PERANAN KELOMPOK IBU PKK DI BIDANG KEBUDAYAAN DALAM RANGKA MEMANFAATKAN POTENSI KEBUDAYAAN DAERAH DI DESA WIRATA AGUNG KECAMATAN SEPUTIH MATARAM LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013

(1)

ABSTRAK

PERANAN KELOMPOK IBU PKK DI BIDANG KEBUDAYAAN DALAM RANGKA MEMANFAATKAN POTENSI KEBUDAYAAN DAERAH DI

DESA WIRATA AGUNG KECAMATAN SEPUTIH MATARAM LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013

Oleh

I KETUT SUSANA

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang Kebudayaan dalam Rangka Memanfaatkan Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, responden dalam penelitian ini yaitu Ibu PKK Desa Wirata Agung dengan sampel berjumlah 36 orang. Teknik pokok dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan angket.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Wirata Agung cukup berperan dalam memanfaatkan potensi kebudayaan daerah. Kelompok Ibu PKK Desa Wirata Agung sudah berperan dalam memotivasi generasi muda agar tahu dan cinta terhadap kebudayaan daerah. Sedangkan untuk memotivasi para orang tua agar peduli terhadap kebudayaan daerah peranan Kelompok Ibu PKK Desa Wirata Agung dikategorikan cukup berperan, dan Kelompok Ibu PKK Desa Wirata Agung cukup berperan untuk menggerakkan masyarakat dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah.


(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

HALAMAN JUDUL..……….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN……… iii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iv

SURAT PERNYATAAN………. v

RIWAYAT HIDUP……….. vi

PERSEMBAHAN……… vii

MOTTO……… viii

SANWACANA………. ix

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

I. PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Fokus Penelitian………. 15

C. Rumusan Masalah……….. 15

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………... 15

1. Tujuan Penelitian………. 15

2. Kegunaan Penelitian……… 16

2.1Kegunaan Teoritis……….. 16

2.2Kegunaan Praktis………... 17

E. RuangLingkup Penelitian………...17

1. Ruang Lingkup Ilmu……… 17

2. Ruang Lingkup Subjek……… 17

3. Ruang Lingkup Objek……….. 17

4. Ruang Lingkup Wilayah……….. 17

5. Ruang Lingkup Waktu………. 17

II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 18

A. Deskripsi Teoritis………... 18

1. Tinjauan tentang Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung……… 19

a. Pengertian Potensi……….. 19

b. Pengertian Kebudayaan dan Kebudayaan daerah………….. 20


(4)

………...

a. Pengertian Peranan……….26

b. Pengertian Kelompok Ibu PKK………. 28

c. Tujuan dan Sasaran Kelompok Ibu PKK………... 29

1. Tujuan Kelompok Ibu PKK………. 29

2. Sasaran Kelompok Ibu PKK……… 31

d. Peranan Kelompok Ibu PKK………. 32

B. Kajian Penelitian yang Relevan………. 33

C. Kerangka Pikir………... 36

III. METODOLOGI PENELITIAN……….. 38

A. Metode Penelitian……….. 38

B. Langkah-langkah Penelitian………...39

1. Persiapan Pengajuan Judul………... 39

2. Penelitian Pendahuluan……… 40

3. Pengajuan Rencana Penelitian………. 41

4. Pelaksanaan Penelitian………. 41

4.1 Persiapan Administrasi……….. 41

4.2 Penyusunan Teknik Angket………... 42

C. Populasi dan Sampel……….. 42

1. Populasi……… 42

2. Sampel………..44

D. Variabel penelitian, Definisi Operasional dan Rencana Pengukuran………... 45

1. Variabel Penelitian………... 45

2. Definisi Operasional……… 45

3. Rencana Pengukuran Variabel………. 46

E. Teknik Pengumpulan Data………. 47

1. Teknik Pokok………... 47

1.1 Angket atau Kuesioner………... 47

1.2 Observasi………47

2. Teknik Penunjang……… 48

2.1 Wawancara……… 48

2.2 Teknik Kepustakaan……….. 48

F. Validitas Alat Ukur dan Uji Reabilitas……….. 49

1. Uji Validitas……… 49

2. Uji Reliabilitas……… 49

G. Analisis Uji Coba Angket………. 51

1. Analisis Uji Coba Validitas………. 51

2. Analisis Uji Coba Reliabilitas………. 51

H. Teknik Analisis Data………. 56

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 58

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….. 58


(5)

ngkat Desa………

5. Struktur Lembaga Kemasyarakatan……… 61

B. Analisis Data……….. 62

C. Pembahasan……….... 95

V. KESIMPULAN DAN SARAN………... 100

A. Kesimpulan……….. 100

B. Saran……… 100 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram,

Lampung Tengah Tahun 2013………... 14

2. Jumlah Ibu-ibu PKK Desa Wirata Agung Tahun 2013………. 43

3. Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang di Luar Responden tentang Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang Kebudayaan dalam Rangka Memanfaatkan Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung untuk Item Ganjil (X) ………... 52

4. Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang di Luar Responden tentang Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang Kebudayaan dalam Rangka Memanfaatkan Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung, untuk Item Genap (Y)……….. 52

5. Tabel Kerja untuk Mencari Korelasi antara Item Ganjil (X) dan Item Genap (Y) dari Uji Coba Angket (10) Orang di Luar Responden... 53

6. Jumlah Penduduk Desa Wirata Agung Berdasarkan Pembagian Dusun……….. 59

7. Jumlah Penduduk Desa Wirata Agung Berdasarkan Agama yang Dianut………... 59

8. Sarana dan Prasarana Pendidikan Umum……….. 60

9. Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus………. 60

10.Sarana Ibadah di Desa Wirata Agung ………... 60

11.Jumlah Perangkat Desa Wirata Agung……….. 61

12.Distribusi Skor Angket dari Indikator Memotivasi Generasi Muda Agar Tahu dan Cinta Terhadap Kebudayaan Daerah……… 62


(7)

14.Distribusi Skor Hasil tentang Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang Kebudayaan dengan Indikator Memotivasi Generasi Muda Agar Tahu dan Cinta terhadap Kebudayaan Daerah………... 66 15.Distribusi Skor Angket dari Indikator Memotivasi Orang Tua

Agar Peduli terhadap Kebudayaan Daerah……… 68 16.Distribusi Frekuensi dari Indikator Memotivasi Orang Tua

Agar Peduli terhadap Kebudayaan Daerah... 70 17.Distribusi Skor Hasil tentang Peranan Kelompok Ibu PKK

di Bidang Kebudayaan dengan Indikator Memotivasi Orang Tua Agar Peduli terhadap Kebudayaan Daerah……… 71 18.Distribusi Skor Angket dari Indikator Menggerakkan Masyarakat

dalam Upaya Melestarikan Kebudayaan Daerah………... 73 19.Distribusi Frekuensi dari Indikator Menggerakkan Masyarakat

dalam Upaya Melestarikan Kebudayaan Daerah... 76 20.Distribusi Skor Hasil tentang Peranan Kelompok Ibu PKK

di Bidang Kebudayaan dengan Indikator Menggerakkan

Masyarakatdalam Upaya Melestarikan Kebudayaan Daerah……… 76 21.Distribusi Skor Angket dari Indikator Masyarakat Memiliki

Pengetahuan tentang Potensi Kebudayaan Daerah……… 78 22.Distribusi Frekuensi dari Indikator Masyarakat Memiliki

Pengetahuan tentang Potensi Kebudayaan Daerah... 81 23.Distribusi Skor Hasil tentang Pemanfaatan Potensi Kebudayaan

Daerah agar Masyarakat Memiliki Pengetahuan tentang

Potensi Kebudayaan Daerah……….. 81 24.Distribusi Skor Angket dari Indikator Masyarakat Memiliki

Keterampilan dalam upaya melestarikan Kebudayaan Daerah……. 83 25.Distribusi Frekuensi dari Indikator Masyarakat Memiliki

Keterampilan dalam Upaya Melestarikan Kebudayaan Daerah... 86 26.Distribusi Skor Hasil tentang Pemanfaatan Potensi Kebudayaan

Daerah agar Masyarakat Memiliki Keterampilan dalam


(8)

Kebudayaan Daerah……….. 89 28.Distribusi Frekuensi dari Indikator Masyarakat Memiliki

Kesadaran Mengenai Pentingnya Melestarikan

Kebudayaan Daerah... 91 29.Distribusi Skor Hasil tentang Pemanfaatan Potensi Kebudayaan

Daerah Agar Masyarakat Memiliki Kesadaran Mengenai


(9)

PERANAN KELOMPOK IBU PKK DI BIDANG KEBUDAYAAN DALAM RANGKA MEMANFAATKAN POTENSI KEBUDAYAAN DAERAH DI

DESA WIRATA AGUNG KECAMATAN SEPUTIH MATARAM LAMPUNG TENGAH

Oleh

I KETUT SUSANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PPKn

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(10)

Judul Skripsi : Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang

Kebudayaan dalam Rangka Memanfaatkan

Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah Tahun 2013

Nama Mahasiswa : I Ketut Susana Nomor Pokok Mahasiswa : 0913032009

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Holilulloh, M.Si. Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. NIP 19610711 198703 1003 NIP 19870602 200812 2 001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi Pendidikan IPS Pendidikan PKn

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si.


