PENDAHULUAN POPULASI DAN PERFORMANS REPRODUKSI BABI BALI BETINA DI KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI SEBAGAI PLASMA NUTFAH ASLI BALI.

3 Kabupaten Karangasem, sehingga memudahkan dalam usaha-usaha peningkatan populasi ternak babi bali, dan selanjutnya informasidata dasar ini merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan usaha peningkatan produksi ternak babi bali sebagai salah satu plasma nutfah asli Bali.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Babi Bali Babi Bali Sus vitatus merupakan hewan monogastrik dengan sistimatika zoology sebagai berikut: Kingdom : Animal Phylum : Chordata Class : Mamalia Order : Ungulata Artiodactyla Family : Suidae Genus : Sus Species : Sus vitatus Nama Indonesia : babi bali Nama lokal Bali : celengkucit Babi merupakan hewan yang telah dipelihara dan dikembangkan sejak dahulu untuk tujuan memenuhi kebutuhan akan daging bagi umat manusia. Secara umum, pemeliharaan ternak babi relatif mudah karena babi mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi iklim yang beragam, dan dapat memanfaatkan berbagai jenis sumber pakan, sehingga tidak jarang babi diberi makan sisa-sisa makanan manusia atau berbagai jenis limbah. Selain itu, babi merupakan hewan yang mampu menghasilkan banyak anak dalam setahun prolifik dengan interval generasi yang lebih singkat, sehingga babi berpotensi sebagai ternak komersial. Menurut Siagian 1999 bahwa ternak babi memiliki laju petumbuhan yang cepat, jumlah anak per kelahiran litter size yang tinggi, efisien ransum yang baik 70-80, dan persentase karkas yang tinggi 65-80. Babi asli yang ada di Indonesia sesungguhnya adalah babi hutan yang masih berkeliaran di hutan-hutan. Menurut sejarah, babi peliharaan yang ada di masyarakat sekarang ini berasal dari dua jenis babi liar yaitu Sus vitatus dan Sus Scrofa. Jenis Sus vitatus berasal dari India Timur, Asia Tenggara, termasuk China. Sedangkan Sus scrofa adalah jenis babi dari Eropa. Adapun bangsa babi yang terkenal sebagai babi asli Indonesia antara lain: Babi Bali, Babi Karawang, Babi Sumba dan Babi Nias. Babi Bali yang terdapat di Pulau Bali dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu: tipe pertama yang merupakan babi bali yang berasal dari babi liar Sus vitatus dan banyak dijumpai di Bali bagian timur Kabupaten Karangasem dengan ciri-ciri: • Kepala panjang, cungur panjang. • Telinga panjang dan tegak. • Tulang kaki sangat kuat. • Punggung rata atau hamper lurus. • Perut tidak menggesek tanah. • Bulu lebih kasar dan selurunhya berwarna hitam. 4 Tipe kedua adalah babi bali yang merupakan bangsa babi yang sudah dianggap babi asli asal Bali, walaupun dari segi sejarah didatangkan dari China, yang kemudian berkembang dan terkenal sebagai salah satu tipe babi bali yang terdapat di utara, tengah, barat, dan selatan Pulau Bali. Menurut Tan Hok Seng 1957 disebutkan bahwa babi yang ada di Bali merupakan peranakan dari babi liar setempat Sus vitatus dengan Babi Tiongkok Selatan. Hasil persilangan ini yang sering disebut sebagai babi bali oleh masyarakat di Pulau Bali bagian Utara, Tengah, Barat dan Selatan, dengan ciri-ciri: • Kepala pendek, cungur pendek. • Telinga pendek, kecil, dan tegak. • Punggung melengkung kebawah dropping back~lordosis dan sifat ini menurun pada anak-anaknya. • Perut besar, dan apabila sedang bunting akan menyentuh tanah. • Bulu jarang dan kasar. • Warna bulu bagian atas kepala adala hitam, bagian perut dan keempat kaki adalah putih, dan bagian dahi kadang-kadang ada putih. • Bulu hitam dengan kulit hitam, dan apabila terdapat bulu putih maka kulinya pasti putih. Konsentrasi ternak babi yang tinggi di Pulau Bali disebabkan karena adanya kesesuaian babi bali tersebut dengan lingkungannya. Hal ini dapat dilihat bahwa ternak babi bukanlah merupakan suatu hal yang asing bagi penduduk di Bali, yang dibuktikan dengan pemeliharaan ternak babi hampir pada setiap rumah tangga di Bali, didukung pula oleh adat dan tradisi kebudayaan di Bali yang menggunakan ternak babi dalam setiap kegiatan upacara agama dan adat, serta di beberapa daerah di Bali ada yang masih fanatik harus menggunakan babi bali dalam kegiatan upacara agama dan adat. Pemeliharaan babi bali sudah jarang dilakukan, namun konsentrasi terbanyak terdapat di Bali bagian timur, utara, barat dan selatan Pulau Nusa Penida. Umumnya babi bali banyak dijumpai di daerah-daerah yang kering, mengingat daya adaptasi babi bali terhadap lingkungan yang kritis cukup bagus. Menurut Budaarsa 2012 bahwa di Kecamatan Kubu, Karangasem, khususnya di Desa Tianyar Barat, masih banyak orang memelihara babi bali, yang oleh peternak di sana memberi istilah babi bali itu dadi ajak lacur bisa diajak menderita, sehingga babi bali cenderung banyak dipelihara oleh mereka yang kehidupannya kurang mampu. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali 2012 jumlah populasi ternak babi pada periode tahun 2007 - 2011 adalah berkisar antara 879.740 - 922.739 ekor dengan laju peningkatan populasi rata-rata sebesar 1,23 per tahun yang tersebar di delapan kabupaten dan kota di Bali. Dari total populasi tersebut sejumlah 492.961 ekor atau sekitar 50 adalah babi Landrace dan persilangannya; 272.528 ekor babi Bali 30 dan sekitar 157.250 ekor 20 adalah babi Saddleback. Jumlah pemotongan ternak babi untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat dan sektor pariwisata di daerah Bali pada tahun 2007 - 2011 mencapai 1.341.806 - 1.608.362 ekor dan produksi daging babi mencapai 75.141,12 - 90.068,25 ton dengan peningkatan rata-rata 4,77 per tahun. 2.2. Reproduksi Babi Bali Dalam usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas babi bali, performans reproduksi memegang peranan penting dikaitkan dengan usaha peningkatan produksi ternak babi bali tersebut. Performans reproduksi tersebut meliputi: siklus estrus, tanda-tanda estrus, lama kebuntingan, litter size, farrowing rate, umur sapih, dan berat sapih. Produktivitas seekor induk babi ditentukan utamanya oleh jumlah anak yang lahir seperindukan litter size