Enzim Antioksidan Malondialdehid MDA Kapasitas Antioksidan

Dalam melawan bahaya radikal bebas baik radikalbebas eksogen maupun endogen , tubuh manusia telah mempersiapkan penangkal berupa sistem antioksidan yang terdiri dari 3 golongan yaitu : Anonim, 2012 1. Antioksidan Primer yaitu antioksidan yang berfungsi mencegah pembentukan radikal bebas selanjutnya propagasi, antioksidan tersebut adalah transferin, feritin, albumin. 2. Antioksidan Sekunder yaitu antioksidan yang berfungsi menangkap radikal bebas dan menghentikan pembentukan radikal bebas, antioksidan tersebut adalah Superoxide Dismutase SOD, Glutathion Peroxidase GPx dan katalase. 3. Antioksidan Tersier atau repair enzyme yaitu antioksidan yang berfungsi memperbaiki jaringan tubuh yang rusak oleh radikal bebas. Sumber-sumber antioksidan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1 antioksidan yang sudah ada di dalam tubuh manusia yang dikenal dengan enzim antioksidan enzim Superoksida Dismutase, Glutation Peroksidase, dan Katalase, 2 antioksidan sintetis yang banyak digunakan pada produk pangan seperti Butil Hidroksi Anisol BHA, Butil Hidroksi Toluen BHT, propil galat dan Tert-Butil Hidroksi Quinon TBHQ, dan 3 antioksidan alami yang diperoleh dari bagian-bagian tanaman seperti kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari,juga dapat diperoleh dari hewan dan mikroba. Jenis antioksidan yang banyak didapatkan dari bahan alami berupa vitamin C, E, beta karoten, pigmen antosianin, krolofil, flavonoid, dan polifenol Siswono, 2005 ; Ardiansyah, 2007.

2.3 Enzim Antioksidan

Enzim antioksidan atau antioksidan endogenous enzimatik adalah superoksida dismutase SOD, katalase CAT dan glutation peroksidase GPx. SOD adalah metaloenzim yang mengkatalis dismutasi radikal anion superoksida O2 menjadi hidrogen peroksida H 2 O 2 dan oksigen O 2 . Enzim ini bersifat tidak stabil terhadap panas, cukup stabil pada kondisi basa, dan masih mempunyai aktivitas walaupun disimpan sampai 5 tahun pada suhu 5 o C. Haliwell dan Gutteridge 1999 menyatakan bahwa aktivitas SOD tertinggi ditemukan di hati, kelenjar adrenalin, ginjal, darah, limfa, pankreas, otak, paru-paru, lambung, usus, ovarium dan timus Zheng W., 2009 ; Shafie, 2011 ; Wrasiati, 2011.

2.4. Malondialdehid MDA

Menurut Leibler et al. 1997 dan Tokur et al. 2006, malondialdehida MDA merupakan produk enzimatis dan nonenzimatis dari pemecahan prostaglandin endoperoksida dan produk akhir dari lipid peroksidasi. MDA merupakan molekul reaktif yang memiliki rumus molekul C 3 H 4 O 2 dan dikenal sebagai penanda marker peroksidasi lipid. Pengukuran MDA banyak dilakukan oleh para peneliti sebagai indeks tidak langsung dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid. Tokur et al. 2006 menyatakan bahwa prinsip pengukuran MDA adalah reaksi 1 molekul MDA dengan 2 molekul asam tiobarbiturat TBA membentuk kompleks senyawa MDA-TBA yang berwarna pink dan kuantitasnya dapat dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 532 - 533 nm Jamil, 2010 ; Mudasir, dkk. 2011

2.5 Kapasitas Antioksidan

Kapasitas atau aktivitas antioksidan menggambarkan kemampuan suatu senyawa antioksidan untuk menghambat laju reaksi pembentukan radikal bebas. Penentuan kapasitas antioksidan secara in vitro ditentukan secara spektroskopi UV-Vis. Eksplorasi senyawa fitokimia terutama senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman obat atau bukan tanaman obat secara terus menerus diteliti untuk mendapatkan senyawa antioksidan yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh manusia dari serangan suatu penyakit Prakash, 2001. Beberapa metode pengukuran kapasitas antioksidan secara in vitro yang digunakan dewasa ini adalah beta karoten bleaching, 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl DPPH Radical Scavenging method, Thiobarbituric Acid-Reactive-Substances TBARS assay, Rancimat assay, Oxygen Radical Absorbance Capacity ORAC assay. Wolfe dan Liu 2007 dan 2008 menyatakan bahwa disamping analisis in vitro, perlu dilakukan pengukuran kapasitas antioksidan secara in vivo pada hewan coba yang selanjutnya diterapkan pada sukarelawan manusia agar didapatkan efikasi aktual antioksidan tersebut di dalam tubuh. Penelitian in vivo seperti itu memerlukan waktu dan biaya yang cukup besar dan sulit mengetahui perbedaan pengaruh spesifik dari antioksidan dengan asupan pangan sehari-hari. Hewan coba yang biasa dipergunakan dalam menentukan kapasitas antioksidan secara in vivo dilakukan menggunakan mencit, tikus dan manusia. Prangdimurti dkk. 2006, menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar MDA, peningkatan aktivitas SOD dan katalase pada hati tikus Sprague Dawley yang diberi asupan ekstrak daun suji. Jawi dkk. 2008 melakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan pada ubi jalar ungu menggunakan mencit jantan galur Swiss dan menghasilkan bahwa ekstrak ubi jalar ungu dapat menurunkan kadar MDA pada darah dan hati mencit tersebut. Hasil penelitian Puspawati 2009 juga menyatakan bahwa asupan sorgum dan jewawut yang kaya antioksidan dapat menurunkan kadar MDA, meningkatkan aktivitas SOD, katalase dan glutation peroksidase pada hati tikus Sprague Dawley.

2.6. Tanaman Gaharu