Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)

(1)

PROSPEK KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BOGOR

(Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)

GURUH AFRIANTHO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

PROSPEK KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BOGOR

(Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)

GURUH AFRIANTHO E 14103008

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

pada

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

RINGKASAN

GURUH AFRIANTHO. E14103008. Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung). Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI

Pendahuluan : Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka total konsumsi kayu untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor juga meningkat. Kebutuhan kayu tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi hutan alam seiring menipisnya persediaan kayu di hutan alam. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk menanam pohon-pohon kehutanan/tanaman berkayu di lahan miliknya yang biasa disebut hutan rakyat.

Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor manfaat ekonomis secara langsung atau kontribusi nyata dari hutan rakyat terhadap PAD sampai sekarang ini belum ada. Secara institusi belum ada Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Daerah ataupun Surat Keputusan Bupati yang mengatur besarnya retribusi terhadap hutan rakyat. Jadi secara formal retribusi dibawah aturan tidak ada..

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis kelayakan usaha dan analisis potensi sumber daya hutan, menganalisis serta menghitung kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat dan melakukan identifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat.

Metodologi : Penelitian dilaksanakan di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Waktu penelitian mulai Juni sampai dengan Juli 2007. Objek dalam penelitian ini adalah hutan rakyat yang dimiliki oleh petani hutan rakyat dan bukan petani hutan rakyat. Penelitian dilakukan terhadap petani hutan rakyat memiliki hutan rakyat yang bersifat monokultur maupun campuran selaku responden., observasi, wawancara, dan pengukuran langsung di lapangan.

Hasil dan Pembahasan : Nilai NPV rata-rata sebesar Rp 622.160, BCR sebesar 1,063 dan IRR sebesar 20,74%. Dari data tersebut kegiatan pengusahaan hutan rakyat yang dilakukan petani hutan rakyat adalah layak. Jika dimasukkan dengan nilai total kesediaan membayar untuk per m3 kayu yang dijual petani hutan rakyat pada Desa Curug Bitung sebesar Rp 1.413,00/m3dan Desa Bantar Karet sebesar Rp. 1.620,00/m3 akan diperoleh pendapatan pada Desa Curug Bitung sebesar Rp 115.693.325 dan Desa Bantar Karet sebesar Rp 81.764.640. Kesediaan membayar masyarakat retribusi kayu rakyat di Desa Curug Bitung dipengaruhi secara nyata oleh umur, luas lahan dan pendapatan petani hutan rakyat dan Desa Bantar Karet kesediaan membayar retribusi kayu rakyat dipengaruhi secara nyata oleh luas lahan dan pendapatan petani hutan rakyat.


(4)

SUMMARY

GURUH AFRIANTHO. E14103008. Community Forest Contribution Prospect to District Income of Bogor (Case Study in Nanggung Sub District). Under Supervised of LETI SUNDAWATI

Introduction : The increasing of citizen population creates the increasing of wood consumption, to fulfill both local needed and also for the export (international consumption). Nowadays, the capability of natural forest to supply forest products especially the wood is decreasing due to degradation problems. To fulfill the increasing of wood demand forest, people start to plant wooden trees or forestry plants on their land and it creates community forest.

The local government of Bogor District has not got any economical benefits or real contribution from community forests activity. In another hand, there is no local government enforcement like Government Regulation, or another local government license as the guidance and controller about the retribution from people who own community forests.

The objectives of the research are: to analyze the feasibility of community forest, the potency of community forest resources, to analyze willingness to pay of people’s wood retribution, and to identify on socio-economic factors that influenced the willingness to pay.

Methodology : This research was conducted in Curug Bitung and Bantar Karet Village, part of Nanggung sub-District, Bogor, West Java, from June until July 2007. Methods of the research are interview, and inventory of forest resources. The respondents were the farmers who owned the community forest and non forest number of respondent is 60 households (30 forest farmers and 30 non forest farmers).

Results and Discussion : Result of the research shows that community forests at study are feasible like NPV value (Rp 622.160), BCR value (1,063) and IRR value (20,74%). Farmers at Curug Bitung Village are willingness to pay retribution Rp 1.413/m3 and Farmers at Bantar Karet Village are willingness to pay Rp 1.620/m3. Community forests at study area have contribution prospect to the income of Bogor District at Curug Bitung Village are Rp 115.693.325 and contribution prospect to the income of Bogor District at Bantar Karet Village are Rp 81.764.640. The willingness to pay of people at Curug Bitung Village retribution influenced by age, wide of land and income of farmers and at Bantar Karet Village is influenced by wide of land and income of farmers.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

Guruh Afriantho NRP E14103008


(6)

Judul Penelitian :Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)

Nama : Guruh Afriantho

NIM : E14103008

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc. NIP. 131 918 661

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP. 131 578 788


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada penelitian ini penulis mengambil judul “Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)”.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk melakukan analisis kelayakan usaha dan analisis potensi sumber daya hutan, menganalisis serta menghitung kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat dan melakukan identifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Kedua orang tua (mama dan papa) dan ade ku tercinta (ade kiki dan ade utha) atas segala doa dan kasih sayangnya.

2. Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Desember 1985 di Jakarta dan merupakan putra pertama dari tiga bersaudara keluarga Bapak Teguh Santoso dan Ibu Sri Sunarti.

Penulis menempuh jalur pendidikan sejak tahun 1990 di TK Permata Indah Bekasi, dilanjutkan pada tahun 1991 di SDN Kedaung 01 Bekasi. Tahun 1997 melanjutkan pendidikan di SLTPN 07 Bekasi, dan pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 3 Bekasi. Pada tahun 2003 penulis masuk IPB melalui jalur USMI dan PIN dengan Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Biologi Dasar tahun 2004-2005, Asisten Praktikum Mata Kuliah Dendrologi tahun 2004-2007, Asisten Praktikum Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah tahun 2004-2005 dan Asisten Praktikum Mata Kuliah Ilmu Informatika tahun 2005-2006. Penulis juga aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Ketua Departemen Planologi Kehutanan Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2004-2005, Ketua Panitia Lokal Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional III Fakultas Kehutanan IPB tahun 2005-2006. Selain itu selama di bangku kuliah kegiatan praktek lapang yang pernah diikuti adalah kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada KPH Tasikmalaya, yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2006, serta pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor pada bulan Juli sampai Agustus 2007.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)”di bawah bimbinganDr. Ir. Leti Sundawati, MSc.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua (mama dan papa) dan adek ku tercinta (ade kiki dan ade utha) yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, perhatian dan kasih sayang yang tak ternilai, terutama untuk mama yang selalu dan tanpa letih mendoakan penulis dengan tulus.

2. Dr. Ir. Leti Sundawati, Msc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Rini Rahmawati sebagai kekasih tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, doa , perhatian dan kasih sayang yang tak ternilai dan tiada henti-hentinya memberikan curahan kasih sayang kepada penulis. 6. Seluruh aparat Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet, Kecamatan

Nanggung, Kabupaten Bogor yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian di lapangan.

7. Rekan-rekan senasib seperjuangan Manajemen Hutan angkatan 40 yang terus memberikan saran.

8. Nirwan Maulana, S.Pi, , Syaeful Anwar, S.Pdi terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini serta tak henti-hentinya memberikan saran yang sangat berharga kepada penulis.

9. Lingga, Ryant, Hardy, Rizal, Devit, Ita, Cyntia Natalia, A.Md (thanks laptopnya), Ridwan, Budiana, Mas Rudi, Mas Heru, Nuh, Ferry thank u for


(10)

always being there….It’s been a very enormous blessing having u guys next to me.

10. Teman-teman satu angkatan Silvikultur, KSH, dan THH atas kebersamaan dan persahabatannya selama ini.

11. Tak lupa juga kepada Speed-net Crew, I-net Crew dan Image Center Crew, thank u 4 giving me colours. We have amazing lots of moments. Each moment happenned on the past become the unforgotten moments.

12. Ibu Yani terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 13. Rekan-rekan yang seprofesi sebagai asisten dendrologi, asisten ilmu

informatika, asisten ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah dan biologi dasar yang telah memberikan saran yang sangat berharga kepada penulis. 14. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Januari 2008


(11)

PROSPEK KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BOGOR

(Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)

GURUH AFRIANTHO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

PROSPEK KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BOGOR

(Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)

GURUH AFRIANTHO E 14103008

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

pada

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

RINGKASAN

GURUH AFRIANTHO. E14103008. Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung). Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI

Pendahuluan : Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka total konsumsi kayu untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor juga meningkat. Kebutuhan kayu tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi hutan alam seiring menipisnya persediaan kayu di hutan alam. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk menanam pohon-pohon kehutanan/tanaman berkayu di lahan miliknya yang biasa disebut hutan rakyat.

Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor manfaat ekonomis secara langsung atau kontribusi nyata dari hutan rakyat terhadap PAD sampai sekarang ini belum ada. Secara institusi belum ada Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Daerah ataupun Surat Keputusan Bupati yang mengatur besarnya retribusi terhadap hutan rakyat. Jadi secara formal retribusi dibawah aturan tidak ada..

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis kelayakan usaha dan analisis potensi sumber daya hutan, menganalisis serta menghitung kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat dan melakukan identifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat.

Metodologi : Penelitian dilaksanakan di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Waktu penelitian mulai Juni sampai dengan Juli 2007. Objek dalam penelitian ini adalah hutan rakyat yang dimiliki oleh petani hutan rakyat dan bukan petani hutan rakyat. Penelitian dilakukan terhadap petani hutan rakyat memiliki hutan rakyat yang bersifat monokultur maupun campuran selaku responden., observasi, wawancara, dan pengukuran langsung di lapangan.

