Analisis Current Ratio, Quick Ratio dan Cash Ratio

9 kondisi dan kinerja keuangan perusahaan bagi pemasok modal. Dari sudut pandang pengendalian internal, manajemen perlu melakukan analisa keuangan dalam rangka melakukan perencanaan dan pengawasan secara efektif.

2. Analisis Current Ratio, Quick Ratio dan Cash Ratio

Rasio likuiditas biasa digunakan untuk melakukan analisis kredit karena berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas menurut Van Horne dan Wachowicz 2005:206 adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek”. Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam keadaan likuid atau tidak, dapat dicari dengan membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Menurut Supriyono 2001:132 “ada tiga macam rasio untuk mengukur likuiditas perusahaan dan satu rasio untuk mengukur rata-rata piutang tertagih”. Ketiga rasio untuk mengukur likuiditas : 1. Rasio Lancar current ratio Pihak yang berkepentingan terhadap rasio lancar adalah kreditur jangka pendek seperti pemasok . Jumlah kas, persediaan, dan piutang usaha yang akan dikonversi menjadi kas merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditur jangka pendek. Rasio lancar menurut Simamora 2000:524 “menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya”. Rasio tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancarnya dengan penjelasan semakin besar aktiva lancar maka rasio lancar semakin tinggi. Universitas Sumatera Utara 10 Rasio Lancar dapat diukur dengan rumus : Rasio Lancar = Hutang Lancar Aktiva Lancar Menurut Munawir 2002:72 “current ratio ini menujukkan tingkat keamanan margin of safety kreditur jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya”. Sedangkan mengenai ukuran besarnya rasio lancar ini belum ada ketentuan umum, tetapi rasio lancar 2:1 dianggap cukup baik. Artinya setiap 1 rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh 2 rupiah aktiva lancar. Menurut Syamsuddin 2007:44 “tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat bergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan”. Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungan rasio lancar harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan industri sejenis. Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan rasio tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditur harus menanggung resiko bahwa kemunginana perusahaan tidak dapat membayar Universitas Sumatera Utara 11 kewajiban lancarnya karena perusahan tidak mampu menagih piutangnya atau tidak dapat menjual persediaannya. 2. Rasio Cepat quick ratioacid test ratio Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005:69 ”acid test ratio memberikan ukuran yang mendalam tentang likuiditas daripada rasio lancar”. Rasio ini dihitung dengan mengeluarkan persediaan dari aktiva lancar dan membagi sisanya dengan hutang lancar, dengan dengan rumus: Persediaan tidak dimasukkan sebagai aktiva lancar karena dianggap golongan aktiva lancar yang paling tidak likuid, sebab proses perubahannya menjadi uang kas cukup panjang dan paling sering mengalami fluktuasi harga. Rasio cair 1:1 dapat dianggap cukup memuaskan karena perusahaan dapat segera melunasi hutangnya yang jatuh tempo. Meskipun acid test ratio memberikan gambaran yang lebih baik dalam mengukur tingkat likuiditas dibandingkan current ratio karena hanya terdiri dari kas, surat-surat berharga dan piutang, tetapi acid test ratio juga memiliki kelemahan dalam mengukur tingkat likuiditas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Syamsuddin 2000:45 acid test ratio ini akan memberikan gambaran likuiditas yang lebih tepat hanya apabila persediaan sulit untuk dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya. Dengan perkataan lain, apabila persediaan dapat dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya, maka menggunakan current rato lebih disukai sebagai pengukuran tingkat likuiditas perusahaan secara menyeluruh overall liquidity of the firm. Rasio Cepat = Hutang Lancar Aktiva Lancar - Persediaan Universitas Sumatera Utara 12 3. Rasio Kas Cash Ratio Cash ratio merupakan alat mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Cash ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rasio Kas = Hutang Lancar Kas + Bank Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas perusahaan semata-mata dilihat jumlah uang tunai, baik yang ada di bank, yang dapat diambil segera misalnya: cek, giro dan sebagainya. Semakin tinggi tingkat perbandingan berarti keadaan likuiditas perusahaan semakin baik dan tingkat keamanan kreditur jangka pendek semakin terjamin, tetapi bila terlalu rendah akan dapat mengurangi potensi untuk mempertinggi kelancaran pembayaran oleh perusahaan. Selanjutnya rasio untuk mengukur rata-rata piutang tertagih adalah jumlah hari penjualan belum tertagih days sales outstanding – DSO. DSO dihitung dengan rumus sebagai berikut : DSO = Piutang Penjualan tahunan 360 DSO disebut juga sebagai “peroide penagihan rata-rata average collection period – ACP yang digunakan untuk menilai piutang dan dihitung dengan membagi piutang dengan jumlah hari penjualan rata-rata untuk menemukan berapa hari penjualan masih dicatat dalam piutang. Jadi DSO mencerminkan rata- rata rentang waktu perusahaan harus menunggu untuk menerima kas setelah melakukan penjualan. Universitas Sumatera Utara 13

B. Pengertian Likuiditas