3 Perjalanan awal untuk mencapai lokasi rumah Bapak I Kadek Putu Budiasa
dapat melalui jalan aspal. Namun, semakin jauh untuk mencapai rumah beliau harus melalui jalan setapak yang kecil yang hanya dapat dilalui dengan berjalan
kaki atau satu kendaran sepeda motor. Sepanjang jalan menuju rumah Bapak I Kadek Putu Budiasa terdapat kebun-kebun dan tidak dilengkapi dengan lampu
penerangan jalan. Rumah tempat tinggal Bapak I Kadek Putu Budiasa sangat sederhana berukuran kira-kira 4 x 5 meter yang hanya terdiri dari kamar tidur dan
dapur saja. Sementara untuk kamar mandi keluarga Bapak I Kadek Putu Budiasa masih menumpang di rumah orang tuanya dikarenakan Bapak I Kadek Putu
Budiasa belum mamiliki kamar mandi. Beliau tidur bersama istri dan ketiga anaknya.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
Ekonomi keluarga dampingan merupakan salah satu indikator dari standar tingkat kesejahteraan keluarga yang bersangkutan. Penghasilan dari keluarga
Bapak I Kadek Putu Budiasa didapatkan dari penghasilannya yang bekerja sebagai buruh pembantu tukang di proyek bangunan dan penghasilan istrinya,
Ni Luh Ariasih yang bekerja sebagai buruh tandu, terkadang menjadi buruh tani, mencangkul tanah untuk ditanami ambung, terkadang buruh memetik cengkeh,
jualan tipat cantok jika ada upacara Pitra Yadnya dan terkadang menjadi buruh penjual kelapa milik orang lain. Keluarga ini tidak memiliki hewan peliharaan
atau kebun sebagaimana yang banyak dimiliki oleh mayoritas masyarakat Desa Bhuana Giri. Penghasilan yang didapatkan oleh keluarga ini terbilang kurang
mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. 1.2.1
Pendapatan Keluarga Sebagai buruh proyek bangunan, pendapatan Bapak I Kadek Putu Budiasa
untuk keluarga tidak menentu. Penghasilannya didapatkan hanya saat ada panggilan untuk bekerja di proyek bangunan. Penghasilan buruh di proyek
bangunan sebesar Rp 80.000,00 untuk satu hari bekerja, itupun juga dipotong dengan biaya keperluan sehari-hari Bapak I Kadek Putu Budiasa. Beliau biasanya
mendapatkan kerja proyek bangunan di daerah Denpasar. Sedangkan penghasilan istrinya, Ni Luh Ariasih yang bekerja sebagai buruh tandu juga tidak menentu.
Penghasilan menjadi buruh tani dan mencangkul sebesar Rp 40.000,00,
4 penghasilan menjadi buruh memetik cengkeh sebesar Rp 50.000,00, penghasilan
berjualan tipat cantok jika ada upacara Pitra Yadnya hanya Rp 30.000,00 dan penghasilan menjadi buruh penjual kelapa milik orang lain juga hanya Rp
30.000,00. Namun dalam satu bulan belum tentu ada yang membutuhkan jasanya. 1.2.2
Pengeluaran Keluarga a.
Kebutuhan Sehari-hari Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak I Kadek
Putu Budiasa memerlukan biaya sekitar Rp 900.000,00 per bulan untuk konsumsi lauk-pauk. Sedangkan listrik biasanya memerlukan biaya Rp
50.000,00 per 2 bulan. b.
Pendidikan Dari sisi pendidikan, anak pertama dari Bapak I Kadek Putu
Budiasa sedang menempuh pendidikan SD kelas 5 dan mendapatkan beasiswa di sekolahnya yaitu SD 7 Bhuana Giri. Anak kedua dari Bapak
I Kadek Putu Budiasa sedang menempuh pendidikan TK di TK Kumara Giri sedangkan anak ketiga belum menempuh pendidikan karena masih
terlalu kecil. c.
Kesehatan Untuk kesehatan, keluarga Bapak I Kadek Putu Budiasa tidak
memiliki Jaminan Kesehatan. Bapak I Kadek Putu Budiasa sendiri mengaku tidak memiliki masalah kesehatan tertentu yang membuat
beliau beserta anak istrinya harus berobat secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan. Namun bila sakit, Bapak I Kadek Putu Budiasa biasanya akan
mendatangi puskesdes terdekat yang berasal dari Desa Bhuana Giri dengan membayar sebesar Rp 20.000,00.
d. Kerohanian
Bapak I Kadek Putu Budiasa dan keluarga memeluk agama Hindu dan menjunjung tradisi kerohanian Hindu Bali dan adat Desa
Bhuana Giri. Kebutuhan kerohanian sehari-hari keluarga beliau adalah untuk membeli bahan-bahan membuat banten persembahyangan.
5 Pengeluaran dana di bidang ini meningkat bila ada perayaan hari-hari
khusus keagamaan. e.
Sosial, dll. Dalam kehidupan bermasyarakat tentu banyak pengeluaran yang
harus ditanggung oleh Bapak I Kadek Putu Budiasa. Hal ini ditambah lagi dengan adat-istiadat yang ada di Banjar yang menuntut pengeluaran
tambahan selain kebutuhan pokok. Keperluan sosial yang harus dikeluarkan oleh Bapak I Kadek Putu Budiasa seperti iuran banjar, uang
suka duka ngaben, pawiwahan, upacara yadnya, dan berbagai kegiatan adat-istiadat lainnya. Umumnya jumlah yang dikeluarkan untuk iuran
banjar, uang suka duka ngaben, pawiwahan, upacara yadnya, dan berbagai kegiatan adat-istiadat lainnya mencapai Rp. 200.000. Namun,
apabila beliau tidak memiliki uang disaat yang mendesak, maka Bapak I Kadek Putu Budiasa terpaksa untuk berhutang terlebih dahulu.
6
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisis prioritas masalah yang dialami keluarga dampingan, yaitu keluarga Bapak I Kadek Putu Budiasa,
dilakukan beberapa kali kunjungan ke kediaman keluarga dampingan. Selama kunjungan tersebut, dilakukan pendekatan secara kekeluargaan yaitu dengan
melakukan obrolan-obrolan ringan sambil membantu melakukan pekerjaan rumah keluarga Bapak I Kadek Putu Budiasa seperti mengenai program KKN terutama
program Keluarga Dampingan, masalah kesehatan yang dialami, pendidikan, masalah perekonomian, serta mengamati suasana tempat tinggal dari Bapak I
Kadek Putu Budiasa.
2.1 Permasalahan Keluarga