POTENSI Ca, P, Mg, DAN Zn PADA BERBAGAI BAGIAN TANAMAN KIAMBANG (Salvinia molesta) DI BENDUNGAN BATU TEGI KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

POTENSI Ca, P, Mg, DAN Zn PADA BERBAGAI BAGIAN TANAMAN

KIAMBANG (Salvinia molesta) DI BENDUNGAN BATU TEGI KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh Boby Sanjaya

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

POTENSI Ca, P, Mg, DAN Zn PADA BERBAGAI BAGIAN TANAMAN

KIAMBANG (Salvinia molesta) DI BENDUNGAN BATU TEGI KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh Boby Sanjaya

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. ...

Sekretaris : Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. ...

Penguji Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001


(4)

Judul Skripsi : POTENSI Ca, P, Mg, DAN Zn PADA BERBAGAI BAGIAN TANAMAN KIAMBANG (Salvinia molesta) DI BENDUNGAN BATU TEGI KABUPATEN

TANGGAMUS

Nama : Boby Sanjaya

NPM : 0814061027

Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. NIP 19590330 198303 2 001 NIP 19580506 198410 1 001

2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. NIP 19610307 198503 1 006


(5)

RIWAYAT HIDUP

Boby Sanjaya lahir di Bumi Jawa, Lampung Timur pada 14 Juli 1988 sebagai putra terakhir dari sepuluh bersaudara dari pasangan Bapak Benny dan Ibu Turinah. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK

Muhamadiah Bumi Jawa pada 1995, sekolah dasar di SD Negeri 4 Bumi Jawa pada 2001, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Purbolinggo pada 2004, dan sekolah menengah atas di SMA Lentera Harapan Jati Agung pada 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri pada 2008.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada Juni sampai Juli 2011 di Kecamatan Negri Besar, Kabupaten Way Kanan dan Praktik Umum (PU) pada Januari sampai Maret 2012 di Jujur Sentosa, Lampug Tengah. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Fisiologi Ternak, Statistika, Ilmu Nutrisi dan Bahan Pakan, Produksi Ternak Daging, Manajemen Usaha Ternak Daging, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan di Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) dan Anggota Komisi A Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian.


(6)

(7)

Sejak aku muda sampai sudah tua

tak pernah kuliahat orang baik ditinggalkan TUHAN atau anak cucunya menjadi peminta-minta

ia selalu meminjamkan dan memberi dan anak-anaknya menjadi berkat baginya

(King David).

Empat hal yang diperlukan agar sukses: bekerja dan berdoa, berpikir dan percaya

(Norman Vincent Peale).

Tak penting berapa kali anda gagal, yang penting berapa kali anda bangkit


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari skripsi ini dapat selesai karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. --selaku Pembimbing Utama--yang telah

membimbing, memberikan motivasi terbaik, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

2. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. -- selaku Pembimbing Anggota -- atas bimbingan, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. -- selaku Pembahas--atas saran, arahan, pengetahuan, dan pembelajaran selama saya menyusun skripsi;

4. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.--selaku Pembimbing Akademik atas persetujuan dan arahan yang telah diberikan;

5. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si.--selaku Ketua Program Studi Peternakan dan Sekretaris Jurusan--atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.Si.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas kemudahan dan dukungan yang diberikan selama kuliah;


(9)

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian;

8. Kepala UPTD Bendungan Batu Tegi dan seluruh jajarannya atas perhatian dan dukungannya;

9. Bapak dan ibu dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Unila--atas bimbingan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

10.Bapak dan Ibu tersayang--atas restu, do’a, motivasi, pengorbanan dan pengertian, serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini;

11.Kakak-kakakku : Kak Sony, Kak Roos, Kak Tia, Kak Sam, Kak Heri, Kak Budi, Kak Diana, Kak Yuli, Kak Robin dan seluruh keluarga besarku atas kasih sayang, keceriaan, dan dukungannya yang telah diberikan;

12.Udin, Irma, Kak Singgang, dan Kak Aulia --selaku sahabat seperjuangan selama penelitian, atas kebersamaan, perhatian dan keceriaannya;

13.Keluarga baruku angkatan’07, ’08, ’09,’010, dan ’011. atas perhatian, kebersamaan, pertemanan yang tulus, selama ini;

14.Semua orang yang telah mengisi kehidupan dan menemaniku meskipun dari kejauhan dengan segala kasih sayang, dukungan, dan kenangan indah; Semoga semua bantuan dan jasa yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandar Lampung, 2012 Penulis


(10)

ABSTRAK

POTENSI Ca, P, Mg, DAN Zn PADA BERBAGAI BAGIAN TANAMAN

KIAMBANG (Salvinia molesta) DI BENDUNGAN BATU TEGI KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh : Boby Sanjaya

Peningkatan penduduk di Indonesia menyebabkan lahan pertanian semakin sempit. Sebaliknya, ketersediaan pakan hijauan semakin terbatas dan menyebabkan harga pakan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan sumber pakan alternatif yang murah, mudah didapat, melimpah di alam dan bernutrisi tinggi. Pakan alternatif diharapkan dapat menggantikan pakan sudah ada dan mengurangi biaya pengeluaran. Ternak Ruminansia membutuhkan pakan hijauan dalam ransum lebih dari 60 %. Pakan hijauan merupakan sumber energi, vitamin dan mineral bagi ruminansia. Mineral digunakan untuk proses metabolisme pada tubuh ternak ruminan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Ca, P, Mg dan Zn pada bagian-bagian tanaman Kiambang (Salvinia molesta).

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret - Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap 5 perlakuan dengan 2 ulangan. Perlakuan terdiri atas daun muda, daun tua, akar tua, akar muda dan tanaman utuh Kiambang. Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1%, Uji BNT digunakan sebagai sarana pembanding antar perlakuan pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kiambang (Salvinia molesta) memiliki potensi sebagai sumber mineral esensial (Ca, Mg dan Zn) organik bagi ternak ruminansia. (2) Kiambang mengandung unsur Ca, P dan Zn terbesar pada akar tua, sedangkan unsur Mg terbesar pada daun tua.


(11)

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret—Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tepung Kiambang. Peralatan yang digunakan untuk analisa unsur Ca, P, Mg dan Zn adalah neraca analitik empat desimal, tabung digestion, blok digestion, pengocok tabung, dispenser, tabung reaksi, Spektrofotometer dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Analisis dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengukuran unsur Ca, Mg dan Zn pada Kiambang (Salvinia molesta) menggunakan SSA, sedangkan unsur P menggunakan Spektrofotometer.


(12)

20 C. Metode Penelitian

1. Rancangan percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 2 ulangan. Perlakuannya sebagai berikut.

P1: Seluruh bagian Kiambang P2: Daun muda Kiambang

P3: Daun tua Kiambang P4: Akar muda Kiambang


(13)

21 2. Analisis data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1%. Apabila hasil analisis ragam diperoleh peubah yang nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda nyata terkecil).