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Holilulloh, M.Si. ...

Sekretaris : Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Irawan Suntoro, M.S. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003


(12)

MOTTO

“Hari terbaik dalam hidup manusia ditemukan ketika ia menyadari

tidak ada lagi hal-

hal di dalam diri yang perlu dibuang”

(Gede Prama)

“lidah memang bukan pembuka makna yang paling berguna,

Namun telinga yang terbuka adalah lorong-lorong makna yang amat

mempesona”

(Gede Prama)

“Terus berusaha, Tetap semangat, tetap optimis, tetap yakin dan tetap

sederhana”


(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan segala ketulusan

dan kerendahan hati, aku persembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang

aku sayangi:

Bapak “I Nengah Ngempel” dan Meme “Ni Ketut Nasri” yang sangat

aku sayangi dan cintai, terima kasih atas doa, nasihat, dukungan dan

pengorbanan kalian demi keberhasilanku.

Kakak-

kakakku “I Komang Susila” dan “I Made Agus Setiawan”

yang

aku sayangi, terima kasih atas doa dan motivasinya selama ini.

Adikku “Gede Mustika” ya

ng aku sayangi, terima kasih atas doanya.

Kakak iparku “Mbok Kadek” dan keponaanku “Ni Komang Intan Sari”

yang aku sayangi, terima kasih atas dukungannya.

Seluruh keluarga besarku yang aku sayangi.

Sahabat-sahabat dan teman-

temanku PPKn ’09 serta Almamater

ku


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Wirata Agung Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah pada tanggal 9 Desember 1990. Anak ketiga dari empat bersaudara, pasangan Bapak I Nengah Ngempel dan Ibu Ni Ketut Nasri.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh antara lain:

1. Sekolah Dasar Negeri 1 Wirata Agung Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, tamat pada tahun 2003.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, tamat tahun 2006.

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, tamat tahun 2009.

Pada tahun yang sama yaitu tahun 2009, penulis diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).


(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat Asung Kerta Wara NugrahaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung. Judul skripsi

ini adalah “Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang Kebudayaan dalam Rangka Memanfaatkan Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung Kecamatan

Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2013”.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan Bapak Drs. Holillulloh, M.Si. selaku selaku Ketua Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai pembimbing I, yang telah memberikan motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan skripsi. Ibu Yunisca Nurmalalisa, S.Pd, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik (PA) sekaligus sebagai pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dengan penuh kesabaran dalam penyempurnaan skripsi. Serta bantuan petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :


(16)

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M. Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku pembahas I yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Hermi Yanzi, S. Pd., M. Pd. selaku Pembahas II yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan ibu dosen staf pengajar di lingkungan Program Studi PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak I Nengah Sutawijaya selaku Kepala Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Wirata Agung.


(17)

11.Kakak-kakakku dan adikku I Komang Susila, I Made Agus Setiawan dan Gede Mustika terimakasih atas doa dan dukungannya.

12.Teman-teman satu kosan sekaligus sahabat karibku Made Puja, Suwas, Edok dan Sigit terimaksih atas semua bantuannya.

13.Sahabat-sahabtku Roma, Redy, Purba, Eko, Edwin, Yayak, Angga, Agus, stephy, Tirta, Budi, Adit, lucky, Jhon, Roganda, Roni dan Rendy terimakasih atas bantuan dan supportnya.

14.Untuk teman-teman seperjuanganku PKn 2009 Ganjil (Vivi, Rindy, Mai, Reni, Fyka, Gita, Nisa, Roma, Redy, Satria, Roni, Rina, Menik, Nye, Gedon, Amel, Lady, Wahyu, Stepi, Lida, Eko,Yana, Cahya, Meta, Dwi, Rendy, Kang Jhon, Purba, yayak, agus, Ayu Devia, Agus, Vera, Tama, Debi, Stella, Yasmin, Hilda), terimakasih atas doa dan dukungannya. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak. 15.Untuk teman seperjuanganku PKn 2009 Genap (Adit, Tony, TOP 10,

Muli, Eta, Heni V, Ika, Yeni, Tirta, Yuri, Mutia, Yela, Novita, Alan, Tina, Dwi, Rini, Riris, Pipit, Roganda, Cici, Leni, Adel, Nita, Mas Budi, Edwin, Febrinia, Bela, Lucky, Maulina, Mutya, Novita, Putri, Nurul, Umi, Meyrizka), terimakasih atas do’a dan dukungannya.

16.Rekan-rekan KKN+PPL Desa Sukajaya Punduh dan SMP N I Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran tahun 2012 (Bang Ferdi, Mas Ahmad, Ardi, Made, Kiki, Mbak Retna, Desma, Tia, Wini, Yuni, Pipit dan Ciya) terimaksih atas Supportnya.


(18)

semua bantuannya.

18.Ibu Nur (Ibu Kost) terimakasih atas semua fasilitas yang diberikan.

19.Mamang Yusuf dan Farid (pimpinan dan rekan kerja di warung makan) terimakasih atas dukungan, motivasi dan doa kalian.

20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membimbing dan membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Terimakasih atas semua bantuan yang telah bapak/ibu/saudara/saudari serta teman-teman berikan, mudah-mudahan Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan pahala dan balasanNya. Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan juga dapat menambah wawasan pengetahuan kita.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis

I Ketut Susana


(19)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah : Nama : I Ketut Susana NPM : 0913032009

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/KIP Unila

Alamat : RT 04 RW 01 Desa Wirata Agung, Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013

I Ketut Susana NPM 0913032009


(20)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Setiap daerah yang ditempati oleh kelompok masyarakat memiliki suatu potensi-potensi tertentu. Potensi tersebut bermacam-macam jenisnya, mulai dari potensi sumber daya manusia, potensi sumber daya alam, potensi pariwisata dan potensi di bidang kebudayaan. Menurut Slamet Wiyono (2006: 37), bahwa potensi dapat diartikan sebagai “kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam di dalamnya, yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan yang nyata dalam diri sesuatu tersebut”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa potensi merupakan suatu kemampuan dasar yang masih terpendam, kemampuan dasar tersebut harus dimunculkan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk keperluan masyarakat, dan untuk memanfaatkan potensi tersebut dibutuhkan suatu penggerak yang berasal dari anggota kelompok masyarakat yang menempati wilayah tersebut.

Sama halnya dengan daerah-daerah lain, Desa Wirata Agung juga memiliki potensi yang membuat desa ini memiliki ciri khas jika dibandingkan dengan desa-desa lain. Potensi tersebut salah satunya berasal dari kebudayaan daerah yang ada di Desa Wirata Agung. Banyak potensi kebudayaan daerah yang ada di desa ini, kebudayaan tersebut antara lain seperti: kesenian Tari Bali,


(21)

kesenian Gamelan Bali, kesenian membaca kidung, kesenian membaca sloka, kesenian pementasan drama dan kesenian pementasan wayang. Kesenian-kesenian tersebutlah yang merupakan potensi kebudayaan daerah yang ada di Desa Wirata Agung.

Potensi kebudayaan daerah di Desa Wirata Agung cenderung belum maksimal dimanfaatkan oleh seluruh warga desa. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian pendahuluan yang penulis lakukan di desa tersebut. Kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut hanya dimanfaatkan sebatas pada kegiatan-kegiatan upacara keagamaan yang dilaksanakan di Pura Desa Wirata Agung, itu pun tidak sering dilakukan, kegiatan tersebut dilakukan hanya pada hari-hari tertentu saja.

Kebudayaan daerah sebagai wahana pendidikan generasi muda juga belum maksimal dimanfaatkan. Hal ini dibuktikan dari masih banyaknya generasi muda di desa tersebut yang enggan untuk mau mempelajari kebudayaan daerah di desa tempat generasi muda tersebut tinggal. Kebudayaan daerah sebagai sarana hiburan juga sudah jarang kita temui di desa tersebut. Wahana hiburan sudah beralih ke hal-hal yang lebih modern, yang tentu saja semakin memudarkan kebudayaan-kebudayaan daerah yang ada di desa tersebut. Wahana hiburan seperti acara band, organ tunggal dan penayangan video layar tancap, merupakan wahana hiburan yang menggeser kesenian-kesenian tradisional yang ada di desa tersebut.

Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan daerah merupakan implementasi dari


(22)

pembangunan nasional, artinya pembangunan daerah tersebut harus mengacu pada program pembangunan nasional. Salah satu program pembangunan daerah yang mengacu pada pembangunan nasional adalah bidang kebudayaan. Masalah kebudayaan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, di samping pendidikan, ekonomi, sosial, politik, pertahanan dan keamanan.

Kebudayaan merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan daerah. Di dalam kehidupan sehari-hari, antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, karena menjadi manusia tidak lain adalah merupakan bagian dari hasil kebudayaan itu sendiri. Hampir semua tindakan manusia merupakan produk kebudayaan, kecuali tindakan yang sifatnya naluriah saja (animal instinct), yang bukan merupakan suatu kebudayaan. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar, seperti melalui proses internalisasi, sosialisasi dan akulturasi. Karena itu, budaya bukanlah sesuatu yang statis dan kaku, tetapi senantiasa berubah sesuai perubahan sosial yang terjadi.

Potensi kebudayaan daerah yang ada di Desa Wirata Agung harus secara maksimal dapat dimanfaatkan. Cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi kebudayaan daerah tersebut adalah melalui peningkatan peran dan kepedulian seluruh anggota kelompok masyarakat di desa tersebut. Tidak hanya anggota masyarakat yang digerakkan dalam kegiatan ini, pimpinan desa mulai dari kepala desa, sekretaris desa, kepala dusun dan ketua RT juga harus berperan. Organisasi-organisasi kelompok masyarakat desa juga harus mengambil peran penting dalam memaksimalkan


(23)

potensi kebudayaan daerah ini. Kelompok tersebut antara lain: kelompok Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) tingkat desa dan Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang ada di Desa Wirata Agung. Peran orang tua juga harus dimaksimalkan dalam hal penyaluran pengetahuan dan keterampilan mengenai kesenian-kesenian daerah di Desa Wirata Agung.

Hubungan antara manusia dengan kebudayaan dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaannya. Menurut Rusmin Tumanggor

(2010: 17), “manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan, yaitu sebagai 1) penganut kebudayaan; 2) pembawa kebudayaan; 3) manipulator kebudayaan; dan 4) pencipta kebudayaan”. Sebagai penganut kebudayaan seseorang hanya menjadi pelaku tradisi dan kebiasaan yang berkembang dalam masyarakatnya. Sebaliknya, pembawa kebudayaan adalah pihak luar dan/atau anggota masyarakat setempat yang membawa kebudayaan asing atau baru dalam tatanan masyarakat setempat. Tidak semua anggota masyarakat dapat beradaptasi dengan budaya baru yang datang dari luar. Umumnya, budaya baru sulit diterima dan butuh waktu bertahap untuk penyesuaian jika budaya baru tersebut ada kemungkinan diterima.

Manusia sebagai manipulator kebudayaan merupakan anggota masyarakat yang melakukan aktivitas kebudayaan atau mengatasnamakan budaya setempat tetapi tidak sesuai dengan nilai-nilai atau ide luhur sebagaimana yang seharusnya dilakukan. Kedudukan tertinggi adalah manusia sebagai pencipta kebudayaan, yaitu mendorong secara sadar atau tidak sadar ke semua lapisan masyarakat untuk melakukan revitalisasi kebudayaan lama atau menciptakan


(24)

dan menemukan kembali kesepakatan baru terkait ide, aktivitas bermasyarakat, atau budaya baru yang dapat diterima masyarakat setempat.

Pembentukan kebudayaan sebagaimana diuraikan di atas, sesungguhnya dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian atas kondisi kehidupan yang dialaminya. Dalam rangka bertahan atau survive, maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara agar tetap mampu beradaptasi dengan perubahan sosial yang terjadi. Apa yang dilakukan oleh manusia tersebut dapat disebut sebagai proses kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah-masalahnya, atau yang bisa kita sebut sebagai way of life, pedoman hidup yang digunakan setiap individu dalam bertingkah laku.

Kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) memiliki peran yang strategis di dalam memanfaatkan potensi kebudayaan daerah. Hal ini sesuai dengan Permendagri Nomor 5 Tahun 2007 bahwa:

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan desa atau kelurahan yang merupakan mitra pemerintah desa atau kelurahan, mempunyai peran untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin menuju terwujudnya keluarga yang berbudaya, bahagia, sejahtera, maju, mandiri dan harmonis serta mempunyai peran dalam menumbuhkembangkan potensi dan peran perempuan dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) memiliki peran untuk mewujudkan keluarga yang berbudaya. Peran tersebut dapat diwujudkan melalui memotivasi dan menggerakkan masyarakat agar tahu dan cinta terhadap kebudayaan daerahnya


(25)

sendiri. Tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) antara lain: memotivasi anak-anak muda agar tahu dan cinta terhadap kebudayaan daerah yang dimiliki, memotivasi para orang tua agar peduli terhadap kebudayaan daerahnya dan menggerakkan seluruh masyarakat agar mau melestarikan kebudayaan daerah.

Sama halnya dengan kondisi yang ada di Desa Wirata Agung, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di desa tersebut harus berperan aktif dalam usaha memanfaatkan potensi kebudayaan daerah. Cara yang dapat ditempuh untuk merealisasikan peran tersebut antara lain: memotivasi anak-anak muda yang ada di Desa Wirata Agung agar tahu dan cinta terhadap kebudayaan daerahnya, memotivasi para orang tua di desa tersebut agar peduli terhadap kebudayaan daerah yang dimiliki dan melalui tindakan menggerakkan seluruh masyarakat Desa Wirata Agung dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah.

Menelusuri pergulatan kebudayaan di Indonesia, akan ditemukan sebuah fenomena yang mencengangkan yaitu, kerendahdirian masyarakat Indonesia terhadap kebudayaannya sendiri. Kerendahdirian ini muncul dari hubungan antara kebudayaan Barat dengan kebudayaan daerah di Indonesia, Barat yang sering diposisikan sebagai pihak superior dan kebudayaan daerah di Indonesia sebagai pihak inferior. Rendah diri ini salah satunya disebabkan oleh pencitraan yang kuat dari media tentang keunggulan kebudayaan Barat.

Perlu kita ketahui juga, akhir-akhir ini bukan hanya pencitraan dari kebudayaan Barat yang banyak kita lihat, baca dan temui di media, namun kebudayaan


(26)

Timur juga banyak kita saksikan pencitraannya di media. Kebudayaan Timur ini juga sangat mempengaruhi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda yang semakin melupakan kebudayaan daerahnya sendiri dan semakin mencintai kebudayaan Timur itu. Banyak kalangan generasi muda cenderung lebih mencintai boys band, girls band dan kebudayaan-kebudayaan Korea lainnya yang tidak sesuai dengan kebudayaan daerah yang dimiliki generasi muda Indonesia.

Masalah kebudayaan dewasa ini antara lain adalah terjadinya penafsiran budaya yang cenderung keliru. Hal tersebut akibat kesalahan persepsi generasi muda tentang budaya yang terus menerus terjadi. Padahal, sebagai sistem gagasan yang terdiri dari nilai-nilai, norma dan aturan, kebudayaan harus dilihat dalam tiga aspek sekaligus masing-masing proses pembelajaran, konteks dan pelaku pendukung kebudayaan. Ketiga aspek ini dapat menentukan seberapa besar dan kuat peran kebudayaan dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Revitalisasi kebudayaan merupakan proses logis dari bagaimana kebudayaan berperan dalam pembangunan dengan tanpa meninggalkannya atau bahkan melupakannya.

Bidang sosial juga merupakan program pembangunan daerah yang mendukung pembangunan nasional. Manusia di dalam kehidupan sosial hidup secara bermasyarakat dan berkelompok. Di dalam kehidupan sosial masyarakat tersebut, dapat kita temukan kelompok-kelompok kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang-bidang tertentu. Salah satu kelompok kemasyarakatan tersebut adalah kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).


(27)

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga adalah salah satu wadah organisasi perempuan di masyarakat, desa dan kelurahan. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan sebuah gerakan yang tumbuh dari bawah dengan perempuan sebagai penggerak dan dinamisatornya dalam membangun, membina, dan membentuk keluarga guna mewujudkan kesejahteraan keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat.

Keberhasilan suatu bangsa salah satunya juga ditentukan oleh perempuan. Perempuan mempunyai andil besar dalam membentuk sebuah keluarga yang bermartabat. Lebih dari itu, perempuan juga mempunyai andil besar dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dan kelompok. Salah satu buktinya, bahwa perempuan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan melakukan kegiatan usaha produktif rumah tangga.