Hasil dan Pembahasan : Nilai NPV rata-rata sebesar Rp 622.160, BCR sebesar 1,063 dan IRR sebesar 20,74%. Dari data tersebut kegiatan pengusahaan hutan rakyat yang dilakukan petani hutan rakyat adalah layak. Jika dimasukkan dengan nilai total kesediaan membayar untuk per m3 kayu yang dijual petani hutan rakyat pada Desa Curug Bitung sebesar Rp 1.413,00/m3dan Desa Bantar Karet sebesar Rp. 1.620,00/m3 akan diperoleh pendapatan pada Desa Curug Bitung sebesar Rp 115.693.325 dan Desa Bantar Karet sebesar Rp 81.764.640. Kesediaan membayar masyarakat retribusi kayu rakyat di Desa Curug Bitung dipengaruhi secara nyata oleh umur, luas lahan dan pendapatan petani hutan rakyat dan Desa Bantar Karet kesediaan membayar retribusi kayu rakyat dipengaruhi secara nyata oleh luas lahan dan pendapatan petani hutan rakyat.


(14)

SUMMARY

GURUH AFRIANTHO. E14103008. Community Forest Contribution Prospect to District Income of Bogor (Case Study in Nanggung Sub District). Under Supervised of LETI SUNDAWATI

Introduction : The increasing of citizen population creates the increasing of wood consumption, to fulfill both local needed and also for the export (international consumption). Nowadays, the capability of natural forest to supply forest products especially the wood is decreasing due to degradation problems. To fulfill the increasing of wood demand forest, people start to plant wooden trees or forestry plants on their land and it creates community forest.

The local government of Bogor District has not got any economical benefits or real contribution from community forests activity. In another hand, there is no local government enforcement like Government Regulation, or another local government license as the guidance and controller about the retribution from people who own community forests.

The objectives of the research are: to analyze the feasibility of community forest, the potency of community forest resources, to analyze willingness to pay of people’s wood retribution, and to identify on socio-economic factors that influenced the willingness to pay.

Methodology : This research was conducted in Curug Bitung and Bantar Karet Village, part of Nanggung sub-District, Bogor, West Java, from June until July 2007. Methods of the research are interview, and inventory of forest resources. The respondents were the farmers who owned the community forest and non forest number of respondent is 60 households (30 forest farmers and 30 non forest farmers).

Results and Discussion : Result of the research shows that community forests at study are feasible like NPV value (Rp 622.160), BCR value (1,063) and IRR value (20,74%). Farmers at Curug Bitung Village are willingness to pay retribution Rp 1.413/m3 and Farmers at Bantar Karet Village are willingness to pay Rp 1.620/m3. Community forests at study area have contribution prospect to the income of Bogor District at Curug Bitung Village are Rp 115.693.325 and contribution prospect to the income of Bogor District at Bantar Karet Village are Rp 81.764.640. The willingness to pay of people at Curug Bitung Village retribution influenced by age, wide of land and income of farmers and at Bantar Karet Village is influenced by wide of land and income of farmers.


(15)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

Guruh Afriantho NRP E14103008


(16)

Judul Penelitian :Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)

Nama : Guruh Afriantho

NIM : E14103008

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc. NIP. 131 918 661

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP. 131 578 788


(17)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada penelitian ini penulis mengambil judul “Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)”.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk melakukan analisis kelayakan usaha dan analisis potensi sumber daya hutan, menganalisis serta menghitung kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat dan melakukan identifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Kedua orang tua (mama dan papa) dan ade ku tercinta (ade kiki dan ade utha) atas segala doa dan kasih sayangnya.

2. Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Desember 1985 di Jakarta dan merupakan putra pertama dari tiga bersaudara keluarga Bapak Teguh Santoso dan Ibu Sri Sunarti.

Penulis menempuh jalur pendidikan sejak tahun 1990 di TK Permata Indah Bekasi, dilanjutkan pada tahun 1991 di SDN Kedaung 01 Bekasi. Tahun 1997 melanjutkan pendidikan di SLTPN 07 Bekasi, dan pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 3 Bekasi. Pada tahun 2003 penulis masuk IPB melalui jalur USMI dan PIN dengan Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Biologi Dasar tahun 2004-2005, Asisten Praktikum Mata Kuliah Dendrologi tahun 2004-2007, Asisten Praktikum Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah tahun 2004-2005 dan Asisten Praktikum Mata Kuliah Ilmu Informatika tahun 2005-2006. Penulis juga aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Ketua Departemen Planologi Kehutanan Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2004-2005, Ketua Panitia Lokal Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional III Fakultas Kehutanan IPB tahun 2005-2006. Selain itu selama di bangku kuliah kegiatan praktek lapang yang pernah diikuti adalah kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada KPH Tasikmalaya, yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2006, serta pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor pada bulan Juli sampai Agustus 2007.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)”di bawah bimbinganDr. Ir. Leti Sundawati, MSc.


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua (mama dan papa) dan adek ku tercinta (ade kiki dan ade utha) yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, perhatian dan kasih sayang yang tak ternilai, terutama untuk mama yang selalu dan tanpa letih mendoakan penulis dengan tulus.

2. Dr. Ir. Leti Sundawati, Msc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Rini Rahmawati sebagai kekasih tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, doa , perhatian dan kasih sayang yang tak ternilai dan tiada henti-hentinya memberikan curahan kasih sayang kepada penulis. 6. Seluruh aparat Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet, Kecamatan

Nanggung, Kabupaten Bogor yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian di lapangan.

7. Rekan-rekan senasib seperjuangan Manajemen Hutan angkatan 40 yang terus memberikan saran.

8. Nirwan Maulana, S.Pi, , Syaeful Anwar, S.Pdi terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini serta tak henti-hentinya memberikan saran yang sangat berharga kepada penulis.

9. Lingga, Ryant, Hardy, Rizal, Devit, Ita, Cyntia Natalia, A.Md (thanks laptopnya), Ridwan, Budiana, Mas Rudi, Mas Heru, Nuh, Ferry thank u for


(20)

always being there….It’s been a very enormous blessing having u guys next to me.

10. Teman-teman satu angkatan Silvikultur, KSH, dan THH atas kebersamaan dan persahabatannya selama ini.

11. Tak lupa juga kepada Speed-net Crew, I-net Crew dan Image Center Crew, thank u 4 giving me colours. We have amazing lots of moments. Each moment happenned on the past become the unforgotten moments.

12. Ibu Yani terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 13. Rekan-rekan yang seprofesi sebagai asisten dendrologi, asisten ilmu

informatika, asisten ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah dan biologi dasar yang telah memberikan saran yang sangat berharga kepada penulis. 14. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Januari 2008


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ....ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 1

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Hutan Rakyat ... 3

2.2 Analisis Pengusahaan Hutan Rakyat ... 6

2.3 Pendapatan Asli Daerah ... 7

2.4 Kesediaan Membayar ... 8

III. METODE PENELITIAN ... 10

3.1 Lokasi dan waktu penelitian ... 10

3.2 Sasaran dan Bahan Penelitian ... 10

3.3 Kerangka Pemikiran ... 10

3.4 Batasan-Batasan ... 13

3.5 Metode Pengambilan Data ... 13

3.6 Metode Pengambilan Contoh ... 14

3.7 Metode Analisis Data ... 14

3.7.1 Analisis Pendapatan ... 14

3.7.2 Analisis Kelayakan Usaha ... 15

3.7.3 Analisis Potensi Hutan Rakyat ... 16

3.7.4 Analisis Kesediaan Membayar ... 16

3.7.5 Analisis Korelasi ... 18

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20

4.1 Kondisi Umum Kecamatan Nanggung ... 20

4.1.1 Luas dan Tata Guna Lahan ... 20


(22)

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 20 4.1.4 Kependudukan ... 21 4.1.5 Mata Pencaharian Penduduk ... 21 4.2 Kondisi Umum Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet ... 21 4.2.1 Batas Wilayah Desa ... 21 4.2.2 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan ... 21 4.2.3 Topografi dan Kondisi Geografis ... 22 4.2.4 Jumlah Penduduk ... 22 4.2.5 Mata Pencaharian Penduduk ... 22 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24 5.1 Karakteristik Responden ... 24 5.2 Hutan Rakyat ... 25 5.2.1 Luas dan Kepemilikan Hutan Rakyat ... 25 5.3 Analisis Potensi Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung ... 27 5.4 Analisis Pendapatan Hutan Rakyat ... 28 5.4.1 Biaya Produksi Hutan Rakyat... 29 5.4.2 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat ... 32 5.4.3 Kegiatan Penanaman ... 32 5.4.3.1 Persiapan Lahan ... 32 5.4.3.2 Pengadaan Bibit ... 33 5.4.3.3 Penanaman ... 33 5.4.4 Kegiatan Pemeliharaan ... 34 5.4.4.1 Pemupukan ... 34 5.4.4.2 Pendangiran ... 34 5.4.4.3 Pemberantasan Hama Penyakit ... 35 5.4.5 Kegiatan Pemanenan ... 35 5.4.6 Kegiatan Pemasaran Hasil Hutan Rakyat... 36 5.5 Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat ... 37 5.6 Analisis Prospek Kontribusi Hutan Rakyat ... 40

5.6.1 Mekanisme Perizinan Penebangan dan Pengangkutan


(23)

5.6.2 Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 42 5.7 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Kesediaan

Membayar Retribusi Kayu Rakyat ... 45 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48 6.1 Kesimpulan ... 48 6.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN ... 51


(24)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Analisis Kesediaan Membayar Retribusi Kayu dari

Hutan Rakyat Masyarakat Dengan atau Tanpa Timbal Balik

Dari Pemerintah ... 17 2 Tata Guna Lahan Kecamatan Nanggung Tahun 2006 ... 20 3 Tata Guna Lahan Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet

Tahun 2006 ... 22 4 Karakteristik Responden Untuk Masing-Masing Desa ... 24 5 Kepemilikan Luas Lahan di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet .... 26 6 Potensi Hutan Rakyat (Standing Stock) di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar

Karet ... 27 7 Pendapatan Hutan Rakyat Per Tahun di Desa Curug Bitung dan

Desa Bantar Karet ... 28 8 Rincian Biaya Produksi Sampai Umur Tebang ... 30 9 Keuntungan dan Kelayakan Pengusahaan Hutan Rakyat ... 39 10 Analisis Sensitivitas Pengusahaan Hutan Rakyat ... 40 11 Distribusi Responden Berdasarkan Kesediaan Membayar Ijin Tebang di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet ... 43 12 Distribusi Responden Berdasarkan Kesediaan Membayar Ijin Angkut di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet ... 43 13 Rata-rata kesediaan membayar ijin tebang dan angkut di Desa Curug Bitung

dan Desa Bantar Karet ... 44 14 Analisis Potensi PAD Dari Hutan Rakyat Pada Masing-Masing Desa

Contoh ... 45 15 Persamaan Regresi Terbaik Untuk Setiap


(25)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Prospek Kontribusi


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Identitas Responden ... 52 2 Luas Pengusahaan Lahan Hutan Rakyat ... 53 3 Total Biaya Penanaman Hutan Rakyat ... 54 4 Total Biaya Pemeliharaan Hutan Rakyat ... 55 5 Total Biaya Pemanenan Hutan Rakyat ... 56 6 Pola Penjualan dan Hasil Kayu Rakyat ... 57 7 Total Pendapatan Petani Hutan Rakyat Per Tahun ... 58 8 Kesediaan Ijin Tebang Angkut dan Pendapatan Kayu Rakyat ... 59 9 Biaya Total Pengeluaran Sebelum dan Setelah Retribusi ... 60 10 Analisis Korelasi DenganStepwise Reggresion Model Linear ... 61 11 Analisis Korelasi DenganStepwise Reggresion Model Double Log ... 65


(27)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan dapat dijadikan aset guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka total konsumsi kayu untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor juga meningkat. Kebutuhan kayu tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi hutan alam seiring menipisnya persediaan kayu di hutan alam. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk menanam pohon-pohon kehutanan/tanaman berkayu di lahan miliknya yang biasa disebut hutan rakyat.

Hasil dari kegiatan pembangunan hutan rakyat ini beragam tergantung dari bentuknya. Hutan rakyat murni menghasilkan kayu rakyat yang homogen/sejenis. Hutan rakyat campuran menghasilkan kayu dari bermacam-macam pohon. Hutan rakyat agroforestry menghasilkan kombinasi hasil dari sektor kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya seperti perkebunan, pertanian, tanaman pangan, peternakan dan lain-lain secara terpadu. Hasil dari hutan rakyat tersebut dapat digunakan untuk menunjang tingkat pendapatan rumah tangga pemiliknya sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor manfaat ekonomis secara langsung atau kontribusi nyata dari hutan rakyat terhadap PAD sampai sekarang ini belum ada. Secara institusi belum ada Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Daerah ataupun Surat Keputusan Bupati yang mengatur besarnya retribusi terhadap hutan rakyat. Jadi secara formal retribusi dibawah aturan tidak ada. Belum adanya pedoman sebagai dasar perhitungan retribusi terhadap kayu rakyat di Kabupaten Bogor mengakibatkan pemasukan terhadap PAD tidak teratur.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kelayakan usaha dan potensi hutan rakyat.

2. Menganalisis serta menghitung kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan masyarakat membayar retribusi kayu dari hutan rakyat.


(28)

1.3 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi keputusan dalam menentukan kebijakan terhadap hutan rakyat guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bogor.

2. Sebagai salah satu landasan atau bahan informasi untuk penelitian serupa di daerah ini maupun didaerah lain.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Hutan Rakyat

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan rakyat adalah hutan buatan yang terletak di luar kawasan hutan negara, dalam suatu hamparan dan seringkali disebut hutan milik. Hutan milik adalah hutan yang tumbuh diatas lahan yang dibebani hak milik, jadi hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat (Undang-Undang Pokok Kehutanan No. 41 Tahun 1999).

Menurut Departemen Kehutanan (1995), hutan rakyat sebagai salah satu bentuk hutan kemasyarakatan yang dimiliki oleh masyarakat atau rakyat, baik secara perorangan, kelompok, maupun swasta ataupun badan usaha masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memenuhi kebutuhan masyarakat akan hasil hutan serta pelestarian lingkungan hidup. Selanjutnya ketentuan luas lahan minimal untuk dapat disebut sebagai hutan rakyat adalah sebesar 0.25 ha dengan penutupan lahan oleh tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50% dan atau pada tahun pertama sebanyak 500 batang setiap hektarnya.

Abidin et al (1990) mengemukakan bahwa hutan rakyat terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1. Hutan rakyat tradisional, merupakan cara penanaman hutan pada tanah milik atau lahan kering yang diusahakan oleh masyarakat itu sendiri tanpa campur tangan pemerintah, sehingga bentuk usahanya lebih dikenal dengan pola usaha tani lahan kering. Bentuk penanamannya adalah campur antara tanaman buah-buahan.

2. Hutan rakyat Inpres, yaitu hutan rakyat yang penanamannya murni dilakukan di tanah terlantar. Pembangunan hutan rakyat ini diprakarsai oleh proyek bantuan penghijauan.


(30)

Menurut BRKLT (1991), hutan rakyat mempunyai peranan ganda yaitu: a. Peranan di bidang ekologi

Keputusan pengembangan hutan rakyat memiliki nilai yang strategis sebagai salah satu pemanfaatan lahan. Pada kenyataannya, hutan rakyat yang ada mampu dijadikan sebagai sarana perlindungan dan perbaikan tata air DAS, konservasi tanah dan perbaikan mutu lingkungan. Secara terperinci peranan ekologi hutan rakyat adalah:

1. Pemanfaatan lahan-lahan yang tidak produktif secara maksimal.

2. Mengurangi gangguan dan meningkatkan keamanan terhadap hutan negara.

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup yang lestari dan optimal.

b. Peranan di bidang produksi

Secara terperinci peranan produksi hutan rakyat bagi masyarakat adalah untuk: 1. Meningkatkan jumlah pendapatan masyarakat.

2. Memenuhi kebutuhan akan kayu pertukangan, kayu bakar dan hasil hutan lainnya.

3. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri (pulp, kertas, peti kemas, pembakaran kapur, genteng dan lainnya).

4. Menghasilkan buah-buahan.

Menurut Abidin et al (1990) pengelolaan hutan rakyat pada dasarnya merupakan upaya menyeluruh dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pembinaan, pengembangan dan penilaian serta pengawasan pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahan hasil dan pemasaran secara terencana dan berkesinambungan. Dijelaskan pula bahwa kerangka dasar sistem pengelolaan hutan rakyat melibatkan beberapa sub sistem yang saling berkaitan yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil dan subsistem pemasaran hasil. Tujuan yang ingin dicapai dari tiap-tiap sub sistem adalah sebagai berikut:

1. Sub sistem produksi

Tercapainya keseimbangan produksi dalam jenis dan kualitas tertentu serta tercapainya kelestarian usaha dari pemilik hutan rakyat.


(31)

2. Sub sistem pengolahan hasil

Tercapainya kombinasi bentuk hasil yang memberikan keuntungan terbesar bagi pemilik lahan hutan rakyat.

3. Sub sistem pemasaran

Tercapainya tingkat penjualan yang optimal yaitu keadaan dimana semua produk yang dihasilkan dari hutan rakyat terjual di pasaran.

Tujuan akhir yang ingin dicapai dari pengelolaan hutan rakyat adalah adanya peningkatan peran dari kayu rakyat terhadap peningkatan pendapatan pemilik/pengusahanya secara terus menerus selama daur.

Hutan Rakyat merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan masyarakat secara tradisional dalam bentuk usaha tani. Rifai (1960)dalamKristyawan (1996) menyatakan bahwa usaha tani adalah kombinasi yang tersusun dari alam, kerja dan modal yang ditujukan bagi produksi di lapangan.

Adapun Kuncoro (1979) menyampaikan bahwa pendapatan usaha tani adalah penerimaan bersih yang telah dikurangai biaya input. Dalam kegiatan usaha tani analisis pendapatan perlu dilakukan agar dapat diketahui apakah kegiatan tersebut berhasil atau tidak. Sedangkan untuk menganalisis keuntungan/pendapatan usaha tani secara umum ada dua faktor yang perlu diketahui yaitu penerimaan dan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu.

Pendapatan rumah tangga pertanian tidak hanya berasal dari usaha pertanian saja tetapi juga bersal dari luar sektor tersebut seperti perdagangan, industri, pengangkutan, dan sebagainya (BPS, 1993).

Ukuran pendapatan seperti yang diterangkan Hernanto (1998) adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan kerja petani; diperhitungkan dari penerimaan hasil penjualan, penerimaan yang diperhitungkan dari yang dipergunakan untuk keluarga ditambah kenaikan nilai investasi dikurangai pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan termasuk bunga modal.

2. Penghasilan kerja petani; diperoleh dari pendapatan kerja petani ditambah penerimaan yang diperhitungkan untuk keluarga.


(32)

3. Penghasilan kerja keluarga; diperoleh dari penghasilan kerja petani ditambah dengan nilai tenaga keluarga. Ukuran terbaik jika usaha tani dikerjakan oleh petani dan keluarganya.

4. Penghasilan keluarga yaitu penjualan total pendapatan keluarga dari berbagai sumber.

2.2 Analisis Pengusahaan Hutan Rakyat

Kadariah dan Gray (1978)dalam Hayono (1996), analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam suatu proyek. Aspek finansialnya menyangkut perbandingan antara pengeluaran dengan pendapatan dari proyek. Dalam menilai suatu proyek yang menggunakan aliran kas yang didiskonto berdasarkan pada tiga kriteria yaitu:

1.Net Present Value (NPV)

NPV merupakan nilai dari suatu proyek setelah dikurangkan dengan seluruh biaya pada suatu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat yang diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat bunga yang berlaku. Nilai NPV yang positif menunjukkan keuntungan dan nilai NPV yang negatif menunjukkan kerugian.

2.Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh suatu proyek dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek. BCR diperoleh dengan membagi jumlah hasil diskonto pendapatan dengan jumlah hasil diskonto biaya. Jika BCR > 1 berati NPV > 0 dan memberi tanda ” go ” untuk suatu proyek. Sedangkan apabila BCR < 1 berarti NPV < 0 dan memberi tanda ” no go ” untuk suatu proyek.