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Sampel

Penelitian ini dimulai dari persiapan tepung Kiambang (Salvinia molesta) yang diperoleh dari Bendungan Batu Tegi, Kabupaten Tanggamus. Kiambang diambil secara acak dalam bendungan kemudian dibersihkan dari kotoran dan menimbang (masing-masing) sesuai dengan tempat pengambilannya. Selanjutnya, Kiambang dipotong-potong sepanjang ± 2 cm agar proses pengeringan lebih cepat atau di oven pada suhu 60 oC. Kiambang yang sudah kering kemudian digiling dengan mesin penggiling yang menggunakan filter kehalusan 0,5 mm. Kiambang yang sudah menjadi tepung disimpan rapat-rapat dan diberi nama.

2. Cara Kerja Membuat Pereaksi

a. Standar 0 (nol): Memasukkan 1 ml HClO4 Pekat (60%) ke dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi air bebas ion hingga 50 ml, goyangkan dan


(14)

22 b. Pereaksi P: Melarutkan 12 g (NH4)6 MO7O24.4H2O dalam 100 ml air bebas

ion. Tambahkan 140 ml H2SO4 pekat, 0,227 g K(SbO)C4H4O6.0,5 H2O dan air bebas ion hingga 1l.

c. Pereaksi pewarna P: Mencampurkan 1,06 g asam askorbat dan dan 100 ml pereksi P, kemudian dijadikan 1l dengan air bebas ion

d. Standar induk PO4 200 ppm: Memasukkan 50 ml standar induk PO4 1000 ppm Titrisol ke dalam labu ukur 250 ml. Tambahkan air bebas ion sampai dengan tanda garis, lalu dikocok hingga homogen.

e. Deret standar PO4 (0 – 200 ppm): Masukkan berturut-turut 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml larutan standar 200 ppm PO4 ke dalam tabung reaksi. Tambahkan stardar 0 (nol), sehingga volume masing-masing tabung reaksi menjadi 10 ml. Deret standar ini memiliki kepekatan 0; 20; 40; 80; 120; 160; dan 200 ppm P04.

f. Larutan asam campur: Memasukkan secara berurutan ke dalam labu ukur 1l 50 ml CH3COOH pekat (100%), 20 ml HCl pekat (37%), dan 20 ml H3PO4 pekat (70%) Tambahkan dengan air bebas ion hingga 1l.

g. Standar 5 ppm Mg dan 250 ppm Ca: Masukkan masing-masing 1,0 ml standar pokok 1000 ppm Mg dan 25,0 ml standar pokok ppm Ca ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan perlahan-lahan 1 ml HClO4 pekat, kemudian ditambah air bebas ion hingga tepat 100 ml.

h. Deret standar Mg (0 – 10 ppm) dan Ca (0 – 250 ppm): Memasukkan standar campur sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dijadikan 10 ml dengan larutan 0 (nol). Deret standar campur akan memiliki kepekatan:


(15)

23

S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6

0 1 2 4 6 8 10 ppm Mg

0 25 50 100 150 200 250 ppm Ca

i. Larutan La 2,5%: Menimbang 44,14 g LaCl3, dilarutkan dengan air bebas ion hingga 1 l.

j. Larutan La 0,25% : Larutan La 2,5% diencerkan 10 kali dengan air bebas ion.

k. Standar 2,5 ppm Zn: Masukkan 2,5 ml standar pokok 1000 ppm Zn ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan perlahan-lahan 1 ml HClO4 pekat, kemudian ditambah air bebas ion hingga tepat 100 ml.

l. Deret standar Zn (0-2,5 ppm): Masukkan standar campur sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi dan dijadikan 10 ml dengan larutan 0 (nol). Deret standar ini akan memiliki kepekatan 0; 0,25; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 ppm Zn (Balai Penelitian Tanah, 2009).

3. Cara Kerja Pembuatan Ektrak Kiambang

Menimbang 0,5 gr Kiambang kemudian dimasukkan kedalam tabung digest, lalu ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat (p.a) dan 0,5ml asam perklorat pekat , didiamkan selama satu malam. Esok harinya, dipanaskan pada suhu 100 oC selama 1 jam 30 menit, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 130 oC selama 1 jam, suhu ditingkatkan lagi menjadi 150 oC selama 2 jam 30 menit (sampai uap kuning habis, bila masih ada uap kuning maka pemanasan diperpanjang), setelah uap kuning habis suhu ditingkatkan menjadi 200 oC selama 1 jam (hingga


(16)

24 terbentuk uap putih). Destruksi selesai dengan terbentuknya endapan jernih atau sisa larutan jernih sekitar 0,5 ml. Ekstrak Kiambang didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas ion menjadi 50 ml, lalu dikocok hingga homogen, didiamkan satu malam (Balai Penelitian Tanah, 2009).

a. Pengukuran P

Pipet masing-masing 1 ml ektrak Kiambang dan deret standar 0-200 ppm PO4 ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 9 ml air bebas ion dan kocok. Dipipet masing-masing 1 ml ekstrak Kiambang dan deret standar P ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna P, kocok dengan pengocok tabung hingga homogen dan biarkan 30 menit. Unsur P dalam larutan diukur dengan alat Spektrofotometer pada panjang gelombang 889 nm (Balai Penelitian Tanah, 2009). Untuk mengetahui persentase kadar P pada Kiambang dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.

P (%) = ppm kurva x 0,01 x 31/95 x fk

Keterangan:

ppm kurva = kadar sampel yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100-% kadar air)


(17)

25 Pipet 1 ml ekstrak Kiambang dan deret standar masing-masing kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 9 ml larutan La 0,25% (khusus untuk Mg, ekstrak diencerkan terlebih dahulu dengan standar nol sebanyak 5 kali sebelum dipipet). Kocok dengan menggunakan pengocok tabung sampai homogen. Unsur Ca dan Mg diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang 442.7 nm pada unsur Ca dan 285.2 nm pada unsur Mg (Balai Penelitian Tanah, 2009). Untuk mengetahui persentase kadar Ca dan Mg pada Kiambang dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.

Ca (%) = ppm kurva x 0,01 x fk Mg (%) = ppm kurva x 0,5 x fk

Keterangan:

ppm kurva = kadar sampel yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100-% kadar air)

c. Pengukuran Zn

Unsur Zn diukur langsung dari ekstrak Kiambang menggunakan SSA dengan panjang gelombang 213.9 nm (Balai Penelitian Tanah, 2009). Deret standar digunakan sebagai pembanding. Unsur Zn menggunakan nyala campuran gas udara –asetilen. Untuk mengetahui persentase kadar Zn pada Kiambang dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.


(18)

26 Zn (%) = ppm kurva x 100 x fk

Keterangan:

ppm kurva = kadar sampel yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

100 = faktor konversi ke persen

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100-% kadar air)

E. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati yaitu persentase kandungan Kalsium (Ca), Fosfor (P), Magnesium (Mg) dan Seng (Zn) pada daun muda, daun tua, akar tua, akar muda dan tanaman utuh Kiambang (Salvinia molesta) yang ada di Bendungan Batu Tegi, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.


