4 Persoalan yang sering terjadi pada persediaan adalah apakah mungkin adanya
over investment dalam persediaan. Selain persediaan terdapat piutang dagang yang jumlahnya juga cukup besar yaitu 40.17 pada tahun 2007 dan 39.41
pada tahun 2008. Biasanya permasalahan utama dalam piutang dagang adalah penagihan piutang jatuh tempo. Dari piutang jatuh tempo biasanya tidak
seluruhnya dapat ditagih tepat waktu, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi lama waktu perolehan kas sejak penjualan.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap analisis current ratio, quick ratio dan cash ratio dalam menilai likuiditas pada PT.
Panca Kurnia Niaga Nusantara, yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul
“ Analisis Current Ratio, Quick Ratio dan Cash Ratio Terhadap Penilaian
Likuidias Pada PT Panca Kurnia Niaga Nusanara”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah rasio lancar, rasio
cepat dan rasio kas yang tercantum dalam laporan keuangan sudah menggambarkan dan memberikan informasi likuiditas yang sebenarnya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menilai apakah rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas yang tercantum dalam laporan keuangan sudah
menggambarkan dan memberikan informasi likuiditas yang sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
5
D. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
bagi penulis, untuk menambah pengetahuan tentang analisis rasio keuangan dalam menilai ikuiditas secara nyata dibandingkan dengan teori
yang penulis peroleh di bangku perkuliahan. 2.
bagi perusahaan, sebagai bahan masukan bagi manajemen PT Panca Kurnia Niaga Nusantara untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan yang
sebenarnya. 3.
bagi pihak-pihak lain, khususnya almamater Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas keuntungan dan tingkat resiko atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang financial akan sangat
membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya dimasa datang. Menurut Stice, Stice dan Skousen 2004:695 “analisa laporan keuangan
adalah diagnosis, identifikasi dimana perusahaan mempunyai suatu masalah, dan meramal, memperkirakan bagaimana suatu perusahaan akan melaksanakan di
masa mendatang”. Sebelum diadakan analisis terhadap laporan keuangan, penganalisa harus
benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus dapat menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercantum dalam laporan
keuangan tersebut. Dengan kata lain agar dapat menganalisa laporan keuangan dengan hasil yang memuaskan maka perlu mengetahui latar belakang dari data
keuangan tersebut. Penganalisis harus mempelajari secara menyeluruh dan kalau perlu diadakan penyusunan kembali dari data-data sesuai dengan prinsip-prinsip
yang berlaku dan tujuan analisa.
Universitas Sumatera Utara
7 Menurut Munawir 2004:35
Maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh adalah untuk meyakinkan para penganalisa bahwa laporan itu sudah cukup jelas
menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga
penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan
Dalam menganalisis laporan keuangan, metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam
laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan alat pembanding lainnya, misalnya laporan
keuangan tahun sebelumnya. Ada dua metode analisa yang digunakan yaitu analisa horizontal dan analisa vertikal. Menurut Munawir 2004:36 :
Analisa model horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan
diketahui perkenbangannya. Metode horizontal ini disebut juga sebagai metode analisa dinamis. Analisa vertikal yaitu apabila laporan keungan yang
dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam
laporan keuangan tersebut.
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan antara lain : analisa perbandingan laporan keuangan, trend, analisa sumber dan
penggunanan modal kerja, analisa sumber dan penggunaan kas, analisa rasio, analisa perubahan laba kotor dan analisa break-even”. Model yang sering
digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey 2005:36 “analisis rasio
ratio analysis dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar
Universitas Sumatera Utara
8 perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi
dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio”. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain , dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan tentang baik buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.
Foster 1986 dalam Almilia dan Kristijadi 2003 menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan melalui rasio keuangan
yaitu: a.
Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu.
b. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang
digunakan c.
Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan d.
Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variable tertentu seperti kebangkrutan atau financial distress
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut
menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan. Rasio keuangan dianggap memadai untuk
memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi
investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang. Secara internal, manajemen juga menggunakan analisa keuangan untuk
tujuan pengendalian internal dan penyediaan informasi yang lebih baik mengenai
Universitas Sumatera Utara
9 kondisi dan kinerja keuangan perusahaan bagi pemasok modal. Dari sudut
pandang pengendalian internal, manajemen perlu melakukan analisa keuangan dalam rangka melakukan perencanaan dan pengawasan secara efektif.
2. Analisis Current Ratio, Quick Ratio dan Cash Ratio
Rasio likuiditas biasa digunakan untuk melakukan analisis kredit karena berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio likuiditas menurut Van Horne dan Wachowicz 2005:206 adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek”. Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam keadaan likuid atau tidak, dapat dicari dengan membandingkan aktiva lancar dengan
hutang lancar.
