitu berusia 5 atau 7

bagi petani, hal ini dikarenakan penjualan
hasil hutan rakyat, baik berupa kayu

Lina Nur Aminah

6

maupun non kayu dapat memberikan

grandis). Selain tanaman kayu pendapatan

tambahan

Pendapatan

tersebut juga bersumber dari hasil non

tersebut diperoleh dari pengurangan antara

kayu yaitu berupa getah karet, dan

penerimaan dengan biaya yang telah

perlebahan serta dari tanaman pertanian.

dikeluarkan

Pendapatan tersebut tergolong tinggi, hal

pendapatan.

selama

melakukan

pengelolaan.

ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kusumedi (2009) yang

Tanaman akasia (Acacia mangium) yang
menyebutkan bahwa pendapatan hutan
ditanam pada lahan hutan rakyat di Desa
rakyat di Desa Tirip Kabupaten Wonosobo
Buana Sakti sebagian besar baru berusia 4
hanya sebesar Rp 5.672.957 per ha per
tahun,

sehingga

untuk

mengetahui
tahun. Pendapatan tersebut diperoleh dari

pendapatan dari kayu, pendapatan dihitung
pengelolaan lahan secara agroforestri sama
dengan cara mengkonversikan setiap hasil
halnya dengan sistem pengelolaan lahan
yang diperoleh kedalam bentuk nilai rupiah
yang dilakukan petani di lahan hutan
sesuai dengan harga jual produk di pasar
rakyat Desa Buana Sakti petani juga
lokal yang berlaku pada saat penelitian
menerapkan sistem pengelolaan lahan
berlangsung.

Dengan cara mengalikan
secara agroforestri.

banyaknya pohon yang akan dipanen
dengan harga setiap batangnya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem
pengelolaan

lahan

dengan

pola

Rata-rata pendapatan petani dari hutan
agroforestri memberikan kontribusi lebih
rakyat adalah sebesar Rp 29.056.432 per
besar terhadap rata-rata pendapatan total
ha per tahun. Pendapatan tersebut berasal
petani yaitu sebesar Rp 15.026.096 per ha
dari

tanaman

kayu

akasia

(Acacia
per tahun dibandingkan dengan pola

mangium),

kayu

karet

(Hevea
monokultur yaitu sebesar Rp 5.088.187 per

brassiliensis) dan kayu jati (Tectona
ha per tahun

dan pola polikultur yaitu

Lina Nur Aminah

7

sebesar Rp 9.056.445 per ha per tahun

Sedangkan stup merupakan sarang lebah

Pengelolaan lahan hutan rakyat dengan

berbentuk kotak.

pola agroforestri memberikan pendapatan

biasanya diletakan diantara batang pohon

yang lebih besar bagi petani, karena petani

akasia (Acacia mangium).

tidak hanya menanam jenis tanaman kayu,

diisi oleh lebah madu yang nantinya

tetapi

membentuk

mengkombinasikan

dengan

Glodok dan stup

sebuah

Glodok akan

koloni

sedangkan

Oleh karena itu penerapan

setiap stup di isi oleh satu ekor ratu lebah

sistem agroforestri dalam pengelolaan

yang nantinya juga akan membentuk

hutan rakyat perlu ditingkatkan agar

sebuah

potensi pendapatan yang dapat diperoleh

kemudian dapat dijual oleh petani dengan

petani meningkat.

harga

perlebahan.

koloni

Rp

baru,

350.000

koloni

per

tersebut

koloni

dan

Rp 50.000 per glodok. Usaha penangkaran
Kombinasi

antara

tanaman

kehutanan
lebah

madu

yang

dilakukan

petani

dengan budidaya lebah madu, hanya
menghasilkan koloni rata-rata 3 koloni per
diterapkan oleh petani hutan rakyat yang
bulan per petani.

Rata-rata pendapatan

berada di Dusun Sidomukti. Kombinasi
dari usaha penangkaran lebah madu adalah
hutan rakyat dengan budidaya lebah madu
Rp 357.125 per tahun.
memberikan pendapatan tambahan bagi
petani, dari 40 orang petani yang menjadi

Petani

responden hanya 10 responden (25%) yang

agroforestri dapat memperoleh pendapatan

mengkombinasikan hutan rakyat dengan

lebih besar dibandingkan petani yang

budidaya lebah madu.

hanya menanam tanaman kayu.