(19)

xiv

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(20)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Kiambang (Salvinia molesta) ... 5

B. Mineral ... 7

1. Kalsium (Ca) ... 8

2. Fosfor (P) ... 10

3. Magnesium (Mg) ... 12

4. Seng (Zn) ... 14

C. Kebutuhan Ternak akan Ca, P, Mg, dan Zn ... 17

D. Jenis-Jenis Pakan Hijauan yang Mengandung Ca, P, Mg, dan Zn .... 18

III. BAHAN DAN METODE ... 19


(21)

xi

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 19

C. Metode Penelitian ... 20

D. Pelaksanaan Penelitian ... 20

E. Peubah yang Diamati ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Kondisi Waduk Batu Tegi ... 27

B. Kandungan Kalsium (Ca) pada Kiambang ... 28

C. Kandungan Fosfor (P) pada Kiambang ... 30

D. Kandungan Magnesium (Mg) pada Kiambang ... 33

E. Kandungan Seng (Zn) pada Kiambang ... 35

F. Potensi Kiambang Sebagai Sumber Mineral Organik ... 37

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(22)

41

DAFTAR PUSTAKA

Adrizal. 2002. Aplikasi Program Linier untuk Menganalisis Pemanfaatan Salvinia molesta Sebagai Bahan Pakan Itik. Makalah pengantar filsafah sain program Pasca sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor.

Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro dalam Sistem Biologi dan Metode Analisinya. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor.

Bailey, J.C., T. Moeer dan J. Kleinberg. 1965. Univ. Chemistry, D.C. Health and Co., Boston 1966. J. Anim. Sci., 25 : 132.

Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, air, dan pupuk. Departemen Pertanian. Bogor.

Campbel,. A., B. Reece., and G. Mitchell. 2003. Biologi. Terjemahan Wasmen Manalu. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Church, D.C. and W.G. Pond. 1976. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. Vol.I Digestive Physiology 2nd. Edition. USA.

Davis, G.K. and W. Mertz. 1987. Copper. p. 301-364. in W. Mertz (Ed) Trace Element in Human and animal Nutrition. Academic Press, Inc. San Diego, CA.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung. 2010 Proyek Pembangunan Waduk Batu Tegi.

Emerick, R.J., 1976. Buffer in Ruminant Physiology and Metaolism. Doe, J.T. dan Sm J. Smith (Eds)., Church Dwight Inc., New York.

Hartati, E. 1998. Suplementasi Minyak Lemuru dan Seng ke Dalam Ransum yang Mengandung Silase Pod Coklat dan Urea untuk Memacu pertumbuhan Sapi Holstein Jantan. Disertasi, Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press. New York and London.


(23)

42

Irving, J.T. 1964. Mineral Metabolism Vol. II. Comal, C.L. dan F. Bonner (Ed). Academic Press, New York hlm.246.

Jacobson, N.L., K.D. Wiggers dan G.N. Jacobson. 1975. Calcium in Beef and Dairy Nutrition. Natl Feed Ingred. Assoc., Des Moines, Iowa.

Jacono, C.C. 2002. The Biology of Salvinia sp. Cooperative Agricultural Pest Survey.

Kinzel, H. 1989. Calsium in The Vacuoles and Cell Tissue. Flora 182 : 19-125 Kurnia, U.M., Kiki, H., Yuniar, M. 2005. Penggunaan Limbah Kiambang Jenis

Duckweed dan Azola dalam Pakan dan Implikasinya pada Ikan Nilem. Unpad Press.

Lampung Post edisi 07 Januari 2012. diakses melalui: http//:www. Lampung Post.com/ 19946-kiambang-penuhi-70-waduk-batutegi.html. pada 07 Januari 2012.

Land Protection. 2001. Salvinia. State of Queensland, Department of Natural Resources and Mines. PP12, QNRM01229, 4 pp.

Larvor, P. 1983. The Pools of Cellular Nutrients. Mineral, In : Dynamic Biochemistry of Animal Production. P.M. Riis. Ed. Elseveir, Amsterdam. Little, D.A. 1986. The Mineral Content of Ruminant Feeds and the Pontensisl

for Mineral Supplementation in South-East.Asia with Particular Reference to Indonesia.Di dalam: R.M. Dixon, editor. Ruminant Feeding Systems utilizing Fibrous Agriculture Residues. IDP. Canberra.

Loosli, J.K. 1978. Proc. Latin America Symp. on Mineral Nutrition Research with Grazing Rumiants. Conrad, J.H., dan L.R. McDowell (eds). University of Florida, Gainsville hlm. 5-9.

McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. John Willey and Sons Inc., New York. P. 96-105.

McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenhalgh. 1995. Animal Nutrition. John Willey and Sons Inc., New York. 5th edition.

McDowell, L.R., K.R., Fick, C.B. Ammerman, S.M. Miller, R.H. Hauser. 1978.

Proc. Latin Animal Symp. On Mineral Nutrition. Res. with Grazing Ruminants. Contrad dan L.R. McDowell (eds). University of Florida, Gainsvillelm. 117.

National Research Council. 1978. Nutrient Requirement of Dairy Cattle.


(24)

43

National Research Council. 1980. Mineral Tolerance of Domestic Animals. National Academy of Science, Washinton, D.C.

National Research Council. 1984. Mineral Tolerance of Domestic Animals. National Academy of Science, Washinton, D.C.

National Research Council. 1988. Nutrient Requirement of Dairy Cattle.6 Th Ed.National Academy Science. Washington, D.C.

Nisma, F., Budi, A. 2008. Seleksi Beberapa Tumbuhan Air Sebagai Penyerap Logam Berat Cd, Pb, dan Cu Di Kolam Buatan FMIPA

UHAMKA.Penelitian Dosen Muda Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiah Prof. Dr. Hamka.

Oliver, J.D. 1993. A Review of The Biology of Giant Salvinia ( Salvinia molesta). Journal of Aquqtic Plant Management 31 : 227-231.

Putra, S. 1999. Peningkatan performans sapi bali melalui perbaikan mutu pakan dan supplementasi seng asesat ( disertasi ). Bogor: Institude Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu Ternak, Program Pascasarjana.

Rosani, U., 2002. Performa Itik Lokal Jantan Umur 4-8 Minggu dengan Pemberian Kayambang (Salvinia molesta) Dalam Ransumnya, . Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Salisbury, B. Frank., Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryo. Penerbit ITB.

Susan. 2003. Water Quality Education Specialist, University of Nevada Cooperative ektention. Nevada Department of Agriculture.

Underwood, E.J. 1966. The Mineral Nutrition of Livestock. The Central Press, Aberden

Underwood, E.J. 1977. Trace Element in Human and Animal Nutrition. 4th ed. Academic Press, New York.

Vallee, B.L. 1962. Mineral Metabolism vol 2 Part B. Academic Press, New York. Van Niekerk, B.D.H. 1978. Proc. Lattin American Symp. on Mineral Nutrition

Research with Grazing Ruminant. University of Florida. Gainville hlm. 194. Van’t Klooster, A.Th. 1972. Neth. J. Physiol., Sydney, Australia.


(25)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketersediaan bahan makanan ternak akhir-akhir ini semakin terbatas. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya harga bahan baku makanan ternak dan semakin menyusutnya lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk keperluan pangan dan tempat pemukiman. Oleh karena itu, perlu dicari sumber hijauan yang baru sebagai makanan ternak Ruminansia. Sumber pakan hijauan yang baru, diharapakan mampu mencukupi kebutuhan hijauan pakan ternak pada saat ini.