Menurut Supriyono 2001:132 “ada tiga macam rasio untuk mengukur
likuiditas perusahaan dan satu rasio untuk mengukur rata-rata piutang tertagih”. Ketiga rasio untuk mengukur likuiditas :
1. Rasio Lancar current ratio
Pihak yang berkepentingan terhadap rasio lancar adalah kreditur jangka pendek seperti pemasok . Jumlah kas, persediaan, dan piutang usaha yang akan
dikonversi menjadi kas merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditur jangka pendek. Rasio lancar menurut
Simamora 2000:524 “menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya”. Rasio tersebut menunjukkan
hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancarnya dengan penjelasan semakin besar aktiva lancar maka rasio lancar semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
10 Rasio Lancar dapat diukur dengan rumus :
Rasio Lancar =
Hutang Lancar Aktiva Lancar
Menurut Munawir 2002:72 “current ratio ini menujukkan tingkat keamanan margin of safety kreditur jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutangnya”. Sedangkan mengenai ukuran besarnya rasio lancar ini belum ada ketentuan umum, tetapi rasio lancar 2:1 dianggap cukup
baik. Artinya setiap 1 rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh 2 rupiah aktiva lancar.
Menurut Syamsuddin 2007:44 “tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan
oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat bergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan”. Untuk mengetahui
apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungan rasio lancar harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan industri sejenis.
Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam
menganalisis rasio lancar perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan rasio tersebut tinggi adalah
piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan
agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditur harus menanggung resiko bahwa kemunginana perusahaan tidak dapat membayar
Universitas Sumatera Utara
11 kewajiban lancarnya karena perusahan tidak mampu menagih piutangnya atau
tidak dapat menjual persediaannya.
2. Rasio Cepat quick ratioacid test ratio
Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005:69 ”acid test ratio memberikan ukuran yang mendalam tentang likuiditas daripada rasio lancar”. Rasio ini
dihitung dengan mengeluarkan persediaan dari aktiva lancar dan membagi sisanya dengan hutang lancar, dengan dengan rumus:
Persediaan tidak dimasukkan sebagai aktiva lancar karena dianggap golongan aktiva lancar yang paling tidak likuid, sebab proses perubahannya menjadi uang
kas cukup panjang dan paling sering mengalami fluktuasi harga. Rasio cair 1:1 dapat dianggap cukup memuaskan karena perusahaan dapat segera melunasi
hutangnya yang jatuh tempo. Meskipun acid test ratio memberikan gambaran yang lebih baik dalam mengukur tingkat likuiditas dibandingkan current ratio
karena hanya terdiri dari kas, surat-surat berharga dan piutang, tetapi acid test ratio juga memiliki kelemahan dalam mengukur tingkat likuiditas. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Syamsuddin 2000:45 acid test ratio ini akan memberikan gambaran likuiditas yang lebih tepat
hanya apabila persediaan sulit untuk dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya. Dengan perkataan lain, apabila persediaan dapat dijual dengan
segera tanpa menurunkan nilainya, maka menggunakan current rato lebih disukai sebagai pengukuran tingkat likuiditas perusahaan secara menyeluruh
overall liquidity of the firm. Rasio Cepat =
Hutang Lancar Aktiva Lancar - Persediaan
Universitas Sumatera Utara
12 3.
Rasio Kas Cash Ratio Cash ratio merupakan alat mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia
untuk membayar hutang. Cash ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rasio Kas
= Hutang Lancar
Kas + Bank Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas perusahaan semata-mata dilihat
jumlah uang tunai, baik yang ada di bank, yang dapat diambil segera misalnya: cek, giro dan sebagainya. Semakin tinggi tingkat perbandingan berarti keadaan
likuiditas perusahaan semakin baik dan tingkat keamanan kreditur jangka pendek semakin terjamin, tetapi bila terlalu rendah akan dapat mengurangi potensi untuk
mempertinggi kelancaran pembayaran oleh perusahaan. Selanjutnya rasio untuk mengukur rata-rata piutang tertagih adalah jumlah
hari penjualan belum tertagih days sales outstanding – DSO. DSO dihitung dengan rumus sebagai berikut :
DSO =
Piutang Penjualan tahunan 360
DSO disebut juga sebagai “peroide penagihan rata-rata average collection period – ACP yang digunakan untuk menilai piutang dan dihitung dengan
membagi piutang dengan jumlah hari penjualan rata-rata untuk menemukan berapa hari penjualan masih dicatat dalam piutang. Jadi DSO mencerminkan rata-
rata rentang waktu perusahaan harus menunggu untuk menerima kas setelah melakukan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
13
B. Pengertian Likuiditas
Menurut Wild, Subranyaman dan Helsey 2005:9 “likuiditas liquidity merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk
memenuhi kewajibannya. Likuiditas bergantung pada arus kas perusahaan dan komponen aktiva lancar dan kewajiban lancarnya”. Sedangkan menurut
Syamsuddin 2007:41 “likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan kemampuannya
untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas”. Perusahaan harus mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk membayar kewajiban
lancarnya, misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau menjual persediaannya sehingga perusahaan memperoleh kas.