3.Internal Rate of Return (IRR)

IRR yaitu tingkat suku bunga yang membuat proyek akan mengembalikan semua investasi selama umur proyek. Jika nilai IRR lebih kecil dari nilai suku bunga yang berlaku maka NPV < 0 artinya sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. Sedangkan jika nilai IRR > tingkat suku bunga maka proyek dapat dilaksanakan.


(33)

2.3 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah disebutkan: a. Pasal 1 ayat 1: Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelengaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka APBD.

b. Pasal 1 ayat 12: Pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah.

Menurut UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, sumber pendapatan daerah berasal dari:

1. Pendapatan asli daerah, yang terdiri dari: a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil retribusi daerah

c. Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, antara lain hasil penjualan aset daerah dan jasa giro

2. Dana Perimbangan 3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, antara lain hibah dan penerimaan dari daerah propinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya, dan penerimaan lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Dalam Undang-Undang (UU) RI No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU RI No. 18 tahun 1999 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pada pasal 1 ayat 13 disebutkan bahwa pemungutan hasil kayu rakyat adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang tertuang sampai kegiatan penarikan pajak dan retribusi kepada wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya. Selanjutnya pada ayat 26 disebutkan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai


(34)

pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang/pribadi serta badan.

Menurut UU RI No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah pada dana perimbangan disebutkan bahwa penerimaan-penerimaan daerah dari sumberdaya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah. Kemudian diperjelas dalam PP RI No. 104 tahun 2000 tentang dana perimbangan, pada bagian ketiga yaitu bagian daerah dari penerimaan sumberdaya alam disebutkan:

a. Pasal 8, disebutkan bahwa penerimaan daerah dari sumberdaya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.

b. Pasal 9 ayat 1: Penerimaan negara dari sumberdaya alam sektor kehutanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 terdiri dari: a) Penerimaan iuran pengusahaan hutan, b) Penerimaan provisi sumberdaya hutan.

c. Pasal 9 ayat 2: Bagian daerah dari penerimaan negara iuran HPH sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a dibagi dengan perincian: a) 16% untuk daerah propinsi yang bersangkutan, b) 64% untuk daerah kabupaten atau kota penghasil.

Menurut Surat Keputusan Bupati No. 973/369/Kpts/Huk/1997 tentang penetapan penyetoran pajak dan retribusi daerah di wilayah Kabupaten Bogor, menetapkan kembali penetapan penyetoran pajak dan retribusi daerah dari dinas, bagian dan unit kerja penghasil pendapatan daerah di Kabupaten Bogor. Dalam Surat Keputusan Bupati tersebut belum ada retribusi yang dikelola Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

2.4 Kesediaan Membayar

Kesediaan membayar (Willingness to Pay) dapat juga diperkirakan berdasarkan survei atau kuesioner langsung ke masyarakat. Keberhasilan dari survei ini tergantung dari perencanaan dalam pembuatan kuesioner. Kuesioner harus dibuat secara cermat dan mudah dipahami oleh responden sehingga tidak menimbuhkan kesalahan penafsiran. Masalah utama dari pendekatan ini adalah


(35)

hasil yang didapat belum mencerminkan karakter masyarakat sebenarnya. Oleh karena itu digunakan beberapa teknik untuk mengurangi kelemahan tersebut. Beberapa teknik yang dapat digunakan adalah dengan pendekatan tawar menawar, alokasi anggaran, dan permainan trade-off. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro,1997).


(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Pada Kecamatan Nanggung dipilih dua desa contoh yakni Desa Bantar Karet dan Desa Curug Bitung. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan Juni-Juli 2007

3.2 Sasaran dan Bahan Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini masyarakat sekitar desa hutan di Kecamatan Nanggung pada Desa Bantar Karet dan Desa Curug Bitung. Bahan penelitian yang digunakan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara dengan petani hutan rakyat, Staf Dinas Kehutanan, Dipenda, staf PT Perhutani dan Penyuluh Lapangan. Sedangkan data sekunder berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Bupati yang berkaitan dengan Kehutanan.

3.3 Kerangka Pemikiran

Di era otonomi daerah ini, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti daerah harus dapat mengatur pendapatan daerah dan pengeluaran daerahnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu daerah harus dapat mengidentifikasi sektor-sektor yang dapat menjadi sumber pendapatan daerah. Menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, sumber pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan asli daerah (PAD) berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.

Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang berpotensi tinggi untuk menambah tingkat pendapatan asli daerah mengingat hutan sebagai salah


(37)

satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Akan tetapi krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia sekarang ini menyebabkan kebutuhan-kebutuhan hidup naik sementara tingkat pendapatan tetap. Hal tersebut mendorong masyarakat melakukan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan guna menambah pendapatan mereka. Salah satu sumber daya alam yang berada dekat dengan masyarakat adalah hutan yang menghasilkan kayu dengan nilai jual yang tinggi. Seiring dengan krisis ekonomi tersebut eksploitasi hutan oleh masyarakat dalam bentuk penjarahan semakin merajalela sekarang ini. Penjarahan hutan negara oleh masyarakat selain merusak hutan juga menyebabkan berkurangnya tingkat penerimaan daerah dari sektor kehutanan.

Berdasarkan kepemilikannya hutan terbagi menjadi dua kepemilikan yaitu hutan negara dan hutan rakyat. Dalam UU No.41/1999, hutan rakyat dimaksudkan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal (biasa disebut masyarakat hukum adat). Hutan rakyat yang dikelola oleh masyarakat dapat memberikan kontribusi berupa retribusi dari kayu rakyat kepada pemerintah. Sedangkan pemerintah dari hasil retribusi kayu rakyat tersebut dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat misalnya dengan perbaikan sarana dan prasarana umum.

Untuk mengetahui berapa besar potensi kontribusi yang dapat diberikan oleh masyarakat terhadap Pendapatan Asli Daerah dari pengelolaan hutan rakyat, dilakukan dengan menganalisis kelayakan suatu usaha dan analisis potensi hutan rakyat. Kelayakan suatu usaha dikaji melalui : 1) Net Present Value, 2) Benefit Cost Ratio, 3) Internal Rate of Return. Kelayakan usaha hutan rakyat dijadikan dasar bagi masyarakat untuk mempertimbangkan apakah bersedia atau tidak membayar retribusi kayu dari hutan rakyat kepada pemerintah.


(38)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor.

Dari gambar diatas dapat dijelaskan komponen yang tidak kalah pentingnya lagi adalah peranan potensi hutan rakyat tersebut sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pemerintah maupun masyarakat sendiri. Kesediaan membayar ijin tebang angkut dari hutan rakyat ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi seperti umur, pendidikan, pekerjaan, luas lahan, dan pendapatan sehingga dapat juga menjadikan dasar bagi masyarakat untuk mempertimbangkan apakah bersedia atau tidak membayar retribusi kayu dari hutan rakyat kepada pemerintah.

Analisis Kelayakan Usaha

Kesediaan Membayar Ijin Tebang Angkut

IRR

NPV

BCR

Analisis Potensi Hutan Rakyat

Faktor-faktor Sosial Ekonomi:

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Luas Lahan 5. Pendapatan

Masyarakat

Pemerintah


(39)

3.4 Batasan-Batasan

1. Pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah.

2. Pendapatan asli daerah adalah bagian pendapatan daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan daerah yang sah. 3. Hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki rakyat baik secara perorangan maupun

kelompok ataupun badan hukum.

4. Hasil hutan rakyat adalah semua hasil yang diperoleh pengelola hutan rakyat dari lokasi hutan rakyat berupa kayu.

5. Pendapatan kayu rakyat adalah pendapatan yang diterima petani pengelola hutan rakyat yang sama dengan nilai jual hasil hutan rakyat dari lahan yang dikuasainya.

6. Biaya kayu rakyat adalah total biaya yang dikeluarkan petani hutan rakyat untuk mengelola hutan rakyat.

7. Keuntungan kayu rakyat adalah selisih antara pendapatan kayu rakyat dengan biaya kayu rakyat yang diterima petani.

8. Retribusi daerah adalah pungutan daearah sebagai pembayaran atas jasa pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

3.5 Metode Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1. Teknik Wawancara, data dikumpulkan melalui tanya jawab yang

dilakukan langsung terhadap responden petani hutan rakyat, staf Dinas Kehutanan, Dipenda, PT Perhutani dan Penyuluh Lapangan.

2. Teknik Survei Potensi / Pengukuran serta Inventarisasi Sumberdaya Hutan.

3. Pengumpulan data-data sekunder yang berasal dari Dinas Kehutanan, Dipenda, BRLKT, PT Perhutani dan instansi-instansi lainnya.


(40)

3.6 Metode Pengambilan Contoh

Pemilihan kecamatan tempat lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling berdasarkan potensi kecamatan tersebut. Kecamatan Nanggung mempunyai hutan rakyat seluas 959 Ha (Kabupaten Bogor Dalam Angka 1999). Kecamatan ini merupakan kecamatan dengan luas hutan rakyat kedua terbesar setelah Kecamatan Leuwiliang di Kabupaten Bogor. Pada kecamatan tersebut diambil dua desa contoh. Untuk satu desa contoh dipilh 30 kepala keluarga sebagai responden. Desa dan responden dipilih secara purposive sampling berdasrkan potensi desa dan responden yang mempunyai luas hutan rakyat cukup besar dibanding lainnya. Yang menjadi alasan dalam pemilihan lokasi penelitian ini adalah masih terdapatnya hutan rakyat yang dikelola dengan baik serta kemudahan aksesibilitasnya.