Bendungan Batu Tegi banyak terdapat Kiambang (Salvinia molesta). Pontensi Kiambang yang ada di Bendungan ini cukup besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Susan (2003) bahwa Salvinia molesta bisa mencapai 36 ton per acre (4047 m2). Kiambang di Bendungan Batu Tegi dengan total luas genangan 14 km2 diperoleh ± 90.000 ton Kiambang segar (Lampung Post, 2012). Berdasarkan jumlah produksi Kiambang, maka Kiambang diharapkan mempunyai peluang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.


(26)

2 Saat ini, keberadaan Salvinia molesta di Bendungan Batu Tegi mulai mengganggu masyarakat yang tinggal di sekitar Bendungan Batu Tegi (Dinas PU, 2010). Ketebalan Kiambang mengganggu jalannya kapal-kapal kecil yang ada di Bendungan Batu Tegi dan kinerja turbin pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batu Tegi.

Penelitian yang akan dilakukan pada Kiambang (Salvinia molesta) di Bendungan Batu Tegi, yaitu tentang pengukuran unsur Ca, P, Mg, dan Zn. Setelah diketahui kandungan mineralnya, diharapkan Kiambang dapat digunakan sebagai hijauan pakan alternatif untuk ternak ruminansia. Penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah sekitar Bendungan Batu Tegi, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur Ca, P, Mg, dan Zn pada bagian-bagian tanaman Kiambang (Salvinia molesta).

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang berada di sekitar Bendungan Batu Tegi, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung dan stake holder peternakan tentang kandungan unsur Ca, P, Mg, dan Zn pada bagian-bagian tanaman Kiambang (Salvinia molesta).


(27)

3 D. Kerangka Pemikiran

Bendungan Batu Tegi banyak terdapat Kiambang (Salvinia molesta). Potensi Kiambang yang ada di Bendungan ini cukup besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Susan (2003) bahwa Salvinia molesta bisa mencapai 36 ton per acre (4047 m2). Kiambang di Bendungan Batu Tegi dengan total luas genangan 14 km2 diperoleh ± 90.000 ton Kiambang segar (Lampung Post, 2012).

Peningkatan penduduk di Indonesia menyebabkan lahan pertanian semakin sempit. Oleh karena itu, ketersediaan pakan hijauan semakin terbatas dan menyebabkan harga pakan terus meningkat setiap tahunnya. Peternak

memerlukan sumber pakan alternatif yang murah, mudah didapat, melimpah di alam dan bernutrisi tinggi. Ternak Ruminansia membutuhkan pakan hijauan dalam ransum lebih dari 60 % (McDonald et al. 1995). Pakan hijauan merupakan sumber energi, vitamain dan mineral pada ruminansia. Mineral pada ruminansia digunakan untuk proses metabolisme pada tubuh ternak.

Nisma (2008) melaporkan bahwa Kiambang dapat menyerap mineral-mineral yang ada di air. Oleh Karena itu, peneliti bermaksud mengukur kandungan kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), dan seng (Zn) dalam Kiambang. Sehingga, diketahui apakah mineral-mineral (Ca, P, Mg, dan Zn) yang dibutuhkan ternak tersedia dalam Kiambang. Apabila unsur mineral (Ca, P, Mg dan Zn) banyak tersedia, maka Kiambang dapat digunakan sebagai sumber mineral


(28)

4 E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah Kiambang (Salvinia molesta)

berpotensi sebagai sumber mineral Ca, P, Mg dan Zn (organik) bagi ternak Ruminansia.


(29)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kiambang (Salvinia molesta)

Kiambang merupakan nama umum dari paku air dari genus Salvinia. Tumbuhan ini mengapung di air yang menggenang seperti kolam, sawah, danau, dan sungai yang mengalir dengan tenang. Kiambang memiliki dua tipe daun yang sangat berbeda. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping sedikit melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih sedikit tranparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu Kiambang mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Sebagai paku air lainnya Kiambang juga bersifat heterospor, memiliki dua tipe spora: makrospora yang akan tumbuh menjadi protalus betina dan mikrospora yang akan tumbuh menjadi protalus jantan (Jacono, 2002)

Salvinia molesta berasal dari Negara Brazil bagian Tenggara. Pada umumnya, tanaman ini disebut sebagai Giant salvinia (Oliver, 1993), karena memiliki daun yang berukuran panjang (0,5-4 cm) (Land Protection, 2001).


(30)

6 Tanaman Salvinia molesta atau Giant salvinia dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Daun Salvinia molesta (a) bagian atas dan (b) bagian bawah terdapat spora

Menurut Oliver (1993) Taksonomi Salvinia molesta sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Salviniales Famili : Salviniaceae Genus : Salvinia

Spesies : Salvinia molesta

Giant salvinia dapat tumbuh dengan cepat pada perairan yang tenang dan kaya akan unsur hara atau air yang sudah tercemar limbah. Perkembangan tanaman ini dapat secara seksual dan aseksual. Perbanyakan secara seksual berupa spora dan aseksual berupa fragmen yang patah. Namun, Perkembangan secara seksual tidak memungkinkan hal ini dikarenakan spora yang dihasilkan memiliki kelainan


(31)

7 genetik sehingga spora yang dihasilkan tidak dapat menghasilkan individu baru (Jacono, 2002).

B. Mineral

Unsur-unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup selain karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Pada tubuh hewan terdapat unsur-unsur mineral lebih kurang 3 – 5 % dari tubuhnya dan hewan tidak dapat membuat mineral sendiri, sehingga harus disediakan dalam ransum (Arifin, 2008). Semua makhluk hidup memiliki unsur mineral, tetapi tidak semua mineral terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan

nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukkan organ. Kekurangan mineral esensial yang disebut penyakit defisiensi mineral dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis. Mineral mengikat protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, misalnya: kalsium (Ca), fosfor (P), mangnesium (Mg), dan seng (Zn) (McDonald et al. 1995).

Mineral yang penting bagi ternak terbagi menjadi dua golongan yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan dalam membentuk komponen organ dalam tubuh. Mineral mikro hanya diperlukan dalam jumlah sedikit dan umumnya terdapat pada jaringan tubuh ternak dalam jumlah yang sangat kecil (McDonald, 1988). Pada saat ini, sudah diketahui mineral-mineral esensial bagi ternak yang terdiri dari 7 makro mineral (Ca, P, K, Na, Cl, Mg, dan


(32)

8 S) dan 8 mikromineral (Fe, I, Zn, Cu, Mn, Co, Mo, dan Se). Selain itu, sudah dikenal pula beberapa mineral esensial yang baru seperti Cr, Va, Sn, Si, dan As (Underwood, 1977; McDowell et al., 1978).

1. Kalsium (Ca)

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak didapatkan dalam tubuh. Unsur Ca dibutuhkan dalam pembentukkan tulang, perkembangan gigi, produksi air susu, transmisi impuls saraf, pemeliharaan eksitabilitas urat daging yang normal (bersama-sama dengan K dan Na), regulasi denyut jantung, gerakkan-gerakkan urat daging, pembekuan darah (konversi protombin menjadi thrombin), dan mengaktifkan serta menstabilkan beberapa enzim (misalnya amilase pankreas). Sebagian besar unsur Ca dalam tubuh terdapat dalam tulang /kerangka dan gigi;

pool Ca ini merupakan 2 persen dari bobot badan. Dalam darah, unsur Ca terdapat pada plasma, kalsium secara omeostatis dikontrol agar kandungannya stabil pada ± 10 mg/100 ml. Pada saluran pencernaan kalsium secara aktif diserap oleh duodenum dan jejunum (McDonald et al. 1995).