Kesejahteraan keluarga merupakan tujuan utama Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Hal ini dikarenakan, keluarga merupakan unit terkecil masyarakat yang akan berpengaruh besar terhadap kinerja pembangunan. Dari keluarga yang sejahtera ini, maka tata kehidupan berbangsa dan bernegara akan dapat melahirkan ketentraman, keamanan, keharmonisan, dan kedamaian. Dengan demikian, kesejahteraan keluarga menjadi salah satu tolak ukur dan barometer dalam pembangunan.

Sesuai dengan Amanat Permendagri Nomor 5 Tahun 2007 bahwa, “Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan yang merupakan mitra pemerintah dan organisasi


(28)

kemasyarakatan”. Berdasarkan hal tersebut, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) mempunyai peran untuk membantu pemerintah desa dan kelurahan dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin menuju terwujudnya keluarga yang berbudaya, bahagia, sejahtera, maju, mandiri, dan harmonis serta mempunyai peran dalam menumbuhkembangkan potensi dan peran perempuan dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, peran Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) juga sebagai penggali, pengembang potensi masyarakat khususnya keluarga, pembina, motivator, serta penggerak gotong royong dan swadaya perempuan dalam pembangunan sebagai bagian integral dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di era orde baru, merupakan lembaga kemasyarakatan yang peran dan kiprahnya tidak dipertanyakan lagi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui berbagai macam kegiatan ketrampilan yang banyak dilakukan mulai dari hidup sehat, pendidikan keluarga yang dimulai dari lingkungan terbawah yaitu keluarga, rumah tangga (RT) hingga desa dan kelurahan. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan wadah bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya agar secara mandiri mempunyai keterampilan dan keahlian dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi secara mandiri melalui peningkatan kapasitas dan kualitas hidup. Oleh karena itu, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dibentuk untuk menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan, dan membina keluarga guna mewujudkan keluarga sejahtera.


(29)

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) menjadi gerakan untuk mendata beberapa aspek yang diperlukan seperti data warga, ibu hamil, bayi, balita, kelahiran, kematian dan kegiatan-kegiatan masyarakat. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) juga harus menembus pemahaman agama yang kurang tepat tentang pelarangan penggunaan alat kontrasepsi, termasuk mereka harus memberikan penjelasan yang utuh tentang manfaat program Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat yang rata-rata berpendidikan rendah, mereka juga membantu korban kekerasan perempuan dalam rumah tangga dan masyarakat.

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) consern dalam membela kaum miskin yang kelaparan dengan cara membantu ekonomi kaum perempuan. Program kerja Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) berorientaasi pada praksis, artinya Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) bergerak pada aksi-aksi nyata memberdayakan dan memihak kaum perempuan. Dan lebih dari itu, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) mempunyai andil besar dalam mensukseskan lomba desa.

Terkait dengan hal tersebut, dalam upaya mempercepat terwujudnya tujuan pembangunan yang pro poor, pro gender, dan pro job, maka pemberdayaan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) perlu terus ditingkatkan. Pemberdayaan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam keluarga meliputi segala upaya bimbingan, pembinaan dan pemberdayaan agar keluarga dapat hidup sejahtera, maju dan mandiri.


(30)

Di Desa Wirata Agung terdapat gejala bahwa potensi kebudayaan daerah kurang dimanfaatkan oleh warga desa, hal ini karena kurangnya penggerak dalam bidang kebudayaan untuk memanfaatkan potensi kebudayaan daerah. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan warga, bahwa memang cenderung banyak kebudayaan di Desa Wirata Agung yang belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini dikarenakan motivasi untuk mengoptimalkan tersebut rendah. Hal tersebut juga berkaitan dengan rendahnya perhatian dari pimpinan desa, kurang antusiasnya pemuda terhadap kebudayaan yang ada, kurang perhatiannya kelompok organisasi desa terhadap kebudayaan dan kurangnya proses penyaluran pengetahuan dan keterampilan tentang kebudayaan daerah, dari orang tua ke generasi selanjutnya.

Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan kelompok organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), bahwa memang potensi kebudayaan daerah cenderung belum maksimal untuk dimanfaatkan, hal ini dikarenakan keaktifan organisasi ini dalam bidang kebudayaan masih kurang. Memotivasi anak-anak muda dan orang-orang dewasa untuk belajar tentang kebudayaan daerah juga belum maksimal dilakukan.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Desa Wirata Agung diketahui bahwa, potensi kebudayaan daerah cenderung kurang dioptimalkan karena banyak generasi muda yang enggan untuk belajar tentang kebudayaannya sendiri, kurangnya niat orang tua untuk menyalurkan pengetahuan dan bakatnya tentang kebudayaan terhadap anak-anaknya, perhatian pimpinan desa yang kurang terhadap kebudayaan daerah, perhatian organisasi desa yang


(31)

kurang terhadap kebudayaan daerah, kurangnya peran kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) terhadap kebudayaan daerah, apresiasi yang kurang dari organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) terhadap kebudayaan daerah yang dimiliki dan kurang berjalannya dukungan kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk memotivasi anak-anak muda dan orang dewasa dalam memanfaatkan kebudayaan daerah secara maksimal.

Potensi kebudayaan daerah yang dimiliki Desa Wirata Agung apabila tidak dimanfaatkan secara maksimal tentu saja akan berdampak pada generasi berikutnya, pemanfataan dan peningkatan potensi kebudayaan daerah harus dilakukan untuk melestarikan kebudayaan pada generasi mendatang. Melestarikan kebudayaan daerah yang ada merupakan tanggung jawab semua pihak, baik itu pimpinan desa, organisasi-organisasi desa, orang tua dan generasi muda sebagai generasi penerus selanjutnya.

Masalah ini berarti berkaitan erat dengan kurang berjalannya partisipasi, peranan dan dukungan pihak-pihak yang terlibat di desa tersebut untuk mengoptimalkan kebudayaan daerah yang dimiliki. Guna mengatasi masalah kebudayaan yang muncul tersebut, dan dalam rangka mendorong partisipasi wanita dalam pembangunan, agar dapat menumbuhkembangkan sikap, perilaku dan kemandirian baik untuk pribadi, keluarga dan masyarakat agar tidak keliru dalam menerima globalisasi, baik dari tingkat nasional hingga tingkat pedesaan maka perlu dikembangkan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain melalui organisasi-organisasi.


(32)

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik terhadap organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan alasan bahwa organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ini dalam kegiatannya yang diketuai oleh istri kepala desa, yang dimotivasi oleh kepala desa akan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Di dalam membina dan mengembangkan kaum perempuan diperlukan kader penggerak yang memiliki wawasan yang luas.

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju, mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri: 4).

Berdasarkan keputusan tersebut maka Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) diharapkan dapat menjadi wadah untuk menumbuhkembangkan sikap, perilaku, kemandirian, baik pribadi, keluarga maupun untuk masyarakat diharapkan mampu melaksanakan tugas dan fungsi dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu menjadi kewajiban semua pihak, terutama para pengurus, anggota dan warga masyarakat untuk terus menerus berupaya meningkatkan kualitas program dan kegiatan kerjanya. Akan tetapi, tidak semua warga aktif dalam organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Wirata Agung.

Berikut ini adalah tabel jumlah perempuan yang tergabung dalam organisasi kelompok ibu PKK dari tahun 2008 sampai tahun 2013 di Desa Wirata Agung:


(33)

Tabel 1.1 Jumlah Anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah Tahun 2013

No. Tahun Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah Anggota PKK Persentase Jumlah Anggota PKK 1 2 3 4 5 6 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2.951 2.997 3.029 3.026 3.047 3.076 154 167 180 180 210 238 5,21 % 5,57 % 5,94 % 5,94 % 6,89 % 7,73 % Sumber: Data Primer (Kepala Desa Wirata Agung Lampung Tengah).

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 hingga tahun 2013 jumlah anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) semakin meningkat, hal ini dipengaruhi oleh majunya pendidikan, sehingga ibu-ibu banyak yang tertarik terhadap organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan ingin berperan serta dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Akan tetapi, tidak semua anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ini aktif dalam kegiatan di tingkat desa, melainkan hanya sebatas lingkungan keluarga saja.

Kebudayaan merupakan langkah strategis pembangunan bangsa. Alasannya, belum ada suatu usaha yang teruji untuk mengakomodasi budaya lokal atau daerah di tingkat nasional. Sehingga ternyata perjalanan bangsa sampai kini masih menuju pada kondisi yang memprihatinkan secara budaya. Indonesia sangat perlu menempatkan kebudayaan sebagai konsepsi dan sekaligus strategi.