Sistem budidaya

yang

menerapkan

sistem

Hal ini

lebah madu di Desa Buana Sakti dilakukan

dikarenakan dengan menerapkan sistem

dengan menggunakan glodok dan stup.

agroforestri

Glodok biasanya terbuat dari batang kelapa

pendapatan setiap bulannya, dibandingkan

yang telah dimodifikasi menjadi berongga.

jika petani hanya menerapkan sistem

petani

dapat

memperoleh

Lina Nur Aminah

8

tanam monokultur. Sama halnya dengan

waktu selama 3 hari. Biaya lain yang harus

hasil

dikeluarkan oleh petani adalah biaya

penelitian

Hardjanto

yang dilakukan oleh
menyebutkan

pemupukan.

pola

tanam

sebanyak 3 kali dalam 1 tahun, dalam satu

agroforestri petani akan lebih intensif

kali pemupukan untuk lahan seluas 1 ha

dalam

diperlukan 3 kwintal pupuk, harga tiap

bahwa

(2001)

dengan

yang
adanya

mengelola

lahannya,

sehingga

Pemupukan

disamping tanaman berkayu yang hasilnya

kwintal

bisa dipetik beberapa tahun ke depan,

Rp 190.000,00 per kwintal.

petani juga dapat memperoleh hasil dari

tanaman karet (Hevea braziliensis) petani

jenis

harus

tanaman

agroforestri,

sehingga

pupuk

mengeluarkan

adalah

dilakukan

biaya

sebesar
Untuk

untuk

pendapatan yang diperoleh akan lebih

pembelian bibit harga bibit yang harus

besar.

dikeluarkan adalah sebesar Rp 2000 per
bibit.

Petani juga mengeluarkan biaya

Besar kecilnya pendapatan petani yang
untuk penanaman yaitu sebesar Rp 30.000
bersumber dari hutan rakyat dipegaruhi
per orang dan untuk lahan 1 ha biasanya
oleh

biaya

yang

dikeluarkan

selama
diperlukan pekerja sebanyak 10 orang

pengelolaan hutan rakyat.

Biaya yang
dalam waktu 2 hari pengerjaan. Biaya lain

dikeluarkan

dalam

pengelolaan

hutan
yang harus dikeluarkan adalah biaya

rakyat ini tidak terlalu banyak.

Pada
pemupukan,

pemupukan

biasanya

tanaman kayu petani hanya mengeluarkan
dilakukan sebanyak 4 kali dalam satu
biaya untuk upah tenaga kerja sewaktu
tahun, untuk lahan 1 ha diperlukan pupuk
melakukan

penanaman

yaitu

sebesar
sebanyak 3 kwintal setiap kali pemupukan,

Rp 30.000,00 per orang per hari, untuk
harga tiap kwintal pupuk adalah sebesar
lahan

seluas

1

ha

biasanya

petani

pekerja

untuk

Rp 215.000.
membayar

10

orang

melakukan penanam dan membutuhkan

Lina Nur Aminah

9

Pada saat pemanenan hasil hutan rakyat

besarnya

baik berupa kayu maupun non kayu petani

dibandingkan dengan biaya yang telah

memilih untuk memanen hasilnya sendiri

dikeluarkan selama masa pengelolaan.

atau dengan anggota keluarganya dengan

Faktor lain yang mempengaruhi besar

alasan agar biaya yang dikeluarkan tidak

kecilnya pendapatan petani dari hutan

terlalu banyak. Petani pada umumnya

rakyat adalah produktifitas lahan hutan

menjual pohon dalam bentuk pohon berdiri

rakyat

secara

petani

diperoleh petani hutan rakyat di Desa

beranggapan menjual pohon dalam bentuk

Buana Sakti dari pengelolaan lahan hutan

tegakan akan lebih muda, biaya untuk

rakyat tergolong besar jika dibandingkan

melakukan pemanenan dan pengangkutan

dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani

hasil biasanya ditanggung oleh pembeli

selama melakukan pengelolaan.

borongan

sehingga

karena

petani

pendapatan

hanya

bersih

pendapatan

tersebut.

yang

diperoleh

Pendapatan

yang

menerima

tanpa

harus

Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap
Pendapatan Total Petani

mengeluarkan biaya untuk pemanenan.

Selain

Pendapatan

petani

sebagian besar petani memiliki lahan

tergantung dari besar kecilnya diameter

pertanian yang hasilnya dapat memberikan

kayu

tambahan tehadap pendapatan total bagi

serta

yang

jenis

diterima

kayu

yang

dijual.

memiliki

lahan

hutan

rakyat

Biasanya yang menjadi alasan petani hutan

petani.

rakyat melakukan pemanenan kayu adalah

responden adalah 0,4 ha. Lahan pertanian

jika

yang dimilik petani pada umumnya adalah

ada

kebutuhan

yang

mendadak,

Luas rata-rata lahan pertanian

misalnya untuk biaya sekolah atau biaya

sawah

yang

ditanami

padi,

yang

pernikahan anak.

memberikan hasil tidak terlalu banyak
karena tergantung pada cuaca atau musim.