Kelarutan ikatan-ikatan unsur Ca diperbaiki oleh kondisi asam. Oleh karena itu, hampir semua kalsium diserap di bagian proksimal duodenum. Penyerapan lebih banyak pada sapi muda dibandingkan dengan sapi yang tua. Penyerapan lebih banyak bila hewan mengkonsumsi sedikit unsur Ca sebaliknya, apabila konsumsi unsur Ca sedang atau banyak penyerapannya akan menurun bila hewan sedang dalam defisien vitamin D.


(33)

9 Jika keadaan kadar unsur Ca dalam plasma darah rendah, maka hormon paratiroid disekresi, hormon tersebut merangsang produksi 1,25- hydrokxy-cholecalciferol

(bentuk aktif dari vitamin D untuk metabolisme). Cholecalciferol tersebut merangsang protein yang akan mengikat unsur Ca dalam intestin. Bersama-sama dengan hormon paratiroid, cholecalciferol tersebut meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang dan meningkatkan jumlah unsur P yang hilang melalui urine. Apabila kadar unsur Ca meningkat, maka kalsitonin akan dibentuk dan produksi hormon paratiroid dihambat, dengan demikian penyerapan unsur Ca dan resorbsi tulang akan dihambat. Hubungan antara hormon paratiroid, tirokalsitonin, dan

1,25-hydrokxy-cholecalciferol adalah mempertahankan unsur Ca dalam plasma darah (McDonald et al. 1995).

Defisiensi unsur Ca menyebabkan penyakit yang disebut rickets pada hewan yang masih muda atau osteomalasia pada hewan yang lebih tua. Rickets dapat pula disebabkan oleh defesiensi unsur P atau vitamin D yang disebabkan oleh

kalsifikasi matrik organik dari tulang hewan muda (sedang tumbuh) terganggu. Oleh karena itu, tulang-tulang menjadi lemah, lembek, atau kurang padat. Tanda-tanda klinis dapat terlihat antara lain sendi-sendi yang membengkak dan lembek; ada pembesaran dari ujung-ujung tulang; kaki kaku; tulang punggung

melengkung; terjadi bungkul-bungkul pada tulang rusuk. Kalau penyakit ini dibiarkan maka akan terjadi kaki yang melengkung atau bentuknya tidak normal; hal ini disebabkan oleh tensi urat daging dan bobot badan yang dipikul oleh tulang kaki yang lemah dan relatif lunak tersebut (Loosli, 1978).


(34)

10 Hiperkalasemia ( karena terlampau banyak penyerapan unsur Ca) dapat

merangsang terbentuknya kalkitonin oleh kelenjar tiroid yang kerjanya menghambat resorbsi tulang; bila keadaan ini dibiarkan, maka korteks tulang dapat menebal (osteopetrosis) karena deposit tulang terus terjadi, sedangkan resorbsi terbatas. Ruminan biasanya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kadar unsur Ca yang tinggi. Pemberian kapur yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kecernaan protein dan energi. Kalsium juga dapat menurunkan penyerapan tetrasiklin,unsur Mn, Zn, menurunkan konsumsi dan pertambahan bobot badan (McDonald et al. 1995).

2. Fosfor (P)

Mineral ini sangat penting peran biokimia dan fisiologisnya. Fosfor dideposit dalam tulang dalam bentuk kalium-hidroksi appetite. Fosfor merupakan komponen dari fosfolipid yang mempengaruhi permaebilitas sel; juga dapat merupakan komponen dari mielin pembungkus urat saraf; banyak transfer energi dalam sel melibatkan ikatan fosfat yang kaya energi dalam ATP; fosfor

memegang peranan dalam sistem buffer dari darah; mengaktifkan beberapa vitamin B (tiamin, niasin, piridoksin, riboflavin, biotin, dan asam pentotenik) untuk membentuk koenzim yang dibutuhkan dalam proses fosforilasi awal; fosfor juga merupakan bagian dari materi genetik DNA dan RNA (McDonald et al. 1995).


(35)

11 Dalam plasma darah kadar unsur P bervariasi dari 4 sampai 8 mg/100 ml.

Eritrosit mengandung lebih banyak fosfor daripada plasma; seluruh darah mengandung 6-8 kali lebih banyak fosfor daripada plasma saja. Seperti halnya unsur Ca, penyerapan unsur P terjadi dalam saluran pencernaan secara aktif. Mungkin membutuhkan Na untuk penyerapan tersebut dan prosesnya sendiri dirangsang oleh 1,25- hydrokxy-cholecalciferol. Jumlah unsur P yang diserap dipengaruhi oleh: sumber, pH intestin, umur hewan, kadar unsur Ca, Fe, Al, Mg, K, dan lemak ransum (Irving, 1964).

Defisiensi unsur P dapat menyebabkan antara lain tingkat pertumbuhan menurun atau berhenti, nafsu makan yang aneh (makan segala macam benda yang tidak umum dimakan misalnya kayu, tanah, tulang dll) gejala ini disebut pica; nafsu makan yang demikian dapat menyebabkan botulisme (lamsiekte) karena memakan tulang yang terinfeksi dengan bakteri Botulium. Pengaruhnya terhadap reproduksi antara lain tidak adanya estrus, tingkat konsepsi yang rendah (Van Niekerk, 1978), dan dan produksi air susu menurun pada hewan berlaktasi; estrus tidak bisa terlihat selama 2 sampai 3 tahun dan kalaupun bisa bunting, biasanya setelah partus estrus tidak segera terlihat pada waktunya sampai hewan tersebut mendapat unsur P yang cukup lagi. Selama hewan mengalami defisiensi fosfor, kadar unsur P dalam plasma akan menurun; yang sehubungan dengan tulang, defisiensi unsur P dapat menyebabkan tulang yang lemah, rapuh dan kelemahan pada sendi-sendi.

Konsumsi unsur P yang terlalu banyak dapat menyebabkan resorbsi tulang, peningkatan unsur P dalam plasma dan urinary calculi (sebagai akibat dari


(36)

12 pengendapan unsur Ca dan Mg-fosfat dalam ginjal); pemberian unsur Ca yang lebih tinggi mungkin dapat menurunkan insiden pengendapan tadi pada hewan yang banyak mengkonsumsi unsur P (Emerick, 1976). Oleh karena itu, hubungan kedua mineral ini sangat erat; rasio Ca: P yang biasa direkomendasikan adalah : (1:1) sampai (2:1); rasio yang sempit sebenarnya tidak dikehendaki (NRC, 1980). Namun, rasio yang lebar akan menurunkan penampilan hewan yang sedang

tumbuh (Jacobson et al., 1975; NRC, 1978).

