Kesimpulan IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2007 MENGENAI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN JEMBER
pelajaran perminggu, [26]
sedang di Perbup tidak tegas, bahkan menyerahkan pelaksanaannya pada satuan
pendidikan masing-masing. [27]
Hambatan kedua, mentalitas petugas yang menegakkan hukum, seperti para birokrat dan
legislatif, yang salah satu fungsinya adalah melaksanakan kontrol atau pengawasan, termasuk melakukan kontrol
terhadap Perda yang implementasinya tidak efektif seperti Perda Nomor 2 Tahun 2007. Hambatan ketiga, fasilitas yang
tidak memadai, seperti belum adanya buku Teks BTA, belum ada fasilitas Laboratorium BTA, belum memadainya
ketenagaan guru yang siap mengajar BTA, dan fasilitas lainnya. Hambatan keempat, kesadaran dan kepatuhan
hukum dari para warga masyarakat. Indikasi ini sangat nyata di lapangan, seperti: pelaksanaan BTA di SD 75, SMP
25, dan SMASMK hanya 20. Porsentasi angka partisipasi yang kurang dari 50 tersebut sudah menjadi
indikasi kuat lemahnya kesadaran dan kepatuhan hukum dari para warga masyarakat, khususnya pendidik dan tenaga
kependidikan di masing-masing satuan pendidikan. Hambatan kelima, karena faktor kebudayaan, yakni sebagai
hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Selanjutnya, bagaimana solusi Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 mengenai
Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Jember?. Guru Agama yang tergabung dalam KKG PAI SD, MGMP PAI
SMP, dan AGPAI SMASMK berharap sebagai berikut:
1. Perda Nomor 2 Tahun 2007 dan Perbup Nomor 23 Tahun 2010 benar-benar dapat dilaksanakan
semaksimal mungkin di Kabupaten Jember ini, agar tercipta Jember yang religious dan dapat
membendung krisis mental, dekadensi moral, bahkan dapat mengantisipasi kenakalan remaja.
2. Harapan Guru Agama Islam bahwa BTA dilaksanakan pada jam-jam pelajaran 2 jam
pelajaran dalam satu minggu, tidak diincludekan dalam pelajaran PAI.
3. Harapan Guru Agama pada tahun 2013 ini BTA sudah menjadi muatan lokal tersendiri dan nilai
BTA juga tersendiri tercantum dalam rapor sebagai muatan lokal, tidak hanya sekedar ekstra atau
pembiasaan saja. [28]
Merespons berbagai harapan masyarakat, khususnya Guru Pendidikan Agama Islam, Bupati Jember
MZA Djalal memberikan pernyataan solutif: “saya ingin ada kajian, agar dikaji dulu secara ilmiah dengan data yang
valid, hasil kajian itu yang akan saya jadikan referensi untuk mengambil kebijakan”. “Oleh karena itu, timnya harus
gabungan antara Universitas Islam Jember, Dinas Pendidikan, dan Prof. Halim, saya minta Gus Afthon agar
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait agar dialokasikan di APBD Perubahan”.
[29] Oleh karena itu, ada beberapa langkah solusi yang
bisa dikemukakan. Pertama, merubah hambatan menjadi kekuatan, sehingga implementasi Perda Nomor 2 Tahun
2007 bisa efektif, dengan cara melakukan singkronisasi peraturan, membenahi mentalitas, memenuhi fasilitas,
mengembangkan kesadarankepatuhan, dan kebudayaan, dan Kedua, kajian ilmiah menjadi sangat penting, agar penentu
kebijakan selalu membiasakan diri agar kebijakannya berbasis riset, atau berbasis hasil riset.
Kesimpulan dan Saran