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Pendapatan

Untuk menilai pendapatan masyarkat dari hasil hutan rakyat yang berupa kayu rakyat dapat digunakan pendekatan sebagai berikut:

a. Volume Kayu per pohon (Vp) Vp = 0.25 x 3.14 x d2 x t

Keterangan:

Vp = Volume kayu rata-rata yang dijual masing-masing petani hutan rakyat d = Rata-rata diameter kayu yang dijual

t = Rata-rata tinggi bebas cabang

Setelah volume kayu per pohon diperoleh maka, langkah selanjutnya adalah menghitung volume total pohon dapat digunakan pendekatan sebagai berikut:

b. Volume Total pohon (TVp) TVp = Vp x Np

Keterangan:

TVp = Volume Total kayu yang dijual masing-masing petani hutan rakyat Np = Banyaknya pohon yang dijual

Setelah volume total pohon diperoleh maka, kita dapat menghitung pendapatan kotor dari kayu rakyat dapat digunakan pendekatan sebagai berikut:


(41)

c. Pendapatan kotor (Rk) Rk = TVp x P

Keterangan:

Rk = Total pendapatan petani pada satu penjualan P = Harga kayu per m3

Setelah pendapatan kotor diperoleh maka, kita dapat menghitung pendapatan bersih dari kayu rakyat dapat digunakan pendekatan sebagai berikut:

d. Pendapatan Bersih Kayu Rakyat Rb = Rk - Tc

Keterangan:

TC = Total biaya yang dikeluarkan masing-masing petani hutan rakyat

3.7.2 Analisis Kelayakan Usaha

Untuk menilai kelayakan usaha pengelolaan hutan rakyat sebelum dikenai pungutan dan setelah dikenai pungutan dinilai dengan menggunakan discounted cash flow yang terdiri dari 3 kriteria yaitu:

Net Present Value

NPV = (Bt-Ct) (1 + i)t

Benefit Cost Ratio

Bt BCR = (1 + i)t Ct (1 + i)t


(42)

Internal Rate of Return

IRR = i1 + NPV1 (i2-i1) NPV1- NPV2

Keterangan:

Bt = Pendapatan dari hutan rakyat pada tahun ke-t Ct = Biaya pengelolaan hutan rakyat pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga yang berlaku

t = Jangka waktu daur (t = 1,2,...n)

3.7.3 Analisis Potensi Hutan Rakyat

Untuk menduga potensi kayu rakayat di kecamatan Nanggung digunakan metode jumlah batang. Metode ini merupakan metode pengaturan hasil yang menggunakan perhitungan batang untuk menentukan penanaman atau pemanenan serta banyaknya pohon pada satu periode. Adapun rumus yang digunakan:

Ni = L x No x t 12 x D

Keterangan:

Ni = batang atau pohon yang harus ditanam atau dipanen pada setiap periode (ph)

No = pohon per hektar dari rata-rata kerapatan setiap petani (ph/Ha) L = Luas lahan petani (m2)

D = Daur atau umur batang t = periode tanam atau tebang

3.7.4 Analisis Kesediaan Membayar

Untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat apakah bersedia atau tidak untuk dikenai retribusi dari hutan rakyat dapat digunakan beberapa metode yakni: 1). Metode Wawancara langsung dengan masyarakat, 2) Metode kartu yakni sama


(43)

seperti dengan metode wawancara langsung yang membedakan adalah setiap masyarakat diberikan pilihan-pilihan antara lain:

a. Apakah bapak/ibu bersedia membayar retribusi dari kayu rakyat apabila potensi hutan rakyat tersebut bagus. Jika bapak/ibu bersedia membayar. Berapakah maksimum dan minimum yang sanggup bapak/ibu bayarkan untuk retribusi tersebut?

b. Apakah bapak/ibu bersedia membayar retribusi dari kayu rakyat apabila potensi hutan rakyat tersebut sedang. Jika bapak/ibu bersedia membayar. Berapakah maksimum dan minimum yang sanggup bapak/ibu bayarkan untuk retribusi tersebut?

c. Apakah bapak/ibu bersedia membayar retribusi dari kayu rakyat apabila potensi hutan rakyat tersebut tidak bagus. Jika bapak/ibu bersedia membayar. Berapakah maksimum dan minimum yang sanggup bapak/ibu bayarkan untuk retribusi tersebut?

Pada metode kartu masyarakat juga diberikan pilihan-pilihan selain diatas antara lain:

a. Apakah bapak/ibu bersedia membayar retribusi dari kayu rakyat tanpa imbal balik dari pemerintah jika bapak/ibu bersedia membayar. Berapakah maksimum dan minimum yang sanggup bapak/ibu bayarkan untuk retribusi tersebut?

b. Apakah bapak/ibu bersedia membayar retribusi dari kayu rakyat dengan imbal balik dari pemerintah jika bapak/ibu bersedia membayar. Berapakah maksimum dan minimum yang sanggup bapak/ibu bayarkan untuk retribusi tersebut?

Untuk lebih jelasnya lagi dapat disajikan dalam suatu Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Kesediaan Membayar Retribusi Kayu dari Hutan Rakyat Masyarakat Dengan atau Tanpa Imbal Balik dari Pemerintah

Besar Kesediaan Membayar Retribusi

Retribusi Kayu dari Hutan Rakyat Dengan Imbal Balik dari Pemerintah

Retribusi Kayu dari Hutan Rakyat Imbal Balik Tanpa dari Pemerintah

Maksimum Minimum


(44)

3.7.5 Analisis Korelasi

Untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan membayar (WTP) dapat diduga oleh persamaan yang menjelaskan hubungan antara WTP (Y) responden untuk setiap faktor-faktor sosial ekonomi dengan peubah lainnya/variabel sosial ekonomi (X) yang bersangkutan.

Y = a0 + a1x1 + a2x2+ a3x3 + a4x4 + a5x5 dalam hal ini:

Y = Kesediaan Membayar (WTP) X1 = Umur (Tahun)

X2 = Tingkat Pendidikan (Tahun) X3 = Tingkat Pendapatan (Rp/bln) X4 = Luas Kepemilikan Lahan (Ha) X5 = Tingkat Pekerjaan (Skor)

Pendugaan WTP dapat dilakukan dengan cara meregresikan kesediaan membayar (Y) dengan variabel-variabel yang diduga berpengaruh (X), sehingga diperoleh dua persamaan:

a. Model Liniear : Y = a0 + a1x1 + a2x2+ a3x3 + a4x4 + a5x5

b. Model Double Log: ln Y = a0 + a1lnx1 + a2lnx2+ a3lnx3 + a4lnx4 + a5lnx5

Dari persamaan yang diperoleh tersebut, kemudian dilakukan beberapa pengujian untuk memperoleh persamaan terbaik yang memenuhi kriteria uji statistik:

a. Koefisien determinasi (R2), menunjukan nilai koefisien determinasi yakni suatu nilai yang menerangkan besarnya keragaman dalam peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah bebasnya (X), yang umumnya dinyatakan dalam persen (%).

b. P value, menunjukan nilai peluang bagi penerimaan H0 dalam pengujian koefisien regresi apabila nilai P tersebut lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan dalam pengujian maka dikatakan model regresi tersebut tidak nyata, artinya semua koefisien regresi sama dengan nol. Apabila nilai P tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan maka dikatakan model regresi tersebut nyata.


(45)

c. Uji normal (Normality Test), untuk mengetahui distribusi penyebaran data yang normal yang dapat dideteksi dengan metode grafik dengan plot yang cenderung membentuk garis lurus.


(46)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kecamatan Nanggung

4.1.1 Luas dan Tata Guna Lahan

Kecamatan Nanggung mempunyai wilayah seluas 11634,5 Ha. Berdasarkan data monografi Kecamatan Nanggung tahun 2006 sebagian besar (61,48%) daerahnya berupa hutan. Tata guna lahan di kecamatan Nanggung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 . Tata Guna Lahan Kecamatan Nanggung Tahun 2006

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Tanah Sawah 1767,0 15,18

2 Tanah Kering 1538,0 13,21

3 Tanah Basah 15,0 0,12

4 Tanah Hutan 7153,0 61,48

5 Tanah Perkebunan 1132,0 9,72

6 Tanah Keperluan Fasilitas Umum 41,0 0,35

7 Lain-lain (tanah tandus, tanah pasir)

29,5 0,25

Jumlah 11634,5 100,00

Sumber: Monografi Kecamatan Nanggung 2006

4.1.2 Topografi dan Iklim

Kecamatan Nanggung memilki ketinggian tempat rata-rata 450 mdpl dengan bentuk wilayah datar sampai berombak 15%, berombak sampai berbukit 60%, berbukit sampai bergunung 25%. Curah hujan rata-rata 4790 mm/tahun dengan jumlah hari hujan terbanyak 91 hari. Adapun suhu maksimal dan minimal berkisar antara 22-330C.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Secara umum wilayah Kecamatan Nanggung lalu lintas dan pengangkutannya adalah melalui jalur darat. Jalur perhubungan darat tersebut meliputi jalan aspal 79 km, dan jalan tanah 12 km. Untuk sarana perhubungan di kecamatan ini terdapat angkutan umum (angkot), sepeda/ojek, delman. Sarana


(47)

angkutan yang umum digunakan dalam pengangkutan kayu rakyat adalah truk diesel dan colt pickup.

4.1.4 Kependudukan

Kecamatan Nanggung memilki 10 desa dengan jumlah penduduk 64.823 jiwa dengan 16.352 KK. Terdiri dari 33.016 orang pria dan 31.807 orang wanita.

4.1.5 Mata Pencaharian Penduduk

Mayoritas penduduk Kecamatan Nanggung bekerja pada sektor industri kecil atau pengrajin sebanyak 129 orang, buruh industri 91 orang, buruh bangunan 322 orang, buruh pertambangan 1668 orang, buruh perkebunan (besar dan kecil) 371 orang, pedagang 4757 orang, pengusaha sedang/besar 5085 orang, PNS 302 orang, ABRI 10 orang, pensiunan 103 orang dan peternak 2244 orang.

4.2 Kondisi Umum Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet 4.2.1 Batas Wilayah Desa

Desa Curug Bitung sebelah utara berbatasan dengan Desa Nanggung, sebelah selatan dengan Desa Malasari, sebelah barat dengan Kecamatan Sukajaya, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Cisarua. Desa Bantar Karet sebelah utara berbatasan dengan Desa Pangkal Jaya, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah barat dengan Desa Cisarua, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Pabangbon.