3. Magnesium (Mg)

Magnesium merupakan unsur yang mengandung kation 4 dan terbanyak dalam tubuh. Elemen ini sangat mirip dengan unsur K dalam arti reaksi kimia dan fungsi biologisnya; Sebaliknya, khusus pada ruminan unsur Mg terlibat dalam sindrom grass tetany. Unsur ini banyak terdapat dalam berbagai bahan makanan misalnya, gamal, rumput gajah, jagung, lamtoro, tepung daging dan lain-lain. Terdistribusi secara luas dalam jaringan tanaman maupun tubuh hewan. Dalam tubuh hewan, terdapat Mg sebanyak 0.5—0.7 % dari abu tulang; 65—75 % pada tulang hewan ruminan diperoleh rasio Ca : Mg sebesar 55 : 1 (McDonald et al. 1995).

Sekitar 30 % unsur Mg dalam tulang berhubungan dengan dengan fosfor dan yang lainnya teradopsi secara longgar di permukaan struktur mineral. Secara normal, plasma ruminan mengandung Mg antara 1.8—3 mg % (Underwood, 1966) dan 33 % dari Mg-serum tersebut terikat dengan protein albumin dan globulin. Mineral


(37)

13 Mg banyak terdapat di dalam ruang intraseluler jaringan lunak, termasuk hati, jaringan urat daging, dan jaringan saraf. Pada berbagai jaringan, konsentrasi unsur Mg relatif paling banyak pada empedu, kemudian pada ginjal, plasma, hati, limpa, urat daging, dan tulang.

Magnesium terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan lemak yakni sebagai katalisator berbagai enzim. Dibutuhkan dalam oksidasi di dalam sel dan

mempengaruhi aktivitas neuromuscular ( Mg mengganggu/menghambat dalam sambungan neuromuskular tersebut). Pengaruh tersebut dapat diatasi/antagonis dengan unsur K; bahkan dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan jantung. Gangguan tersebut mungkin disebabkan ole berkurangnya acethylcholine. Kadar unsur K yang dapat mengganggu penyerapan unsur Mg. Pemberian unsur Ca dan P yang rendah menyebabkan kadar Mg dalam serum menurun (McDonald et al. 1995).

Magnesium dibutuhkan untuk perkembangan tulang dalam arti penyusun tulang tersebut, dan dibutuhkan untuk mengaktifkan beberapa enzim dengan jalan membentuk kompleks metaloenzim. Enzim yang membutuhkan Mg termasuk yang memecah dan memindahkan group fosfat; enzim dan fosfat tersebut untuk reaksi yang membutuhkan ATP. Penyerapan unsur Mg lebih besar pada hewan yang defisien akan unsur Mg dibanding dengan yang cukup akan unsur Mg. Pada anak sapi umur 2—5 minggu, penyerapan unsur Mg sampai di bagian ujung distal dari usus kecil ± 25 %, sedangkan dalam usus besar 35 %; ada juga yang


(38)

14 ileum menunjukan adanya pengendapan unsur Mg yang disebabkan oleh fosat ataupun amonium. Kelarutan unsur Mg menurun dari duodenum ke ileum. Penyerapan unsur Mg menurun bersama umur. Di dalam tubuh unsur Mg dapat digunakan berulang-ulang sehingga penggunaannya efisien (McDonald et al. 1995).

4. Seng (Zn)

Seng merupakan salah satu mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh ternak. Kebutuhan mineral seng bagi ternak adalah berkisar 40-50 mg/kg bobot bahan kering ransum (NRC, 1988). Kandungan seng hijauan di Indonesia masih tergolong rendah. Kandungan seng pada pakan ruminansia di Indonesia berkisar 20-38 mg/kg bahan kering ransum(Little, 1986), nilai tersebut masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan. Defisiensi unsur Zn ini dapat menyebabkan parakeratosis jaringan usus dan dapat mengganggu peranan unsur Zn dalam metabolisme mikroorganisme rumen, mengingat kebutuhan unsur Zn bagi mikroorganisme cukup tinggi yaitu 130-220 mg/kg (Hungate, 1966).

Pemberian mineral Zn dapat memacu pertumbuhan mikroba rumen (Putra, 1999) dan meningkatkan penampilan ternak (Hartati, 1998). Larvor (1983) melaporkan unsur Zn sebagai metalloenzim yang melibatkan banyak enzim antara lain

polimerase DNA, peptidase karboksi A dan B dan posfatase. Enzim-enzim tersebut masing-masing berperan dalam proliferasi DNA yang selanjutnya berpengaruh pada sintesis protein, proses pencernaan protein dan absorbsi asam


(39)

15 amino, serta metabolisme energi (Church dan Pond, 1976). Aktivitas enzim-enzim tersebut akan terganggu apabila terjadi defisiensi Zn.

Konsentrasi unsur Zn dalam tubuh sapi: ± 30 ppm. Mineral tersebut didapatkan dalam hampir semua jaringan dengan konsentrasi relatif tinggi tetapi jaringan yang paling banyak mengandungnya adalah prostat, hati, ginjal, urat daging, pankreas limpa dan kelenjar adrenal ( Underwood, 1977), kelenjar pituitari. Disamping jaringan lunak tersebut unsur Zn juga didapatkan dalam konsentrasi relatif tinggi dalam tulang, gigi, rambut, dan koraid. Dalam plasma darah secara normal unsur Zn didapatkan dalam konsentrasi 80—120 µg/ 100 ml; sebanyak ± 30 persen terikat erat dalam globulin, dan selebihnya terikat longgar dengan albumim (Vallee, 1962).

Defisiensi unsur Zn relatif sukar untuk dideteksi pada awalnya atau bila dalam bentuk yang ringan. Defisiensi unsur Zn telah dilaporkan pada ruminan yang merumput di pastura yang kurang mengandung unsur Zn atau mengandung zat-zat yang mengganggu penggunaan unsur Zn. Kalau defisiensi unsur Zn terjadi, tanda-tanda yang dapat terlihat antara lain penurunan penampilan dan kurang peduli terhadap lingkungan, diikuti dengan pembengkakan kaki dan dermatitis terutama pada leher, kepala, dan kaki; juga dapat terjadi gangguan penglihatan, banyak bersalivasi, penurunan fungsi rumen, penyembuhan luka yang sukar dan gangguan reproduksi pada jantan.


(40)

16 Apabila terjadi defisiensi unsur Zn, pemberian suplemen Zn akan segera

memperlihatkan perbaikkan penampilan, cara ini juga dapat digunakan sebagai cara mendiagnosis (McDonald et al. 1995).

C. Kebutuhan Ternak akan Ca, P, Mg, dan Zn

Kalsium dan Fosfor memiliki hubungan yang erat, terutama dalam proses pembentukkan tulang . Kalsium berfungsi dalam proses pembekuan darah. Unsur Ca dibutuhkan bersama –sama natrium dan kalium untuk denyut jantung yang normal. Pada sapi perah yang produksi susunya tinggi, kadar Ca dalam plasma darah bisa menurun 1-2 mg/100ml; dalam kondisi demikian milk fever

dapat terjadi, yaitu bila kadar Ca plasma menurun dibawah 5 mg/100 ml

(Jacobson et al., 1975). Kebutuhan kalsium pada sapi perah pada saat laktasi (13-20 kg/hari) adalah 0,5 % dari total ransum berdasarkan bahan kering.

