20
Buletin Informasi SDPPI |
edisi sepuluh 2016
memisahkan akses isik di jaringan dan delivery serviceslayanannya. Dalam konsep OAN, pemilik jaringan tidak menjual layanan jaringan,
layanan ini dilakukan oleh service provider terpisah. Bisnis model OAN ini adalah pemilikpenyedia jaringan
membatasi kegiatannya hanya sebagai penyedia jaringan, sifatnya netral dan independen, memberikan layanan standar dan transparan
bagi semua service providers di jaringannya. Pemilik jaringan ini tidak pernah bersaing dengan service providers untuk menghindari
conlicts of interest. Gambar 6 menunjukkan arsitektur OAN oleh MSN di Swedia.
Menurut MSN, pada tahun 2005, sudah ada 28.000 rumah dan
Gambar 4. Jaringan MSN di Kota Vasteras, Swedia
1.700 bisnis terhubung ke jaringan mereka. Hal ini membuat MSN menjadi jaringan iber optic OAN terbesar di dunia. Di tahun 2007,
MSN memiliki pelanggan di 50.000 rumah dan 5.000 bisnis yang terhubung di jaringan iber, xDSL dan wireless. Dalam 2 tahun
tersebut, perubahan di kota tersebut sangat terasa, yaitu ada hampir 600 perusahaan baru yang berdiri di kota tersebut. Hal ini tentu saja
tak lepas dari adanya jaringan iber optic yang dibangun di kota tersebut.
Model bisnis OAN di MSN memungkinkan pelanggan untuk memilih layanan yang mereka inginkan. Pelanggan bisa bebas
memilih layanan TV dari 1 provider, sementara memilih layanan telfon dari provider lainnya, dan seterusnya. Tercatat ada 20 service
provider yang memberikan lebih dari 60 macam layanan, dan terus bertambah setiap bulannya. Dengan melakukan network sharing di
jaringan yang sama, service providers tidak bersaing dalam hal harga, tapi dalam hal kualitas layanannya.
Analisis Implementasi Infrastruktur Sharing Di Indonesia
A. Konsep RAN sharing PT.XL AXIATA dengan PT. Indosat Ooredoo
Pertimbangan utama yang mendorong konsolidasi Radio Access Network RAN adalah untuk mengurangi beban OPEX dan beban
CAPEX pada implementasi jaringan, yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk operasional jaringan yang ada sekarang dan
pengembangan jaringan di masa depan. Secara umum beban OPEX terjadi pada area-area berikut:
1. Sewa lahan 2. Biaya transmisi
3. Konsumsi power 4. Operasional di lapangan dan biaya pemeliharaan
Sedangkan pengeluaran untuk CAPEX di masa depan akan ditentukan oleh beberapa hal berikut:
1. Persyaratan untuk mendukung teknologi dan layanan baru 2. Persyaratan untuk membangun site baru atau ekspansi site yang
ada untuk memperluas daerah cakupan layanan dan mencapai target coverage area tertentu
3. Persyaratan untuk mendukung pertumbuhan pelanggan pada layanan-layanan yang membutuhkan bandwidth besar
4. Jumlah dari perangkat yang dibeli untuk kepentingan konsolidasi RAN sharing dapat dilihat sebagai suatu cara untuk mencapai
pengurangan OPEX yang tentunya faktor OPEX ini dipengaruhi oleh berapa banyak site yang akan dikonsolidasikan. Semakin
banyak jumlah site yang dikonsolidasi maka akan semakin besar pengaruhnya pada OPEX.
Dari beberapa jenis network sharing, Indosat dan XL menyetujui dan bekerjasama untuk melakukan RAN Sharing atau yang dikenal
sebagai multi-operator radio access network MORAN. Untuk kepentingan ini, digunakan metode “One PLMN-Id per Frequency”
yang menjadikan operator saling berbagi jaringan radio termasuk di dalamnya transmisi, RBS dan RNC dengan hubungan yang terpisah
ke arah Core Network masing-masing operator. Masing-masing operator berbagi perangkat isik perangkat radio dan setiap operator
mengembangkan frekuensi dan konigurasi cell-nya masing-masing tidak ada penggunaan frekuensi bersama.