(34)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin meneliti tentang

“Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang Kebudayaan dalam Rangka Memanfaatkan Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2013”.

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini fokus

mengkaji tentang “Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang Kebudayaan dalam Rangka Memanfaatkan Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung

Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2013”.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah peranan kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di bidang kebudayaan dalam rangka memanfaatkan potensi kebudayaan daerah di desa Wirata Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah?”.

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peranan kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam bidang kebudayaan untuk memanfaatkan potensi kebudayaan daerah di Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataran Lampung Tengah.


(35)

2. Kegunaan Penelitian 2.1Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis menerapkan konsep, teori, prinsip dan prosedur ilmu pendidikan khususnya PKn, pada wilayah kajian pendidikan nilai moral Pancasila. Karena penelitian ini berkaitan dengan partisipasi, peranan dan dukungan pihak-pihak tertentu untuk mengoptimalkan kebudayaan daerah yang ada di Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah.

2.2Kegunaan Praktis

a. Kepada kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) agar lebih berperan untuk memberikan motivasi kepada semua pihak yang terlibat dalam memanfaatkan potensi kebudayaan daerah di Desa Wirata Agung.

b. Kepada pemuda-pemudi desa agar mau mempelajari dan memanfaatkan potensi kebudayaan daerah yang dimiliki Desa Wirata Agung.

c. Kepada masyarakat desa secara keseluruhan agar mau memanfaatkan dan melestarikan potensi kebudayaan daerah yang dimiliki Desa Wirata Agung.


(36)

E.Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada wilayah kajian pendidikan nilai moral Pancasila.

2. Ruang lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang ada di Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah.

3. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah studi tentang peranan kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di bidang kebudayaan dalam rangka memanfaatkan potensi kebudayaan daerah di Desa Wirata Agung.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini di lakukan di Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.

5. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai.


(37)

(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teoritis

Kesadaran bangsa Indonesia untuk memberi kesempatan khusus bagi perempuan berkembang bersamaan dengan makin besarnya kepedulian dunia terhadap peranan perempuan. Maka peranan perempuan perlu ditingkatkan dengan berbagai usaha. Sehingga perempuan tidak hanya dianggap sebagai pengurus rumah tangga, tetapi perempuan juga dapat meningkatkan keterampilan untuk dapat membantu keluarga dengan memanfaatkan potensi kebudayaan yang ada.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peran. Di dalam teori peran menurut Biddle dan Thomas dalam Sarlito W. Sarwono (1983: 209), memberikan empat peristilahan, yaitu:

1. Orang-orang yang mengambil peran dalam interaksi tersebut; 2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;

3. Kedudukan orang dalam perilaku; 4. Kaitan antara orang dan perilaku.

Berdasarkan keempat istilah di atas, dibagi dalam dua golongan yaitu (1) aktor adalah orang yang sedang berperilaku menuruti suatu peran tertentu, (2) target atau orang lain adalah orang yang mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.

Berdasarkan teori peran di atas, maka dapat dikatakan bahwa antara aktor dan target saling berhubungan. Di mana dalam hubungan tersebut terdapat kaitan


(39)

antara kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) terhadap kebudayaan daerah di Desa Wirata Agung.

1. Tinjauan tentang Potensi Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung a. Pengertian Potensi

Potensi merupakan suatu hal yang pasti dimiliki oleh manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang hidup bermasyarakat. Pengertian potensi adalah “sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber yang akan dikelola baik melalui usaha yang dilakukan manusia maupun yang dilakukan melalui tenaga mesin di mana dalam pengerjaannya potensi dapat juga diartikan sebagai sumber daya yang ada disekitar kita”. (Kartasapoetra, 1987: 56). Sedangkan menurut Slamet Wiyono (2006: 37), “potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut”.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Endra K. Prihadi (2004: 6), bahwa

“potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa potensi adalah sumber kekuatan atau sumber daya yang masih terpendam dan belum dimanfaatkan secara optimal, yang apabila sumber tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dan optimal maka sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.


(40)

Potensi yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini adalah kebudayaan daerah yang dimanfaatkan secara cermat oleh sumber daya manusia (SDM) di mana potensi tersebut dapat menjadi suatu keterkaitan yang menyatu dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di keluarga, desa, maupun kecamatan. Kebudayaan daerah tersebut harus dapat dimaksimalkan manfaatnya, dalam rangka menunjang kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

b. Pengertian Kebudayaan dan Kebudayaan Daerah

Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang berwujud sebagai komunitas desa, atau kota, atau sebagai kelompok adat yang lain,

bisa menampilkan suatu corak yang khas. “Kata kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal, berdasarkan hal tersebut kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. (Soerjono Soekanto, 2006: 150).

Seorang antropolog, yaitu E. B. Taylor dalam Soerjono Soekanto (2006: 150), memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut:

“Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Berdasarkan definisi tersebut, kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.


(41)

Pendapat mengenai kebudayaan juga diungkapkan oleh Kuntjaraningrat dalam Rusmin Tumanggor (2010: 19), bahwa “kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terperinci, yaitu terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem pencaharian serta sistem teknologi peralatan”. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak. Seseorang yang meneliti kebudayaan tertentu akan sangat tertarik dengan objek-objek kebudayaan seperti rumah, sandang, jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Parsudi Suparlan dalam Rusmin Tumanggor (2010: 21), kebudayaan menurutnya adalah “keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat model-model pengetahuan pedoman hidup atau blue print yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi, serta untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan”. Pendapat ini menjelaskan mengenai kebudayaan yang dijadikan sebagai pedoman hidup atau way of life oleh manusia di dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah ide berupa model-model pengetahuan yang dijadikan sebagai landasan atau acuan oleh seseorang sebagai anggota masyarakat melakukan aktivitas sosial, menciptakan materi kebudayaan


(42)

dalam unsur budaya universal: agama, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi serta kesenian.

Budaya merupakan suatu kebiasaan yang mengandung nilai-nilai penting dan fundamental yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan tersebut harus dijaga agar tidak luntur atau hilang sehingga dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya.

Menelaah dari pengertian-pengertian mengenai kebudayaan yang diungkapkan oleh para ahli di atas, maka pengertian kebudayaan daerah adalah suatu kebiasaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu ke generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain.

Budaya daerah sendiri mulai terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan-kerajaan terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang berbeda satu sama lain. Dari bermacam-macam budaya daerah tersebut maka munculah sesuatu yang disebut budaya nasional.

c. Unsur-unsur Kebudayaan

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan


(43)

yang bersifat sebagai kesatuan. Beberapa orang sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan, misalnya Melville J. Herskovits yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (2006: 153), mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu:

1. Alat-alat teknologi; 2. Sistem ekonomi; 3. Keluarga;

4. Kekuasaan politik.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (2006: 153), beliau terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional dalam antropologi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan, antara lain:

1. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya;

2. Organisasi ekonomi;

3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama;

4. Organisasi kekuatan.

Masing-masing unsur atau beberapa macam unsur-unsur kebudayaan tersebut, untuk kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan dalam unsur-unsur pokok kebudayaan, yang lazim disebut cultural universals.

Antropolog C. Kluckhohn di dalam sebuah karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (2006: 154), telah menguraikan ulasan para sarjana mengenai hal itu.


(44)

Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi dan sebagainya);

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya); 3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,

sistem hukum, sistem perkawinan); 4. Bahasa (lisan maupun tulisan);

5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya); 6. Sistem pengetahuan;

7. Religi (sistem kepercayaan).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa semua komponen tersebut dimiliki oleh kebudayaan, bahkan menjadi faktor pembangunan dari setiap suku bangsa mulai dari tingkat sektoral, regional, nasional, hingga internasional. Unsur-unsur itu juga akan melintasi batas-batas wilayah tersebut (cross cultural).

d. Fungsi Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materil.

Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas, untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.


(45)

Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan di dalamnya. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 155), teknologi pada dasarnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu:

1. Alat-alat produktif; 2. Senjata;

3. Wadah;

4. Makanan dan minuman; 5. Pakaian dan perhiasan;

6. Tempat berlindug dan perumahan; 7. Alat-alat transportasi.

Menurut Suparlan dalam Rusmin Tumanggor (2010: 95), bahwa

“masyarakat majemuk Indonesia, bukan hanya beraneka ragam corak kesukubangsaan dan kebudayaan suku bangsanya secara horizontal, tetapi juga secara vertikal atau jenjang menurut kemajuan ekonomi, teknologi dan organisasi sosial politiknya”. Tanpa disadari oleh banyak orang Indonesia, sebenarnya dalam masyarakat Indonesia terdapat golongan dominan dan minoritas, sebagaimana yang terwujud dalam interaksi sosial yang mereka lakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka fungsi kebudayaan dan kebudayaan daerah adalah untuk menciptakan keragaman hidup bermasyrakat serta dapat menerapkan konsep multikulturisme secara baik dalam sikap kesetaraan dalam bermasyarakat.