Selain fungsinya dalam pembentukkan tulang, fosfor mempunyai fungsi yang penting dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Zat tersebut masuk dalam komposisi bagian-bagian penting dari semua sel hidup. Defisiensi fosfor yang parah dalam ransum menyebabkan kehilangan napsu makan, kelemahan dan kematian dalam waktu 10 sampai 12 hari. Kebutuhan forfor pada ternak dapat di lihat pada Tabel 1. Kurang lebih tiga-perempat dari magnesium tubuh ternak terdapat dalam kerangka, sisanya terdapat dalam berbagai cairan dan jaringan lainnya. Anak ayam yang baru menetas, bila ransumnya defisien akan


(41)

17 dalam ransum mengakibatkan pertumbuhan yang lambat, mengantuk, dan mudah lelah. Kebutuhan ternak akan magnesium bervariasi yaitu 0,16 – 0,20 % dari total ransum berdasarkan bahan kering. Jumlah unsur Zn dalam tubuh ternak sebesar 3 mg. Unsur Zn terbanyak terdapat dalam jaringan epidermal (kulit, rambut, bulu, wol) dan terdapat dalam jumlah sedikit dalam tulang, otot, dan darah. Pada anak ayam gejala defisiensi Zn akan mengalami pertumbuhan terganggu

(perpendekkan, penebalan tulang kaki, dan pembesaran sendi siku). Kebutuhan Zn pada ternak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Mineral PadaTernak Ruminansia

Ternak Ca P Mg Zn

---(%)--- (ppm)

Sapi Perah *

Pejantan 0.30 0.19 0.16 40

Dara ( umur 6-12 bulan) 0.41 0.30 0.16 40

Induk Awal Laktasi 0.77 0.48 0.25 40

Induk Laktasi (7-13 kg susu/hari) 0.43 0.28 0.20 40

Iduk Laktasi (13-20 kg susu/hari) 0.51 0.33 0.20 40

Masa Kering 0.39 0.24 0.20 40

Sapi Pedaging*

Penggemukan 0.31 0.21 0.10 75-100

Setelah Melahirkan 0.6-0.8 0.4-0.5 0.2-0.3 30

Masa Kering 0.18 0.16 0.12 30

Laktasi 0.58 0.26 0.20 40

Kerbau*

Pejantan (bobot badan 500 kg) 0.2 0.18 0.16 40

Muda Bunting 0.28 0.22 0.20 40

Tua Bunting 0.29 0.22 0.20 40

Laktasi (4 kg susu/hari) 0.33 0.25 0.22 40

Kambing** 0.2-08. 0.16-0.36 0.12-0.18 30-40

Domba**

Bunting (bobot badan 55 kg) 0.45 0.30 0.13 40

Laktasi 0.84 0.72 0.29 40

Pertumbuhan (bobot badan 20 kg) 0.25 0.2 0.16 40


(42)

18 D. Jenis-Jenis Pakan Hijauan yang Mengandung Ca, P, Mg, dan Zn

Rosani (2002) melaporkan kandungan kalsium dan fosfor pada Salvinia Molesta

sebesar 1,27 % dan 0,001 %. Adrizal (2002) menyatakan Salvinia Molesta

mengandung kalsium sebesar 1,27 (kkal/kg) dan fosfor sebesar 0,789 (kkal/kg), sedangkan untuk pakan hijauan lain, kandungan unsur Ca, P, Mg, dan Zn sebagai berikut pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Mineral pada Pakan Hijauan.

Pakan Hijaun Ca P Mg Zn

--- g/kg (BK) --- mg/kg (BK)

Jagung 8 0.7 - -

Alfalfa 4.7 0.8 - -

Timothy 13 0.1 - -

Rumput (close grazing) 5.0 3.5 1.7 50

Rumput (extensive grazing)

4.8 2 1.7 50

Kale 21 3.2 2.5 -

Lucerne (late vegetative) 21.9 3.3 2.5 -

Pucuk turnip 24.2 3.1 2.8 -

Silase sereal 4.0 2.7 1.0 25

Silase rumput muda 8.0 4.0 3.0 25

Silase rumput dewasa 3.0 2.0 0.9 30

Hay semangi 15.3 2.5 4.3 17

Hay rumput kualitas rendah

2.5 1.5 0.8 17

Hay rumput kualitas tinggi 7.0 3.5 2.5 21

Hay lucerne dewasa 11.3 1.8 2.7 24


(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Kiambang (Salvinia molesta) memiliki potensi sebagai sumber mineral Ca (0.495 %), Mg (0.312 %) dan Zn (0.012 %) organik bagi ternak ruminansia, sedangkan mineral P (0.018%) belum dapat digunakan sebagai sumber mineral karena kandungannya rendah.

B. SARAN

Peternak dapat menggunakan Kiambang (Salvinia molesta) sebagai bahan pakan hijauan untuk ternak ruminansia dan dapat juga digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak itik petelur karena kandungan mineral kalsium, Magnesium, dan sengnya tinggi.


(1)

ileum menunjukan adanya pengendapan unsur Mg yang disebabkan oleh fosat ataupun amonium. Kelarutan unsur Mg menurun dari duodenum ke ileum. Penyerapan unsur Mg menurun bersama umur. Di dalam tubuh unsur Mg dapat digunakan berulang-ulang sehingga penggunaannya efisien (McDonald et al. 1995).

4. Seng (Zn)

Seng merupakan salah satu mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh ternak. Kebutuhan mineral seng bagi ternak adalah berkisar 40-50 mg/kg bobot bahan kering ransum (NRC, 1988). Kandungan seng hijauan di Indonesia masih tergolong rendah. Kandungan seng pada pakan ruminansia di Indonesia berkisar 20-38 mg/kg bahan kering ransum(Little, 1986), nilai tersebut masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan. Defisiensi unsur Zn ini dapat menyebabkan parakeratosis jaringan usus dan dapat mengganggu peranan unsur Zn dalam metabolisme mikroorganisme rumen, mengingat kebutuhan unsur Zn bagi mikroorganisme cukup tinggi yaitu 130-220 mg/kg (Hungate, 1966).

Pemberian mineral Zn dapat memacu pertumbuhan mikroba rumen (Putra, 1999) dan meningkatkan penampilan ternak (Hartati, 1998). Larvor (1983) melaporkan unsur Zn sebagai metalloenzim yang melibatkan banyak enzim antara lain

polimerase DNA, peptidase karboksi A dan B dan posfatase. Enzim-enzim tersebut masing-masing berperan dalam proliferasi DNA yang selanjutnya berpengaruh pada sintesis protein, proses pencernaan protein dan absorbsi asam


(2)

amino, serta metabolisme energi (Church dan Pond, 1976). Aktivitas enzim-enzim tersebut akan terganggu apabila terjadi defisiensi Zn.