4.2.2 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan

Desa Curug Bitung memiliki luas wilayah 1397 Ha. Berdasrkan data monografi desa tahun 2006, tata guna lahan di desa ini menunjukan bahwa sebagian besar daerahnya berupa perkebunan negara seluas 500 Ha (35,8%) dan hutan seluas 473,2 Ha (25,1 %). Sedangkan Desa Bantar Karet memiliki luas wilayah 841 Ha yang sebagian besar terdiri dari hutan 350,5 Ha (56,3%). Diareal hutan tersebut sekarang ini ada yang dikelola oleh PT Aneka Tambang karena mengandung emas.


(48)

Tabel 3. Tata Guna Lahan Desa Curug Bitung dan Bantar Karet Tahun 2006 No Jenis Penggunaan Curug Bitung Bantar Karet

Luas (Ha)

Persentase (%)

Luas (Ha)

Persentase (%)

1 Pemukiman 160,0 11,50 62,5 7,43

2 Bangunan 24,5 1,75 24,7 2,94

3 Pertanian Sawah 220,0 15,70 109,0 13,00

4 Ladang/Tegalan 116,5 8,34 72,6 8,63

5 Perkebunan 500,0 35,80 75,0 8,92

6 Hutan Rakyat 473,2 25,10 350,5 56,30

7 Perikanan Darat 7,0 0,50 10,0 1,19

8 Lain-lain 18,5 1,32 14,0 1,66

Jumlah 1519,0 100,00 718,0 100,00

Sumber: Monografi Desa Curug Bitung dan Bantar Karet 2006

4.2.3 Topografi dan Kondisi Geografis

Desa Curug Bitung sebagian besar merupakan daerah perbukitan / pegunungan dengan luas 898,5 Ha (65,72%) dan sisanya merupakan daratan seluas 498,5 Ha (34,27 %). Berdasarkan kondisi geografis desa Curug Bitung terletak di 550 mdpl dengan curah hujan rata 350 mm/tahun dan suhu rata-rata 310 C. Sedangkan Desa Bantar Karet mempunyai curah hujan rata-rata 3500 mm/tahun dan suhu rata-rata 300C.

4.2.4 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk keseluruhan di desa Curug Bitung sebesar 7210 orang yang terdiri dari 3613 orang laki-laki dan 3597 orang wanita. Kepadatan penduduk desa Curug Bitung 628 orang/km2. Sedangkan desa Bantar Karet memiliki jumlah penduduk sebesar 8178 orang yang terdiri dari 4183 orang laki-laki dan 3904 orang wanita.

4.2.5 Mata Pencaharian Penduduk

Struktur mata pencaharian penduduk di desa Curug Bitung sebagian besar di sektor pertanian dengan jumlah petani 1811 orang yang terdiri dari pemilik tanah sawah 1461 orang, pemilik tanah tegal 150 orang, buruh tani 200 orang, sektor peternakan 984 orang, perikanan 32 orang, buruh perkebunan 12 orang, buruh pertambangan 150 orang, industri kecil 404 orang, industri besar 15 orang dan sektor jasa 604 orang. Sedangkan di desa Bantar Karet mayoritas


(49)

penduduknya juga bekerja di sektor pertanian dengan jumlah petani 3452 orang yang terdiri dari pemilik tanah sawah 1807 orang, pemilik tanah tegal 1362 orang, buruh tani 283 orang, buruh pertambangan 72 orang, pensiunan ABRI/ sipil 6 orang, Pegawai BUMN 48 orang, pegawai swasta 16 orang, sektor jasa lain 145 orang.


(50)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden petani hutan rakyat masing-masing desa contoh dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Karakteristik Responden Untuk Masing-Masing Desa

Karakteristik Desa Total

Curug Bitung Bantar Karet

Umur (thn)

25-35

N % N % N %

3 10,00 4 13,33 7 11,67 35-45 13 43,33 8 26.67 21 35,00 45-55 8 26,67 12 40,00 20 33,33 >55 6 20,00 6 20,00 12 20,00

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Pendidikan

SD 19 63,33 27 90,00 46 76,67 SMP 4 13,33 1 3,33 5 8,33 SMA 7 23,33 2 3,33 9 15,00

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Pekerjaan

Petani 23 76,67 17 56,67 40 66,67 PNS/Pensiunan 2 6,67 2 3,33 4 6,67 Guru SD 1 3,33 2 0 3 5,00 Penambang 0 0 7 3,33 7 11,67 Veteran 0 0 2 3,33 2 3,33 Wiraswasta 4 13,33 0 0 4 6,67

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Pekerjaan Istri

Tidak Bekerja 25 83,33 24 80,00 49 81,67 Bekerja 5 16,67 6 20,00 11 18,33

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Jumlah Tanggungan

0-3 14 46,67 20 66,67 34 56,67 4-6 12 40,00 7 23,33 19 31,67 >6 4 13,33 3 10,00 7 11,67

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat karakteristik responden pada masing-masing desa contoh. Secara keseluruhan mayoritas responden yang diwawancarai berumur diatas 35 tahun. Responden yang berusia lebih dari 55 tahun yaitu usia yang sudah lanjut dan kurang produktif ada sekitar 20 % sedangkan yang berusia 25-33 tahun ada sekitar 11,67 %. Hal tersebut menunjukan bahwa bagi kalangan muda pengusahaan hutan rakyat dianggap sebagai usaha yang kurang


(51)

menguntungkan mengingat daur tanaman yang cukup lama, sehingga mereka lebih menyukai penanaman tanaman yang daurnya relatif pendek.

Mayoritas pendidikan responden adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sekitar 51,67 %. Rendahnya tingkat pendidikan mereka sangat mempengaruhi kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang dimiliki. Kurangnya pengetahuan yang cukup bagi petani hutan rakyat akan kegiatan penanaman, pemeliharaan akan mempengaruhi kualitas kayu yang dihasilkan. Pekerjaan utama mayoritas responden yang diwawancarai adalah petani (66,67%). Selain itu ada juga responden yang memiliki pekerjaan utama PNS/Pensiunan sebesar 6,67% dan sebagian lagi mempunyai pekerjaan utama wiraswasta. Untuk responden yang pekerjaan utamanya tidak bertani, hanya pada saat tertentu saja ke lahan dan dalam pengelolaan lahannya sebagian besar mereka mengupah tenaga kerja. Sedangkan untuk responden yang pekerjaan utamanya bertani mayoritas juga memiliki pekerjaan sampingan seperti berdagang. Jadi tidak seluruh waktu mereka untuk mengerjakan lahan pertaniannya.

Sebagian besar para istri responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 81,67%. Sedangkan 18,33% istri responden memiliki pekerjaan/usaha. Rata-rata mereka memiliki warung yang ada dirumah sehingga dapat menambah tingkat pendapatan rumah tangga mereka. Sedangkan jumlah tanggungan responden umumnya berkisar antara 0-3 orang yaitu 56,67 % dari seluruh responden yang diwawancarai. Jumlah tanggungan dalam keluarga sangat mempengaruhi dalam usaha hutan rakyat, dimana semakin banyak tanggungan keluarga maka pola pikir mereka lebih kearah usaha yang cepat menghasilkan. Pada usaha kayu rakyat, responden yang memiliki jumlah tanggungan yang banyak dalam penjualan kayunya lebih cepat/sebelum daurnya karena kebutuhan yang mendesak sehingga kayu yang dihasilkan diameternya kecil dan harganya murah.

5.2 Hutan Rakyat

5.2.1 Luas dan Kepemilikan Hutan Rakyat

Hutan rakyat yang ada di lokasi penelitian dapat dibedakan menjadi hutan rakyat campuran dan hutan rakyat monokultur. Hutan rakyat campuran


(52)

merupakan hutan rakyat yang dilahan tersebut tanaman kehutanannya lebih dari satu jenis misalnya kayu sengon dan kayu afrika. Sedangkan hutan rakyat monokultur merupakan hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman kehutanan misalnya hanya kayu sengon atau kayu afrika saja. Dari 60 responden petani hutan rakyat terdapat 43 responden yang mengusahakan hutan rakyat jenis tanaman sengon dan kayu afrika seluas 54,95 Ha, 14 responden mengusahakan hutan rakyat jenis tanaman sengon seluas 21,75 Ha dan 3 responden mengusahakan hutan rakyat dengan jenis kayu afrika seluas 4,5 Ha.

Kayu rakyat terbesar pada berbagai bentuk penggunaan lahan antara lain kebun campuran, ladang/tegalan ataupun pekarangan. Kebun campuran merupakan lahan yang mayoritas tanamannnya adalah tanaman berkayu yaitu kombinasi antara tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan. Sedangkan pada lahan/tegalan mayoritas tanamannya adalah tanaman musiman. Penyebaran kepemilikan luas lahan hutan rakyat pada masing-masing desa contoh dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Kepemilikan Luas Lahan di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet

Luas (Ha)

Curug Bitung Bantar Karet Total N % N % N %

0,5-1

19 63,33 16 53,33 35 58,33 1-2

9 30,00 9 30,00 18 30,00 >2

2 6,67 5 16,67 7 11,67

Total 60 100,00

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (58,33%) mempunyai lahan dengan kisaran luas 0,5-1 Ha. Ada 2 orang responden dari desa Curug Bitung yang memiliki luas lahan 8 Ha. Dengan memperhatikan responden pencilan, rata-rata kepemilikan lahan responden adalah 1,35 Ha. Desa Curug Bitung petaninya mempunyai luas lahan terbesar yaitu 1,66 Ha/responden. Sedangkan Desa Bantar Karet memiliki luas kepemilikan lahan terkecil yaitu 0,65 Ha/responden. Hal ini disebabkan karena di Desa Curug Bitung petani hutan


(53)

rakyat memiliki luasan areal yang masih luas jika dibandingkan dengan Desa Bantar Karet.