(46)

e. Jenis-jenis Kebudayaan Daerah di Desa Wirata Agung

Setiap daerah pasti memiliki kebudayaan daerahnya masing-masing. Hal inilah yang memberikan corak yang khas pada tiap daerah tersebut. sama halnya dengan kondisi yang ada di Desa Wirata Agung. Desa Wirata Agung memiliki potensi kebudayaan dalam bidang seni yang cukup banyak, antara lain: seni Gamelan Bali, Tari Bali, Kidung Bali, pementasan Drama Bali dan pementasan Wayang. (sumber: wawancara dengan ketua kelompok ibu PKK).

Kesenian-kesenian tersebutlah merupakan potensi kebudayaan daerah yang ada di Desa Wirata Agung. Potensi tersebut belum maksimal dimanfaatkan oleh warga desa, padahal apabila dapat dimaksimalkan atau ditingkatkan pemanfaatannya tentu saja akan berdampak baik bagi seluruh warga desa. Kebudayaan dalam hal kesenian ini membedakan Desa Wirata Agung dengan desa-desa lainnya, serta memberikan corak khas Desa Wirata Agung.

2. Tinjauan tentang Peranan Kelompok Ibu PKK a. Pengertian Peranan

Setiap manusia memiliki peranan yang berbeda sehingga membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Setiap orang mempunyai peran pada masing-masing situasi, dia akan berbeda bila menjadi ayah, berbeda lagi bila menjadi anak, menjadi guru, menjadi pedagang dan lain sebagainya.


(47)

Menurut Margono Slamet (1995: 15), peranan adalah “mencakup tindakan atau perilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial”. Sedangkan menurut Gross Manson dan Mc Eachern (1995: 99), berpendapat bahwa peranan adalah “sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada

individu yang menempati kedudukan sosial tertentu”.

Pengertian peranan di atas dikaji lagi oleh Soerjono Soekanto (2000: 268), menurutnya peranan adalah “aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan

kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran”. Menurut Soerjono Soekanto (2000: 269), Peranan tersebut menurutnya mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Sesuai dengan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan adalah seperangkat harapan-harapan yang mencakup tindakan atau perilaku seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang yang diberikan kedudukan dalam melaksanakan hak dan kewajiban harus sesuai dengan peranannya dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan


(48)

diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

b. Pengertian Kelompok Ibu PKK

Salah satu wadah organisasi perempuan di masyarakat desa dan kelurahan adalah Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). PKK merupakan sebuah gerakan yang tumbuh dari bawah dengan perempuan sebagai penggerak dan dinamisatornya dalam membangun, membina, dan membentuk keluarga guna mewujudkan kesejahteraan keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) secara umum adalah:

1. Usaha untuk membuat (merekayasa) masyarakat atau keluarga menjadi kuat dan mampu (berdaya) untuk berbuat atau berpartisipasi dalam kehidupan bersama dengan mengefektifkan, memberikan peluang atau dukungan, dan bantuan dalam segala aspek kehidupan (poleksoshankambud).

2. Usaha untuk mempertemukan berbagai unsur atau komponen dalam suatu kerjasama agar menjadi kekuatan yang utuh (sinergis) dalam rangka mewujudkan tujuan tim penggerak.

“Secara khusus Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) diartikan sebagai gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dengan perempuan sebagai motor penggeraknya menuju terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera, maju dan mandiri”. (webmaster PKK Jaksel,


(49)

2007: 1). Sedangkan menurut keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

30 Tahun 1981 dalam C.S.T Kansil “Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

(PKK) merupakan suatu gerakan pembangunan melalui keluarga sebagai unit atau kelompok terkecil dalam masyarakat dengan wanita sebagai peran utamanya”. (C.S.T Kansil, 1988: 54).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahhwa Kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah suatu kelompok gerakan pembangunan secara nasional yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dengan perempuan sebagai motor penggeraknya untuk mewujudkan keluarga yang bahagia, sejahtera, maju dan mandiri.

c. Tujuan dan Sasaran Kelompok Ibu PKK 1. Tujuan Kelompok Ibu PKK

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor penggeraknya untuk membangun keluarga sebagai unit atau kelompok terkjecil dalam masyarakat guna menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan, dan membina keluarga guna mewujudkan keluarga sejahtera. Dari batasan penjelasan mengenai

PKK tersebut, jelaslah bahwa tujuan gerakan PKK adalah mewujudkan keluarga sejahtera. Sejahtera dalam hal ini yaitu, keluarga yang mampu menciptakan keselarasan, keserasian, dan


(50)

keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan batiniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Bagi khalayak umum, bila kita menyebut PKK maka yang terbayang adalah masak-memasak, menjahit menyulam dan merangkai bunga. Tujuan dari PKK lebih luas dari bayangan tersebut, tujuan dari Kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin menuju terwujudnya keluarga yang berbudaya, bahagia, sejahtera, maju, hidup dalam suasana harmonis yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dikaitkan dengan perempuan, dan memang sebenarnya diarahkan kepada keluarga. Menurut Julia Suryakusuma (2012: 189), bahwa:

Keluarga mendukung masyarakat dan negara dengan tiga cara: pertama sebagai unit ekonomi, tempat melakukan reproduksi, pembentukan tenaga kerja, dan juga sebagai area konsumsi; kedua, sebagai unit biososial tempat hubungan ibu, bapak dan anak diberi konstruksi sosial; ketiga, keluarga menyediakan tempat pembentukan unit ideologis, yaitu sistem nilai, kepercayaan, tradisi sosial dan budaya yang ditanamkan sejak kanak-kanak.

Dengan demikian negara tidak keliru, jika senantiasa menekankan pentingnya keluarga dan memusatkan kegiatan PKK pada perempuan sebagai mediator dengan keluarga.


(51)

2. Sasaran Kelompok Ibu PKK

Visi Gerakan PKK adalah terwujudnya keluarga sejahtera untuk menuju masyarakat madani, yaitu masyarakat yang maju, mandiri, demokratif, partisipatif, dan sadar hukum. Sedangkan misi Gerakan PKK yaitu memberdayakan masyarakat dan menciptakan kondisi untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sehingga mampu membangun dirinya berdasarkan potensi, kebutuhan aspirasi dan kewenangan yang ada.

Pemberdayaan masyarakat akan terwujud bila ada upaya untuk memberdayakan keluarga. Maksud dari pemberdayaan keluarga

adalah “segala upaya yang bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahan dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak lain”. (Panduan Pemberdayaan Masyarakat, 1999: 2).

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut maka ditetapkanlah sasaran Kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) antara-lain: a. Mental spiritual, meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba

Tuhan, anggota masyarakat, dan warga negara yang dinamis serta bermanfaat, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

b. Fisik mental, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, kesempatan kerja atau berusaha yang layak serta lingkungan hidup yang sehat dan lestari melalui peningkatan pendidikan pengetahuan dan keterampilan. (Pedoman Pelaksanaan Kesatuan Gerak PKK – KB – Kesehatan Tahun 1996/1997 : 1).


(52)

d. Peranan Kelompok Ibu PKK

Dasar hukum yang melandasi Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah :

1. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain.

2. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Greakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ( PKK ).

3. Keputusan Rakernas V PKK Nomor 02/KEP/Rakernas V/PKK/IV1998 tanggal 18 April 1998 tentang Pedoman Pengelolaan Gerakan PKK.

4. Kesepakatan Rakernas Luar Biasa ( Rakernaslub ) PKK Tahun 2000 tanggal 21 Oktober s/d 2 Nopember Tahun 2000.

5. Pedoman Umum Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ( PKK ) Tim Penggerak PKK Pusat Tahun 2001.

6. Hasil Rapat Kerja Nasional VI PKK Tahun 2005. (Tim Penggerak PKK Pusat: 2005).

Dasar hukum tersebutlah yang melandasi gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di dalam melaksanakan peran dan program-program pokok PKK.

Peranan wanita atau kelompok ibu dalam Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) antara lain:

Pendidikan buta aksara (melek huruf), peningkatan gizi masyarakat, pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila, kesehatan, kependudukan dan keluarga berencana, pemanfaatan tanah pekarangan, perkoperasian dan wiraswasta, pelestarian lingkungan hidup, penyuluhan dan pembinaan keterampilan-keterampilan khusus yang bertujuan untuk menambah penghasilan keluarga. (Nani Soewondo, 1984: 190).

Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di dalam melaksanakan tugas-tugasnya memiliki suatu program. Program PKK ini mempunyai jangkauan luas dan rumit, hal ini dijelaskan dalam Julia Suryakusuma (2012: 192), “program PKK mencakup ideologi negara dan


(53)

program pembangunan pemerintah: 1) P4; 2) gotong royong; 3) pangan; 4) sandang; 5) perumahan dan tata laksana rumah tangga; 6) pendidikan dan keterampilan; 7) kesehatan; 8) pengembangan kehidupan berkoperasi; 9) kelestarian lingkungan hidup; 10) perencanaan sehat”. Program-program ini dirancang agar sesuai dengan pembangunan dan tujuan ideologis negara.

Peranan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam melaksanakan programnya mempunyai kebijakan, strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup keluarga yang merupakan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

B.Kajian Penelitian yang Relevan

Penulis di dalam penyusunan skripsi ini, menggunakan acuan skripsi yang relevan, yang dalam penelitiannya menjelaskan tentang peranan kelompok ibu Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Judul Skripsi : Peranan Kelompok Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup di Kelurahan Sukamenanti Kecamatan Kedaton Bandar Lampung Tahun 2007.

Penulis : Weni Emelda Yusnita.


(54)

Rumusan masalah : Bagaimanakah peranan kelompok Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) terhadap Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup di Kelurahan Sukamenanti Kecamatan Kedaton Bandar Lampung Tahun 2007?

Teori Penelitian : Teori yang digunakan yaitu teori peran oleh Biddle dan Thomas.

Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif.

Hasil dan Pembahasan: Penelitian bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan suatu objek secara sistematis, faktual dan akurat tentang berbagai fakta atau keadaan dari sifat-sifat populasi. Indikator memotivasi dan menggerakkan masyarakat agar peduli terhadap lingkungan termasuk dalam kategori sangat berperan. Melakukan penghijauan lingkungan kategori cukup berperan, melaksanakan kebersihan lingkungan kategori sangat berperan, melaksanakan pertemuan rutin masuk dalam kategori belum berperan secara maksimal. Upaya menanam dan memelihara pohon sudah cukup berperan, memelihara kebersihan lingkungan masuk dalam kategori sudah dilaksanakan dengan baik, upaya penghematan energi sudah cukup berperan dan upaya pemanfaatan tanaman boga dan toga masuk dalam kategori cukup berperan.


(55)

Kesimpulan : Peranan Kelompok Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam upaya melestarikan lingkungan hidup di kelurahan Sukamenanti kecamatan Kedaton Bandar Lampung tahun 2007 memiliki kategori cukup berperan yang paling dominan. Untuk indikator memotivasi dan menggerakkan masyarakat agar peduli terhadap lingkungan, melakukan penghijauan lingkungan, upaya menanam dan memelihara pohon, penghematan energi dan pemanfaatan tanaman boga dan toga termasuk dalam kategori cukup berperan. Sementara, untuk indikator melaksanakan pertemuan rutin dikategorikan belum berperan sedangkan indikator melaksanakan dan upaya memelihara kebersihan dikategorikan sangat berperan.

Analisis persamaan dan perbedaan penelitian: persamaan yang ditemukan dalam penelitian ini antara-lain; meneliti tentang peranan kelompok PKK, jumlah sampel dalam penelitian ini 36 orang, menggunakan metode penelitian deskriptif. Sedangkan perbedaannya antara lain; variabel terikat, kerangka pikir, definisi operasional variabel dan indikatornya, pembahasan serta kesimpulan.


(56)

C.Kerangka Pikir

Peranan Perempuan dalam pembangunan bangsa saat ini mencakup aspek yang luas. Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan wadah kegiatan kaum ibu/wanita yang berpotensi cukup besar dalam menunjang keberhasilan pembangunan nasional yang mencakup segala aspek kehidupan termasuk dalam bidang kebudayaan.

Keterampilan perempuan dalam hal sosial dan budaya dikembangkan untuk mempertinggi harkat dan martabat perempuan serta perannya dalam keluarga dan masyarakat. Perempuan dapat mengembangkan keterampilannya dengan cara memanfaatkan potensi lokal yang ada.

Kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang ada di Desa Wirata Agung memiliki keterampilan dalam bidang kebudayaan, seperti mereka memiliki kelompok Gamelan Gong Bali, memiliki keterampilan untuk menarikan Tarian Bali dan memiliki keterampilan membaca Kidung Bali. Meskipun mereka tidak memiliki pendidikan yang tinggi tetapi dengan keterampilan yang mereka miliki dapat membantu melestarikan kebudayaan lokal atau daerah di Desa Wirata Agung.

Peranan kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di bidang kebudayaan dapat diwujudkan melalui tindakan nyata antara-lain: memotivasi anak-anak muda yang ada di Desa Wirata Agung agar tahu dan cinta terhadap kebudayaan daerahnya, memotivasi para orang tua di desa tersebut agar peduli


(57)

terhadap kebudayaan daerah yang dimiliki dan melalui tindakan menggerakkan seluruh masyarakat Desa Wirata Agung dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah.

Semua tindakan tersebut dilakukan dalam upaya memanfaatkan potensi kebudayaan daerah Desa Wirata Agung. Adapun tujuan dalam pemanfaatan potensi kebudayaan daerah tersebut antara-lain: agar warga desa memiliki pengetahuan tentang potensi kebudayaan yang dimiliki oleh desa tersebut, memiliki keterampilan yang memadai dalam bidang kebudayaan daerah dan memiliki kesadaran pentingnya melestarikan kebudayaan daerah di Desa Wirata Agung.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat digambarkan paradigma sebagai berikut:

Pemanfaatan Potensi Kebudayaan Daerah (Y)

a. Masyarakat memiliki pengetahuan tentang potensi kebudayaan daerah.

b. Masyarakat memiliki keterampilan dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah. c. Masyarakat memiliki

kesadaran mengenai pentingnya

melestarikan

kebudayaan daerah. Peranan Kelompok Ibu PKK di

Bidang Kebudayaan (X)

a. Memotivasi generasi muda agar tahu dan cinta terhadap kebudayaan daerah.

b. Memotivasi orang tua agar peduli terhadap kebudayaan daerah.

c. Menggerakkan masyarakat dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah.


(58)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memaparkan suatu fakta dan analisa data mengenai kegiatan atau program yang dilakukan oleh Kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam upayanya memanfaatkan potensi kebudayaan daerah yang ada di Desa Wirata Agung. “Metode deskriptif merupakan penyelidikan yang menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasikan penyelidikan dengan metode survey yaitu dengan teknik interview, angket, observasi, tes, studi kasus, studi komperatif, studi gerak dan waktu, analisis kualitatif dan studi kooperatif atau operasional”. (Winarno Surakhmad, 1984: 139).

Penjelasan lain tentang metode deskriptif adalah “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan suatu subjek dan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya”. (Hadari Nawawi, 1991: 63). Pendapat lain juga mengemukakan bahwa metode

deskriptif adalah “metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, yang dilakukan dengan menempuh


(59)

langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis pengolahan data, membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif”. (Moh. Ali, 1985: 131).

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah dengan tujuan untuk pemecahan masalah yang ada sekarang, melalui suatu cara pendeskripsian atau penggambaran keadaan secara objektif berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya dengan penafsiran data yang ada.

B.Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian pada hakikatnya merupakan suatu persiapan di dalam penelitian, yang bersifat sistematis dengan tujuan agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana. Di dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Persiapan Pengajuan Judul

Observasi lapangan merupakan langkah awal yang perlu dilakukan dalam memulai suatu penelitian. Setelah menemukan masalah, maka penulis mengajukan judul kepada dosen pembimbing akademik yang terdiri dari dua alternatif judul. Setelah salah satu judul disetujui, langkah selanjutnya judul tersebut diajukan kepada Ketua Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Pada tanggal 30 November 2012 judul disetujui dan sekaligus ditetapkannya dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.


(60)

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah mendapatkan surat izin penelitian pendahuluan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan No. 7350/UN26/3/PL/2012, maka penulis melakukan penelitian pendahuluan di Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah. Penelitian pendahuluan fokus dilakukan kepada kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Wirata Agung.

Kegiatan penelitian pendahuluan ini dimaksudkan untuk mengetahui lokasi dan keadaan tempat penelitian serta untuk mendapatkan gambaran umum tentang masalah yang akan diteliti dalam menyusun proposal penelitian. Masalah yang diteliti yaitu tentang peranan kelompok ibu PKK di bidang kebudayaan dalam rangka memanfaatkan potensi kebudayaan daerah. Proposal penelitian ditunjang dengan berbagai literatur yang sesuai dan bimbingan dari dosen pembimbing.