Konsentrasi unsur Zn dalam tubuh sapi: ± 30 ppm. Mineral tersebut didapatkan dalam hampir semua jaringan dengan konsentrasi relatif tinggi tetapi jaringan yang paling banyak mengandungnya adalah prostat, hati, ginjal, urat daging, pankreas limpa dan kelenjar adrenal ( Underwood, 1977), kelenjar pituitari. Disamping jaringan lunak tersebut unsur Zn juga didapatkan dalam konsentrasi relatif tinggi dalam tulang, gigi, rambut, dan koraid. Dalam plasma darah secara normal unsur Zn didapatkan dalam konsentrasi 80—120 µg/ 100 ml; sebanyak ± 30 persen terikat erat dalam globulin, dan selebihnya terikat longgar dengan albumim (Vallee, 1962).

Defisiensi unsur Zn relatif sukar untuk dideteksi pada awalnya atau bila dalam bentuk yang ringan. Defisiensi unsur Zn telah dilaporkan pada ruminan yang merumput di pastura yang kurang mengandung unsur Zn atau mengandung zat-zat yang mengganggu penggunaan unsur Zn. Kalau defisiensi unsur Zn terjadi, tanda-tanda yang dapat terlihat antara lain penurunan penampilan dan kurang peduli terhadap lingkungan, diikuti dengan pembengkakan kaki dan dermatitis terutama pada leher, kepala, dan kaki; juga dapat terjadi gangguan penglihatan, banyak bersalivasi, penurunan fungsi rumen, penyembuhan luka yang sukar dan gangguan reproduksi pada jantan.


(3)

Apabila terjadi defisiensi unsur Zn, pemberian suplemen Zn akan segera memperlihatkan perbaikkan penampilan, cara ini juga dapat digunakan sebagai cara mendiagnosis (McDonald et al. 1995).

C. Kebutuhan Ternak akan Ca, P, Mg, dan Zn

Kalsium dan Fosfor memiliki hubungan yang erat, terutama dalam proses pembentukkan tulang . Kalsium berfungsi dalam proses pembekuan darah. Unsur Ca dibutuhkan bersama –sama natrium dan kalium untuk denyut jantung yang normal. Pada sapi perah yang produksi susunya tinggi, kadar Ca dalam plasma darah bisa menurun 1-2 mg/100ml; dalam kondisi demikian milk fever dapat terjadi, yaitu bila kadar Ca plasma menurun dibawah 5 mg/100 ml

(Jacobson et al., 1975). Kebutuhan kalsium pada sapi perah pada saat laktasi (13-20 kg/hari) adalah 0,5 % dari total ransum berdasarkan bahan kering.

Selain fungsinya dalam pembentukkan tulang, fosfor mempunyai fungsi yang penting dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Zat tersebut masuk dalam komposisi bagian-bagian penting dari semua sel hidup. Defisiensi fosfor yang parah dalam ransum menyebabkan kehilangan napsu makan, kelemahan dan kematian dalam waktu 10 sampai 12 hari. Kebutuhan forfor pada ternak dapat di lihat pada Tabel 1. Kurang lebih tiga-perempat dari magnesium tubuh ternak terdapat dalam kerangka, sisanya terdapat dalam berbagai cairan dan jaringan lainnya. Anak ayam yang baru menetas, bila ransumnya defisien akan


(4)

dalam ransum mengakibatkan pertumbuhan yang lambat, mengantuk, dan mudah lelah. Kebutuhan ternak akan magnesium bervariasi yaitu 0,16 – 0,20 % dari total ransum berdasarkan bahan kering. Jumlah unsur Zn dalam tubuh ternak sebesar 3 mg. Unsur Zn terbanyak terdapat dalam jaringan epidermal (kulit, rambut, bulu, wol) dan terdapat dalam jumlah sedikit dalam tulang, otot, dan darah. Pada anak ayam gejala defisiensi Zn akan mengalami pertumbuhan terganggu

(perpendekkan, penebalan tulang kaki, dan pembesaran sendi siku). Kebutuhan Zn pada ternak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Mineral PadaTernak Ruminansia

Ternak Ca P Mg Zn

---(%)--- (ppm)

Sapi Perah *

Pejantan 0.30 0.19 0.16 40

Dara ( umur 6-12 bulan) 0.41 0.30 0.16 40

Induk Awal Laktasi 0.77 0.48 0.25 40

Induk Laktasi (7-13 kg susu/hari) 0.43 0.28 0.20 40

Iduk Laktasi (13-20 kg susu/hari) 0.51 0.33 0.20 40

Masa Kering 0.39 0.24 0.20 40

Sapi Pedaging*

Penggemukan 0.31 0.21 0.10 75-100

Setelah Melahirkan 0.6-0.8 0.4-0.5 0.2-0.3 30

Masa Kering 0.18 0.16 0.12 30

Laktasi 0.58 0.26 0.20 40

Kerbau*

Pejantan (bobot badan 500 kg) 0.2 0.18 0.16 40

Muda Bunting 0.28 0.22 0.20 40

Tua Bunting 0.29 0.22 0.20 40

Laktasi (4 kg susu/hari) 0.33 0.25 0.22 40

Kambing** 0.2-08. 0.16-0.36 0.12-0.18 30-40

Domba**

Bunting (bobot badan 55 kg) 0.45 0.30 0.13 40

Laktasi 0.84 0.72 0.29 40

Pertumbuhan (bobot badan 20 kg) 0.25 0.2 0.16 40


(5)

D. Jenis-Jenis Pakan Hijauan yang Mengandung Ca, P, Mg, dan Zn

Rosani (2002) melaporkan kandungan kalsium dan fosfor pada Salvinia Molesta sebesar 1,27 % dan 0,001 %. Adrizal (2002) menyatakan Salvinia Molesta mengandung kalsium sebesar 1,27 (kkal/kg) dan fosfor sebesar 0,789 (kkal/kg), sedangkan untuk pakan hijauan lain, kandungan unsur Ca, P, Mg, dan Zn sebagai berikut pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Mineral pada Pakan Hijauan.

Pakan Hijaun Ca P Mg Zn

--- g/kg (BK) --- mg/kg (BK)

Jagung 8 0.7 - -

Alfalfa 4.7 0.8 - -

Timothy 13 0.1 - -

Rumput (close grazing) 5.0 3.5 1.7 50

Rumput (extensive grazing)

4.8 2 1.7 50

Kale 21 3.2 2.5 -

Lucerne (late vegetative) 21.9 3.3 2.5 -

Pucuk turnip 24.2 3.1 2.8 -

Silase sereal 4.0 2.7 1.0 25

Silase rumput muda 8.0 4.0 3.0 25

Silase rumput dewasa 3.0 2.0 0.9 30

Hay semangi 15.3 2.5 4.3 17

Hay rumput kualitas rendah

2.5 1.5 0.8 17

Hay rumput kualitas tinggi 7.0 3.5 2.5 21

Hay lucerne dewasa 11.3 1.8 2.7 24


(6)

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Kiambang (Salvinia molesta) memiliki potensi sebagai sumber mineral Ca (0.495 %), Mg (0.312 %) dan Zn (0.012 %) organik bagi ternak ruminansia, sedangkan mineral P (0.018%) belum dapat digunakan sebagai sumber mineral karena kandungannya rendah.

B. SARAN

Peternak dapat menggunakan Kiambang (Salvinia molesta) sebagai bahan pakan hijauan untuk ternak ruminansia dan dapat juga digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak itik petelur karena kandungan mineral kalsium, Magnesium, dan sengnya tinggi.