Metode ini hanya merupakan fungsi software di dalam RNC. RBSNode-b diberikan tambahan frekuensi untuk digunakan oleh
operator yang melakukan perjanjian network sharing tersebut. Aplikasi ini digunakan ketika belum ada regulasi terkait penggunaan
spektrum frekuensi bersama antar operator yang masuk ke dalam kategori multi-operator core network MOCN, maupun
untuk daerah-daerah dengan ekspektasi jumlah traik yang lebih tinggi memerlukan pengembangan frekuensi milik sendiri untuk
menangani penambahan kapasitas. Adapun topologi jaringan yang digunakan oleh XL dan Indosat dalam mengimplementasikan RAN
Sharing terdapat dalam Gambar 7.
Solusi ini memungkinkan adanya banyak PLMN ID dalam suatu
Gambar 7. Topologi jaringan RAN Sharing XL dan Indosat. Sumbr; data pribadi XL
21
Buletin Informasi SDPPI |
edisi sepuluh 2016
Tabel 1. Parameter Teknis RAN Sharing XL dan Indosat Requirements
Indosat Requirements XL Requirements
XL as home Indosat as home
C R99 ULDL Hardware Individual
Individual C R99 ULDL License
256128 256128
Hardware License Follow Home
Follow Home HWAC IIW Module
Additional Carrier 2 Carriers default
2 Carriers default Power per Carrier
40 W carrier 40 W carrier
IuR BW 2 MBps RNC
2 MBps RNC IuCS BW
2 MBps NodeB 2 MBps NodeB
IuPS BW 5 MBps carrier NodeB
5 MBps carrier NodeB IuB BW
10 MBps carrier 10 MBps carrier
QoS Voice higher Data lower Voice higher Data lower
HSDPA Code per carrier 15 Codes
15 Codes Modulation Scheme ULDL
16 QAM 64 QAM 16 QAM 64 QAM
HSDPA User 64
64 EUL User
16 16
POC Requirement User Bandwidth Commited
Minimal GE port RNC Minimal GE port RNC
Node-B, dan setiap PLMN ID milik masing-masing operator akan dibrodcast melalui carrier yang terpisah milik dari spektrum frekuensi
operator yang bersangkutan. Hal ini menjadikan masing-masing operator beroperasi pada spektrum frekuensi mereka sendiri-sendiri.
Dengan satu PLMN-ID per frekuensi, perangkat radio jaringan WCDMA Node-B, RNC, dan transmisi secara isik akan dibagi-bagi,
dimana masing-masing operator mengembangkan frekuensi carrier mereka sendiri, setting jaringan dan cell, termasuk handover, cell
relations, admissioncongestion control serta statistik.
Dengan solusi ini, RNC dibagi menjadi RNC “logikal” yang berbeda yang terhubung ke core network masing-masing operator, meskipun
perangkat RNCnya menggunakan hardware yang sama. Setiap operator memiliki koneksi antara core network mereka dengan
RNC “logikal” mereka masing-masing. Core network sendiri tidak mengetahui bahwa RNC terpisah secara logikal, sehingga feature
ini dapat diimplementasikan tanpa ada ketergantungan terhadap core network. Beberapa parameter teknis yang disepakati untuk RAN
Sharing antara XL dan Indosat terdapat dalam Tabel 1.
B.Pandangan Operator terhadap Active Network Sharing [6]
Dari 10 negara pengguna selular terbesar, hanya 2 negara yang melakukan Active Network Sharing yaitu Brasil dan Rusia. Secara
Market Share, di Brasil dan Rusia tidak ada operator dominan, dan Active Network Sharing dilakukan antar operator dengan Market
Shares setara. Active Network Sharing tidak diimplementasikan di Negara-negara yang memiliki operator dominan. Belum ada
benchmark yang memadai tentang implementasi Active Network Sharing di negara-negara besar yang memiliki operator dominan.