5.3 Analisis Potensi Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung

Untuk menduga potensi hutan rakyat di Kecamatan Nanggung digunakan metode jumlah batang berdasarkan volume Standing Stock. Metode ini menggunakan perhitungan rata-rata luas lahan, rata-rata jumlah pohon, rata-rata diameter pohon, rata-rata tinggi pohon, volume Standing Stock, dan rata-rata potensi hutan rakyat (Standing Stock). Untuk analisis potensi hutan rakyat di Kecamatan Nanggung pada masing-masing desa contoh dapat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Potensi Hutan Rakyat (Standing Stock) di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet

Desa Curug Bitung

Desa Bantar Karet

Rata-rata luas lahan (Ha) 1,37 1,32

Rata-rata jumlah pohon 936 611

Rata-rata diameter pohon (cm) 19,4 18,7

Rata-rata tinggi pohon (m) 11,86 12,00

VolumeStanding Stock (m3) 237,06 190,08

Rata-rata potensi hutan rakyat (Standing Stock) m3/Ha

173,03 144,00

Berdasarkan pada Tabel 6 jika dilihat berdasarkan luasan kepemilikan lahan rata-rata jumlah pohon dan rata-rata diameter pohon pada Desa Curug Bitung memiliki angka terbesar jika dibandingkan dengan Desa Bantar Karet yakni sebesar 936 pohon. Pada Desa Bantar Karet memiliki rata-rata jumlah pohon yang dapat ditanam sebanyak 611 pohon. Jika dilihat potensi kayu rakyatnya Desa Curug Bitung memiliki potensi kayu rakyat (Standing Stock) terbesar daripada Desa Bantar Karet yakni sebesar 173,03 m3/Ha. Sedangkan Desa Bantar Karet memiliki potensi kayu rakyat (Standing Stock) sebesar 144,00 m3/Ha. Hal ini disebabkan pada Desa Curug Bitung masih memiliki luasan areal


(54)

hutan rakyat yang masih cukup luas. Jika dibandingkan dengan Desa Bantar Karet areal hutan rakyatnya sudah terbagi oleh adanya lokasi penambangan emas.

5.4 Analisis Pendapatan Hutan Rakyat

Pendapatan petani dari penjualan kayu rakyat beragam tergantung dari jumlah kayu dan kualitas kayu yang dijualnya. Penjualan kayu ke industri penggergajian dengan harga per m3 berkisar antara Rp 120.000,00 sampai Rp 150.000,00 akan menghasilkan pendapatan yang besar, dengan biaya pemanenan yang ditanggung oleh petani. Sedangkan penjualan dengan sistem borongan dengan harga per m3 Rp 40.000,00 akan menghasilkan pendapatan bersih bagi petani karena biaya pemanenan ditanggung oleh pembeli. Kepraktisan dalam penjualan dengan sistem borongan memberi konsekuensi tingkat keuntungan yang relatif lebih rendah dibandingkan petani yang menjual kayunya langsung ke industri penggergajian. Untuk analisis pendapatan hutan rakyat per tahun di Kecamatan Nanggung pada masing-masing desa contoh dapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pendapatan Hutan Rakyat (Rp/th) berdasarkan kepemilikan lahan di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet

Sumber Pendapatan

Luas Kepemilikan Lahan (Ha)

0,5-1 1-2 > 2

Curug Bitung

Bantar Karet

Curug Bitung

Bantar Karet

Curug Bitung

Bantar Karet

Kayu Rakyat 1.764.888 1.001.395 2.246.678 2.151.814 5.998.949 5.152.632 Tanaman

Pangan 1.252.300 1.050.125 1.845.623 1.562.346 3.425.618 3.078.562 Tanaman

Buah 996.452 845.263 1.010.512 1.235.456 2.425.521 2.126.352

Total 4.013.640 2.896.783 5.102.813 4.949.616 11.850.088 10.357.546 Berdasarkan pada Tabel 7 sumber pendapatan petani hutan rakyat selain berasal dari pendapatan kayu rakyat juga berasal dari tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Jika dilihat berdasarkan luasan areal yang dimiliki oleh petani hutan rakyat maka Desa Curug Bitung memiliki total pendapatan petani hutan rakyat terbesar daripada Desa Bantar Karet. Pada luasan areal 0,5-1 Ha Desa Curug Bitung memiliki total pendapatan sebesar Rp 4.013.640/th, sedangkan Desa Bantar Karet pada luasan yang sama total pendapatannya sebesar


(55)

Rp.2.896.783/th. Pada luasan areal 1-2 Ha Desa Curug Bitung memiliki total pendapatan sebesar Rp 5.102.813/th, sedangkan Desa Bantar Karet pada luasan yang sama total pendapatannya sebesar Rp 4.949.616/th. Pada luasan areal > 2 Ha Desa Curug Bitung memiliki total pendapatan sebesar Rp 11.850.088, sedangkan Desa Bantar Karet memiliki total pendapatan sebesar Rp 10.357.410 dengan luasan areal yang sama. Hal ini disebabkan jumlah petani hutan rakyat di Desa Bantar Karet masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan Desa Curug Bitung. Selain itu juga disebabkan pada Desa Curug Bitung petani hutan rakyat dalam penjualan kayu rakyatnya langsung ke industri penggergajian.

Hutan rakyat pada masing-masing desa contoh selain bersifat monokultur juga bersifat campuran. Petani hutan rakyat selain menanam tanaman keras seperti sengon dan kayu afrika, juga menanam tanaman pangan seperti padi, jagung, singkong serta tanaman buah-buahan seperti pisang, pepaya, rambutan. Petani hutan rakyat dalam mengelola lahannnya menggunakan sistem tumpang sari.

5.4.1 Biaya Produksi Hutan Rakyat

Total biaya produksi pengelolaan hutan rakyat merupakan total biaya penanaman, biaya pemeliharaan dan biaya pemanenan. Untuk hutan rakyat campuran karena kondisi tanamannya yang tidak seumur yaitu bervariasi dari 1 tahun sampai 10 tahun maka yang dihitung dalam perhitungan adalah untuk tanaman kayu yang sudah ditebang atau sudah layak tebang (umur 5 tahun sampai 10 tahun). Sedangkan untuk hutan rakyat monokultur dengan penanaman secara bersamaan, penebangan biasanya secara tebang habis keseluruhan pohon yang ada di lahan.

Biaya penanaman yang dikeluarkan petani meliputi biaya persiapan lahan, pengadaan bibit dan kegiatan penanamannya. Biaya pengadaan bibit persentasenya 19.19% terhadap total biaya produksi yang dikeluarkan petani responden. Biaya ini cukup besar karena petani membeli bibit ke penjual tidak membuat bibitnya sendiri. Pembelian bibit oleh petani harganya bervariasi tergantung umur bibit tersebut. Rata-rata biaya pembelian untuk 1 bibitnya Rp500,00.


(56)

(57)

Tabel 8. Rincian Biaya Produksi Sampai Umur Tebang

Tahun

Total Biaya Penanaman (Rp/Ha)

Total Biaya Pemeliharaan (Rp/Ha)

Total Biaya Pemanenan (Rp/Ha) Persiapan

Tanam

Pengadaan Bibit

Kegiatan

Penanaman Pemupukan Pendangiran

Pemberantasan Hama dan

Penyakit

Upah Tebang dan Sarad

Upah Angkut

1 465.000 280.000 325.000 80.000 50.000 20.000 -

-2 60.000 115.000 90.000 70.000 240.000 65.000 -

-3 50.000 150.000 48.000 280.000 120.000 87.000 -

-4 60.000 150.000 120.000 150.000 200.000 65.638 -

-5 90.000 150.000 65.000 50.000 240.000 90.000 500.000 500.000

6 45.000 180.000 260.000 220.000 170.000 70.698 -

-7 120.000 3.845.000 1.780.320 1.547.500 800.000 194.500 -

-8 60.000 90.000 225.654 80.000 623.456 150.890 -

-9 80.000 250.000 135.320 350.000 500.000 150.000 -

-10 90.000 150.000 115.000 120.000 205.000 95.000 1.325.000 1.000.000


(58)

Sedangkan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan petani meliputi biaya pendangiran, pemberantasan hama dan pemupukan. 68.58% biaya yang dikeluarkan petani responden adalah untuk kegiatan pemeliharaan yang berupa pendangiran. Kegiatan pendangiran rata-rata dilakukan setiap 3 bulan sampai umur tanaman 4 tahun. Jadi rata-rata ada 4 kali kegiatan pendangiran sampai tanaman ditebang. Biaya rata-rata dari kegiatan pendangiran per pohonnya sampai tanaman ditebang Rp 1750. Sedangkan biaya pemeliharaan yang lain seperti pemupukan dan pemberantasan hama persentasenya terhadap biaya produksi sangat kecil. Hal ini disebabkan karena jumlah responden yang melakukan kegiatan tersebut sangat sedikit. Kegiatan pemupukan dilakukan 16 responden (26.67%), dengan biaya rata-rata per pohonnya Rp 250. Kegiatan pemupukan tidak dilakukan secara benar sehingga kualitas terhadap hasil kayunya juga tidak terlalu berpengaruh. Sedangkan kegiatan pemberantasan hama dan penyakit yang dilakukan oleh 5 orang responden (8.33%), dengan biaya rata-rata per pohonnya Rp 300.

Biaya pemanenan dikeluarkan pada tahun ke 5, yaitu pada saat petani akan menjual kayunya. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa biaya pemanenan merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan petani. Biaya tersebut dikeluarkan jika mereka menjual kayunya ke industri yang harga / m3 lebih mahal dibandingkan dengan petani yang menjual kayunya ke tengkulak dan mendapat pendapatan bersih tanpa biaya pemanenan.

Dari 60 responden ada 9 orang responden yang menjual kayunya langsung ke industri penggergajian. Diantara 9 orang tersebut ada 2 orang yang memiliki industri penggergajian sendiri. Rata-rata biaya pemanenan per m3 yang dikeluarkan petani sebesar Rp 55.082 yang meliputi biaya penebangan dan penyaradan per m3 Rp 25.246 serta biaya pengangkutan ke industri penggergajian per m3 Rp 29.835. Akibat besarnya biaya penebangan dan pengangkutan yang harus dikeluarkan oleh petani sebelum mereka menerima penjualan kayunya. Biaya yang sangat besar tersebut sulit disediakan oleh petani sehingga mereka menjual kayunya ke tengkulak.