Tingkat

keberhasilan

petani

dalam
Jika musim panas maka sawah rawa ini

mengelola lahan hutan rakyat dilihat dari

Lina Nur Aminah

10

tidak akan memberikan hasil, hal ini

hanya

disebabkan karena pengairan pada sawah

pembuatan kandang, sedangkan untuk

rawa hanya berasal dari air hujan. Sawah

pakan

rawa ini biasanya dipanen satu kali dalam

mengeluarkan

setahun.

Selain tanaman padi beberapa

petani mencari pakan ternak sendiri.

petani menanam tanaman singkong yang

Pendapatan dari hewan ternak milik petani

dapat dipanen sekali dalam setahun.

hutan rakyat dapat dilihat dari jenis hewan

mengeluarkan

ternak

biaya

petani
biaya,

untuk

tidak

karena

perlu
biasanya

ternak yang dimiliki, umur ternak, serta
Pendapatan rata-rata petani dari pertanian
besar kecilnya ukuran hewan ternak.
adalah sebesar Rp 1.734.875 per tahun.
Pendapatan tersebut disumbang dari hasil

Pendapatan rata-rata petani yang berasal

padi dan singkong.

dari

Dalam melakukan

hewan

ternak

adalah

sebesar

pemanenan petani memanennya sendiri

Rp 2.006.250 per tahun.

atau dengan dibantu oleh anggota keluarga.

tersebut berasal dari hewan ternak berupa

Pendapatan

sapi, kambing dan ayam.
Pendapatan lain yang dapat memberikan
tambahan pendapatan bagi petani hutan

Berdasarkan jumlah petani yang menjadi

rakyat adalah pendapatan yang bersumber

responden (40 orang), 20 orang (50%)

dari hewan ternak yang dimiliki oleh

diantaranya memiliki pekerjaan lain selain

petani.

bekerja

Pada umumnya sebagian besar

sebagai

petani

hutan

rakyat.

petani memiliki hewan ternak. Pendapatan

Pekerjaan lain yang dilakukan oleh petani

dari hewan ternak dapat memberikan

hutan rakyat diantaranya adalah bekerja

tambahan terhadap pendapatan total petani

sebagai buruh bangunan yaitu sebanyak 6

hutan

orang

rakyat.

Dalam

melakukan

(15%),

bekerja

sebagai

PNS

pemeliharaan hewan ternak, petani tidak

sebanyak 2 orang (5%), bekerja sebagai

memerlukan biaya yang besar, petani

pedagang

sebanyak

3

orang

(7,5%),

Lina Nur Aminah

11

bekerja sebagai pengrajin sebanyak 5

didukung

orang (12,5%) dan 4 orang (10%) menjadi

dilakukan oleh Hardjanto (2001) yang

kepala dusun di Desa Buana Sakti.

menyebutkan

dengan

bahwa

penelitian

kontribusi

yang

hutan

rakyat terhadap pendapatan petani hanya
Pekerjaan-pekerjaan tersebut memberikan
sebesar 31,45%.

Tingginya pendapatan

pendapatan rata-rata sebesar Rp 3.624.000
dari hutan rakyat dikarenakan kombinasi
per tahun. Pendapatan dari pekerjaan lain
tanaman

diberbagai

komponen

dalam

yang dilakukan oleh petani tersebut dapat
pengelolaan hutan rakyat memberikan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tambahan pendapatan bagi petani.
sehari-hari.

Pendapatan

total

yang

diperoleh petani hutan rakyat dari setiap

Besarnya pendapatan yang diperoleh dari

jenis bidang usaha sangat bervariasi. Hal

lahan hutan rakyat menyebabkan sebagian

ini

jenis

besar petani menggantungkan hidupnya

pekerjaan yang dilakukan oleh petani hutan

dari hasil hutan rakyat baik berupa kayu

rakyat.

maupun non kayu.

tergantung

oleh

banyaknya

Oleh karena itu

kegiatan pengelolaan hutan rakyat dinilai
Pendapatan total rata-rata petani dari hutan
sangat menguntungkan bagi sebagian besar
rakyat, pertanian, hewan ternak, dan
petani. Bagi sebagian besar petani hutan
pekerjaan

lain

adalah

sebesar

Rp
rakyat,

24.984.774 per tahun.