Active Network Sharing tidak memberikan manfaat lebih kepada pelanggan dan Operator. Untuk mendukung program percepatan pita
lebar, eisiensi biaya dari Active Network Sharing harus dialokasikan kepada percepatan penggelaran jaringan. Percepatan pembangunan
BTS akan mempercepat pencapaian Rencana Pita lebar Indonesia RPI. Indonesia memerlukan percepatan pembangunan BTS
untuk menyamai layanan pita lebar di negara-negara maju. Active Network Sharing tidak menjamin kesetaraan dan keseimbangan
pembangunan jaringan.
UU RI 361999 Tentang Telekomunikasi menimbang Point b: bahwa penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis
dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya
tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa.
Lisensi 3G yang diberikan bersama-sama pada tahun 2006 tidak disertai dengan komitmen pembangunan yang sama untuk semua
operator sehingga beberapa operator hanya membangun di daerah- daerah yang menguntungkan saja. Hal ini bertentangan dengan
semangat pemerataan pembangunan yang diamanatkan UU.
Kebijakan network sharing harus memperhatikan komitmen pembangunan yang merata dan seimbang bukan hanya sekedar
eisiensi biaya usaha. Active Network Sharing hanya berpotensi menghemat
devisa sebesar 0.13-0.27 dari total Impor Indonesia. Di Industri telekomunikasi, kebijakan device handset lebih efektif untuk tujuan
menghemat devisa. Kebijakan Active Network Sharing dengan tujuan menghemat devisa bertentangan dengan keinginan untuk melakukan
percepatan pembangunan pita lebar di Indonesia, dimana saat ini pembangunan BTS Indonesia perlu ditingkatkan.
Active Network Sharing belum tentu dapat mempercepat pencapaian pita lebar Indonesia. Active Network Sharing hanya bisa
mempercepat pencapaian Rencana Pita lebar Indonesia RPI jika: a. Active Network Sharing tidak ditujukan untuk eisiensi biaya
operator dan penghematan devisa, namun harus ditujukan untuk percepatan pembangunan BTS di seluruh pelosok Indonesia
dalam bentuk komitmen pembangunan. b. Komitmen operator untuk membangun lebih banyak, lebih merata
dan seimbang harus seiring dengan eisiensi yang didapatkan. c. Penyempurnaan dan pelaksanaan sistem reward punishment
sehingga operator yang melampaui komitmen mendapatkan insentif lebih.
Indonesia masih membutuhkan pembangunan BTS yang banyak untuk menyamai layanan pita lebar di negara maju dimana
pembangunan pita lebar di Indonesia saat ini masih belum merata dan seimbang. Dengan hak yang sama, kewajiban komitmen
operator berbeda-beda. Ada operator yang hanya membangun di daerah yang menguntungkan saja sehingga amanat UU 361999
sulit tercapai.
C. Passive Infrastructure Sharing di Indonesia
Bentuk passive infrastructure sharing di Indonesia adalah penggunaan menara bersama tower. Tower Bersama Infrastructure
TBIG adalah salah satu perusahaan penyedia sarana telekomunikasi seperti menara dan perangkat pendukungnya. Ruang lingkup
kegiatan usaha TBIG di antaranya adalah menyewa dan mengelola menara Base Transceiver Station BTS, konsultasi bidang instalasi
telekomunikasi, dan melakukan investasi atau penyertaan perusahaan lain.
Bisnis utama dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk dan anak perusahaan selanjutnya disebut “Tower Bersama Group”
adalah menyewakan ruang pada site sebagai tempat pemasangan antena dan peralatan lain untuk transmisi sinyal nirkabel yang
tertera di dalam skema perjanjian kontrak jangka panjang dengan perusahaan operator telekomunikasi nirkabel wireless. Perseroan
juga menyediakan akses untuk operator telekomunikasi ke jaringan Repeater dan In Building System IBS sehingga dapat memancarkan
jaringan sistem telekomunikasi di pusat perbelanjaan dan gedung