(1)

Standardized Residual P e r c e n t 4 2 0 -2 -4 99.9 99 90 50 10 1 0.1 Fitted Value S ta n d a r d iz e d R e s id u a l 8000000 6000000 4000000 2000000 0 4 2 0 -2 Standardized Residual F r e q u e n c y 4.8 3.2 1.6 0.0 -1.6 20 15 10 5 0

Observation Or der

S ta n d a r d iz e d R e s id u a l 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 4 2 0 -2

Normal Probabilit y Plot of t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values

Hist ogram of t he Residuals Residuals Versus t he Order of t he Dat a Residual Plots for Kesediaan


(2)

Lampiran 11 Analisis Korelasi Dengan Stepwise Reggresion Model Double Log

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0,1

Response is Ln WTP on 7 predictors, with N = 60

Step 1 2 3 4 5 Constant 5,589 5,955 6,124 4,442 5,725

Ln umur -1,31 -1,39 -1,10 -1,23 -1,25 T-Value -1,86 -2,08 -1,78 -2,03 -2,04 P-Value 0,069 0,042 0,080 0,048 0,046

P1 1,21 1,18 0,86 T-Value 1,52 1,51 1,18 P-Value 0,135 0,137 0,245

P2 0,16 T-Value 0,35 P-Value 0,726

Ln Pendapatan 0,92 0,91 0,83 0,97 0,89 T-Value 2,60 2,62 2,43 2,99 2,75 P-Value 0,012 0,011 0,018 0,004 0,008

Ln Luas 1,08 1,10 1,05 0,96 0,91 T-Value 3,75 3,88 3,75 3,55 3,35 P-Value 0,000 0,000 0,000 0,001 0,001

K1 -0,66 -0,67 T-Value -1,08 -1,11 P-Value 0,284 0,270

K2 -1,84 -1,85 -1,49 -0,84 T-Value -2,21 -2,24 -1,96 -1,60 P-Value 0,031 0,029 0,055 0,115

S 1,09 1,08 1,08 1,09 1,10 R-Sq 44,96 44,83 43,54 42,09 39,39 R-Sq(adj) 37,55 38,58 38,31 37,88 36,14 Mallows C-p 8,0 6,1 5,3 4,7 5,3

Regression Analysis: Ln WTP versus Ln umur; Ln Pendapatan; Ln Luas

The regression equation is

Ln WTP = 5,72 - 1,25 Ln umur + 0,890 Ln Pendapatan + 0,914 Ln Luas

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 5,725 6,246 0,92 0,363 Ln umur -1,2545 0,6155 -2,04 0,046 1,1 Ln Pendapatan 0,8899 0,3235 2,75 0,008 1,3 Ln Luas 0,9142 0,2731 3,35 0,001 1,4

S = 1,10335 R-Sq = 82% R-Sq(adj) = 79,1%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 44,305 14,768 12,13 0,000 Residual Error 56 68,174 1,217


(3)

Source DF Seq SS Ln umur 1 2,125 Ln Pendapatan 1 28,537 Ln Luas 1 13,643

Unusual Observations

Obs Ln umur Ln WTP Fit SE Fit Residual St Resid 4 3,91 20,403 19,250 0,642 1,153 1,29 X 39 4,28 13,612 16,220 0,328 -2,608 -2,48R 40 3,74 13,324 15,805 0,167 -2,481 -2,27R

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Durbin-Watson statistic = 2,09633

Residual Plots for Ln WTP

Uji kenormalaan WTP

Stepwise Regression: Ln Kesediaan versus Ln umur; P1; ...

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0,1

Response is Ln Kesediaan on 7 predictors, with N = 60 Step 1 2 3 4 5 Constant 6,152 6,270 6,476 4,359 5,080

Ln umur -1,30 -1,32 -0,97 -1,14 -1,15 T-Value -2,06 -2,22 -1,75 -2,05 -2,08 P-Value 0,045 0,030 0,085 0,045 0,042

P1 1,48 1,48 1,08 T-Value 2,09 2,11 1,64 P-Value 0,041 0,040 0,106

P2 0,05 T-Value 0,13 P-Value 0,899

Ln Pendapatan 0,67 0,67 0,57 0,74 0,70 T-Value 2,14 2,16 1,86 2,52 2,41 P-Value 0,037 0,035 0,068 0,015 0,019

Ln Luas 0,90 0,91 0,85 0,74 0,71 T-Value 3,50 3,60 3,36 2,99 2,90 P-Value 0,001 0,001 0,001 0,004 0,005

K1 -0,81 -0,81 T-Value -1,49 -1,52 P-Value 0,141 0,135

K2 -1,73 -1,73 -1,29 -0,47 T-Value -2,32 -2,35 -1,88 -0,99 P-Value 0,024 0,023 0,065 0,327

S 0,974 0,965 0,977 0,992 0,992 R-Sq 40,52 40,50 37,91 34,81 33,65 R-Sq(adj) 32,51 33,76 32,16 30,07 30,10 Mallows C-p 8,0 6,0 6,3 7,0 6,0


(4)

Regression Analysis: Ln Kesediaan versus Ln umur; Ln Pendapatan; Ln

Luas

The regression equation is

Ln Kesediaan = 5,08 - 1,15 Ln umur + 0,700 Ln Pendapatan + 0,712 Ln Luas

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 5,080 5,614 0,90 0,369 Ln umur -1,1510 0,5532 -2,08 0,042 1,1 Ln Pendapatan 0,6996 0,2908 2,41 0,019 1,3 Ln Luas 0,7120 0,2455 2,90 0,005 1,4

S = 0,991727 R-Sq = 78,7% R-Sq(adj) = 76,1%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 27,9390 9,3130 9,47 0,000 Residual Error 56 55,0773 0,9835

Total 59 83,0163

Source DF Seq SS Ln umur 1 2,1451 Ln Pendapatan 1 17,5198 Ln Luas 1 8,2741

Unusual Observations

Obs Ln umur Ln Kesediaan Fit SE Fit Residual St Resid 4 3,91 15,958 15,055 0,577 0,903 1,12 X 39 4,28 10,372 12,620 0,295 -2,248 -2,37R 40 3,74 10,085 12,390 0,150 -2,305 -2,35R

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Durbin-Watson statistic = 2,11656

Residual Plots for Ln Kesediaan

Uji kenormalaan Kesediaan

Welcome to Minitab, press F1 for help.

Retrieving project from file: 'G:\DATAOR~1\DATAGU~1\OLAH DOUBLE LOG.MPJ'

Stepwise Regression: Ln WTP versus Ln umur, P1, ...

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.1

Response is Ln WTP on 7 predictors, with N = 60

Step 1 2 3 4 5 Constant 5.589 5.955 6.124 4.442 5.725

Ln umur -1.31 -1.39 -1.10 -1.23 -1.25 T-Value -1.86 -2.08 -1.78 -2.03 -2.04 P-Value 0.069 0.042 0.080 0.048 0.046

P1 1.21 1.18 0.86 T-Value 1.52 1.51 1.18 P-Value 0.135 0.137 0.245

P2 0.16 T-Value 0.35


(5)

P-Value 0.726

Ln Pendapatan 0.92 0.91 0.83 0.97 0.89 T-Value 2.60 2.62 2.43 2.99 2.75 P-Value 0.012 0.011 0.018 0.004 0.008

Ln Luas 1.08 1.10 1.05 0.96 0.91 T-Value 3.75 3.88 3.75 3.55 3.35 P-Value 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001

K1 -0.66 -0.67 T-Value -1.08 -1.11 P-Value 0.284 0.270

K2 -1.84 -1.85 -1.49 -0.84 T-Value -2.21 -2.24 -1.96 -1.60 P-Value 0.031 0.029 0.055 0.115

S 1.09 1.08 1.08 1.09 1.10 R-Sq 44.96 44.83 43.54 42.09 39.39 R-Sq(adj) 37.55 38.58 38.31 37.88 36.14 Mallows C-p 8.0 6.1 5.3 4.7 5.3

Regression Analysis: Ln WTP versus Ln Luas, Ln Pendapatan, Ln umur

The regression equation is

Ln WTP = 5.72 + 0.914 Ln Luas + 0.890 Ln Pendapatan - 1.25 Ln umur

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 5.725 6.246 0.92 0.363 Ln Luas 0.9142 0.2731 3.35 0.001 1.4 Ln Pendapatan 0.8899 0.3235 2.75 0.008 1.3 Ln umur -1.2545 0.6155 -2.04 0.046 1.1

S = 1.10335 R-Sq = 82% R-Sq(adj) = 79,1%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 44.305 14.768 12.13 0.000 Residual Error 56 68.174 1.217

Total 59 112.479

Source DF Seq SS Ln Luas 1 26.930 Ln Pendapatan 1 12.318 Ln umur 1 5.058

Unusual Observations

Obs Ln Luas Ln WTP Fit SE Fit Residual St Resid 4 2.08 20.403 19.250 0.642 1.153 1.29 X 39 1.10 13.612 16.220 0.328 -2.608 -2.48R 40 0.00 13.324 15.805 0.167 -2.481 -2.27R

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.


(6)

Residual

P

e

r

c

e

n

t

3.0 1.5 0.0 - 1.5 - 3.0 99.9

99

90

50

10

1 0.1

Fitted Value

R

e

s

id

u

a

l

15 14 13 12 11 2 1 0 -1 -2

Residual

F

r

e

q

u

e

n

c

y

2 1 0 - 1 - 2 16

12

8

4

0

Observat ion Or der

R

e

s

id

u

a

l

60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 2 1 0 -1 -2

Normal Probabilit y Plot of t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values

Hist ogram of t he Residuals Residuals Versus t he Order of t he Dat a

Residual Plots for Ln Kesediaan