pengelolaan

hutan

rakyat

Hasil dari hutan
memberikan kontribusi yang cukup besar

rakyat baik kayu maupun non kayu
dikarenakan dalam melakukan pengusahan
memberikan kontribusi yang paling tinggi
lahan hutan rakyat, petani tidak perlu
yaitu sebesar Rp 17.619.649 per tahun
mengeluarkan biaya yang mahal karena
(70,54%) dari rata-rata pendapatan total
petani melakukan perawatan sendiri.
petani. Kontribusi hutan rakyat terhadap
pendapatan petani tergolong tinggi. Hal ini

Lina Nur Aminah

12

Dalam melakukan pengelolaan lahan hutan

KESIMPULAN

rakyat, sebagian responden mengalami
Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

kesulitan yang mengakibatkan hasil yang
dilakukan dapat disimpulkan hutan rakyat
diperoleh dari lahan hutan rakyat tidak
memberikan
maksimal.

Kesulitan

yang

kontribusi

sebesar

dialami
Rp 24.775.804/Ha/Tahun (66,70%) dari

responden tersebut

disebabkan karena
rata-rata pendapatan total petani sebesar

kurangnya

pengetahuan

petani

dalam

melakukan

pengelolaan

hutan

rakyat.

Rp 37.147.887/Tahun. Berdasarkan sistem
pengelolaan yang dilakukan, pendapatan
Kurangnya modal yang dimiliki oleh
dari agroforestri memberikan kontribusi
petani sehingga beberapa petani tidak
lebih

besar

yaitu

sebesar

Rp

mampu untuk melakukan perawatan secara
10.250.816/Ha/Tahun (41.37%) dari rataintensif terhadap tanaman yang ditanam di
rata

pendapatan

total

petani.

Pola

lahan hutan rakyat misalnya untuk biaya
monokultur memberikan kontribusi sebesar
pembelian pupuk dan pestisida sehingga
Rp 5.933.764/Ha/Tahun (23.95%) terhadap
petani tidak melakukan pemupukan secara
rata-rata pendapatan total petani dan pola
intensif, hal tersebut dapat menyebabkan
polikultur memberikan kontribusi sebesar
tanaman yang ditanam tidak dapat tumbuh
Rp 8591224/Ha/Tahun (34.68%) terhadap
dengan baik dan mudah terserang hama
rata-rata pendapatan total petani.
penyakit, sehingga tanaman yang ditanam
tersebut cacat atau mati hal ini yang

Saran

menyebabkan berkurangnya pendapatan
Sebaiknya petani hutan rakyat di Desa
yang diperoleh petani hutan rakyat. Selain
Buana Sakti menerapkan pola tanam
pemupukan,

pengetahuan

petani

yang
dengan

rendah

akan

aspek-aspek

pola

agroforestri

karena

pengelolaan
berdasarkan hasil yang diperoleh sistem

hutan rakyat yang baik.
tanam

dengan

pola

agroforestri

Lina Nur Aminah

13

memberikan kontribusi yang lebih besar
dibandingkan dengan pola monokultur dan
polikultur.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Siarudin, M. 2007. Karakteristik Dan
Variasi
Sifat
Fisik
Kayu
Mangium(Acacia Mangium Willd.)
Pada Beberapa Jarak Tanam Dan
Kedudukan Aksial-Radial. Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 1
No 1 Juli 2007.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta.
Bandung.

Departemen Kehutanan R.I. 2011. Statistik
Kehutanan Indonesia.
Badan
Planologi Kehutanan. Jakarta
Elmira, S. 2009. Identifikasi Dan
Inventarisasi Pengelolaan Hutan
Rakyat Di Kecamatan Biru
Biru.Universitas Sumatera
Utara.Medan.
Hardjanto.
2001.
Kontribusi Hutan
Rakyat Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga di Sub DAS
Cimanuk Hulu. Jurnal Manajemen
Hutan Tropika Vol VII. No. 2: 4761
(2001).
www.
Hardjanto_kontribusi_hutan. Pdf.
Diakses tanggal 29 Februari 2012.
Lestari, F. 2012. Perbanyakan Tanaman
Akasia (Acacia Sp) Melalui Teknik
Invitro di Balai Besar Penelitian
Bioteknologi
dan
Pemuliaan
Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Profil Desa Buana Sakti, 2011. Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kabupaten Lampung Timur. tidak
dipublikasikan.
Saefudin, 2007. Kajian Komposisi
Tanaman HKM Dan Kontribusinya
Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga di Desa Sumber Agung,
Kecamatan Kemiling, Bandar
Lampung. Universitas Lampung,
Lampung.

Lina Nur Aminah