Arti pentingnya likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk
memperoleh laba , jika perusahaan berada dalam keadaan tidak kurang likuid. Berbagai kemungkinan rugi atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk
memperoleh laba itu misalnya:
Universitas Sumatera Utara
14 1.
Aspek likuiditas merupakan suatu tingkat kemampuan yang bersifat relatif. Karena itu apabila perusahaan berada dalam keadaan kurang likuid, ada
kemungkinan perusahaan tidak bisa memanfaatkan kesempatan potongan pembelian tunai yang ditawarkan oleh pabrik. Akibatnya perusahaan
terpaksa beroperasi pada tingkat biaya yang tinggi, sehingga mengurangi kesempatan untuk meraih laba yang lebih besar
2. Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendek baik yang menyangkut kebutuhan operasional maupun hutang kepada pabrik dan banker pihak ekstern.
Keadaan yang kurangtidak likuid kemungkinan akan menyebabkan perusahaan tidak bisa melunasi hutang jangka pendek pada tanggal jatuh
temponya. Dalam posisi demikian kadang-kadang perusahaan terpaksa menarik pinjaman baru dengan tingkat bunga yang relatif tinggi, menjual
investasi jangka panjang atau aktiva tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut. Jika keadaan tidakkurang likuid demikian seriusnya, hal ini
akan cenderung untuk menuju kebangkrutan. 3.
Bagi para pemilik perusahaan, keadaan kurangtidak likuid berarti mengurangi kesempatan utnuk meraih keuntungan yang lebih besar, atau
kehilangan kontrol terhadap sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan. Dalam perusahaan-perusahaan dimana tanggung jawab para pemilik tidak
terbatas pada modal yang ditanamkan, kerugian akibat likuiditas itu bahkan bisa lebih dari jumlah penanaman modal, seperti pada bentuk persekutuan.
Universitas Sumatera Utara
15 4.
Bagi para kreditur perusahaan, keadaan tidakkurang likuid dari perusahaan dimana ia memberikan kredit berarti penundaan akan pengumpulan atas bunga
dan pokok pinjaman yang diberikan. Keadaan ini bahkan kemungkinan bisa berarti sebagai suatu awal kerugian yang akan diderita atas sebagian dari atau
seluruh jumlah bunga serta pokok pinjaman tersebut, bagi kreditur yang bersangkutan.
5. Para langganan seperti halnya para pabriksuplier atas barang-barang dan jasa
bagi perusahaan, kemungkinan juga akan terpengaruh oleh keadaan tidakkurang likuid yang sedang dialami perusahaan. Pengaruh atau akibat
yang dirasakan oleh para langganan itu mungkin berupa ketidakmampuan perusahaan di dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diatur
dalam kontrak, atau kehilangan arti manfaat hubungannya dengan perusahaan sebagai supplier bagi langganan yang bersangkutan.
Dari berbagai akibat yang dapat terjadi karena keadaan tidakkurang likuid seperti dikemukakan diatas, dapatlah dipahami bahwa pengukuran atau penilaian
terhadap aspek likuiditas di dalam dunia usaha dianggap sebagai suatu persoalan yang penting. Begitu pentingnya aspek likuiditas ini sehingga eksistensi
perusahaan akan disangsikan, apabila perusahaan tidak lagi berkemampuan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek pada tanggal jatuh
temponya. Apabila hal ini terjadi pada perusahaan, berarti penilaian terhadap aspek-aspek yang lain dalam perusahaan itu tidak bermanfaat lagi bagi pihak-
pihak berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
16 Pada umumnya aspek likuiditas tidak dipandang hanya pada suatu saat, tetapi
dikaitkan dengan satu periode tahun buku atau kadang-kadang diidentifikasikan dengan siklus operasi normal perusahaan. Siklus operasi normal perusahaan itu
sendiri adalah suatu jangka waktu yang tercakup dari sejak dimulainya aktivitas pembelian, penjualan hingga aktivitas pengumpulan piutang. Penilaian atau
pengukuran aspek likuiditas suatu perusahaan yang diidentifikasikan dengan siklus operasi normalnya, umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang
siklus operasinya melampui periode satu tahun buku.
C. Kerangka Konseptual