Hasil dari penelitian pendahuluan tersebut disusun dalam bentuk proposal penelitian untuk diseminarkan. Proposal disetujui oleh pembimbing II pada tanggal 5 Februari 2013, kemudian disetujui oleh pembimbing I pada tanggal 9 Februari 2013. Tindakan selanjutnya yaitu mendaptarkan pada koordinator seminar pada tanggal 15 Februari 2013. Seminar dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2013, tujuan dari seminar proposal adalah untuk mendapatkan masukan baik itu kritik ataupun saran dari dosen pembahas dan pembimbing serta teman-teman mahasiswa agar proposal yang dibuat sebagai skripsi menjadi lebih baik.


(61)

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Setelah proposal diseminarkan maka penulis melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan masukan-masukan dari dosen pembahas dan pembimbing pada saat seminar proposal. Dosen pembahas II dan I menyetujui proposal penelitian pada tanggal 25 Februari 2013. Setelah perbaikan selesai sekaligus disahkan oleh ketua program studi kemudian peneliti mengajukan pengesahan komisi pembimbing.

4. Pelaksanaan Penelitian 4.1 Persiapan Administrasi

Penulis mendapatkan surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung dengan No. 1674/UN26/3/PL/2013 pada bulan Maret, yang ditujukan kepada Kepala Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah untuk melakukan penelitian pada lokasi Desa Wirata Agung, fokus pada kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah dengan menyebarkan angket kepada anggota kelompok ibu PKK yang berlokasi di Desa Wirata Agung. Penulis mempersiapkan angket yang akan diberikan kepada 36 responden yang berisi 26 pertanyaan.


(62)

4.2 Penyusunan Teknik Angket

Sesuai dengan teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik angket, maka penulis menyusun kisi-kisi angket yang berisi daftar pertanyaan berjumlah 26 pertanyaan, ditujukan kepada 36 responden. Langkah-langkah dalam melakukan kegiatan ini antara lain: a. Membuat pertanyaan yang akan dijadikan sebuah angket dalam

mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan peranan kelompok ibu PKK di bidang kebudayaan dalam rangka memanfaatkan potensi kebudayaan daerah di Desa Wirata Agung, angket tersebut akan diisi oleh anggota kelompok ibu PKK Desa Wirata Agung yang berjumlah 36 orang.

b. Sebelum penulis menyebarkan angket penelitian, maka kisi-kisi pertanyaan dan daftar pertanyaan dikonsultasikan dulu kepada pembimbing II dan I untuk mendapatkan saran dan persetujuan dari pembimbing.

c. Setelah angket tersebut disetujui oleh pembimbing II dan I, langkah selanjutnya yaitu mengadakan persiapan penyebaran angket kepada responden di lokasi penelitian, yaitu Desa Wirata Agung.

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram tahun 2013, yang aktif dalam kegiatan desa yaitu berjumlah 36


(63)

orang. Berikut ini adalah tabel jumlah ibu-ibu PKK Desa Wirata Agung yang aktif ditingkat desa pada tahun 2013.

Tabel 3.1 Jumlah Ibu-ibu PKK Desa Wirata Agung Tahun 2013

No Lingkungan Jumlah

1 Dusun 1 9 orang

2 Dusun 2 8 orang

3 Dusun 3 10 orang

4 Dusun 4 9 orang

Jumlah 36 orang

Sumber: Data Primer (Kepala Desa Wirata Agung Lampung Tengah)

“Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, benda-benda, tumbuhan, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”. (Hadari Nawawi, 1991: 141). Pendapat lain menjelaskan bahwa,

“populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah penelitian, mengingat penelitian akan menentukan validitas data dalam penelitian dan populasi merupakan kelompok yang menarik peneliti, di mana kelompok tersebut dijadikan sebagai objek untuk menggeneralisasikan hasil penelitian”. (Fraenkel dan Wallen, 1990: 68).

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Kelompok Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Desa Wirata Agung yang aktif dalam kegiatan desa, yaitu berjumlah 36 orang.


(1)

K = Kategori.

Kemudian rumus persentase yang digunakan adalah :

% 100 N F P

Keterangan :

P = Persentase.

F = Frekuensi pada klasifikasi atau kategori variabel yang bersangkutan.

N = Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi katagori variabel.

Kriteria yang digunakan untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh adalah sebagai berikut :

76% -100% = Baik.

56% -75% = Cukup.

40% -55% = Kurang Baik.

0%-39% = Tidak Baik. (Suharsimi Arikunto, 1998: 196).

Peneliti menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan uji persentase ini karena diharapkan dapat mendeskripsikan bagaimana peranan kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tersebut dalam upaya memanfaatkan potensi kebudayaan daerah yang ada di Desa Wirata Agung.


(2)

100

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah penulis uraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Kelompok Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Wirata Agung cukup berperan dalam memanfaatkan potensi kebudayaan daerah. Kelompok Ibu PKK Desa Wirata Agung sudah berperan dalam memotivasi generasi muda agar tahu dan cinta terhadap kebudayaan daerah. Sedangkan untuk memotivasi para orang tua agar peduli terhadap kebudayaan daerah peranan Kelompok Ibu PKK Desa Wirata Agung dikategorikan cukup berperan, dan Kelompok Ibu PKK Desa Wirata Agung cukup berperan untuk menggerakkan masyarakat dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah.

B.Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan penelitian, maka dapat diketahui Peranan Kelompok Ibu PKK di Bidang Kebudayaan dalam Rangka Memanfaatkan Potensi Kebudayaan Daerah memiliki peran yang penting, oleh karena itu saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:


(3)

1. Kepada kelompok ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Wirata Agung agar lebih meningkatkan kinerja anggota dalam mensejahterakan keluarga dan masyarakat, terlebih lagi tentang hal yang berhubungan dengan kebudayaan daerah agar dapat menggerakkan masyarakat secara maksimal untuk memanfaatkan potensi kebudayaan daerah. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan banyak mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan daerah, contohnya pertunjukan seni, sehingga masyarakat tertarik untuk mempelajari kebudayaan daerah tersebut.

2. Kepada generasi muda agar lebih meningkatkan rasa ingin tahu dan cinta terhadap kebudayaan daerah, sehingga tertarik untuk mempelajari kebudayaan daerah. Cara yang dapat dilakukan oleh kelompok ibu PKK sebagai orang tua untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan cinta terhadap kebudayaan tersebut adalah dengan memotivasi generasi muda dan meyakinkan bahwa hal tersebut adalah tindakan nyata untuk melestarikan kebudayaan daerah.

3. Kepada para orang tua agar lebih peduli terhadap kebudayaan daerah, yaitu dengan cara menyalurkan pengetahuan dan keterampilan kebudayaan daerah kaepada generasi muda.

4. Kepada pemerintah Desa Wirata Agung diharapkan untuk dapat memberikan dukungan dalam upaya pemanfaatan potensi kebudayaan


(4)

102

daerah secara maksimal, yaitu dengan cara membuat sanggar seni budaya sebagai sarana pendidikan generasi muda di bidang kebudayaan daerah.

5. Kepada masyarakat Desa Wirata Agung secara keseluruhan agar dapat memanfaatkan potensi kebudayaan daerah secara maksimal yaitu sebagai pelengkap dalam upacara keagamaan, pendidikan bagi generasi muda dan hiburan bagi masyarakat umum. Cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan selalu melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan daerah. Hal tersebut merupakan tindakan nyata dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Metodologi Research. Yogyakarta: UGM.

Ali, Muhammad. 1988. Prosedur Penelitian dan Strategi. Bandung: Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi.

Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. C.S.T. Kansil. 1988. Desa Kita. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 1999. Panduan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Departemen Dalam Negeri.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 1997. Pedoman Pelaksanaan Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan. Jakarta: Departemen Dalam Negeri.

Gross Manson & Mc. Eachern. 1995. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Grafindo Persada.

Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Research. Yogyakarta: UGM. Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UGM. Kartasapoetra. 1987. Potensi dan Sumber Daya. Jakarta: Erlangga. M. Sitorus. 2000. Berkenalan dengan Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


(6)

Sarwono, Sarlito. W. 1983. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slamet, Margono. 1995. Peran dan Status Sosial. Jakarta: Grafindo Persada. Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Soekanto, Soerjono. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo

Soewondo, Nani. 1984. Kedudukan Wanita Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Surakhmad, Winarno. 1984. Metodologi Penelitian. Bandung: Angkasa.

Suryakusuma, Julia. 2012. Agama, Seks dan Kekuasaan. Jakata: Komunitas Bambu.

Tim Penggerak PKK Pusat. 2005. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta: Departemen Dalam Negeri.

Tumanggor, Rusmin. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media.